Analisis Yuridis Pungutan Liar Biaya Parkir Yang Dilakukan Oleh Preman Di Kota Bukittinggi Dikaitkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Prosiding IlmuHukum

ISSN: 2460-643X

Analisis Yuridis Pungutan Liar Biaya Parkir Yang Dilakukan Oleh


Preman Di Kota Bukittinggi Dikaitkan Dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana
Juridical Analysis toward Illegal Fee Parking by Civillian in Bukittinggi Related with
Book of Criminal Law
1
1,2

Abdul Latif, 2Dey Ravena

Prodi ilmuhukum, FakultasIlmuhukum, Universitas Islam Bandung,


Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
email: [email protected], [email protected]

Abstract. state parks is not moving any vehicle that is not transient time. The parking understanding
clearly different with the understanding that the state does not stop moving, or a vehicle for a while with
the driver not to leave the vehicle. Event parking can be done on the road and in the special parking area
outside the road. Each vehicle will be parked his vehicle in the parking levy ering that have been specified
Local Regulation, if there is a person that is asking for more than provisions that have been specified local
regulations for the sake of profit Sendir most charges quote can be described as extortion or extortion.
Illegal charges can also be considered as extortion that could threaten the Criminal Code Article 368.This
research was conducted by using normative juridical approach. In the process of writing, the author
analyzes undagan laws related to relevant theory. Interview with related parties are used to strengthen the
research. Based on the research results, it can be concluded According to the author the local government
has made in accordance with the rules and organizing perpakiran peratruran but on the field there are still
many persons who asked for some parking fees over the provisions of local legislation. The violations that
exist in the field to make the regulations have not been effective.
Keywords: parking, gangsters, extortion, blackmail,

Abstrak. Parkir merupakan keadaan tidak bergerak setiap kendaraan yang tidak bersifat sementara waktu.
Pengertian parkir tersebut jelas berbeda dengan pengertian berhenti yang merupakan keadaan tidak
bergerak atau suatu kendaraan untuk sementara waktu dengan pengemudi tidak meninggalkan
kendaraannya. Kegiatan parkir dapat dilakukan pada badan jalan dan di area parkir khusus di luar badan
jalan. Setiap kendaraan yang memarkirkan kendaraan nya akan di kenai retribusi parkir yang telah di
tentukan peraturan daerah, apabila ada oknum yang meminta lebih dari ketentuan yang telah di tentukan
peraturan daerah demi menyari keuntungan sendir maka pungutan tersebut dapat dikatakan sebagai
pungutan liar atau pungli. Pungutan liar juga bisa di anggap sebagai pemerasan yang bisa di ancam dalam
pasal 368 kuhp. Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode pendekatan yuridis normatif. Dalam
proses penulisan, penulis menganalisa peraturan perundang-undagan terkait dengan teori yang relevan.
Wawancara dengan pihak terkait digunakan untuk memperkuat penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian,
dapat disimpulkan menurut penulis pemerintah daerah telah membuat peraturan-peratruran sesuai dengan
penyelenggaran perpakiran akan tetapi di lapangan masih banyak beberapa oknum yang meminta retribusi
parkir lebih dari ketentuan peraturan daerah. Pelanggaran-pelanggaran yang ada dilapangan membuat
peraturan-peraturan yang telah ada tidak efektif.
Kata Kunci: Parkir, Preman, Pungutan liar, Pemerasan.

636

Analisis Yuridis Pungutan Liar Biaya Parkir Yang Dilakukan| 637

A.

Pendahuluan

Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
ancaman
ketakutan
untuk
berbuat
atau
tidak
berbuat
sesuatu,
kalimattersebutmerupakanbunyipasal 30 Undang-UndangNomor 39 tahun 1999
tentangHakAsasiManusia
yang
padaintinyasamadenganamanatUndangUndngDasarRepublikIndoensia (UUD 1945)
pasal 28 g ayat 1 gunamemberijaminankepadamanusia (masyarakat Indonesia)
atasperlindungandarisegalabentukkekerasanatauancamankekerasan. Sebagaihakdasar
yang
dijamindidalamkonstitusinegaradanjugaperundangundangansecaranasionalataupuninte
rnasional,
makanegaramerupakanpihak
yang
dituntutuntukmenyediakansegalasaranadanprasarana
agar
haltersebutterlaksana.Misalyadenganmeningkatkanperanaparatkemanansepertikepolisi
andandirektoratlalulintasangkutanjalandalambidanglalulintaskhususnyauntukmencega
hberbagaimacamkejahatan yang terjadidalamkehidupanmasyarakat.
Premanismemerupakansuatupermasalahan
social
yang
terjadi
di
kotabesardanjugakotakecil di IndoensiasepertiBukittinggi Sumatera Barat. Salah
satubentukpremanisme yang terjadi di kotaBukittinggiadalahpemungutanbiayaparkir
yang
tergolongtidakwajarpadahariliburdanlebarantahun
2015
lalu.
Tidakhanyamenyasarpenduduk
local
namunjugapengunjungkota
yang
datangkeBukittinggi.
Bagimasyaraka
yang
memilikikendaraanpribadi,
baikberupa
motor
maupunmobil,
tentuParkirmerupakanfasilitas
yang
mutlakperluuntukdipenuhisaatkendaraantersebutdifungsikan.
Terutamajikakendaraantersebutberada
di
tempatumum,
sepertitamankotadanpusatperbelanjaan.
Dengankondisidemikianmembuatlahanparkirmenjalanibisnisparkirmenjadibisnis yang
sangatmenguntungkan.Namundalambeberapahal,
parapenggunafasilitastersebuttidakjarangmenjadikorbanpemerasanbiayaparkir.
B.

Landasan Teori

Negara bertanggung jawab melindungi setiap warga negara, menjunjung tinggi


harkat dan martabat manusia, nilai-nilai moral, etika, akhlak mulia dan kepribadian
luhur yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka dalam rangka
menuju masyarakat yang adil dan makmur tersebut, pemerintah telah melaksanakan
program pembangunan di segala bidang termasuk dalam bidang hukum.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja hukum adalah seperangkat kaidah-kaidah
dan asas-asas yang mengatur kehidupan masyarakat, termasuk didalamnya lembagalembaga dan proses-proses yang mewujudkan hukum itu di dalam kenyataan. Hukum
memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pembaharuan masyarakat
di suatu negara karena hukum juga berfungsi sebagai suatu alat pembaharuan
masyarakat.
Van Kan mengatakan bahwa hukum bertujuan untuk menjaga kepentingan tiaptiap manusia supaya kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu. Hukum
mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Selain
itu dapat pula disebutkan bahwa hukum mencegah dan menjaga agar setiap orang tidak
menjadi hakim atas dirinya sendiri (eigenrichting is verboden).
Hukum pidana memiliki arti penting sebagai suatu aturan hukum yang tegas
dan dapat menimbulkan rasa takut bagi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan.
IlmuHukum,Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016

638 |

Abdul Latif, et al.

Di dalam hukum pidana terkandung aturan-aturan yang menentukan perbuatanperbuatan mana saja yang tidak boleh dilakukan dengan disertai ancaman berupa
pidana dan syarat-syarat pemidanaan tersebut dapat dijatuhkan. Kepastian hukum di
dalam setiap aspek kegiatan masyarakat mewajibkan negara untuk membuat produk
hukum yang berfaedah bagi setiap warga negaranya.
Hukum pidana dengan sanksi berupa pidana berfungsi sebagai sarana dalam
menanggulangi kejahatan atau sebagai kontrol sosial (pengendalian masyarakat).
Pemberian sanksi pidana ini harus ada manfaatnya, karena apabila sanksi pidana
dijatuhkan dengan tujuan semata-mata hanya untuk pembalasan dan menakutkan maka
belum pasti tujuan itu akan tercapai karena dalam diri terdakwa belum tentu
ditimbulkan rasa bersalah atau menyesal, bahkan mungkin menaruh rasa dendam.
Dalam hukum pidana seseorang hanya dapat dijtauhi sanksi pidana apabila dalam
perbuatannya terdapat unsur melawan hukum dan adanya kesalahan.
Ahli Pidana Simons merumuskan bahwa strafbaar feit ialah kelakuan yang
diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum yang berhubungan dengan
kesalahan dan dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab. Tindak pidana
atau delik ialah tindakan yang mengandung lima unsur antara lain, adanya suatu
kelakuan, kelakuan itu harus sesuai dengan uraian Undang-undang, kelakuan itu tanpa
hak, dan kelakuan itu diancam dengan hukuman.
Perbuatan melawan hukum dalam hukum pidana merupakan salah satu unsur
terpenting dimana seseorang dapat dikategorikan telah melakukan suatu tindak pidana.
Sesuai dengan asas geen straf zender schuld yang berarti tiada pidana tanpa
kesalahan, maka pertanggungjawaban pidana hanya akan terjadi jika sebelumnya telah
ada seseorang yang telah melakukan tindak pidana dan hukuman (pidana) dijatuhkan
kepadanya apabila ia yang mempunyai kesalahan. Hal tersebut senada dengan apa
yang dikatakan Pompe bahwa asas geen straf zender schuld menjadi dasar baik dari
hukum positif maupun teori. Dengan adanya sanksi pidana, norma-norma tersebut itu
menjadi peraturan hukum pidana .
Tujuan lain hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan
ukurannya, menurut masyarakat dan zamannya. Selanjutnya untuk mencapai
ketertiban diusahakan adanya kepastian hukum dalam pergaulan manusia di
masyarakat, karena tidak mungkin manusia dapat mengembangkan bakat dan
kemampuan yang diberikan Tuhan kepadanya secara optimal tanpa adanya kepastian
hukum dan ketertiban. Semua cita-cita negara dan tujuan hukum yang tertuang dalam
dasar negara haruslah ditegakan dalam kehidupan bernegara. Namun cita-cita dan
tujuan tersebut mustahil tercapai tanpa adanya penegakan hukum .
Penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai
yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantahkan dan
sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan,
memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Permasalahan serta
gangguan terhadap penegakan hukum bukan tidak mungkin terjadi, masalah pokok
yang timbul dari penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum itu sendiri. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor hukum atau undang-undang.
2. Faktor penegakan hukum.
3. Faktor sarana atau fasilitas.
4. Faktor masyarakat.
5. Faktor kebudayaan.
Masalah dalam penegakan hukum muncul apabila ada ketidakserasian antara
Volume 2, No.2, Tahun 2016

Analisis Yuridis Pungutan Liar Biaya Parkir Yang Dilakukan| 639

nilai, kaidah, dan pola perilaku. Maka dari itu selain melihat faktor-faktor tersebut,
dalam penegakan hukum haruslah memperhatikan pula tujuan hukum yang hendak
dicapai seperti kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan.
Dalam perkembangan hukum, hukum digunakan sebagai perlindungan
kepentingan manusia. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai,
tetapi juga dapat berlangsung secara tidak baik karena pelanggaran hukum. Hukum
yang dilanggar harus ditegakkan, melalui penegakan hukum inilah suatu hukum dapat
menjadi kenyataan, dan izin merupakan salah satu instrument penegakan hukum.
C.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kepolisian resort kota Bukittinggi mengakui bahwa keberadan preman di kota


Bukittinggi telah meresahkan masyarakat dan sangat menganggu sistem keamanan
yang ada. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Al Zufri selaku anggota reskrim resort
kota Bukittinggi bahwa, maraknya keberadaan preman di kota Bukittinggi disebabkan
karena kurangnya lapangan pekerjaan di kota Bukittinggi terutama untuk para pemuda,
sehingga membuat para pemuda tersebut mencari kegiatan di pasar-pasar seperti
meminta uang kepada pedagang kaki lima dan pemilik toko dengan alasan uang
keamanan. Selain itu ada juga yang kemudian menjalani profesi sebagai tukang parkir
liar dan kemudian meminta uang kepada pengguna jasa parkir dengan jumlah melebihi
dari ketentuan peraturan yang ada. Premanisme sendiri merupakan sebuah gejala yang
ada di dalam masyarakat yang sulit untuk di musnahkan karna setiap ada preman yang
di tangkap maka preman yang barupun akan bermunculan.
Menurut Al Zufri untuk memberantas keberadaan preman sampai ke akarakarnya merupakan hal yang sulit untuk dilakukan, karena berkaitan dengan faktor
ekonomi, ditambah lagi dengan kota Bukittinggi sebagai salah satu kota wisata yang
setiap hari libur banyak dikunjungi. Dengan demikian, preman preman yang ada selalu
berusaha untuk mengambil keuntungan dalam situasi tersebut. Misalnya, dengan
menjadi tukang parkir liar, pengamen, dan bahkan menjadi pencopet di kota
Bukittinggi.
Selain dilokasi wisata kota, para preman biasanya juga banyak melakukan
kegiatan di pasar dan terminal yang ada di Kota Bukittinggi. Ditempat tersebut
preman-preman meminta pungutan dengan alasan keamanan kepada pemilik toko dan
pedagang kaki lima yang berada di pasar dan terminal tersebut. Narasumber juga
mengungkapkan bahwa sulitnya preman-preman tersebut ditertibkan atau diberikan
tindakan kurangnya laporan-laporan yang masuk ke pihak kepolisian setempat.
Adapun alasan tidak adanya pelaporan tersebut berdasarkan survey kepolisian adalah
demi keamanan toko mereka.
Selain wawancara dengan pihak kepolisian diatas, Penulis juga mewawancara
masayarakat dan para wisatawan yang berada di kota Bukittinggi terkait keberadaan
preman.Ramadhanil Aldinos misalnya, yang merupakan pemilik toko di pusat
pertokoan aur kuning kota Bukittinggi mengaku bahwa ia dan beberapa rekanya sering
dimintakan uang oleh para preman minimal sekali sebulan untuk biaya keamanan.
Padahal ia sendiri telah memberi iuran kemanan kepada satpam dan pihak keamanan
pertokoan. Alasan narasumber tetap memberikan uang kepada preman tersebut adalah
karena alasan takut jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi.
Kemudian, berdasarkan keterangan para wisatawan yang datang ke Kota
Bukittinggi Darsono Vero misalnya, mengungkapkan bahwa saat berwisata di kota
Bukittinggi, ia merasa sangat tidak nyaman lantaran sering di peras atau dimintaan
paksa sejumlah uang oleh beberapa oknum yang mengaku tukang parkir, jumlah uang
yang dimintakanpun sangat tidak wajar jika harus disebut sebagai uang parkir.
IlmuHukum,Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016

640 |

Abdul Latif, et al.

Narasumberpun akhirnya memberikan uang tersebut, karena oknum tersebut


memberikan ancaman tidak akan bertanggungjawab jika nantinya terjadi hal hal yang
tidak diinginkan terhadap kendaraan narasumber.
Desmerizal, wiraswastawan Bukittinggi lainya, yang berasal dari Jakarta, juga
mengaku pernah mendapatkan pengalaman pahit dari tukang parkir yang ada
dikawasan wisata Bukittinggi. Saat ia memarkir kendaraan roda dua miliknya didepan
Bukittinggi Plaza, ia diharuskan membayar uang parkir Rp 10.000,-. Hal yang sama
juga dialami wisatawan lainya Desmerizal.
Dalam teori penegakan hukum dan dikaitkan dengan permasalahan parkir
dikota bukittinggi, terdapat beberapa aspek yang dapat mempengaruhi penegakan
hukumnya. Salah satu aspek tersebut adalah penegak hukum itu sendiri. Berdasarkan
keterengan dishub Kota Bukittinggi bahwa mereka tidak mengetahui siapa yang
berhak menangani pungutan liar biaya parkir yang dilakukan oleh preman dan dishub
pun mengatakan dishub hanya melakukan pengawasan terhadap juru parkir dan hanya
memberitahu kepada penyelengara perpakiran bahwa telah terjadi pungutan liar
selanjutnya instansi terkaitlah yang akan memberitahu atau menindak lanjuti laporan
dari pihak dishub. Hal tersebut kemudian menyebabkan tidak adanya penindakan
terhadap pungutan liar biaya parkir yang dilakukan oleh preman. Seharusnya agar
terjadi suatu hubungan kerja yang sinkron demi mewujudkan kondisi masyrakat yang
aman, khsussnya dalm hal perparkiran. Pihak dishub bukittinggi berkordinasi dengan
pihak kepolisian agar jika ada pelanggaran hukum yang terjadi dapat di proses secara
hukum pidana, jika perlu pemidanaan kepada pelaku yang membuat kegaduhan
tersebut perlu untuk diterapkan.
D.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan


beberapa hasil penelitian sebagai berikut:
1. Berdasarkan uraian tersebut diatas bahwa ketentuan tentang retribusi parkir
telah di atur didalam Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 10 Tahun
2014 Tentang Retribusi Khusus Parkir namun di lapangan masih banyak
terjadi pungutan liar biaya parkir. Pihak Dinas Perhubungan Kota Bukittinggi
hingga saat ini masih belum menemukan dasar hukum untuk melakukan
penertiban para pelaku pungutan liar menjadi peraturan yang ada tidak dapat
dijalankan dengan semestinya.
2. Berdasarkan uraian tersebut diatas perbuatan preman yang melakukan
pungutan liar biaya parkir lebih dari peraturan daerah telah memenuhi
rumusan unsur pasal 368 ayat (1) kitab undang-undang hukum pidana
sehingga dapat dilakukan proses sistem peradilan pidana dan dapat dijatuhi
atau dikenakan pidana penjara paling lama 9 (Sembilan) bulan sebagaimana
yang diatur dalam pasal tersebut.
E.

Saran
1. Perlunyasosialisaisecara detail yang dilakukanolehpihakaparat yang
berwenangbaikdaridinasperhubungankotaBukittinggiataupunpemerintahBukit
tinggimengenaibiayaparkiruntukmencegahpungutan
liar
biayaparkir.
Selainitumasayarakatharusbekerjasamadengandinasperhubungandanpihakkep
olisianuntukmelaporkanapabilamasayarakatmengetahuiadanyapungutan liar
biayaparkir.
2. Untukpenindakandanpemberiansanksi,
sudahsepatutnyadinasperhubungankotaBkittinggidankepolisiankotaBukittingg

Volume 2, No.2, Tahun 2016

Analisis Yuridis Pungutan Liar Biaya Parkir Yang Dilakukan| 641

imelakukankoordinasiantarlembaga,
agar
laporanlaporandanpemberitahuandarimasayarakatdapatdilakukanpenindakand
andilanjutkandengan proses hukumpidanasesuaidenganketentuan yang
berlaku.
Daftar Pustaka
Andi Hamzah, asas-asas hukum pidana, cetakan ke-iv, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
C.S.T kansil Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, balai pustaka: Jakarat,
1989
C.S.T Kansil dan Christne S.T. Kansil. Pokok-Pokok hokum pidana, Jakarta: Pradnya
Paranita, 2004
Gilang Andika Gunawan, tinjauan kriminologis tentang pungutan liar kepada
pengemudi angkutan daerah. Universitas Hassanudin Makassar, 2014
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Ilmu Hukum, bandung: alumni 2000
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Bandung:
Alumni, 2006
Mustofa, pelaksanaan intensifikasi retribusi parkir dalam menunjang otonomi daerah.
Universitas negeri semarang : semarang. 2009
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: intermasa, 2000
Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 2007

IlmuHukum,Gelombang 2, Tahun Akademik 2015-2016

You might also like