Dampak Revaluasi Aset Tetap Terhadap Pajak Penghasilan Yang Terhutang

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi

Volume 6, Nomor 8, Agustus 2017 ISSN : 2460-0585

DAMPAK REVALUASI ASET TETAP TERHADAP PAJAK PENGHASILAN


YANG TERHUTANG

Teti Tri Atikasari


tetitriatikasari@yahoo.co.id
Nur Handayani
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia(STIESIA) Surabaya

ABSTRACT
Fixed assets is one of some company accounts which have large value. The current value of assets will not be the
same with recorded on the financial position report. This factor encourage companies to conduct revaluation on
their fixed assets to make it conform with the fair value. The revaluation of fixed assets is not the routin activity
and involves professional to make it more effective in minimizing the burden of corporate tax. The Regulation
No. 191/PMK.010/2015 i.e. Final tariff reduction income tax on the difference of fixed assets revaluation and
the Regulation No. 169/PMK.010/2015 which determine the magnitude of the comparison between account
receivable and capital expenditure for the calculation of Income Tax as many as four appeal one (4:1). The
research method has been done by using descriptive method and qualitative approach. The amount of burden of
payable corporate income tax when it does not run the assets revaluation is Rp. 987,169,750. When conducts
assets revaluation is Rp 270,970,750. It has been found that with this condition the amount of the burden of the
payable corporate income tax is smaller when the company conducts fixed assets revaluation than the company
does not conduct fixed assets revaluation.

Keywords:Fixed assets revaluation, Minister of Finance Regulation No.191/PMK.010/2015, Minister of Finance


Regulation No.169/PMK.010/2015

ABSTRAK
Aset tetap merupakan salah satu dari beberapa akun perusahaan yang memiliki nilai yang cukup
besar. Nilai sekarang suatu aset tetap yang diperoleh beberapa tahun lalu tidak sama dengan harga
perolehan aset tersebut yang tercatat pada laporan posisi keuangan. Faktor ini mendorong
perusahaan untuk melakukan revaluasi pada aset tetapnya agar sesuai dengan nilai yang wajar.
Dimana revaluasi aset tetap ini bukan merupakan aktivitas rutin suatu perusahaan dan melibatkan
tenaga professional, akan lebih efektif dalam upaya meminimalkan beban pajak perusahaan. Adanya
Peraturan Nomor 191/PMK.010/2015 yang memberikan fasilitas perpajakan yaitu pengurangan tarif
PPh Final atas selisih revaluasi aset tetap dan Peraturan Nomor 169/PMK.010/2015 yang menentukan
besarnya perbandingan antara Hutang dan Modal Perusahaan untuk keperluan perhitungan Pajak
Penghasilan yaitu sebesar empat banding satu (4:1). Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Jumlah beban
pajak penghasilan yang terhutang perusahaan ketika tidak melakukan kebijakan revaluasi aset tetap
sebesar Rp 987.169.750. Ketika melakukan kebijakan revaluasi aset tetap sebesar Rp 270.970.750.
Dengan kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah beban pajak penghasilan yang terhutang
perusahaan lebih kecil ketika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap dibandingkan dengan ketika
tidak melakukan revaluasi aset tetap.

Kata Kunci : Revaluasi Aset Tetap, PMK 191/PMK.010/2015, PMK 169/PMK.010/2015

PENDAHULUAN
Keputusan bisnis sekarang ini sebagian besar dipengaruhi oleh pajak, yang dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara pemerintah dengan perusahaan.
Pemerintah membutuhkan dana yang besar untuk menyelenggarakan pembiayaan
pemerintah melalui menargetkan penerimaan pajak yang besar, sedangkan perusahaan
berusaha untuk membayar pajak yang seminim mungkin dengan menekan biaya yang tidak
diperlukan oleh perusahaan. Oleh sebab itu pemerintah mengagas 3 strategi untuk
meningkatkan penerimaan negara yaitu yang pertama tahun pembinaan wajib pajak dimana
wajib pajak diperbolehkan membetulkan SPT (Surat Pemberitahuan) dari tahun 2010-2014
Dampak Revaluasi Aset...Atikasari, Teti T.
2

dengan membayar pokok pembetulan tanpa denda, yang kedua menaikan PTKP
(Penghasilan Tidak Kena Pajak) dari Rp. 24.300.000 per tahun menjadi Rp. 36.000.000 per
tahun, dan yang ketiga adalah memberikan tarif khusus untuk melakukan revaluasi aset
tetap.
Perusahaan bisa memanfaatkan kebijakan pemerintah tersebut dengan melakukan
revaluasi aset tetap menggunakan tarif khusus yang diberikan oleh pemerintah. Karena Aset
tetap merupakan salah satu dari beberapa akun perusahaan yang memiliki nilai yang cukup
besar dan juga salah satu akun yang sangat penting bagi suatu entitas usaha. Nilai aset tetap
perusahaan akan mengalami peningkatan seiring dengan kondisi perekonomian di
Indonesia. Perbedaan nilai buku dengan nilai riil aset perusahaan dapat mengakibatkan
kurang serasinya perbandingan antara penghasilan dengan beban, dan nilai buku dengan
nilai instrinsik perusahaan. Untuk mengurangi perbedaan tersebut, kepada Wajib Pajak
perlu diberikan kesempatan untuk melakukan penilaian kembali aset tetap (Mardiasmo,
2011: 165).
Revaluasi Aset Tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai
aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab
lain. Sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan tidak lagi mencerminkan
nilai yang wajar. Melalui revaluasi ini suatu nilai aset tetap akan bertambah besar yang akan
menyebabkan beban penyusutan pada tahun-tahun yang akan datang menjadi lebih besar
yang secara langsung akan mengurangi laba perusahaan. Menurunnya laba perusahaan
akan meminimalkan pajak terutang yang dibayarkan oleh perusahaan. Oleh sebab itu
perusahaan ikut memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah, yaitu pemotongan
tarif PPh Final atas selisih nilai aset tetap apabila Wajib Pajak melakukan permohonan
penilaian kembali aset tetap yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016. Peraturan
tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
191/PMK.010/2015 yang meringankan beban Wajib Pajak apabila melakukan revaluasi aset
di tahun 2015 dan tahun 2016.
Revaluasi aset ini memiliki manfaat yaitu menunjukkan laporan posisi keuangan
perusahaan yang wajar sehingga laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang lebih
akurat (Waluyo, 2010). Ditambah lagi dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 169/PMK.010/2015 tentang penentuan besarnya perbandingan antara
Hutang dan Modal Perusahaan atau Debt to Equity Ratio (DER) untuk keperluan perhitungan
Pajak Penghasilan yaitu sebesar empat banding satu (4:1) yang terbit pada 9 September 2015
menegaskan bahwa biaya pinjaman yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang PPh
hanya empat kali dari jumlah modal, sehingga apabila Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan
melebihi yang diaturkan pemerintah, maka biaya pinjaman yang di koreksi fiskal sebesar
selisih Debt to Equity Ratio (DER) dikali biaya pinjaman.
Rumusan masalah penelitian ini adalah dampak apa saja yang diperoleh PT. Damai
Sejahtera Abadi yang melakukan revaluasi aset tetap terhadap perhitungan pajak
penghasilan yang terhutang? Penelitian ini dilakukan untuk dapat menjelaskan dampak apa
saja yang diperoleh perusahaan yang melakukan revaluasi aset tetap dengan memanfaatkan
fasilitas dari pemerintah terhadap pajak penghasilan yang tehutang pada PT. Damai
Sejahtera Abadi. Revaluasi dapat dikatakan berhasil untuk menghemat pajak jika
pengurangan pajak yang ditimbulkan oleh revaluasi aset tetap lebih besar dari beban yang
harus dikeluarkan perusahaan dalam rangka melakukan revaluasi aset tetap.

TINJAUAN TEORETIS
Definisi Aset Tetap
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68), aset tetap adalah aset berwujud
yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 8, Agustus 2017 ISSN : 2460-0585
3

disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan akan digunakan
lebih dari satu periode. Sedangkan menurut pajak, sesuai dengan Pasal 11 UU PPh Nomor
36 Tahun 2008, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau
berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun.

Perolehan Aset Tetap


Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat
sejumlah harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat perolehan. Biaya-
biaya tersebut seperti baiya pengiriman, biaya bongkar muat, biaya pemasangan, biaya
profesional, bea masuk, pajak masukan yang tidak boleh dikreditkan, dan lain-lain
ditambahkan ke dalam harga perolehan.

Penyusutan Aset Tetap


Pengertian penyusutan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yaitu alokasi
sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.(IAI,
2011:16.3).
Terdapat beberapa metode untuk menghitung aset tetap. Metode penyusutan yang
digunakan akan disesuaikan dengan karakteristik manfaat ekonomik masa depan aset oleh
perusahaan. Berikut ini beberapa metode yang dapat digunakan dalam penyusutan aset
tetap, diantaranya : 1) Metode garis lurus (straight line method) menghasilkan pembebanan
yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah. 2) Metode saldo
menurun (deminishing balance method) menghasilkan pembebanan yang menurun selama
umur manfaat aset. 3) Metode jumlah unit produksi (sum of the unit of production method)
menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang diharapkan
dari suatu aset. Suatu entitas harus memilih metode penyusutan yang mencerminkan
ekspektasi dalam pola penggunaan manfaat ekonomi masa depan aset.
Berdasarkan UU PPh 36 Tahun 2008, pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun harus dibebankan sebagai pengeluaran
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan mengalokasikan
pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan. Penggunaan
metode penyusutan harus dilakukan secara taat asas. Metode penyusutan yang
diperbolehkan dalam ketentuan perpajakan adalah sebagai berikut: a) Metode garis lurus
(straight line method) untuk kelompok bangunan dan bukan bangunan. b) Metode saldo
menurun (decliningbalance method) untuk kelompok bukan bangunan saja, dan pada akhir
masa manfaat disusutkan sekaligus (closed ended).

Pengungkapan Aset Tetap dalam Laporan Keuangan


Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 (IAI, 2011:16.22)
menyatakan bahwa laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap:
1)Dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto. 2) Metode
penyusutan yang digunakan. 3) Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan. 4)
Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode. 5)
Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan,
pelepasan, perolehan melalui kombinasi bisnis, peningkatan atau penurunan akibat dari
revaluasi, rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi, pembalikan rugi penurunan
nilai dalam laba rugi, penyusutan, selisih kurs neto yang timbul dalam penjabaran laporan
keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda termasuk
penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas
pelapor, dan perubahan lainnya.
Dampak Revaluasi Aset...Atikasari, Teti T.
4

Untuk memilih metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset diperlukan
pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi umur
manfaat atau tarif penyusutan memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan
dalam mengkaji kebijakan yang dipilih manajemen dan dapat pula menjadi perbandingan
bagi perusahaan lain. Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasi, hal berikut perlu
diungkapkan: a) Tanggal efektif revaluasi. b) Apakah penilai independen dilibatkan. c)
Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset. d)
Penjelasan mengenai nilai wajar aset tetap yang ditentukan secara langsung dengan
mengacu pada harga yang didapat dari hasil penelitian dalam pasar aktif atau transaksi
pasar terbaru yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lain. e) Untuk
setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat dengan
model biaya. f) Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan
pembatasan-pembatasan distribusi kepada pemegang saham.

Revaluasi Aset Tetap


Revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset
tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain.
Hal ini mengakibatkan nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak mencerminkan nilai
yang wajar. Tujuan revaluasi adalah agar nilai yang tercantum didalam buku perusahaan
atau laporan keuangan perusahaan sesuai dengan nilai wajar yang berlaku pada saat
dilakukannya revaluasi. Revaluasi aset tetap dapat digunakan sebagai sarana bagi
pemerintah atau Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan negara yang
berasal dari Pajak Penghasilan Badan, sedangkan bagi wajib pajak sendiri penilaian kembali
aset dapat dijadikan sebagai sarana untuk melakukan perencanaan perpajakannya dengan
tujuan untuk menghemat pembayaran pajak penghasilan badan.
Penilaian kembali aset tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar
atau nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aset tetap yang
ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari
Pemerintah (Mardiasmo, 2011: 166).
Selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula setelah
dikompensasikan terlebih dahulu dengan sisa kerugian fiskal tahun tahun sebelumnya
berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (2) UU No.36 Tahun 2008 yang berlaku, dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final sebesar 10% (sepuluh persen), namun ada tarif khusus di
PMK RI No. 191/PMK.010/2015. Sejak bulan dilakukannya revaluasi, dasar penyusutan
fiskal aset tetap perusahaan yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali mulai
bulan dilakukannya penilaian kembali adalah nilai sisa buku fiskal yang baru. Terhadap
penyusutan fiskal aset tetap perusahaan yang tidak memperoleh persetujuan penilaian
kembali menggunakan dasar penyusutan fiskal dan sisa manfaat fiskal semula sebelum
dilakukannya penilaian kembali (Waluyo, 2010).
Penilaian aset tetap memberikan keuntungan dan kerugian bagi perusahaan.
Beberapa keuntungannya adalah sebagai berikut: 1) Neraca akan menunjukkan posisi
kekayaan yang wajar sehingga pemakai laporan keuangan dapat memperoleh informasi
yang lebih akurat dan tepat. 2) Selisih lebih penilaian kembali juga akan meningkatkan
struktur modal sendiri, yang artinya perbandingan antara pinjaman (debt) dengan modal
sendiri (equity) atau Debt to Equity Ratio (DER) membaik. 3) Dengan membaiknya Debt to
Equity Ratio (DER), perusahaan dapat menarik dana melalui pinjaman dari pihak ketiga
maupun emisi saham. 4) Naiknya beban penyusutan aset tetap yang dibebankan dalam laba
rugi, sehingga laba akan turun, yang mengakibatkan turunnya biaya pajak terhutang.
Kekurangan dari revaluasi aset tetap adalah dari sisi perpajakan, selisih lebih yang
diakibatkan dari revaluasi aset tetap merupakan objek pajak yang dikenai pajak final.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 8, Agustus 2017 ISSN : 2460-0585
5

Dengan adanya berbagai kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan oleh


revaluasi, pihak manajemen perusahaan harus mempertimbangkan secara baik-baik manfaat
dan kerugian yang akan dialami perusahaan di masa sekarang dan masa depan apabila
memutuskan untuk melakukan revaluasi aset tetap (Hutagaol, 2007).

Perbedaan Revaluasi Aset Tetap Menurut Perpajakan dan Komersial


Perlakuan revaluasi aset tetap menurut perpajakan dan komersial pasti tetap
mengandung beberapa perbedaan yang substansial. Di satu sisi PMK RI No
191/PMK.010/2015 mengakomodasi target penerimaan pajak tahun 2015 dan untuk lebih
mendorong roda perekonomian nasional secara masif, sedangkan di sisi lain PSAK 16
memberikan pilihan measurement model after recognition (pengukuran setelah pengakuan),
dimana salah satunya adalah model revaluasi dengan latar belakang untuk memberikan
informasi pelaporan keuangan yang lebih relevan dan useful bagi decision-making.

Perbedaan PMK RI Nomor 191/PMK.010/2015 dan PMK RI 79/PMK.03/2008


Kali ini Direktorat Jenderal Pajak memberikan fasilitas di bidang perpajakan, yaitu
pengurangan tarif PPh Pasal 19 untuk Wajib Pajak. Insentif pajak ini tertuang dalam
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 191/PMK.010/2015 Tentang
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Untuk Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan Yang Diajukan
Pada Tahun 2015 dan Tahun 2016. Dapat dipahami bahwa PMK RI Nomor
191/PMK.010/2015 merupakan peraturan khusus yang mengatur mengenai Revaluasi
Aktiva Tetap, maka PMK RI Nomor 191/PMK.010/2015 tidak mencabut atau mengubah
PMK RI Nomor 79/PMK.03/2008, yang berarti bahwa setelah tahun 2016 ketentuan tentang
PPh atas Revaluasi Aktiva Tetap kembali lagi merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan
No. 79/PMK.03/2008 dengan tarif yang dikenakan yaitu 10%.

Tabel 1
Perbedaan PMK 191 Tahun 2016 dan PMK 79 Tahun 2008

Point Aspek PMK 191/PMK.010/2015 PMK 79/PMK.03/2008


1 Tarif 3%, 4%, 6% 10%
2 Dasar Pengenaan Selisih nilai lebih aktiva tetap hasil Selisih lebih nilai aktiva tetap
Pajak penilaian kembali di atas nilai nilai hasil penilaian kembali di atas
sisa buku fiskal semula nilai sisa buku fiskal semula
3 Penilaian aktiva Sebagian atau seluruh aktiva tetapSeluruh aktiva tetap berwujud
tetap berwujud
4 Saat Penyusutan 1. 1 Januari 2016, bagi Wajib PajakBulan dilakukannya penilaian
yang melakukan penilaian kembalikembali
aktiva tetap pada tahun 2015
2. Bulan dilakukannya penilaian
kembali, bagi wajib pajak yang
melakukan penilaian kembali
aktiva tetap pada tahun 2016 dan
2017
5 Jangka Waktu 1. Pengajuan permohonan tahun 2015 Pengajuan permohonan
Penilaian KJPP/Ahli menggunakan laporan KJPP/ahli penilaian kembali
Penilai Dengan penilai tahun 2015 menggunakan laporan
Pengajuan 2. Pengajuan permohonan tahun 2016 KJPP/ahli penilai paling
Permohonan menggunakan laporan KJPP/ahli lama 1 tahun
Penilaian Kembali penilai tahun 2016 sebelumnya
6 Pelunasan Pajak Sebelum mengajukan permohonan 15 hari setelah dikeluarkan
Terutang keputusan persetujuan
7 Angsuran Tidak dapat diangsur Paling lama 12 bulan
Sumber : PMK No. 191/PMK.010/2015 dan PMK No 79/PMK.03/2008
Dampak Revaluasi Aset...Atikasari, Teti T.
6

Pemahaman mengenai PMK No. 191/PMK.010/2015


Beberapa perlakuan khusus atau failitas diberikan melalui PMK RI No.
191/PMK.010/2015 ini yang tidak ada dalam peraturan sebelumnya yaitu pertama, tarif
Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final diberikan pemotongan, sehingga besarnya tarif
menjadi : 3% (tiga persen) , untuk permohonan yang diajukan sejak 15 Oktober 2015 sampai
dengan tanggal 31 Desember 2015 ; 4% (empat persen), untuk permohonan yang diajukan
sejak 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 30 Juni 2016 ; 6% (enam persen) , untuk
permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016 sampai dengan tanggal 31 Desember 2016.
Pemotongan tarif PPh Final tersebut hanya sampai 31 Desember 2016, dengan kata lain
mulai 1 Januari 2017, tarif PPh Final atas revaluasi aset tetap kembali ke tarif semula yaitu
10%. Kedua, penilaian kembali aset tetap dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh
aset tetap berwujud yang berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak. Pada
peraturan sebelumnya mensyaratkan penilaian kembali harus dilakukan terhadap
keseluruhan aset.

Pemahaman mengenai PMK No. 169/PMK.010/2015


Dalam PMK-169/PMK.010/2015 ini menentukan besarnya perbandingan antara
hutang dan modal sebesar empat berbanding satu (4 : 1). Ketentuan mengenai besarnya
perbandingan antara utang dan modal ini berlaku pada Tahun Pajak 2016. Akibatnya Wajib
Pajak akan terdorong mengikuti penilaian kembali aktiva tetap, agar biaya pinjaman yang
telah diperhitungkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak tidak dikoreksi fiscal,
karena jika DER melampaui DER maksimal, maka biaya pinjaman yang tidak boleh
dibebankan sebesar selisih DER dikali biaya pinjaman.

Model Penelitian
Pajak Terhutang
Wajib Pajak Badan

Keuntungan atau Kerugian atas


Revaluasi
Aset Tetap Revaluasi Aset Tetap
Laporan Posisi
Keuangan dengan
Harga Wajar

Gambar 1 Model Penelitian

METODA PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode deskriptif adalah metode yang sering digunakan dalam ilmu sosial yang
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi pada kondisi sekarang.

Gambaran Dari Populasi (Objek) Penelitian


Gambaran dari popuasi (objek) penelitian dalam penelitian ini adalah PT. Damai
Sejahtera Abadi, yang berlokasi di Jalan Kertajaya Nomor 149 Surabaya, Kelurahan
Airlangga, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.

Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, pengumpulan data diperoleh dari literatur dan data
internal perusahaan. Sumber data yang diperoleh meliputi data kuantitatif yang berkaitan
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 8, Agustus 2017 ISSN : 2460-0585
7

dengan kebijakan perusahaan atas revaluasi aset tetap, daftar penyusutan aset tetap sebelum
dan Setelah direvaluasi yang didapat dari laporan keuangan perusahaan. Cara ini dilakukan
melalui Metode Observasi, Wawancara, Dokumentasi.

Satuan Kajian
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 16 (IAI, 2011), aset
tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Revaluasi aset tetap adalah kegiatan penghitungan kembali nilai sebuah aset sesuai
harga pasar yang berlaku pada saat penilaian dilakukan sehingga akan diperoleh nilai aset
yang relevan.
Menurut Suandy (2006:7) manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi
kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat
ditekanserendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk
meminimalisasi kewajiban pajak, dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan sarana dan
peraturan yang ada, dalam hal ini aset tetap dinilai kembali dengan harapan nilai aset
meningkat sehingga biaya penyusutan dari aset tersebut juga mengalami peningkatan yang
menyebabkan laba sebagai dasar penghitungan kewajiban perpajakan menjadi menurun.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah pertama,
mengecek proses Revaluasi Aset Tetap yang dilakukan oleh PT Damai Sejahtera Abadi pada
tahun 2015 yang menggunakan tarif khusus apakah telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan. Kedua, mengumpulkan data yang berkaitan dengan aset tetap perusahaan, yaitu
daftar penyusutan aset tetap sebelum dan Setelah revaluasi aset, metode penyusutan aset
tetap, dan harga perolehan aset tetap perusahaan. Ketiga, dalam penelitian ini, aset yang
direvaluasi terdiri dari tanah dan bangunan. Keempat, peneliti akan menjelaskan dampak
apa saja yang diperoleh perusahaan sebelum dan Setelah revaluasi aset. Kelima, setelah itu
membandingkan besarnya pajak terutang yang harus dibayar sebelum dan Setelah revaluasi
aset. Teknik analisa data yang terakhir yaitu menghitung besarnya pajak yang dapat
dihemat akibat dilakukannya revaluasi aset.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


PT Damai Sejahtera Abadi melakukan revaluasi aset tetap efektif per 1 Januari
2016. Metode revaluasi yang digunakan perusahaan adalah revaluasi parsial. Revaluasi
parsial adalah revaluasi yang hanya dilakukan pada sebagian aset yang dimilki perusahaan,
seperti tanah, bangunan dan sarana pelengkap. Pada tahun 2016, perusahaan melakukan
pencatatan atas aset yang telah direvaluasi sebesar nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan setelah tanggal revaluasi. Penyusutan atas aset yang
direvaluasi dihitung dengan metode garis lurus berdasarkan perkiraan masa manfaat
ekonomis aset tersebut. Perusahaan melakukan revaluasi aset tetap agar nilai asset tetap
perusahaan mencerminkan nilai wajar, selain itu tujuan lain dilakukannya revaluasi aset
adalah untuk meminimalkan beban pajak yang akan diayarkan oleh perusahaan. Revaluasi
aset tetap yang dilakukan oleh PT.Damai Sejahtera Abadi didasarioleh Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 Tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Untuk
Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan Yang Diajukan Pada Tahun 2015 dan Tahun 2016
yang pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
37/PJ/2015 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pengadministrasian Penilaian
Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan Yang
Dampak Revaluasi Aset...Atikasari, Teti T.
8

Diajukan Pada Tahun 2015 Dan Tahun 2016. Tata cara pelaksanaan akan disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku, sehingga penelitian ini akan membandingkan Laporan Laba Rugi
jika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap dan jika tidak melakukan revaluasi aset
tetap.

Proses Revaluasi Aset Tetap


PT Damai Sejahtera Abadi mengikuti undangan sosialisai tentang penilaian kembali
aktiva tetap untuk tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada tahun 2015 dan
tahun 2016. Dari hasil mengikut sosialiasi itulah perusahaan tertarik untuk melakukan
revaluasi aset tetap. Tata cara revaluasi aset tetap yang dilakukan oleh PT Damai Sejahter
abadi adalah pertama, perusahaan menelepon beberapa Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP)
yang telah diakui Dirjen Pajak untuk mencari informasi dan harga yang terjangkau.
Perusahaan bisa mendapatkan informasi beberapa Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) dari
website Dirjen Pajak yaitu www.pajak.go.id atau bisa melalui list yang diberikan ketika
mengikut sosialisasi revaluasi aset tersebut. Kedua, setelah memilih KJPP yang sesuai
dengan keinginan perusahaan, maka perusahaan memberikan down payment 50% dan
menanggung semua biaya perjalanan dinas KJPP tersebut. Dalam penelitian ini PT Damai
sejahtera Abadi memilih menggunakan KJPP Husni, Joediono dan Rekan yang bernomor
ijin : 2.09.0021 di alamat Jalan Raya Pasar Minggu KM 19 Nomor 36A Jakarta Selatan. Ketiga,
kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) mulai bertugas melakukan penilaian atau appraisal pada
tanggal 2 Desember 2015 di lokasi Pergudangan Bumi Maspion II, Kelurahan Romokalisari,
Kecamatan Benowo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Keempat, laporan penilaian dari
KJPP keluar pada tanggal 18 Desember 2015 dengan Nomor Laporan : 005-HJR-SBY/15.
Kelima, perusahaan melakukan perhitungan PPh Final yang akan dibayar. Karena PT Damai
Sejahtera abadi melakukan proses revaluasi aset tetap pada tahun 2015, mka perusahaan bisa
menggunakan tarif khusus yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
191/PMK.010/2015 yaitu tarif 3% (tiga persen) untuk permohonan yang diajukan sejak 15
Oktober 2015 sampai dengan tanggal 31 Desember 2015. PPh Final dihitungan dari selisih
antara harga setelah revaluasi aset dikurangi dengan nilai buku tahun berjalan dikalikan
dengan tarif PPh Final, maka diketahui selisih lebihnya adalah Rp 21.351.253.022 x 3% = Rp
640.537.591. Perusahaan membayar PPh final tersebut lewat E-Billing CIMB Niaga Surabaya
pada tanggal 29 Desember 2015. Keenam, perusahaan melengkapi berkas-berkas untuk
revaluasi aset tetap, yaitu sebagai berikut Surat Setoran Pajak bukti pelunasan Pajak
Penghasilan atas penilaian kembali aset tetap sebesar Rp 640.537.591 ; Daftar aset tetap hasil
penilaian kembali untuk tujuan perpajakan per tanggal 10 Desember 2015 ; Fotokopi
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 227/KM.1/2009 tentang Surat Izin Usaha Kantor Jasa
Penilai Publik (KJPP) Husni, Joediono dan Rekan ; Laporan penilaian dari KJPP keluar pada
tanggal 18 Desember 2015 dengan Nomor Laporan : 005-HJR-SBY/15 ; Laporan keuangan
tahun buku 2014. Ketujuh, perusahaan menyerahkan berkas-berkas tersebut kepada Kanwil
Dirjen Pajak Jawa Timur I, terletak di Jalan Jagir Wonokromo Nomor 100-104 Surabaya pada
tanggal 30 Desember 2015. Terakhir, permohonan revaluasi aset tetap PT Damai Sejahtera
Abadi telah di setujui oleh Kanwil Dirjen Pajak Jawa Timur I pada tanggal 27 Januari 2016
dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-597/WPJ.11/2016.
Berdasarkan keputusan Dirjen Pajak tersebut perusahaan di bulan Januari 2016 bisa
membukukan dengan nilai aset baru yaitu aset yang telah di revaluasi dan bisa langsung
disusutkan aset tersebut.
Tata cara pengajuan permohonan dan pengadminitrasian penilaian kembali aktiva
tetap PT Damai Sejahtera abadi telah sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-37/PJ/2015 yaitu melapirkan Surat Setoran Pajak (SSP) bukti pelunasan PPh
final atas revaluasi aset tetap, daftar aset tetap hasil penilaian kembali, fotokopi surat izin
usaha kantor jasa penilai publik (KJPP), laporan penilaian aset tetap oleh kantor jasa penilai
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 8, Agustus 2017 ISSN : 2460-0585
9

public, dan laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aset tetap.
Semua persyaratan-persyaratan tersebut telah dipenuhi oleh PT Damai Sejahtera Abadi,
sehingga permohonan revaluasi aset tetap telah disetujui oleh Kantor Wilayah Direktur
Jenderal Pajak Jawa Timur I. Berdasarkan keputusan Dirjen Pajak tersebut perusahaan di
bulan Januari 2016 bisa membukukan dengan nilai aset baru yaitu aset yang telah di
revaluasi dan bisa langsung disusutkan aset tersebut.

Beban Penyusutan
Penerapan revaluasi aset tetap akan berdampak langsung pada bertambahnya nilai
aset tersebut. Adanya perubahan pada nilai aset akibat revaluasi tentu saja akan berdampak
pada bertambahnya nilai beban penyusutan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka laba fiskal
yang dimiliki PT Damai Sejahtera Abadi juga secara otomatis akan mengalami perubahan
bila melakukan revaluasi atas aset tetap. Perubahan yang terjadi pada laba fiskal perusahaan
juga akan berdampak pada perubahan beban pajak penghasilan yang harus dibayarkan
perusahaan karena beban pajak penghasilan perusahaan dihitung berdasarkan laba fiskal.
Apabila laba fiskal menjadi lebih kecil karena bertambahnya nilai penyusutan, maka besaran
nilai pajak penghasilan yang terhutang juga akan menjadi lebih kecil.

Tabel 2
Daftar Penyusutan Aset Tetap Perusahaan (Sebelum Revaluasi)
Nama Aset Harga Perolehan Beban Penyusutan Nilai Buku
2015 2015
Tanah 1.656.018.000 - 1.656.018.000
Tanah 1.729.406.250 - 1.729.406.250
Bangunan 1.863.636.364 93.181.818 1.677.272.728

Total 5.249.060.614 93.181.818 5.062.696.978


Sumber : Laporan PT. Damai Sejahtera Abadi

Dari data penyusutan tersebut dapat diketahui adanya perbedaan nilai penyusutan
dari aset tetap. Pada saat perusahaan tidak melakukan revaluasi total beban penyusutan
adalah Rp 93.181.818, sedangkan jika perusahaan melakukan revaluasi, maka total
beban penyustannya sebesar Rp 260.697.500. Pada saat perusahaan melakukan revaluasi,
beban penyusutan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan tidak melakukan revaluasi.
Hal tersebut bisa terjadi karena adanya peningkatan nilai aset setelah penerapan revaluasi
dan masa manfaat aset kembali seperti awal.

Tabel 3
Daftar Penyusutan Aset Tetap Perusahaan (Setelah Revaluasi)
Nama Aset Harga Perolehan Beban Penyusutan Nilai Buku
2016 2016
Tanah 10.370.216.259 - 10.370.216.259
Tanah 10.829.783.741 - 10.829.783.741
Bangunan 5.213.950.000 260.697.500 4.953.252.500

Total 26.413.950.000 260.697.500 26.153.252.500


Sumber : Laporan PT. Damai Sejahtera Abadi
Dampak Revaluasi Aset...Atikasari, Teti T.
10

Laporan Laba Rugi


Tabel 4
Laporan Laba Rugi PT Damai Sejahtera Abadi
untuk periode 01 Januari 2016 s/d 30 Juni 2016
Nama Akun Sebelum Revaluasi Setelah Revaluasi
Pendapatan 197.649.241.611 197.649.241.611
Harga Pokok Penjualan 183.340.709.065 183.340.709.065
Laba Kotor 14.308.532.546 14.308.532.546

Biaya Usaha

Biaya Pemasaran 3.254.912.147 3.254.912.147


Biaya Umum & 3.772.132.453 3.772.132.453
Administrasi
Biaya Penyusutan 169.663.636 253.421.477
**
Bangunan
Jumlah Biaya Usaha 7.196.708.236 7.280.466.077

Laba / ( Rugi ) Usaha 7.111.824.309 7.028.066.468

Pendapatan / ( Beban ) (854.227.322) (854.227.322)


Lain-Lain
** Bunga Pinjaman Bank (5.123.766.058) (5.123.766.058)
Jumlah Pendapatan / ( (5.977.993.381) (5.977.993.381)
Beban ) Lain-Lain

Laba / ( Rugi) Sebelum 1.133.830.928 1.050.073.088


Pajak
Pajak Penghasilan (987.169.750) (270.970.750)
Laba / ( Rugi) Setelah 146.661.178 779.102.338
Pajak

Sumber : Laporan PT. Damai Sejahtera Abadi

Pada laporan laba rugi perusahaan untuk tahun yang berakhir 30 Juni 2016
ketika tidak melakukan revaluasi terhadap tanah dan bangunan, maka dapat diketahui
jumlah beban pajak penghasilan PT Damai Sejahtera Abadi untuk pertengahan tahun 2016
adalah sebesar Rp 987.169.750. Hasil tersebut dapat diperoleh dari beban pajak sesuai
dengan tarif yang berlaku 25% dari total laba perusahaan sebelum pajak, dan apabila PT
Damai Sejahtera Abadi menerapkan kebijakan revaluasi terhadap aset tetap yang dimiliki
maka besarnya pajak yang harus dibayarkan adalah sebesar Rp 270.970.750.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa pada saat perusahaan
tidak melakukan revaluasi, jumlah beban pajak perusahaan lebih besar daripada jika
perusahaan melakukan revaluasi. Terdapat selisih yang cukup besar antara pajak
penghasilan yang terhutang perusahaan, sebelum dan Setelah revaluasi yaitu sebesar Rp
716.199.000. Besarnya selisih kewajiban pajak atas pajak penghasilan badan pada PT Damai
Sejahtera Abadi ketika perusahaan melakukan revaluasi belum bisa dijadikan sebagai
ukuran untuk ditarik suatu kesimpulan bahwa revaluasi aset tetap yang dilakukan PT
Damai Sejahtera Abadi berhasil meminimalkan beban pajak penghasilan yang harus
dibayarkan.
Kebijakan revaluasi aset tetap yang dilakukan PT Damai Sejahtera Abadi tidak
hanya membuat kewajiban pajak menjadi lebih kecil saja namun masih ada pajak final yang
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 8, Agustus 2017 ISSN : 2460-0585
11

harus dibayarkan perusahaan dari adanya selisih akibat revaluasi aset tetap yang dilakukan
oleh PT Damai Sejahtera Abadi. Berdasarkan ketentuan perpajakan, telah diatur bahwa
setiap selisih lebih akibat revaluasi aset tetap dikenakan pajak final sebesar 3%. Sesuai
kebijakan revaluasi yang dilakukan oleh PT Damai Sejahtera Abadi terhadap aset tetapnya,
maka dapat diketahui pajak final yang harus dibayarkan adalah sebagai berikut:
Selisih lebih akibat revaluasi Rp 21.351.253.022
Pajak final 3% Rp 640.537.591
Dari perhitungan yang ada di atas maka dapat diketahui jumlah pajak yang harus
dibayarkan perusahaan karena melakukan revaluasi. Berikut ini merupakan tabel
perbandingan jumlah besarnya beban pajak yang ditanggung perusahaan tanpa revaluasi
dan melakukan revaluasi.
Tabel 5
Perbandingan besarnya Pajak Terutang Tanpa Revaluasi atau Dengan Revaluasi
Jenis Pajak Tanpa Revaluasi Dengan Revaluasi
Beban pajak Rp 987.169.750 Rp 270.970.750
Pajak final selisih revaluasi - Rp 640.537.591
Total Pajak Rp 987.169.750 Rp 911.508.341
Sumber : Laporan PT. Damai Sejahtera Abadi

Perhitungan yang ada di atas merupakan tahapan analisis untuk memberikan


tinjauan lebih lanjut apakah revaluasi aset tetap yang dilakukan oleh PT. Damai Sejahtera
Abadi dapat meminimalkan jumlah beban pajak terutang yang harus dibayar atau tidak.
Perhitungan tersebut menunjukkan perbandingan antara beban pajak penghasilan yang
harus dibayar jika perusahaan tidak melakukan revaluasi aset tetap dan jika perusahaan
melakukan revaluasi aset tetap. Dari perhitungan tersebut pula dapat diketahui besarnya
jumlah pajak penghasilan yang harus dibayar perusahaan ketika melakukan revaluasi lebih
besar daripada ketika perusahaan tidak melakukan revaluasi. Kondisi ini disebabkan oleh
adanya pajak final sebesar 3% atas selisih lebih revaluasi aset tetap yang menyebabkan
jumlah beban pajak penghasilan yang harus dibayarkan menjadi lebih besar, di sisi lain tarif
tersebut merupakan tarif khusus yang ditawarkan oleh pemerintah wajib pajak melakukan
revaluasi aset tetap, namun karena besarnya nilai aset sehingga PPh Final yang harus
dibayar pun juga besar.
Di samping itu, dapat diketahui pula pajak final yang muncul akibat revaluasi aset
tetap cukup besar yaitu Rp 640.537.591. Adanya pengenaan pajak final tersebut dapat
menyebabkan perbedaan pajak terutang yang dibayarkan sebelum dan Setelah melakukan
revaluasi cukup meningkat. Tindakan revaluasi aset tetap yang dilakukan oleh pihak
perusahaan pada tahun 2015 tidak dapat meminimalkan jumlah beban pajak penghasilan
yang harus dibayarkan perusahaan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pajak final yang
muncul dari selisih lebih revaluasi aset tetap tersebut cukup besar. Apabila ditelusuri lebih
detail, suatu hal yang menyebabkan revaluasi aset tetap tidak mampu memberikan
penghematan pajak adalah karena kebijakan revaluasi yang dilakukan perusahaan hanya
pada beberapa aset yang dimiiki perusahaan saja atau bisa disebut dengan revaluasi
parsial. PT Damai Sejahtera Abadi mempunyai banyak sekali daftar aset tetap yang
dimiliki, tetapi perusahaan hanya merevaluasi aset tetapnya seperti tanah dan bangunan.
Hasil dari revaluasi pada aset tetap mempunyai nilai yang cukup besar khususnya pada aset
tetap adalah tanah. Nilai buku aset tanah berubah cukup signifikan dari Rp 3.385.424.250
menjadi Rp 21.200.000.000. Hal ini bisa terjadi karena harga tanah dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan, sehingga neraca akan menunjukkan posisi kekayaan yang wajar
sehingga pemakai laporan keuangan dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dan
tepat, namun kekurangan dari revaluasi aset tetap tanah adalah tidak ada beban
Dampak Revaluasi Aset...Atikasari, Teti T.
12

penyusutannya sehingga tidak bisa sebagai pengurang laba perusahaan yang berdampak
pada beban pajak yang harus dibayar perusahaan. Kenaikan nilai buku aset juga terjadi pada
aset bangunan mengalami peningkatan dari Rp 1.677.272.728 menjadi Rp 4.953.252.500.

Debt to Equity Ratio (DER)


Berlakunya peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
169/PMK.010/2015 tentang perbandingan antara hutang dan modal sebesar empat
berbanding satu (4 : 1) ini, semakin mendorong perusahaan untuk melakukan revaluasi aset
tetap. Berikut Neraca PT. Damai Sejahtera Abadi Per 30 Juni 2016 pada saat sebelum dan
Setelah melakukan revaluasi.
Tabel 6
Neraca PT Damai Sejahtera Abadi Per 30 Juni 2016
Nama Akun Sebelum Revaluasi Setelah Revaluasi
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas dan Setara Kas 7.985.239.347 7.985.239.347
Piutang Usaha 6.815.806.687 6.815.806.687
Persediaan 94.889.435.279 94.889.435.279
Pajak Dibayar Dimuka 7.816.935.618 7.176.398.028
Beban Dibayar Dimuka 1.660.912.119 1.660.912.119
Uang Muka Pembelian 583.004.400 583.004.400
JUMLAH AKTIVA LANCAR 119.751.333.450 119.110.795.860
Aktiva Tetap 16.765.788.268 38.117.041.290
Ak Peny Aktiva Tetap (4.229.899.911) (4.313.657.751)
Aktiva Tetap Netto 12.535.888.358 33.803.383.539
Investasi Jangka Panjang 125.000.000 125.000.000
Jaminan 46.053.400 46.053.400
JUMLAH AKTIVA 132.458.275.208 153.085.232.798

KEWAJIBAN & EKUITAS


KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Hutang Usaha 54.703.171.102 54.703.171.102
Hutang Pajak 906.377.401 190.178.401
Hutang Bank 69.205.483.892 69.205.483.892
Hutang Aktiva 242.239.177 242.239.177
Biaya YMH Dibayar 185.600.000 185.600.000
JUMLAH KJP 125.242.871.572 124.526.672.572
EKUITAS
Modal 2.500.000.000 2.500.000.000

Saldo Laba Tahun Lalu 4.568.742.458 4.568.742.458

Laba/ (Rugi) Tahun Berjalan 146.661.178 779.102.338


JUMLAH EKUITAS 7.215.403.637 28.558.560.227
JUMLAH K. DAN E. 132.458.275.208 153.085.232.798

Sumber : Laporan PT. Damai Sejahtera Abadi


Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 8, Agustus 2017 ISSN : 2460-0585
13

PT. Damai Sejahtera Abadi melakukan revaluasi aset tetap karena ada peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor-169/PMK.010/2015 tentang perbandingan
antara hutang dan modal sebesar empat berbanding satu (4 : 1). Jika DER melampaui DER
maksimal, maka biaya pinjaman yang tidak boleh dibebankan sebesar selisih DER dikali
biaya pinjaman Berikut tabel perbandingan Debt to Equity Ratio (DER).

Tabel 7
Perbandingan Debt to Equity Ratio (DER)
Sebelum dan Setelah Revaluasi
Nama Akun Sebelum Revaluasi Setelah Revaluasi

Hutang Bank 69.205.483.892 69.205.483.892

Ekuitas 7.215.403.637 28.558.560.227

Ratio DER 10 2
Sumber : Laporan PT. Damai Sejahtera Abadi

Dari perhitungan diatas, jika perusahaan tidak melakukan revaluasi aset tetap
maka beban bunga pinjaman bisa dikoreksi fiskal karena tidak sesuai dengan peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor-169/PMK.010/2015 yang mebatasi
perbandingan hutang dengan ekuitas maksimal sebesar empat banding satu (4:1). Beban
bunga pinjaman perusahaan adalah Rp 5.123.766.058, yang boleh diakui oleh perusahaan
adalah sebesar Rp 2.136.827.209 diperoleh dari 4/10 x Rp 5.123.766.058, sisanya yaitu sebesar
Rp 2.986.938.849 akan dikoreksi fiskal tidak boleh diakui sebagai beban. Perusahaan yang
melakukan revaluasi boleh mengakui beban bunga pinjaman seutuhnya karena telah sesuai
demgan peraturan pemerintah yaitu 2:1.
Seperti yang dapat diketahui oleh kita semua, bahwa revaluasi suatu aset
tetap mempunyai dampak pada laba yang dihasilkan perusahaan yang kemudian
akan mempengaruhi beban pajak terutang yang harus dibayarkan. Meningkatnya nilai buku
suatu aset tetap disebabkan akan berpengaruh pada meningkatnya nilai beban penyusutan.
Tanah merupakan jenis aset tetap yang tidak dapat disusutkan, sehingga revaluasi yang
dilakukan pada aset tanah tidak akan memberikan kontribusi pada penghematan pajak bagi
perusahaan karena tidak menghasilkan beban penyusutan. Padahal aset tetap perusahaan
berupa tanah memiliki nilai revaluasi cukup besar dan tentu akan menghasilkan pajak final
atas selisih lebih revaluasinya. Aset tetap perusahaan seperti bangunan merupakan aset
tetap yang disusutkan, sehingga hail revaluasi terhadap bangunan mampu memberikan
kontribusi penghematan pajak melalui peningkatan beban penyusutan akibat dari
bertambahnya nilai buku dari aset tetap tersebut. Walaupun penambahan beban penyusutan
yang ada tidak banyak memberikan pengaruh terhadap beban pajak penghasilan yang
terhutang oleh perusahaan. Besarnya pajak yang dibayarkan perusahaan ketika melakukan
revaluasi adalah Rp 911.508.341. Hasil tersebut dapat diperoleh melalui penjumlahan beban
pajak bersih sebesar Rp 270.970.750 dan pajak final sebesar Rp 640.537.591, sedangkan
apabila perusahaan tidak melakukan revaluasi jumlah pajak yang harus dibayar sebesar Rp
987.169.750. Dengan kondisi tersebut perusahaan bisa menghemat beban pajak penghasilan
yang terhutang sebesar Rp 75.661.409. Perusahaan juga masih bisa merasakan manfaat dari
revaluasi ditahun-tahun mendatang untuk beban penyusutan yang baru setelah revaluasi
aset dan beban bunga pinjaman yang tidak dikoreksi fiskal karena telah sesuai dengan
peraturan yaitu empat banding satu (4:1).
Dampak Revaluasi Aset...Atikasari, Teti T.
14

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa revaluasi aset tetap adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh
pihak perusahaan untuk menilai kembali nilai dari aset tetapnya dalam rangka untuk
meminimalkan beban pajak penghasilan yang ditanggung oleh perusahaan. Revaluasi yang
dilakukan oleh perusahaan termasuk revaluasi yang bersifat parsial. Revaluasi bersifat
parsial adalah revaluasi yang dilakukan hanya pada sebagian aset yang dimiliki perusahaan.
Aset tetap tersebut terdiri dari tanah, dan bangunan. Yang kedua, kebijakan revaluasi aset
tetap yang dilakukan oleh PT Damai Sejahtera Abadi berdampak pada meningkatnya
nilai buku aset tetap tersebut. Hal ini diikuti dengan bertambahnya beban penyusutan tahun
2016 pada aset tetap yang direvaluasi pada tahun 2015. Yang ketiga, adanya kebijakan
revaluasi aset tetap menyebabkan laba fiskal PT Damai Sejahtera Abadi mengalami
peningkatan pada tahun 2016 sebesar Rp 632.441.160. Hal tersebut dapat diketahui dengan
melihat selisih antara laba fiskal perusahaan ketika tidak melakukan revaluasi sebesar Rp
146.661.178 dengan laba fiskal perusahaan setelah melakukan revaluasi sebesar Rp
779.102.338. Surplus atas revaluasi yang dilakukan PT Damai Sejahtera Abadi pada tahun
2015 sebesar Rp 21.351.253.022. Sesuai dengan peraturan PMK RI No. 191/PMK.010/2015
surplus atas revaluasi aset tetap dikenakan pajak final sebesar 3% karena permohonan
diajukan pada tahun 2015, maka pajak final atas surplus revaluasi tersebut sebesar Rp
640.537.591. Yang keempat, jumlah beban pajak penghasilan yang terhutang perusahaan
ketika tidak melakukan kebijakan revaluasi aset tetap sebesar Rp 987.169.750. Ketika PT
Damai Sejahtera Abadi melakukan kebijakan revaluasi aset tetap maka jumlah beban
pajak yang harus dibayar sebesar Rp 270.970.750. Dengan kondisi tersebut, dapat
diketahui bahwa jumlah beban pajak penghasilan yang terhutang perusahaan lebih kecil
ketika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap dibandingkan dengan ketika tidak
melakukan revaluasi aset tetap. Yang kelima, mengecilnya beban pajak yang terhutang PT
Damai Sejahterabadi pada pertengahan tahun 2016 disebebkan adanya PMK RI
169/PMK.010/2015 yang membatasi besarnya perbandingan hutang dengan modal atau
Debt to Equity Ratio (DER) maksimal sebesar empat banding satu (4:1). Adanya kebijakan
tersebut beban bunga pinjaman di pertengahan tahun 2016 sebesar Rp 5.123.766.058 bisa
diakui sepenuhnya sebagai pengurang laba fiskal di pertengahan tahun 2016, karena
perbandingan DER PT Damai Sejahtera Abadi adalah dua banding satu (2:1).

Saran
Adapun saran penelitian ini adalah kepada perusahaan yang ingin melakukan
revaluasi aktiva maka sebaiknya segera mengajukan permohonan revaluasi aktiva tetap,agar
tidak terkena dampak dari perbedaan tarif yang semakin lama semakin tinggi mulai dari 3%
untuk pengajuan revaluasi sampai 31 Desember 2015 , 4% untuk pengajuan mulai dari 1
Januari 2016 sampai dengan 30 Juni 2016, dan 6% untuk pengajuan mulai datri 1 Juli 2016
sampai dengan 31 Desember 2016, maka sebaiknya perusahaan melakukan penilaian lebih
tinggi terlebih dahulu terhadap aktiva yang akan dilakukan penilaian kembali, agar pada
saat pengajuan ke jasa penilai publik apabila jasa penilai publik menaksir lebih tinggi maka
pajak yang terhutang tidak terlalu besar sehingga tetap dapat menyeimbangkan cash flow
perusahaan.
Pihak perusahaan sebaiknya tidak melakukan revaluasi pada aset tanah. Hal ini
disebabkan oleh tingginya nilai aset tanah pada saat revaluasi dan sifat aset tanah yang tidak
dapat disusutkan, sehingga membebabani pada saat pengenaan pajak final atas surplus
revaluasi.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Volume 6, Nomor 8, Agustus 2017 ISSN : 2460-0585
15

DAFTAR PUSTAKA
Agoes S. dan E. Trisnawati. 2013. Akuntansi Perpajakan. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.
Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Hutagaol, J. 2007. Perpajakan: Isu-isu Kontemporer. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2010. Pajak Penghasilan. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 46 (revisi 2010). DSAK-IAI. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2011. Aset Tetap. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 16 (revisi 2011). DSAK-IAI. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2016. Buletin Teknis Revaluasi Aset Tetap. DSAK-IAI. Jakarta.
Ilyas W. B. dan D. Priantara. 2015. Akuntansi Perpajakan. Mitra Wacana Media. Bogor.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Andi. Yogyakarta.
Maria, E. 2010. Penerapan PSAK 16 (Revisi 2007) Dan PMK No. 79 Tahun 2008 Tentang Aset
Tetap Pada Perusahaan Di Indonesia.
http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/81/ART_EviMariaPenerapan
PSAK_Fulltext.pdf?sequence=3. 05 Februari 2017 (18.05).
Mulyono D. dan B. Wicaksono. 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan. Andi. Yogyakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2008 Tentang Penggunaan Nilai Buku Atas
Pengalihan Harta Dalam Rangka Penggabungan, Peleburan, atau Pemekaran Usaha.
13 Maret 2008. Menteri Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 191/PMK.010/2015 Tentang
Penilaian Kembali Aset Tetap untuk Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan Yang Diajukan
Pada Tahun 2015 Dan Tahun 2016. 20 Oktober 2015. Menteri Keuangan Republik
Indonesia. Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 169/PMK.010/2015 Tentang
Penentuan Besarnya Perbandingan Antara Utang dan Modal Perusahaan untuk
Keperluan Perhitungan Pajak Penghasilan, 08 September 2015. Menteri Keuangan
Republik Indonesia. Jakarta.
Suandy, E. 2006. Perencanaan Pajak. Salemba Empat. Jakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Pajak Penghasilan. 2008.
Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Salemba Empat. Jakarta.

You might also like