Dampak Revaluasi Aset Tetap Terhadap Pajak Penghasilan Yang Terhutang
Dampak Revaluasi Aset Tetap Terhadap Pajak Penghasilan Yang Terhutang
Dampak Revaluasi Aset Tetap Terhadap Pajak Penghasilan Yang Terhutang
ABSTRACT
Fixed assets is one of some company accounts which have large value. The current value of assets will not be the
same with recorded on the financial position report. This factor encourage companies to conduct revaluation on
their fixed assets to make it conform with the fair value. The revaluation of fixed assets is not the routin activity
and involves professional to make it more effective in minimizing the burden of corporate tax. The Regulation
No. 191/PMK.010/2015 i.e. Final tariff reduction income tax on the difference of fixed assets revaluation and
the Regulation No. 169/PMK.010/2015 which determine the magnitude of the comparison between account
receivable and capital expenditure for the calculation of Income Tax as many as four appeal one (4:1). The
research method has been done by using descriptive method and qualitative approach. The amount of burden of
payable corporate income tax when it does not run the assets revaluation is Rp. 987,169,750. When conducts
assets revaluation is Rp 270,970,750. It has been found that with this condition the amount of the burden of the
payable corporate income tax is smaller when the company conducts fixed assets revaluation than the company
does not conduct fixed assets revaluation.
ABSTRAK
Aset tetap merupakan salah satu dari beberapa akun perusahaan yang memiliki nilai yang cukup
besar. Nilai sekarang suatu aset tetap yang diperoleh beberapa tahun lalu tidak sama dengan harga
perolehan aset tersebut yang tercatat pada laporan posisi keuangan. Faktor ini mendorong
perusahaan untuk melakukan revaluasi pada aset tetapnya agar sesuai dengan nilai yang wajar.
Dimana revaluasi aset tetap ini bukan merupakan aktivitas rutin suatu perusahaan dan melibatkan
tenaga professional, akan lebih efektif dalam upaya meminimalkan beban pajak perusahaan. Adanya
Peraturan Nomor 191/PMK.010/2015 yang memberikan fasilitas perpajakan yaitu pengurangan tarif
PPh Final atas selisih revaluasi aset tetap dan Peraturan Nomor 169/PMK.010/2015 yang menentukan
besarnya perbandingan antara Hutang dan Modal Perusahaan untuk keperluan perhitungan Pajak
Penghasilan yaitu sebesar empat banding satu (4:1). Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Jumlah beban
pajak penghasilan yang terhutang perusahaan ketika tidak melakukan kebijakan revaluasi aset tetap
sebesar Rp 987.169.750. Ketika melakukan kebijakan revaluasi aset tetap sebesar Rp 270.970.750.
Dengan kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah beban pajak penghasilan yang terhutang
perusahaan lebih kecil ketika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap dibandingkan dengan ketika
tidak melakukan revaluasi aset tetap.
PENDAHULUAN
Keputusan bisnis sekarang ini sebagian besar dipengaruhi oleh pajak, yang dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara pemerintah dengan perusahaan.
Pemerintah membutuhkan dana yang besar untuk menyelenggarakan pembiayaan
pemerintah melalui menargetkan penerimaan pajak yang besar, sedangkan perusahaan
berusaha untuk membayar pajak yang seminim mungkin dengan menekan biaya yang tidak
diperlukan oleh perusahaan. Oleh sebab itu pemerintah mengagas 3 strategi untuk
meningkatkan penerimaan negara yaitu yang pertama tahun pembinaan wajib pajak dimana
wajib pajak diperbolehkan membetulkan SPT (Surat Pemberitahuan) dari tahun 2010-2014
Dampak Revaluasi Aset...Atikasari, Teti T.
2
dengan membayar pokok pembetulan tanpa denda, yang kedua menaikan PTKP
(Penghasilan Tidak Kena Pajak) dari Rp. 24.300.000 per tahun menjadi Rp. 36.000.000 per
tahun, dan yang ketiga adalah memberikan tarif khusus untuk melakukan revaluasi aset
tetap.
Perusahaan bisa memanfaatkan kebijakan pemerintah tersebut dengan melakukan
revaluasi aset tetap menggunakan tarif khusus yang diberikan oleh pemerintah. Karena Aset
tetap merupakan salah satu dari beberapa akun perusahaan yang memiliki nilai yang cukup
besar dan juga salah satu akun yang sangat penting bagi suatu entitas usaha. Nilai aset tetap
perusahaan akan mengalami peningkatan seiring dengan kondisi perekonomian di
Indonesia. Perbedaan nilai buku dengan nilai riil aset perusahaan dapat mengakibatkan
kurang serasinya perbandingan antara penghasilan dengan beban, dan nilai buku dengan
nilai instrinsik perusahaan. Untuk mengurangi perbedaan tersebut, kepada Wajib Pajak
perlu diberikan kesempatan untuk melakukan penilaian kembali aset tetap (Mardiasmo,
2011: 165).
Revaluasi Aset Tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai
aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab
lain. Sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan tidak lagi mencerminkan
nilai yang wajar. Melalui revaluasi ini suatu nilai aset tetap akan bertambah besar yang akan
menyebabkan beban penyusutan pada tahun-tahun yang akan datang menjadi lebih besar
yang secara langsung akan mengurangi laba perusahaan. Menurunnya laba perusahaan
akan meminimalkan pajak terutang yang dibayarkan oleh perusahaan. Oleh sebab itu
perusahaan ikut memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah, yaitu pemotongan
tarif PPh Final atas selisih nilai aset tetap apabila Wajib Pajak melakukan permohonan
penilaian kembali aset tetap yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016. Peraturan
tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
191/PMK.010/2015 yang meringankan beban Wajib Pajak apabila melakukan revaluasi aset
di tahun 2015 dan tahun 2016.
Revaluasi aset ini memiliki manfaat yaitu menunjukkan laporan posisi keuangan
perusahaan yang wajar sehingga laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang lebih
akurat (Waluyo, 2010). Ditambah lagi dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 169/PMK.010/2015 tentang penentuan besarnya perbandingan antara
Hutang dan Modal Perusahaan atau Debt to Equity Ratio (DER) untuk keperluan perhitungan
Pajak Penghasilan yaitu sebesar empat banding satu (4:1) yang terbit pada 9 September 2015
menegaskan bahwa biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang PPh
hanya empat kali dari jumlah modal, sehingga apabila Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan
melebihi yang diaturkan pemerintah, maka biaya pinjaman yang di koreksi fiskal sebesar
selisih Debt to Equity Ratio (DER) dikali biaya pinjaman.
Rumusan masalah penelitian ini adalah dampak apa saja yang diperoleh PT. Damai
Sejahtera Abadi yang melakukan revaluasi aset tetap terhadap perhitungan pajak
penghasilan yang terhutang? Penelitian ini dilakukan untuk dapat menjelaskan dampak apa
saja yang diperoleh perusahaan yang melakukan revaluasi aset tetap dengan memanfaatkan
fasilitas dari pemerintah terhadap pajak penghasilan yang tehutang pada PT. Damai
Sejahtera Abadi. Revaluasi dapat dikatakan berhasil untuk menghemat pajak jika
pengurangan pajak yang ditimbulkan oleh revaluasi aset tetap lebih besar dari beban yang
harus dikeluarkan perusahaan dalam rangka melakukan revaluasi aset tetap.
TINJAUAN TEORETIS
Definisi Aset Tetap
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68), aset tetap adalah aset berwujud
yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 8, Agustus 2017 ISSN : 2460-0585
3
disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan akan digunakan
lebih dari satu periode. Sedangkan menurut pajak, sesuai dengan Pasal 11 UU PPh Nomor
36 Tahun 2008, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau
berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun.
Untuk memilih metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset diperlukan
pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi umur
manfaat atau tarif penyusutan memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan
dalam mengkaji kebijakan yang dipilih manajemen dan dapat pula menjadi perbandingan
bagi perusahaan lain. Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasi, hal berikut perlu
diungkapkan: a) Tanggal efektif revaluasi. b) Apakah penilai independen dilibatkan. c)
Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset. d)
Penjelasan mengenai nilai wajar aset tetap yang ditentukan secara langsung dengan
mengacu pada harga yang didapat dari hasil penelitian dalam pasar aktif atau transaksi
pasar terbaru yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lain. e) Untuk
setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat dengan
model biaya. f) Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan
pembatasan-pembatasan distribusi kepada pemegang saham.
Tabel 1
Perbedaan PMK 191 Tahun 2016 dan PMK 79 Tahun 2008
Model Penelitian
Pajak Terhutang
Wajib Pajak Badan
METODA PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode deskriptif adalah metode yang sering digunakan dalam ilmu sosial yang
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi pada kondisi sekarang.
dengan kebijakan perusahaan atas revaluasi aset tetap, daftar penyusutan aset tetap sebelum
dan Setelah direvaluasi yang didapat dari laporan keuangan perusahaan. Cara ini dilakukan
melalui Metode Observasi, Wawancara, Dokumentasi.
Satuan Kajian
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 (IAI, 2011), aset
tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Revaluasi aset tetap adalah kegiatan penghitungan kembali nilai sebuah aset sesuai
harga pasar yang berlaku pada saat penilaian dilakukan sehingga akan diperoleh nilai aset
yang relevan.
Menurut Suandy (2006:7) manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi
kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat
ditekanserendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk
meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan sarana dan
peraturan yang ada, dalam hal ini aset tetap dinilai kembali dengan harapan nilai aset
meningkat sehingga biaya penyusutan dari aset tersebut juga mengalami peningkatan yang
menyebabkan laba sebagai dasar penghitungan kewajiban perpajakan menjadi menurun.
Diajukan Pada Tahun 2015 Dan Tahun 2016. Tata cara pelaksanaan akan disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku, sehingga penelitian ini akan membandingkan Laporan Laba Rugi
jika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap dan jika tidak melakukan revaluasi aset
tetap.
public, dan laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aset tetap.
Semua persyaratan-persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh PT Damai Sejahtera Abadi,
sehingga permohonan revaluasi aset tetap telah disetujui oleh Kantor Wilayah Direktur
Jenderal Pajak Jawa Timur I. Berdasarkan keputusan Dirjen Pajak tersebut perusahaan di
bulan Januari 2016 bisa membukukan dengan nilai aset baru yaitu aset yang telah di
revaluasi dan bisa langsung disusutkan aset tersebut.
Beban Penyusutan
Penerapan revaluasi aset tetap akan berdampak langsung pada bertambahnya nilai
aset tersebut. Adanya perubahan pada nilai aset akibat revaluasi tentu saja akan berdampak
pada bertambahnya nilai beban penyusutan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka laba fiskal
yang dimiliki PT Damai Sejahtera Abadi juga secara otomatis akan mengalami perubahan
bila melakukan revaluasi atas aset tetap. Perubahan yang terjadi pada laba fiskal perusahaan
juga akan berdampak pada perubahan beban pajak penghasilan yang harus dibayarkan
perusahaan karena beban pajak penghasilan perusahaan dihitung berdasarkan laba fiskal.
Apabila laba fiskal menjadi lebih kecil karena bertambahnya nilai penyusutan, maka besaran
nilai pajak penghasilan yang terhutang juga akan menjadi lebih kecil.
Tabel 2
Daftar Penyusutan Aset Tetap Perusahaan (Sebelum Revaluasi)
Nama Aset Harga Perolehan Beban Penyusutan Nilai Buku
2015 2015
Tanah 1.656.018.000 - 1.656.018.000
Tanah 1.729.406.250 - 1.729.406.250
Bangunan 1.863.636.364 93.181.818 1.677.272.728
Dari data penyusutan tersebut dapat diketahui adanya perbedaan nilai penyusutan
dari aset tetap. Pada saat perusahaan tidak melakukan revaluasi total beban penyusutan
adalah Rp 93.181.818, sedangkan jika perusahaan melakukan revaluasi, maka total
beban penyustannya sebesar Rp 260.697.500. Pada saat perusahaan melakukan revaluasi,
beban penyusutan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan tidak melakukan revaluasi.
Hal tersebut bisa terjadi karena adanya peningkatan nilai aset setelah penerapan revaluasi
dan masa manfaat aset kembali seperti awal.
Tabel 3
Daftar Penyusutan Aset Tetap Perusahaan (Setelah Revaluasi)
Nama Aset Harga Perolehan Beban Penyusutan Nilai Buku
2016 2016
Tanah 10.370.216.259 - 10.370.216.259
Tanah 10.829.783.741 - 10.829.783.741
Bangunan 5.213.950.000 260.697.500 4.953.252.500
Biaya Usaha
Pada laporan laba rugi perusahaan untuk tahun yang berakhir 30 Juni 2016
ketika tidak melakukan revaluasi terhadap tanah dan bangunan, maka dapat diketahui
jumlah beban pajak penghasilan PT Damai Sejahtera Abadi untuk pertengahan tahun 2016
adalah sebesar Rp 987.169.750. Hasil tersebut dapat diperoleh dari beban pajak sesuai
dengan tarif yang berlaku 25% dari total laba perusahaan sebelum pajak, dan apabila PT
Damai Sejahtera Abadi menerapkan kebijakan revaluasi terhadap aset tetap yang dimiliki
maka besarnya pajak yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp 270.970.750.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa pada saat perusahaan
tidak melakukan revaluasi, jumlah beban pajak perusahaan lebih besar daripada jika
perusahaan melakukan revaluasi. Terdapat selisih yang cukup besar antara pajak
penghasilan yang terhutang perusahaan, sebelum dan Setelah revaluasi yaitu sebesar Rp
716.199.000. Besarnya selisih kewajiban pajak atas pajak penghasilan badan pada PT Damai
Sejahtera Abadi ketika perusahaan melakukan revaluasi belum bisa dijadikan sebagai
ukuran untuk ditarik suatu kesimpulan bahwa revaluasi aset tetap yang dilakukan PT
Damai Sejahtera Abadi berhasil meminimalkan beban pajak penghasilan yang harus
dibayarkan.
Kebijakan revaluasi aset tetap yang dilakukan PT Damai Sejahtera Abadi tidak
hanya membuat kewajiban pajak menjadi lebih kecil saja namun masih ada pajak final yang
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 8, Agustus 2017 ISSN : 2460-0585
11
harus dibayarkan perusahaan dari adanya selisih akibat revaluasi aset tetap yang dilakukan
oleh PT Damai Sejahtera Abadi. Berdasarkan ketentuan perpajakan, telah diatur bahwa
setiap selisih lebih akibat revaluasi aset tetap dikenakan pajak final sebesar 3%. Sesuai
kebijakan revaluasi yang dilakukan oleh PT Damai Sejahtera Abadi terhadap aset tetapnya,
maka dapat diketahui pajak final yang harus dibayarkan adalah sebagai berikut:
Selisih lebih akibat revaluasi Rp 21.351.253.022
Pajak final 3% Rp 640.537.591
Dari perhitungan yang ada di atas maka dapat diketahui jumlah pajak yang harus
dibayarkan perusahaan karena melakukan revaluasi. Berikut ini merupakan tabel
perbandingan jumlah besarnya beban pajak yang ditanggung perusahaan tanpa revaluasi
dan melakukan revaluasi.
Tabel 5
Perbandingan besarnya Pajak Terutang Tanpa Revaluasi atau Dengan Revaluasi
Jenis Pajak Tanpa Revaluasi Dengan Revaluasi
Beban pajak Rp 987.169.750 Rp 270.970.750
Pajak final selisih revaluasi - Rp 640.537.591
Total Pajak Rp 987.169.750 Rp 911.508.341
Sumber : Laporan PT. Damai Sejahtera Abadi
penyusutannya sehingga tidak bisa sebagai pengurang laba perusahaan yang berdampak
pada beban pajak yang harus dibayar perusahaan. Kenaikan nilai buku aset juga terjadi pada
aset bangunan mengalami peningkatan dari Rp 1.677.272.728 menjadi Rp 4.953.252.500.
PT. Damai Sejahtera Abadi melakukan revaluasi aset tetap karena ada peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor-169/PMK.010/2015 tentang perbandingan
antara hutang dan modal sebesar empat berbanding satu (4 : 1). Jika DER melampaui DER
maksimal, maka biaya pinjaman yang tidak boleh dibebankan sebesar selisih DER dikali
biaya pinjaman Berikut tabel perbandingan Debt to Equity Ratio (DER).
Tabel 7
Perbandingan Debt to Equity Ratio (DER)
Sebelum dan Setelah Revaluasi
Nama Akun Sebelum Revaluasi Setelah Revaluasi
Ratio DER 10 2
Sumber : Laporan PT. Damai Sejahtera Abadi
Dari perhitungan diatas, jika perusahaan tidak melakukan revaluasi aset tetap
maka beban bunga pinjaman bisa dikoreksi fiskal karena tidak sesuai dengan peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor-169/PMK.010/2015 yang mebatasi
perbandingan hutang dengan ekuitas maksimal sebesar empat banding satu (4:1). Beban
bunga pinjaman perusahaan adalah Rp 5.123.766.058, yang boleh diakui oleh perusahaan
adalah sebesar Rp 2.136.827.209 diperoleh dari 4/10 x Rp 5.123.766.058, sisanya yaitu sebesar
Rp 2.986.938.849 akan dikoreksi fiskal tidak boleh diakui sebagai beban. Perusahaan yang
melakukan revaluasi boleh mengakui beban bunga pinjaman seutuhnya karena telah sesuai
demgan peraturan pemerintah yaitu 2:1.
Seperti yang dapat diketahui oleh kita semua, bahwa revaluasi suatu aset
tetap mempunyai dampak pada laba yang dihasilkan perusahaan yang kemudian
akan mempengaruhi beban pajak terutang yang harus dibayarkan. Meningkatnya nilai buku
suatu aset tetap disebabkan akan berpengaruh pada meningkatnya nilai beban penyusutan.
Tanah merupakan jenis aset tetap yang tidak dapat disusutkan, sehingga revaluasi yang
dilakukan pada aset tanah tidak akan memberikan kontribusi pada penghematan pajak bagi
perusahaan karena tidak menghasilkan beban penyusutan. Padahal aset tetap perusahaan
berupa tanah memiliki nilai revaluasi cukup besar dan tentu akan menghasilkan pajak final
atas selisih lebih revaluasinya. Aset tetap perusahaan seperti bangunan merupakan aset
tetap yang disusutkan, sehingga hail revaluasi terhadap bangunan mampu memberikan
kontribusi penghematan pajak melalui peningkatan beban penyusutan akibat dari
bertambahnya nilai buku dari aset tetap tersebut. Walaupun penambahan beban penyusutan
yang ada tidak banyak memberikan pengaruh terhadap beban pajak penghasilan yang
terhutang oleh perusahaan. Besarnya pajak yang dibayarkan perusahaan ketika melakukan
revaluasi adalah Rp 911.508.341. Hasil tersebut dapat diperoleh melalui penjumlahan beban
pajak bersih sebesar Rp 270.970.750 dan pajak final sebesar Rp 640.537.591, sedangkan
apabila perusahaan tidak melakukan revaluasi jumlah pajak yang harus dibayar sebesar Rp
987.169.750. Dengan kondisi tersebut perusahaan bisa menghemat beban pajak penghasilan
yang terhutang sebesar Rp 75.661.409. Perusahaan juga masih bisa merasakan manfaat dari
revaluasi ditahun-tahun mendatang untuk beban penyusutan yang baru setelah revaluasi
aset dan beban bunga pinjaman yang tidak dikoreksi fiskal karena telah sesuai dengan
peraturan yaitu empat banding satu (4:1).
Dampak Revaluasi Aset...Atikasari, Teti T.
14
Saran
Adapun saran penelitian ini adalah kepada perusahaan yang ingin melakukan
revaluasi aktiva maka sebaiknya segera mengajukan permohonan revaluasi aktiva tetap,agar
tidak terkena dampak dari perbedaan tarif yang semakin lama semakin tinggi mulai dari 3%
untuk pengajuan revaluasi sampai 31 Desember 2015 , 4% untuk pengajuan mulai dari 1
Januari 2016 sampai dengan 30 Juni 2016, dan 6% untuk pengajuan mulai datri 1 Juli 2016
sampai dengan 31 Desember 2016, maka sebaiknya perusahaan melakukan penilaian lebih
tinggi terlebih dahulu terhadap aktiva yang akan dilakukan penilaian kembali, agar pada
saat pengajuan ke jasa penilai publik apabila jasa penilai publik menaksir lebih tinggi maka
pajak yang terhutang tidak terlalu besar sehingga tetap dapat menyeimbangkan cash flow
perusahaan.
Pihak perusahaan sebaiknya tidak melakukan revaluasi pada aset tanah. Hal ini
disebabkan oleh tingginya nilai aset tanah pada saat revaluasi dan sifat aset tanah yang tidak
dapat disusutkan, sehingga membebabani pada saat pengenaan pajak final atas surplus
revaluasi.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 8, Agustus 2017 ISSN : 2460-0585
15
DAFTAR PUSTAKA
Agoes S. dan E. Trisnawati. 2013. Akuntansi Perpajakan. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.
Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Hutagaol, J. 2007. Perpajakan: Isu-isu Kontemporer. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2010. Pajak Penghasilan. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 46 (revisi 2010). DSAK-IAI. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2011. Aset Tetap. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 16 (revisi 2011). DSAK-IAI. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2016. Buletin Teknis Revaluasi Aset Tetap. DSAK-IAI. Jakarta.
Ilyas W. B. dan D. Priantara. 2015. Akuntansi Perpajakan. Mitra Wacana Media. Bogor.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Andi. Yogyakarta.
Maria, E. 2010. Penerapan PSAK 16 (Revisi 2007) Dan PMK No. 79 Tahun 2008 Tentang Aset
Tetap Pada Perusahaan Di Indonesia.
http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/81/ART_EviMariaPenerapan
PSAK_Fulltext.pdf?sequence=3. 05 Februari 2017 (18.05).
Mulyono D. dan B. Wicaksono. 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan. Andi. Yogyakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2008 Tentang Penggunaan Nilai Buku Atas
Pengalihan Harta Dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha.
13 Maret 2008. Menteri Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 191/PMK.010/2015 Tentang
Penilaian Kembali Aset Tetap untuk Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan Yang Diajukan
Pada Tahun 2015 Dan Tahun 2016. 20 Oktober 2015. Menteri Keuangan Republik
Indonesia. Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 169/PMK.010/2015 Tentang
Penentuan Besarnya Perbandingan Antara Utang dan Modal Perusahaan untuk
Keperluan Perhitungan Pajak Penghasilan, 08 September 2015. Menteri Keuangan
Republik Indonesia. Jakarta.
Suandy, E. 2006. Perencanaan Pajak. Salemba Empat. Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Pajak Penghasilan. 2008.
Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.