Bab 4

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum tentang
semua variabel yang diteliti dan pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen, dimana variabel independen terdiri dari ukuran perusahaan,
solvabilitas, reputasi kantor akuntan publik dan umur perusahaan, sedangkan
variabel dependen yaitu audit delay. Penelitian ini dianalisis menggunakan
analisis statistik deskriptif dan regresi data panel. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ45 pada tahun
2013-2016. Terdapat 96 data sampel yang digunakan untuk memberikan
gambaran umum dari variabel penelitian ini.

4.2 Analisis Statistik Deskriptif


Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan
informasi mengenai karakteristik variabel-variabel penelitian. Variabel yang
menggunakan skala rasio seperti variabel ukuran perusahaan, solvabilitas, umur
perusahaan dan audit delay akan dilakukan statistik deskriptif yang menjelaskan
nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi. Sedangkan untuk
variabel yang menggunakan skala nominal seperti reputasi kantor akuntan
publik dilakukan statistik deskriptif yang mengkategorikan masing-masing
variabel tersebut. Penjelasan masing-masing variabel operasional sesuai dengan
hasil pengujian statistik deskriptif adalah sebagai berikut :

4.2.1 Audit Delay


Audit delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk
menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dengan menghitung selisih
antara tanggal ditandatangani laporan auditor independen dengan tanggal
tutup buku laporan keuangan tahunan (Melati & Sulistyawati, 2016).

55
Tabel 4.1 Descriptif Statistic Audit Delay
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
ADLY 96 16 97 59,53 20,07
Observation 96
Sumber : Data sekunder yang diolah

Tabel 4.1 terdapat pada lampiran 2 menunjukkan bahwa rata-rata audit


delay sebesar 59,53 lebih besar dari standar deviasinya sebesar 20,07.
Berarti data audit delay tidak bervariasi penyebarannya atau berkelompok,
artinya audit delay perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45
memiliki besaran yang sama yaitu rata-rata sebesar 59,53. Hal ini berarti
rata-rata audit delay pada sampel membutuhkan 59 hari dalam
penyampaian laporan audit independennya . Nilai minimum audit delay
sebesar 16 yang berarti bahwa sampel perusahaan membutuhkan waktu 16
hari sejak tanggal tutup buku hingga diterbitkannya laporan audit
independen yang terjadi pada perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
(BBRI) pada tahun 2013 dan 2014.
Nilai maksimum audit delay sebesar 97 yang berarti bahwa sampel
perusahaan membutuhkan waktu 97 hari sejak tanggal tutup buku hingga
diterbitkannya laporan audit independen yang terjadi pada perusahaan PT
Global Mediacom Tbk (BMTR) dan PT Media Nusantara Citra Tbk
(MNCN) pada tahun 2016. Diketahui perusahaan BMTR dan MNCN
merupakan perusahaan di bawah naungan Group MNC yang dimana Group
MNC sedang dililit hutang dan memiliki permasalahan hukum yang terkait
dengan pemilik Group MNC.

56
4.2.2 Ukuran Perusahaan
Pengukuran ukuran perusahaan pada penelitian ini dilakukan dengan
cara menghitung kapitalisasi pasar perusahaan (Silvia & Witjaksono,
2014).
Tabel 4.2 Descriptive Statistic Ukuran Perusahaan

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

SIZE 96 29,5390 33,6254 31,6764 1,0537

Observation 96

Sumber : Data sekunder yang diolah

Tabel 4.2 terdapat pada lampiran 4 menunjukkan bahwa variabel ukuran


perusahaan yang diproksikan dengan kapitalisasi pasar memiliki rata-rata
sebesar 33,6254 lebih besar dari standar deviasinya sebesar 1,0537. Berarti
data tentang kapitalisasi pasar pada penelitian ini tidak bervariasi
penyebarannya atau berkelompok, artinya ukuran perusahaan yang
diproksikan dengan kapitalisasi pasar pada perusahaan yang termasuk
dalam indeks LQ45 memiliki besaran yang sama. Rata-rata ukuran
perusahaan sebesar 31,6764 atau Rp 96.225.202.054.735 triliun
menunjukkan bahwa dari setiap perusahaan yang dijadikan sampel
memiliki saham yang berkapitalisasi besar.
Nilai minimum ukuran perusahaan sebesar 29,5390 yang berarti bahwa
jumlah komposisi terkecil kapitalisasi pasar pada sampel memiliki saham
yang berkapitalisasi sebesar Rp 6.739.748.277.584 triliun yaitu pada PT
Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) pada tahun 2015. Dengan saham yang
beredar yang sama, harga penutupan saham ASRI tahun 2015 tercatat
mengalami penurunan sebanyak Rp 217 atau sebesar 1,63% dari Rp 560
menjadi Rp 343. Kapitalisasi pasar ASRI pada tahun 2015 menurun
sebesar Rp 4.263.922.379.696 triliun dibandingkan dengan tahun 2014
yang mencapai Rp 11.003.670.657.280 triliun.

57
Sedangkan nilai maksimum sebesar 33,6254 yang berarti bahwa jumlah
komposisi terbesar kapitalisasi pasar pada perusahaan sampel memilik
saham yang berkapitalisasi besar sebesar Rp 401.183.985.672.000 triliun
yaitu pada perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) pada
tahun 2016. Dengan saham yang beredar yang sama, harga penutupan
saham TLKM tahun 2016 tercatat mengalami kenaikan sebanyak Rp 875
atau sebesar 1,28% dari Rp 3.105 menjadi Rp 3.980. Kapitalisasi pasar
TLKM pada tahun 2016 meningkat sebesar Rp 88.199.996.850.000 triliun
dibandingkan tahun 2015 yang hanya mencapai Rp 312.983.988.822.000
triliun.
Tabel 4.3 Ukuran Perusahaan dan Audit Delay
Total

Keterangan >90 Hari < 90 Hari

Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah

di bawah rata-
2 100% 68 72,34% 70
rata (96,225)

di atas rata-
0 0% 26 27,66% 26
rata (96,225)

Total 2 100% 94 100% 96

Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan data pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat 2 sampel


dengan kapitalisasi pasar di bawah rata-rata yang mengalami audit delay
lebih dari 90 hari dan 68 sampel memiliki audit delay kurang dari 90 hari.
Sedangkan 0 sampel dengan kapitalisasi pasar di atas rata-rata yang
mengalami audit delay lebih dari 90 hari dan 26 sampel memiliki audit
delay kurang dari 90 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa, tingginya
ukuran perusahaan tidak mempengaruhi audit delay pada Indeks LQ45.

58
4.2.3 Solvabilitas
Solvabilitas diukur menggunakan debt to equity ratio (DER) yaitu
perbandingan antara jumlah hutang perusahaan dengan jumlah equity
perusahaan (Janartha & Suprasto H., 2016).
Tabel 4.4 Descriptive Statistic Solvabilitas

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


SOLV 96 13,65 720,52 166,789 208,290
Observation 96

Sumber : Data sekunder yang diolah

Tabel 4.4 terdapat pada lampiran 6 menunjukkan bahwa rata-rata


solvabilitas sebesar 166,789 lebih kecil dari standar deviasinya sebesar
208,290. Berarti sampel solvabilitas pada penelitian ini bervariasi
penyebarannya atau tidak berkelompok, artinya solvabilitas yang
diproksikan dengan debt to equity ratio di dalam perusahaan yang termasuk
dalam indeks LQ45 memiliki besaran yang berbeda-beda. Nilai minimum
solvabilitas sebesar 13,65 yaitu pada PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
(INTP) pada tahun 2015 yang berarti sebesar 13,65% sumber modal
perusahaan pada tahun 2015 berasal dari hutang . Hal tersebut dikarenakan
perusahaan memiliki total hutang yang rendah sebesar Rp 3.772 triliun
dengan total modalnya sebesar Rp 27.638 triliun . Sedangkan nilai
maksimum sebesar 720,52 yaitu pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
(BBRI) pada tahun 2014 yang berarti sebesar 720,52% sumber modal
perusahaan pada tahun 2014 berasal dari hutang. Hal tersebut dikarenakan
perusahaan memiliki total hutang yang tinggi sebesar Rp 704.217 triliun
dibandingkan dengan total modalnya yang hanya sebesar Rp 97.737 triliun.

59
Tabel 4.5 Solvabilitas dan Audit Delay
Total

Keterangan >90 Hari < 90 Hari

Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah

di bawah rata-
2 100% 71 75,53% 73
rata (166.789)

di atas rata-
0 0% 23 24,47% 23
rata (166.789)

Total 2 100% 94 100% 96

Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan data pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat 2


sampel dengan rasio solvabilitas di bawah rata-rata yang mengalami audit
delay lebih dari 90 hari dan 71 sampel memiliki audit delay kurang dari 90
hari. Sedangkan 0 sampel dengan rasio solvabilitas di atas rata-rata yang
mengalami audit delay lebih dari 90 hari dan 23 sampel memiliki audit
delay kurang dari 90 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa, tinggi atau
rendahnya rasio solvabilitas perusahaan mempengaruhi audit delay pada
Indeks LQ45.

4.2.4 Reputasi KAP


Reputasi KAP dalam penelitian ini diukur dengan besarnya pangsa pasar
auditor yang mempunyai pangsa pasar lebih dari 20% dari jumlah klien
yang diterima pada pasar tertentu (Hajiha & Neda, 2012). Pada penelitian
ini reputasi kantor akuntan publik diukur dengan menggunakan variabel
dummy, angka 1 apabila KAP dengan pangsa pasar ≥ 20% dan 0 apabila
KAP dengan pangsa pasar ≤ 20%.

60
Tabel 4.6 Frequency Reputasi KAP
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent

Pangsa Pasar > 20% 74 77,08 77,08 77,08


Observation Pangsa Pasar < 20% 22 22,92 22,92 100,0
Total 96 100,0 100,0
Sumber : Data sekunder yang diolah

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa perusahaan pada Indeks LQ45 yang


diaudit oleh KAP yang memiliki pangsa pasar lebih dari 20% sebanyak 74
perusahaan atau sebesar 77,08%, salah satunya PT Astra Agro Lestari Tbk
(AALI). Sedangkan perusahaan pada indeks LQ45 yang diaudit oleh KAP
yang memiliki pangsa pasar kurang dari 20% sebanyak 22 perusahaan atau
sebesar 22,92%, salah satunya PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI). KAP
yang memiliki pangsa pasar lebih banyak diyakini mampu mendeteksi
kesalahan-kesalahan secara lebih baik dalam proses auditing dikarenakan
KAP yang mengaudit perusahaan dengan volume yang besar serta
bermacam permasalahan didalamnya, akan memiliki pengalaman dan
keterbiasaan dalam mengaudit.
Tabel 4.7 Reputasi KAP dan Audit Delay
Total

Keterangan >90 Hari < 90 Hari

Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah

Pangsa Pasar
2 100% 20 21,28% 22
<20%

Pangsa Pasar
0 0% 74 78,72% 74
>20%

Total 2 100% 94 100% 96

Sumber : Data sekunder yang diolah

61
Berdasarkan data pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa terdapat 2 sampel
perusahaan yang diaudit oleh KAP yang memiliki pangsa pasar kurang dari
20% yang mengalami audit delay lebih dari 90 hari dan 20 sampel
memiliki audit delay kurang dari 90 hari. Sedangkan 0 sampel perusahaan
yang diaudit oleh KAP yang memiliki pangsa pasar lebih dari 20% yang
mengalami audit delay lebih dari 90 hari dan 74 sampel memiliki audit
delay kurang dari 90 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa, KAP yang
memiliki reputasi baik di pasar tidak mempengaruhi audit delay pada
Indeks LQ45.

4.2.5 Umur Perusahaan


Umur perusahaan diukur dengan cara menghitung tahun pertama
perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia sampai dengan tahun penelitian
(Santosa & Kurnia, 2013).
Tabel 4.8 Descriptive Statistic Umur Perusahaan
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
AGE 96 3 27 16,96 6,75
Observation 96
Sumber : Data sekunder yang diolah

Tabel 4.8 terdapat pada lampiran 9 menunjukkan bahwa rata-rata umur


perusahaan sebesar 16,96 lebih besar dari standar deviasinya sebesar 6,75.
Berarti data umur perusahaan tidak bervariasi penyebarannya atau
berkelompok, artinya umur perusahaan di dalam perusahaan yang terdaftar
di indeks LQ45 memiliki besaran yang sama yaitu rata-rata sebesar 16,96.
Hal ini berarti rata-rata dari sampel umur perusahaan berada di tahun 16.
Nilai minimum umur perusahaan adalah 3 yang berarti lamanya perusahaan
listing di BEI sampai tahun sampel penelitian yaitu selama 3 tahun yang

62
terjadi pada perusahaan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
pada tahun 2013. Nilai maksimum umur perusahaan adalah 26 yang berarti
lamanya perusahaan listing di BEI sampai tahun sampel penelitian yaitu
selama 26 tahun yaitu terjadi pada perusahaan PT United Tractors Tbk
(UNTR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) pada tahun
2016.
Tabel 4.9 Umur Perusahaan dan Audit Delay
Total
Umur Perusahaan
Sumber : Data sekunder yang>90 Hari
diolah < 90 Hari
Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah
di bawah rata-rata
1 50% 34 36,17% 35
(16.96)
B
di atas rata-rata
e 1 50% 60 63,83% 61
(16.96)
Total
r 2 100% 94 100% 96
Sumber : Data sekunder yang diolah

Berdasarkan data pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa terdapat 1 sampel


dengan umur di bawah rata-rata yang mengalami audit delay lebih dari 90
hari dan 34 sampel memiliki audit delay kurang dari 90 hari. Sedangkan 1
sampel dengan umur di atas rata-rata yang mengalami audit delay lebih
dari 90 hari dan 60 sampel memiliki audit delay kurang dari 90 hari. Hal
tersebut menunjukkan bahwa, tinggi atau rendahnya umur perusahaan
mempengaruhi audit delay pada indeks LQ45.

4.3 Analisis Regresi Data Panel


Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi data panel dengan
menggunakan Software Eviews 9. Dalam teknik analisis ini, terdapat tiga model
yang dapat dipakai, yaitu model pooled least square or common effect, model
fixed effect, dan model random effect. Untuk mengetahui model yang paling
cocok digunakan dalam penelitian ini maka dilakukan pengujian dengan
menggunakan Chow Test untuk menentukan penggunaan model common effect

63
atau fixed effect dan Hausman Test untuk menentukan penggunaan model fixed
effect atau random Effect.
4.3.1 Pemilihan Model Data Panel
1) Uji Signifikansi Common Effect atau Fixed Effect (Chow Test)
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang cocok
antara common effect atau fixedeffect sehingga sesuai untuk penelitian
yang dilakukan. Ketentuan pengambilan keputusan pada pengujian ini
yaitu:
= Model Common Effect
= Model Fixed Effect
Kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila:
a) Probability (p-value) Cross-section F < 0,05 atau Probability (p-
value) Cross-section Chi-square < 0,05 maka ditolak atau
dapat dikatakan bahwa model yang lebih baik adalah Fixed
Effect.
b) Probability (p-value) Cross-section F > 0,05 atau Probability (p-
value) Cross-section Chi-square > 0,05 maka diterima atau
dapat dikatakan bahwa model yang yang lebih baik adalah
Common Effect.
Tabel 4.10 Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 19.948635 (23,68) 0.0000


Cross-section Chi-square 196.545466 23 0.0000

Sumber: Hasil output Eviews versi 9

Hasil Uji Chow pada tabel 4.10 diatas, menunjukkan probability


(p-value) cross section F sebesar 0,0000 < 0,05 dengan taraf

64
signifikansi sebesar 5%. Berdasarkan data tersebut, dapat diputuskan
bahwa H0 ditolak dan model fixed effect lebih baik daripada model
common effect. Setelah Uji Chow selesai dilaksanakan, maka
dilanjutkan dengan Uji Hausman
2) Uji Signifikansi Fixed Effect atau Random Effect (Hausman Test)
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang cocok
antara fixed effect atau random effect sehingga sesuai untuk penelitian
yang dilakukan dengan kriteria yang sama seperti uji chow.
Tabel 4.11 Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 18.646116 4 0.0009

Sumber: Hasil output Eviews versi 9

Hasil Uji Hausman pada tabel 4.11 diatas, menunjukkan p-value


cross-section random sebesar 0,0009 < 0,0500 dengan taraf
signifikansi sebesar 5%. Berdasarkan data tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa model regresi data panel yang digunakan adalah
Model Fixed Effect dimana lebih baik daripada Model Random Effect.

4.3.2 Analisis Regresi Data Panel


Berdasarkan hasil pengujian dua model yang telah dilakukan (Chow
Test dan Hausman Test), maka Fixed Effect Model merupakan model yang
tepat untuk penelitian ini.

65
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Signifikansi Fixed Effect

Dependent Variable: ADLY


Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 11/06/17 Time: 19:45
Sample: 2013 2016
Periods included: 4
Cross-sections included: 24
Total panel (balanced) observations: 96
Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

SIZE -1.838710 1.154033 -1.593290 0.1157


SOLV 0.067119 0.017488 3.838025 0.0003
REP 5.526486 15.24162 0.362592 0.7180
AGE 0.810482 0.214451 3.779341 0.0003
C 89.12430 39.11890 2.278293 0.0259

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.983067 Mean dependent var 131.7131


Adjusted R-squared 0.976344 S.D. dependent var 110.3047
S.E. of regression 6.631017 Sum squared resid 2989.986
F-statistic 146.2172 Durbin-Watson stat 2.320072
Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.919942 Mean dependent var 59.53125


Sum squared resid 3065.075 Durbin-Watson stat 2.441496

Sumber: Hasil output Eviews versi 9


Berdasarkan tabel 4.12, dirumuskan persamaan model regresi data
panel yang menjelaskan pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Reputasi
KAP dan Umur Perusahaan terhadap Audit Delay pada perusahaan Indeks
LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015 yaitu:

Y= 89.12430 – 1.838710X1 + 0.067119X2 + 5.526486X3 + 0.810482X4 + ε

Dimana:
Y = Audit Delay
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Solvabilitas (DER)

66
X3 = Reputasi KAP
X4 = Umur Perusahaan
ε = Error Term

Persamaan regresi diatas dapat diartikan sebagai berikut :


a) Konstanta sebesar 89.12430 dengan menunjukkan bahwa jika variabel
independen pada regresi yaitu Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Reputasi
KAP dan Umur Perusahaan bernilai nol, maka Audit Delay pada
perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 tahun 2013-2016 adalah
sebesar 89 hari atau tidak mengalami delay.
b) Koefisien regresi Ukuran Perusahaan sebesar – 1.838710 menunjukkan
bahwa setiap terjadinya peningkatan Ukuran Perusahaan sebesar satu
satuan dengan asumsi variabel lain bernilai nol, maka Audit Delay pada
perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 meningkat sebesar –
1.838710 satuan.
c) Koefisien regresi Solvabilitas sebesar 0.067119 menunjukkan bahwa
setiap terjadinya peningkatan Solvabilitas sebesar satu satuan dengan
asumsi variabel lain bernilai nol, maka Audit Delay pada perusahaan yang
termasuk dalam indeks LQ45 akan mengalami peningkatan sebesar
0.067119 satuan.
d) Koefisien regresi Reputasi KAP sebesar 5.526486 menunjukkan bahwa
setiap terjadinya peningkatan Reputasi KAP sebesar satu satuan dengan
asumsi variabel lain bernilai nol, maka Audit Delay pada perusahaan yang
termasuk indeks LQ45 akan mengalami peningkatan sebesar 5.526486
satuan.
e) Koefisien regresi Umur perusahaan sebesar 0.810482 menunjukkan bahwa
setiap terjadinya peningkatan umur perusahaan sebesar satu satuan dengan
asumsi variabel lain bernilai nol, maka Audit Delay pada perusahaan yang
termasuk dalam indeks LQ45 akan mengalami peningkatan sebesar
0.810482 satuan.

67
4.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Reputasi KAP dan Umur
Perusahaan secara Simultan terhadap Audit Delay
4.4.1 Pengujian Simultan
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen terikat.
Pengujian ini menggunakan taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Jika
taraf signifikansi yang dihasilkan lebih dari 5% maka H0 diterima atau
secara simultan variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sebaliknya, jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 5%, maka
H0 ditolak atau variabel independen dapat mempengaruhi variabel
dependen secara bersama-sama atau berpengaruh secara simultan.
Berdasarkan tabel 4.12 , dapat dilihat bahwa nilai probability adalah
sebesar 0,0259 atau lebih kecil dari 5%, maka ditolak, berarti bahwa
variabel independen dalam penelitian ini, yaitu ukuran perusahaan,
solvabilitas, reputasi kantor akuntan publik dan umur perusahaan secara
simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen
yaitu audit delay pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45
tahun 2013-2016.
4.4.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Analisis Koefisien Determinasi (R2) secara garis besar mengukur
seberapa jauh kemampuan suatu variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen. Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui nilai Adjusted
R-Squared model penelitian adalah sebesar 0,976344 atau 97,63%.
Dengan demikian, maka variabel independen yang terdiri dari ukuran
perusahaan, solvabilitas, reputasi kantor akuntan publik dan umur
perusahaan dapat menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen
yaitu audit delay pada perusahaan termasuk dalam indeks LQ45 tahun
2013-2016 sebesar 97,63%, sedangkan sisanya yaitu 2,37% dipengaruhi
oleh variabel lain.

68
4.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Reputasi KAP dan Umur
Perusahaan secara Parsial terhadap Audit Delay
Pengujian dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh ukuran
perusahaan, solvabilitas, reputasi kantor akuntan publik dan umur perusahaan
terhadap audit delay. Pengujian ini dilakukan dengan menguji koefisien regresi
dengan melihat nilai probability dengan tingkat signifikansi α = 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian persamaan variabel pada tabel 4.12 maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1) Konstanta sebesar 89,12430 dengan signifikansi 0,0259. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa 0,0259 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho1
ditolak dan Ha1 diterima sehingga tanpa pengaruh variable lain atau dengan
variabel lain sama dengan nol tidak memiliki pengaruh secara parsial
terhadap audit delay.
2) Koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar -1,838710 dengan signifikansi
0,1157. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,1157 > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho2 diterima dan Ha2 ditolak sehingga ukuran
perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.
3) Koefisien regresi solvabilitas sebesar 0,067119 dengan signifikansi 0,0003.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,0003 < 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa Ho3 ditolak dan Ha3 diterima sehingga solvabilitas secara parsial
berpengaruh terhadap audit delay.
4) Koefisien regresi reputasi kantor akuntan publik sebesar 5,526486 dengan
signifikansi 0,7180. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,7180 > 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa Ho4 ditolak dan Ha4 diterima sehingga reputasi
KAP secara parsial tidak berpengaruh terhadap audit delay.
5) Koefisien regresi umur perusahaan sebesar 0,810482 dengan signifikansi
0,0003. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 0,0003 < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho5 ditolak dan Ha5 diterima sehingga umur perusahaan
secara parsial berpengaruh terhadap audit delay.

69
4.6 Analisis Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay
Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari
ukuran perusahaan adalah sebesar 0,1157. Karena nilai signifikansi dapat
dilihat berdasarkan nilai probability yang lebih besar dari taraf
signifikansi sebesar 0,05 atau 5%, maka variabel ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap audit delay pada perusahaan yang termasuk dalam
indeks LQ45 tahun 2013-2016. Hal ini disebabkan karena proksi
kapitalisasi pasar dalam ukuran perusahaan merupakan bukan determinan
dari internal perusahaan dan semua perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia diawasi oleh investor, pengawas permodalan, dan
pemerintah. Berdasarkan lampiran 11 , terdapat perusahaan yang memiliki
nilai kapitalisasi pasar di bawah rata-rata tetapi memiliki nilai audit delay
di bawah rata-rata. Salah satunya pada PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
pada tahun 2015 dan 2016 yang memiliki jangka waktu audit delay
sebesar 57 hari dan 58 hari lebih pendek dari tahun 2013 dan 2014 yang
sebesar 79 hari dan 62 hari namun sama-sama memiliki nilai kapitalisasi
di bawah rata-rata. Oleh sebab itu, semua perusahaan memiliki
kemungkinan yang sama dalam menghadapi tekanan atas penyampaian
laporan keuangan. Selain itu, perusahaan yang besar maupun kecil akan
diperiksa oleh auditor dengan cara yang sama, sesuai dengan prosedur
dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan (Shulthoni, 2013) dan
(Puspitasari & Latrini, 2014), yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap audit delay. Namun, hasil penelitian ini tidak
mendukung pernyataan (Melati & Sulistyawati, 2016) dan (Puspitasari &
Sari, 2012) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh terhadap audit delay.

70
4.6.2 Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Delay
Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari
solvabilitas adalah sebesar 0,0003. Karena nilai signifikansi dapat dilihat
berdasarkan nilai probability yang lebih kecil dari taraf signifikansi
sebesar 0,05 atau 5%, maka variabel solvabilitas berpengaruh terhadap
audit delay pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 tahun
2013-2016. Hal ini disebabkan karena proporsi yang besar dari hutang
akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan mengakibatkan
perusahaan memperoleh sedikit masalah dimana perusahaan mau tidak
mau harus mengkonfirmasi perolehan hutang yang dimiliki perusahaan
kepada pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, proporsi hutang yang besar
akan meningkatkan kehati-hatian dari auditor terhadap laporan keuangan
yang diaudit dan secara otomatis penyusunan laporan audit akan semakin
terhambat.
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan (Puspitasari & Sari, 2012)
dan (Silvia & Witjaksono, 2014), yang menyatakan bahwa solvabilitas
berpengaruh terhadap audit delay. Namun, hasil penelitian ini tidak
mendukung pernyataan (Aziz, Isa, & Abu, 2014) dan (Saemargani, 2015),
yang menyatakan bahwa solvabilitas tidak berpengaruh terhadap audit
delay.
4.6.3 Pengaruh Reputasi KAP terhadap Audit Delay
Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi reputasi
KAP sebesar 0,7180. Karena nilai signifikansi dapat dilihat berdasarkan
nilai probability (T-statistic) yang lebih kecil dari taraf signifikansi
sebesar 0,05 atau 5%, maka variabel reputasi KAP tidak berpengaruh
terhadap audit delay pada perusahaan indeks LQ45 yang terdaftar di BEI
tahun 2013-2016. Hal ini dapat disebabkan karena KAP yang memiliki
pangsa pasar lebih besar akan memiliki reputasi yang baik di pasar
sehingga akan menjaga reputasinya dengan memberikan kualitas

71
pekerjaan audit yang efektif dan efisien dan diyakini mampu mendeteksi
kesalahan-kesalahan secara lebih baik, sehingga audit dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Berdasarkan lampiran 12, terdapat perusahaan yang
diaudit oleh KAP yang memiliki pangsa pasar lebih dari 20% tetapi
memiliki nilai audit delay di atas rata-rata. Salah satunya pada PT Bukit
Asam Tbk (PTBA) tahun 2015 dan 2016 memiliki nilai audit delay di atas
rata-rata sebesar 60 hari dan 66 hari. Sedangkan pada tahun 2013 dan
2014 perusahaan diaudit oleh KAP yang sama tetapi memiliki nilai audit
delay di bawah rata-rata sebesar 55 hari dan 54 hari.
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan (Ariyani & Budiartha,
2014), yang menyatakan bahwa reputasi KAP berpengaruh terhadap audit
delay. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung pernyataan
(Angruningrum & Wirakusuma, 2013) dan (Sunaningsih, 2014), yang
menyatakan bahwa reputasi KAP tidak memilik pengaruh terhadap audit
delay.
4.6.4 Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Audit Delay
Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa nilai signifikansi umur
perusahaan sebesar 0,0003. Karena nilai signifikansi dapat dilihat
berdasarkan nilai probability yang lebih kecil dari taraf signifikansi
sebesar 0,05 atau 5% maka variabel umur perusahaan berpengaruh positif
terhadap audit delay pada perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45
tahun 2013-2016. Hal ini karena meskipun perusahaan yang ditetliti
merupakan perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45, yaitu
perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar dan laba yang tinggi. Kondisi
kinerja pasar yang relatif baik tidak mampu mendorong auditor
menyelesaikan laporan keuangan tepat waktu meskipun rata-rata laporan
audit delay nya sebesar 59,53 atau 60 hari. Hal ini disebabkan oleh
kompleksitas perusahaan dan ruang lingkup audit.

72
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan (Laksono & Mu'id, 2014)
dan (Saemargani, 2015), yang menyatakan bahwa umur perusahaan
berpengaruh terhadap audit delay. Namun, hasil penelitian ini tidak
mendukung pernyataan (Santosa & Kurnia, 2013), yang menyatakan
bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay.

73
Halaman ini sengaja dikosongkan

74

You might also like