Pengaruh Kebisingan Terhadap Hitung Jenis Leukosit Mencit Balb/C
Pengaruh Kebisingan Terhadap Hitung Jenis Leukosit Mencit Balb/C
Pengaruh Kebisingan Terhadap Hitung Jenis Leukosit Mencit Balb/C
oleh:
MIFTAHUL CHUSNA
NIM : G2A004112
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008
HALAMAN PENGESAHAN
MENCIT BALB/C
MIFTAHUL CHUSNA
NIM: G2A004112
Ketua Penguji,
Penguji, Pembimbing,
Background : It has been known that noise is a stressor which can induce physical,
psychological, and behavioral changes. Noise can make hearing disorder that
decreases the capability of communication, noise can also increase the incidence of
hypertension and cardiovascular disorders. Moreover, noise may also modulate
immune response. Differential count can represent the immune system to know the
immune response change caused by noise.
Objective : To prove the effect of noise with intensity > 85 dB to the differential
count in Balb/c mice.
Method : This research is experimental with Two Group Post Test-Only Control
Group Design. It used 12 male Balb/c mice divided into two groups, Control group
(K) which was not given any noise and Treatment group (P) which was treated by
noise with intensity >85 dB. The differential count was done on the 3rd day.
Latar Belakang : Diketahui bahwa kebisingan merupakan suatu stresor yang dapat
menyebabkan perubahan fisik, psikis dan tingkah laku manusia. Bising dapat
menyebabkan kelainan pada sistem pendengaran sehingga menurunkan kemampuan
berkomunikasi, meningkatkan kejadian peningkatan tekanan darah dan penyakit
kardiovaskuler. Selain itu bising juga dapat mempengaruhi respon imun. Hitung
jenis leukosit yang dapat mewakili kesatuan sistem imun untuk mengetahui
perubahan respon imun akibat kebisingan.
Bising adalah suara yang tidak menyenangkan yang dapat berasal dari
manusia ataupun mesin.1 Diketahui bahwa kebisingan merupakan suatu stessor yang
dapat menyebabkan perubahan fisik, psikis dan tingkah laku manusia. 2 Bising dapat
darah dan penyakit kardiovaskuler.1,4 Selain itu bising juga dapat mempengaruhi
respon imun.2,5 Pekerja yang bekerja di tempat yang mempunyai tingkat kebisingan
tinggi sering mengalami gangguan kesehatan dan mudah terserang infeksi, jika hal
tersebut tidak segera mendapat perhatian maka pada akhirnya akan mempengaruhi
menurun.5
meningkatkan respon imun, dimana paparan yang bersifat kronik menekan fungsi
imun seluler dan humoral. 2 Efek kebisingan terhadap imun berhubungan dengan
ini merupakan gabungan dari sistem saraf, endokrin dan sistem imun saling
berhubungan satu sama lain melalui sinyal-sinyal yang kompleks yang berjalan
Penelitian yang lain menyatakan bahwa stres akibat bising yang berlangsung
cepat ataupun lama disertai dengan intensitas suara yang berbeda dapat menyebabkan
hormon kortisol, dan kadar imunoglobulin, sedangkan mengenai hitung jenis leukosit
belum pernah dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti meneliti dari
segi hitung jenis leukosit yang dapat mewakili kesatuan sistem imun untuk
ini diberikan perlakuan kebisingan yang tidak dapat dilakukan pada manusia maka
METODE PENELITIAN
Two Group Post Test-Only Control Group Design yang telah dilaksanakan pada
Sampel penelitian adalah 12 ekor mencit Balb/c jantan umur 6-8 minggu,
berat badan 40-60 gram, tidak tampak kelainan anatomis dan tidak sakit. Kebisingan
diberikan pada mencit yang berusia 6-8 minggu karena pada usia tersebut mencit
Balb/c sudah dewasa sehingga diharapkan kadar hormon dalam tubuhnya telah stabil.
Dipilih mencit jantan karena sistem imun pada mencit jantan cenderung lebih tidak
dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Hal ini disebabkan karena kadar hormon
estrogen pada mencit jantan relatif rendah dibanding mencit betina dan adanya stres
akut dapat menyebabkan penurunan kadar estrogen pada mencit betina yang berefek
hormon stres, yang dihasilkan oleh aksis HPA dan SMA seperti kortisol dan
Mencit diberi pakan standar dan minum secukupnya kemudian secara acak
dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kedua
kelompok tetap mendapatkan makan dan minum secukupnya setiap hari. Kelompok
perlakuan diberi kebisingan yang berupa rekaman suara kendaraan bermotor dengan
intensitas suara >85 dB selama 2 jam perhari pada siang hari selama 3 hari berturut-
merupakan kebisingan yang sangat hiruk pikuk. Lamanya pemberian kebisingan ini
kebisingan >85 dB selama 2 jam per hari dapat meningkatkan kadar hormon kortisol
dan menurunkan jumlah limfosit serta IgG serum yang lebih besar dibandingkan
intensitas >85 dB adalah 2 jam per hari, 4 dan diharapkan telah mempengaruhi sistem
imun tubuh terutama hitung jenis leukosit. Paparan kebisingan yang diberikan selama
3 hari merupakan paparan yang akut karena masih berada dalam rentang waktu akut
yaitu kurang dari 7 hari,9 selain itu mengacu pada penelitian sebelumnya yang
imun.2
Pada hari ketiga setelah diberi kebisingan, mencit dari tiap kelompok diambil
darahnya dari plexus vena retroorbitalis sebanyak 2 cc lalu ditampung dalam tabung
berisi EDTA. Darah kemudian dibuat preparat darah hapus dan kemudian dilakukan
pembacaan hitung jenis leukosit oleh dua orang. Pembacaan dilakukan dengan
pandang.
Hasil hitung jenis leukosit darah tepi mencit Balb/c kelompok kontrol dan
Uji distribusi data kelompok kontrol dan perlakuan menggunakan uji Saphiro
Wilk. Dari uji tersebut data persentase jumlah batang, segmen, limfosit, dan monosit
persentase jumlah eosinofil dan basofil yang berdistribusi tidak normal dilanjutkan
dengan uji statistik Mann Whitney. Data diolah dengan program komputer SPSS 15.0
for Windows.
HASIL PENELITIAN
kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi kebisingan >85 dB disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
JENIS KELOMPOK
LEUKOSIT K P
Rerata Median SB Rerata Median SB
Eosinofil 3,00 3,00 1,673 2,50 3,00 0,873
Basofil 0 0 0 0,17 0 0,408
Batang 4,50 4,00 2,510 2,67 2,50 1,211
Segmen 32,83 32,50 2,787 43,83 45,00 6,494
Limfosit 54,50 54,00 2,588 47,00 48,00 7,155
Monosit 5,17 4,00 3,312 3,67 3,00 1,506
SB= Simpang Baku
Hasil uji statistik Mann Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna
pada persentase jumlah eosinofil (p=0,7) dan basofil (p=0,3)antara kelompok kontrol
dan perlakuan. Hasil uji t-test juga menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada
persentase jumlah batang (p=0,2) dan monosit (p=0,4) antara kelompok kontrol
dengan perlakuan. Di lain pihak hasil uji t-test menunjukkan ada perbedaan bermakna
pada persentase jumlah segmen (p=0,003) dan limfosit (p=0,04) antara kelompok
PEMBAHASAN
neutrofil segmen (sering disebut sebagai pergeseran hitung jenis ke arah kanan) dan
Hal ini disebabkan karena stres bising yang didapat akan diterima oleh aksis
HPA (Hipotalamus Pituitari Adrenal), dalam hal ini mempengaruhi neuron bagian
vasopressin (AVP), yang akan melewati sistem portal untuk dibawa ke hipofisis
anterior. Reseptor CRH dan AVP akan menstimulasi hipofisis anterior untuk
menekan sistem imun, sehingga menyebabkan produksi limfosit berkurang. 6,7,10 Selain
itu stres bising akan mempengaruhi aksis SMA (Simpatetik Medula Adrenal) yang
sel netrofil dari dinding kapiler darah oleh penambahan jumlah adrenalin sehingga
kortisol serta penurunan jumlah limfosit dan kadar IgG serum akibat waktu paparan
selama 1 jam dengan intensitas suara 40-50 dB maupun intensitas suara > 85 dB.
Demikian pula pada paparan selama 2 jam dengan intensitas suara 40-50 dB maupun
intensitas suara > 85 dB. Dibandingkan waktu 2 jam dan 1 jam paparan pada
intensitas suara > 85 dB terjadi peningkatan lebih tinggi untuk kadar kortisol serta
penurunan jumlah limfosit dan IgG serum yang lebih rendah, daripada intensitas
per hari selama tiga hari menyebabkan peningkatan kadar hormon kortikosteroid dan
jam per hari selama 4 minggu menyebabkan peningkatan kadar hormon kortiosteroid
dan adrenalin yang lebih tinggi serta penurunan limfoproliferasi di limpa, sel-sel
CD4+ dan IgG serum.2 Penelitian lain yang dilakukan pada mencit Bab/c yang
dipapar kebisingan large pressure amplitude and low frequency (LPALF) (> atau =
90dB, < atau = 500 Hz) selama 8 jam per hari, 5 hari per minggu selama 1272 jam
menunjukkan penurunan sel T, baik helper (CD4+) dan sitotoksik (CD8+), dan juga
limfosit B dan IgM. Selain itu paparan terhadap bising dengan frekuensi rendah dapat
menekan respon imun normal terhadap infeksi pada tikus Wistar. 13 Penelitian pada
tikus yang dipapar musik rock dengan intesitas 80 dB selama 24 jam, terjadi
pengurangan sekresi IL-1 makrofag dan pengurangan pelepasan anion O2- neutrofil.
Penelitian lain pada mencit C57/BL6 menunjukkan bahwa paparan terhadap stres
bising 100 dB yang tak terduga selama 1 minggu menyebabkan penurunan limfosit
Thy+ limpa yang merupakan indikator limfosit T dan limfosit Lyt-1,2+ yang fungsinya
mirip dengan sel T-helper manusia. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa
Namun, perlu diketahui bahwa bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak
dikehendaki yang merupakan aktivitas alam dan buatan manusia. Bunyi dinilai
bagi oang-orang yang tidak pernah berkunjung di tempat diskotik akan merasa suatu
KESIMPULAN
hitung jenis leukosit. Persentase neutrofil segmen pada kelompok yang diberi
kebisingan lebih tinggi (shift to the right) dibanding kelompok kontrol. Persentase
limfosit kelompok yang diberi kebisingan lebih rendah daripada kelompok kontrol.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar, kelompok
perlakuan yang lebih banyak dan penambahan parameter sistem imun yang lain serta
reviewer proposal karya tulis ilmiah dan ketua tim penguji artikel, dr. Hermina
Sukmaningtyas, M.Kes, Sp.Rad selaku penguji artikel, dr. Hardian selaku dosen
FK UNDIP, Ir. Pudji Dwiyatmi dari Balai Pengembangan Keselamatan Kerja dan
Hiperkes Provinsi Jawa Tengah, Inayah dan Ocha sebagai teman sekelompok, ayah
dan ibu tersayang serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
September 2007.
3. Gabriel JF. Fisika kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996:
89-91.
4. Committee on Environmental Health. Noise: a hazard for the fetus and newborn.
5. Budiman W. Modulasi respon imun pada menct Balb/c yang stes akibat stressor
2004-budiman2c-897-
Septemer 2007.
7. Padgett DA, Glaser R. How stress influences the immune response. TRENDS in
2003: 32-49.
10. Guyton CA, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 9. Terjemahan oleh:
11. Hillman RS, Ault KA. Hematology in clinical practice a guide to diagnosis and
management. 2nd Ed. New York: The McGraw-Hill Companies, 1998: 239-64.
12. Jandl JH. Blood, text book of hematology. 2 nd ed. Boston: Little, Brown and
13. Aguas AP, et al. Effect low frequency noise exposure on BALB/c mice splenic