Planning and Beams in Shear Walls Apartment Cosmopolitan, Kemang Village

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PLANNING AND BEAMS IN SHEAR WALLS

APARTMENT COSMOPOLITAN, KEMANG VILLAGE


Mohammad Ikhsan, Arief Sulardi, ST., MT.
Undergraduate Program, Faculty of Civil and Planning Engineering, 2010
Gunadarma University
http://www.gunadarma.ac.id

Keyword: Dynamic Analysis, Static Equivalent Analysis, Beam, Shear Wall,


Irregular Shaped Building

ABSTRACT
This journal of undergraduate thesis titled Beam and Shear Wall Design of Cosmopolitan
Apartment, Kemang Village is intended to bring in an approved design of an apartment based on
Indonesians Code, SNI 03 2847 2002 of Manual in Concrete Building Design and SNI 03
1726 2002 of Manual in Earthquake Resistant Building Design. The first step executed is
collecting data required for design such as shop drawing and location. Then the structure is made
as a 3D Frame model using ETABS version 9 software. The model is analyzed for earthquake
using ETABS version 9 software. And based on static equivalent analysis, the structural
vibratory period using T-Rayleigh formula is 10,44 second. Because of the structural has an
irregular shape, the dominant earthquake load is the dynamic one with a maximum displacement
is about 133,87 mm, whereas the allowable maximum displacement is 223,42 mm. Based on the
earthquake analysis, it is proven that the structure is stable. Using SNI 03 2847 2002 to
design beam and shear wall, the number of reinforcement based on analysis is less than the
actual reinforcement used. For example, for the G7 type of the beam, longitudinal reinforcing as
a result of the analysis is 4D22 to be used as compression reinforcement and 2D22 as tension
reinforcement both in left end and right end, whereas the actual longitudinal reinforcing in left
end and right end used is 4D22 as compression and 3D22 as tension reinforcement. And for
shear wall W8 reinforcement in the boundary element, as a result of the analysis, the longitudinal
reinforcing is 14D13 whereas the actual longitudinal reinforcing is 14D25.

1. PENDAHULUAN
Mengingat belakangan sering terjadi gempa
di wilayah Indonesia, maka perencanaan
struktur tahan gempa menjadi sangat penting
guna mengurangi kerusakan struktur akibat
gempa yang dapat mengakibatkan korban
jiwa. Dinding geser beton bertulang
dianggap elemen struktur yang mempunyai
kinerja baik dalam wilayah gempa. Bahkan
seorang engineer kenamaan Amerika, Mark
Fintel (2004) berkata, Kita tidak dapat
merencanakan concrete buildings yang
mampu menahan beban gempa yang besar
tanpa dinding geser.
Dalam studi ini, Apartemen Cosmopolitan
yang terdiri dari 42 lantai yang merupakan
salah satu tower dalam kawasan superblock
Kemang Village didesain dengan
menggunakan struktur dinding geser beton
bertulang. Desain akan mengacu pada SNI
03 1726 2002 untuk perencanaan
gempanya dan SNI 03 2847 2002 untuk
analisis tulangannya.
2
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Merencanakan struktur sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku seperti:
a. SNI 03 1726 2002 tentang
Standar Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung.
b. SNI 03 2847 2002 tentang Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung.
c. SKBI 1.3.53.1987, UDC: 624.042
tentang Pedoman Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan
Gedung.
2. Membandingkan pembatasan waktu
getar alami fundamental berdasarkan
SNI 03 1726 2002 dengan SNI 03
1726 2003 serta SNI 03 1726 1991.
3. Menganalisis struktur dengan analisis
statik ekuivalen 3D dan respon dinamik
dengan menggunakan respon spektrum.
4. Merencanakan penulangan dinding geser

dan balok.
Dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka
dilakukan pembatasan masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Perencanaan yang dimaksud adalah
berupa perencanaan struktur tanpa
membahas perencanaan dari segi
manajemennya.
2. Perencanaan difokuskan terhadap
perencanaan struktur atas. Untuk
perencanaan struktur bawahnya, seperti
fondasi, tidak dilakukan.
3. Dimensi yang digunakan adalah dimensi
aktual yang terpasang di lapangan,
sehingga pada tahapan preliminary
design tidak dilakukan lagi asumsi
dimensi.
4. Program bantu yang digunakan dalam
analisis adalah ETABS versi 9.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk struktur gedung tidak beraturan,
pengaruh Gempa Rencana terhadap struktur
gedung harus ditentukan melalui analisis
respons dinamik tiga dimensi (3D). Untuk
mencegah terjadinya respons struktur
gedung terhadap pembebanan gempa yang
dominan dalam rotasi, dari hasil analisis
vibrasi bebas 3 dimensi, paling tidak gerak
ragam pertama (fundamental) harus
dominan
dalam translasi.
Nilai akhir respons dinamik struktur gedung
terhadap pembebanan gempa nominal akibat
pengaruh Gempa Rencana, berdasarkan SNI
03 1726 2002, dibatasi tidak boleh
kurang dari 80% nilai respons ragam yang
pertama. Dengan demikian dapat
dirumuskan:
V 0,8V1 ....................(2.1)
Perbedaan yang mendasar dalam
menentukan gaya geser dasar nominal V
antara SNI 03 1726 2002 dengan
peraturan terdahulu, SNI 03 1726 1989,
yaitu faktor reduksi gempa R. Dimana
berdasarkan SNI 03 1726 2002, faktor
reduksi gempa R ditentukan berdasarkan

persamaan:
1 1,6 m
R
f R ...........(2.2)
Dimana:
R = faktor reduksi gempa
= faktor daktalitas struktur gedung
f1 = faktor kuat lebih beban dan bahan
dalam struktur (f1 = 1,6)
Rm = faktor reduksi gempa maksimum yang
dapat dikerahkan struktur
2.1 Analisis Statik Ekuivalen
Untuk melakukan analisis gempa dinamis,
terlebih dahulu perlu ditinjau analisis gempa
statik yang bekerja pada struktur. Dimana
dalam analisis gempa dinamis terdapat
batasan atau persyaratan yang harus
dipenuhi seperti yang ditetapkan dalam
Persamaan 2.1. Dimana beban geser dasar
nominal statik ekuivalen V yang bekerja
pada struktur tersebut dapat ditentukan
berdasarkan persamaan:
1
t

CI
VW
R
................(2.3)
3
Dimana:
V = Gaya geser dasar nominal
C1 = Nilai faktor respons gempa
I = Faktor keutamaan
R = Faktor reduksi gempa representatif
dari struktur gedung
Wt = Berat total gedung
Setelah beban geser dasar nominal statik
ekuivalennya didapat, maka beban tersebut
harus didistribusikan menjadi beban gempa
nominal statik ekuivalen Fi ke sepanjang
tinggi struktur gedung yang bekerja pada
pusat massa lantai menurut persamaan:
1
ii
in
ii
i

Wz
FV
Wz

.............(2.4)
Dimana:
Fi = beban gempa nominal statik ekuivalen
Wi = berat lantai tingkat ke-i
zi = tinggi tingkat lantai ke-i diukur dari
taraf penjepitan lateral
n = jumlah tingkat
V = beban geser dasar nominal statik
ekivalen
Namun apabila rasio perbandingan antara
tinggi struktur gedung dan ukuran denahnya
dalam arah pembebanan gempa melebihi
atau sama dengan 3, maka 0,1 V harus
dianggap sebagai beban horizontal terpusat
yang menangkap pada pusat massa lantai
tingkat paling atas. Sedangkan 0,9 V sisanya
harus didistribusikan sepanjang tinggi
struktur menjadi beban gempa nominal
statik ekuivalen berdasarkan Persamaan 2.4.
Setelah beban-beban gempa nominal statik
ekuivalen Fi tersebut dibebankan terhadap
struktur, maka struktur akan mengalami
deformasi dengan waktu getar tertentu.
Untuk mengetahui waktu getar alami
fundamental dari struktur akibat Fi dapat
ditentukan berdasarkan Rumus Rayleigh,
yaitu:
2
1
1
1

6,3
n
ii
i
n
ii
i

Wd
T
gFd

...........(2.5)
Dimana:
T1 = waktu getar alami fundamental
Wi = berat lantai tingkat ke-i
di = simpangan horizontal lantai ke-i (mm)
Fi = beban gempa nominal statik ekuivalen
lantai tingkat ke-i
g = percepatan gravitasi (9.810 mm/s2)
Adapun, nilai T1 empiris, nilainya tidak
boleh menyimpang 20% dari nilai T1 yang
ditentukan berdasarkan Persamaan 2.5.
Kalaupun terjadi simpangan melebihi 20%,
maka yang harus dilakukan adalah
menggunakan nilai T1 yang didapat dengan
menggunakan Persamaan 2.5 untuk
mendapatkan nilai respons spektrum C guna
mendapatkan beban geser dasar nominal
statik ekuivalen V yang baru.
2.2 Analisis Ragam Spektrum Respons
Salah satu metode yang dapat digunakan
dalam analisis gempa dinamis untuk struktur
gedung tidak beraturan adalah dengan
menggunakan metode analisis ragam
spektrum respons. Dalam metode ini, nilai
ordinat dari Spektrum Respons Gempa
Rencana seperti yang terdapat dalam SNI 03
1726 2002 dikalikan dengan faktor
koreksi I/R, dimana I adalah Faktor
Keutamaan Gedung, sedangkan R adalah
faktor reduksi gempa representatif dari
struktur yang bersangkutan.
Dalam hal ini, jumlah ragam vibrasi yang
ditinjau dalam penjumlahan respons ragam
menurut metode ini harus sedemikian rupa,
sehingga partisipasi massa dalam
menghasilkan respons total harus
sekurangkurangnya
90%. Adapun, untuk struktur
gedung tidak beraturan yang memiliki
waktu-waktu getar alami yang berdekatan,
maka penjumlahannya harus dilakukan
dengan menggunakan metode Kombinasi
4
Kuadratik Lengkap (Complete Quadratic
Combination atau CQC). Dimana waktu

getar alami dianggap berdekatan apabila


selisih nilainya kurang dari 15%. Sedangkan
untuk struktur gedung tidak beraturan yang
memiliki waktu getar alami yang berjauhan,
penjumlahannya menggunakan metode Akar
Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of
Squares atau SRSS).
3. METODOLOGI
Gambar 3.1 Diagram Alir Perencanaan
Struktur
MULAI
Data : Mu, fc, fy
Tetapkan : b, d
u
n

M
M

011

600 1 600
0,75 0,85 ' 1 0,75
600 2 600 n c
yy

Rf
ff

n
n

M
R
bd

n n0

Gunakan tulangan tunggal Gunakan tulangan rangkap


0,85 ' 2
11
0,85 '
cn
yc

fR
ff

0,85 ' 600


600
c
b
yy

f
ff

1, 4
yf
1, 4
y

Gunakan tulangan yang


sesuai dan cetak hasilnya
SELESAI
1
2
10
21
'

0,75
Tetapkan : '
600
600
'
0,003
b
nn
n nn
y
s

Abd
MRbd
MMM
d
c
f
cd
c

'
y
s
s

f
E
''
' syf
2
2
n
s

''

sss

A
fdd

4.1 Analisis Gempa Statik Ekuivalen


Berdasarkan SNI 03 1726 2002, waktu
getar alami bangunan dapat dihitung sebagai
berikut:

12
'2
s
s

AAA
AA

Gambar 3.2 Diagram Alir Penulangan


Lentur Balok
MULAI
Data:
1. Dimensi
2. Mutu Bahan
3. Gaya Dalam (Pu, Vu, Mu)
1
'
6 u cv c V

02

0,18 42
7,56 detik c
Tn
TT

Af

Dual Layer
Single Layer
5
'
6 u cv c Ubah V

Af

Penampang
Hitung rasio penulangan horizontal dan
transversal
min
min min

0,0025
0,5 2,5

0,75
03
0,75

w
v
n
w
vn
w

0,068
0,068 143,05
2,81 detik c
TH
TT

A
s
h
h

Hitung jumlah
penulangan
horizontal dan
transversal

Dan berdasarkan SNI 03 1726 1991,


yaitu:

s
s
st

Abd
A
n
A

atau n v
atau n v
min

Sedangkan berdasarkan SNI 03 1726


2003, yaitu:

0,75
91
0,75
min

SELESAI

Gambar 3.2 Diagram Alir Perencanaan


Struktur dengan ETABS
Gambar 3.4 Diagram Alir Penulangan
Horizontal dan Transversal Dinding Geser
5
4. ANALISIS
Adapun denah struktur yang direncanakan
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1 Denah Struktur Lantai 2 28
Setelah data berupa denah tersebut
didapatkan (dimana dalam gambar tersebut
juga terdapat dimensi elemen struktur yang
digunaka), maka langkah selanjutnya adalah
memodelkan struktur tersebut ke dalam
ETABS. Dan hasilnya adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.2 Pemodelan Struktur pada
ETABS

0,06
0,06 143,05
2,48 detik c
TH
TT

Sedangkan setelah dilakukan analisis dengan


menggunakan program ETABS, didapat
besar T-Rayleigh seperti yang tertera pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Nilai T-Rayleigh
SNI 2002 SNI 2003 SNI 1991
Tx 10,44 10,38 10,38
Ty 9,48 7,33 7,33
% Tx/T 72,40% 27,09% 23,90%
% Ty/T 79,72% 38,35% 33,84%
4.2 Analisis Gempa Dinamis dengan

Respon Spektrum
Menurut SNI 03 1726 2002 Pasal 7.13,
nilai akhir respons spektrum tidak boleh
diambil kurang dari 80% dari nilao respons
ragam pertama atau Vdinamik 0,8 Vstatik.
Adapun, hasil yang didapat berdasarkan
analisis program ETABS dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Nilai Akhir Respons Spektrum
dan Beban Gempa Statik Ekuivalen Arah x
dan y
Tipe Beban Gempa
FX
(ton-m)
FY
(ton-m)
Respons Spektrum x 255,76 151,82
Respons Spektrum y 425,75 305,55
Statik x -230,65 -42,72
Statik y -132,11 137,95
Berdasarkan nilai pada Tabel 4.2 dapat
dilihat bahwa nilai akhir dari respons
6
spektrum telah memenuhi persyaratan yang
disyaratkan dalam SNI 03 1726 2002
Pasal 7.1.3, dengan syarat Vdinamik 0,8
Vstatik. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa untuk struktur yang direncanakan
beban gempa dinamis lebih menentukan.
Sehingga dalam tahapan selanjutnya beban
gempa yang digunakan adalah beban gempa
dinamis.
4.3 Analisis Penulangan Balok G7
Sebagai contoh dilakukan perhitungan untuk
tipe balok G17. Adapun, data yang
dibutuhkan dalam perencanaan balok adalah
sebagai berikut:
a. lebar balok (b) = 300 mm
b. tinggi balok (h) = 600 mm
c. selimut beton (p) = 40 mm
d. fc = 37 MPa
e. fy = 400 Mpa
f. 1 = 0,79
g. = 0,80
h. momen lapangan (Mu+)
= 185.714.890,00 N.mm

i. momen tumpuan (Mu)


= 253.305.701,00 N.mm
j. gaya geser (Vu)
1. tumpuan = 606.970,00 N
2. lapangan = 458.565,00 N
k. torsi (T) = 27.654.440,00 N
Berdasarkan data tersebut, maka
perhitungan
tulangan lentur lapangannya dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Momen perlu (Mn)
Mn =
0,8
uM
=
185.714.890
0,8
= 232.143.613 N.mm
b. Menghitung nilai (m)
m=
0,85 '
y
c

f
f
=
400
0,85 37
= 12,72
c. Menghitung nilai (Rn)
Rn = 2
nM
bd
=2
232.143.613
300 539
= 2,57 N/mm2
Setelah nilai Rn diketahui, maka perlu dicek
apakah digunakan tulangan tunggal atau
tulangan rangkap, yaitu dengan cara
membandingka nilai Rn dengan Rn0, yaitu:
011

450 1 450
0,85 ' 1
600 2 600
450 1 450

0,79 0,85 37 1 0,79


600 400 2 600 400
11,18 0,82
9,19
nc
yy

Rf
ff

400
= 0,0035
g. Menghitung rasio penulangan tulangan
( )
=
12
11n
y

mR
mf

Oleh karena Rn < Rn0 maka digunakan


tulangan tunggal
d. Menghitung rasio penulangan dalam
keadaan setimbang (
balace)
b
alance =

0,85 ' 600

600
c
yy

f
ff

=
0,79 0,85 37 600
400 (600 400)

= 0,0375
e. Menghitung rasio penulangan
maksimum ( max)
max =
balance 0,75
= 0,0373 0,75= 0,0281
f. Menghitung rasio penulangan tulangan
minimum ( min)
min =
1, 4
yf
=
1, 4

=
1 2 12,72 2,57
11
12,72 400

= 0,0070
Karena > min, maka digunakan
sebagai
rasio penulangan.
h. Menghitung luas tulangan yang
dibutuhkan (As)
As = b d
= 0,0070 400 549 = 1.126,65 mm2
i. Menghitung jumlah tulangan (n)
n=s
st

A
A
=2
1.126,65
0, 25
22
= 2,96
gunakan 3 buah
j. Menghitung spasi antar tulangan (s)
7
DIMENSION
TOP BARS
BOTTOM BARS
STIRRUPS
WEB BARS

BEAM TYPE
LEFT SIDE END MIDDLE RIGHT SIDE END

Ln
350 0,25 Ln
0,6 Ln
0,25 Ln 350
254
254
3D22
D22 D22
D22
3D22
2D10
1,5 D13 - 100 1,5 D13 - 150
LEFT SIDE END MIDDLE RIGHT SIDE END

s = skng b-(2p)-(2 )
n
=
400 (2 40) (2 13)
8
= 36,75 = 40 mm
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tulangan yang terpasang
adalah 3D22.
Setelah didapatkan tulangan yang terpasang,
maka langkah selanjutnya adalah
menghitung momen nominal penampang
(Mns) untuk mengecek kapasitas penampang.
Besar momen nominal penampang (Mns)
adalah sebagai berikut:
Mns = min
2 0,85 '
y
sy
c

f
Afdd
f

= 242.514.791 N.mm
Dari hasil pengecekan kapasitas penampang,
didapat bahwa Mns > Mn. Dengan demikian
tulangan 3D22 dapat digunakan.
Maka hasil analisis penulangannya dapat
dilihat pada Gambar 4.3 dan 4.4.
Gambar 4.3 Penulangan Balok G7
Gambar 4.4 Detail Penulangan Balok G7
4.4 Analisis Penulangan Dinding Geser
Sebagai contoh, akan dilakukan perhitungan
untuk tipe dinding geser W8. Adapun, data
yang dibutuhkan dalam perencanaan dinding
geser adalah sebagai berikut
a. Panjang dinding geser (lw) = 2,70m
b. Tinggi lantai (hw) = 3,20 m
c. Tinggi gedung = 134,05 m
d. Tebal (h) = 0,30 m
e. Selimut beton (p) = 40 mm
f. Kuat tekan beton rencana (fc) = 45 MPa
g. Kuat leleh minimum baja (fy) = 400 MPa

h. Faktor reduksi (1) = 0,79


i. Faktor reduksi kekuatan ( ) = 0,65
j. Mu = 98.505.877,84 N/mm
k. Pu = -29.348.210,64 N
l. Vu = 1.231.956,90 N
Untuk merencanakan tulangan horizontal
dan tulangan tranversal minimum yang
dibutuhkan, langkah yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa kebutuhan lapisan tulangan
Langkah pertama dalam menentukan baja
tulangan horizontal dan transversal
minimum yang diperlukan adalah dengan
memeriksa kebutuhan lapisan tulangan.
Dimana baja tulangan harus dipasang dua
lapis apabila gaya geser terfaktor melebihi:
1
'
6 cv c A f
Dengan 2,7 0,3 0,81 m2 cv A
, maka:
31 1
' 0,81 45 10
66
905,61 kN 905.607,53 N
cv c A f
Oleh karena Vu = 1.231 kN > 905,61 kN,
maka diperlukan dua lapis tulangan.
Sedangkan kuat geser maksimum yang
diizinkan adalah:
35 5
' 0,81 45 10
66
4.528,04 kN 4.528.037,65 N
cv c A f
8
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
gaya geser yang bekerja masih di bawah
batas atas kuat geser dinding geser.
2) Menentukan tulangan horizontal dan
transversal yang dibutuhkan
Rasio distribusi tulangan minimum adalah
0,0025 dengan spasi maksimum 45 cm.
Luas dinding geser per meter panjang = 0,3
m 1 m = 0,3 m2

Per meter minimal harus ada = 0,35 m2


0,0025 = 0,0075 m2 = 750 mm2
Bila digunakan baja tulangan D13, maka:
2221 1
13 132,73 mm
4 4 As
d
Karena menggunakan dua lapis, maka
jumlah pasangan tulangan yang diperlukan
adalah:
min 750
2,83 3 pasang
2 132,73
s
s

A
n
A

dengan jarak spasi,


1.000
333,33 300 mm
3
s
Dengan demikian syarat batas spasi
maksimum telah terpenuhi karena jarak
spasi terpasang 300 mm < 450 mm.
Maka digunakan baja tulangan D13 300
Dan berdasarkan hasil analisis, didapat
tulangan sebagai berikut:
Gambar 4.5 Detail Penulangan Dinding
Geser
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1) Untuk struktur gedung tidak beraturan,
beban gempa yang menentukan adalah
beban gempa dinamis bukan beban
gempa statik ekuivalen. Dimana gaya
geser dasar akibat beban gempa dinamis
lebih besar dari 80% gaya geser dasar
akibat beban gempa statik ekuivalen.
2) Waktu getar bangunan yang dihitung
dengan rumus empiris pada SNI 03
1726 2002 hasilnya paling mendekati

dengan waktu getar bangunan dengan


TRayleigh.
Dimana persentase
perbandingan antara T-Rayleigh dengan
T-Empiris adalah 72,40% untuk arah x
dan 79,72% untuk arah y.
3) Simpangan yang terjadi akibat beban
gempa, baik dinamis maupun statis,
masih dibawah standar yang diizinkan.
Dimana simpangan maksimum yang
terjadi adalah 133,87 mm, dimana
simpangan batas maksimum yang
diizinkan adalah sebesar 223,42 mm.
4) Dalam analisis penampang didapat
kekuatan yang tersedia lebih besar dari
kekuatan yang dibutuhkan untuk
memikul beban terfaktor. Hal tersebut
dapat dilihat dari jumlah tulangan hasil
analisis yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan yang terpasang di
lapangan. Sebagai contoh, untuk balok
G7, As (analisis) adalah 2.280 mm2
sedangkan yang terpasang di lapangan
adalah 2.660 mm2. Dan untuk dinding
geser W8, tulangan lentur hasil analisis
adalah 14D13 sedangkan yang terpasang
di lapangan 14D25.
6. REFERENSI
Irwin, A. W. 1984. Design of Shear Wall
Buildings. Laporan Penelitian CIRIA
(Construction Industry Research and
Information Association)
Jayachandran, P. 2009. Design of Tall
Building: Preliminary Design and
Optimization. National Workshop on
9
High-Rise and Tall Building, University
of Hyderabad India.
Kusuma, Gideon H., dan Takim Andriono.
1994. Desain Struktur Rangka Beton
Bertulang di Daerah Rawan Gempa.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
M. Ali, Mir., and Kyoung Sun Moon. 2007.
Structural Developments in Tall
Buildings: Current Trends and Future
Porspects. Architectural Science

Review, Vol. 50.3, pp 205-223.


Moroni, M. Ofelia. 2002. Concrete Shear
Wall Construction, Laporan Penelitian
University of Chile.
Murty, C. V. R. 2004. Why are Buildings
with Shear Walls Preferred in Seismic
Regions?. IITK-BMTPC (Indian
Institute of Technology Kanpur-Building
Materials and Technology Promotion
Council) Earthquake Tips.
YLPMB. 1981. PPIUG 1983 - Peraturan
Pembebanan Indonesia untuk Gedung.
Bandung: Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan.
BSN. 2002. SNI 03 2847 2002. Tata
Cara Perhitungan Beton untuk Struktur
Bangunan Gedung. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional.
BSN. 2002. SNI 1726 2002. Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional.
Pamungkas, A. dan Erny Harianti. 2009.
Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa.
Surabaya: ITS Press.
Tavio dan Benny Kusuma. 2009. Desain
Sistem Rangka Pemikul Momen dan
Dinding Struktur Beton Bertulang Tahan
Gempa. Surabaya: ITS Press.
Wang, C. K., Charles G. Salmon, dan Binsar
Hariandja. 1990. Desain Beton
Bertulang. Jakarta: Penerbit Erlangga.

You might also like