Kualitas Batugamping Berdasarkan Analisis Klasifikasi Geomekanik Di Goa Seropan, Gunung Kidul, Yogyakarta

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

KUALITAS BATUGAMPING BERDASARKAN ANALISIS KLASIFIKASI GEOMEKANIK DI GOA


SEROPAN, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

Bani Nugroho1, Pulung2 , Edi Prasetyo Utomo3


1
Universitas Trisakti, Jakarta
2
PusAir, Bandung
3
Puslit Geoteknologi LIPI, Bandung

ABSTRACT
Seropan cave is one of the caves in Semanu sub District, located in the karst region, Gunung Kidul,
Yogyakarta. Based on reserach of Karlsruhe Institut of Teknology (KIT) German, is known underground
river in the cave is very potential to be developed. Underground dams and micro hydro installations built
to pump water upwards the river. These are used as raw water for daily needs and irrigation in the surface.
For this purpose it is necessary to study the stability of the rock mass in the cave Seropan. The stability
of a tunnel or cave is heavily influenced by geological and non-geological factors. The most dominant
geological factors in general are geological structures, can be muscular or fault, the type of rock and rock
mass quality.The rocks at the cave Seropan in general are limestones. Based on rock mass classification
of Rock Mass Rating (Bieniawski, 1989) otherwise known as the geomechanics classification, these rocks
are included in class III and class IV. These rocks include moderate to bad quality. Until now the cave
conditions remained relatively stable and secure. This is due to the naturally formed cave. The process of
distribution of stresses around the cave coincided with the formation of caves and takes place in a relatively
long time. However, in some parts of the cave should be because the effect of fractures can lead to collapse
of the roof of the cave.

Key words : geological structure, stability, geomechanical classification.

ABSTRAK
Goa Seropan adalah salah satu goa di Kecamatan Semanu yang berada di kawasan karst Gunung Kidul
Yogyakarta. Dari hasil penelitian Karlsruhe Institut of Teknology (KIT) Jerman, sungai bawah tanah di goa
tersebut sangat potensial untuk dikembangkan sehingga dibuat suatu bendungan bawah tanah dan
instalasi mikrohidro, untuk memompa air sungai tersebut keatas. Air yang telah dipompa tersebut
dimanfaatkan sebagai air baku kebutuhan sehari-hari dan untuk irigasi di permukaan. Untuk maksud
tersebut maka perlu adanya penelitian stabilitas massa batuan yang ada di goa Seropan. Stabilitas suatu
terowongan atau gua, sangat dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor non-geologi. Faktor geologi yang
paling dominan pada umumnya adalah struktur geologi, dapat berupa kekar maupun sesar, jenis batuan
serta kualitas massa batuan yang ada. Batuan yang ada di goa Seropan pada umumnya adalah
batugamping, berdasarkan Klasifikasi Massa Batuan Rock Mass Rating (Bieniawski, 1989) atau dikenal
sebagai Klasifikasi geomekanika, batuan tersebut termasuk dalam klas III dan klas IV, yang berarti batuan
tersebut termasuk berkualitas sedang sampai jelek. Sampai saat ini kondisi goa relatif tetap stabil dan
aman, hal ini disebabkan karena goa tersebut terbentuknya secara alami sehingga proses redistribusi
tegangan disekitar goa terjadi bersamaan dengan proses pembentukan goa dan berlangsung dalam waktu
yang relatif lama. Meskipun demikian, dibeberapa bagian dari goa tersebut perlu untuk diwaspadai karena
pengaruh dari kekar yang ada dapat mengakibatkan runtuhnya atap goa.

Kata kunci : struktur geologi, stabilitas, klasifikasi geomekanika.

PENDAHULUAN mempunyai debit sekitar 600 – 800 liter


Latar Belakang per detik pada musim kemarau
Gua Seropan adalah salah satu gua yang (Puslitbang SDA, 2009), sehingga sungai
ada di kawasan karst kabupaten Gunung bawahtanah di gua Seropan ini akan
Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di dimanfaatkan dengan membangun
dalam gua tersebut terdapat sungai bendung bawahtanah, untuk
bawahtanah yang sangat potensial untuk menggerakkan instalasi mikrohidro yang
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Listrik tersebut
kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. nantinya akan digunakan untuk
Sungai bawah tanah tersebut memompa air sungai kepermukaan,

63
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

yang dimanfaatkan untuk keperluan di bagian permukaan kawasan karst


hidup sehari-hari dan juga untuk irigasi. biasanya sangat gersang dan tandus,
Bendung ini nantinya akan menjadi seperti tampak pada Gambar 2.
bendung bawah tanah yang kedua di Sementara itu, di bagian bawahnya
Indonesia, setelah bendungan justru banyak ditemukan air yang cukup
bawahtanah di Gua Bribin, yang letaknya banyak dan bahkan dapat menjadi
juga di daerah Gunung Kidul. sungai bawah tanah. Pada kawasan ini,
Studi pendahuluan dan studi kelayakan umumnya banyak terdapat rekahan dan
sudah dilakukan yang merupakan rongga-rongga, baik di permukaan
kerjasama antara Kementerian maupun di bawah permukaan, akibat
Pekerjaan Umum Indonesia dengan adanya struktur geologi yang dilanjutkan
pemerintah Jerman. Meskipun demikian, dengan proses pelarutan yang intensif
penelitian tersebut masih harus terhadap karbonat yang ada pada batuan
dilengkapi dengan penelitian Geologi tersebut dan akhirnya akan
Teknik, khususnya yang menyangkut menghasilkan rongga-rongga yang tidak
kondisi dan kualitas teknis jelas pola maupun penyebarannya.
batugampingnya. Gua Seropan yang Hasil penelitian tim konsultan
terletak di daerah Gunung Kidul ini pemerintah Inggris tahun 1980 di daerah
berada pada suatu kawasan Kars yang Gunung Kidul, didapatkan hasil bahwa
merupakan bagian dari rangkaian ada sejumlah besar pengumpulan air di
Pegunungan Selatan. bawah tanah yang berupa sungai bawah
Kawasan kars terbentuk akibat proses tanah. Terdapat empat sumber air
pelarutan batugamping yang intensif. sungai bawah tanah yang memiliki debit
Batugamping tersusun atas mineral yang memadai, yaitu sumber air Baron
karbonat yang mudah larut oleh air. 1.080 liter per detik, sumber air Bribin
Proses tersebut menghasilkan porositas 1.000 liter per detik, sumber air Seropan
sekunder yang semakin berkembang 800 liter per detik dan sumber air
sehingga kawasan karst ini merupakan Ngobaran 135 liter per detik (Puslitbang
suatu bentangalam yang sangat spesifik. SDA,2009).
Suatu ciri umum kawasan karst adalah Tindak lanjut dari hasil penelitian
adanya bentukan-bentukan atau tersebut, Kementerian Riset dan
ornamen, yang berada di atas Pendidikan Pemerintah Federasi Jerman
permukaan disebut sebagai eksokarst (BMBF) melalui Institute for Water
dan yang berada di bawah permukaan Resources Management, Hydraulic and
disebut sebagai endokarst, (Gambar 1). Rural Engineering (IWK) Universitas
Pada musim penghujan, bagian Karlsruhe melakukan survey intensif
permukaan kawasan karst ini banyak untuk pemanfaatan dan manajemen air
terdapat tumbuhan dan dijadikan ladang bawah tanah.
pertanian, tetapi pada musim kemarau,

Gambar 1. Kenampakkan sebagian morfologi di permukaan (eksokarst) dan di


bawah permukaan (endokarst).

64
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

Gambar 2. Kondisi salah satu bagian di Kabupaten Gunung Kidul pada saat musim
hujan dan pada saat musim kemarau.

Hasil survey tersebut menyimpulkan dengan cara membuat bendungan di


bahwa air sungai bawah tanah harus bawah tanah yang membendung aliran
dapat dimanfaatkan untuk keperluan air sungai bawah tanah agar dapat
dipermukaan, diantaranya adalah menghasilkan listrik yang digunakan
sebagai pasokan air untuk keperluan untuk memompa air ke atas permukaan.
hidup sehari-hari. Untuk itu maka air
sungai bawah tanah tersebut harus Tujuan Penelitian
dinaikkan kepermukaan. Cara untuk Penelitian ini bertujuan untuk
menaikkan air tersebut jika dipompa mendapatkan kualitas teknik massa
dengan menggunakan pompa batuan disepanjang gua Seropan untuk
konvensional akan sangat mahal dan dijadikan masukkan dalam rangka
sangat memberatkan penduduk. Untuk pembangunan instalasi pembangkit
itu kemudian dibuat perencanaan tenaga listrik mikrohidro.

Gambar 3. Lokasi daerah penelitian

Lokasi daerah Penelitian tenggara Yogyakarta. Aksesibilitas cukup


Penelitian dilakukan di Goa Seropan yang mudah, dari Yogyakarta menuju
berada di wilayah desa Dadapayu, Wonosari, kemudian disambung dengan
Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung jalan kearah Bedoyo. Lokasi pintu masuk
Kidul, Yogyakarta (Gambar 3). Goa goa sekitar 100 meter dari jalan
Seropan terletak sekitar 40 km ke arah Wonosari – Bedoyo. Secara keseluruhan

65
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

Goa Seropan ini dapat ditempuh dalam


waktu sekitar 2 sampai 2,5 jam dari METODOLOGI
Yogyakarta dengan menggunakan Metode yang digunakan untuk
kendaraan bermotor. pendekatan dalam penyelesaian masalah
ini adalah dengan cara membuat
RumusanMasalah klasifikasi massa batuan dengan
Batugamping di daerah Gunung Kidul klasifikasi geomekanika. Dengan
dan Goa Seropan termasuk dalam klasifikasi tersebut dapat diketahui
kawasan karst, karena batugamping di kualitas teknik massa batuan, sebagai
daerah tersebut sudah mengalami bahan masukkan dan sekaligus
proses karstifikasi. Hal ini rekomendasi terhadap penggalian
mengakibatkan karakteristik fisik maupun penyanggaan yang diperlukan.
batugamping tersebut berbeda dengan
batugamping pada umumnya. Perbedaan Kondisi Geologi Daerah Penelitian
karakteristik fisik antara batugamping Daerah penelitian merupakan bagian dari
pada kawasan karst dengan rangkaian Pegunungan Sewu. Morfologi
batugamping dan batuan sedimen pada daerah penelitian ini berupa perbukitan
umumnya antara lain adalah: karst yang tersebar merata pada seluruh
1. Banyak terdapat rongga-rongga, daerah penelitian. Ketinggian pada
akibat adanya proses pelarutan daerah ini berkisar antara 150-500 meter
terhadap karbonat pada batugamping dari permukaan laut. Satuan ini dicirikan
tersebut. dengan pola penyebaran dari bentang
2. Banyak terdapat rekahan-rekahan alam yang sejajar dengan besar
sebagai bidang diskontinyu, yang kelerengan 10-15% dan bentuk relief
dapat disebabkan oleh adanya secara keseluruhan membulat.
struktur geologi dan akibat proses Batuan yang mendominasi daerah
pelarutan. penelitian adalah batugamping klastik,
3. Rekahan yang ada sulit untuk disamping itu juga terdapat
ditentukan polanya sehingga sulit batugamping terumbu yang tersebar di
untuk diketahui baik dalam daerah ini. Batuan ini menempati ±45 %
penyebaran maupun dalam dari seluruh daerah penelitian.
dimensinya Ketebalannya tidak dapat ditentukan
Dari kenyataan tersebut maka masalah dengan pasti karena tidak ditemui batas
yang utama dalam penelitian ini adalah bawahnya. Kedudukan lapisan
untuk mengetahui bagaimana kualitas batugamping berkisar antara U329oT
teknik batugamping di gua Seropan dan sampai U340oT. Kemiringan lapisan
sekitarnya. berkisar antara 10o-18o . Secara
megaskopik, batuan ini berwarna abu-
Manfaat penelitian abu, dengan ukuran butir pasir halus-
Hasil penelitian ini diharapkan dapat sedang, bentuk butir membulat-
memberikan masukan dan membulat tanggung, pemilahan baik,
penyempurnaan terhadap kualitas porositas baik, kemas grain supported,
perencanaan konstruksi teknik yang dan kekompakan cukup. (Gambar 4).
akan dibuat untuk instalasi Mikrohidro di
goa Seropan.

66
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

Gambar 4. Satuan batugamping, kedudukan lapisan batugamping berkisar antara


U329oT sampai U340oT. Kemiringan lapisan berkisar antara 10o-18o.

Selain batugamping klastik, terdapat lapisan ini. Tidak terdapat pengukuran


juga batugamping non-klastik yaitu pada batuan ini, dikarenakan tidak
batugamping terumbu. Kondisi adanya bidang perlapisan pada
singkapan segar menempati hampir 55% batugamping terumbu. Singkapan
dari seluruh daerah penelitian. Ketebalan batugamping terumbu ditemukan dalam
batugamping ini tidak dapat dipastikan keadaan segar dan berwarna abu-abu
karena tidak ditemui batas bawah dari (Gambar 5).

Gambar 5. Singkapan batugamping terumbu ditemukan dalam keadaan segar dan


berwarna abu-abu.

Kondisi umum Goa Seropan seperti tampak pada Gambar 6. Jalan


Panjang goa ini yang sampai saat ini yang menuju ke pintu goa sudah dibuat
diketahui adalah sekitar 888 meter tangga dari beton, sekaligus untuk
dengan kedalaman sekitar 62 meter dari perawatan instalasi yang sudah
permukaan. Pintu goa terletak pada terpasang di dalam goa tersebut.
dasar dari sebuah cekungan tertutup,

67
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

Gambar 6. Pintu Goa Seropan

Lorong awal beratap rendah sampai pada terdapat air terjun pertama dengan
suatu ruangan yang lebih besar. Bagian ketinggian sekitar 8 meter. Setelah air
lorong berikutnya dapat diakses dengan terjun pertama ini, lorong masih
berjalan kaki. Panjang lorong dari mulut berlanjut sekitar 200 meter sebelum
goa sampai ke badan sungai bawah berakhir pada air terjun kedua setinggi 9
tanah sekitar 211 meter. Sungai bawah meter. Selanjutnya, aliran air sungai
tanah di goa Seropan ini mempunyai bawah tanah ini berakhir pada sebuah
debit 600 – 800 liter per detik pada sump lagi (Gambar 7).
musim kemarau (Puslitbang SDA, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Institute
Lorong kearah hulu, seluruhnya for Water Resources Management,
terendam air dengan kedalaman antara Hydraulic and Rural Engineering (IWK),
1 meter sampai 1,5 meter. Pada bagian Universitas Karlsruhe Pemerintah
sisi dalam belokan sungai, biasanya air Federasi Jerman di gua Seropan
lebih dalam. Lorong ini berakhir pada dipandang masih belum cukup,
sebuah sump, yaitu lorong goa yang diantaranya masih perlu dilengkapi
seluruhnya terendam air, dari dasar dengan penelitian Geologi Teknik yang
sampai atap. Kearah hilir, kedalaman air lebih teliti, untuk mengetahui kualitas
relatif lebih dangkal, sekitar 0,6 meter dan stabilitas batugamping di gua
sampai kedalaman 1,5 meter. Lorong ini tersebut.
berakhir pada sebuah tempat dimana

Sump
Pintu
masuk
Tidak Bendung
berair
Air Air
terju
Sump

Gambar 7. Ilustrasi bawah permukaan Goa Seropan (ASC, 1988)

68
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

Klasifikasi Geomekanika pada bidang diskontinyu tersebut,


Klasifikasi Rock Mass Rating atau lebih kekasaran dari permukaan bidang
dikenal sebagai Klasifikasi Geomekanika diskontinyu serta pelapukan pada
yang dibuat oleh Bieniawski (1973), bidang diskontinyu
merupakan salah satu dari banyak tersebut.
pilihan dalam klasifikasi massa batuan.
Klasifikasi ini paling sesuai dan cukup 5. Kondisi airtanah
representatif untuk keperluan penelitian Adalah kondisi air tanah yang ada
geologi, karena sudah mulai banyak disekitar bidang diskontinyu. Secara
menggunakan parameter geologi dan umum terdapat lima kondisi airtanah
bersifat kuantitatif, sehingga mudah ini, yaitu kering (completely dry),
dimengerti oleh ahli bidang teknik lembab (damp), basah (wet),
lainnya, misalnya ahli teknik sipil, ahli menetes (dripping) dan mengalir
teknik pertambangan dan sebagainya. (flowing).
Klasifikasi ini menggunakan 6 (enam)
parameter utama, yaitu: 6. Orientasi bidang diskontinyu.
1. Kuat tekan Uniaksial Adalah bagaimana pengaruh jurus
Adalah besarnya kekuatan batuan dan kemiringan bidang diskontinyu
jika ditekan dari dua arah. terhadap arah sumbu terowongan
2. Rock Quality Designation/ RQD atau gua. Dalam hal ini terdapat 5
Adalah indek keutuhan dari batuan, kemungkinan, yaitu sangat tidak
dilihat dari analisis Core atau jika menguntungkan(very
tidak ada core maka dihitung dengan unfavourable), tidak
rumus pendekatan yang menguntungkan (unfavourable),
berdasarkan atas spasi. biasa saja (fair), menguntungkan
3. Spasi bidang diskontinyu (favourable) dan sangat
Adalah jarak antar bidang menguntungkan (very favourable).
diskontinyu, dihitung rata-rata dari Hasil dari klasifikasi ini berupa klas
setiap Joint familly. batuan yang menunjukkan kualitas dari
4. Kondisi bidang diskontinyu massa batuan tersebut. Selain itu, dari
Adalah kondisi dari permukaan klas batuan tersebut akan didapatkan
bidang diskontinyu, meliputi rekomendasinya baik untuk sistem
panjang, Separasi atau lebar penggalian maupun sistem
bukaan, ada atau tidaknya pengisian penyanggaannya (supporting).

Gambar 8. Pembagian Section dan segmen penelitian

69
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

Kondisi dan Lokasi pengambilan lapangan dan kondisi geologinya,


data terutama kondisi batuan dan struktur
Daerah penelitian dibagi menjadi 2 geologinya. Pembagian tersebut dapat
section, yaitu section-1 dan section-2. dilihat pada Gambar 8.
Section-1 merupakan jalur gua yang
tidak ada sungai bawah tanahnya HASIL DAN PEMBAHASAN
sedangkan section-2 merupakan jalur Karena penelitian dilakukan pada
gua yang dialiri sungai bawah tanah. beberapa segmen, maka klasifikasi juga
Masing-masing section tersebut dibagi dibuat pada setiap segmen.
lagi menjadi beberapa segmen, Data yang dihasilkan sebagai berikut :
berdasarkan pada kondisi medan di

1. Data Kuat Tekan Uniaksial


Segmen Nilai Kuat Tekan (MPa) Bobot / Rating
1 39,61 4
2 39,61 4
3 21,17 2
4 23,62 2
5 6,25 1
6 6,25 1
7 14,90 2
8 38,60 4
9 19,81 2
10 37,19 4

2. Data Rock Quality Designation (RQD)


Segmen Posisi Dinding RQD ( % ) Bobot (Rating)
1 Kanan 99,71 20
2 Kanan 97,46 20
3 Kanan 98,79 20
4 Kiri 99,48 20
5 Kanan 99,97 20
6 Kanan 99,92 20
7 Kiri 99,97 20
8 Kanan 99,96 20
9 Kiri 99,96 20
10 Kiri 99,97 20

3. Data Spasi bidang diskontinyu


Segmen Posisi Dinding Spasi (m ) Bobot (Rating)
1 Kanan 1,29 15
2 Kanan 0,41 10
3 Kanan 0,61 15
4 Kiri 0,96 15
5 Kanan 4,68 20
6 Kanan 7,90 20
7 Kiri 4,70 20
8 Kanan 3,51 20
9 Kiri 3,53 20
10 Kiri 4,74 20

70
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

4. Data Kondisi bidang diskontinyu


Pengisian
Kekasaran Pelapukan
Segmen / Panjang Separasi dan
permukaa permukaa
dinding (m) (mm) material
n n
pengisi
Material
1 / Kanan 1–3 <5 Agak kasar Agak Lapuk
kasar
Material
2/ Kanan 1–3 <5 Agak kasar Agak Lapuk
halus
Material
3 / Kanan 1–3 >5 Agak kasar Agak Lapuk
halus
4 / Kiri 1–3 >5 Material Agak kasar Agak Lapuk
halus
Material
5 / Kanan 1 - 3 >5 Agak kasar Lapuk
halus
Material
6 / Kanan 3 - 10 >5 Agak kasar Agak Lapuk
halus
7 / Kiri 3 - 10 >5 Material Agak kasar Agak Lapuk
halus
Material
8 / Kanan 3 - 10 >5 Halus Agak Lapuk
halus
Material
9 / Kiri 3 - 10 >5 Agak kasar Agak Lapuk
halus
Material
10 / Kiri 10 - 20 >5 Agak kasar Agak Lapuk
halus

5. Kondisi Airtanah
No Segmen Kondisi Airtanah Bobot / Rating
1 1 Lembab / damp 10
2 2 Lembab / damp 10
3 3 Lembab / damp 10
4 4 Lembab / damp 10
5 5 Lembab / damp 10
6 6 Lembab / damp 10
7 7 Menetes / dripping 4
8 8 Menetes / dripping 4
9 9 Menetes / dripping 4
10 10 Menetes / dripping 4

6. Orientasi bidang diskontinyu


Arah Tegasan Arah Axis
Segm
utama gua Efek Orientasi
en
( N ..o E) ( N ..o E)
Sangat tidak
1 230 74
menguntungkan
Sangat tidak
2 236 60
menguntungkan
3 199 118 Sangat menguntungkan
4 222 117 Menguntungkan
5 77 179 Sangat menguntungkan
Sangat tidak
6 288 158
menguntungkan
7 228 164 Sangat menguntungkan
8 248 153 Sangat menguntungkan

71
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

9 257 209 Sangat tidak


menguntungkan
10 58 142 Sangat menguntungkan

7. Hasil klasifikasi 3. Lakukan penyesuaian bobot


Untuk mendapatkan hasil klasifikasi, tersebut berdasarkan hasil
dilakukan prosedur sebagai berikut: orientasi dan tujuan
1. Jumlahkan bobot dari 5 penggunaannya, apakah untuk
parameter awal, yaitu Kuat tekan keperluan Penambangan baik
Uniaksial, Rock Quality tambang terbuka maupun
Designation / RQD, Spasi bidang tambang bawah tanah, Daya
diskontinyu, Kondisi bidang dukung untuk fondasi atau untuk
diskontinyu dan Kondisi airtanah. stabilitas lereng. Penyesuaian ini
2. Tentukan Orientasi bidang berupa pengurangan terhadap
diskontinyu yang ada terhadap bobot awal mulai di 0 sampai 12
arah sumbu gua, karena ini akan tergantung penggunaannya.
memberikan hasil apakah 4. Tentukan klas batuan
keberadaan bidang diskontinyu berdasarkan besarnya bobot total
tersebut Sangat menguntungkan tesebut. Terdapat 5 Klas batuan
(Very Favourable), berdasarkan bobot total ini, yaitu
Menguntungkan (Favourable), Klas I, klas II, klas III, klas IV dan
Biasa saja (Fair), Tidak klas V.
Menguntungkan (UnFavourable) Hasil yang didapatkan dari penelitian di
atau Sangat tidak gua Seropan pada setiap segmen dapat
menguntungkan (very dilihat pada tabel berikut ini :
UnFavourable)

Segmen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah bobot 67 62 59 61 59 65 58 56 56 58
Orientasi VUF VUF VF F VF VUF VF VF VUF VF
Adjustment -12 -12 0 -5 0 -12 0 0 -12 0
Bobot Total 55 50 59 56 59 53 58 56 44 58
Klas Batuan III III III III III III III III III III

Keterangan :
VUF : Very UnFavourable, sangat tidak menguntungkan
VF : Very Favourable, sangat menguntungkan
F : Favourable, menguntungkan

Arti kelas batuan :


KLAS I II III IV V
Batuan Batuan
Arti klas Batuan Batuan Batuan
sangat sangat
batuan bagus sedang jelek
bagus jelek
1 minggu 300 menit
Stand-up 20 th utk 1 th utk span 10 jam utk
utk span 5 utk span
time span 15 m 10 m span 2-5 m
m 1m
Kohesi (kPa) >400 30 - 400 200 - 300 100 - 200 < 100
Sudut geser
>45 35 - 45 25 - 35 15 - 25 < 15
dalam (Φ)

72
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

KESIMPULAN Ford,D and Williams,P 1989. Karst


Dari hasil klasifikasi tersebut dapat Geomorphology and Hydrology,
disimpulkan bahwa : Unwin Hyman Ltd, London, Fetter
1. Semua segmen dalam jalur Karlsruhe Institute of Technology (KIT),
penelitian ini batuannya termasuk 2010. Pre-Design of the Hydropower
dalam klas III, yang artinya batuan Plat with Wood Stave Pipeline in Gua
tersebut termasuk batuan yang Seropan, Joint Project Integrated
sedang-sedang saja. Water Rescources Management
2. Semua batuan dalam setiap segmen (IWRM) in Gunung Kidul, Yogyakarta,
mempunyai stand-up time 1 minggu Indonesia
untuk span 5 m. Koesoemadinata, 1987. Reef Carbonate
3. Kohesi batuan adalah 200 sampai Exploration, Institut Teknologi
300 kPa, dan sudut geser dalamnya Bandung.
antara 250 - 350. Nugroho, Bani., 2000, Pengaruh Kekar
Terhadap Kestabilan Terowongan
DAFTAR PUSTAKA Bawah Tanah, Jurusan Teknik
Ashraf, M., Grasso, P.; 1992, Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Geomechanics Principles In the Universitas Trisakti, Jakarta
Design of Tunnels And Caverns in Pekerjaan Umum.; 2009, Laporan
Rock, Turin. ringkas penyediaan air baku bribin,
Astawa, M.; 1994, Teknik Terowongan, Yogyakarta
Jurusan Teknik Pertambangan, Priest, S. D.; 1993, Discontinuity
Fakultas Teknologi Mineral, Institut Analysis for Rock Engineering, London
Teknologi Bandung. Pusat Litbang Sumber Daya Air, 2009.
Bagus, dkk; 1988, Peta goa Seropan, Pengembangan Teknologi Reservoir
Acintyacunyata Speleological Club Bawah Tanah, Laporan Akhir,
(ASC), Yogyakarta. Bandung.
Bieniawski, Z. T.; 1976, Geomechanics Surono, dkk.; 1992, Geologi lembar
Classification atau Rock Mass Rating Surakarta-Giritontro, Jawa, skala
(RMR) system 1:100.000, lembar 1408-3 dan 1407-
Bieniawski, Z. T.; 1989, Engineering 6, terbitan Pusat penelitian dan
Rock Mass Classifications, John Wiley Pengembangan Geologi, Bandung.
& Sons, New York
Dunham., 1962, Klasifikasi Batuan
Karbonat.

73
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 14, Nomor 1, April 2016 : 63 – 74

74

You might also like