Kegiatan Pengendalian Kualitas
Kegiatan Pengendalian Kualitas
Kegiatan Pengendalian Kualitas
Taguchi menyatakan ada dua pendekatan dalam pengendalian kualitas yang dinamakan Quality
Engineeringyang merupakan interaksi antara desain engineering dan manufacturing. Aktivitas
yang dilingkupinya adalah pengendalian kualitas pada tahap R&D, desain proses, produksi dan
kepuasan konsumen. Keseluruhan aktivitas ini merupakan proses yang berkelanjutan. Skema
quality engineering adalah sebagai berikut :
On-line QC merupakan pengendalian kualitas yang bersipat reaktif pada produksi yang sedang
berjalan. Kegiatan ini memonitor produksi, mengukur hasil kualitas, memeriksa kemungkinan
adanya masalah yang potensial dan tindakan koreksi langsung. Information feedback merupakan
catatan bagi operator atau supervisor mengenai real-time produksi. Kemudian dilakukan
diagnosis yaitu pembandingan dengan suatu standar yang telah diketahui, jika diketahui adanya
suatu kondisi yang tidak “acceptable” maka dilakukan adjusment. Prediction & Correction
dilakukan berdasarkan input dari diagnosis terhadap proses yang sedang berjalan.
Off-line QC merupakan pengendalian kualitas yang bersipat preventif yaitu mengoptimasi desain
produk dan proses dalam rangka mendukung on-line QC. Pengendalian kualitas tipe ini dapat
dikatakan sebagai desain produk dan proses sebelum sampai pada produksi ditingkat pabrik atau
dilakukan pada tahap R&D. Hal ini dapat dilakukan melalui simulasi produksi. Eksperimen akan
menghasilkan identifikasi sumber-sumber variasi dan menentukan optimasi dari desain.
Penemuan pada sumber variasi merupakan fokus yang terpenting pada off-line QC. Hasil level
terbaik pada faktor terkontrol pada off-line QC akan digunakan pada saat on-line QC dan
pemecahan masalah yang dihadapi pada saat produksi.
Dua pendekatan pengendalian kualitas tersebut saling berkaitan dan merupakan alat yang baik
untuk melakukan perbaikan dan pengoptimasian proses, contohnya apabila proses dikatakan
telah terkendali secara statistik tetapi masih memiliki kapabilitas proses yang rendah maka usaha
peningkatan kapabilitas proses dilakukan dengan cara mengurangi variabilitas. Metode
perancangan eksperimen menawarkan cara yang lebih efektif dari pada metode SPC. Pada
metode SPC, tindakan yang dilakukan bersifat pasif artinya menunggu proses sampai proses
tidak terkendali. Apabila ternyata peta kendali menunjukan bahwa proses out of control atau
berada di luar batas kendali dimana proses memiliki banyak variabel input maka tidak diketahui
variabel input mana yang paling penting. Sedangkan dalam metoda perancangan eksperimen
tindakan yang dilakukan bersifat aktif, artinya dirancang serangkaian pengujian pada proses
dengan cara perubahan pada input dan melakukan pengamatan terhadap perubahan pada output
sehingga akan didapatkan informasi yang berguna untuk melakukan perbaikan pada proses.
Pada umumnya pengendalian kualitas terdiri dari empat langkah prosedur kendali mutu, yaitu :
Langkah pertama
adalah menentukan standar, standar mutu ditetapkan sebagai pedoman untuk menciptakan suatu produk
yang berkualitas sesuai standar mutu. Standar mutu yang biasa ditetapkan ialah standar mutu biaya,
standar mutu prestasi kerja, standar mutu keamanan, dan standar mutu keandalan.
Langkah kedua
menilai kesesuaian, membandingkan kesesuaian dari produk yang dibuat dengan standar yang telah
ditentukan.
Langkah ketiga
bertindak bila perlu, mengoreksi masalah dan penyebab melalui faktor-faktor yang mencangkup
pemasaran, perancangan, rekayasa produksi, dan pemeliharaan yang mempengaruhi kepuasan pemakai.
adalah merencanakan perbaikan, merencanakan suatu upaya yang kontinu untuk memperbaiki standar-
standar biaya, prestasi, keamanan, dan keandalan.