Paper Ginec WKP

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Haid atau yang sering disebut dengan menstruasi merupakan pelepasan lapisan dalam
(endometrium) yang disertai perdarahan, terjadi berulang setiap bulan secara periodik,
kecuali pada saat hamil. Sedangkan siklus haid adalah waktu sejak hari pertama haid sampai
datangnya haid di periode berikutnya.

Siklus haid setiap perempuan berbeda anatara satu dengan yang lainnya bukan saja
anatara beberapa wanita, tetapi juga pada perempuan yang sama. Juga pada kakak adik
bahkan saudara kembar siklus haidnya tidak selalu sama.

Sebelum datangnya haid, setiap perempuan umumnya mengalami sindrom bulanan


atau yang lebih dikenal dengan sindrom pra-menstruasi (PMS). Sindrom ini biasanya dapat
mengganggu aktifitas fisik perempuan.

Umumnya datangnya haid pertama kali sekitar umur 10 – 16 tahun. Panjang siklus
haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari
mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus.

Menurut Bobak, menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada uterus yang
dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. menstruasi ini merupakan peristiwa yang dialami
setiap perempuan. Seorang perempuan yang pertama kali mendapat haid adalah pertanda
bahwa ia siap bereproduksi atau menghasilkan keturunan.

Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis,


dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran
reproduksi normal. Ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya
bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menstuasi Normal

Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologis-


pancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen (uterus-
endometrium dan alat seks sekunder).

Pola haid merupakan suatu siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik
awal. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama lebih kurang 7 hari.
Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit dan
tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke-2 atau ke-3
dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah.

Umumnya datangnya haid pertama kali sekitar umur 10 – 16 tahun. Panjang siklus
haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari
mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus.

Menurut Bobak, menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada uterus yang
dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. menstruasi ini merupakan peristiwa yang dialami
setiap perempuan. Seorang perempuan yang pertama kali mendapat haid adalah pertanda
bahwa ia siap bereproduksi atau menghasilkan keturunan.

Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis,


dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran
reproduksi normal. Ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya
bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi.

2.2 Perubahan Siklus Haid

Perubahan siklus haid merupakan suatu keadaan siklus haid yang berbeda dengan
yang sebelumnya, yang diukur mulai dari siklus menstruasi normal, dengan menarche
sebagai titik awal, yang dapat berkisar kurang dari batas normal sekitar 22– 35 hari dan hanya
10-15% perempuan yang memiliki siklus haid 28 hari.

2
Siklus haid perempuan tidak selalu sama setiap bulannya. Perbedaan siklus ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya: gizi, psikis dan usia. Pada masa remaja, hormon-
hormon seksualnya belum stabil. Semakin dewasa biasanya siklus haid menjadi lebih teratur,
walaupun tetap saja bisa maju atau mundur karena faktor psikis atau kelelahan.

2.3 Siklus Menstruasi

Ciri khas kedewasaan wanita ditandai dengan adanya perubahan-perubahan siklus


pada alat kandungan sebagai persiapan untuk suatu kehamilan. Peristiwa penting tersebut
ditandai dengan datangnya haid yaitu pengeluaran darah tiap bulan dari rahim. Pendarahan
akibat runtuhnya dinding lapisan dalam rahim adalah puncak dari serangkaian peristiwa
saling berkaitan, yang bertujuan mempersiapkan rahim menampung sel telur yang dibuahi.
Bila kehamilan tidak terjadi, dinding yang sudah dipersiapkan itu meluruh. Siklus baru yang
sama dimulai lagi.

Pengendali utama dari semua peristiwa itu ialah hipotalamus. Bagian otak itu pun
masih dapat dipengaruhi oleh faktor gizi dan psikis. Terbukti dari kenyataan, haid dapat
dipengaruhi oleh pikiran yang kacau, atau perjalanan. Lamanya haid terhenti tidak selalu
dapat dipastikan.

-Gambaran Klinis Menstruasi

Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan menstruasi terjadi


setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus adalah 28 hari. Wanita dengan siklus
ovulatorik, selang waktu antara awal menstruasi hingga ovulasi – fase folikular – bervariasi
lamanya. Siklus yang diamati terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi. Selang waktu
antara awal perdarahan menstruasi – fase luteal − relatif konstan dengan rata-rata 14 ± 2 hari
pada kebanyakan wanita.

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi; pada umumnya lamanya 4 sampai
6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah
menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan
darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran
darahnya terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan.
Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik
lokal yang aktif di dalam endometrium.

3
Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode
menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml.

-Aspek Hormonal Selama Siklus Haid

Manusia, siklus reproduksinya melibatkan berbagai organ, yaitu uterus, ovarium,


vagina, dan mammae yang berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka
hal ini dimungkinkan adanya pengaturan koordinasi yang disebut hormon. Hormon adalah zat
kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam peredaran darah
dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target. Hormon-hormon yang
berhubungan dengan siklus menstruasi ialah :

a. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis :

- Luteinizing Hormon (LH)

- Folikel Stimulating Hormon (FSH)

- Prolaktin Releasing Hormon (PRH)

b. Steroid ovarium

Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen. Banyak dari


steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di
jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-prekursor steroid lain;
konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung
mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.

-Fase-Fase Dalam Siklus Haid

Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus.
Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior,
ovarium, dan uterus.

Fase-fase tersebut adalah :

a. Fase menstruasi atau deskuamasi

Fase ini endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan
lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama lima hari (rentang

4
tiga sampai enam hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progeseron, LH
(Luteinizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH
(Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

b. Fase pascamenstruasi atau fase regenerasi

Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium. Kondisi ini mulai
sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama ± 4 hari.

c. Fase intermenstum atau fase proliferasi

Fase ini merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari
kelima ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus
32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari
atau menjelang perdarahan berhenti. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8-10 kali lipat, yang
berakhir saat ovulasi. Fase intermenstum atau fase proliferasi tergantung pada stimulasi
estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

- Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenali
dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel.

- Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan
bentuk transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang
tinggi.

- Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini
dapat dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis

d. Fase pramenstruasi atau fase sekresi

Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium kira-kira
tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan
mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat
glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.

5
Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :

- Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena
kehilangan cairan.

- Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan
menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang
mengandung glikogen dan lemak. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan
sekresi kelenjar. Akhir masa ini, stroma endometrium berubah kearah sel-sel; desidua,
terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan
terjadinya nidasi.

-Mekanisme Siklus Menstruasi

Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari siklus yang
baru. Akan terjadi lagi peningkatan dari FSH sampai mencapai kadar 5 mg/ml (atau setara
dengan 10 mUI/ml), dibawah pengaruh sinergis kedua gonadotropin, folikel yang
berkembang ini menghasilkan estradiol dalam jumlah yang banyak. Peningkatan serum yang
terus-menerus pada akhir fase folikuler akan menekan FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum
ovulasi, kadar estradiol mencapai 150-400 pg/ml. Kadar tersebut melebihi nilai ambang
rangsang untuk pengeluaran gonadotropin praovulasi. Akibatnya FSH dan LH dalam serum
akan meningkat dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula,
kadar estradiol akan kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar antara 8 dan 35 ng/ml
atau setara dengan 30-40 mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ ml atau setara dengan 15-45
mUI/ml.

Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan
mulai pecah dan satu hari kemudian akan timbul ovulasi. Bersamaan dengan ini dimulailah
pembentukan dan pematangan korpus luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar
progesteron, sedangkan gonadotropin mulai turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut
tidak selalu memberi arti, bahwa ovulasi telah terjadi dengan baik, karena pada beberapa
wanita yang tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai suhu basal badan dan endometrium sesuai
dengan fase luteal.

Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum. Sekresi progesteron terus
menerus meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan 20 ng/ml. Estradiol yang dikeluarkan

6
terutama dari folikel yang besar yang tidak mengalami atresia, juga tampak pada fase luteal
dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada selama permulaan atau pertengahan fase
folikuler. Produksi estradiol dan progesteron maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23

2.4 Gangguan Pada Siklus Haid

Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 18 tahun
setelah itu harus sudah teratur. Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35
hari (dari hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya)
dan pengeluaran darah menstruasi berlangsung 1-8 hari. Jumlah rata-rata hilangnya darah
selama menstruasi adalah 50 ml (rentang 20- 80 ml), atau 2-5 kali pergantian pembalut/hari.

Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif,
yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas 39 tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan
lamanya siklus haid, atau jumlah dan lamanya menstruasi. Seorang wanita dapat mengalami
kedua gangguan itu.

Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan
dalam :

1. Perubahan pada siklus haid

a. Polimenorea

Yaitu siklus haid pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari pendarahan), sementara
volume perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume perdarahan haid
biasanya. Polimenorea yang disertai dengan pengeluaran darah haid yang lebih banyak dari
biasanya dinamakan polimenoragia (epimenoragia).

Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan


gangguan ovulasi, akan menjadi pendeknya masa luteal. Penyebabnya ialah kongesti ovarium
karena peradangan, endometritis, dan sebagainya.

b. Oligomenorea

Yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada oligomenorea
biasanya berkurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, ansietas dan stress, penyakit
kronis, obat-obatan tertentu, status penyakit nutrisi yang buruk, olah raga yang berat,
penurunan berat badan yang signifikan.
7
c. Amenorea

Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian besar
siklus menstruasi wanita dewasa. Amenorea adalah panjang siklus haid memanjang dari
siklus normal atau tidak terjadinya perdarahan haid minimal tiga bulan berturut-turut. Selain
itu, terdapat beberapa keadaan atau kondisi yang berhubungan dengan amenorea yang
abnormal.

Amenorea dibagi menjadi dua bagian besar :

- Amenorea primer di mana seorang wanita tidak pernah mendapatkan sampai umur
18 tahun. Terutama gangguan poros hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan tidak
terbentuknya alat genitalia

. - Amenorea sekunder, pernah beberapa kali mendapat menstruasi sampai umur 18


tahun dan diikuti oleh kegagalan menstruasi dengan melewati waktu 3 bulan atau
lebih. Penyebabnya sebagian besar bersumber dari penyebab yang mungkin dapat
ditegakkan.

Sebab terjadinya amenorea:

a. Fisiologis :

- sebelum menarche

- hamil dan laktasi

- menopause senium

b. Kelainan kongenital dan genetik

c. Didapatkan :

- infeksi genitalia

- kelainan hormonal

- tumor pada poros hipotalamus-hipofisis atau ovarium

- kelainan dan kekurangan gizi

-psikosis, anoreksia nervosa, pseudosiesi

8
2. Perubahan Jumlah Darah Haid

- Hipermenorea atau menoragia

Hipermenorea adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal (lebih dari 8
hari). Terjadinya pada masa haid yang mana haid itu sendiri teratur atau tidak. Pendarahan
semacam ini sering terjadi dan haidnya biasanya anovulasi penyebab terjadinya menoragia
kemungkinan terdapat mioma uteri, polip endometrium atau hyperplasia endometrium
(penebalan dinding rahim), dan biasanya terjadi pada ketegangan psikologi.

- Hipomenorea

Hipomenorea adalah pendarahan haid yan lebih pendek dari biasa dan/atau lebih
kurang dari biasa penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita dengan
penyakit tertentu.

3. Gangguan perdarahan diluar haid

Pada keadaan ini terdapat perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid,
perdarahan terjadi dengan interval yang tidak teratur. Ada dua macam perdarahan diluar haid
yaitu metroragia dan menometroragia.

a. Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus
haid. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium
karsinoma serviks) kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen.

b. Menoragia adalah perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan
jumlah darah yang cukup banyak.

4. Penyebab perdarahan diluar haid

a. Polip Serviks

Polip adalah tumor bertangkai yang kecil dan tumbuh dari permukaan mukosa
sedangkan servikal polip adalah polip yang terdapat dalam kanalis servikalis. Gejala umum
dari polip serviks adalah kontak berdarah atau vagina yang selalu berdarah setelah melakukan
hubungan seks dan leukorea.

9
b. Erosi Porsio

Erosi porsiones adalah proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah
porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan virus dan bisa
juga akibaat rangsangan zat kimia, namun umumnya disebabkan oleh infeksi.

Erosi porsio atau disebut juga erosi serviks adalah hilangnya sebagian atau seluruh
permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan mulut
serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan
endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah, erosi dan
terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks.

c. Ulkus Porsio

Ulkus porsio adalah suatu peradangan dan luka pada porsio berwarna merah dengan
batas tidak jelas pada ostium uteri eksternum. Beberapa penyebabnya antara lain karena
penggunaan IUD, prilaku seksual yang tidak sehat, trauma. Dari semua kejadian ulkus porsio
itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampainkronis maka dapat menyebabkan
metastase keganasan leher rahim.

d. Trauma

Trauma menurut aspek medis adalah hilangnya diskontinuitas dari jaringan.


Sedangkan menurut aspek medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda
yang menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Penyebab diantaranya trauma yang dapat
menyebabkan perdarahan diluar haid adalah usai berhubungan seksual.

e. Polip Endometrium

Polip endometrium adalah pertumbuhan kecil yang tumbuh sangat lambat dalam
dinding rahim. Bentuknya dapat bulat atau oval dan biasanya berwarna merah. Tidak ada
penyebab pasti dari polip endometrium, tetapi pertumbuhannya dipengaruhi oleh kadar
hormon, terutama estrogen. Seringkali tidak ada gejala tetapi beberapa gejala teridentifikasi
dengan pembentukan dari polip yaitu: perdarahan haid yang berat/memanjang dan disminore.

10
2.5 Penyebab Terganggunya Siklus Haid

Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan
kasus dengan siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau
pendeknya sebuah siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai :

1. Fungsi hormon terganggu

Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar
hipofisis. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel
telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid pun akan terganggu.

2. Kelainan Sistemik

Tubuh yang gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya karena sistem
metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita
penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun
tak teratur.

3. Stress

Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress, wanita
akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit sakitan, sehingga
metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.

4. Kelenjar Tiroid

Terganggunya fungsi kelenjar tiroid juga bisa menjadi penyebab tidak teraturnya
siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar tiroid yang terlalu tinggi (hipertiroid)
maupun terlalu rendah (hipotiroid), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut
terganggu.

5. Hormon prolaktin berlebih

Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang
hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormone
prolaktin juga bisa tinggi, biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak
di dalam kepala

11
6. Faktor Enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam
sintesa protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi
ensometrium dan perdarahan.

7. Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan desintegrasi


endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabakan kontraksi myometrium sebagai suatu
faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

2.6 Penatalaksanaan

a. Polimenorea

Pemberian kontrasepsi oral yang dapat mengatur periode menstruasi.

b. Oligomenorea

Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan kesehatan,


termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, pengurangan
berat badan pada wanita yang obesitas serta pemberian hormon gonadotropin.

c. Amenorea

Menetapkan gangguan penyebab amenorea, karena kelainan hormonal

1. Memberikan progestin

2. Dilakukan induksi ovulasi dangan pemeriksaan hormonal

3. Prolaktin

4. Pada disfungsi karena hiperprolaktikemia menstrual dapat diobati dengan


bromokprit (pardoled).

5. Bila gagal menentukan sebab amenorea, dilakukan :

- Laparoskopi

- Foto kepala untuk mencari penyebab sentral.

12
2.7 Gangguan yang Berhubungan dengan Haid

a. Sindrom prmenstruasi (pre-menstrual syndrom/ PMS)

Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai


beberapa hari sebelum datangnya haid yang menghilang sesudah haid datang walaupun
kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Penyebab terjadinya tidak jelas,
tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan estrogen dan progesteron dengan
akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema.
Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada premenstrual syndrom terdapat defisiensi
luteal dan pengurangan produksi progesterone.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial juga memegang peranan
penting. Yang lebih mudah menderita keluhan-keluhan ini adalah wanita yang lebih peka
terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.

Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa emosional berupa iritabilitas, gelisah,
insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb.
Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan
peningkatan gejala-gejala tersebut di atas.

b. Dismenorea

Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat
menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual,
sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah, dll. Keluhan ini biasanya baru timbul 2 atau
3 tahun sesudah menarche. Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan
sel telur. Kadang-kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur
(disebut siklus anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim. Jadi rasa
sakit terjadi ketika beku-bekuan itu didorong keluar rahim. Rasa sakit yang menyerupai
kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum haid datang dan
berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Sesuatu itu semua rasa tidak enak tadi
hilang. Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup ringan (berlangsung beberapa saat dan
masih dapat meneruskan aktivias sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk
menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya), berat (rasa nyerinya

13
demikian beratnya sehingga memerlukan isirahat dan pengobatan untuk menghilangkan
nyerinya).

Sebab dismenorea dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu dismenorea primer, semata-
mata berkaitan dengan aspek hormonal yang mengendalikan uterus dan tidak dijumpai
kelainan anatomis, umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berevolusi.
Dismenorea sekunder, rasa nyeri yang terjadi saat menstruasi berkaitan dengan kelainan
anatomis uterus seperti endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna.

14
BAB III

KESIMPULAN

Haid atau menstruasi merupakan ciri khas kematangan biologis seseorang perempuan.
Haid merupakan salah satu perubahan siklik yang terjadi pada alat kandungan sebagai
persiapan untuk kehamilan. Setiap perempuan normal akan mengalami haid setiap bulannya,
yang dipengaruhi oleh faktor hormon, enzim, vascular, prostaglandin.

Siklus haid perempuan tidak selalu sama setiap bulannya. Perbedaan siklus ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya: gizi, psikis dan usia. Pada masa remaja, hormon-
hormon seksualnya belum stabil. Semakin dewasa biasanya siklus haid menjadi lebih teratur,
walaupun tetap saja bisa maju atau mundur karena faktor psikis atau kelelahan.

Umumnya datangnya haid pertama kali sekitar umur 10 – 16 tahun. Panjang siklus
haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari
mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus.

Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis,


dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran
reproduksi normal. Ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya
bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi.

Adapun kelainan siklus haid yang terjadi dalam masa reproduksi seperti polimenorea,
oligomenorea, amenorea dan beberapa gangguan haid lainnya.

15
BAB IV
LAPORAN KASUS

STATUS ORANG SAKIT


I. DENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SB
Umur : 49 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa
Alamat : Komplek Lapangan Sempali
No RM : 24.74.32
Tangga lmasuk: 15-05-2016
Pukul : 13.05 WIB

Nama suami : Tn. S


Umur : 52 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa
Alamat : Komplek Lapangan Sempali

16
II. ANAMNESA

Ny.BS, 49 tahun, P2A0, Anak paling kecil 22 tahun, menikah satu kali, Islam, Wiraswasta,
SMA, i/d Tn.S, 52 tahun, Jawa, Islam, SMA, Wiraswasta. Pasiendatangke VK dengan:
KeluhanUtama :Teraba benjolan
Telaah :pasien mengeluhkan teraba benjolan di bagian perutnya.
Pasien juga mengeluhkan nyeri haid yang dirasakan sejak 1 tahun ini. Pasien juga
mengeluhkan nyeri saat selesai buang air kecil yang dirasakan sejak 3 bulan ini. .Riwayat
perdarahan dari kemaluan (-).Riwayat perdarahan diluar siklus haid (-). Riwayat keputihan (-
).Riwayat penurunan BB (-).BAK (+) normal nyeri setelah selesai, BAB (+) normal.
RPT / RPO : (-)

RPK : (-)

Riwayat Haid
Menarche : 14tahun
Lama haid : 6-7 hari
Siklus haid : Teratur, 28-30 hari
Darah haid : 2-3 kali ganti pembalut dalam sehari
Dysmenorrhea : (+)
Riwayat Pernikahan : 1 kali
Riwayat Kontrasepsi : (-)
Riwayat Persalinan : P2A0

1. Anak Perempuan, aterm, BBL 3.500 gr, PSP, di tolong oleh dokter, hidup, umur
sekarang 24 tahun.

2. Anak laki-laki, aterm, BBL 4000 gr, PSP, di tolong oleh dokter, hidup, umur 22 tahun

Riwayat Operasi : (+) FAM

17
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present
Sens : CM Anemis : (-/-)
TD : 110/80 mmHg Ikterik : (-/-)
HR : 70 x/i Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/i Sianosis : (-)
T : 36,50 C Oedem : (-)
TB : TDP
BB : TDP

B. Status Generalisata
Kepala : Dalam Batas Normal
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterus -/-
Leher : KGB tidakt eraba, TVJ tidak meningkat
Thorax :
 Cor : Bunyi jantung normal, reguler,suara tambahan (-)
 Pulmo : Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)

Abdomen: Teraba massa padat, mobile, konsistensi kenyal, permukaan rata, nyeri tekan (-).

Ekstremitas: Akral hangat (+), edema (-)

BAB : (+) N

BAK : (+) N

P/V : (-)

C. STATUS GINEKOLOGIS

Inspekulo :

• Portio : Licin.

• Erosi : (-)

• Darah : (-)

18
• Fluor Albus : (-)

• Massa di OUE : (-)

• Massa eksofitik pada serviks : (-)

Pemeriksaan Dalam (VT) :

UTERUS

 Posisi : Antefleksi
 Besarnya : Dalam Batas Normal
 Mobilitas : Mobile
 Konsistensi : Kenyal, Permukaan Rata
 Nyeri tekan : Tidak

PORTIO

 Bentuk : Licin
 Pembukaan : (-)
 Contact Bleeding : (-)
 Sakit waktu di gerakkan : (-)

Parameter Kanan dan Kiri : Kanan dan kiri terasa lemas

Adnexa Kanan dan Kiri : Tidak teraba massa

 Besar :-
 Konsistensi :-
 Mobilitas :-
 Permukaan :-
 Nyeri tekan :-

Cavum Douglas

 Douglas Crise : (-)


 Menonjol/Tidak : Tidak

19
Vagina

 Dinding : Normal
 Tanda-tanda peradangan : (-)
 Sekret : (-)
 Massa : (-)
 Darah : (-)

Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik Os didiagnosa sementara dengan :

1. Polip Endoserviks + Mioma


2. Kista Ovarium
3. Tumor Intraabdominal
4. Kehamilan

20
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hematologi (16 mei 2016, pukul 15:22 WIB)


Darahrutin Nilai NilaiRujukansatuan
Hemoglobin 12,8 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 4,6 3,9 - 5,6 10*5/µl
Hitung leukosit 13.200 4.000- 11.000 /µl
Hematokrit 38,9 36-47 %
Hitung trombosit 188.000 150.000-450.000 /µl

Index eritrosit
MCV 84,1 80 – 96 fL

MCH 27,6 27 – 31 pg
MCHC 32,9 30 – 34 %

Kimia Klinik Nilai Rujukan


Hitung jenis leukosit
Eosinofil 1 1–3 %
Basofil 0 0–1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 87 53–75 %
Limfosit 8 20–45 %
Monosit 4 4–8 %
LED 17 0-10 mm/jam

Golongan Darah -
Glukosa Darah Sewaktu 97 mg/dL <140 mg/dl

21
Ultrasonografi Trans Abdominal Sonography (USG TAS)
o Kandung kemih : Terisi Baik
o Uterus
o Bentuk : Antefleksi
o Besar : Sebesar kepala bayi
o Adnexa kanan : Dalam Batas Normal
o Adnexa Kiri : Dalam Batas Normal
o Ukuran : 10x6x5 cm
o Cairan bebas : (-)
Kesan : Mioma Uteri

Foto Thorax (14 Mei 2016) :


Kesan : Cor/Pulmo dalam batas normal

BNO IVP (14 Mei 2016) :


Kesan : Indentasi Buli-Buli

EKG :
Kesan : Normal
Diagnosa :Polip Endoserviks+mioma
Rencana : Laparotomi/ TAH+BSO pada tanggal 16 Mei 2016 pukul 10.00 WIB
Lapor supervisor dr. MuslichSp.OG
Persiapan:
1. Informed Consent
2. Surat izin operasi
3. Anjurkan ibu berpuasa 6 jam sebelum operasi
4. IVFD RL 20 tetes/menit
5. Injeksi cefotaxime 2 gram
6. Pemasangan kateter
7. Konsul anestesi
8. Awasi vital sign

22
E. Laporan Operasi

Operator: Dr. Muslich P, SpOG

Tanggal: 16/Mei l/2016 pukul 10.00 WIB s/d 12.00 WIB

1. Ibu dibaringkan di meja operasi dengan kateter dan infuse terpasang baik.

2. Dilakukan spinal anestesi, dilakukan tindakan antiseptic dan aseptic dengan betadine
dan alkhohol 70% kemudian abdomen ditutup dengan duck steril kecuali lapangan operasi.

3. Dibawah spinal anastesi dilakukan insisip fenenstil mulai dar ikutis, subkutis.

4. Dengan menyisipkan pinset anatomi dibawahnya, fascia digunting kekanan dan kekiri
otot dikuakkan secara tumpul.

5. Peritoneum dijepit dengan klem, diangkat lalu digunting keatas dan kebawah evaluasi
cavum abdomen tampak uterus miomatosus, evaluasi ovarium kanan dan kiri, dan dilakukan
TAH-BSO

6. Ligamenttum rotundum diklem dan digunting, kemudian diikat. Identifikasi


ligamentum infundibulopelvikum diklem, digunting dan diikat.

7. Plicavesica uterine disisihkan dengan kasa, Kedua arteri uterine diklem dan digunting
dan diikat.

8. Portio di klem kemudian dilakukan pemancungan hingga vagina posterior, puncak


vagina dijahit. Ligamentum sacrouterina diklem dan dijahit dengan electrocauter kemudian
diikat, evaluasi perdarahan.

9. Puncak vagina dijahit dengan vicryl no. 1 dan evaluasi perdarahan

10. Dilakukan pencucian pada cavum abdomen, kemudian cavum abdomen ditutup lapis
demi lapis.

11. Luka operasi dibersihkan dan ditutup supratul, kasa steril danh ipavix.

12. KU Post TAH + BOS : stabil

23
POST OPERASI

TindakanOperasi : Total abdominal Histerektomi (TAH) + Bilateral Salpingo


Ooforectomi (BOS)
Temuan Post Operasi : Ditemukan massa berukuran 10 x 6 x 5 cm

Intruksi Pos tOperasi :

 Observasi vital sign dan tanda-tanda perdarahan.


 Pemeriksaan darah rutin post operatif
 Pemeriksaan Patologi Anatomi jaringan Uterus
 IVFD RL 20 gtt/i
 Inj.Cefotaxim 1 gr/8 jam
 Inj.Gentamicyn 80 mg/8 jam
 Inj.Ditranex 500 mg/8 jam
 Inj.Ketorolac 30 mg/8 jam
 Inj.Ranitidine 50 mg/12 jam
 Metronidazol drip/8 jam

Follow up tanggal 17/05/2016 pukul 06.00 WIB

S : Nyeri luka operasi

O : sens : compos mentis anemis : -/-


TD : 90/80 mmHg ikterik : -/-
HR : 64 x/I sianosis :-
RR : 24 x/I dyspnoe :-
T : 36,7 0C oedem :-

SL : Abdomen : soepel, peristaltic (+)


P/V : (-)
L/O : Tertutup verban, kesan kering.
BAB : (-)
BAK : via kateter

24
Flatus : (-)

A : Post Total Abdominal Histerektomi + Bilateral Salpingo Ooforectomi


atasindikas iMyoma Uteri+ H1

P :
 IVFD RL 20 gtt/i
 Inj Cefotaxim 1 gr/8 jam
 InjGentamicyn 80 mg/8 jam
 Inj ketorolac 30 mg/8 jam
 Inj ranitidine 50 mg/12 jam
 Inj. Metronidazol drip /8 jam

Follow up tanggal 18/05/2016 pukul 06.00 WIB

S : Nyeri luka operasi berkurang

O : sens : compos mentis anemis : -/-


TD : 110/70 mmHg ikterik : -/-
HR : 80 x/I sianosis :-
RR : 24 x/I dyspnoe :-
T : 36,5 0C oedem :-

SL : Abdomen : soepel, peristaltic (+)


P/V : (-)
L/O : Tertutup verban, kesan kering.
BAB : (-)
BAK : via kateter
Flatus : (+)

A : Post Total Abdominal Histerektomi + Bilateral Salpingo Ooforectomi atas


indikasi Myoma Uteri+ H2

25
P :
 IVFD RL 20 gtt/i
 Inj Cefotaxim 1 gr/8 jam
 InjGentamicyn 80 mg/8 jam
 Inj ketorolac 30 mg/8 jam
 Inj ranitidine 50 mg/12 jam

Follow up tanggal 19/05/2016 pukul 10.00 WIB

S : -

O : sens : compos mentis anemis : -/-


TD : 100/60 mmHg ikterik : -/-
HR : 68x/I sianosis :-
RR : 20 x/I dyspnoe :-
T : 36,00C oedem :-

SL : Abdomen : soepel, peristaltic (+)


P/V : (-)
L/O : Tertutup verban, kesan kering.
BAB : (-)
BAK : (+)via kateter

A : Post Total Abdominal Histerektomi + Bilateral Salpingo Ooforectomi atas


indikasi Myoma Uteri+ H3

P :
 IVFD RL 20 gtt/i
 Inj Cefotaxime 1 gr/8 jam
 InjGentamicyn 80 mg/8 jam
 Pondex 3x1
 Grahabion 2x1
 Antasisa syrup 3x CII

26
R : Bladder training

Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi tanggal 19 Mei 2016

-Makroskopi

Diterima jaringan uterus dengan kedua adnexa dengan ukuran 10x6x5 cm. Pada pemotongan
tampak massa tumor pada cavum uteri dan di endometrium

-Mikroskopi

Sediaan jaringan dari cervix tampak gambaran multiple nabothian cyst.

Sediaan jaringan dari endometrium fase proliferasi

Sediaan jaringan dari massa tumor tampak gambaran sel-sel bentuk spindel yang tersusun
sejajar kesegala arah dan sebagian membentuk kumparan

Sediaan jaringan dari ovarium tampak kista lutein berdarah

-kesimpulan

Suatu multiple mabothian cyst + mioma uteri+ kista lutein berdarah

27
28

You might also like