Pengendalian Perilaku Emosional Anak TK Melalui Komunikasi Antara Guru Dengan Orang Tua Di Kec. Biringkanaya Kota Makassar
Pengendalian Perilaku Emosional Anak TK Melalui Komunikasi Antara Guru Dengan Orang Tua Di Kec. Biringkanaya Kota Makassar
Pengendalian Perilaku Emosional Anak TK Melalui Komunikasi Antara Guru Dengan Orang Tua Di Kec. Biringkanaya Kota Makassar
Abstract
This study aims to determine (a) to describe emotional behavior of kindergarten children in the district.
Biringkanaya Makassar, (b) to describe communication between teachers and parents of kindergarten children in
the district. Biringkanaya Makassar and (c) to determine control of the emotional behavior of kindergartners
through communication between teachers and parents In the district Biringkanaya Makassar.This study is an ex-
post-facto quantitative, where the population is around the kindergarten students in the district. Biringkanaya
Makassar of 1,779 children in 79 institutions spread kindergarten in 7 (seven) wards. With the sampling method,
then selected 84 children as respondents in this study. The relationship between the independent variables were
analyzed by using Simple Linear Regression Analysis. The results showed that (a) the child's emotional behavior of
the most prominent forms of aggressiveness is tempered (80,36%), anxiety is crying (48,21%), withdrawal is not
much to say (48,21%) as well as excessive fear is the fear of meeting a stranger (36,31%) (b) communication media
is most often used in solving problems of emotional behavior children are face to face, and (c) intensive
communication negatively correlated with children's emotional behavior, which means more intensive
communication, the more reduced (controlled) the child's emotional behavior. Approximately 32.8% of control
children's emotional behavior is caused by factor intensity of communication between teachers and parents to
discuss the child's emotional behavior problems in kindergarten Biringkanaya Makassar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (a) mengetahui gambaran perilaku emosional anak TK di Kec. Biringkanaya Kota
Makassar, (b) mengetahui gambaran komunikasi antara guru dengan orang tua anak TK di Kec. Biringkanaya Kota
Makassar dan (c) mengetahui pengendalian perilaku emosional anak TK melalui komunikasi antara guru dengan
orang tua di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Penelitian ini merupakan eks-post-fakto yang kuantitatif.
Populasinya adalah seluruh murid TK di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar sebesar 1.779 anak yang
menyebar pada 79 lembaga TK di 7 (tujuh) kelurahan. Sampel penelitian ini 84 orang anak sebagai responden.
Hubungan antara variabel bebas dianalisis dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (a) perilaku emosional anak bentuk agresivitas yang paling menonjol adalah marah (80,36%) ,
kecemasan adalah menangis (48,21%), menarik diri adalah tidak banyak bicara (48,21%) serta takut berlebihan
adalah takut bertemu orang asing (36,31%) (b) media komunikasi yang paling sering digunakan dalam
menyelesaikan permasalahan perilaku emosional anak adalah tatap muka serta (c) intensif komunikasi berkorelasi
negatif dengan perilaku emosional anak, yang artinya semakin intensif komunikasi , maka semakin berkurang
(terkendali) perilaku emosional anak. Sekitar 32,8% pengendalian perilaku emosional anak disebabkan oleh faktor
intensitas komunikasi antara guru dengan orang tua dalam membicarakan permasalahan perilaku emosional anak di
TK Biringkanaya Kota Makassar.
Kata Kunci : Intensitas komunikasi; Perilaku agresivitas; kecemasan; menarik diri; takut berlebihan
415
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015
416
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015
ironis lagi bila dialami anak berkebutuhan Sebagai orang yang sama-sama mendidik
khusus yang mengalami kesulitan belajar, anak, gurupun membutuhkan bantuan untuk
seperti anak dengan gangguan memahami anak. Tentu saja sumber yang
perkembangan kognitif, di mana menurut paling baik adalah orang tua. Dengan
Gillis (Beacham, 2006) berdasarkan hasil adanya hubungan yang baik antara guru
peneltiannya menemukan bahwa 50-100% dengan orang tua murid, maka guru pun
orang gangguan perkembangan kognitif akan mudah saat harus menyampaikan
bukan hanya sulit membaca akan tetapi juga sesuatu yang pribadi mengenai anak di
mempunyai kesulitan matematis. sekolah. Sebaliknya orang tua juga tidak
Perkembangan perilaku emosional negatif akan canggung untuk memberitahu gurunya
pada anak usia PAUD memang memerlukan tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh
upaya pengendalian yang sungguh-sungguh. guru mengenai anak
Perilaku emosional yang negatif, dapat Komunikasi antara orang tua dengan
melekat pada diri anak jika tidak diupayakan guru,khususnya menyangkut pengendalian
pengendaliannya dengan benar. perilaku emosional anak, maka tiga faktor
Perkembangan otak dan sikap anak, banyak yang sangat penting dipertimbangkan yakni
berkembang pada saat mereka berada pada : Penggunaan media komunikasi, Kualitas
usia PAUD komunikasi yaitu efektifitas komunikasi
Kecamatan Biringkanaya merupakan suatu antara guru dengan orang tua melalui sifat :
kecamatan di Kota Makassar yang memiliki (a) Keterbukaan, (b) Empati; (c) Dukungan;
jumlah Taman Kanak-Kanak serta jumlah (d) Perasaan positif (d) Kesamaan . Dari
Anak Usia Dini paling banyak. Disamping kelima sifat komunikasi tersebut merupakan
itu, daerah ini merupakan suatu daerah salah satu faktor yang menjadi kunci
berkembang yang tingkat pertumbuhan keberhasilan komunikasi, yang pada
penduduk cukup tinggi. Besar kecendrungan akhirnya akan menjadi kunci sukses
pembangunan perumahan dilakukan di pembinaan dan perkembangan anak dalam
daerah ini. PAUD.
Perkembangan dunia pendidikan anak usia Frekuensi Penggunaan Media Komunikasi
dini di kecamatan Biringkanaya memang adalah seberapa sering penggunaan media
cukup kompleks, disamping karena daerah dalam komunikasi antara orang tua dengan
ini dikenal sebagai kawasan industri, pintu guru. Sesuai dengan pengamatan, maka
gerbang memasuki wilayah makassar, juga terdapat tiga hal yang menjadi sarana
dikenal sebagai daerah yang karakteristik komunikasi yang banyak digunakan
masyarakat yang sangat beragam. diperkotaan yakni (1) buku penghubung; (2)
Kemajemukan tersebut menjadi salah satu Pertemuan (tatap muka); (3) pengguanan
ciri dari pada kecamatan Biringkanaya. telepon, (4) rapat dan.(5) Kunjungan ke
Kompleksitas masyarakat yang ada di rumah.
Biringkanaya, berkaitan dengan pola dan Media komunikasi tersebut merupakan
perilaku masyarakat dalam pengembangan salah satu jalan yang tepat dalam rangka
anak, termasuk, di dalamnya penggunaan mengevaluasi dan mengembangkan anak,
media komunikasi dan pesan yang khususnya pengendalian perilaku emosional
dikomunikasikan dalam proses hubungan anak di sekolah. Intensitas komunikasi yang
antara orangtua dengan guru. dibangun antara guru dengan orang tua
Komunikasi yang intensitas antara guru murid sangat diperlukan dalam pengendalian
dengan orang tua, dapat menjadi penentu perilaku emosional anak TK, artinya
berkurangnya perilaku emosional anak, intesitas komunikasi tersebut memiliki
417
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015
418
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015
419
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015
420
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015
421
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015
dengan komunikasi antara guru dengan orang Selain faktor - faktor dukungan, yakni guru
anak, maka setiap individu perlu saling dengan orang tua dapat saling memecahkan
menyadari dan mengenali budaya-budaya lain masalah dalam persoalan anak kaitannya
selain budaya yang kita miliki, olehnya itu dengan perilaku emosional anak, serta
diperlukan pengenalan perbedaan-perbedaan kesamaan yakni adanya kesamaan
antar budaya baik dalam skala kecil maupun pemahaman antara guru dengan orang tua
besar. Faktor yang cukup kuat sehingga khususnya mengenai cara mengendalikan
komunikasi antara tatap muka menjadi favorit perilaku emosional anak.
di antaranya adalah tiap individu butuh Dengan demikian dalam memelihara dan
dipahami dan memahami dari berbagai latar memperteguh hubungan interpersonal ini
belakang tergantung pada karakteristik masing-masing
Hasil pengamatan terhadap praktek individu dan situasi dan kondisi atau
komunikasi antara guru dengan orang tua lingkungannya. Semakin akrab hubungan-
siswa, nampaknya penggunaan media tatap hubungan tersebut maka komunikasi lebih
muka paling sering digunakan. Para efektif dan komunikatif.
komunikan berupaya saling memahami secara Hasil penelitian ini cukup relevan teori
pribadi, bukan latar belakang budayanya, pertukaran sosial, yang terkait hubungan
berkomunikasi sesuai situasi, kondisi, dan dengan orang lain. Sehubungan dengan ini,
pribadi masing-masing. Komunikan guru dengan perannya sebagai pengajar, dapat
senantiasa mengingat tiap orang mungkin mengarahkan siswa ke arah yang lebih baik,
memiliki pola interaksi yang berbeda-beda selanjutnya orang tua sebagai salah satu
sesuai kulturnya. bagian dari pertukaran sosial tersebut
Tingkat pendidikan perlu diperhatikan dalam menghadapi hak dan kewajibannya kaitannya
melaksanakan komunikasi interpersonal. dengan tugas dan kewajibannya.
Dalam hal ini, guru di TK lokasi penelitian Teori pertukaran sosial yang diterapkan
senantiasa menggunakan bahasa-bahasa yang disekolah, merupakan bagian dari teori
dapat dipahami dengan baik yang diupayakan komunikasi interpersonal yang menjabarkan
sesuai dengan tingkat pendidikan antaupun bagaimana seseorang tinggal dan memasuki
pemahaman orang tua anak. Dengan suatu interaksi sosial dengan
pemahaman seperti ini, maka terdapat mempertimbangkan konsekuensi yang
komunikasi yang saling terbuka, saling didapatkan dari suatu interaksi interpersonal
memahami dan saling mengerti sehingga tersebut. Kaitan dengan ini maka terjadi
persoalan sebenarnya dari anak dapat pertukaran antara guru dengan orang tua
diselesaikan dengan baik. siswa dengan hak dan kewajiban masing-
Kondisi lain yang sangat dipahami oleh guru masing.
TK di Kecamatan Birngkanaya adalah kondisi Penerapan teori pertukaran sosial dalam dunia
guru yang sebagian besar adalah pekerja pada pendidikan di Taman Kanak-Kanak, memiliki
sektor informal. Dengan kondisi seperti ini, asumsi bahwa guru dan orang tua akan secara
maka pihak guru dapat memahami dan sukarela memasuki dan tinggal dalam suatu
mengerti perilaku kerja sehari-hari orang tua interaksi sosial dengan mempertimbangkan
dalam membimbing anak-anaknya. konsekuensi yang terjadi yaitu untung rugi.
Pemahaman karakter tersebut, dapat Pada dasarnya, dalam membangun sebuah
menjadikan komunikasi antar pribadi antara interaksi sosial yang memungkinkan individu
orang tua dan guru dapat berjalan dengan baik untuk memaksimalkan keuntungan yang
dengan mengedepankan aspek saling diperoleh.
mengerti dan memahami. Sehubungan dengan pertukaran sosial yang
422
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015
terjadi pada Pendidikan Anak TK, maka pihak orang tua senantiasa dihadapkan pada
orang tua dan pihak guru masing-masing perbandingan-perbandingan yang ada, baik
memiliki konsekuensi atau pengorbanan yang membandingkan antara TK dengan TK
diberikan dalam rangka kesuksesan anak. lainnya, atau antara anak dengan anak lainnya
Pihak guru akan mengorbankan waktu, ilmu ataupun membandingkan dengan dengan
dan tenaganya dalam rangka mencerdaskan standar-standar pengajaran yang telah
anak serta mendapatkan imbalan atau disepakati sebelumnya.
kompensasi yang telah disepakati sebelumnya
oleh sistem tertentu. Demikian pula, orang tua Teori pertukaran sosial merupakan teori yang
akan berkorban di antaranya biaya, dalam memandang hubungan interpersonal sebagai
rangka mendapatkan haknya melihat anaknya suatu transaksi dagang. Jadi, orang
tumbuh dengan baik dan dapat menjadi berhubungan dengan orang lain karena
harapan bangsa dan negara di masa yang akan mengharapkan sesuatu yang memenuhi
datang. kebutuhannya. Perumusan tersebut
mengasumsikan bahwa interaksi manusia
Prinsip dasar pertukaran sosial adalah yakni melibatkan pertukaran barang dan jasa. Jika
adanya suatu aturan yang mengatakan bahwa imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih
sebuah imbalan harus sebanding dengan banyak dari biaya atau pengeluaran, maka
investasi. Dalam teori pertukaran sosial yang interaksi kelompok akan diakhiri atau
menggunakan ekonomi sebagai landasan individu-individu yang terlibat akan
teorinya bahwa orang berusaha membangun mengubah perilaku mereka untuk melindungi
hubungan persahabatan atau percintaan yang imbalan apa pun yang mereka cari.
hanya akan memberikan keuntungan yang
lebih besar. Bagi orang tua, mengorbankan Pendekatan pertukaran sosial ini penting
dana yang besar akan dilakukan dalam rangka karena berusaha menjelaskan fenomena
melihat anak mereka tumbuh dengan baik, kelompok dalam lingkup konsep-konsep
sementara guru mengorbankan waktu dan ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan
tenaga dalam rangka mendapatkan kepuasan imbalan. Makin tinggi nilai hasil suatu
dan kompensasi yang dipandangnya setara perbuatan bagi seseorang, makin besar pula
atau layak. kemungkinan perbuatan itu diulanginya
kembali. Asumsi teori pertukaran sosial
Di setiap kehidupan manusia sebagai individu mengenai keadaan manusia (human nature)
memiliki berbagai alternatif dari comparison (a) manusia mencari keuntungan dan
level sebagai perbandingan dari keuntungan menghindari hukuman, (b) manusia sebagai
yang diperoleh dalam suatu interaksi sosial. mahluk rasional, dan (c) standar-standar
Dengan pemahaman lain bahwa jika dalam manusia menggunakan evaluasi biaya dan
suatu interaksi sosial orang akan melihat dan keuntungan dari waktu ke waktu dan dari
meyakini bahwa ada keuntungan dari sebuah orang per orang.
interaksi sosial berikutnya. Maka orang akan Komunikasi antara guru dengan orang tua
memutuskan hubungan yang dilakukan begitu penting dalam kehidupan sehari-hari
sekarang dan mengambil keputusan untuk kaitannya dengan perkembangan emosional
mengambil keputusan untuk memasuki suatu anak, beberapa faktor penyebabnya, di
hubungan baru yang lebih memberikan antaranya adalah :
keuntungan.
Demikian pula dengan pertukaran sosial yang a). Dalam masa perkembangan anak itu, dua
terjadi pada sekolah TK, dimana guru dan hal yang menjadi sumber pelajaran bagi anak
423
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015
yakni guru di sekolah dan orang tua di rumah, bergaul dengan orang-orang di
dimana semuanya menggunakan komunikasi lingkungannya, baik orang tua, saudara,
sebagai sarana menyampaikan informasi. teman sebaya, atau orang dewasa lainnya.
Apabila lingkungan sosial seperti orang tua,
b). Pada dasarnya semua anak memiliki sanak keluarga memfasilitasi atau
permasalahan emosional baik di rumah memberikan peluang terhadap perkembangan
maupun di sekolah, walaupun kadarnya kecil. secara positif maka anak akan dapat mencapai
Komunikasi yang baik antara guru dan orang perkembangan sosialnya secara matang,
tua merupakan solusi dalam rangka apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif,
menyelesaikan permasalahan-permasalahan seperti perlakuan orang tua yang kasar, sering
anak tersebut. memarahi anak, acuh tak acuh, tidak
memberikan teladan, tidak membiasakan
c). Setiap orang tua memiliki harapan yang terhadap anak dalam menerapkan norma-
besar terhadap anak-anaknya, dimana guru norma baik agama, maupun budi pekerti
cukup memahami metode atau teknik dalam cenderung menampilkan perilaku
rangka pengembangan kemampuan anak. maladjustment, seperti senang menyendiri,
Olehnya itu, komunikasi yang baik antara kurang tenggang rasa, bersifat minder, kurang
keduanya dapat menjadi sarana yang dapat memperdulikan norma dalam berperilaku.
mengoptimalkan kemampuan anak di masa Kemampuan untuk bereaksi secara emosional
yang akan datang. sudah ada sejak anak dilahirkan, namun
perkembangan emosional berikutnya tidaklah
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional berjalan dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi
sudah ada sejak anak dilahirkan, namun oleh kematangan, dan peran proses belajar
perkembangan emosional berikutnya tidaklah yang dilakukan. Dalam kenyataan. kehidupan
berjalan dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi pengendalian emosional sangat berpengaruh
oleh kematangan, dan peran proses belajar terhadap penyesuaian pribadi yang pada
yang dilakukan. Dalam kenyataan. kehidupan gilirannya akan mempengaruhi perkembangan
pengendalian emosional sangat berpengaruh aspek psikologis yang lain.
terhadap penyesuaian pribadi yang pada
gilirannya akan mempengaruhi perkembangan Perilaku Agresivitas Anak
aspek psikologis yang lain.
Pada dasarnya, terdapat 2 fungsi emosi pada Perilaku agresivitas pada anak merupakan
anak usia dini, yakni sebagai pendorong, dan suatu jenis perilaku yang kurang baik bagi
sebagai alat komunikasi, sebagai pendorong seorang anak. Agresivitas berkaitan dengan
emosi akan menentukan perilaku anak dengan adanya perasaan-perasaan marah atau
melakukan sesuatu. Selanjutnya fungsi emosi permusuhan atau tindakan melukai orang lain
sebagai alat komunikasi, dengan reaksi emosi dengan tindakan kekerasan secara fisik,
anak akan memperlihatkan apa yang verbal, maupun menggunakan ekspresi wajah
dirasakannya dan gerakan tubuh yang mengancam atau
Anak dilahirkan belum bersifat sosial, dalam merendahkan. Perilaku agresivitas yang
arti anak belum memiliki kemampuan untuk banyak dilakukan oleh anak marah, memukul,
bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai menyerang, melempar dan lain sebagainya.
kematangan sosial, anak harus belajar tentang Agresif merupakan tingkah laku menyerang
cara-cara menyesuaikan diri dengan orang baik secara fisik maupun verbal atau
lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui melakukan ancaman sebagai pernyataan
berbagai kesempatan atau pengalaman adanya rasa permusuhan.
424
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015
425
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015
kecemasan. Dimulai dari proses pembentukan pendengar yang baik, (d) Melibatkan diri
attachment yang tidak baik pada anak di dengan anak- anak, (e) Dorong mereka untuk
bawah usia 2 tahun, misalnya anak bicara, (f) mendongeng atau bercerita, (g)
ditelantarkan atau diperlakukan secara kasar, Jaga ekspresi dan (h) Mereka adalah kita.
maka ia akan mengembangkan sikap insecure
terhadap lingkungan dan dunia di sekitarnya. Perilaku takut Berlebihan Pada Anak
426
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015
427
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015
Setyowati, Yuli. 2005. Jurnal Pola Sulaesih, Ule. 2010. Komunikasi Orangtua
Komunikasi Keluarga dan Perkembangan dengan Guru Dalam Membangun
Emosi Anak (Studi Kasus Penerapan Pola Kemandirian Siswa Di TK Bait Qur’any
Komunikasi Keluarga dan Pengaruhnya At-Tafkir Ciputat-Tangerang. UIN Syarif
terhadap Perkembangan Emosi Anak pada Hidayatullah: Jakarta.
Keluarga Jawa). Program Ilmu Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Komunikasi STPMD “APMD”: PT. Grasindo: Jakarta
Yogyakarta
428
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015
429
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015
430
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015
431
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015
432
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol.4 No.4 Oktober - Desember 2015
433
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 4 No.4 Oktober - Desember 2015
434