Analisis Yuridis Pungutan Liar Biaya Parkir Yang Dilakukan Oleh Preman Di Kota Bukittinggi Dikaitkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Analisis Yuridis Pungutan Liar Biaya Parkir Yang Dilakukan Oleh Preman Di Kota Bukittinggi Dikaitkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Analisis Yuridis Pungutan Liar Biaya Parkir Yang Dilakukan Oleh Preman Di Kota Bukittinggi Dikaitkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
ISSN: 2460-643X
Abstract. state parks is not moving any vehicle that is not transient time. The parking understanding
clearly different with the understanding that the state does not stop moving, or a vehicle for a while with
the driver not to leave the vehicle. Event parking can be done on the road and in the special parking area
outside the road. Each vehicle will be parked his vehicle in the parking levy ering that have been specified
Local Regulation, if there is a person that is asking for more than provisions that have been specified local
regulations for the sake of profit Sendir most charges quote can be described as extortion or extortion.
Illegal charges can also be considered as extortion that could threaten the Criminal Code Article 368.This
research was conducted by using normative juridical approach. In the process of writing, the author
analyzes undagan laws related to relevant theory. Interview with related parties are used to strengthen the
research. Based on the research results, it can be concluded According to the author the local government
has made in accordance with the rules and organizing perpakiran peratruran but on the field there are still
many persons who asked for some parking fees over the provisions of local legislation. The violations that
exist in the field to make the regulations have not been effective.
Keywords: parking, gangsters, extortion, blackmail,
Abstrak. Parkir merupakan keadaan tidak bergerak setiap kendaraan yang tidak bersifat sementara waktu.
Pengertian parkir tersebut jelas berbeda dengan pengertian berhenti yang merupakan keadaan tidak
bergerak atau suatu kendaraan untuk sementara waktu dengan pengemudi tidak meninggalkan
kendaraannya. Kegiatan parkir dapat dilakukan pada badan jalan dan di area parkir khusus di luar badan
jalan. Setiap kendaraan yang memarkirkan kendaraan nya akan di kenai retribusi parkir yang telah di
tentukan peraturan daerah, apabila ada oknum yang meminta lebih dari ketentuan yang telah di tentukan
peraturan daerah demi menyari keuntungan sendir maka pungutan tersebut dapat dikatakan sebagai
pungutan liar atau pungli. Pungutan liar juga bisa di anggap sebagai pemerasan yang bisa di ancam dalam
pasal 368 kuhp. Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode pendekatan yuridis normatif. Dalam
proses penulisan, penulis menganalisa peraturan perundang-undagan terkait dengan teori yang relevan.
Wawancara dengan pihak terkait digunakan untuk memperkuat penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian,
dapat disimpulkan menurut penulis pemerintah daerah telah membuat peraturan-peratruran sesuai dengan
penyelenggaran perpakiran akan tetapi di lapangan masih banyak beberapa oknum yang meminta retribusi
parkir lebih dari ketentuan peraturan daerah. Pelanggaran-pelanggaran yang ada dilapangan membuat
peraturan-peraturan yang telah ada tidak efektif.
Kata Kunci: Parkir, Preman, Pungutan liar, Pemerasan.
636
A.
Pendahuluan
Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
ancaman
ketakutan
untuk
berbuat
atau
tidak
berbuat
sesuatu,
kalimattersebutmerupakanbunyipasal 30 Undang-UndangNomor 39 tahun 1999
tentangHakAsasiManusia
yang
padaintinyasamadenganamanatUndangUndngDasarRepublikIndoensia (UUD 1945)
pasal 28 g ayat 1 gunamemberijaminankepadamanusia (masyarakat Indonesia)
atasperlindungandarisegalabentukkekerasanatauancamankekerasan. Sebagaihakdasar
yang
dijamindidalamkonstitusinegaradanjugaperundangundangansecaranasionalataupuninte
rnasional,
makanegaramerupakanpihak
yang
dituntutuntukmenyediakansegalasaranadanprasarana
agar
haltersebutterlaksana.Misalyadenganmeningkatkanperanaparatkemanansepertikepolisi
andandirektoratlalulintasangkutanjalandalambidanglalulintaskhususnyauntukmencega
hberbagaimacamkejahatan yang terjadidalamkehidupanmasyarakat.
Premanismemerupakansuatupermasalahan
social
yang
terjadi
di
kotabesardanjugakotakecil di IndoensiasepertiBukittinggi Sumatera Barat. Salah
satubentukpremanisme yang terjadi di kotaBukittinggiadalahpemungutanbiayaparkir
yang
tergolongtidakwajarpadahariliburdanlebarantahun
2015
lalu.
Tidakhanyamenyasarpenduduk
local
namunjugapengunjungkota
yang
datangkeBukittinggi.
Bagimasyaraka
yang
memilikikendaraanpribadi,
baikberupa
motor
maupunmobil,
tentuParkirmerupakanfasilitas
yang
mutlakperluuntukdipenuhisaatkendaraantersebutdifungsikan.
Terutamajikakendaraantersebutberada
di
tempatumum,
sepertitamankotadanpusatperbelanjaan.
Dengankondisidemikianmembuatlahanparkirmenjalanibisnisparkirmenjadibisnis yang
sangatmenguntungkan.Namundalambeberapahal,
parapenggunafasilitastersebuttidakjarangmenjadikorbanpemerasanbiayaparkir.
B.
Landasan Teori
638 |
Di dalam hukum pidana terkandung aturan-aturan yang menentukan perbuatanperbuatan mana saja yang tidak boleh dilakukan dengan disertai ancaman berupa
pidana dan syarat-syarat pemidanaan tersebut dapat dijatuhkan. Kepastian hukum di
dalam setiap aspek kegiatan masyarakat mewajibkan negara untuk membuat produk
hukum yang berfaedah bagi setiap warga negaranya.
Hukum pidana dengan sanksi berupa pidana berfungsi sebagai sarana dalam
menanggulangi kejahatan atau sebagai kontrol sosial (pengendalian masyarakat).
Pemberian sanksi pidana ini harus ada manfaatnya, karena apabila sanksi pidana
dijatuhkan dengan tujuan semata-mata hanya untuk pembalasan dan menakutkan maka
belum pasti tujuan itu akan tercapai karena dalam diri terdakwa belum tentu
ditimbulkan rasa bersalah atau menyesal, bahkan mungkin menaruh rasa dendam.
Dalam hukum pidana seseorang hanya dapat dijtauhi sanksi pidana apabila dalam
perbuatannya terdapat unsur melawan hukum dan adanya kesalahan.
Ahli Pidana Simons merumuskan bahwa strafbaar feit ialah kelakuan yang
diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan
kesalahan dan dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab. Tindak pidana
atau delik ialah tindakan yang mengandung lima unsur antara lain, adanya suatu
kelakuan, kelakuan itu harus sesuai dengan uraian Undang-undang, kelakuan itu tanpa
hak, dan kelakuan itu diancam dengan hukuman.
Perbuatan melawan hukum dalam hukum pidana merupakan salah satu unsur
terpenting dimana seseorang dapat dikategorikan telah melakukan suatu tindak pidana.
Sesuai dengan asas geen straf zender schuld yang berarti tiada pidana tanpa
kesalahan, maka pertanggungjawaban pidana hanya akan terjadi jika sebelumnya telah
ada seseorang yang telah melakukan tindak pidana dan hukuman (pidana) dijatuhkan
kepadanya apabila ia yang mempunyai kesalahan. Hal tersebut senada dengan apa
yang dikatakan Pompe bahwa asas geen straf zender schuld menjadi dasar baik dari
hukum positif maupun teori. Dengan adanya sanksi pidana, norma-norma tersebut itu
menjadi peraturan hukum pidana .
Tujuan lain hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan
ukurannya, menurut masyarakat dan zamannya. Selanjutnya untuk mencapai
ketertiban diusahakan adanya kepastian hukum dalam pergaulan manusia di
masyarakat, karena tidak mungkin manusia dapat mengembangkan bakat dan
kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya secara optimal tanpa adanya kepastian
hukum dan ketertiban. Semua cita-cita negara dan tujuan hukum yang tertuang dalam
dasar negara haruslah ditegakan dalam kehidupan bernegara. Namun cita-cita dan
tujuan tersebut mustahil tercapai tanpa adanya penegakan hukum .
Penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai
yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantahkan dan
sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan,
memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Permasalahan serta
gangguan terhadap penegakan hukum bukan tidak mungkin terjadi, masalah pokok
yang timbul dari penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor hukum atau undang-undang.
2. Faktor penegakan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas.
4. Faktor masyarakat.
5. Faktor kebudayaan.
Masalah dalam penegakan hukum muncul apabila ada ketidakserasian antara
Volume 2, No.2, Tahun 2016
nilai, kaidah, dan pola perilaku. Maka dari itu selain melihat faktor-faktor tersebut,
dalam penegakan hukum haruslah memperhatikan pula tujuan hukum yang hendak
dicapai seperti kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan.
Dalam perkembangan hukum, hukum digunakan sebagai perlindungan
kepentingan manusia. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai,
tetapi juga dapat berlangsung secara tidak baik karena pelanggaran hukum. Hukum
yang dilanggar harus ditegakkan, melalui penegakan hukum inilah suatu hukum dapat
menjadi kenyataan, dan izin merupakan salah satu instrument penegakan hukum.
C.
640 |
Kesimpulan
Saran
1. Perlunyasosialisaisecara detail yang dilakukanolehpihakaparat yang
berwenangbaikdaridinasperhubungankotaBukittinggiataupunpemerintahBukit
tinggimengenaibiayaparkiruntukmencegahpungutan
liar
biayaparkir.
Selainitumasayarakatharusbekerjasamadengandinasperhubungandanpihakkep
olisianuntukmelaporkanapabilamasayarakatmengetahuiadanyapungutan liar
biayaparkir.
2. Untukpenindakandanpemberiansanksi,
sudahsepatutnyadinasperhubungankotaBkittinggidankepolisiankotaBukittingg
imelakukankoordinasiantarlembaga,
agar
laporanlaporandanpemberitahuandarimasayarakatdapatdilakukanpenindakand
andilanjutkandengan proses hukumpidanasesuaidenganketentuan yang
berlaku.
Daftar Pustaka
Andi Hamzah, asas-asas hukum pidana, cetakan ke-iv, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
C.S.T kansil Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, balai pustaka: Jakarat,
1989
C.S.T Kansil dan Christne S.T. Kansil. Pokok-Pokok hokum pidana, Jakarta: Pradnya
Paranita, 2004
Gilang Andika Gunawan, tinjauan kriminologis tentang pungutan liar kepada
pengemudi angkutan daerah. Universitas Hassanudin Makassar, 2014
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, bandung: alumni 2000
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Bandung:
Alumni, 2006
Mustofa, pelaksanaan intensifikasi retribusi parkir dalam menunjang otonomi daerah.
Universitas negeri semarang : semarang. 2009
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: intermasa, 2000
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 2007