4711 9135 1 SM PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DALAM

PENGELOLAAN LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMPN 3 SUKABUMI


Rekha Budi Ramdhani
Mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan IPS UPI Bandung
(rekhahanazawa@yahoo.com)

abstrak

This article was written to analysed (1) Implementation of Adiwiyata Programme in


SMPN 3 Sukabumi that is the policy with vision of environmental, curriculum execution
based of environmental, environmental activity based of partisipation, equipment
management supported of environmental friendliness and resistance execution of
Adiwiyata Programme (2) Behavioral of school citizen into management school
environmental. This research to use descriptive cualitatif method. The selection of
research subject with purpossive method. Data were collected by using interview,
square observation, and documentation. The finding of the research showed that (1)
Implementation of Adiwiyata Programme in SMPN 3 Sukabumi to pass the policy will
vision of environmental like a visi, misi and school purpose ready inserted in the
protection and management environmental policy. Curiculum execution based of
environmental like a monolitic and integration, environmental activity based of
partisipation like a “Gerebek Sampah” and “Sampah Balad Kuring” programme,
equipment management supported of environmental friendliness like to use the school
area to like chemists, green house, fishpond, and bank sampah. Resistance execution of
Adiwiyata Programme was not yet to prepare laboratory and equipment supported to
PLH study, school area still narrow, and canteen still to use plastical stuff to food
packing. Citizen of SMPN 3 Sukabumi was behavioral is mind in environmental
management like is planting and take care of croop, to select and throwing away
garbage, to using economize water, electric and paper.

Key words: Adiwiyata programme, behaviour, environmental management.

A. PENDAHULUAN
Agenda lingkungan hidup kini sudah menjadi agenda internasional di segala
bidang, baik politik, perdagangan dan industri. Agenda ini muncul dan semakin menguat
karena kesadaran lingkungan kini semakin merata justru karena kekhawatiran yang
semakin besar dengan terancamnya kualitas bumi kita sebagai satu-satunya tempat hidup
di alam semesta. Isu lingkungan merupakan masalah yang sudah menjadi masalah global
(mendunia). Memasuki abad ke-21, dunia sebenarnya sedang memasuki zaman
lingkungan, tepatnya era restorasi lingkungan yang didasari oleh cinta pada bumi dan
segenap kehidupan di dalamnya. Gencarnya pembangunan berbasis industri disegala
sektor telah menggantikan lahan yang seharusnya digunakan untuk kepentingan dan
kelestarian lingkungan. Hampir setiap negara, termasuk Indonesia tidak akan terlepas
dari masalah lingkungan. Hal ini juga berlaku bagi Kota Sukabumi, Jawa Barat. Di
Sukabumi, kini muncul minimarket-minimarket dan ruko-ruko yang menggantikan lahan
pertanian. Di sisi lain, pembangunan seperti yang disebutkan di atas dapat menciptakan
lapangan pekerjaaan, namun di sisi lain tidak semua dapat “menikmati” hasil
pembangunan tersebut. Pernyataan tersebut ditegaskan Fauzi (2006, hlm. 229) bahwa
salah satu masalah penting yang dihadapi dalam pembangunan adalah bagaimana
pemenuhan kebutuhan pembangunan dapat tercapai, tetapi di sisi lain mempertaruhkan
kelestarian lingkungan.
Kegiatan pembangunan dan pesatnya kemajuan teknologi di berbagai bidang
telah dan akan terus menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif pada
lingkungan, yaitu pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang pada akhirnya akan
berakibat pada penurunan kualitas atau degradasi lingkungan. Kegiatan pembangunan
terjadi pada berbagai sektor industri, pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan,
pariwisata, kesehatan, pertambangan, perumahan, perdagangan dan transportasi.
Kegiatan-kegiatan tersebut diperkirakan akan dan telah mempengaruhi kelestarian
lingkungan hidup. Kegiatan pembangunan apabila tidak memperhatikan kualitas
lingkungan tentunya akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekosistem dan
terjadinya degradasi lingkungan seperti tanah longsor, erosi, sedimentasi, penggundulan
hutan, peningkatan lahan kritis, pencemaran tanah, air dan udara, abrasi pantai, instrusi
air asin, serta penurunan debit air permukaan dan air tanah.
Terkait dengan masalah lingkungan yang makin hari makin bertambah banyak
dan beragam tersebut, sangat diperlukan adanya suatu pengelolaan agar lingkungan yang
ada yang sudah mengalami penurunan kualitas tersebut tidak menjadi semakin parah
namun terjadi pemulihan yang lebih baik. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
pembangunan nasional diarahkan untuk menerapkan konsep pembangunan berwawasan
lingkungan atau pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Salah satu
unsur dalam konsep pembangunan berkelanjutan tersebut adalah pendidikan lingkungan
hidup (environmental education).
Secara formal pendidikan lingkungan hidup menjadi salah satu alternatif yang
rasional untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum. Pendidikan
lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan dalam
pengelolaan lingkungan hidup dan juga menjadi sarana yang sangat penting dalam
menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan
berkelanjutan (Yustina, 2006: 55). Melalui pendidikan inilah, diharapkan adanya
respons (tanggapan) dari semua pihak termasuk warga sekolah yang merupakan garda
terdepan dalam menyikapi isu sosial tersebut.
Mengatisipasi hal tersebut dikeluarkanlah kebijakan Pendidikan Lingkungan
Hidup antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional
No.03/MenLH/02/2010, No.01/II/K B/2010 tanggal 1 Februari 2010 tentang Pendidikan
Lingkungan Hidup melalui program Adiwiyata. Sebuah kesepekatan yang diputuskan
berdasarkan beberapa pertimbangan penting yaitu: untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, untuk
melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan memerlukan sumber daya manusia
yang sadar dan mampu memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan bahwa
pengetahuan, nilai, sikap, perilaku dan wawasan mengenai lingkungan hidup perlu
diberikan sejak dini kepada seluruh lapisan masyarakat dan peserta didik pada semua
satuan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Adiwiyata yaitu sebuah program yang
bertujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat
pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, peserta didik, dan pekerja lainnya),
untuk mendorong upaya upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) yang pada akhirnya dapat mewujudkan
kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan berdasarkan norma
kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian lingkungan hidup dan
sumber daya alam.
Mewujudkan sekolah berwawasan lingkungan hidup merupakan komitmen
sekolah secara sistematis yang mengembangkan program-program untuk
menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktivitas sekolah.
Tampilan fisik sekolah ditata secara rapi sehingga menjadi wahana pembelajaran bagi
seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan berprilaku ramah lingkungan. Lingkungan
Sekolah yang kondusif sangat diperlukan agar tercipta proses pembelajaran yang
bermutu.
Sekolah yang peduli akan lingkungannya perlu mendapat perhatian kita semua,
alasannya sederhana, “Bumi kita semakin rusak” lingkungan tempat kita berada sudah
tidak lagi memberikan rasa nyaman. Siapakah yang merusak Bumi ini, jangan
sepenuhnya menyalahkan pihak lain atau orang lain. Siapa yang harus memperbaiki
lingkungan?. Memahami makna sekolah yang peduli lingkungan seharusnya berbuat
untuk menciptakan kualitas lingkungan sekolah yang kondusif, ekologis, lestari secara
nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif
dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal. Dengan demikian sekolah yang
peduli lingkungan adalah salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup
dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam
upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah
di SMPN 3 Sukabumi ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang
sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif.

B. PEMBAHASAN
Sekolah merupakan komunitas masyarakat yang terdiri dari peserta didik, guru,
kepala sekolah, dan tata usaha dan karyawan yang di dalamnya merupakan salah satu
media efektif bagi pembelajaran dan penyadaran warga sekolah. Agar individu-individu,
mulai dari guru, murid, dan pekerja terlibat dalam upaya menghentikan laju kerusakan
lingkungan yang disebabkan tangan manusia. Dalam upaya mempercepat
pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup khususnya jalur pendidikan formal pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah, untuk mendorong terciptanya pengetahuan dan
kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup maka pada tanggal
21 Februari 2006 telah dicanangkan PROGRAM ADIWIYATA.
(http://www.menlh.go.id/adiwiyata/).

Berdasarkan administratifnya,
Sukabumi merupakan Kota di Jawa Barat
yang memiliki luas wilayah relatif kecil
dibanding dengan luas wilayah Kabupaten.
Terdapat sejumlah 16 SMP dengan status
negeri yang tersebar di tujuh Kecamatan. Secara infrastruktur, SMP Negeri 3 dapat
dikatakan memadai, hal ini dapat dilihat dari jalan yang mudah di akses dengan berbagai
macam transportasi dan ketersedian listrik yang dilengkapi wifi atau jaringan internet.
Sesuai dengan Visi sekolah, yakni Dengan Iman dan Takwa, SMP NEGERI 3 Unggul
dalam Bahasa, Berprestasi, Sehat dan Peduli Lingkungan, maka SMPN 3 berupaya
untuk menanamkan dan pengimplementasian
nilai-nilai religius di sekolah, berprestasi baik
akademik maupun non akademik dan
menghasilkan semua warga sekolah termasuk
peserta didik untuk membiasakan diri berprilaku
hidup budaya hidup bersih dan sehat serta
mengajak untuk mencintai dan peduli terhadap
lingkungannya.
Upaya menanamkan pola hidup bersih
dan sehat serta kepeduliaan terhadap lingkungan
menjadi agenda sekolah selama tiga tahun terakhir. Pengembangan, perubahan dan
perbaikan sarana-prasarana sekolah seperti penambahan tempat sampah, pembuatan
tempat cuci tangan, pembuatan TOGA dan green house, komposter, hydroponik,
perbaikan kantin sehat, adanya kebijakan-kebijakan baru kepala sekolah seperti
kebijakan penghematan kertas, air, listrik dan adanya gerakan “Gerebeg Sampah” dan
“Sampah balad kuring” dan penanaman seribu pohon, dilakukan pimpinan sebagai
upaya mengatasi isu-isu sosial di lingkungan sekolah.
Lingkungan sekolah dikatakan baik jika didukung terciptanya situasi belajar
yang kondusif. Lingkungan yang kondusif itu apabila di sekolah dan sekitarnya terdapat
sejumlah hal yang dibutuhkan oleh sekolah. Lingkungan sekolah yang kondusif itu
adalah bahwa sekolah yang sesuai dengan peruntukannya sebagai lokasi sekolah. Selain
itu terdapat fasilitas transportasi yang lancar, saluran air memadai, dan pepohonan sesuai
dengan aturan lingkungan hidup. Lingkungan yang berada dalam lokasi sekolah yaitu
ruang kelas, halaman, kantin, tempat sampah, WC, tempat parkir, dan taman atau kebun.
Unsur utama dan penunjang memiliki keterkaitan dan ketergantungan, artinya peserta
didik, guru dan materi pelajaran akan berarti sesuai dengan yang diharapkan apabila di
dalamnya terdapat unsur seperti kelancaran transportasi, ruangan kelas yang memadai,
halaman sekolah yang luas, kantin yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
pihak berwenang, WC yang memenuhi syarat kesehatan, tempat parkir yang sesuai
dengan kebutuhan, dan tanaman yang hijau serta indah.
Berdasarkan uraian di atas, pendidikan dapat memberikan kontribusi, dengan
banyaknya sekolah di Sukabumi yang kini menaruh perhatiannya terhadap masalah
lingkungan (sekolah adiwiyata). Adanya sekolah adiwiyata tidak lain untuk
menanamkan nilai kesadaran lingkungan terhadap semua warga sekolah, termasuk
peserta didik. Kantor Lingkungan Hidup (KLH) “gencar” bekerjasama dengan sekolah
mengembangkan empat prinsip sekolah berwawasan lingkungan, seperti: kebijakan
berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif dan pengelolaan sarana ramah lingkungan. Dengan
demikian, jika sekolah dapat menerapkan empat indikator tersebut, maka akan sesuai
dengan prinsip berkelanjutan. Hal ini ditegaskan Soemarwoto (1989, hlm. 8), dalam
konsep pembangunan, ketiga pilar yakni, ekonomi, sosial dan lingkungan hidup harus
seimbang dan mendukung satu sama lain.
Adiwiyata menurut Susy (2011, hlm. 3) sebagai “tempat yang baik dan ideal
dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang
dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju
kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan”. Depdiknas (2002: 675), menyatakan
bahwa lingkungan hidup adalah “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya”. Adiwiyata atau
lingkungan hidup merupakan suatu ruang atau tempat yang ideal dan strategis, karena di
dalamnya terjadi interaksi secara kondusif untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Lebih jauh, Susy (2011, hlm.3) menyatakan tujuan program adiwiyata adalah
“mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan”. Menciptakan lingkungan yang kondusif menjadi
tanggung jawab semua elemen yang ada di sekolah tersebut. Adapun yang ada di
sekolah adalah kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha, dan pegawai lainnya.
Semuanya bertanggung jawab mewujudkan lingkungan yang kondusif.
Program Adiwiyata dalam mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan,
hendaknya mendasarkan pada norma yang berlaku dalam masyarakat. Rehli (diakses 22
Januari 2014) meyatakan bahwa program dan kegiatan yang dikembangkan harus
berdasarkan norma-norma dasar dan kehidupan yang meliputi antara lain “kebersamaan,
keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber
daya alam”. Agar suasana lingkungan yang kondusif dapat tercapai sebagaimana yang
diharapkan, maka kesemua norma tersebut perlu dimiliki semua komponen yang ada di
sekolah tersebut.
Susy (2011:3) menyatakan bahwa pelaksanaan program adiwiyata diletakkan
pada dua prinsip dasar yaitu “prinsip partisipatif dan berkelanjutan”. Prinsip partisipatif
artinya komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan peran. Prinsip
berkelanjutan artinya bahwa seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus
menerus secara komprehensif.
C. METODE PENELITIAN
Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
implementasi program Adiwiyata di SMPN 3 Sukabumi yang meliputi kebijakan
berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif, pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan, dan
hambatan-hambatan pelaksanaan program Adiwiyata, dan melihat perilaku warga
sekolah di SMPN 3 Sukabumi dalam pengelolaan lingkungan sekolah.
Pendekataan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Menurut Norman dan
Yvonna (2009, hlm. 3), penelitian kualitatif sebagai: “serangkaian praktik interpretatif,
tidak mengunggulkan satu metodologi pun”. Penelitian kualitatif dalam praktiknya
tergantung pendapat dari masing-masing penelitinya. Straus (2003, hlm. 4) menyatakan
penelitian kualitatif sebagai “jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau hitungan lainnya”. Penelitian kualitatif dapat memberi rincian
yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh penelitian kuantitatif.
Penelitian kualitatif menurut Creswell (2010, hlm. 5) “peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan
studi pada situasi yang alami”. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan
bersifat penemuan. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk
mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk
mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah
perkembangan.
Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Sukabumi sebagai sampel wilayah atau
tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – November 2013.
Subjek penelitian ditentukan dengan teknik “Purposive Sampling”, yaitu orang yang
paling banyak mengetahui tentang Program Adiwiyata yaitu tim adiwiyata sekolah yang
terdiri dari (1) Kepala sekolah/ wakil 1 orang, (2) Guru 5 orang, (4) Peserta didik 5
orang, (5) Komite 1 orang, (6) Petugas kebersihan 1 orang yang dikategorikan ke dalam
sumber primer sedangkan sumber data sekunder peneliti peroleh melalui studi pustaka
yaitu yang terkait dengan dokumen Program Adiwiyata.
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri,
sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2005:59) menyatakan”dalam penelitian
kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Dalam
penelitian ini peneliti terjun langsung melakukan segala proses penelitian untuk
melakukan pengumpulan data seperti menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data.
Dalam penelitian ini data di analisis dengan metode yang dikemukakan oleh
Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2005, hlm. 62) yaitu dengan reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Prosedur pengumpulan data dengan
menggunakan beberapa teknik dan alat pengumpulan data. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi, pedoman wawancara, dan
dokumentasi.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


Data yang diperoleh dalam penelitian ini
merupakan data dalam bentuk narasi kalimat. Cakupan
informasi yang ditelaah dari hasil wawancara didukung
hasil observasi dan dokumentasi mengenai implementasi
program adiwiyata di SMP Negeri 3 Sukabumi dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan
SMPN 3 Sukabumi sebagai sekolah Adiwiyata
Mandiri telah memiliki dan mengembangkan kebijakan
sekolah yang berwawasan lingkungan, diantaranya: a) Visi, Misi dan Tujuan sekolah
yang tertuang dalam kurikulum sekolah sudah memuat kebijakan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Visi, misi dan tujuan ini juga sudah terinternalisasi (tahu
dan mengerti) oleh semua warga sekolah. Kebijakan ini berjalan dengan baik tanpa
hambatan, b) Struktur kurikulum sekolah sudah memuat pada semua mata pelajaran
wajib secara terintegrasi sedangkan pada muatan lokalnya sekolah memiliki muatan
lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang sifatnya monolitik (berdiri sendiri),
telah memprogramkan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan baik karena
adanya tenaga pendidik yang memiliki latar belakang pendidikan yang terkonsentrasi
dengan lingkungan hidup maupun melalui diklat lingkungan hidup; telah melakukan
sosialisasi terutama kepada warga sekolah yang dalam hal ini guru, pegawai tata usaha,
dan siswa; Para pendidik dan tenaga kependidikan mensosialisasikan kepada siswa baik
waktu di kelas maupun dalam kesempatan lain di lingkungan sekolah. Hal itu didukung
dengan hasil observasi baik waktu upacara, rapat terbuka, dan proses pembelajaran di
kelas, c) Pada muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sudah dilengkapi
dengan Ketuntasan Minimal Belajar yaitu 75, d) Penunjukkan SK TIM penanggung
jawab lingkungan hidup, e) Kebijakan sekolah mengikuti dan mengirimkan SDM (guru
dan peserta didik) dalam seminar, workshop, pelatihan, penataran, pendidikan
berjenjang dan studi banding, f) Membuat SK larangan merokok di lingkungan sekolah,
SK tata tertib pembuangan sampah, SK tata tertib penghematan listrik, SK tata tertib
penghematan air, SK tata tertib penggunaan kertas, SK tata tertib pengelolaan kantin
sehat, Membuat SK K3/K7, Membuat SK pengaturan pemeliharaan LH, dan Banner
Visi dan Misi sekolah serta slogan pro lingkungan, g) SMPN 3 Sukabumi juga sudah
memiliki Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sebanyak 20% dari total
anggaran sekolah yang dimilikinya sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup untuk kegiatan kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran,
peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, tersedianya sarana dan
prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran serta masyarakat dan kemitraan,
peningkatan dan pengembangan mutu. Anggaran tersebut telah menyediakan sarana
prasarana sesuai kebutuhan seperti ruang belajar, ruang terbuka hijau, tempat duduk di
sekitar halaman sekolah, penambahan pohon rindang, penambahan WC, penambahan
tempat cuci tangan, dan lain-lain. Selanjutnya disediakan bagian untuk halaman bermain
sewaktu istirahat, halaman upacara, taman, areal parkir dan lain-lain.

2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan


Pelaksanaan kurikulum yang berbasis lingkungan yang sudah dilakukan oleh
SMPN 3 adalah: a) SMPN 3 Sukabumi sudah menerapkan pendekatan, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran.
Metode yang digunakan seperti diskusi, penugasan, praktek langsung dan observasi, b)
Sudah mengembangkan isu lokal seperti banjir, polusi dan atau isu global seperti global
warming sebagai materi pembelajaran LH, c)
Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian
pembelajaran LH hal ini terlihat pada program tahunan,
program semester, silabus dan RPP yang dibuat, d)
Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik
untuk kegiatan didalam kelas, laboraturium, maupun
diluar kelas yang terlihat dari RPP yang dibuat guru, e)
Adanya keikutsertakan orang tua peserta didik dan
masyarakat dalam program pembelajaran LH baik secara
langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan ini terlihat dari keantusiasan orang tua
peserta didik dan masyarakat dalam mendukung pembelajaran peserta didik dan
keikutsertaan mereka dalam kegiatan sekolah yang berkaitan
dengan lingkungan hidup, f) Tenaga pendidik
mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran LH
seperti pada majalah dinding dan blog (SMPN 3 Sekolah
Adiwiyata), g) Mengkaitkan pengetahuan konseptual dan
prosedural dalam pemecahan masalah LH, serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, guru-guru
memberikan contoh kepadanya siswanya untuk peduli terhadap lingkungan, h)
Menghasilkan karya nyata yang berkaitan dengan pelestarian fungsi LH, mencegah
terjadinya pencemaran dan kerusakan LH. Contoh karya nyata yang dihasilkan berupa
makalah, puisi, gambar dan hasil produk daur ulang), (i) peserta didik menerapkan
pengetahuan LH yang diperoleh untuk memecahkan masalah LH dalam kehidupan
sehari-hari, ini terlihat dari kesadaran dan sikap peserta didik dalam penanganan sampah
yang ada dilingkungan sekolah, j) Mengkomunikasikan hasil pembelajaran LH dengan
berbagai cara dan media seperti lewat majalah dinding, pameran, radio, tv, dan blog.

3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif


SMPN 3 Sukabumi telah mengembangkan kegiatan lingkungan yang berbasis
partisipatif diantaranya: a) Memelihara dan merawat gedung dan lingkungan sekolah oleh
warga sekolah yang terlihat dari setiap kelas yang sudah memiliki piket kebersihan setiap
harinya, adanya program “gerebek smpah” dan “sampah balad kuring” dan Lomba
Kebersihan kelas yang penilaiannya dilakukan setiap 1 bulan sekali, b) Memanfaatkan lahan
dan fasilitas sekolah sesuai kaidah-kaidah
perlindungan dan pengelolaan LH seperti adanya
taman disetiap kelas, apotek hidup, green house, kolam
ikan dan pengelolaan sampah berupa tempat
pengomposan dan bank sampah, c) Pembentukan
Karlingsi (Kader Lingkungan Netrisi),
mengembangkan
kegiatan
ekstrakurikuler
seperti pramuka dan
PMR yang sesuai
dengan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dengan memasukan pengetahuan lingkungan hidup
kepada peserta didik seperti mengenai kepedulian
terhadap lingkungan dengan mengelola sampah dengan
daur ulang ataupun pengomposan, d) Adanya kreativitas
dan inovasi warga sekolah dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, kegiatannya berupa daur
ulang sampah, pemanfaatan air, karya seni dan hemat energi, e) Mengikuti uparaca bertema
lingkungan hidup dan kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar seperti
aksi tanam 1000 pohon oleh KLH Kota Sukabumi dan aksi bersih lingkungan di sekitar
lingkungan sekolah oleh pemerintah kelurahan, f) Memanfaatkan nara sumber untuk
meningkatkan pembelajaran lingkungan hidup yaitu dari KLH Sukabumi, Dinas Pertanian
Sukabumi, Dinas Kesehatan Sukabumi, Dinas
pendidikan Sukabumi dan sekolah adiwiyata yang
lain, g), Mengadakan pameran sekolah hasil 3R/
Kreatifitas siswa
(Reduce, recycle dan
Reuse) masing-
masing kelas, h)
Mendapatkan
dukungan dari
kalangan yang terkait
dengan sekolah (orang tua, alumni untuk meningkatkan
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
disekolah, hal ini terlihat dari kerjasama sekolah dengan
pihak KLH Sukabumi dalam hal pembibitan dan bantuan
peenerimaan pohon dan lain-lain, i) Meningkatkan peran
komite sekolah dalam membangun kemitraan untuk
pembelajaran lingkungan hidup j) Menjadi nara sumber
dalam rangka pembelajaran lingkungan hidup di SMPN 8,
SMPN 6, SD Begeg I, SD Begeg II, sebagai sekolah binaan, Memberi dukungan untuk
meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan LH dengan memberikan bimbingan
kepada sekolah lain, swasta dan masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan program
bank sampah dan lain-lain.

4. Pengelolaan Sarana Pendukung yang Ramah Lingkungan


SMPN 3 Sukabumi telah mengembangkan pengelolaan sarana pendukung
sekolah yang ramah lingkungan yaitu a) Menyediakan sarana dan prasarana untuk
mengatasi permasalahan lingkungan hidup di sekolah dengan memenuhi standar sarana
dan prasarana seperti penambahan tempat pembuangan sampah, pembuatan lubang
resapan (biopori), penambahan tanaman hias, pembuatan tempat pembuangan sampah
sementara (bank sampah), pengelolaan/ penanganan
sampah organik, pembuatan komposter permanen,
pemanfaatan kembali
sampah anorganik,
mengurangi barang-barang
yang dapat menghasilkan
sampah, perawatan tempat
sampah melalui
pengecatan ulang, b)
Menyediakan sarana
prasarana untuk mendukung pembelajaran lingkungan
hidup di sekolah seperti penyediaan tempat pengomposan, taman sekolah, apotek hidup,
green house dan kolam ikan sekolah, pemeliharaan Tanaman obat keluarga (Toga) yang
refresentatif beserta mading togamading PLH di
lorong-lorong kelas, pengecatan dan pembuatan
dinding yang bertema LH, c) Memelihara sarana dan
prasarana sekolah yang ramah lingkungan ini terlihat
dari setiap ruang memiliki pengaturan cahaya yang
baik, ventilasi udara yang alami, dan pemeliharaan
pohon peneduh, pememiharaan kantin dan himbuan
tentang makanan sehat, d) Meningkatkan
pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah
dimana setiap kelas memiliki tata tertib, daftar piket
dengan guru sebagai pengawasnya, pemisahan WC siswa
untuk laki-laki dan
perempuan dan WC
untuk guru dan staf
sekolah, pemeliharaan
kebersihan kamar
mandi atau WC guru dan WC peserta didik,
pengadaan alat kebersihan, pembersih dan dan
tempat sampah di tiap-tiap WC, pengadaan air bersih
setiap saat, pengadaan kran-kran di beberapa tempat
untuk keperluan siswa atau guru dan sarana prasarana
lainnya, e) adanya himbauan sekolah untuk
memanfaatkan listrik, air dan ATK secara efisien
melalui slogan hemat listrik, hemat air, gunakan
spidol seperlunya dan lain-lain, f) Meningkatkan kualitas pelayanan kantin sehat dan
ramah lingkungan, dengan cara sekolah mensosialisasikan dengan mendatangkan pihak
kesehatan.
E. HAMBATAN DAN PELAKSANAAN
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terlihat bahwa, pada implementasi
kebijakan berwawasan lingkungan yang masih menjadi hambatannya adalah masih
kurang efisiennya dalam penggunaan jam mengajar muatan lokal PLH. Pada
pelaksanaan kurikulum yang berbasis lingkungan yang menjadi hambatan dalam
pelaksanaan program ini adalah masih belum tersedianya laboraturium khusus untuk
PLH sehingga ruang lingkup belajar masih sedikit. Pada kegiatan lingkungan yang
berbasis partisipatif yang masih menjadi kendala dalam pelaksanaannya adalah masih
kurangnya ketersediaan alat seperti dalam pengolahan air dan energi alternatif. Peserta
didik masih belum bisa membedakan sampah organik dan non organik. Untuk
pengelolaan Sarana pendukung ramah lingkungan, yang menjadi kendala dalam
pelaksanaanya adalah belum adanya komitmen hari tanpa berkendaraan. Ada baiknya
jika menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi yang ramah lingkungan.
Kurangnya kesadaran peserta didik dalam menjaga kebersihan WC peserta didik masih
menjadi masalah. Selain itu, kantin sekolah masih terdapat yang menggunakan bahan
plastik untuk membungkus makanan.

F. PERILAKU WARGA SEKOLAH (PIMPINAN/ WAKIL, GURU, PESERTA


DIDIK, KOMITE SEKOLAH dan PETUGAS KEBERSIHAN SEKOLAH)
DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMP NEGERI 3
SUKABUMI

Warga sekolah (Pimpinan sekolah/ wakil, guru, siswa, komite sekolah dan
petugas kebersihan sekolah) SMPN 3 Sukabumi sudah memiliki perilaku yang peduli
dalam pengelolaan lingkungan sekolah seperti a) menanam dan merawat tanaman
adanya taman di setiap kelasnya, green house, pembibitan tanaman dan kolam ikan, b)
membuang sampah pada tempatnya serta pengelolaan sampah yang baik seperti adanya
bank sampah, pengomposan dan daur ulang sampah, c) menghemat pemakaian air,
listrik dan menghemat pemakaian alat tulis kantor (ATK) seperti adanya slogan hemat
listrik, hemat air, gunakan spidol seperlunya dan lain-lain.

G. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, implementasi sekolah yang berwawasan
lingkungan dan berbudaya lingkungan dapat dilaksanakan oleh semua warga sekolah
termasuk pimpinan sekolah, guru, karyawan, peserta didik dan penjaga sekolah. Sekolah
dapat bekerjasama dengan instansi terkait dalam hal ini Kantor Lingkungan Hidup dan
Dinas Pendidikan guna mewujudkan sekolah yang peduli lingkungan. Kerjasama yang
baik di antara semua pihak dan komitmen yang jelas di antara semua warga sekolah
maka keempat indikator yang menjadi ciri sekolah yang berwawasan lingkungan dapat
terlaksana dengan sebagaimana mestinya. Program Adiwiyata perlu diterapkan di
sekolah-sekolah untuk membentuk perilaku peduli terhadap lingkungan bagi warga
sekolah.
2. Saran
Agar pelaksanaan sekolah berwawasan dan berbudaya lingkungan dapat
mencapai sasaran dan tujuan yang telah diterapkan, maka perlu adanya monitoring yang
berkelanjutan mulai dari persiapan, proses pelaksanaan, dan hasil yang dicapai, sehingga
pelaksanaan ini bermanfaat secara optimal. Setelah semua pelaksanaan dimonitoring,
maka perlu dievaluasi agar kelemahan atau kekurangan yang terjadi dapat diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John, W. (2010). Research design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Fauzi, Akhmad. (2006). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan
Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Isnaeni, Yeni. (2014). Implementasi Kebijakan Program Adiwiyata di SMP Negeri 3


Gresik. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 No. 2 Juli 2014
ISSN: 2337 Page 137-142.

Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soemarwoto, Otto. (1989). Analisis Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Straus, Anselm dan Corbin, Juliet. (2003). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet.

Susy HR Sadikin, dkk. (2011). Panduan Adiwiyata. Jakarta.

Yustina. 2006. Hubungan Pengetahuan Lingkungan Hidup dengan Persepsi, Sikap dan
Minat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Guru Sekolah Dasar di Kota -
Pekanbaru. Jurnal Biogenisis. Vol. 2 No. 2 Oktober 2006.

(http://www.menlh.go.id/adiwiyata/) diakses 22 Desember 2013.

(http://blhd.tanjabbarkab.go.id/kategori/rehli/pengertianadiwiyata.html) diakses 22
Januari 2014.

You might also like