Pembelajaran Prima Card Berbasis Soal-Soal Kontekstual Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PEMBELAJARAN PRIMA CARD BERBASIS SOAL-SOAL

KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN


MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG
( Studi Kasus pada SMP Ngeri 2 Kemranjen )

Oleh:
Sri Neni
SMP Negeri 2 Kemranjen-Banyumas
Email: [email protected]

ABSTRACT
Many students recognize that mathematics is difficult science. They think it is a collection of
rules with complex calculations, because the students do not understand what exactly about
the math. To solve this problem, that the teacher requires a lot of effort and ideas in learning
activities. This research to development about learning by using PRIMA CARD based
contextual issues to help improve students' understanding of the material up the side of
curved space. The results showed the average test scores of students in cycle II was 77.58
with a highest score of 100 and the lowest score of 60. The number of students who have met
the standard criteria of study completed with the thoroughness of the 62 are 27 children 33
children, while that has not been studied thoroughly with six kids. When compared with cycle
I, on the second cycle there was increased scores of 7.88 or an increase of 23.88%. The
number of students who achieve exhaustiveness study also experienced an increase of 5
children with the percentage increase 15.16%. In the post test results showed an average
score of the post test scores is 72.42. The number of students have met the 33 children who
completed value in accordance with the provisions and criteria of exhaustiveness 62 is 33
children. The highest value obtained was 85 and the lowest value of 65. The number of
students who received the lowest scores as many as 6 people. The results of the calculation of
the score of learning showed 16.67% of the teachers put forward observer in the learning
performance of both teachers and 83.33% of the teachers put forward observer performance
in learning a very good teacher. Score teaching and learning activities in this second cycle
increased by 16.66%. The results of the calculation related performance scores shows the
average performance of students during the process of learning enough. Of the 33 children
who showed good performance by category is 7 children and the remaining 26 children have
enough performance category. The results of the calculation of the score of the project
activities of students showed an average of 73.79. Highest score lowest score was 85 and 65.
Based on the results of data analysis we can conclude that learning PRIMA CARD can not
only enhance students 'understanding of the material up the side of curved space, but also
enhance the students' activeness and performance of students during learning activities.

Kata kunci: Learning, question based contextual, PRIMA CARD

PENDAHULUAN
Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, dan konsisten (Standar
Kompetensi Kurikulum 2004). Kemampuan siswa dalam bernalar tercermin dalam
kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur,
disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika atau
bidang lain dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini memungkinkan pembelajaran

Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011 199


berbasis kontekstual. Pada kenyataannya hasil studi di lapangan belum sesuai harapan
yaitu pembelajaran dan pemahaman siswa pada materi matematika menunjukkan hasil
yang kurang memuaskan, meskipun banyak hasil studi yang menyebutkan ada
peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan hasil nilai ulangan semester II kelas delapan menunjukkan bahwa
nilai matematika rata-rata yang mencapai ketuntasan belajar masih di bawah 65%. Hal
ini menunjukkana bahwa pemahaman siswa atau penguasaan materi matematika
siswa masih kurang. Sesuai petunjuk kurikulum 2006 bahwa ketuntasan hasil belajar
klasikal KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) sebesar 85%. Dengan melihat petunjuk
kurikulum 2006 tersebut, maka siswa kelas delapan dianggap belum tuntas secara
klasikal. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut antara lain: pembelajaran
matematika masih text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-
hari. Pembelajaran cenderung menggunakan metode ceramah, sehingga konsep
akademik kurang atau sulit dipahami. Guru dalam mengajar masih kurang
memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Pengajaran yang dilakukan guru kurang
bermakna, metode yang digunakan kurang variasi. Sering dijumpai guru dalam
administrasi pengajaran kurang terbiasa. Dengan demikan sudah saatnya untuk
mengadakan pembaharuan, inovasi pembelajaran yang lebih efektif dengan cara
melakukan pembelajaran atau metode, strategi maupun pendekatan yang bervariasi
guna mengoptimalkan kemampuan siswa.
Prinsip mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa
yang siswa ketahui dan yang diperlukan untuk belajar. Disamping itu guru dalam
memberikan materi pembelajaran diharapkan menimbulkan rasa keingintahuan siswa
yang mendalam, sehingga muncul suatu kegiatan pembelajaran yang menantang dan
mendukung siswa untuk mempelajari matematika dengan baik. Dalam kondisi ini
siswa dituntut untuk mau belajar dengan aktif dan menggunakan pemahamannya
secara aktif untuk membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan
sebelumnya. Dengan demikian guru dituntut unutk dapat menggunakan teknologi
pembelajaran matematika yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan proses belajar
siswa (Van de Walle, 2002).
David Ausubel dalam Wilis Dahar (1989) menjelaskan bahwa pembelajaran
yang bermakna dalam diri siswa akan tertanam lebih lama dalam memori otak, karena
pembelajaran ini akan menanamkan pemahaman yang mandalam. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapatlah dikemukakan bahwa pembelajaran matematika
dilakukan dengan memberdayakan siswa dengan menggunakan otaknya untuk
memberikan gagasan-gagasannya menerapkan konsep yang dipelajari berdasarkan
fakta/secara real, hal ini akan mendorong siswa untuk merasa ingin tahu serta selalu
menggali informasi berdasarkan pemahamannya, dengan demikian pembelajaran
akan menjadi terus menerus yaitu sepanjang hayat.
Sebagai sesuatu yang sifatnya praktis, matematika merupakan ilmu tentang pola
dan urutan. Matematika tidak membahas tentang molekul atau sel, tetapi membahas
tentang bilangan, data, ruang, kemungkinan/peluang, bentuk dan perubahan. Sebagai
ilmu dengan objek yang abstrak matematika bergantung pada logika, bukan pada
pengamatan sebagai standar kebenarannya, meskipun menggunakan pengamatan,
simulasi, dan percobaan sebagai alat untuk menemukan kebenaran.
Kebanyakan orang dewasa ataupun siswa akan mengakui bahwa matematika
adalah ilmu yang dirasa sulit. Bagi mereka matematika adalah kumpulan aturan yang
dengan perhitungan-perhitungan yang rumit. Hal ini disebabkan mereka tidak
memahami apa sebenarnya matematika itu. Untuk dapat mengatasi permasalahan ini

Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011 200


guru memerlukan banyak usaha dan ide dalam kegiatan pembelajaran. Setiap ide yang
dikembangkan guru harus dapat dipahami secara lengkap oleh setiap siswa. Beberapa
dasar pengembangan ide guru dalam memahamkan konsep matematika adalah masuk
akal, setiap siswa harus mendapat pengalaman, guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk memahami, dan guru harus percaya terhadap kemampuan siswanya.
Pembelajaran matematika berkenaan dengan bangun ruang banyak terkait
dengan perkakas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik oleh setiap siswa
ataupun oleh kehidupan dalam keluarganya. Beberapa bentuk bangun ruang yang
berada dalam pembelajaran matematika di kelas adalah tabung, kerucut, dan bola.
Berbagai macam permainan yang dalam kehidupan siswa menggunakan bola, misal
kasti, sepak bola, volly, pimpong dan sebagainya. Sedangkan pengalaman siswa
mengenai bentuk tabung dan kerucut dalam kehidupan sehari-hari dapat diperoleh
melalui kegiatan pengamatan atau pengalaman mengenai nasi tumpeng dan drum
tempat minyak atau tabung gas yang sekarang marak menyebabkan kerugian banyak
orang. Kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam materi ini dapat dilakukan secara
kontekstual sesuai objek yang pernah digunakan oleh masing-masing siswa.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka guru berusaha memahamkan materi tabung,
kerucut, dan bola pada siswa menggunakan soal kontekstual melalui metode
Perhitungan Riil Menurut Aslinya yang dituangkan dalam bentuk kartu miniatur
(PRIMA Card). Dengan pembelajaran prima card dapat menciptakan pembelajaran
siswa menjadi aktif, mampu memahami konsep dan dapat menjawab soal-soal
matematika yang teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari ada materi bangun ruang
sisi lengkung.

TINJAUAN PUSTAKA
Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan guru menciptakan situasi agar siswa belajar.
Melalui proses belajar akan terjadi perubahan, perkembangan, dan kemajuan baik
dalam aspek fisik-motorik, intelek, sosial ekonomi, maupun sikap dan nilai. Agar
tercipta pembelajaran yang efektif, perlu digunakan pendekatan, model atau metode
pembelajaran yang tepat. Pemilihan pendekatan, model dan strategi atau metode
pembelajaran didasarkan pada beberapa pertimbangan antara lain: 1) tujuan
pembelajaran, karakteristik materi pembelajaran, kemampuan siswa, dan kemampuan
guru (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007).

Tujuan Pembelajaran dalam Bentuk Hasil Belajar


Perubahan-perubahan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran pada
dasarnya merupakan perubahan pola kelakuan. Perubahan pola kelakukan yang
diinginkan disebut educational objectives. Semua tujuan pembelajaran dalam bentuk
hasil belajar oleh Bloom dibedakan menjadi tiga bidang pola kelakuan (domain)
yaitu: 1) kognitif domain, 3) afektif domain, dan 4) psikomotor domain.
Kognitif domain ini meliputi tujuan yang ada hubungannnya dengan
pengetahuan, kemampuan intelektual dan ketrampilan intelektual. Kognitif domain
meliputi enam tingkat yaitu: ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan
kreatif. Untuk domain afektif meliputi lima tingkat yang dapat disusun secara hirarki
yaitu: menerima, merespon, menilai, organisasi, dan karakterisasi melalui sebuah nilai
atau beberapa nilai. Domain psikomotorik meliputi tujuan pembelajaran yang
mendasari hubungan situasi-interpretasi-action yang mengarah pada kegiatan motoris
(Anderson & Krathwohl, 2001).

Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011 201


Dalam banyak pembelajaran matematika, domain kognitif yang secara minimal
harus dikuasai siswa adalah tingkat pemahaman. Pada tingkat pemahaman terhadap
materi pembelajaran matematika siswa memiliki kemampuan memahami keterangan-
keterangan dan manfaat keterangan-keterangan tersebut. Keterangan-keterangan
dalam hal ini mencakup; translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Translasi meliputi
paraprhase yaitu: kemampuan untuk merumuskan suatu pengertian secara teratur dan
berarti, serta mampu menterjemahkan dari sesuatu bahasa ke bahasa lain atau
memberi uraian tentang suatu grafik, suatu gambar atau yang lainnya. Interpretasi
merupakan kemampuan membuat interpretasi keterangan-keterangan yang diterima,
sedang ekstrapolasi merupakan kemampuan membuat gambaran dan mengadakan
prediksi-prediksi serta konsekuensi-konsekuensinya (Anderson & Krathwohl, 2001).
Dalam materi pembelajaran matematika tentang bangun ruang sisi lengkung,
kegiatan-kegiatan pembelajaran harus menekankan pada semua aspek domain
tersebut, sehingga metode pembelajaran dirancang mengacu pada learning to know,
learning to understand, learning by doing dan learning in use.
Keberhasilan pembelajaran dilihat dari nilai yang dicapai siswa. Dengan
demikian nilai merupakan bentuk hasil belajar. Nilai siswa diperoleh dari kegiatan
penilaian. Hasil penilaian dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa
dan guru sendiri. Umpan balik ini bagi siswa bermanfaat untuk mengetahui
kelemahan yang dialami siswa dalam menacapai kemampuan yang diharapkan, dan
siswa diminta melakukan latihan dan atau pengayaan yang dianggap perlu baik
sebagai tugas individu atau kelompok. Analisis hasil penilaian bagi guru bermanfaat
untuk melihat hal-hal yang perlu diperhatikan seara serius dalam proses belajar
mengajar. (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007).

Pembelajaran PRIMA Card Berbasis Soal-soal Kontekstual


PRIMA Card merupakan singkatan dari Kartu Perhitungan Real Menurut
Aslinya.Pembelajaran PRIMA Card berbasis soal-soal kontekstual adalah model
pembelajaran menggunakan kartu-kartu yang di dalam masing-masing kartu berisi
penggalian konsep siswa, dan latihan perhitungan matematika terkait dengan materi
yang diajarkan guru dalam bentuk soal-soal yang berhubungan dengan kegunaan
konsep matematika tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan dalam
setiap materi pelajaran matematika tidak lepas dari adanya perhitungan (rumus) yang
dilakukan setiap orang dala kehidupan bermasyarakat mencakup: perhitungan luas,
volume, panjang dan tinggi. Perhitungan real atau secara fakta/nyata bisa dilihat dari
segi konsepnya maupun secara prosedural. Dari segi konsep, pembelajaran
matematika akan mengungkapkan pengertian, prinsip, teori, dalil, dan rumus yang
digunakan. Sedang dari segi prosedural, pembelajran matematika akan banyak
mengungkapkan aplikasinya secara menyeluruh pada tataran kehidupan masyarakat
luas, misal: menghitung luas, volume, panjang dan lebar.
Soal merupakan salah satu jenis alat pengukuran yang digunakan untuk
mengukur perkembangan atau kemajuan belajar siswa setelah mengikuti proses
belajar. Sebagai alat pengukuran, soal dapat dikelompokan menjadi beberapa tipe atau
bentuk. Sudijono (2001) membagi soal menjadi dua tipe/bentuk yaitu: soal pilihan
ganda dan soal uraian. Soal uraian dapat digolongkan menjadi dua yaitu soal uaraian
bentuk bebas atau terbuka dan bentuk terbatas.Pada soal uraian bentuk terbuka/bebas
jawaban yang dikehendaki sepenuhnya muncul dari penjawab.Artinya penjawab
memiliki kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan, mengorganisasi dan
menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian atau serangkaian jawaban.Soal uraian

Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011 202


bentuk terbatas jawaban yang dikehendaki muncul dari penjawab adalah jawaban
yang sifatnya sudah lebih terarah (dibatasi).Soal uraian dikembangkan guru terutama
untuk mengungkap daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang
telah diajarkan, mengungkap kemampuan siswa dalam memahami berbagai macam
konsep berikut aplikasinya.Contohnya dalam matematika untuk menemukan rumus
dan menerapkan perhitungan rumus tersebut.
Berdasarkan observasi terhadap soal matematika baik yang dikembangkan guru
maupun pemerintah tipe soal yang banyak digunakan dalam pembelajaran matematika
adalah uraian dan pilihan ganda berbasis cerita.Tipe soal ini dikembangkan terkait
dengan aplikasi sehari-hari, sehingga menuntut siswa untuk mampu menggunakan
penalarannya secara luas.
Soal kontekstual adalah soal yang riil bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan
tingkat pengetahuannya sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran secara
bermakna (Tim PPPG matematika, 2006).Kata kontekstual berasal dari context yang
berarti hubungan, konteks, suasana dan keadaan (KUBI, 2002 : 519). Dari pendapat
tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa soal-soal kontekstual adalah soal-soal
riil sesuai kenyataan dalam kehidupan sehari-hari baik secara konseptual maupun
secar prosedural.

Bangun Ruang Sisi Lengkung


Geometri merupakan bagian dari matematika yang membahas tentang bentuk dan
ukuran dari suatu obyek yang memiliki keteraturan tertentu.Pada geometri
pendalaman materi antara lain bangun datar dan bangun ruang. Di lingkungan sekitar
kita bedakan benda ruang dan bangun ruang. Benda ruang tidak harus memiliki sifat-
sifat keteraturan. Sedangkan bangun ruang adalah benda tiga dimensi yang memiliki
sifat-sifat keteratura (Marsudi Raharjo, 2003) Bangun ruang yang bagian dalamnya
kosong dikenal sebagai bangun ruang berongga. Bangun ruang yang bagian dalamnya
rapat disebut bangun ruang pejal.
Bangun ruang sisi lengkung adalah bangun ruang yang paling tidak memiliki satu
sisi lengkung (Untung Trisna Suwaji, 2008). Bangun ruang tersebut dapat
diidentifikasi melalui sifat-sifat atau proses terbentuknya seperti tabung, kerucut dan
bola. Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang datar lingkaran yang
kongkruen (alas dan tutup) dan sebuah bidang lengkung (selimut). Kerucut adalah
bangun ruang yang dibentuk oleh sebuah bidang datar lingkaran (alas) dan sebuag
bidang lengkung yang memuat sebuah titik yang berada di luarnya (selimut) (Dedi
Junaedi, 1999). Bola adalah bangun ruang yang dibentuk oleh sebuah bidang
lengkung sedemikian sehingga titik-titik pada bidang lengkung berjarak sama
terhadap sebuah titik tertentu (pusat).
Pembelajaran dengan materi bangun ruang sisi lengkung dilakukan dengan
perhitungan riil menurut aslinya menggunakan soal-soal kontekstual yaitu soal-soal
yang langsung berhubungan dengan learning in use di masyarakat dan kehidupan
sehari-hari yang di alami siswa. Beberapa soal yang terkait dengan aplikasi riil antara
lain: berupa kaleng susu, drum tempat sampah, pengukus nasi dan sebagainya, es
cream, dan topi ulang tahun siswa.
Dengan perhitungan riil pada soal-soal matematika yang berbasis kontekstual
siswa akan lebih berkesan menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan
pengalaman barunya sesuai kondisi lingkungan. Hal ini pembelajaran akan lebih
bermakna karena pemahaman siswa langsung didominasi dengan mempraktekkan

Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011 203


(learning by doing). Pengetahuan siswa dikembangkan melalui soal-soal yang
variatif, pengembangan pengetahuan siswa dan menyentuh kehidupan nyata. Dengan
demikian guru dalam melaksanakan pembelajaran PRIMA Card berbasis soal-soal
kontekstual akan memberikan kesan yang mendalam pada diri siswa sehingga siswa
dalam menerima pelajaran akan lebih menguasai atau dapat siswa memiliki
pemahaman materi pelajaran lebih baik.
Berdasarkan penjelasan dan pernyataan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran PRIMA card berbasis soal-soal kontekstual dapat meningkatkan
pemahaman materi bangun ruang sisi lengkung.

METODE PENELITIAN
Penellitian tindakan kelas ini dilakukan pada semester 1 tahun pelajaran
2010/2011. Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kemranjen. Kegiatan
penelitian dilaksanakan di kelas IX A semester I tahun pelajaran 2010/2011.Jumlah
siswa dalam kelas tersebut adalah 33 anak, terdiri atas 14 siswa putra dan 19 siswa
putri .Penelitian dilakukan oleh guru mapel matematika dan berkolaborasi dengan
beberapa guru.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu:
metode survai, dan metode dokumentasi. Alat pengumpul data menggunakan lembar
observasi kinerja, seperangkat tes, lembar kerja siswa, dan lembar lesson study siswa.
Validasi data dilakukan agar semua sumber data yang diperoleh dari penelitian
ini akurat dan sahih sesuai dengan keadaan nyatanya, sehingga data yang dihasilkan
dapat memberikan gambaran secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan
sesungguhnya.Dalan buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis oleh
Scavia B. Anderson dan kawan-kawan dalam Arikunto (1999) disebutkan: a test is
valid if it measures what is purpose to measure, artinya sebuah tes dikatakan valid
apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, data yang diperoleh dalam penelitian
dianalisis menggunakan triangulasi data. Kegiatan ini dilakukan menggunakan matrik
yang mencakup semua komponen penelitian yang diperoleh dari beberapa teknik
pengumpulan data.
Prosedur penelitian dilakukan secara sistematis, mengikuti prosedur penelitian
tindakan kelas yang benar.Tahapan kegiatan penelitian sesuai prosedur penelitian
tindakan kelas mencakup tahapan sebagai berikut:planning (Perencanaan), acting
(Pelaksanaan), observing (Pengamatan) dan reflecting (Perenungan/Refleksi).
Peneliti pada siklus I berkolaborasi berdiskusi mengenai hasil penilaian yang
diperoleh selama proses pembelajaran, membahas kelemahan/kekurangan dari
pembelajaran yang telah dilakukan serta melakukan perbaikan-perbaikan yang akan
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran di siklus II.
Pada kegiatan penelitian siklus II dilakukan mengacu pada siklus I. Kegiatan
siklus II merupakan pengembangan pembelajaran pada kompetensi dasar berikutnya
yang merupakan materi campuran diantara ketiga bangun ruang dan digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam mengaplikasikan perhitungan-perhitungan
semua bentuk bangun ruang sisi lengkung. Tahapan kegiatan pada siklus II meliputi:
Planning (Perencanaan), Acting (Pelaksanaan), Observing (Pengamatan), dan
Reflecting (Perenungan/Refleksi) digunakan utuk mengembangkan pemahaman siswa
dengan kompetensi dasar: menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut dan
bola, sedang pada siklus I pembelajaran memfokuskan pada pemahaman siswa
dengan kompetensi dasar: menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut dan

Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011 204


bolaMasing-masing tahapan melaksanakan prosedur yang sama dengan prosedur di
siklus I.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil nilai ulangan semester II kelas delapan menunjukkan nilai
matematika rata-rata yang mencapai ketuntasan belajar masih di bawah 65 %. Dengan
melihat hasil ulangan dapat menunjukkan bahwa pemahaman siswa atau penguasaan
siswa terhadap materi matematika masih kurang. Dilihat ketuntasan secara klasikal
belum tuntas. Hal ini terjadi karena pembelajaran matematika kurang terkait dengan
kehidupan sehari-hari. Metode pembelajaran kurang bervariasi, guru kurang
memperhatikan kemampuan siswa. Oleh karena itu guru harus mengubah
pembelajaran yang lebih bermakna yaitu dengan pembelajaran yang melibatkan siswa
lebih aktif, menarik, menyenangkan dan menantang. Dari hasil perhitungan secara
matematik sederhana terhadap nilai ulangan menunjukkan rata-rata skor ulangan siswa pada
siklus I adalah 69,70 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 60. Jumlah siswa yang telah
memenuhi kriteria belajar tuntas dengan standar ketuntasan 62 adalah 22 anak dari 33 anak,
sedang yang belum mengalami belajar tuntas sama dengan 11 anak. Hasil perhitungan
secara matematik sederhana terhadap nilai pree tes menunjukkan rata-rata skor pree
tes siswa adalah 64, 85. Jumlah siswa yang belum memenuhi nilai tuntas adalah 7
anak dari 33 anak, sedang sisanya 26 telah masuk dalam kriteria siswa yang belajar
tuntas dengan nilai tertinggi 75.
Hasil perhitungan terhadap skor kegiatan belajar mengajar menunjukkan
33,33% guru kolaboran mengemukakan kinerja guru dalam pembelajaran baik dan
66,67% guru kolaboran mengemukakan kinerja guru dalam pembelajaran sangat baik.
Dengan demikian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran telah memenuhi
indikator yang telah ditargetkan sebelumnya.
Hasil perhitungan terhadap skor kinerja siswa/performance menunjukkan rata-
rata kinerja siswa selama proses kegiatan belajar mengajar cukup. Dari 33 anak yang
menunjukkan kinerja dengan kategori baik adalah 12 anak dan sisanya 21 anak
memiliki kategori kinerja yang cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan
pembelajaran yang dilakukan guru pada kegiatan ini cukup mengaktifkan siswa.
Dari hasil perhitungan skor kegiatan proyek siswa menunjukkan rata-rata skor
kegiatan proyek siswa adalah 71,82. Skor tertinggi mencapai 80 dan skor terendah 65.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua siswa aktif melaksanakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan guru di sekolah.
Dari hasil perhitungan secara matematik sederhana terhadap nilai ulangan
menunjukkan rata-rata skor ulangan siswa pada siklus II adalah 77,58 dengan nilai
tertinggi 100 dan nilai terendah 60. Jumlah siswa yang telah memenuhi kriteria
belajar tuntas dengan standar ketuntasan 62 adalah 27 anak dari 33 anak, sedang yang
belum mengalami belajar tuntas sama dengan 6 anak. Bila dibandingkan dengan
siklus I, pada siklus II terjadi peningkatan skor sebesar 7,88 atau mengalami
peningkatan sebesar 23,88%. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar juga
mengalami kenaikan sebanyak 5 anak dengan persentase kenaikan 15,16%.
Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran PRIMA card mampu meningkatkan
pemahaman siswa pada materi bangun ruang sisi lengkung.

Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011 205


100 80 100
77.58
80 69.7

60
Nilai
40 22 27
Siklus I
11 6
20 Siklus II
0
Tertinggi Rata-rata Tuntas Tidak
Tuntas
Keterangan

Gambar 1. Perbandingan Nilai Ulangan Siswa Antara Siklus I dengan Siklus II

Tes yang dilakukan di setiap awal maupun di akhir kegiatan memiliki fungsi
penting.Fungsi tes ini dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru.Bagi
siswa, tes digunakan untuk mengukur pencapaian keberhasilannya dalam mengikuti
pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Dalam hal ini ada dua kemungkinan yaitu:
Hasil bagi siswa yang memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan, kepuasan ini ingin
diperolehnyakembali pada waktu yang akan datang. Hal ini mengakibatkan siswa
termotivasi untuk belajar lebihgiat agar perolehannya sama bahkan meningkat pada
masa yang akan datang. Hal ini dapat dilihat dari hasil beberapa skor siswa (skor
ulangan pada siklus I dan siklus II, atapun pada skor Pree tes dan Post tes) yang pada
beberapa siswa di siklus I atau pree tes memiliki hasil yang rendah akan meningkat
pada siklus II. Namun,dapat pula terjadi sebaliknya, setelah memperoleh hasil yang
memuaskan siswa tidak rajinbelajar, sehingga pada waktu berikutnya hasilnya
menurun.Hal ini juga dapat dilihat dari hasil beberapa skor siswa (skor ulangan pada
siklus I dan siklus II, atapun pada skor Pree tes dan Post tes) yang pada beberapa
siswa di siklus II memiliki skor yang lebih rendah daripada di siklus I.

Hasil bagi siswa yang tidak memuaskan


Jika siswa memperoleh hasil yang tidak memuaskan, maka pada kesempatan
yang akandatang siswa akan berusaha memperbaikinya. Oleh karena itu, siswa akan
giat belajar.Dengan demikian pada kondisi ini siswa akan menunjukkan peningkatan
skor. Hal ini dapat dilihat dari skor nilai masing-masing siswa pada siklus II yang
lebih tinggi daripada siklus I. Akan tetapi sebaliknya bagi siswa yang tidak
termotivasi akan mengakibatkan siswa merasa putus asa dan malas belajar serta malas
melakukan kegiatan apapun.
Ada peristiwa ini dapat ditunjukkan pada hasil siklus II dari beberapa siswa
yang masih belum memiliki nilai tuntas baik pada siklus I dan siklus II.Pada sisi guru,
tes memiliki fungsi yang antara lain: 1) dapat mengetahui siswa manakah yang
menguasai pelajaran dan siswa mana pula yangbelum. Dalam hal ini akan menjadikan
guru memberikan perhatian kepada siswa yang belumberhasil, sehingga pada
akhirnya siswa mencapai keberhasilan yang diharapkan, 2) dapat mengetahui apakah
tujuan dan materi pelajaran yang telah disampaikan itu dikuasai oleh siswa atau
belum, 3) dapat mengetahui ketepatan metode yang digunakan dalam menyajikan
materi pembelajaran tersebut. Hal ini terlihat pada skor kegiatan pembelajaran di
siklus II yang meningkat.

Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011 206


Pada peristiwa ini guru berusaha memperbaiki dan memberikan perhatian penuh
pada siswa yang masih mengalami kesulitan pemahaman materi yang disampaikan.
Sebagai strateginya guru akan lebih menekankan pengembangan dan pencapaian
komptensi paedagogiknya, sehingga target kegiatan belajar mengajar terpenuhi sesuai
kriteria penilaian yang diharapkan.

Siswa memajangkan hasil kerja Siswa memajangkan hasil kerja


kelompok kelompok

SIMPULAN
Pembelajaran PRIMA card mengakibatkan siswa termotivasi untuk belajar
lebihgiat agar perolehannya sama bahkan meningkat pada siklus II. Hal ini dapat
dilihat dari hasil beberapa skor siswa (skor ulangan pada siklus I dan siklus II, atapun
pada skor Pree tes dan Post tes) yang pada beberapa siswa di siklus I atau pree tes
memiliki hasil yang rendah akan meningkat pada siklus II. Namun,dapat pula terjadi
sebaliknya, setelah memperoleh hasil yang memuaskan siswa tidak rajinbelajar,
sehingga pada waktu berikutnya hasilnya menurun.Hal ini juga dapat dilihat dari hasil
beberapa skor siswa (skor ulangan pada siklus I dan siklus II, atapun pada skor Pree
tes dan Post tes) yang pada beberapa siswa di siklus II memiliki skor yang lebih
rendah daripada di siklus I.
Pada peristiwa siswa malas belajar, guru berusaha memperbaiki dan
memberikan perhatian penuh pada siswa yang masih mengalami kesulitan
pemahaman materi yang disampaikan.Sebagai strateginya guru lebih menekankan
pengembangan dan pencapaian kompetensi paedagogiknya dengan melakukan
berbagai macam strategi pembelajaran, sehingga target kegiatan belajar mengajar
terpenuhi sesuai kriteria penilaian yang diharapkan. Dengan melalui pebelajaran
prima card berbasis soal-soal kontekstual maka pemahaman siswa pada matematika
khususnya materi bangun ruang sisi lengkung dapat meningkat. Tidak hanya pada
pemahaman siswa tetapi juga pada keaktifan siswa.

SARAN
Pembelajaran supaya dapat meningkatkan varisasi dan inovasi pembelajaran di
sekolah, diharapkan:
1. Pihak sekolah selalu mendukung kegiatan penyelenggaraan PTK dengan
memberikan bantuan pengadaan media pembelajaran yang dikoordinasi secara

Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011 207


merata pada berbagai disiplin ilmu, sehingga semua guru memiliki kesempatan
melaksanakannya dengan baik
2. Masing-masing guru selalu mencari informasi terbaru baik melalui media cetak
dan elektronik sehingga wawasan guru meningkat sesuai perkembangan IPTEKS
dan pembelajaran tidak membosankan
3. Berkolaborasi dengan sekolah lain untuk selalu bertukar informasi terkait dengan
kebijakan dan pengembangan materi ajar.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson & Krathwohl.2001. A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing.
United State: Longman Inc.
Dedi Junaedi. 1999. Penuntun Belajar Matematika Jilid 3. Bandung : PT Mizan
Pustaka
Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi Kurikulum. Jakarta: Depdiknas
Diknas. P4TK. 2006. Modul Pembelajaran. Yogyakarta. P4TK Matematika
Yogyakarta
Diknas. P4TK. 2009. Modul Pembelajaran.Yogyakarta. P4TK Matematika
Yogyakarta
Fadjar Shadiq. 2004. Bangun-bangun Ruang. Yogyakarta : P4TK Matematika.
Yogyakarta
Hasan Alwi. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Marsudi Raharjo. 2003. Jaring-jaring Limas dan Prisma. Yoyakarta. : P4TK
Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian 2
Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim PPPG Matematika. 2006. Materi Pelatihan Peningkatan ProfesionalismeGuru.
Semarang.
Unit Media Alat Peraga Matematika. 2009. Penggunaan alat peraga matematika.
Yogyakarta : P4TK
Untung Trisna Suwaji. 2008. Permasalahan Pembelajaran Geometri Ruang SMP dan
Alternatif Pemecahannya. Yogyakarta : PPPPTK Matematika
Van de Walle. 2002. Pengembangan Pengajaran Matematika. Jakarta: Erlangga.
Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga

Ekplanasi Volume 6 Nomor 2 Edisi September 2011 208

You might also like