0% found this document useful (0 votes)
47 views21 pages

Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang

This document discusses need assessment or analysis of needs, which is an important part of planning instruction. It defines need assessment as identifying the gaps between students' current conditions and desired conditions. The document then discusses the functions of need assessment, which include identifying relevant needs, priorities, and effectiveness of instruction. It also outlines the steps of need assessment, which involve gathering information, identifying gaps, analyzing performance, and determining objectives and problems. Finally, it discusses the role of need assessment in facilitating constructive and systematic changes based on rational logic to meet student and group needs.

Uploaded by

Veny Galapagos
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
47 views21 pages

Bab I Pendahuluan: A. Latar Belakang

This document discusses need assessment or analysis of needs, which is an important part of planning instruction. It defines need assessment as identifying the gaps between students' current conditions and desired conditions. The document then discusses the functions of need assessment, which include identifying relevant needs, priorities, and effectiveness of instruction. It also outlines the steps of need assessment, which involve gathering information, identifying gaps, analyzing performance, and determining objectives and problems. Finally, it discusses the role of need assessment in facilitating constructive and systematic changes based on rational logic to meet student and group needs.

Uploaded by

Veny Galapagos
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as DOCX, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu bagian terpenting dalam dunia pendidikan.
Dimana di dalam proses pembelajaran inilah hasil dari pendidikan ditentukan. Ketika proses
ini berjalan baik, maka baik pulalah hasil dari pendidikan itu dan begitu pula bila prosesnya
buruk maka buruk pulalah hasilnya. Namun begitu, proses pembelajaran di indonsia sering kali
berjalan kurang maksimal. Ke kurang maksimalan ini disebabkan oleh berbagai hal yang
diantara hal itu adalah kurangnya perencanaan dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran berlangsung tidak seperti seharusnya.
Untuk memaksimalkan proses pembelajaran hingga bisa mendapatkan hasil sesuai
dengan yang diharapkan maka diperlukanlah perencanaan pembelaran terlebih dahulu.
Sedangka sebelum membuat perencanaan pembelajaran, terlebih dahulu kita perlu melakukan
analisis kebutuhan terhadap siswa. Hal ini perlu dilakukan agar nantinya materi/pelajaran yang
diterima oleh siswa benar – benar suatu yang dibutuhkan oleh siswa. Oleh karena pentingnya
analisis kebutuhan ini, maka disini kami akan sedikit membahas tentang analisis kebutuhan
atau yang sering juga disebut need assessment.
B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari kesimpang siuran pembahasan dan untuk mengerucutkan
pembahasan maka kami membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu analisis keutuhan?
2. Apa fungsi analisis kebutuhan?
3. Bagaimana langkah-langkah analisis kebutuhan?
4. Apa peranan analisis kebutuhan?
5. Bagaimana menganalisis kebutuhan dalam belajar mengajar?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Kebutuhan (Need Assessment)
Dalam konteks pengembangan kurikulum, John McNeil (1985) mendefinisikan need
assessment sebagai: ”the process by which one defines educational needs and decides what
their priorities are”. Sejalan dengan pendapat McNeil, Seels dan Glasglow (1990)
menjelaskan tentang pengertianneed assessment : “it meqns a plan for gathering Information
about discrepancies and for using that information to make decisions about priorities”[1].
Sedangkan menurut Anderson analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses kebutuhan
sekaligus menentukan prioritas. Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau
metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be /
ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is). Kondisi yang diinginkan
seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan
kondisi riil atau kondisi nyata.
Ada beberapa hal yang melekat pada pengertian need assessment.
Pertama;need assessment merupakan suatu proses artinya ada rangkaian kegiatan dalam
pelaksanaan need assessment. Need assessement bukanlah suatu hasil, akan tetapi suatu
aktivitas tertentu dalam upaya mengambil keputusan tertentu. Kedua; kebutuhan itu sendiri
pada hakikatnya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dengan demikian
maka, need assessment merupakan kegiatan mengumpulkan informasi tentang kesenjangan
yang seharusnya dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah dimiliki.[2].
B. Fungsi Analisis Kebutuhan
Metode Need Assessment dibuat untuk bisa mengukur tingkat kesenjangan yang terjadi
dalam pembelajaran siswa dari apa yang diharapkan dan apa yang sudah didapat. Dalam
pengukuran kesenjangan seorang analisis harus mampu mengetahui seberapa besar masalah
yang dihadapi.
Beberapa fungsi Need Assessment menurut Morisson sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas sekarang yaitu masalah
apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
2. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan atau masalah
lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan pendidikan
3. Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.
4. Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.
Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan dan
mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001: 28-30).
1. Kebutuhan Normatif
Membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal, UAN,SNMPTN, dan
sebagainya.
2. Kebutuhan Komperatif, membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok
lain yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A dengan SLTP B.
3. Kebutuhan yang dirasakan, yaitu hasrat atau kinginan yang dimiliki masing-masing peserta
didik yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini menunjukan kesenjangan antara tingkat
ketrampilan/kenyataan yang nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk
mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara interview.
4. Kebutuhan yang diekspresikan, yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang mampu
diekspresikan dalam tindakan. Misal, siswa yang mendaftar sebuah kursus.
5. Kebutuhan Masa Depan, Yaitu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang akan terjadi
dimasa mendatang. Misal, penerapan teknik pembelajaran yang baru, dan sebagainya.
6. Kebutuhan Insidentil yang mendesak, yaitu faktor negatif yang muncul di luar dugaan
yang sangat berpengaruh. Misal, bencana nuklir, kesalahan medis, bencana alam, dan
sebagainya.
C. Langkah-langkah Analisis Kebutuhan
Glasgow menggambarkan need assessment dalam bentuk kegiatan yang dimulai dari
tahapan pengumpulan informasi sampai merumuskan masalah. Sedangkan Morrison
menggambarkan Need assessment dalam bentuk kegiatan yang dimulai dari perencanaan
sampai membuat laporan akhir.
Bentuk langkah-langkah need assessment menurut Glasgow sebagai berikut:
1. Tahapan pengumpulan Informasi; dalam tahapan ini seorang desainer harus bisa
memahami dan mengumpulkan informasi dari para siswa cakupan pengumpulan informasi bisa
beragam seperti karakteristik siswa, kemampuan personal, dan problematic didalam
pembelajaran.
2. Tahapan identifikasi kesenjangan; menurut Kaufman mengidentifikasi kesenjangan
yaitu dengan menggunakan metode Organizational Element Model yang dimana dalam metode
ini menjelaskan adanya lima elemen yang saling berkaitan. Dimulai dari input-proses-produk-
output-outcome.
3. Analisis Performa; tahapan ini dilakukan setelah desainer memahami berbagai
informasi dan mengidentifikasi kesenjangan yang ada. Dalam hal ini ketika menemukan
sebuah kesenjangan, diidentifikasi kesenjangan mana yang dapat dipecahkan melalui
perencanaan pembelajaran dan mana yang memerlukan pemecahan yang lain.
4. Identifikasi Hambatan dan Sumber; dalam tahapan ini pelaksanaan suatu program
berbagai kendala bisa muncul sehingga dapat berpengaruh terhadap kelancaran suatu program.
Berbagai kendala bisa meliputi dari waktu, fasilitas, bahan, dan sebagainya. Sumber-
sumbernya juga bisa dari pengorganisasian, fasilitas, dan pendanaan.
5. Identifikasi Karakteristik Siswa; tahapan ini merupakan proses pengidentifikasian
masalah-masalah siswa. Karena Tujuan utama dalam desain pembelajaran adalah memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi siswa.
6. Identifikasi tujuan; mengidentifikasi tujuan merupakan salah satu tahapan penting yang
ada didalam need assessment, karena mengidentifikasi tujuan merupakan proses penetapan
kebutuhan yang dianggap mendesak untuk dipecahkan sesuai dengan kondisi, karena tidak
semua kebutuhan menjadi tujuan.
7. Menentukan permasalahan; tahapan ini adalah tahap akhir dalam proses analisis, yaitu
menuliskan pernyataan adalah sebagai pedoman dalam penyusunan proses desain
instruksional.
Sedangkan menurut Morrison langkah-langkah need assessment sebagai berikut:
1. Perencanaan : yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa yang akan
terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya.
2. Pengumpulan data : perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam
penyebarannya (distribusi)
3. Analisa data : setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan pertimbangan :
ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan
4. Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan mencakup empat
bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan table dan penjelasan singkat,
rekomendasi yang terkait dengan data.

D. Peranan Analisis Kebutuhan


Analisis kebutuhan merupakan alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan. Perubahan
yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional, perubahan fungsional yang dapat memenuhi
kebutuhan kelompok dan individu. Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan
mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan “bagaimana seharusnya”.
Tiga langkah penting yang dilakukan oleh guru inovatif dalam menyiapkan rencana pembelajaran dengan
memasukkan unsur analisis kebutuhan yang disisipkan di antara pemilihan materi dengan pemilihan strategi
pembelajaran, sebagaimana contoh bagan berikut:
1. Apa yang diajarkan?
2. Mengapa mengajarkan yang kita ajarkan?
3. Bagaimana mengajarkan?

E. Analisis Kebutuhan Dalam Belajar Mengajar


1. Ketika guru diserahi tugas mengajar dan akan mulai melaksanakan tugas, seorang guru harus memusatkan
perhatian ke arah pencapaian tujuan, lalu memperhatikan materi yang menunjang tujuan serta menentukan cara
penyampainnya.
2. Setelah terpilih materi yang akan diajarkan, guru menelaah kembali materi terpilih untuk dicocokkan
dengan kebutuhan siswa. Inilah inti perbedaan antara perencanaan pengajaran tradisional dengan
perencanaan yang memikirkan kebutuhan siswa.Dalam pendidikan inovatif, peserta didik merupakan
focus dari seluruh proses kegiatan.
3. Guru yakin terhadap materi, lalu menentukan strategi yang tepat untuk penyampaian materi tersebut,
meliputi: pemilihan cara atau metode, pengelolaan kelas dan media yang digunakan untuk mendukung
penyampaian.
Untuk dapat melaksanakan tugas pendidikan baik guru seyogyanya harus paham tentang “alat” dan
“tujuan”. Dengan memahami tujuan, maka akan tepat dalam memilih alternative alat untuk
mencapainya. Gagal mengidentifikasi “apa” yang akan dicapai sebelum menentukan “bagaimana”
mencapainya dengan resiko sesedikit mungkin, dengan biaya sehemat mungkin, akan gagal pula
mencapai sukses secara optimal. Analisis kebutuhan merupakan seperangkat alat dan teknik formal,
serta cara untuk mencermati dunia secara lebih ilmiah karena memandang alat dan tujuan dalam satu
perspektif kesatuan yang bermakna.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui
perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan
dengan kondisi yang ada (what is).
Metode Need Assessment dibuat untuk bisa mengukur tingkat kesenjangan yang terjadi dalam
pembelajaran siswa dari apa yang diharapkan dan apa yang sudah didapat.
Langkah – langkah Analisis kebutuhan digambarkan oleh Glasgow dalam bentuk kegiatan
yang dimulai dari tahapan pengumpulan informasi sampai merumuskan masalah. Sedangkan Morrison
menggambarkan Need assessment dalam bentuk kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai
membuat laporan akhir.
Cara mengaplikasikan analisis kebutuhan dalam belajar mengajar adalah guru harus
memusatkan perhatian ke arah pencapaian tujuan untuk kemudian mencari materi yang tepat agar
tujuan tersebut dapat tercapai. Setelah tujuan dan materi dikuasai maka tinggal menerapkan strategi
dan metode yang sesuai untuk diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.H. Wina Sanjaya, M.Pd (2008) Perencanaan dan desain system pembelajaran, Jakarta.kencana group.
http://lilisherlinaznyemnyem.blogspot.com/2012/03/need-assessment.html
http://bukan-situs.blogspot.com/2012/02/analisis-kebutuhan-pembe
MAKALAH ANALISIS HASIL EVALUASI PROGRAM
KUALITATIF

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan, sangat berpengaruh terhadap peradaban
sebuah bangsa. Jika kita membuka kembali lembaran sejarah dunia, pasca peristiwa luluh
lantaknya Hirosima dan Nagasaki, banyak korban jiwa, baik yang tewas maupun cacat seumur
hidup.bangunan rata dengan tanah, termasuk gedung-gedung sekolah, menghadapi peristiwa
Hirosima dan Nagasaki, kaisar Jepang kaisar Hirohito memerintahkan supaya segera
diidentifikasi korban dari para guru. Berapa guru yang meninggal, berapa sekolah-sekolah yang
kehilangan gedung dan fasilitas. Mengapa guru dan sekolah yang pertama ditanyakan oleh
kaisar? Karena kaisar memahami bahwa pendidikan adalah factor penentu kemajuan suatu
Negara dan bangsa.
Kemudian bagaimanakah dengan Indonesia? Lebih mengerucut lagi, bagaimanakah
pendidikan Islam di Indonesia, setelah Umat islam Indonesia terbebas dari imperialisme selama
70 tahun, dan selama 70 tahun itu masyarakat islam membangun segala aspek kehidupan
beragama, berbangsa dan bernegara, termasuk juga aspek pendidikan. Namun hasil penelitian
menunjukan, kualitas pendidikan Islam di Indonesia belum menunjukan hasil yang signifikan.
Masih banyak ditemukan kekurangan dan ketimpangan.
Seperti statement Winarto Surakhmad ketika menganalisa persoalan pendidikan di
Indonesia, dia mengistilahkan dengan Busung pendidikan menurut Winarto, timbulnya
fenomena busung pendidikan merupakan peringatan bahwa pemerintah tidak boleh terus-
menerus mengabaikan kewajibannya dalam pelayanan publik, karena cepat atau lambat akan
berakibat negative terhadap segala segi kehidupan. Kondisi kependidikan yang negative di
kalangan masyarakat yang hampir tidak layak lagi disebut pendidikan-bukanlah gejala
baru.Namun, selama ini fenomena itu tidak seberapa mengusik bangsa ini, dan tampaknya
justru masih diberi toleransi. Remedinya adalah terus-menerus memperkatakan tentang tentang
peningkatan kualitas.[2]
Perlunya evaluasi segala program terutama program pendidikan tentu sudah diakui
dan diamini seluruh fihak baik pengambil kebijakan, birokrasi, tenaga swasta, para funding
father terutama para praktisi pendidikan. Kekompakan dan ketegasan dalam menjalankan
system serta melaksanakan UU pendidikan. Ketidak tegasan yang sangat perlu untuk
diefaluasai diantaranya adalah (sebagai bukti) implementasi pasal 12 yang sampai saat ini
yakni tahun 2016, menurut pengamatan penulis belum sesuai dengan idealisme yang termaktub
dalam undang-undang. Masih banyak siswa yang belum mendapatkan pelajaran agama sesuai
dengan yang dianutnya.Terutana siswa muslim yang bersekolah di yayasan bukan yayasan
islam.
Sebagai data autentik, berikut penulis cuplikan berita yang di orbitkan oleh kantor
berita antara Jawa Timur yang judul beritanya adalah, “Pelajar Kritik Pengajaran Agama di
Sekolah Non-Muslim”Kamis, 2 Mei 2013 14:47 WIB- Sekitar 100 pelajar baik SMP, SMA
ataupun SMK di Kota Blitar, Jawa Timur, unjuk rasa di kantor DPRD setempat, mengkritik
penerapan pendidikan agama di sejumlah sekolah non-Muslim."Terdapat beberapa yayasan
yang tidak memasukkan kurikulum pendidikan di sekolahnya," kata koordinator aksi Ahmad
Mustofa ditemui saat unjuk rasa, Kamis.Sejumlah sekolah yang dikritik itu di antaranya SMK
Katolik Santo Yusuf Blitar, Yayasan Yohanes Gabriel Kota Blitar, yang tercatat sebagai
penyelenggara sekolah Katholik mulai dari TK, SD, SMP dan SLTA (SMA/SMK), SD-SMP
Yos Sudarso Blitar, sampai SDK Santa Maria Blitar, dan sejumlah sekolah lain Saat unjuk rasa,
massa yang merupakan pelajar itu membawa berbagai macam spanduk yang isinya tentang
pentingnya pendidikan agama. Mereka juga membawa spanduk tentang ketentuan sekolah
yang telah menyalahi aturan pemerintah.Mereka sempat ditemui oleh Komisi I DPRD Kota
Bltar. Komisi yang membawahi bidang pendidikan itu berjanji segera menyelesaikan masalah
ini, sehingga sistem pendidikan pun bisa berjalan dengan lancar.Anggota Komisi I DPRD Kota
Blitar Supriyono mengatakan masalah ini memang perlu ditegaskan. DPRD juga akan
memanggil sekolah terkait serta instansi terkait untuk mencari jalan keluar dari masalah
itu..[3] relitas ini hendaknya menjadi pemicu semangat upaya evaluasi dan perbaikan-
perbaikan sehingga kesahalan dan kekurangan yang terjadi tidak terus berulang-ulang dan tidk
jatuh dalam lubang yang sama.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian analisis hasil evaluasi program kualitatif?
2. Bagaimanakah Aplikasikan evaluasi program?
3. Bagaimanakah Analisis hasil evaluasi program melalui data kualitatif?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian analisis hasil evaluasi program kualitatif.
2. Untuk mengetahui aplikasikan evaluasi program.
3. Untuk mengetahui analisis hasil evaluasi program melalui data kualitatif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN EVALUASI PROGRAM


Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.[4] Sesuai dengan
pengertian tersebut maka setiap evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang
sengaja di rencanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut
kemudian dicoba membuat suatu keputusan.
Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, Nourman E. Gronlund (1976)
merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut: Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran
telah dicapai oleh siswa.
Menurut Suharsimi Arikunto Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Sedangkan pengertian program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang
berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
Jika kedua istilah tersebut digabung menjadi satu menjadi istilah evaluasi program artinya
adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi
tentang realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang
guna pengambilan keputusan.
Ciri dan persyaratan evaluasi program mengacu pada kaidah yang berlaku, dilakukan
secara sistematis, teridentrifikasi penentu keberhasilan dan kebelumberhasilan program,
menggunakan tolok ukur baku, dan hasil evaluasi dapat digunkan sebagai tindak lanjut atau
pengambilan keputusan.
Program merupakan satu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen yang saling
berkait untuk mencapai tujuan yang ditentukan oleh sistem tersebut. Komponen tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Masing-masing komponen terdiri atas
beberapa subkomponen dan masing-masng subkomponen terdapat beberapa indikator.
Dalam kegiatan evaluasi program, indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui
keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan. Perlu diketahui bahwa ketidakberhasilan
suatu kegiatan dapat juga dipengaruhi oleh komponen atau subkomponen yang lain.
B. MENGAPLIKASIKAN EVALUASI PROGRAM
1. Model-model evaluasi program
Dalam Suharsimi Arikunto, model evaluasi menurut Kaufan dan Thomas yang
membedakan model evaluasi program menjadi delapan, yaitu:
a. Goal Oriented Eavaluation Model
Objek pengamatan model ini adalah tujuan dari program. Evaluasi dilaksanakan
berkesinambungan, terus-menerus untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan program.
b. Goal Free Eavaluation Model
Dalam melaksanakan evaluasi tidak memperhatikan tujuan khusus program, melainkan
bagaimana terlaksananya program dan mencatat hal-hal yang positif maupun negatif.
c. Formatif Summatif Evaluation Model
Model evaluasi ini dilaksanakan ketika program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika
program sudah selesai (evaluasi sumatif).
d. Countenance Evaluation Model
Model ini juga disebut model evaluasi pertimbangan. Maksudnya evaluator
mempertimbangkan program dengan memperbandingkan kondisi hasil evaluasi program
dengan yang terjadi di program lain, dengan objek ssaran yang sama dan membandingkan
kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang ditentukan oleh program tersebut.
e. Responsif Evaluation Model
Model ini tidak dijelaskan dalam buku ini karena model ini kurang populer.
f. SSE-UCLA Evaluation Model
Model ini meliputi empat tahap, yaitu
1) Needs assessment, memusatkan pada penentuan masalah hal-hal yang perlu dipetimbangkan
dalam program, kebutuhan uang dibutuhkan oleh program, dan tujuan yang dapat dicapai.
2) Program planning, perencanaan program dievaluasi untuk mengetahui program disusun
sesuai analisis kebutuhan atau tidak.
3) Formative evaluation, evaluasi dilakukan pada saat program berjalan.
4) Summative program, evaluasi untuk mengetahui hasil dan dampak dari program serta untuk
mengetahui ketercapaian program.
g. CIPP Evaluation Model (Context Input Process Product)
1) Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, tujuan pernenuhan dan karakteristik
individu yang menangani. Seorang evaluator harus sanggup menentukan prioritas kebutuhan
dan memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan program.
2) Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan mempertimbangkan kemampuan awal atau kondisi awal yang dimiliki oleh
institusi untuk melaksanakan sebuah program.
3) Evaluasi Proses
Evaluasi proses diarahkan pada sejauh mana program dilakukan dan sudah terlaksana sesuai
dengan rencana.
4) Evaluasi Hasil
Ini merupakan tahap akhir evaluasi dan akan diketahui ketercapaian tujuan, kesesuaian proses
dengan pencapaian tujuan, dan ketepatan tindakan yang diberikan, dan dampak dari program.
h. Discrepancy Model
Model ini ditekankan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi pada setiap komponen
program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara
standar yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program
tersebut.
2. LANGKAH-LANGKAH EVALUASI PROGRAM
Langkah atau tahapan dalam melaksanakan evaluasi program. Secara garis besar tahapan
tersebut meliputi : tahapan persiapan evaluasi program, tahap pelaksanaan, dan tahap
monitoring. Penjelasan tentang langkah-langkah tersebut dapat dilihat dalam bagan dibawah
ini :[5]
a. Persiapan Evaluasi Program
1) Penyusunanevaluasi
2) Penyusunaninstrumenevaluasi
3) Validasi instrument evaluasi
a) Menentukanjumlahsampelyangdiperlukan
b) Penyamaan persepsi antar evaluator sebelum data di ambil
c) Penyusunan terkait dengan model diantaranya; model CIFF, model Metfessel and Michael,
model Stake, model Kesenjangan, model Glaser, model Michael Scriven, model Evaluasi
Kelawanan, dan model Need Assessment.
b. Langkah langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrument evaluasi :
1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai
2) Membuat kisi-kisi
3) Membuat butir-butir instrument
4) Menyunting instrument
5) Instrumen yang telah tersusun perlu di validasi
6) Dapat dilakukan dengan metode Sampling
7) Beberapa hal yang perlu disamakan : tujuan program, tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan
program, wilayah generalisasi, teknik sampling, jadwal kegiatan
c. Pelaksanaan Evaluasi Program
1) Evaluasi program dapat dikategorikan evaluasi reflektif, evaluasi rencana, evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Keempat jenis evaluasi tersebut mempengaruhi evaluator dalam mentukan
metode dan alat pengumpul data yang digunakan.
2) Dalam pengumpulan data dapat menggunakan berbagai alat pengumpul data antara lain :
pengambilan data dengan tes, pengambilan data dengan observasi ( bias berupa check list, alat
perekam suara atau gambar ), pengambilan data dengan angket, pengambilan data dengan
wawancara, pengambilan data dengan metode analisis dokumen dan artifak atau dengan teknik
lainya.
3. Obyek Evaluasi Program Pendidikan
Diantara aspek yang perlu mendapat perhatian serius adalah evaluasi program-progran
pendidikan. Sebagai gambaran kongkrit dalam pelaksanaan evaluasi, yaitu perlu penentuan
obyek evaluasi sebagai focus pelaksanaan evaluasi. Focus evaluasi pendidikan yaitu:
a) Delapan Standard Nasional Pendidikan
1) Standard Sarana Prasarana
2) Standard Isi
3) Standard Proses
4) Standard Penilaian
5) Standard Kompetensi Lulusan
6) Standard Pengelolaan
7) Standard Pendidik dan Tenaga Kependidikan
8) Standard Pembiayaan
b) Program/Rencana Pengembangan Sekolah
1) Rencana Operasional (Renop) merupakan program tahunan.
2) Rencana Strategis (Renstra) merupakan program 4 tahunan
c) Program Pembelajaran
1) Unit lesson plan (terdiri beberapa RPP)
2) Lesson plan (terdiri 1 RPP)
d) Program Analisis Hasil Pembelajaran
1) Program Perbaikan
2) Program Pengayaan
3) Program tindak lanjut
e) Program Bimbingan dan Konseling
1) Program Bimbingan Klasikal
2) Program Bimbingan Individual
Dari program pendidikan yang ada belum banyak yang melakukan evaluasi terhadap program-
program tersebut, sehingga banyak kesempatan untuk memperbaiki kinerja, meningkatkan
profesionalisme melalui diantaranya menyusun, melakukan dan mengevaluasi program-
program pendidikan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
C. Analisis hasil evaluasi program melalui data kualitatif
Data adalah catatan atau kumpulan fakta yang berupa hasil pengamatan empiris pada
variable penelitian. Data dapat berupa angka, kata, atau dokumen yang berfungsi untuk
menjelaskan variable penelitian sehingga memiliki makna yang dapat dipahami. Data
penelitian bentuknya bermacam-macam, antara lain data bentuk teks, data bentuk gambar, data
bentuk suara, dan data bentuk kombinasi.[6]
Kata analysis berasal dari bahasa Greek (Yunani), terdiri dari kata “ana” dan “lysis“. Ana
artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau menghancurkan. Agar data bisa dianalisis
maka data tersebut harus dipecah dahulu menjadi bagian-bagian kecil (menurut element atau
struktur), kemudian menggabungkannya bersama untuk memperoleh pemahaman yang baru.
Analisa data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian.
Menurut Nasution, Pengertian Analisis Data adalah proses penyusunan data agar dapat
ditafsirkan. Menyusun data berarti bahwa menggolongkannya di dalam pola atau tema.
Tafsiran atau interprestasi artinya memberikan makna terhadap analisis, menjelaskan kategori
atau pola, serta mencari hubungan antara berbagai konsep.[7]
Terkait dengan menganalisis hasil evaluasi program kualitatif, yang perlu dipersiapkan
adalah data-data hasil evaluasi dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan Data dalam Analisis Kualitatif
Menurut patilima ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis
kualitatif, yakni menganalisis data-data kualitatis yang diantaranya yaitu:[8]
a. Transkrip wawancara
b. Transkrip diskusi kelompok
c. Catatan lapangan dan pengamatan
d. Catatan harian peneliti
e. Catatan kejadian penting dari lapangan
f. Rekaman video, kamera, gambar
Semua data di atas akan mempermudah pengevaluasi untuk melakukan kategorisasi dan
reduksi data. Setelah data direduksi dan dikategorisasikan maka analisis kualitatif akan lebih
terarah dan terfokus sesuai dengan masalah penelitian. Langkah-langkah inilah yang dapat
mengurangi subjektifitas peneliti dan data penelitian menjadi reliable dan substansif.
2. Langkah-langkah analisis data evaluasi program kualitatif
Setelah data terkumpul peneliti dapat melakukan langkah-langkah analisis, sebagai
berikut:[9]
a. Editing
Dalam tahapan ini dilakukan reduksi data, pemilahan data sesuai focus penelitian,
transliting data (konversi data). Selanjutnya data yang belum bisa dibaca dilakukan
penerjemahan agar mudah dibaca dan dipahami.
b. Kategorisasi/Coding
Pada tahap ini peneliti melakukan kategorisasi dengan focus masalah penelitian.
Kategorisasi ini dapat dilakukan secara domain, yaitu kategorisasi data sesuai domain-domain
yang akan dianalisis. Selain kategorisasi data juga mempertimbangkan aspek kesamaan dan
perbedaan dalam masalah penelitian.
c. Meaning
Langkah ini juga disebut langkah interpretasi data, yaitu melakukan kegiatan
menghubungkan, membandingkan, dan mendeskripsikan data sesuai focus masalah untuk
diberi makna.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi kebijakan dan
rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
Analisis Evaluasi Program Pendidikan adalah suatu kegiatan menganalisis data dari
evaluasi yang telah dilakukan terhadap program-program pendidikan. Adapun tujuan dari
analisis evaluasi program pendidikan adalah untuk mengethaui tingkat keberhasilan program
itu setelah dilaksanakan. Karena program adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan
seksama, sehingga dengan kata lain analisis evaluasi program adalah kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi keberhasilan dari suatu kegiatan yang
direncanakan.
DAFTAR RUJUKAN

Al-qur’an dan terjemahnya, 1424 H. Mujamma’ Almalik Fahd Lithibaat Al-Mushaf Assyariif
Madinah
H.M, Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT.Prestasi Pustakaraya, 2015),
hlm.149.

http://www.informasiahli.com/2015/08/pengertian-analisis-data-tujuan-dan.html#, diakses tanggal


05 Mei 2016.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), cet. 3
Dahlan Ahmad, “pengertian dan peranan evaluasi Pembelajaran”, http//eurekapendidikan.com, di
akses 05 Mei 2016.
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/109506/pelajar-kritik-pengajaran-agama-di-sekolah-non-
muslimakses; 05 Mei 2016.
ANALISIS KEBUTUHAN PROGRAM
(Needs Assessment)
Oleh: Rudi Afriandi

Dalam ilmu evaluasi program pendidikan, ada banyak model yang


dipergunakan untuk mengevaluasi keterlaksanaan program. Meskipun antara satu dengan
yang lain berbeda tetapi maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau
informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan
bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.
Tapi dalam makalah ini khusus membahas tentang need assessment Model atau
sering disebut Need Analysis atau analisis kebutuhan.
A. PENGERTIAN ANALISIS KEBUTUHAN
Menurut kurniawan (2011) mengutip pendapat Roger Kaufman dan Fenwick W.
English (1979), mengungkapkan bahwa analisis kebutuhan tidak dapat melepaskan diri dari
pembicaraan sistem pendidikan secara keseluruhan. Dalam bukunya Kaufman dan English
menekankan perlunya analisis kebutuhan di dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan. Dalam menggunakan analisis sistem, mengidentifikasi dan mengklarifikasi
masalah, kemudian menentukan gejala dan asumsi penyebab timbulnya masalah merupakan
ciri khusus yang tidak dapat diabaikan. Dengan informasi dan pengertian terhadap gejala
dan asumsi penyebab masalah, pendidik akan lebih tepat memilih alternatif cara untuk
memecahkannya. Dalam hal ini analisis kebutuhan merupakan satu alat yang tepat sebagai
pelengkap bagi evaluator program ketika mempertimbangkan kejelasan masalah, seta
memberikan rekomendasi kepada penentu kebijakan. Atas dasar uraian tersebut para
evaluator perlu memahami dengan tepat apa, mengapa, dan bagaimana melakukan analisis
kebutuhan.
Dalam ensiklopedia evaluasi yang disusun oleh Anderso, analisis kebutuhan
diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mengidentifikasi
kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Dalam konteks pendidikan dan program
pembelajaran, kebutuhan dimaksud diartikan sebagai suatu kondisi yang memperlihatkan
adanya kesenjangan antara keadaan nyata (yang ada) dengan kondisi yang diharapkan.
Kebutuhan tersebut dapat terjadi pada diri individu, kelompok, ataupun lembaga.
Roger kaufman dan Fenwick W. English (1979) dalam Kurniawan (2011),
mendefinisikan analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan jarak atau
kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang
diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas, lalu
memilih hal yang lebih penting untuk diselesaikan masalahnya. Dalam hal ini kebutuhan
diartikan sebagai jarak antara keluaran nyata dengan keluaran yang diinginkan untuk
memperoleh keluaran dan dampak yang ditentukan.
Needs Assessment dalam konteks penelitian dipandang sebagai bagian dari
model penelitian evaluasi yang didasarkan pada tujuan. Sedangkan pendekatan yang
digunakan dalam penelitian needs assessment ini adalah pendekatan kuantitatif.

B. Manfaat Analisis Kebutuhan


Analisis kebutuhan adalah alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan
perubahan. Yang dimaksud dengan perubahan, bukan perubahan yang radikal dan tidak
berdasar, tapi perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional, perubahan
fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan warga negara, kelompok dan individu.

C. Orang-Orang Yang Terlibat Dalam Need Assesment/ Need Analysis


Ada empat kategori orang yang bisa terlibat dalam need analysis, yakni
kelompok target (target group), pendengar (audience), para penganalisis kebutuhan itu
sendiri (need analysis) dan sumber kelompok (resource group), dalam dunia pendidikan
(Mahfudin):
1. Target group berkenaan dengan dari siapa informasi itu akan diperoleh, dan biasanya target
group itu adalah siswa dalam sebuah program, atau kadang-kadang para guru dan para
administrator.
2. Audience adalah semua orang yang akan diberikan tindakan terhadap analisis. Kelompok
ini biasanya terdiri atas guru-guru, guru bantu, para administrator program dan orang-orang
yang terlibat dalam program bahasa.
3. Penganalisis kebutuhan mencakup orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pengadaan need analysis, diantaranya para konsultan, para anggota pengajar
yang berkaitan dengan pekerjaan itu, dan lain-lain.
4. Sedangkan resource group adalah orang-orang yang bertindak sebagai sumber informasi
mengenai target group, seperti para orang tua, para sponsor keuangan atau para wali kelas
atau wali murid.

D. LANGKAH-LANGKAH NEED ASSESSMENT MODEL


Kedudukan needs assessment dalam penelitian evaluasi sebagaimana yang
dikemukakan oleh Isaac dan Michael (1984) dalam Kurniawan (2011), bahwa terdapat tiga
langkah mendasar dari model penelitian ini sebagaimana dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar Tiga tahapan model penelitian evaluasi
Makna analisis kebutuhan seperti yang dijelaskan menunjukkan adanya proses
mengenali, memilah dan menyisihkan. Dalam melalui langkah-langkah tersebut pelaku
tidak mungkin melepaskan diri dari pekerjaan mengukur dan menilai sesuatu. Untuk
menentukan hasil mengenali, memilah dan menyisihkan, ada proses membandingkan gejala
yang sedang dikenali dan dipilah dengan suatu patokan.
Menurut Guyette (1983) ada dua cara melakukan Need Assessment melalui
pendekatan deduktif dan pendekatan induktif
a. Pendekatan Deduktif
Ada empat langkah pendekatan deduktif:
1. Mendaftar tujuan dan diperingkat berdasarkan kepentingannya
2. Menentukan tujuan berdasarkan kondisi saat ini
3. Mengidentifikasi kesenjangan/perbedaan antara tujuan dan kondisi saat ini
4. Prioritas kondisi (tingkat kebutuhan dan sumber daya) yang diinginkan didokumentasikan
b. Pendekatan Induktif
Langkah-langkah pendekatan induktif secara umum:
1. Menggambarkan kondisi dan membuat instrumen untuk penilaian
2. Menentukan status saat ini berdasarkan tujuan dan kondisi sebelumnya
3. Mengidentifikasi dan menganalisis perbedaan antara tujuan sebelumnya dan keadaan
sekarang
4. Menetapkan prioritas berdasarkan perbedaan, sehingga dapat ditentukan tujuan baru.

Sedangkan menurut Anderson (1975) (dalam Arikunto, 2010) secara umum


keluasan dan besarnya kebutuhan dapat diukur secara subjektif dan objektif.
a. Penilaian Kebutuhan Secara Subjektif
Terjadi bila pelaku membandingkan sesuatu kebutuhan dengan kondisi yang dapat diterima
olehnya.
1. Mengidentifikasi lingkup tujuan-tujuan penting dalam rogram yang akan dievaluasi.
2. Menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan-tujuan.
3. Menyusun kriteria (standar) untuk tiap-tiap indikator, dengan tujuan pedoman atau acuan
apa saja yang ada dalam sistem dan bidang yang dievaluasi.
4. Menyusun alat pengukuran untuk tiap-tiap indikator.
5. Membandingkan kondisi yang diperoleh dengan kriteria. Jika data yang diperoleh lebih
rendah dari tingkat standar, maknanya berarti ada kebutuhan.
b. Penilaian Kebutuhan Secara Objektif
Terjadi bila kebutuhan yang diukur itu dibandingkan dengan besarnya kebutuhan sesuatu
bidang yang terkait dan sesuai bidang yang akan dievaluasi
1. Mengidentifikasi tujuan penting dalam program yang akan dievaluasi
2. Menentukan kriteria atau menyusun kriteria yang sesuai dengan tujuan masing-masing
bidang atau indikator. Dalam langkah ini evaluator perlu mengumpulkan banak bukti
formal yang akan digunakan untuk dasar pertimbangan kebutuhan.
3. Menyusun peringkat yang digunakan untuk mempertimbangkan tingkat penampilan
indikator.
4. Jika sudah selesai membuat skala, kumpulkan semua calon evaluator untuk bersama-sama
menentukan urutan kebutuhan dan skala prioritas kebutuhan. Jika kebutuhan terdapat dua
kebutuhan yang sejajar, diperlukan lagi kesepakatan untuk menentukan mana kebutuhan
yang lebih mendesak untuk diprioritaskan dalam penyelesaiannya. Penting diingat:
dalam menentukan urutan kebutuhan jangan sampai ada unsur subjektivitas, yang dapat
menyebabkan hasilnya menyimpang dari kenyataan.
Selain memilih kedua cara tersebut, evaluator dapat mengambil nominasi dari
keduanya. Seorang penilai mungkin saja mengambil langkah yang berbeda dari waktu ke
waktu dan dari satu situasi ke situasi yang lain. Oleh karena itu data dari pihak lain (mungkin
pendapat teman/lawan), catatan yang dibuat siswa dan sebagainya dapat dijadikan bahan
pertimbangan. Data-data tambahan tidak boleh diambil sembarangan, tetapi harus dilihat
taraf keterandalannya.
Pertimbangan yang dilakukan untuk menentukan jenis serta peringkat
kebutuhan menggunakan bukti formal, dengan kasuus yang berbeda. Apapun pendekatan
yang diambil, langfkah selanjutnya menentukan prioritas antar kebutuhan sesuai tujuan,
yang selanjutnya digunakan untuk menentukan rekomemdasi kepada pengambil keputusan
demi tindak lanjut program. Perlu diingatkan bahwa evaluator tidak mempunyai hak untuk
mengambil keputusan tentang program, tetapi hanya memberian rekomendasi , selanjutnya
pengambil keputusanlah yang menentukan lebih lanjut.
Untuk menentukan prioritas antar kebutuhan ada beberapa faktor yang berpengaruh,
diantaranya adalah faktor biaya atau cost benefit, yaitu biaya kecil dengan manfaat besar.
Ini diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan akhir yang tepat.
E. PENGUMPULAN DATA
Ada beberapa cara pengumpulan data untuk penilaian kebutuhan (Need
Assessment). Secara umum, pengumpulan data menurut Guyette (1983) lebih menggunakan
kombinasi kuantitatif (data numerik), dan kualitatif (deskriptif data). Pendekatan kuantitatif
menyediakan "hard data," yang digunakan khusus untuk mendokumentasikan kebutuhan.
Pertanyaan-pertanyaan yang sering digunakan seperti: "Berapa banyak orang
yang Anda layani?", "Berapa usia populasi sasaran? ", "Apakah sasaran utama kelompok
laki-laki atau perempuan, atau campuran, "dan" Dimana populasi target berada?" Penilaian
kebutuhan (menurut kepentingan) adalah cara lain untuk mengumpulkan kuantitatif data.
Secara Umum, data kuantitatif dapat menjadi sangat berharga untuk evaluasi lanjut dari
efektivitas program.
Seperti dalam penelitian lain yang melibatkan pengembangan format ke
pengumpulan data, merupakan bagian penting dari Need Assesment adalah pengujian
kuesioner atau wawancara terstruktur. Dengan menanyakan beberapa orang untuk
menjawab pertanyaan sebelum dilakukan Need Assesment yang sebenarnya, kesulitan
dalam memahami instruksi atau pertanyaan, dan mumungkinkan terjadinya bias yang dapat
diidentifikasi. Perubahan selama pembelajaran percobaan, atau pembelajaran penelitian,
dapat meningkatkan kualitas keseluruhan dari penilaian yang lebih besar.
Selain survei kuesioner atau wawancara, data dapat dikumpulkan dengan
menggunakan pertemuan-pertemuan publik, pertemuan kelompok kecil di mana responden
diundang, atau pertemuan-pertemuan lainnya.
Untuk mengumpulkan data pada pertemuan publik, pengambilan sampel
adalah hal perting yang diperhatikan, karena kadang-kadang orang yang datang, mungkin
mau menanggapi pada pertemuan yang diadakan di lokasi tertentu. Atau, ketika anggota
masyarakat menghadiri pertemuan, beberapa berbicara banyak sementara yang lain tetap
diam. Dalam prosedur pengambilan sampel mempertimbangkan, tidak hanya jumlah peserta
yang penting, tetapi juga tingkat representasi dari kelompok yang berbeda termasuk dalam
sampel. Sebagai contoh, sebuah penilaian kebutuhan pendidikan mungkin termasuk
perencana pendidikan, guru, orangtua, siswa, serta masyarakat umum. Kadang-kadang lebih
dari satu instrumen atau metode pengumpulan data yang diperlukan untuk kelompok-
kelompok yang berbeda yang berpartisipasi dalam penilaian kebutuhan.
F. CONTOH NEED ASSESSMENT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Contoh Aplikasi Needs Assessment dalam Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Bahasa (Mahfuddin)
Masalah need analysis atau need assessment berkenaan dengan apa-apa yang
dibutuhkan dalam pengajaran bahasa. Kajian pendekatan yang berbeda terhadap penilaian
kebutuhan ini, akan mengarahkan pada bagaimana menyiapkan, menyusun dan
menggunakan informasi yang terbaik, dimana konteks program pengajaran bahasa secara
spesifik dapat memenuhi kebutuhan individual dan kebutuhan kelompok siswa yang sedang
belajar bahasa.
Teknik-teknik yang efektif dalam mengembangkan tujuan umum dan tujuan
khusus dapat disusun selama fase analisis kebutuhan (need analysis). Kreiteria-kriterianya
diformulasikan ke dalam tujuan khusus pengajaran bahasa dengan menggunakan istilah-
istilah yang jelas dan tidak ambigu. Variasi tipe-tipe yang berbeda mengenai tujuan,
dimasukkan ke dalam pembahasan, termasuk hal-hal mengenai tujuan yang bersifat
behavioral ke tujuan yang bersifat pengalaman (experiential).
Need analysis (need assessment) dalam pengembangan kurikulum sangat
diperlukan. Menurut Oliva (Oliva, 1992: 246) “a curriculum need assessment is a process
for identifying programmatic needs that must be addressed by curriculum planners”.
Analisis kebutuhan digunakan untuk menilai dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan siswa dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum, karena
pengembangan kurikulum hakekatnya berorientasi pada kebutuhan siswa (need of learners)
dan kebutuhan masyarakat (need of society), termasuk kebutuhan mata pelajaran (need of
subject matters). Need assessment juga digunakan untuk mengidentifikasi gap atau ketidak-
sesuaian antara performansi siswa yang dinginkan (das Sollen) dengan performansi siswa
yang nyata (das Sein). Dalam sistem persekolahan need assessment diperlukan untuk
menemukan kekurangan-kekurangan kurikulum yang menyangkut misalnya kerja sama
komunitas sekolah dan pemahaman terhadap program-program sekolah untuk kemudian
diperbaiki.
Analisis kebutuhan atau need assessment dalam program pengajaran bahasa,
sering dianggap sebagai pengidentifikasian bentuk-bentuk bahasa yang akan diperlukan
siswa untuk digunakan dalam bahasa target (bahasa yang dipelajari). Mereka perlu
memahami dan berusaha untuk memproduksi bahasa secara aktual. Yang menjadi fokus
analisis dalam masalah ini adalah para pembelajar dan kebutuhan-kebutuhannya dilihat dari
konteks linguistik.
Contoh Aplikasi Evaluasi Need Assesment Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi
Pendidikan Kejuruan (Kurniawan, 2011)
Dalam konteks pembelajaran berbasis teknologi informasi di SMKN 3 Garut,
needs assessment diarahkan pada tiga domain yakni pada kompetensi, relevansi dan
motivasi. Kompetensi mengacu pada kemampuan individu pada performa keterampilan
dalam teknologi informasi. Relevansi menunjukkan pada keberdayagunaan keterampilan
personal yang mengindikasikan relevansinya. Sedangkan motivasi tergantung pada
bagaimana keinginan besar mereka untuk memperbaiki kemampuan dalam keterampilan
teknologi informasi. Dalam terminologi terbatas, sebuah need dalam pembelajaran adalah
sebuah discrepancy diantara keadaan yang ada dan keadaan yang diharapkan yang meliputi
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), kinerja (performance), dan setting. Berikut ini
paradigma yang digunakan dalam penelitian needs assessment tentang pembelajaran E-
learning.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner, dimana alat
pengumpulan datanya (instrumen) menggunakan angket yang disusun secara terstruktur.
Pengumpulan data ditekankan pada dua kelompok informasi, yakni tentang: (a) pemahaman
dosen tentang konsep dan kedudukan teknologi informasi dalam pendidikan, (b) needs,
urgensi dan fisibilitas aplikasi teknologi informasi dalam pembelajaran teknologi dan
kejuruan.
G. KESIMPULAN
Meskipun penilaian kebutuhan adalah teknik yang baik untuk mengidentifikasi
kesenjangan dalam pelayanan, kinerja, atau sikap, kegunaannya untuk pengembangan
masyarakat terletak pada hasil akhir penerapan. Alih-alih menjadi pendekatan total,
menemukan kesenjangan dan menentukan yang paling penting dari kesenjangan cocok
menjadi serangkaian langkah-langkah untuk mengembangkan layanan dan sumber daya
untuk mengisi kesenjangan. Sebuah pendekatan yang direkomendasikan untuk penilaian
kebutuhan dengan langkah-langkah berikut:
- Mengungkapkan tujuan program dari pernyataan kebutuhan
- Menganalisis solusi alternatif (teknik dari pencapaian tujuan, sumber daya yang
dibutuhkan, kesesuaian budaya)
- Memilih dan menerapkan solusi yang tampaknya paling cocok masyarakat
- Mengalokasikan sumber daya sesuai dengan solusi atau rencana
- Mengevaluasi (mengukur efektivitas solusi)
- Daur ulang (periodik menetapkan tujuan baru)
Salah satu praktek penilaian kebutuhan berfokus pada kebijakan dan kontrol.
Pada tingkatan masyarakat, mungkin ada keinginan untuk menjaga pendapat perlu
disembunyikan, sebagai sarana menjaga ketidaksepakatan di bawah. Untuk alasan ini,
mungkin ada kecenderungan, seorang direktur program untuk untuk bertentangan dengan
tujuan yang didefinisikan. Ketika bekerja dengan sikap seperti itu, peneliti berbasis
masyarakat dapat menunjukkan out put untuk keuntungan jangka panjang dari program
yang merupakan kebutuhan masyarakat dan bekerja sama dengan pihak-pihak yang
menolak untuk mengembangkan rencana penilaian kebutuhan yang mendorong kerjasama
ketimbang ketidaksesuaian.
Isu lain praktis mempengaruhi pelaksanaan penilaian kebutuhan adalah
ketersediaan dana. Bila dana terbatas, biaya yang diharapkan dari pelaksanaan setiap
kebutuhan dapat dimasukkan sebagai bagian dari kuesioner. Hal ini memungkinkan
responden untuk memberikan peringkat realistis prioritas. Juga, tingkat pendanaan
merupakan pertimbangan penting dalam merancang rencana pelaksanaan.
Kebutuhan penilaian sering dianggap sebagai jenis evaluasi. Proses total dari
perencanaan-pelaksanaan-evaluasi dapat diperluas, menunjukkan bagaimana teknik
penilaian kebutuhan cocok menjadi proses penilaian total.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsini, 2010, Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Kurniawan Tatang, May 16, 2011, Evaluasi Need Assessment KAJIAN PUSTAKA
EVALUASI NEED ASSESMENT DALAM PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI
PENDIDIKAN KEJURUAN, http://tatangkurniawan77.wordpress.com/2011/05/16/evaluasi-
need-assessment/
______________, Selasa, 01 Juni 2010 19:41, Model Evaluasi Program,
http://shareit4us.blogspot.com/2010/06/model-evaluasi-program.html
GUYETTE SUSAN, 1983, COMMUNITY-BASED: RESEARCH A HANDBOOK FOR
NATIVE AMERICANS, California: Administration for Native Americans, Office of Human
Development Services, Department of Health and Human Services
Mahfuddin Azis, Needs Assessment dalam Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Bahasa http://hipkin.or.id/needs-assessment-dalam-pengembangan-kurikulum-dan-
pembelajaran-bahasa/

You might also like