Artikel Ilmiah Fibre - Lumpur

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 13

REKAYASA MATERIAL RINGAN BAHAN KOMPOSIT GEOPOLIMER

SERAT GELAS-LUMPUR LAPINDO-POLIESTER

(LIGHTER MATERIALS ENGINEERING GEOPOLIMER COMPOSITE


FIBERGLASS-MUD LAPINDO-POLYESTER)

Asat Pujianto, Kuncoro Dihardjo


[email protected]/[email protected]

ABSTRACT

One of the principles for earthquake resistant buildings is to make minor building.
This may be done by using lightweight materials, is by replacing conventional materials into
composite materials that have the strength, heat resistance and high flexibility. One of them is
glass fiber composite geoplimer - mud lapindo - polyester, which will be made into
construction materials such as roof tiles and composite profiles. The main ingredient of
research is E-glass fibers randomly, Lapindo mudflow in Sidoarjo and polyester. Early stages
of research is the optimization mechanical-physical properties of composite materials
polyester-mud particles, with a variation of weight fraction of 10-60% clay. Mud-polyester
mixture is used as the matrix material binding geopolimer glass fiber reinforcement. The next
stage is to optimize the mechanical properties of composite fiber glass-polyester-mud, with a
variation of 10-50% fiber. Manufacture of composite test samples performed by the method of
printing press. Tests conducted include mechanical and physical testing. Optimization
produces research mechanical-physical properties of mud-polyester composite (matrix) of
40% mud and 60% polyester, and optimization of mechanical-physical properties fiberglass-
mud-polyester composite of 50 % fiberglass and 50% matrix, the tensile of 9.77 MPa, 27.83
MPa for buckling and bending stress of 147.64 MPa.
Keyword : fiberglass, polyester, mud lapindo, tensile, bending, buckling.

ABSTRAK

Salah satu prinsip agar bangunan tahan gempa adalah dengan cara membuat
bangunan ringan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan material ringan, yaitu
dengan cara mengganti material konvensional menjadi material komposit yang memiliki
kekuatan, ketahanan panas dan lentur tinggi, diantaranya adalah komposit geoplimer serat
gelas lumpur lapindo poliester, yang dapat dibuat menjadi material konstruksi seperti
genteng, kuda-kuda, profil komposit, dan lain-lain. Bahan utama penelitian adalah serat E-
glass acak, lumpur Lapindo Sidoarjo dan poliester. Tahapan awal penelitian adalah optimasi
sifat fisis-mekanis bahan komposit partikel lumpur-poliester, dengan variasi fraksi berat
lempung sekurang-kurangnya 10%. Campuran lumpur-poliester tersebut digunakan sebagai
bahan matrik geopolimer pengikat penguat serat gelas. Tahap selanjutnya adalah optimasi
sifat mekanis komposit serat gelas-lumpur-poliester, dengan variasi kandungan serat 10-
50%. Pembuatan sampel uji komposit dilakukan dengan metode cetak tekan. Pengujian yang
dilakukan meliputi pengujian mekanis dan fisis. Hasil riset menghasilkan optimasi sifat fisis-
mekanis komposit lumpur-poliester (matrik) sebesar 40% lumpur dan 60% poliester, dan
optimasi sifat fisis-mekanis komposit serat gelas-lumpur-poliester sebesar sebesar 50% serat
dan 50% matrik, dengan tegangan tarik sebesar 9,77 MPa, buckling sebesar 27,83 MPa, dan
tegangan lentur sebesar 147,64 MPa.
Keyword : serat gelas, poliester, lumpur lapindo, tarik, bending, buckling.

1
PENDAHULUAN

Gempa Bumi merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat
diramalkan kapan terjadinya, dimana, dan berapa besarnya. Mengingat negara Indonesia
termasuk wilayah yang berisiko tinggi, maka pengetahuan tentang gempa bumi perlu terus
diperdalam dan dikembangkan, bukan saja hanya pada bangunan struktur, tetapi juga untuk
bangunan non struktural seperti rumah hunian atau tempat tinggal. Terdapat tiga prinsip utama
untuk membuat bangunan tahan gempa. Pertama, memperkuat bangunan terutama pada
sambungan sehingga bangunan dapat selamat dari kehancuran meski harus berubah bentuk
pada saat terjadinya gempa. Kedua, memperingan bangunan sehingga gaya gempa yang
bekerja menjadi lebih kecil. Ketiga, memberi peredam, sehingga meski tanah mengalami
percepatan, namun percepatan itu tidak diteruskan ke bangunan diatasnya. Prinsip yang kedua
tesebut yang akan dicoba dikembangkan didalam penelitian ini, yaitu memperingan bangunan
dengan menggunakan bahan komposit yang memiliki kekutan, ketahanan lentur, dan
ketahanan panas tinggi, yaitu geoplimer serat gelas lumpur lapindo poliester. Berkaitan
dengan hal tersebut, berdasarkan hasil penelitian-penelitian pendahuluan diketahui bahwa
pemakaian lempung sebagai bahan komposit dapat mengantisipasi kemungkinan kerusakan
akibat panas (flame retardant) (Diharjo, 2006).
Tujuan utama dari penelitian ini adalah : Menghasilkan teknik pengolahan dan
karakterisasi lumpur (penghancuran, pemanasan, kadar air, meshing, bentuk butir, dan
komposisi unsur) sebagai bahan komposit geopolimer. Disamping itu menghasilkan
komposisi campuran serat gelas- lumpur poliester yang memiliki sifat paling optimum.

PENGERTIAN BAHAN KOMPOSIT

Didalam dunia industri kata komposit dalam pengertian bahan komposit berarti terdiri
dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang digabung atau dicampur menjadi satu. Menurut
Kaw (1997) komposit adalah sruktur material yang terdiri dari 2 kombinasi bahan atau lebih,
yang dibentuk pada skala makroskopik dan menyatu secara fisika. Kata komposit dalam
pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau lebih bahan yang berbeda yang
digabung atau dicampur secara makroskopis.
Sedangkan menurut Triyono dan Diharjo (1999) mengemukakan bahwa kata komposit
(composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan. Composite berasal dari
kata kerja to compose yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana
bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan. Bahan
komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) sebagai bahan pengisi dan
bahan pengikat serat-serat tersebut yang disebut matrik. Didalam komposit unsur utamanya
adalah serat, sedangkan bahan pengikatnya menggunakan bahan polimer yang mudah
dibentuk dan mempunyai daya pengikat yang tinggi. Pengunaan serat sendiri yang diutama
untuk menentukan karakteristik bahan komposit, seperti : kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat
mekanik yang lainnya. Sebagai bahan pingisi serat digunakan untuk menahan sebagian besar
gaya yang bekerja pada bahan komposit, matrik sendiri mempunyai fungsi melindungi dan
mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena
itu, untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan matrik
dipilih bahan-bahan yang liat, lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia.
Salah satu keuntungan material komposit adalah kemampuan material tersebut untuk
diarahkan sehingga kekuatannya dapat diatur hanya pada arah tertentu yang kita kehendaki,
hal ini dinamakan "tailoring properties" dan ini adalah salah sifat istimewanya komposit yaitu
ringan, kuat, tidak terpengaruh korosi, dan mampu bersaing dengan logam, dengan tidak
kehilangan karakteristik dan kekuatan mekanisnya.
2
POLIMER

Polimer merupakan jenis resin termoset. Polimer mempunyai kegunaan yang luas
dalam industri kimia teknik, listrik, mekanik, dan sipil sebagai bahan perekat, cat pelapis, dan
benda-benda cetakan. Selain itu mempunyai kekuatan yang tinggi, polimer juga mempunyai
ketahanan kimia yang baik. Bahan polimer didapat dari PT. Justus Kimia Raya, Semarang.
Polimer berbentuk cair dengan 2 campuran, satu epoksi herdener tipe general porpose
(polyaminoamida), kedua epoksi resin tipe general porpose (bispenola epichlorohidrin),
dengan perbandingan 1 : 1. Spesifikasi polimer yang dipergunakan dalam penelitian ini
dicantumkan pada Tabel 1.
Produk polimer kebanyakan merupakan kondensat dari isfenol dan epiklorhidrin.
Polimer dengan pengeras dan menjadi unggul dalam kekuatan mekanis dan ketahanan kimia.
Sifatnya bervariasi bergantung pada jenis, kondisi dan pencampuran dengan pengerasnya.
Polimer juga banyak dipakai untuk pengecoran, pelapisan, dan perlindungan bagian-bagian
listrik, campuran cat dan perekat. Polimer yang telah diawetkan mempunyai sifat-sifat daya
tahan kimia dan stabilitas dimensi yang baik, sifat-sifat listrik yang baik, kuat dan daya lekat
pada gelas dan logam yang baik bahan ini dapat juga digunakan untuk membuat panel sirkuit
cetak, tangki, dan cetakan. Karena polimer tahan aus dan tahan kejut, bahan ini kini banyak
digunakan untuk membuat cetakan tekan untuk pembentukan logam.

Tabel 1. Spesifikasi Polimer


Massa
Sifat-sifat Satuan Tipikal
Massa jenis Gram/cm3 1,17
Penyerapan air (suhu
o
ruang) C 0,2
2
Kekuatan tarik Kgf/mm 5,95
Kekuatan tekan Kgf/mm2 14
Kekuatan lentur Kgf/mm2 12
o
Temperatur pencetakan C 90

DUKUNGAN KETERSEDIAAN LUMPUR LAPINDO

Tragedi Lumpur Lapindo yang dimulai pada tanggal 27 Mei 2006, menjadi suatu
tragedi ketika banjir lumpur panas mulai menggenangi areal persawahan, pemukiman
penduduk dan kawasan industri. Volume lumpur diperkirakan sekitar 5.000 hingga 50 ribu
meter kubik perhari. Akibatnya, semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi
masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur : genangan, evakuasi
warga, rusaknya rumah/tempat tinggal, rusaknya areal pertanian dan perkebunan, lebih dari
15 pabrik yang tergenang menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan lebih dari 1.873
orang, tidak berfungsinya sarana pendidikan, rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur
(jaringan listrik dan telepon), terhambatnya ruas jalan tol Malang-Surabaya yang berakibat
pula terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini
merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Lumpur tersebut juga berbahaya

3
bagi kesehatan masyarakat. Kandungan logam berat (Hg), misalnya, mencapai 2,565 mg/liter
Hg, padahal baku mutunya hanya 0,002 mg/liter Hg. Hal ini menyebabkan infeksi saluran
pernapasan, iritasi kulit dan kanker. Kandungan fenol bisa menyebabkan sel darah merah
pecah (hemolisis), jantung berdebar (cardiac aritmia), dan gangguan ginjal. Selain perusakan
lingkungan dan gangguan kesehatan, dampak sosial banjir lumpur tidak bisa dipandang
remeh.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Secara keseluruhan fokus utama penelitian ini adalah pemanfaatan lumpur lapindo dan
perancangan rumah hunian ringan tahan gempa dengan material komposit geopolimer serat
gelaslumpur lapindpoliester. Rancangan penelitian dikelompokkan dalam tiga tahapan
utama, yaitu :
1. Ekplorasi sifat bahan terhadap karakteristik lumpur lapindo,
2. Pengujian model di laboratorium, dan
3. Pembuatan model prototipe rangka atap.

Bahan Baku Serat Gelas dan Poliester


Jenis serat E-glass yang digunakan tipe chopped strand mat/CSM (acak) dan woven
roving/WR dengan density 300 gr/m2, yang diperoleh dari Taiwan Glass Ind. Corp. Serat gelas
chopped strand mat disusun dari serat E-glass dengan panjang 3,2 50 mm yang ditaburkan
di atas belt konveyor dengan orientasi acak kemudian diikat oleh pengikat organik ( polyvinil
acetat) untuk menghasilkan ikatan longgar mat terbuka yang siap dituangi polimer. Diameter
serat gelas adalah + 20 m.

Perlakuan Bahan Baku Lumpur Lapindo SIDOARJO & Pengujiannya


Dalam penelitian ini, lumpur lapindo Sidoarjo dipilih karena memiliki kandungan
silikat (SiO2) tinggi (di atas 50%). Hal ini telah dilakukan oleh Brahmantyo (2007) yang telah
melakukan penelitian beton berkekuatan tinggi dengan lumpur lapindo sebagai bahan
pengganti semen, sebagai akibat dari tingginya kandungan silikat. Disamping itu Januarti
(2007) juga telah melakukan penelitian lumpur lapindo sebagai bahan tambah (aditif) pada
beton mutu tinggi, dimana dia menyatakan bahwa lumpur lapindo mempunyai sifat yang
hampir sama dengan fly ash yang mempunyai kandungan silikat tinggi.
Pada penelitian ini lumpur lapindo yang digunakan dilakukan pengeringan dan
penghancuran dengan menggunakan mesin penghancur kopi sebagaimana yang telah
dilakukan oleh (Soekrisno dkk, 2007) dalam menghacurkan lempung. Bubuk lumpur tersebut
dikarakterisasi awal, yaitu dengan pemanasan dan dilanjutkan pengayakan (meshing). Ukuran
butir bubuk lempung yang digunakan adalah yang melewati mesh 200 (atau grain size < 0,075
mm). Untuk menghilangkan berbagai bahan pelarut dan unsur lain yang merugikan seperti C
dan Sulfur, bubuk lumpur dipanaskan pada suhu 800oC selama 4 jam. Pengujian fisis yang
dilakukan adalah uji fisis bentuk partikel dengan SEM, uji kandungan unsur SiO 2 dan Al2O2
dengan XRD, dan karakterisasi uji reduksi kadar air. Kurva karakteristik reduksi kandungan
air dengan waktu pemanasan pada suhu 100oC merupakan acuan utama tahapan pemanasan
bubuk lumpur ketika akan digunakan dalam proses pencetakan komposit. Kurva ini sangat
penting karena sifat bubuk lumpur yang mudah menyerap air. Hasil uji awal menunjukan
bahwa kandungan kimia lumpur lapindo setelah dipanaskan didapat unsur SiO2 sebesar 26,40
% dan Al2O2 sebesar 71,43 % serta kadar air 1,04 %.

4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Tarik Lumpur-Poliester


Hasil pengujian tarik komposit lumpur-poliester berupa tegangan tarik dapat dilihat
Gambar 1. Berdasarkan gambar 1. tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar prosentase
kadar lumpur tegangan tariknya semakin menurun. Kondisi tersebut menunjukan bahwa
dengan bertambahnya penambahan lumpur ikatan antar partikel semakin berkurang, sehingga
mengakibatkan semakin menurunnya kekuatan tarik.

Gambar 1. Hasil Uji Tegangan Tarik Lumpur Poliester

Hasil Uji Buckling Lumpur- Poliester


Hasil pengujian buckling komposit lumpur-poliester berupa tegangan desak dapat
dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar
prosentase kadar lumpur buckling yang terjadi semakin meningkat. Kondisi tersebut
menunjukan bahwa dengan bertambahnya kadar lumpur kepadatan poliester semakin
meningkat, hal tersebut diakibatkan adanya pori-pori pada poliester terisi oleh partikel
lumpur.

Gambar 2. Hasil Uji Buckling Lumpur Poliester


5
Hasil Uji Tegangan Lentur/Bending Lumpur- Poliester
Hasil pengujian tegangan lentur/bending komposit lumpur-poliester berupa tegangan
desak dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan gambar 3 tersebut dapat dilihat bahwa
semakin besar prosentase kadar lumpur tegangan lentur/bending yang terjadi semakin
menurun. Menurut teori pada struktur lentur yang didukung oleh sendi di ujung-ujungnya
terdapat tegangan tarik pada bagian bawah dan tegangan desak bagian atas. Pada kondisi ini
bagian yang paling lemah adalah pada bagian bawah atau bagian tariknya sehingga
mengakibatkan menurunnya kekuatan lenturnya, sesuai dengan uji tarik.

Gambar 3. Hasil Uji Bending Statis Lumpur Poliester

Hasil Uji Modulus Elastis Lumpur- Poliester


Hasil pengujian modulus elastis komposit lumpur poliester berupa tegangan desak
dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan gambar 4. tersebut dapat dilihat bahwa semakin
besar prosentase kadar lumpur modulus elastis yang terjadi semakin meningkat, kondisi
tersebut menunjukan bahwa lumpur pada poliester dapat meningkatkan elastisitas.

6
Gambar 4. Hasil Uji Modulus Elastis Lumpur Poliester

Hasil Uji Impact Lumpur- Poliester


Hasil pengujian impact komposit lumpur-poliester berupa impact dapat dilihat pada
Gambar 5. Berdasarkan gambar 5. tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar prosentase
kadar lumpur nilai impact yang terjadi semakin meningkat.

Gambar 5. Hasil Uji Impact Lumpur Poliester

7
Hasil Uji Nyala Api
Hasil pengujian nyala api komposit lumpur-poliester dapat dilihat pada Gambar 6.
Berdasarkan gambar 6 tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar prosentase lumpur waktu
pembakaran, suhu pembakaran, dan waktu pendinginan semakin meningkat. Hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan sifat lumpur yang tahan terhadap panas jika ditambahkan pada
poliester yang mudah terbakar, maka daya tahan bakar poliester akan semakin meningkat.
Berdasarkan gambar 6 menunjukan bahwa peningkatan kandungan lumpur
mengakibatkan peningkatan konduktifitas panas dan penurunan hambatan panas komposit.
Ketahanan nyala api test piece komposit meningkat seiring dengan peningkatan kandungan
lumpur. Heat release atau laju pendinginan komposit semakin menurun seiring dengan
peningkatan kandungan lumpur. Massa sampel terbakar paling sedikit terjadi pada 30-40%
lumpur. Jika dibandingkan dengan hasil uji tarik menunjukan kebalikannya yaitu semakin
besar prosentase kadar lumpur tegangan tarik semakin turun. Berdasarkan pertimbangan
tersebut diambil prosentase kadar lumpur sebesar 40%.

Gambar 6. Hasil Uji Nyala Api Lumpur-Poliester

Optimasi Lumpur-Poliester
Berdasarkan hasil pengujian mekanis yang berupa uji tarik, buckling, bending,
modulus elastis, impact, dan uji nyala api sebagaimana diperlihatkan pada gambar 1 sampai
dengan gambar 6, dengan bertambahnya prosentase kadar lumpur tidak selalu mengakibatkan
sifat mekanis dan fisis meningkat, namun ada juga yang bersifat menurun, dari kondisi
tersebut perlu dipertimbangkan berapa besar prosentase kadar lumpur yang tepat. Jika diambil
prosentase kadar lumpur sebesar 40%, maka didapat tegangan tarik sebesar 12,41 MPa,
8
buckling sebesar 1,77 MPa, dan tegangan lentur sebesar 5,56 MPa. Prosentase 40% tersebut
yang akan dipergunakan sebagai kelanjutan dari penelitian ini yang berupa komposit serat
gelas-lumpur lapindo-poliester.

Hasil Uji Tarik Serat-Lumpur-Poliester

Hasil pengujian tarik komposit serat-lumpur-poliester berupa tegangan tarik dapat


dilihat Gambar 7. Berdasarkan gambar 7 tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar
prosentase kadar lumpur tegangan tariknya semakin meningkat. Kondisi tersebut menunjukan
bahwa dengan bertambahnya prosentase serta gelas daya tahan tariknya semakin meningkat.

Gambar 7. Hasil Uji Tegangan Tarik Serat Lumpur Poliesetr

Hasil Uji Buckling Serat-Lumpur- Poliester

Hasil pengujian buckling komposit serat-lumpur-poliester berupa tegangan desak


dapat dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan gambar 8 tersebut dapat dilihat bahwa semakin
besar prosentase serat buckling yang terjadi semakin meningkat. Kondisi tersebut menunjukan
bahwa dengan bertambahnya prosentase serat daya tahan terhadap buckling semakin
meningkat.

9
Gambar 8. Hasil Uji Buckling Serat Lumpur Poliester

Hasil Uji Tegangan Bending Statis dan Dinamis Serat-Lumpur-Poliester


Hasil pengujian bending (lentur) statis komposit serat-lumpur-poliester berupa
tegangan lentur dengan prosentase lumpur sebesar 40% dapat dilihat pada Gambar 9.
Berdasarkan gambar 6 tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar prosentase serat terhadap
matrik (lumpur-poliester) bending semakin meningkat. Jika dibandingkan dengan matrik
tanpa adanya serat maka tegangan lentur matrik dengan serat jauh lebih baik. Tegangan
bending statis maksimum rata-rata sebesar 9,65 kg/mm2 (96,50 MPa), sedangkan tegangan
bending dinamis maksimum rata-rata sebesar 14,69 kg/mm2 (146,90 MPa). Dari kedua hasil
tersebut baik tegangan statis maupun dinamis kedua-duanya menunjukan semakin besar
prosentase serat semakin besar tegangannya. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin besar
prosentase serat semakin besar kelenturannya. Kekuatan bending dinamis lebih besar jika
dibandingkan dengan bending statis, pada prosentase serat lebih besar 32,5%.

10
Gambar 9. Hasil Uji Tegangan Bending Dinamis dan Statis Serat Lumpur Poliester

KESIMPULAN

Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Lumpur lapindo dapat dipergunakan sebagai bahan komposit geopolimer, dengan cara
dikeringkan, dihaluskan dan dipanaskan dengan suhu 800oC selama 4 jam.
2. Semakin halus butir lumpur yang digunakan kekuatan semakin meningkat, dalam hal ini
didapat lolos ayakan nomor 200 (diameter butir maksimum 0,075 mm).
3. Prosentase kadar lumpur optimum didapatkan pada komposisi 40 : 60 (40 % lumpur : 60 %
poliester), dengan tegangan tarik sebesar 12,41 MPa, buckling sebesar 1,77 MPa, dan
tegangan lentur sebesar 5,56 MPa.
4. Prosentase kadar serat gelas maksimum didapat pada komposisi 50 : 50 (50 % serat gelas :
50 % matrik/lumpur lapindo dan poliester) dengan tegangan tarik sebesar 9,77 MPa,
buckling sebesar 27,83 MPa, dan tegangan lentur sebesar 147,64 MPa.
5. Dengan adanya penambahan serat fiber gelas tegangan tariknya menurun jika
dibandingkan dengan tanpa adanya serat, namun tegangan lentur/bendingnya meningkat
sangat besar.

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Technical data Sheet of unsaturated Polyester, Justus Kimia Raya Industry,
Jakarta.
Anonim, 2002, E, R And D Glass Properties, Taiwan Glass Industry Corp.
Anonim, 2003. Standard Test Methods, ASTM, US.
Anonim, 1990. Standar Test Mehod, JIS, Japan.
11
Anonim, Interior Automotive Plastic Part testing, SAE J 1717.
Anonim, Panduan Praktikum Getaran, Lab. Akustik dan Getaran, Jurusan Teknik Mesin
dan Industri, FT UGM, Yogyakarta.
Diharjo K., 2006. The Propetries of GFRP Composite (Flame Retardant, Weight Fraction
Fiber, Matric Charactrization, Riset Terapan, Kerjasama UNS- PT. INKA Madiun.
Diharjo K., Masykuri M., legowo B., dan Gunadi A., 2005-2007. Rekayasa dan Manufaktur
Bahan Komposit Sandwich Berpenguat Serat Rosella Dengan Core Limbah Kayu
Sengon Laut Untuk Komponen Gerbong Kereta Api, Hibah bersaing XIII, Dikti,
Jakarta.
Diharjo K. dan Firdaus F., 2006. Komposit Geopolimer Abu Terbang Batu Bara (fly ash)-
Unsaturated Resin/Polyester untuk Produksi Panel Tahan Api (fire proof) pada Kabin
Interior Kereta Api, Riset Pendahuluan, Kerjasama UNS-UII.
Diharjo K., Soekrisno, Triyono, dan Abdullah G., 2002-2003. Rancang Bangun Dinding
Kereta Api Dengan Komposit Sandwich Serat Gelas, Hibah Bersaing, DP3M, DIKTI,
Jakarta.
Diharjo K. dan Nurhidayat A., 2001. Teknik penguatan Lubang Komposit Serat Karung
Plastik, Penelt. Dosen Muda, Dikti, Jakarta.
Diharjo K. dan Ngafwan, 2004. Pengaruh Ketebalan Core PVC Terhadap peningkatan
kekuatan bending & Impak, Penelt. Dosen Muda, Dikti, Jakarta.
Holman, J.P., 1998, Perpindahan kalor, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta
Jamasri, Diharjo K., Gunesti W.H., 2005-2006. Rekayasa dan Manufaktur Komposit
Sandwich Berpenguat Limbah Serat Buah Sawit Dengan Core Limbah Kayu Sawit
Untuk Komponen Gerbong Kereta Api, RUT XII, KMNRT, Jakarta.
Pujianto, A., 1994, Program Komputer dan Analisis Grid Dengan Metoda Kekakuan,
Penelitian LP3 UMY, Yogyakarta.
Pujianto, A., 1995, Internal Force Frame dan Plane Frame Pada Bangunan Bertingkat,
Penelitian Kopertis Wil V, Yogyakarta.
Pujianto, A., 2003, Respon Seismik Lapisan Tanah Linier Elastis dan Non Linier Elastis
Akibat Beban Gempa, Penelitian Reguler LP3 UMY, Yogyakarta.
Pujianto, A., 2004, Validasi Percepatan Tanah dan Efek Frekuensi Gempa Terhdap Respon
Struktur Bangunan Bertingkat, Penelitian LP3 UMY, Yogyakarta.
Pujianto, A., 2005, Pengarung Pasir Pada Tanah Tanah Dasar Fondasi Terhadapt Redaman
dan Frekuensi Akibat Beban Gempa, Penelitian Dosen Muda, Dikti, Jakarta.
Pujianto, A., 2006, Pengaruh Pasir pada Dasar Fondasi terhadap Tanah Linier-Elastis dan
Non-Linier-Elastis Akibat Beban Gempa, Penelitian Dosen Muda, Dikti, Jakarta.
Sanadi A.r., Prasad S.V. dan Rohatgi P.K., 1986. Sunhemp Fibre-Reinforced Polyester,
Journal of Materials Science 21, pp. 4299-4304, UK.
Soekrisno, Diharjo K., Triyono, 2007. Rekayasa Sel Akustik Dari Bahan Keramik Lokal
Sebagai Panel Penghalang Bising sarana Transportasi, Program Insentif Riset
Terapan Tahun I, KNRT RI.
Soenarno, 2004. Dua Penyebab Runtuhnya Jembatan Cipunegara, Pusdatin, Jakarta.
Sutrisno H, Suharto, Kristianingrum S & Siswani E.D., 2002. Optimasi dan Mekanisme
Kristalisasi Material Mikropori-Redoks Logam Silikat-1 (FeS-1 dan CrS-1),
Research Grant DUE-Like, Dikti
Sutrisno H., Ariswan & Arianingrum R, 2004-2005. Sintesis Titanium Oksida dan Titanium
Silikat Mesopori-Mesotruktur serta Mekanisme Reaksi Kimia Degradasi Polutan
Organik di Lingkungan, HB XII, Dikti.
Sutrisno H, Suharto & Kristianingrum S, 2005.Zeolit Redoks Titanium Silikat Tipe MFI
dengan Sumber Titanium dari Kristal [Ti8O12(H2O)24]Cl8.HCl.7H2O, Penelitian
Percepatan Perolehan Paten UBER HKI , Dikti.

12
Sutrisno H & Siswani E.D., 2006-2007. Layer Tetratitanat Terpilarkan Spesies Oligomer
dari Kluster Polikation Krom(III) dan Aluminium(III), Fundamental Research, Dikti.
Thomson T. W., 1980, Theory of Vibration With Appliation, 2nd Edition, Prentice-Hall Inc.,
California.
Tristanto L., Pengembangan Teknologi Jembatan di Indonesia, Puslitbang Prasarana
Transportasi, Bandung.

13

You might also like