Oleracea Var - Capitata F.alba) TERHADAP BAKTERI Escherichia Coli

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KUBIS (Brassica

oleracea var.capitata f.alba) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli


SECARA IN VITRO

Siti Fatimah, Yuliana Prasetyaningsih, Riska Amelia


1,2,3
Prodi D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa Yogyakarta; Jl.Ringroad Utara
Depok Sleman Yogyakarta, telp/Fax:(0274)4477701/(0274)4477702
e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Background :. Escherichia coli is a bacteria cause of infections such as diarhea and urinary
tractus infection. Antibiotic used for treatment of diarhea and urinary tractus infection include
ampicilin, penicilin G, amoxicilin, chloramphenicol, tetracycline, and sulbenicin. These
antibiotic are often used, but it has some side effects as well as the emergence of resistance.
Treatment with minimal effects and does not cause mildew resistance continue to alternative
antibacteria. Cabbage leaf is a vegetable which contains flavonoid, saponin, polifenol, and
tanin that are antibacteria. The purpose of this study was to determine antibacteria effectivity
ethanol extract of cabbage leaf (Brassica oleracea var.capitata f.alba) againts Escherichia coli
bacteria in vitro.

Method : This research is an experimental study with the method of diffusion (Kirby Bauer).
Escherichia coli bacteria isolated obtained from Medical Laboratory Technology of Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta. Ethanol extract obtained through maseration extraction method and
the concentration used were 60%, 70%, 80%, 80%, 90%, and 100%. Analysis of the research
results in table and narration.

Results : The results of inhibition zone is formed at a concentration of 60%, 70%, 80%, 90%,
and 100% respectively are 11,33 mm, 12,33 mm, 13 mm, 14,33 mm, and 15 mm.).

Conclusion : Ethanol extract of cabbage leaf (Brassica oleracea var.capitata f.alba) are
antibacteria againts Escherichia coli bacteria with strong category in (10-20 mm).

Keywords : Escherichia coli, antibacteria, flavonoid, saponin, polyphenol, tanin, cabbage leaf
(Brassica oleracea var.capitata f.alba)

PENDAHULUAN flora usus normal yang pada umumnya


tidak menyebabkan penyakit.E. coli sering
Penyakit infeksi masih menempati dihubungkan dengan diare yang terjadi
urutan teratas penyebab kesakitan dan pada manusia.Tempat yang paling sering
kematian di negara berkembang termasuk terkena infeksi adalah saluran kemih,
Indonesia.Salah satu penyebab infeksi saluran empedu, dan tempat-tempat lain di
adalah bakteri. Kasus infeksi disebabkan rongga perut (Jawetz dan Adelberg, 2005).
oleh bakteri atau mikroorganisme patogen Kasus penyakit diare masih menjadi
yang masuk ke dalam jaringan tubuh dan masalah kesehatan dunia terutama di
berkembang biak di dalam jaringan negara berkembang. Masalah tersebut
(Permenkes RI, 2011). Salah satu dilihat dari besarnya angka kesakitan dan
penyebab infeksi adalah Escherichia kematian akibat diare.Survey morbiditas
coli.Escherichia coli merupakan anggota yang dilakukan oleh Departemen

62
Kesehatan dari tahun 2000 sampai dengan penggunaannya sebagai sayuran yang
tahun 2010 terlihat kecenderungan dikonsumsi sehari-hari, maka zat aktif
kenaikan insiden. Pada tahun 2000 insiden antibakteri yang terkandung dalam kubis
penyakit Diare 301/1000 penduduk, tahun dapat dikatakan aman untuk digunakan
2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, oleh manusia (Suryani, 2004).
tahun 2006 naik menjadi 423/1000 Kubis,saat ini telah digunakan dalam
penduduk dan tahun 2010 menjadi berbagai pengobatan seperti pirai (gout),
411/1000 penduduk (Depkes RI, 2010). diare, tuli, sakit kepala, kolesterol,
Data dari profil kesehatan tahun 2013 candidiasis, jamur di kulit kepala, tangan
menunjukkan kejadian luar biasa (KLB) di dan kaki, radang sendi (artritis), antidot
33 provinsi dengan Case Fatality Rate akibat alkohol, racun di hati,
(CFR) akibat diare sebesar 1,08% dengan menghilangkan keluhan prahaid,
7 orang meninggal dari 646 kasus. Angka mencegah tumor membesar, mencegah
ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kanker kolon dan rektum, ulkus pada
tahun 2011, yaitu CFR sebesar 0,29% saluran cerna, dan sembelit (LIPI, 2009).
dengan 12 orang meninggal dari 4.169 Kubis mentah tidak memiliki rasa dan bau
kasus KLB diare yang terjadi pada 33 yang menyenangkan karena kandungan
provinsi (Kemenkes RI, 2014). sulfurnya.Tetapi, sulfur memiliki sifat
Menurut Refdanita dkk, (2004), antiseptik, antibiotik dan desinfektan.Dari
penyakit infeksi termasuk oleh bakteri penelitian yang dilakukan oleh Rusmiati,
Escherichia coli dapat diobati dengan dkk (2007), didapatkan kandungan dalam
menggunakan obat antibiotik.Escherichia kubis (Brassica oleracea var.capitata L)
coli mempunyai tingkat resistensi yang berupa flavonoid, saponin, polifenol, tanin
tinggi terhadap ampisilin, penisilin G, yang mempunyai sifat antibakteri.
amoksisilin, kloramfenikol, tetrasiklin dan Mekanisme kerja flavonoid sebagai
sulbenisin. Oleh karena itu, perlu dilakukan antibakteri adalah dengan menghambat
eksplorasi terhadap bahan alternatif yang sintesis DNA, mengganggu fungsi dari
dapat membasmi atau menghambat membran sitoplasma dan menghambat
pertumbuhan bakteri patogen (Sudoyo, transfer energi yang diperlukan untuk
dkk., 2006). metabolisme bakteri (Cushine dan Lamb,
Indonesia adalah negeri yang cukup 2005). Menurut Supriyono (2008), polifenol
kaya akan kekayaan alam. Sejak dulu, adalah asam fenolik dan flavonoid yang
masyarakat Indonesia telah lama banyak terkandung dalam buah-buahan,
mengenal dan menggunakan tanaman sayuran serta biji-bijian.Selain itu, senyawa
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya fenol juga diketahui memiliki sifat
dalam menanggulangi masalah antibakteri, antivirus, antimutagenik, dan
kesehatan.Dewasa ini perkembangan antikarsinogenik. Adanya kandungan dari
pengobatan telah mengarah kembali ke senyawa flavonoid, saponin, polifenol
alam (Back to nature) karena obat sebagai senyawa antibakteri pada kubis
tradisional secara umum dinilai lebih aman sangat potensial untuk dimanfaatkan
daripada penggunaan obat modern.Hal ini sebagai terapi terhadap infeksi bakteri
disebabkan karena obat tradisional termasuk E. coli, sehingga peneliti tertarik
memiliki efek samping yang relatif sedikit untuk meneliti daya antibakteri ekstrak
daripada obat modern (Sari dan Lusia, etanol daun kubis (Brassica olerace
2006).Saat ini telah banyak dikembangkan var.capitata f. alba) terhadap bakteri
obat tradisional dari tumbuhan, salah Escherichia coli secara in vitro. Penelitian
satunya adalah Kubis (Brassica oleracea ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
var.capitata L).Kubis merupakan salah solusi dari peningkatan kasus resistensi
satu hasil bumi Indonesia yang jumlahnya antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli.
sangat berlimpah.Sementara itu, selama
ini kubis hanya dikonsumsi sebagai METODE PENELITIAN
sayuran. Dengan demikian kubis dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif antibakteri Jenis penelitian yang digunakan
dan memberikan nilai manfaat yang tinggi adalah penelitian True Eksperimental.
bagi masyarakat. Berdasarkan Sedangkan rancangan yang digunakan

63
adalah Post test Only Control (Rancangan b. Pembuatan Ekstrak etanol daun
Post tes dengan kelompok kontrol). kubis
Dengan rancangan ini, memungkinkan Metode ekstraksi yang dipakai dalam
peneliti mengukur pengaruh perlakuan penelitian ini adalah metode maserasi.
(intervensi) pada kelompok eksperimen Sebelumnya, daun kubis dengan berat
dengan cara membandingkan kelompok 3 kg dipisah-pisah dari kropnya dan
tersebut dengan kelompok kontrol . dikeringkan di dalam almari pengering
suhu 45°C hingga kering, kemudian
Bahan : daun kubis (Brassica oleracea dihaluskan menjadi serbuk
var.capitata f. alba), Suspensi bakteri menggunakan mesin penyerbuk
Escherichia coli, Cakram antibiotik dengan diameter lubang saringan 1
Kloramphenikol mm. Serbuk kubis yang telah kering
dimasukkan ke dalam maserator,
Media dan Reagensia : NaCl fisiologis ditambahkan etanol 50%. Diaduk
0,85%, Media Mueller Hinton, Standar Mc selama 30 menit, didiamkan 24 jam,
Farland I (setara dengan 106 CFU), kemudian disaring (diulang 2 kali).
Polyetilene Glycol (PEG) 5%. Setelah itu filtrat diuapkan dengan
Vacuum Rotary Evaporator pemanas
Peralatan: tabung reaksi steril, ose bulat, waterbath suhu 60°C sehingga
incubator, cawan petri, pipet ukur steril, diperoleh ekstrak etanol daun kubis
neraca atau timbangan, oven, gelas beker yang kental sebanyak 53,8 gram dari 3
steril, autoclave, pervorator, pipet tetes. kg kubis yang digunakan

Tahap Pelaksanaan Penelitian c. Pembuatan konsentrasi ekstrak


etanol daun kubis
a. Pemilihan sampel daun kubis Ekstrak etanol daun kubis (Brassica
Daun kubis yang digunakan, didapatkan oleracea var.capitata f.alba) diencerkan
dari perkebunan kubis di Banyuroto, dengan PEG (Polyetilene Glycol) 5%
Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa menjadi konsentrasi 60%, 70%, 80%,
Tengah dengan kualitas daun kubis 90% dan 100%. Pengenceran dilakukan
yang segar dan putih bersih serta sehat dengan menyiapkan tabung reaksi dan
tidak cacat akibat hama tanaman dilakukan secara aseptik dengan
volume sesuai dengan Tabel 1.

Tabel 1. Pengenceran Ekstrak Etanol Daun Kubis (Brassica oleraceavar.capitata f.alba)


Pengenceran 60% 70% 80% 90% 100%
Ekstrak etanol daun kubis (ml) 0,6 ml 0,7 ml 0,8 ml 0,9 ml 3,0 ml
Add PEG (Polyetilene Glycol) 5% (ml) 0,4 ml 0,3 ml 0,2 ml 0,1 ml 0,0 ml
Volume (ml) 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml 3 ml

d. Pelaksanaan Penelitian Uji kloramphenikol). Pengujian dilakukan


Efektivitas Antibakteri dengan lidi kapas steril yang
Uji daya antibakteri ekstrak etanol daun dicelupkan ke dalam biakan cair kuman
kubis (Brassica oleraceavar.capitata kemudian lidi kapas yang telah basah
f.alba) dilakukan dengan metode difusi. diperas pada dinding
Disediakan 4 petri untuk pengujian dan tabung.Selanjutnya lidi kapas tersebut
pengulangan. Petri A, B, C dibuat 5 diusapkan pada seluruh permukaan
sumuran, pada masing-masing media agar Mueller Hinton.Pada agar
sumuran tersebut diisi dengan ekstrak tersebut dibuat sumuran dengan
etanol daun kubis 60%, 70%, 80%, 90 perforator secara aseptik.Tiap
dan 100% petri D dibuat 1 sumuran sumuran mempunyai diameter 5 mm
untuk kontrol negatif (sumuran diberi dan kemudian ke dalam sumuran
PEG 5%) dan untuk kontrol positif tersebut diteteskan ekstrak etanol
(diberi cakram antibiotik kubis dengan beberapa konsentrasi

64
yang telah dibuat yaitu 60%, 70%, Ekstraksi daun kubis dilakukan
80%, 90% dan 100%. Media tersebut menggunakan metode maserasi dengan
diinkubasi 37°C selama 24 jam.Hasil pelarut etanol 50%, sehingga
diperoleh dengan mengukur radius menghasilkan ekstrak kental 100%
zona hambatan perumbuhan koloni yangyang kemudian dibuat menjadi
E.coli pada media Mueller Hinton yang berbagai konsentrasi yaitu 100%, 90%,
kemudian di rata-rata diameternya. 80%, 70%, dan 60%. Uji daya antibakteri
menggunakan berbagai konsentrasi
HASIL DAN PEMBAHASAN ekstrak etanol daun kubis tersebut serta
menggunakan PEG 5% dan Kloramfenikol
Penelitian dengan judul “Efektivitas
sebagai pembanding kontrol positif dan
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kubis
negatif.
(Brassica oleracea var.capitata f.alba)
Pengujian daya antibakteri bertujuan
Terhadap Bakteri Escherichia coli Secara
untuk mengetahui kemampuan antibakteri
In Vitro telah dilakukan pada bulan Maret
dalam menghambat atau membunuh
2015 di Laboratorim Mikrobiologi Politeknik
bakteri.Pada penelitian ini menggunakan
Kesehatan Yogyakarta Jurusan Analis
metode difusi (tes Kirby-Bauer). Adanya
Kesehatan. Penelitian tersebut
zona bening di sekitar sumuran
merupakan penelitian awal yang dilakukan
menunjukkan aktivitas antibakteri.
untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak
Diameter zona bening di sekitar sumuran
etanol daun kubis terhadap bakteri
yang berisi ekstrak diukur dan
Escherichia coli, sehingga dapat diketahui
dibandingkan dengan diameter zona jernih
efek antibakteri terhadap konsentrasi
di sekitar cakram kontrol positif
ekstrak etanol daun kubis yang diberikan.
(kloramfenikol) dan kontrol negatif (PEG
Daun kubis yang digunakan berasal
5%). Hasil uji daya antibakteri daun kubis
dari perkebunan kubis di Banyuroto,
yang telah dilakukan, memiliki kemampuan
Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa
dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Tengah dengan kriteria kubis sehat, segar,
Escherichia coli yang ditunjukkan pada
tidak cacat karena hama tanaman.
tabel 2 berikut:

Tabel 2. Data hasil pengukuran diameter zona hambat pertumbuhan Escherichia coli terhadap
pemberian berbagai konsentrasi ekstrak etanol daun kubis (Brassica oleracea var.capitataa
f.alba)
No Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Zona hambat (mm) Rata-rata zona hambat
Kubis A B C (mm)

1. 60% 12 11 11 11,33
2. 70% 13 12 12 12,33

3. 80% 14 12 13 13
4. 90% 14 13 16 14,33

5. 100% 16 15 14 15

6. Kloramfenikol 25 25

7. PEG 5% 0 0

65
Zona hambat yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

1 2 3 4 5

Gambar 1. Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Kubis pada media MuellerHinton dengan
Variasi Konsentrasi Terhadap Escherichia coli.konsentrasi 60% (1), konsentrasi 70% (2),
konsentrasi 80% (3), konsentrasi 90% (4), konsentrasi 100% (5).

Berdasarkan hasil penelitian ataupun membunuh mikroorganisme


didapatkan bahwa, konsentrasi ekstrak dalam konsentrasi yang kecil.Daya
etanol daun kubis dengan tiga kali antibakteri dapat dipengaruhi oleh
pengulangan terhadap bakteri konsentrasi zat uji, jumlah bakteri, adanya
Escherichiacoli mampu menghambat bahan organik, dan pH (Pelzcar and Chan,
pertumbuhan bakteri Escherichia coli 2005). Menurut Stout dalam Maryuni
dimulai dari konsentrasi 60% hingga (2008), daya antibakteri dikelompokkan ke
100%.Semakin tinggi konsentrasi ekstrak dalam 3 kelompok, yaitu antibakteri
etanol daun kubis maka semakin besar dengan aktivitas rendah, sedang, kuat dan
diameter zona jernih yang terbentuk. sangat kuat dapat dilihat pada tabel 3.
Antibakteri merupakan suatu
senyawa yang mampu menghambat

Tabel 3. Pengelompokkan aktivitas antibakteri menurut Stout


Aktivitas Diameter Zona Hambat (mm)
Rendah <5
Sedang 5-10
Kuat 10-20
Sangat Kuat >20
Sumber : Stout dalam Maryuni (2008)

Hasil penelitian yang diperoleh menghambat pertumbuhan bakteri juga


apabila dikaitkan dengan ketentuan seperti meningkat. Aktivitas antibakteri tersebut
pada tabel 3 dengan ketentuan kekuatan diduga berkaitan dengan senyawa aktif
antibakteri yang dikemukakan oleh Stout, yang terkandung di dalam daun kubis,
maka kekuatan antibakteri yang antara lain flavonoid, polifenol, saponin
terkandung dalam ekstrak etanol daun dan tanin (Rusmiati, dkk., 2007).
kubis dengan konsentrasi 60%, 70%, 80%, Flavonoid memiliki aktivitas
90%, dan 100% masuk dalam kategori kuat antibakteri melawan Staphylococcus
(masuk dalam kisaran 10-20 mm), yaitu epidermidis, Staphylococcus aureus,
dengan masing-masing diameter zona Escherichia coli, Salmonellatyphimurium,
hambat 11,33 mm, 12,33 mm, 13 mm, dan Stenotrophomonas maltophilia.
14,33 mm dan 15 mm. Beberapa teori menyatakan bahwa
Hasil tersebut menunjukkan bahwa mekanisme kerja flavonoid sebagai
meningkatnya konsentrasi ekstrak etanol antibakteri adalah dengan menghambat
daun kubis juga meningkatkan diameter sintesis DNA, mengganggu fungsi dari
zona hambat.Semakin tinggi konsentrasi membran sitoplasma dan menghambat
ekstrak, maka jumlah senyawa antibakteri transfer energi yang diperlukan untuk
yang dilepaskan semakin besar, sehingga metabolisme bakteri (Cushine dan Lamb,
kemampuan senyawa tersebut dalam 2005).Polifenol mempunyai mekanisme

66
menghambat pertumbuhan bakteri dengan berbeda, seperti kubis merah-ungu (forma
cara mengganggu pembentukan dinding rubra) dan kubis hijau (forma viridis
sel dan membran sel. Tanin mampu
menghambat aktivitas kerja enzim pada
bakteri, yaitu dengan cara mengikat dan
DAFTAR PUSTAKA
mengendapkan protein pada mukus dan Cushine, T. P. T., Lamb, A. J. 2005.
sel epitel mukosa. Senyawa saponin dapat “Antimicrobial Activity of
melakukan mekanisme penghambatan Flavonoid”.International Journal of
dengan cara membentuk senyawa Antimicrobial Agents. 26: 343, 356.
kompleks dengan membran sel melalui
ikatan hidrogen sehingga dapat Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan
menghancurkan sifat permeabilitas dinding Indonesia 2010. Departemen
sel dan akhirnya dapat menimbulkan Kesehatan RI. Jakarta.
kematian sel ( Noer dan Nurhayati, 2006).
Hasil penelitian yang didapatkan Jawetz dan Adelberg, 2005.Mikrobiologi
berhubungan dengan penelitian yang Kedokteran, EGC. Jakarta.
dilakukan oleh Rosyad (2012) yang
menyatakan bahwa kandungan senyawa Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan
kimia di dalam esktrak etanol pare Indonesia 2014. Kementrian
(Momordica charantia L) seperti flavonoid, Kesehatan RI. Jakarta.
saponin, tanin dan polifenol dapat
LIPI.2009. Tanaman Obat Pangan dan
menghambat pertumbuhan bakteri
Kesehatan. Balai Informasi Teknologi
Escherichia coli, di dalam ekstrak etanol
daun kubis (Brassica oleraceavar.capitata LIPI. Jakarta.
f.alba) juga diduga mengandung senyawa Mita R. S, Rusmiati D, Kusuma S. A. F.
kimia yang sama sehingga dapat 2009. “Pengembangan Ekstrak Etanol
menghambat pertumbuhan bakteri Kubis (Brassica oleraceavar.capitata
Escherichia coli. Hasil penelitian yang l.) Asal Kabupaten Bandung Barat
didapatkan apabila dikaitkan dengan dalam Bentuk Shampo Antiketombe
penelitian yang dilakukan oleh Rusmiati, Terhadap Jamur Malassezia furfur”,
dkk (2007) dan Mita, dkk (2009) LPPM. Universitas Padjajaran.
membuktikan bahwa ekstrak etanol daun Bandung.
kubis (Brassica oleracea
var.capitataf.alba) tidak hanya dapat Noer, I. S. Dan L. Nurhayati. 2006.
menghambat pertumbuhan jamur Candida “Bioaktivitas Ulva reticulata Forsskal.
albicans dan Malassezia furfur, namun Asal Gili Kondo Lombok Timur
dapat juga menghambat pertumbuhan Terhadap Bakteri”.Jurnal Biotika, vol.
bakteri yaitu bakteri Escherichia coli. 5, No. 1. 2006., Hal. 45-60.

Refdanita, Maksum, Nurgan, Endang.


KESIMPULAN DAN SARAN 2004. Pola Kepekaan Kuman
Terhadap Antibiotika Di Ruang Rawat
A.Kesimpulan Intensif Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta Tahun 2001-2002. Makara,
Ekstrak etanol daun kubis Kesehatan, vol. 8, no. 2, Desember
konsentrasi 60%, 70%, 80%, 90%, dan 2004: 41- 48. (online).
100% memiliki daya antibakteri dengan http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat
kategori kuat (10-20 mm), dengan /82.pdf. Diunduh pada tanggal 16
diameter zona hambat 11,33 mm, 12,33 September 2014.
mm, 13 mm, 14,33 mm dan 15 mm
B.Saran Rosyad, F. 2012. “Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Pare (Momordica
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut charantia L.) Terhadap Pertumbuhan
mengenai penggunakan ekstrak etanol Escherichia coli Secara In Vitro”.
daun kubis menggunakan jenis kubis yang

67
Skripsi. Fakultas Kedokteran Kefarmasian, vol. III, No. 1, April 2006
Universitas Jember. Jember. : 01-07.

Rusmiati, D, Agung, Yasmiwar, Stout dalam Maryuni. 2008. Aktivitas


Sulistianingsih. 2007. “Pemanfaatan Antibakteri Tanaman Bandotan
Kubis (Brassicaoleracea var.capitata (Agerantum conyzoides Linn.)
L) Sebagai Kandidat Antikeputihan”. Terhadap Bakteri Escherichia coli dan
Jurnal. Universitas Padjajaran. Staphylococcus aureus.Karya Tulis
Bandung. Ilmiah. IPB. Bandung.

Sari, Lusia O. R. K. 2006.“Pemanfaatan Sudoyo, W. A, Setyohadi B, dan Alwi I.


Obat Tradisional Dengan 2006. Ilmu Penyakit Dalam.
Pertimbangan Manfaat dan Departemen Ilmu Penyakit Dalam UI.
Keamanannya”. Majalah Ilmu Jakarta.

68

You might also like