Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Biomassa
Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Biomassa
Bab Ii Tinjauan Pustaka 2.1 Biomassa
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa
Biomassa merupakan produk fotosintesa dimana energi yang diserap
digunakan untuk mengkonversi karbon dioksida dengan air menjadi senyawa
karbon, hidrogen, dan oksigen. Biomasa bersifat mudah didapatkan, ramah
lingkungan dan terbarukan. Secara umum potensi energi biomassa berasal dari
limbah tujuh komoditif yang berasal dari sektor kehutanan, perkebunan dan
pertanian. Potensi limbah biomassa terbesar adalah dari limbah kayu hutan,
kemudian diikuti oleh limbah padi, jagung, ubi kayu, kelapa, kelapa sawit dan
tebu. Biomassa merupakan bahan energi yang dapat diperbaharui karena dapat
diproduksi dengan cepat. Biomassa umumnya mempunyai kadar volatile relatif
tinggi, dengan kadar karbon tetap yang rendah dan kadar abu lebih rendah
dibandingkan batubara. Biomassa juga memiliki kadar volatile yang tinggi
(sekitar 60-80%) dibanding kadar volatile batubara, sehingga biomassa lebih
reaktif dibandingkan batubara. Biomassa memiliki kelebihan yang memberi
pandangan positif terhadap keberadaan energi ini sebagai alternatif energi
pengganti energi fosil. Beberapa kelebihan itu antara lain, biomassa dapat
mengurangi efek rumah kaca, mengurangi limbah organik, melindungi kebersihan
air dan tanah, mengurangi polusi udara, dan mengurangi adanya hujan asam dan
kabut asam.
2.2 Kayu
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat
sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang
tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya.
Pengertian kayu disini ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan
pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah
diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk
sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri
maupun kayu bakar.
4
5
Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum
terdiri dari 3 unsur :
- Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa
- Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin
- Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan
zat ekstraktif.
Tabel 1. Komposisi Kayu
Unsur % Berat Kering
Karbon 49
Hidrogen 6
Oksigen 44
Nitrogen Sedikit
Abu 0,1
Sumber : Mengenal Kayu Cetakan ke 6 J. F. Dumanauw,2007
2. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur
perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut
disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi
perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal (bagian tepi
atau pinggir dari kayu) berubah menjadi kayu teras (bagian tengah atau inti kayu)
sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.
3. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna
dalam kayu yang berbeda-beda.
4. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu
digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu
bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh:
kempas, meranti dll).
7
5. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon.
Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak,
serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).
a) Seluosa
Selulosa merupakan komponen kayu yang terbesar, yang dalam kayu
lunak dan kayu keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa
merupakan polimer linear dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya
atas β-D-glukosa. Karena sifat-sifat kimia dan fisiknya maupun struktur
supramolekulnya maka ia dapat memnuhi fungsinya sebagai komponen struktur
utama dinding sel tumbuhan.
b) Poliosa (Hemiselulosa)
Jumlah hemiselulosa dari berat kering kayu biasanya antara 20 dan 30%.
Komposisi dan struktur hemiselulosa dalam kayu lunak secara khas berdeda dari
kayu keras. Perbedaan-perbedaan yang besar juga terdapat dalam kandungan dan
komposisi hemiselulosa antara batang, cabang, akar, dan kulit kayu. Seperti
halnya selulosa kebanyakan hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung
dalam dinding sel.
c) Lignin
Lignin adalah komponen makromolekuler dinding sel ketiga. Lignin tersusun
dari satuan-satuan fenilpropan yang satu sama lain dikelilingi berbagai jenis zat
pengikat. Persentase rata-ratanya dalam kayu lunak adalah antara 25-35% dan
dalam kayu keras antara 20-30%. Perbedaan struktural yang terpenting dari
lignin kayu lunak dan lignin kayu keras, adalah bahwa lignin kayu keras
mempunyai kandungan metoxil (-OCH3) yang lebih tinggi.
a) Zat Ekstraktif
Zat ekstraktif umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti
eter, alkohol, bensin dan air. Banyaknya rata-rata 3-8 % dari berat kayu kering
tanur. Termasuk di dalamnya minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula,
pati, dan zat warna. Zat ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu karena :
- dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau, dan rasa suatu jenis kayu
- dapat digunakan untuk mengenal suatu jenis kayu. (Dumanauw.J.F, 1993)
b) Abu
Di samping persenyawaan-persenyawaan organik, di dalam kayu masih
ada beberapa zat organik, yang disebut bagian-bagian abu (mineral pembentuk
abu yang tertinggal setelah lignin dan selulosa habis terbakar). Kadar zat ini
bervariasi antara 0,2 – 1% dari berat kayu.
Densitas kayu dan komposit kayu beragam antara 0.2 hingga 1.0 g/cm3,
dan bobot kayu berdensitas rendah beragam hingga mencapai 3 kali lipat
bergantung pada kondisi kadar airnya. Oleh karena itu, dalam banyak hal, statistik
kayu mencantumkan volume sebagai unit. Efisiensi energi pembakaran langsung
yang berasal dari bahan bakar serpihan kayu relatif tinggi. Ada juga kemungkinan
gasifikasi untuk pembangkit listrik atau untuk produksi bahan bakar gas atau
cairan. Akan tetapi, ada pertimbangan lebih lanjut yang diperlukan jika
menggunakan residu dari industri kayu untuk produksi energi karena kadar airnya
bisa mencapai hampir 100% dalam dasar kering dan juga disebabkan ada banyak
11
jenis limbah. Serbuk gergaji dan kulit kayu yang hanya membutuhkan energi yang
kecil dapat digunakan sebagai pelet kayu.
Kadar air rata-rata kulit kayu laban tua adalah 21,1515 % dan kadar air
kulit kayu muda laban adalah 16,3656 %. Dalam penelitian Budihandoko (2010)
disebutkan bahwa besarnya kadar air kayu yang terdapat pada pangkal disebabkan
air yang terdapat pada ujung batang diserap terlebih dahulu dari pada bagian yang
lebih rendah hal ini disebabkan oleh kemampuan atau daya hisap daun ketika
berlangsung proses transpirasi (penguapan) pada permukaan sel daun.
Ekologi Vitex pubescens Vahl umumnya banyak ditemukan di daerah
terutama di habitat yang lebih terbuka, hutan sekunder dan di tepi sungai. Habitat
pohon laban ini adalah hutan di dataran rendah sampai ketinggian 2000 m dpl.
Laban (Vitex pubescens Vahl) tumbuh baik pada tanah berkapur dengan tekstur
mulai lempung hingga pasir. Dijumpai di daerah dengan musim basah dan kering
yang nyata. Pada musim kemarau pohon laban menggugurkan daunnya. Dalam
kondisi tropik seperti di Kalimantan Timur, berbunga dan berbuah hampir
sepanjang waktu dari Januari hingga Desember. Buah yang dimakan oleh burung
dan biji tidak dapat berkecambah di bawah naungan dan perlu cahaya untuk
berkecambah.
Gambar 2 adalah peta dimana spesies Vitex pubescens Vahl ini telah
ditanam, itu tidak menunjukkan bahwa spesies ini dapat ditanam di setiap zona
ekologi di negara tersebut, atau bahwa spesies tidak bisa ditanam selain di zona
yang di gambarkan.
Vitex pinnata memiliki kayu yang sangat kuat dan tahan lama, tahan lama
bahkan dalam kontak dengan air atau tanah. kepadatan kayu adalah 800-950
kg/m3 pada kadar air 15%; termasuk kayu yang keras dan tahan lama. Kayu laban
ini termasuk dalam kelas awet I yang dapat bertahan delapan tahun walaupun
selalu berinteraksi dengan air. Kayu ini pun tahan terhadap serangan oleh rayap.
Kayu ini termasuk dalam kelas kuat I yang memiliki berat jenis kering udara
maksimum 1,02 gr/cm3, minimum 0,74 gr/cm3 dan berat jenis kering udara rata-
rata 0,88 gr/cm3 serta kukuh lentur dan tekanan mutlaknya yang tinggi
dibandingkan jenis kayu lain. Umumnya digunakan untuk pembuatan pintu dan
bingkai jendela, tempat tidur dan beberapa perabot. Kayunya digunakan untuk
konstruksi, daun dan kulit kayu digunakan untuk mengobati sakit perut, demam
dan malaria.
Tabel 6. Analisa Proximate dan Ultimate Kayu Laban
2.4 Jerami
Menurut Komar (1984) yang dikutip oleh Suryani (1994) mengatakan
bahwa jerami padi adalah bagian batang tumbuh yang telah dipanen bulir-bulir
buah bersama atau tidak dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan bagian
batang yang tertinggal. Jerami adalah hasil samping usaha pertanian berupa
tangkai dan batang tanaman serealia yang telah kering, setelah biji-bijiannya
dipisahkan. Massa jerami kurang lebih setara dengan massa biji-bijian yang
dipanen. Jerami memiliki banyak fungsi, di antaranya sebagai bahan bakar, pakan
ternak, alas atau lantai kandang, pengemas bahan pertanian (misal telur), bahan
bangunan (atap, dinding, lantai), mulsa, dan kerajinan tangan. Jerami umumnya
dikumpulkan dalam bentuk gulungan, diikat, maupun ditekan. Mesin baler dapat
membentuk jerami menjadi gulungan maupun kotak. Biomassa dari jerami telah
dimanfaatkan dalam skala besar di Uni Eropa sebagai bahan pembangkit listrik.
Jerami juga telah digunakan sebagai bahan bakar pendamping (co-firing) pada
ketel uap batu bara. Namun kadar air jerami perlu dikurangi sebelum dilakukan
pembakaran, karena sebagai material biologis, jerami mampu menyerap air dari
lingkungan. Kadar air yang tinggi mengurangi nilai kalor dari jerami.
2.5 Gasifikasi
Gasifikasi adalah suatu proses konversi bahan bakar padat menjadi gas
mampu bakar (CO, CH4, dan H2) melalui proses pembakaran dengan suplai udara
terbatas (20%-40% udara stoikiometri) (Guswendar, 2012). Proses gasifikasi
merupakan suatu proses kimia untuk mengubah material berkarbon menjadi gas
mampu bakar. Berdasarkan definisi tersebut, maka bahan bakar yang digunakan
Gasifikasi merupakan proses konversi bahan bakar yang mengandung karbon
menjadi gas yang memiliki nilai bakar pada temperatur tinggi (Pahlevi, 2012).
Bahan bakar padat tersebut dapat berupa batubara, ataupun limbah biomassa,
yaitu potongan kayu, tempurung kelapa, sekam padi maupun limbah pertanian
lainnya. Gas yang diperoleh dari hasil gasifikasi mengandung CO, H2, dan CH4.
untuk proses gasifikasi menggunakan material yang mengandung hidrokarbom
seperti batubara, petcoke (petroleum coke), dan biomassa. Bahan baku untuk
16
proses gasifikasi dapat berupa limbah biomassa, yaitu potongan kayu, tempurung
kelapa, sekam padi maupun limbah pertanian lainnya. Gasi hasil gasifikasi ini
dapat digunakan untuk berbagai keperluan sebagai sumber bahan bakar, seperti
untuk menjalankan mesin pembakaran, digunakan untuk memasak sebagai bahan
bakar kompor, ataupun digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik
sederhana.
Keseluruhan proses gasifikasi terjadi di dalam reaktor gasifikasi yang
dikenal dengan nama gasifier. Gasifier adalah istilah untuk reaktor yang
memproduksi gas produser dengan cara pembakaran tidak sempurna (oksidasi
sebagian) bahan bakar biomassa pada temperatur sekitar 1000 oC (Hantoko,
2012). Di dalam gasifier inilah terjadi suatu proses pemanasan sampai temperatur
reaksi tertentu dan selanjutnya bahan bakar tersebut melalui proses pembakaran
dengan bereaksi terhadap oksigen untuk kemudian dihasilkan gas mampu bakar
dan sisa hasil pembakaran lainnya.
Gasifikasi umumnya terdiri dari empat proses, yaitu pengeringan, pirolisis,
reduksi dan oksidasi dengan rentang temperatur masing-masing proses, yaitu:
- Pengeringan: T < 150 °C
- Pirolisis/Devolatilisasi: 150 < T < 700 °C
- Reduksi: 800 < T < 1000 °C
- Oksidasi: 700 < T < 1500 °C
Proses pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas
(endotermik), sedangkan proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik).
Pada pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan oleh panas
yang diserap dari proses oksidasi. Pada pirolisis, pemisahan volatile matters (uap
air, cairan organik, dan gas yang tidak terkondensasi) dari arang atau padatan
karbon bahan bakar juga menggunakan panas yang diserap dari proses oksidasi.
Pembakaran mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat pada
bahan bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi mereduksi hasil
pembakaran menjadi gas bakar dengan reaksi endotermik.
17
heat loss yang berlebihan. Selain itu kandungan moisture yang tinggi juga
menyebabkan beban pendinginan semakin tinggi karena pressure drop
yang terjadi meningkat. Idealnya kandungan moisture yang sesuai untuk
bahan baku gasifikasi kurang dari 20 %.
c. Debu
Semua bahan baku gasifikasi menghasilkan dust (debu). Adanya dust ini
sangat mengganggu karena berpotensi menyumbat saluran sehingga
membutuhkan maintenance lebih. Desain gasifier yang baik setidaknya
menghasilkan kandungan dust yang tidak lebih dari 2 – 6 g/m³.
d. Tar
Tar merupakan salah satu kandungan yang paling merugikan dan harus
dihindari karena sifatnya yang korosif. Sesungguhnya tar adalah cairan
hitam kental yang terbentuk dari destilasi destruktif pada material organik.
Selain itu, tar memiliki bau yang tajam dan dapat mengganggu
pernapasan. Pada reaktor gasifikasi terbentuknya tar, yang memiliki
bentuk approximate atomic CH1.2O0.5, terjadi pada temperatur pirolisis
yang kemudian terkondensasi dalam bentuk asap, namun pada beberapa
kejadian tar dapat berupa zat cair pada temperatur yang lebih rendah.
Apabila hasil gas yang mengandung tar relatif tinggi dipakai pada
kendaraan bermotor, dapat menimbulkan deposit pada karburator dan
intake valve sehingga menyebabkan gangguan. Desain gasifier yang baik
setidaknya menghasilkan tar tidak lebih dari 1 g/m³.
e. Ash dan Slagging
Ash adalah kandungan mineral yang terdapat pada bahan baku yang tetap
berupa oksida setelah proses pembakaran. Sedangkan slag adalah
kumpulan ash yang lebih tebal. Pengaruh adanya ash dan slag pada
gasifier adalah :
Menimbulkan penyumbatan pada gasifier
Pada titik tertentu mengurangi respon pereaksian bahan baku
2. Desain Reaktor
Terdapat berbagai macam bentuk gasifier yang pernah dibuat untuk proses
19
gasifikasi. Untuk gasifier bertipe imbert yang memiliki neck di dalam reaktornya,
ukuran dan dimensi neck amat mempengaruhi proses pirolisis, percampuran,
heatloss dan nantinya akan mempengaruhi kandungan gas yang dihasilkannya.
tidak terkondensasi) dari arang. Hasil pirolisis berupa arang mengalami proses
pembakaran dan proses reduksi yang menghasilkan gas produser yaitu, H2 dan CO
(Pranolo, 2010).
2. Proses Pirolisis
Pada pirolisis, pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas
yang tidak terkondensasi) dari padatan karbon bahan bakar menggunakan
panas yang diserap dari proses oksidasi sehingga pirolisis (devolatilisasi)
disebut juga gasifikasi parsial. Suatu rangkaian proses fisik dan kimia terjadi
21
3. Proses Reduksi
Reduksi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik yang disokong oleh
panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran. Reaksi reduksi terjadi antara
temperatur 500oC sampai 1000oC. Pada reaksi ini, arang yang dihasilkan
melalui reaksi pirolisis tidak sepenuhnya karbon tetapi juga mengandung
hidrokarbon yang terdiri dari hidrogen dan oksigen. Untuk itu, agar dihasilkan
gas mampu bakar seperti CO, H2 dan CH4 maka arang tersebut harus
direaksikan dengan air dan karbon dioksida. Pada proses ini terjadi beberapa
reaksi kimia, diantaranya adalah Bourdouar reaction, steam-carbon reaction,
water-gas shift reaction, dan CO methanation.
Proses reaksi tersebut adalah sebagai berikut :
Bourdouar reaction :
C + CO2 2CO
Steam-carbon reaction :
C + H2O CO + H2
Water-gas shift reaction:
CO + H2O CO2 + H2
CO methanation :
CO + 3H2 CH4 + H2O
22
4. Proses Oksidasi
Proses pembakaran mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang
terdapat dalam bahan bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi
mereduksi hasil pembakaran menjadi gas bakar dengan reaksi endotermik.
Oksidasi merupakan reaksi terpenting di dalam reaktor gasifikasi karena reaksi
ini menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan pada reaksi
endotermik. Proses ini terjadi pada temperatur yang relatif tinggi, umumnya
berkisar antara 700oC sampai 1500oC. Oksigen yang dipasok ke dalam reaktor
bereaksi dengan substansi yang mudahterbakar yang menghasilkan produk
berupa CO2 dan H2O yang secara berurutan direduksi ketika kontak dengan
arang yang diproduksi pada proses pirolisis. Produk lain yang dihasilkan
dalam reaksi oksidasi berupa air, panas, cahaya, N2 dan gas lainnya (SO2, CO,
NO2, dan lain-lain). Adapun reaksi kimia yang terjadi pada proses oksidasi ini
adalah sebagai berikut :
C + O2 CO2
H2 + ½ O2 H2O
Sedangkan pada gasifikasi uap, gas yang digunakan pada proses yang terjadi
adalah uap.
a. Updraft Gasifier
Updraft Gasifier merupakan reaktor gasifikasi yang umum digunakan
secara luas. Ciri khas dari reaktor gasifikasi ini adalah aliran udara dari blower
masuk melalui bagian bawah reaktor melalui grate sedangkan aliram bahan bakar
masuk dari bagian atas reaktor sehingga arah aliran udara dan bahan bakar
memiliki prinsip yang berlawanan (counter current). Produksi gas dikeluarkam
melalui bagian atas dari reaktor sedangkan abu pembakaran jatuh ke bagian
bawah gasifier karena pengaruh gaya gravitasi dan berat jenis abu.
Kedua proses tersebut yaitu proses pirolisis dan proses pengeringan terjadi pada
bagian teratas dari reaktor gasifikasi
Kelebihan dari reaktor gasifikasi updraft adalah mekanisme kerja yang
dimiliki oleh reaktor tipe ini jauh lebih sederhana dibandingkan dengan tipe yang
lain, sedangkan dengan mekanisme kerja yang lebih sederhana tersebut, ternyata
tingkat toleransi reaktor terhadap tingkat kekasaran bahan bakar lebih baik. Selain
itu jenis reaktor ini memiliki kemampuan untuk mengolah bahan bakar kualitas
rendah dengan temperatur gas keluaran relatif rendah dan memiliki efisiensi yang
tinggi akibat dari panas gas keluar reaktor memiliki temperatur yang relatif
rendah. Sedangkan kelemahan reaktor gasifikasi updraft adalah tingkat kadar tar
dalam syngas hasil reaksi relatif cukup tinggi sehingga mempengaruhi kualitas
dari gas yang dihasilkan serta kemampuan muatan reactor yang relatif rendah.
b. Downdraft Gasifier
Sistem gasifikasi downdraft memiliki sistem yang hampir sama dengan
system gasifikasi updraft yaitu dengan memanfaatkan sistem oksidasi tertutup
untuk memperoleh temperatur tinggi.
sedangkan syngas hasil pembakaran keluar melalui burner yang terletak di bawah
ruangan bahan bakar sehingga saat awal gas akan mengalir ke atas dan saat
volume gas makin meningkat maka syngas mencari jalan keluar melalui daerah
dengan tekanan yang lebih rendah. Sistem tersebut memiliki maksud agar syngas
yang terbentuk akan tersaring kembali oleh bahan bakar dan melalui zona pirolisis
sehingga tingkat kandungan tar dalam gas dapat dikurangi. Untuk menghindari
penyumbatan gas di dalam reaktor, maka digunakan blower hisap untuk menarik
syngas dan mengalirkannya ke arah burner.
c. Crossdraft Gasifier
Pada Crossdraft gasifier, udara disemprotkan ke dalam ruang bakar dari
lubang arah samping yang saling berhadapan dengan lubang pengambilan gas
sehingga pembakaran dapat terkonsentrasi pada satu bagian saja dan berlangsung
secara lebih banyak dalam suatu satuan waktu tertentu. Sistem Crossdraft Gasifier
dapat dilihat pada gambar 6.
Nilai LHV bahan bakar dan LHV Syngas dapat ditentukan dari komposisi yang
terkandung dalam satuan unit massa bahan bakar dan satuan unit volume Syngas.
Dimana:
𝑆𝐺𝑅 = 𝑆𝑝𝑒𝑠𝑖𝑓𝑖𝑐 𝐺𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑐𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒, 𝑘𝑔/𝑚2 𝑗𝑎𝑚
𝑇 = 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖, ℎ𝑟
𝑅𝑐. 𝐴𝑟𝑒𝑎 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 (2 𝜋 𝑟 𝑡) , 𝑚2
d. Tinggi reaktor
Hal ini mengacu pada total jarak dari atas hingga bagian bawah reaktor
yang perlu diketahui untuk menentukan seberapa lama pengoperasian dalam satu
muatan bahan bakar. Pada dasarnya, merupakan fungsi dari sejumlah variabel
seperti waktu yang dibutuhkan untuk mengoperasikan gasifier (T), the spesific
gasification rate (SGR) dan kepadatan kayu. Ketinggian reaktor dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
𝑆𝐺𝑅 𝑥 𝑇
H = 𝜌 𝑟𝑖𝑐𝑒 ℎ𝑢𝑠𝑘 Sumber: (Alexis T. Belonio, 2005, pg.70)
Dimana:
H = Tinggi reaktor, m
SGR = spesific gasification of wood, kg/𝑚2 – hr
T = waktu, hr
ρ = densitas kayu, kg/m3
e. Diameter reaktor
Hal ini mengacu pada ukuran reaktor yaitu berupa diameter yang
merupakan penampang reaktor dimana bahan bakar kayu akan dibakar. Diameter
reaktor dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
30
Dimana:
D = Diameter reaktor, m
FCR = fuel consumption rate, kg/jam
SGR = Specific gasification rate of wood, kg/𝑚2 – hr
𝜌 𝑥 𝑉𝑟
T= Sumber: (Alexis T. Belonio, 2005, pg.71)
𝐹𝐶𝑅
Dimana:
T = Waktu yang diperlukan untuk pembakaran kayu, hr
Vr = Volume reaktor (π r2 t), m3
𝜌 = Densitas kayu, kg/m3
FCR = Laju pembakaran kayu, kg/hr
Dimana:
AFR = laju alir udara, m3/hr
ER = equivalence ration, 0.3 – 0.4
FCR = laju pembakaran kayu, kg/hr
SA = stokiometri udara biomasa,
𝜌 = densitas udara, kg/m3
31
Eqivalen rasio dari proses gasifikasi merupakan salah satu parameter paling
penting untuk penyesuaian kondisi operasi (Ramirez et al., 2007). Udara bahan
bakar stokiometri untuk pembakaran gasifikasi dapat diperoleh dari:
b. Superficial velocity
Kecepatan superfisial adalah salah satu parameter yang paling penting
menentukan kinerja reaktor gasifier, mengendalikan laju produksi gas, kandungan
energi gas, tingkat konsumsi bahan bakar, daya output, dan tingkat tar/produksi
arang. Kecepatan superfisial didefinisikan sebagai laju aliran gas (m3/s) dibagi
dengan luas penampang silinder keramik dalam (m2) (Knoef et al., 2005).
Kecepatan yang sebenarnya jauh lebih tinggi karena adanya bahan
biomassa. Sebuah kecepatan superfisial rendah menyebabkan kondisi pirolisis
relatif lambat dan hasil arang tinggi dan gas dengan kandungan tar yang tinggi.
Dalam hal ini untuk mendapatkan LHV didasarkan pada kondisi normal
untuk masing-masing gas produser. Persen volumetrik dari hidrogen, karbon
monoksida, metana dan setiap hidrokarbon lain yang diketahui dari hasil
kromatografi gas.
33
3.76
𝑎𝑖𝑟 𝑓𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑥 ( )
4.76
𝐺𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑒 =
𝑁𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑚𝑜𝑙𝑒 𝑓𝑟𝑎𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑜𝑓 𝑑𝑟𝑦 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟 𝑔𝑎𝑠
f. Power Input
Merupakan jumlah energy yang disuplai ke reaktor berdasarkan jumlah
bakan bakar yang di konsumsi :
𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑃𝑖) = 0.00012 𝑥 𝐹𝐶𝑅 𝑥 𝐻𝑉𝐹
Sumber : (Michael Lubwama, 2011, pg.15)
g. Power Output
Jumlah energy yang dilepaskan selama pembakaran dalam reaktor.
𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑀𝑉) = 𝑔𝑎𝑠 𝑓𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑥 𝐿𝐻𝑉 gas
Sumber : (Michael Lubwama, 2011, pg.15)
34
h. Efisiensi gasifikasi
Efisiensi gasifier dapat dinyatakan secara dingin atau panas. Efisiensi gas
dingin adalah kandungan energi kimia dari gas produser dibagi dengan kandungan
energi dari biomassa, sedangkan efisiensi gas panas merupakan kandungan energi
panas dari gas produser dibagi dengan kandungan energi dari biomassa. Efisiensi
gas panas diperoleh dengan memperhitungkan panas yang terkandung dalam gas
sedangkan efisiensi gas dingin diperoleh ketika gas di dinginkan setelah
meninggalkan gasifier untuk suhu lingkungan. (Knoef et al., 2005).