Bab 4
Bab 4
Bab 4
55
Tabel 4.1 Descriptif Statistic Audit Delay
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
ADLY 96 16 97 59,53 20,07
Observation 96
Sumber : Data sekunder yang diolah
56
4.2.2 Ukuran Perusahaan
Pengukuran ukuran perusahaan pada penelitian ini dilakukan dengan
cara menghitung kapitalisasi pasar perusahaan (Silvia & Witjaksono,
2014).
Tabel 4.2 Descriptive Statistic Ukuran Perusahaan
Observation 96
57
Sedangkan nilai maksimum sebesar 33,6254 yang berarti bahwa jumlah
komposisi terbesar kapitalisasi pasar pada perusahaan sampel memilik
saham yang berkapitalisasi besar sebesar Rp 401.183.985.672.000 triliun
yaitu pada perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pada
tahun 2016. Dengan saham yang beredar yang sama, harga penutupan
saham TLKM tahun 2016 tercatat mengalami kenaikan sebanyak Rp 875
atau sebesar 1,28% dari Rp 3.105 menjadi Rp 3.980. Kapitalisasi pasar
TLKM pada tahun 2016 meningkat sebesar Rp 88.199.996.850.000 triliun
dibandingkan tahun 2015 yang hanya mencapai Rp 312.983.988.822.000
triliun.
Tabel 4.3 Ukuran Perusahaan dan Audit Delay
Total
di bawah rata-
2 100% 68 72,34% 70
rata (96,225)
di atas rata-
0 0% 26 27,66% 26
rata (96,225)
58
4.2.3 Solvabilitas
Solvabilitas diukur menggunakan debt to equity ratio (DER) yaitu
perbandingan antara jumlah hutang perusahaan dengan jumlah equity
perusahaan (Janartha & Suprasto H., 2016).
Tabel 4.4 Descriptive Statistic Solvabilitas
59
Tabel 4.5 Solvabilitas dan Audit Delay
Total
di bawah rata-
2 100% 71 75,53% 73
rata (166.789)
di atas rata-
0 0% 23 24,47% 23
rata (166.789)
60
Tabel 4.6 Frequency Reputasi KAP
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Pangsa Pasar
2 100% 20 21,28% 22
<20%
Pangsa Pasar
0 0% 74 78,72% 74
>20%
61
Berdasarkan data pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa terdapat 2 sampel
perusahaan yang diaudit oleh KAP yang memiliki pangsa pasar kurang dari
20% yang mengalami audit delay lebih dari 90 hari dan 20 sampel
memiliki audit delay kurang dari 90 hari. Sedangkan 0 sampel perusahaan
yang diaudit oleh KAP yang memiliki pangsa pasar lebih dari 20% yang
mengalami audit delay lebih dari 90 hari dan 74 sampel memiliki audit
delay kurang dari 90 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa, KAP yang
memiliki reputasi baik di pasar tidak mempengaruhi audit delay pada
Indeks LQ45.
62
terjadi pada perusahaan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
pada tahun 2013. Nilai maksimum umur perusahaan adalah 26 yang berarti
lamanya perusahaan listing di BEI sampai tahun sampel penelitian yaitu
selama 26 tahun yaitu terjadi pada perusahaan PT United Tractors Tbk
(UNTR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) pada tahun
2016.
Tabel 4.9 Umur Perusahaan dan Audit Delay
Total
Umur Perusahaan
Sumber : Data sekunder yang>90 Hari
diolah < 90 Hari
Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah
di bawah rata-rata
1 50% 34 36,17% 35
(16.96)
B
di atas rata-rata
e 1 50% 60 63,83% 61
(16.96)
Total
r 2 100% 94 100% 96
Sumber : Data sekunder yang diolah
63
atau fixed effect dan Hausman Test untuk menentukan penggunaan model fixed
effect atau random Effect.
4.3.1 Pemilihan Model Data Panel
1) Uji Signifikansi Common Effect atau Fixed Effect (Chow Test)
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang cocok
antara common effect atau fixedeffect sehingga sesuai untuk penelitian
yang dilakukan. Ketentuan pengambilan keputusan pada pengujian ini
yaitu:
= Model Common Effect
= Model Fixed Effect
Kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila:
a) Probability (p-value) Cross-section F < 0,05 atau Probability (p-
value) Cross-section Chi-square < 0,05 maka ditolak atau
dapat dikatakan bahwa model yang lebih baik adalah Fixed
Effect.
b) Probability (p-value) Cross-section F > 0,05 atau Probability (p-
value) Cross-section Chi-square > 0,05 maka diterima atau
dapat dikatakan bahwa model yang yang lebih baik adalah
Common Effect.
Tabel 4.10 Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
64
signifikansi sebesar 5%. Berdasarkan data tersebut, dapat diputuskan
bahwa H0 ditolak dan model fixed effect lebih baik daripada model
common effect. Setelah Uji Chow selesai dilaksanakan, maka
dilanjutkan dengan Uji Hausman
2) Uji Signifikansi Fixed Effect atau Random Effect (Hausman Test)
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang cocok
antara fixed effect atau random effect sehingga sesuai untuk penelitian
yang dilakukan dengan kriteria yang sama seperti uji chow.
Tabel 4.11 Hasil Uji Hausman
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
65
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Signifikansi Fixed Effect
Effects Specification
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
Dimana:
Y = Audit Delay
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Solvabilitas (DER)
66
X3 = Reputasi KAP
X4 = Umur Perusahaan
ε = Error Term
67
4.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Reputasi KAP dan Umur
Perusahaan secara Simultan terhadap Audit Delay
4.4.1 Pengujian Simultan
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen terikat.
Pengujian ini menggunakan taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Jika
taraf signifikansi yang dihasilkan lebih dari 5% maka H0 diterima atau
secara simultan variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sebaliknya, jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 5%, maka
H0 ditolak atau variabel independen dapat mempengaruhi variabel
dependen secara bersama-sama atau berpengaruh secara simultan.
Berdasarkan tabel 4.12 , dapat dilihat bahwa nilai probability adalah
sebesar 0,0259 atau lebih kecil dari 5%, maka ditolak, berarti bahwa
variabel independen dalam penelitian ini, yaitu ukuran perusahaan,
solvabilitas, reputasi kantor akuntan publik dan umur perusahaan secara
simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen
yaitu audit delay pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45
tahun 2013-2016.
4.4.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis Koefisien Determinasi (R2) secara garis besar mengukur
seberapa jauh kemampuan suatu variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui nilai Adjusted
R-Squared model penelitian adalah sebesar 0,976344 atau 97,63%.
Dengan demikian, maka variabel independen yang terdiri dari ukuran
perusahaan, solvabilitas, reputasi kantor akuntan publik dan umur
perusahaan dapat menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen
yaitu audit delay pada perusahaan termasuk dalam indeks LQ45 tahun
2013-2016 sebesar 97,63%, sedangkan sisanya yaitu 2,37% dipengaruhi
oleh variabel lain.
68
4.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Reputasi KAP dan Umur
Perusahaan secara Parsial terhadap Audit Delay
Pengujian dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh ukuran
perusahaan, solvabilitas, reputasi kantor akuntan publik dan umur perusahaan
terhadap audit delay. Pengujian ini dilakukan dengan menguji koefisien regresi
dengan melihat nilai probability dengan tingkat signifikansi α = 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian persamaan variabel pada tabel 4.12 maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1) Konstanta sebesar 89,12430 dengan signifikansi 0,0259. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa 0,0259 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho1
ditolak dan Ha1 diterima sehingga tanpa pengaruh variable lain atau dengan
variabel lain sama dengan nol tidak memiliki pengaruh secara parsial
terhadap audit delay.
2) Koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar -1,838710 dengan signifikansi
0,1157. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,1157 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho2 diterima dan Ha2 ditolak sehingga ukuran
perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
3) Koefisien regresi solvabilitas sebesar 0,067119 dengan signifikansi 0,0003.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,0003 < 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa Ho3 ditolak dan Ha3 diterima sehingga solvabilitas secara parsial
berpengaruh terhadap audit delay.
4) Koefisien regresi reputasi kantor akuntan publik sebesar 5,526486 dengan
signifikansi 0,7180. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,7180 > 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa Ho4 ditolak dan Ha4 diterima sehingga reputasi
KAP secara parsial tidak berpengaruh terhadap audit delay.
5) Koefisien regresi umur perusahaan sebesar 0,810482 dengan signifikansi
0,0003. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,0003 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho5 ditolak dan Ha5 diterima sehingga umur perusahaan
secara parsial berpengaruh terhadap audit delay.
69
4.6 Analisis Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay
Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari
ukuran perusahaan adalah sebesar 0,1157. Karena nilai signifikansi dapat
dilihat berdasarkan nilai probability yang lebih besar dari taraf
signifikansi sebesar 0,05 atau 5%, maka variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan yang termasuk dalam
indeks LQ45 tahun 2013-2016. Hal ini disebabkan karena proksi
kapitalisasi pasar dalam ukuran perusahaan merupakan bukan determinan
dari internal perusahaan dan semua perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia diawasi oleh investor, pengawas permodalan, dan
pemerintah. Berdasarkan lampiran 11 , terdapat perusahaan yang memiliki
nilai kapitalisasi pasar di bawah rata-rata tetapi memiliki nilai audit delay
di bawah rata-rata. Salah satunya pada PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
pada tahun 2015 dan 2016 yang memiliki jangka waktu audit delay
sebesar 57 hari dan 58 hari lebih pendek dari tahun 2013 dan 2014 yang
sebesar 79 hari dan 62 hari namun sama-sama memiliki nilai kapitalisasi
di bawah rata-rata. Oleh sebab itu, semua perusahaan memiliki
kemungkinan yang sama dalam menghadapi tekanan atas penyampaian
laporan keuangan. Selain itu, perusahaan yang besar maupun kecil akan
diperiksa oleh auditor dengan cara yang sama, sesuai dengan prosedur
dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan (Shulthoni, 2013) dan
(Puspitasari & Latrini, 2014), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap audit delay. Namun, hasil penelitian ini tidak
mendukung pernyataan (Melati & Sulistyawati, 2016) dan (Puspitasari &
Sari, 2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh terhadap audit delay.
70
4.6.2 Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Delay
Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari
solvabilitas adalah sebesar 0,0003. Karena nilai signifikansi dapat dilihat
berdasarkan nilai probability yang lebih kecil dari taraf signifikansi
sebesar 0,05 atau 5%, maka variabel solvabilitas berpengaruh terhadap
audit delay pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 tahun
2013-2016. Hal ini disebabkan karena proporsi yang besar dari hutang
akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan mengakibatkan
perusahaan memperoleh sedikit masalah dimana perusahaan mau tidak
mau harus mengkonfirmasi perolehan hutang yang dimiliki perusahaan
kepada pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, proporsi hutang yang besar
akan meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan
yang diaudit dan secara otomatis penyusunan laporan audit akan semakin
terhambat.
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan (Puspitasari & Sari, 2012)
dan (Silvia & Witjaksono, 2014), yang menyatakan bahwa solvabilitas
berpengaruh terhadap audit delay. Namun, hasil penelitian ini tidak
mendukung pernyataan (Aziz, Isa, & Abu, 2014) dan (Saemargani, 2015),
yang menyatakan bahwa solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit
delay.
4.6.3 Pengaruh Reputasi KAP terhadap Audit Delay
Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi reputasi
KAP sebesar 0,7180. Karena nilai signifikansi dapat dilihat berdasarkan
nilai probability (T-statistic) yang lebih kecil dari taraf signifikansi
sebesar 0,05 atau 5%, maka variabel reputasi KAP tidak berpengaruh
terhadap audit delay pada perusahaan indeks LQ45 yang terdaftar di BEI
tahun 2013-2016. Hal ini dapat disebabkan karena KAP yang memiliki
pangsa pasar lebih besar akan memiliki reputasi yang baik di pasar
sehingga akan menjaga reputasinya dengan memberikan kualitas
71
pekerjaan audit yang efektif dan efisien dan diyakini mampu mendeteksi
kesalahan-kesalahan secara lebih baik, sehingga audit dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Berdasarkan lampiran 12, terdapat perusahaan yang
diaudit oleh KAP yang memiliki pangsa pasar lebih dari 20% tetapi
memiliki nilai audit delay di atas rata-rata. Salah satunya pada PT Bukit
Asam Tbk (PTBA) tahun 2015 dan 2016 memiliki nilai audit delay di atas
rata-rata sebesar 60 hari dan 66 hari. Sedangkan pada tahun 2013 dan
2014 perusahaan diaudit oleh KAP yang sama tetapi memiliki nilai audit
delay di bawah rata-rata sebesar 55 hari dan 54 hari.
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan (Ariyani & Budiartha,
2014), yang menyatakan bahwa reputasi KAP berpengaruh terhadap audit
delay. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung pernyataan
(Angruningrum & Wirakusuma, 2013) dan (Sunaningsih, 2014), yang
menyatakan bahwa reputasi KAP tidak memilik pengaruh terhadap audit
delay.
4.6.4 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Audit Delay
Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi umur
perusahaan sebesar 0,0003. Karena nilai signifikansi dapat dilihat
berdasarkan nilai probability yang lebih kecil dari taraf signifikansi
sebesar 0,05 atau 5% maka variabel umur perusahaan berpengaruh positif
terhadap audit delay pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45
tahun 2013-2016. Hal ini karena meskipun perusahaan yang ditetliti
merupakan perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45, yaitu
perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar dan laba yang tinggi. Kondisi
kinerja pasar yang relatif baik tidak mampu mendorong auditor
menyelesaikan laporan keuangan tepat waktu meskipun rata-rata laporan
audit delay nya sebesar 59,53 atau 60 hari. Hal ini disebabkan oleh
kompleksitas perusahaan dan ruang lingkup audit.
72
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan (Laksono & Mu'id, 2014)
dan (Saemargani, 2015), yang menyatakan bahwa umur perusahaan
berpengaruh terhadap audit delay. Namun, hasil penelitian ini tidak
mendukung pernyataan (Santosa & Kurnia, 2013), yang menyatakan
bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay.
73
Halaman ini sengaja dikosongkan
74