Nama : Khoerussani Nur Fahmi
NIM : 1503076058
Kelas : TK-3B
KROMATOGRAFI PENUKAR ION
Pertukaran ion adalah salah satu metode yang efektif untuk pemisahan secara
kuantitatif. Pemisahannya berdasarkan prinsip yang sama sekali berbeda dan hanya
diterapkan pada senyawa yang berion. Dua seri paralel dari prosedur yang ada, terfokus
pada pertukaran anion dan kation. Kromatografi penukar ion merupakan kromatografi
yang berdasarkan penukaran ion-ion secara equivalen antara larutan dan gugusan
fungsional resin yang mengandung ion-ion yang dapat ditukar (Pudjaatmaka, 2002).
Kromatografi pertukaran ion adalah proses pemisahan senyawa yang didasarkan
pada pertukaran (penjerapan) ion antara fase gerak dengan ion pada fasa diam. Istilah
penukar ion secara umum diartikan orang sebagai pertukaran dari ion-ion yang bertanda
muatan (listrik) sama, antara suatu larutan dan suatu bahan yang padat serta sangat tak
dapat larut, dimana larutan itu bersentuhan. Zat padat itu (penukaran ion) harus
mengandung ion-ion miliknya sendiri. Dan agar pertukaran dapat berlangsung dengan
cukup cepat dan ekstensif, zat padat itu harus mempunyai struktur molekuler yang
terbuka dan permeabel, sehingga ion-ion dan molekul-molekul pelarut dapat bergerak
keluar masuk dengan bebas.
Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:
1. Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan
positif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang
digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil (-CH2-
CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam
sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan
fosfat.
2. Kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan
negatif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang
digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -
N+(C2H5)2H, dan –N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam
sistem ini adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.
1
Kesetimbangan reaksi pertukaran ion
Secara sederhana reaksi kesetimbangan penukaran ion bisa dituliskan:
RzH + Na+ ↔ RzNa + H+
RzCl + OH- ↔ RzOH + Cl-
Ada dua cara untuk melaksanakan penukaran ion, yaitu cara “unggun” (bath
exchange) dan cara penukaran dalam kolom. Cara pertama jarang digunakan, oleh karena
itu pembicaraan difokuskan pada cara kedua, yaitu penukaran di dalam kolom.
Ada persesuaian antara proses penukaran ion di dalam kolom –enukar ion dengan
proses kromatografi partisi cair-cair. Seperti halnya pada kolom kromatografi akan terjadi
juga banyak sekali proses kesetimbangan secara bersamaan. Untuk memahami proses
yang terjadi, maka dibayangkan bahwa di dalam kolom tersebut terdapat lapisan-lapisan
imajiner (pelat-pelat teori) tempat terjadinya proses kesetimbangan. Oleh karena itu
konsep pelat teori yang dikembangkan oleh Martin dan Synge pada kromatografi partisi
dapat diaplikasikan secara langsung dalam kromatografi penukaran ion dengan beberapa
perubahan terminologi.
Secara kuantitatif afinitas resin penukar ion terhadap ion-ion yang ditukar dinyatakan
dengan besaran angka banding distribusi (D) sebagai berikut:
𝐾𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝐷=
𝐾𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎
dalam praktek sehari-hari sering juga didefinisikan sebagai
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑜𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛/𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝐷=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑜𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 / 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
dalam kromatografi penukar ion, persamaan fundamental yang umum digunakan adalah
VR = VM + K.VS, dengan;
VR = Volume retensi komponen X
VM = Volume fasa gerak dalam kolom
K = Koefisien distribusi komponen X antara fasa gerak dan fasa diam
VS = Volume fasa diam dalam kolom
Bila tR adalah waktu retensi, dan F adalah laju alir fasa gerak dalam kolom, maka VR = tR
× F. Selain itu VS dapat pula dinyatakan dalam bentuk lain yaitu VR = VM (1 + k’),
dimana k’ = factor kapasitas. (Soebagio, 2005)
2
Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Pertukaran Ion
Kelebihan dari metode kromatografi penukar ion:
1. Waktu pengerjaan relatif singkat
2. Memberikan hasil yang reproducible
3. Menghasilkan bentuk peak yang tajam
4. Dapat langsung memperoleh hasil pemisahan analit terionisasi dan tidak terionisasi
5. Pemilihan zat tambahan (berupa reagen tau larutan buffer) lebih beragam untuk
meningkatkan proses pemisahan. Kemurnian zat tambahan pada eluen mempengaruhi
reprodusibilitas dan keakuratan hasil percobaan.
6. Jika dibandingkan dengan kromatograti cair, teknik ini mempunyai kelebihan untuk
medukung pemisahan spesies ion dan molekul
7. Dapat memisahkan senyawa ionik dan non ionik dalam sampel yang sama.
Kekurangan metode kromatografi penukar ion:
1. Larutan ionik seringkali bersifat korosif dan mengakibatkan kolom tidak bertahan
lama
2. Beberapa larutan ionik mengabsorbsi pada panjang gelombang UV tetapi membatasi
detektor UV
3. Bahan berdasar silika terbatas pada pH di bawah 7,5
4. Fase gerak tidak boleh dibiarkan semalaman tetapi diganti dengan air.
Prinsip dasar
Prinsip dasar pemisahan dengan kromatografi kolom penukar ion adalah
perbedaan kecepatan migrasi ion-ion di dalam kolom penukar ion. Proses pertukaran ion
dikerjakan dengan cara pembebanan ion-ion pada kolom penukar ion. Kemudian ion-ion
yang terikat dalam resin dialiri eluen yang mampu memberi kondisi keseimbangan yang
berbeda. Keseimbangan yang berbeda ini mengakibatkan kecepatan migrasi ion dalam
kolom resin tidak sama.
Instrumentasi
1. Eluent, yang berfungsi sebagai fase gerak yang akan membawa sampel tersebut
masuk ke dalam kolom pemisah.
3
2. Pompa, yang berfungsi untuk mendorong eluent dan sampel tersebut masuk ke dalam
kolom. Kecepatan alir ini dapat dikontrol dan perbedaan kecepatan bisa
mengakibatkan perbedaan hasil
3. Injektor, tempat memasukkan sampel dan kemudian sampel dapat didistribusikan
masuk ke dalam kolom.
4. Kolom pemisah ion, berfungsi untuk memisahkan ion-ion yang ada dalam sampel.
Keterpaduan antara kolom dan eluent bisa memberikan hasil/puncak yang maksimal,
begitu pun sebaliknya, jika tidak ada kesesuaian, maka tidak akan memunculkan
puncak.
5. Detektor, yang berfungsi membaca ion yang lewat ke dalam detektor.
6. Rekorder data, berfungsi untuk merekam dan mengolah data yang masuk.
4
KROMATOGRAFI FLUIDA SUPERKRITIS
Kromatografi Fluida Superkritis adalah pengembangan dari teknik kromatografi
kolom, dimana dalam cara kerjanya menggunakan fasagerak fluida superkritik. Fluida
superkritik adalah gabungan anatar fase gas dan cair dari pelarut yang digunakan sebagai
fase gerak dalam kromatografi.
Prinsip Dasar
SFC merupakan perkawinan antara GC dan HPLC yaitu gabungan aspek-aspek
terbaik dari kedua jenis kromatografi modern tersebut. Seperti kita ketahui bahwa GC
menggunakan fasa gerak dalam keadaan gas dan HPLC menggunakan fasa gerak berupa
cair. Sedangkan kromatografi superkritis menggunakan fase gerak fluida superkritis.
Prinsip kerjanya merupakan gabungan dari GC dan HPLC yaitu fase gerak dipompa
melalui kolom yang terdapat dalam oven menuju detektor. Cuplikan berupa campuran
disuntikkan ke dalam aliran fasa gerak dan dibawa ke kolom dan dipisahkan menjadi
komponen-komponennya. Setiap komponen yang meninggalkan kolom terdeteksi oleh
detektor dan direkam sebagai kromatogram.
Faktor yang mempengaruhi sifat fisik fluida superkritis:
1) Kelarutan. Kelarutan analit berhubungan dengan densiti(kerapatan) fasa gerak. Jadi
kelarutan analit dalam fluida superkritis bertambah dibandingkan dalam fasa gas pada
suhu yang sama dan kelarutan analit dalam fluida superkritis hampir sama dalam zat cair
pada suhu yang sama.
2) Difusi. Koefisien difusi solut lebih besar dalam fluida superkritis dibanding dalam zat
cair.
3) Viskositas. Viskositasnya mirip dengan gas dan lebih rendah dari zat cair.
4) Densiti (kerapatan). Sifat kimia dan fisika fluida superkritis seperti kekuatan
melarutkan. Jadi dengan mengubah kerapatan fluida maka memungkinkan untuk
mengubah sifat fluida dari sifat gas menjadi cair tanpa melewati kesetimbangan kimia.
5
Instrumentasi
1. Fasa gerak
Fase gerak dalam SFC meliputi karbon dioksida, etana, pentana,
diklorodifluorometana, dietil eter, dan tetrahidrofuran.
2. Pompa
Untuk memompa fasa gerak ke detektor melalui kolom Menggunakan pompa
yang sama digunakan dalam HPLC yaitu jenis pompa reciprocating pump dan syringe
pump.
3. Pemasukan Cuplikan
Cuplikan dimasukkan ke aliran fasa gerak dengan bantuan dengan bantuan sistem
pemasukan cuplikan kran seperti pada HPLC. Selanjutnya fasa gerak membawa
cuplikan ke dalam kolom analitik.
4. Kolom
Kebanyakan kromatografi fluida superkritis dilakukan pada kolom yang baisa
digunakan untuk HPLC. Selain itu SFC juga dapat dilakukan dengan kolom kapiler
sepeprti pada GC.
5. Interface Kolom detektor
Interface di antara kolom dan detektor diperlukan kalau menggunakan detektor
ionisasi nyala (FID). Interface kolom detektor berfungsi menurunkan tekanan kolom
menjadi tekanan atmosfir secara perlahan.
6. Detektor
Sejumlah detektor HPLC dan GC telah digunakan pada kromtografi fluida
superkritis. Detektor yang sering digunakan adalah absorbsi ultraviolet. Detektor
indekbias, ionisasi nyala, spektrometri massa jenis juga digunakan pada SFC.
6
KROMATOGRAFI KERTAS
Kromatografi kertas merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fasa diam
adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya
dapat digunakan.
Prinsip Kromatografi Kertas
Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua
cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks
selulosa-air dan fasa mobil yang melewatinya berupa pelarut organik yang sudah
dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.
Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu
glukosa. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa.
Cara melakukannya, cuplikan yang mengandung campuran yang akan dipisahkan
diteteskan / diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring
dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering kertas
dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan
ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa bergerak (jangan sampai
noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan akan terlarut dari kertas).
Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen
dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan
pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah
ditentukan, kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda
dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa berwarna maka mereka akan
terlihat sebagai pita atau nodayang terpisah. Jika senyawa tidak berwarna harus dideteksi
dengan cara fisika dan kimia yaitu dengan menggunakan suatu pereaksi – pereaksi yang
memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua dari senyawa -senyawa. Bila
daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap individu
dari senyawa. Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan
dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf.
Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis
tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram
dan pada kondisi konstan merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel.
Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan
jarak tepi muka pelarut dari titik awal.
7
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑝𝑖 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙
Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu:
1) Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan - perubahan yang
sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan - perubahan
harga Rf.
2) Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
3) Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer
jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen - komponen pelarut dari
kertas. Jika bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti
perubahan komposisi pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah
juga. Dua faktor yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
4) Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan,
yang berbeda untuk macam - macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran
juga mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5) Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume
yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi
karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf mereka.
8
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang
dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi
lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan menggunakan zat
penjerap berupa serbuk halus yang dipaliskan serta rata pada lempeng kaca. Lempeng
yang dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan dapat
didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat
penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut.
Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Lapis Tipis
Beberapa kelebihan KLT yaitu:
1. KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisis.
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun (descending), atau
dengan cara elusi 2 dimensi.
4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan
merupakan bercak yang tidak bergerak.
5. Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
6. Biaya yang dibutuhkan terjangkau.
7. Jumlah perlengkapan sedikit.
8. Preparasi sample yang mudah
9. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang dengan
metode kertas tidak bisa. (Gandjar dan Rohman, 2007).
Adapun kekurangan KLT yaitu:
1. Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan bercak/noda yang
diharapkan.
2. Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang cocok.
3. Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak tekun
Prinsip Dasar
Suatu metode pemisahan komponen kimia yang berdasarkan prinsip partisi dan
adsorpsi secara selektif, komponen kimia bergerak naik mengikuti cairan pengembang
karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama maka
9
komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda dan hal inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan.
Pada KLT, fasa diam berupa plat yang biasanya disi dengan silica gel. Sebuah garis
pensil digambar dekat bagian bawah fasa diam dan setetes larutan sampel ditempatkan di
atasnya. Sampel ditotol dengan bantuan pipa kapiler. Garis pada fasa diam berguna untuk
menunjukkan posisi asli sampel. Pembuatan garis harus menggunakan pensil karena jika
semua ini dilakukan dengan tinta, pewarna dari tinta juga akan bergerak sebagai
kromatogram berkembang. Ketika titik campuran kering, fasa diam diletakkan berdiri
dalam gelas tertutup yang telah berisi fasa gerak dengan posisi fasa gerak di bawah garis.
Digunakan gelas tertutup untuk memastikan bahwa suasana dalam gelas jenuh dengan uap
pelarut.
Pelarut (fasa gerak) perlahan-lahan bergerak naik. Komponen-komponen yang
berbeda dari campuran berjalanan pada tingkat yang berbeda dan campuran dipisahkan
memiliki warna yang berbeda.
Diagram menunjukkan plat setelah pelarut telah bergerak sekitar setengah jalan.
Pelarut diperbolehkan untuk naik hingga hampir mencapai bagian atas plat yang akan
memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen pewarna untuk kombinasi
tertentu dari pelarut dan fase diam.
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik
dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Untuk identifikasi
menggunakan harga Rf meskipun harga-harga Rf dalam lapisan tipis kurang tepat bila
dibandingkan pada kertas. Seperti halnya pada kertas harga Rf didefinisikan sebagai
berikut (Gritter et al, 1991):
Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-
harga standard. Perlu diperhatikan bahwa harga-harga Rf yang diperoleh berlaku untuk
campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan, meskipun daftar dari harga-
harga Rf untuk berbagai campuran dari pelarut dan penyerap dapat diperoleh (Gritter et al,
1991).
10
11