Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air
RESPIRASI
R.Adhariyan
Islamy
(0910810063)
Danang Ferry P.
NIM. 0810850034
Menyetujui,
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Abstract
5 ppm. In observation of respiration tilapia with some therapies such as, fish nila at entry
into the jar filled with water , with a temperature of 36 0C, then opened his mouth was
monitored every 3 minutes 5 times. And in the achievement of results in the observation
that the respiration occurs in tilapia (Oreochromis niloticus), that is carried out by
Group 5 with the temperature at 36 0C not seen the data after every 3 minutes for 5 hours
of opening of the mouth it increased rapidly, but the fish do not die after the practice of
composition dead fish. While the consumption of oxygen from the observations of DOo =
3.2 mg / ; point = 2,3 mg / , 3.4 x 10-4 mg/ oxygen consumption. The greater the
temperature lower is the amount of oxygen in the water.
Keywords: Respiration, Nila Fish (Oreochromis niloticus), DO
Abstrak
Respirasi atau pernafasan adalah pertukaran gas O2 dan CO2 di dalam organ
pernafasan makhluk hidup. Sumber O2 dalam perairan dapat berasal dari udara dan
fotosintesis fitoplankton. Respirasi aerob ialah suatu proses pernafasan yang
membutuhkan oksigen dari udara, sedangkan Respirasi anaaerob ialah suatu proses
pernafasan yang tidak membutuhkan oksigen. Faktor yang mempengaruhi proses
respirasi ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Meskipun beberapa jenis ikan
mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun
konsentrasi minimum yang masih dapat diterima sebagian besar spesies biota air
budidaya untuk hidup adalah 5 ppm. Pada pengamatan tentang respirasi ikan nila
dilakukan dengan beberapa perlakuan diantaranya adalah, ikan nila dimasukkan ke dalam
toples yang sudah diisi air bagian, dengan suhu 36 0C . Kemudian diamati bukaan mulut
setiap 3 menit sebanyak 5 kali. Dan didapatkan hasil mengenai pengamatan respirasi
yang terjadi pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang dilakukan oleh kelompok 5
dengan suhu 360C didapatkan data setelah diamati setiap 3 menit selama 5 kali yaitu
bukaan mulut bertambah cepat tapi ikan tidak mati setelah praktikum berakhir ikan mati.
Sedangkan konsumsi oksigen dari pengamatan yaitu DO o = 3,2 mg/ ; DOt = 2,3 mg/ ,
konsumsi oksigen sebesar 3,4 x 10-4 mg/. Semakin tinggi temperatur maka semakin
rendah jumlah oksigen yang terbuat dalam air.
Kata
kunci
Respirasi,
Ikan
nila
(Oreochromis
niloticus),
DO
1.
PENDAHULUAN
Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dalam tubuh makhluk hidup disebut
pernafasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi. Pada dasarnya
metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan
karbondiokdisa. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi
secara langsung antara masing-masing sel tubuh dengan lingkungan luar tubuhnya. Untuk
itu organ-organ tertentu yang bergabung dalam sistem pernafasan dikhususkan untuk
melakukan pertukaran gas pernafasan bagi keperluan seluruh sel tubuhnya (Rida, 2008).
diperoleh dari susunan karbohidrat dan lemak dalam tubuh. Inilah yang disebut dengan
respirasi anaerob (Weichert, 1959).
dalam Anwar
mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen terbagi menjadi dua, yaitu faktor luar dan
dalam. Faktor luar dipengaruhi oleh tekanan parsial oksigen dan suhu. Peningkatan suhu
pada batas tertentu akan diikuti dengan peningkatan laju metabolisme. Sedangkan faktor
dari dalam adalah yang berkaitan langsung dengan ikan itu sendiri, seperti ukuran ikan,
aktifitas, kondisi kesehatan ikan, dan seks.
Menurut Mattians, dkk (1998) dalam Ratningsih (2008), respirasi pada ikan
berhubungan luas dengan permukaan organ respirasi, darah, dan kemampuan dari
organisme untuk mendeteksi pengurangan oksigen pada lingkungan dan upaya
penyesuaian fisiologis untuk mengimbangi kekurangan oksigen. Sedangkan menurut
Chahaya (2003) dalam Ratningsih (2008), partikel-partikel bahan organic terlarut yang
ikut terhisap bersama air secara terus-menerus dapat mengganggu proses respirasi pada
ikan. Bereaksinya partikel tersebut dengan fraksi tertentu dari lender insang
menyebabkan lender yang berfungsi sebagai pelindung diproduksi lebih banyak sehingga
terjadi penumpukan lendir yang menutupi lamella insang. Berkurangnya oksigen terlarut
dan terhambatnya proses respirasi pada ikan mengakibatkan menurunnya laju konsumsi
oksigen.
Menurut Cole (1983) dalam Sutimin (2011), salah satu sumber oksigen terlarut yang
penting dalam perairan adalah oksigen di atmosfer yang terlarut dalam massa air pada
permukaan air yang dihasilkan melalui proses difusi. Sedangkan menurut Boyd et.al,
(1991) dalam Sutimin (2011), sebagian besar oksigen dalam ekosistem perairan berasal
dari fotosintesis oleh fitoplankton. Pada perairan dangkal, suplai oksigen didominasi oleh
tanaman tepi, makrofita, dan alga bentik.
Oksigen dalam perairan juga berasal dari faktor biologis, diantaranya adalah aktifitas
klorofil pada tanaman dari perifiton di sungai mengalir. Alga planktonik di dalam kolam
atau danau, dan tanaman air berbunga. Di pesisir yang membentang di perairan. Hal ini
juga menyebabkan kelimpahan oksigen apabila tumbuhan air berlimpah dari cahaya
matahari (Arrignon, 1995).
Atmosfer bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml/L. Oksigen merupakan salah
satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami
bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin
besar suhu dan ketinggian (alfifut) serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen
terlarut semakin kecil (Effendi, 2003).
Kandungan oksigen terlarut (DO = Dissolved Oxygen) minimal 4 ppm (part per
million). Beberapa ikan hidup dengan baik pada kandungan oksigen kurang dari 4 ppm,
terutama ikan-ikan yang mempunyai alat pernafasan tambahan, yang memungkinkannya
mengambil oksigen langsung dari udara bebas seperti lele (Clarias sp.), sepat
(Trichogaster sp.), gabus (Channa striata), foman (Channa micropeites), gurami
(Osphronemus gouramy), tambakan (Helostoma femminoki), dan betook (Anabas
testudineus) (Kordi, 2008).
Menurut Salmin (2005 ), kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari
beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air, dan udara
seperti arus, gelombang, dan pasang surut. Sedangkan menurut Odum (1971) dalam
Salmin (2005), menyatakan bahwa kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan
semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan
permukaan kadar oksigen lebih tinggi karena adanya proses difusi antara air dan udara.
merupakan parameter yang sangat penting dalam menentukan kualitas perairan tambak.
Konsentrasi oksigen ditentukan oleh keseimbangan antara produksi dam konsumsi
olsigen dalam ekosistem . Oksigen diproduksi oleh komunitas autotrof melalui
pernafasan. Di samping itu, oksigen juga diperlukan untuk perombakan bahan organik
dalam ekosistem.
Menurut Salmin (2005), oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh
semua jasad hidup untuk pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi. Untuk pertumbuhan dan pembiakan, di samping itu
oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses
aerobik.
Respirasi internal sama dengan pertukaran gas antara darah dan jaringan atau sel di dalam
tubuh. Respirasi eksternal biasanya terdapat pada kapiler insang tetapi beberapa struktur
seperti kulit lainya (Weichert, 1959).
Berdasarkan Rida (2008), ada dua tahap pernapasan, tahap pertama oksigen
masuk ke dalam dan pengeluaran karbondioksida keluar tubuh melalui organ-organ
pernafasan disebut respirasi eksternal, dan pengangkutan gas-gas pernapasan dari organorgan pernapasan ke jaringan tubuh atau sebaliknya di lakukan oleh sistem sirkulasi .
Tahap kedua adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel
dalam jaringan disebut respirasi internal.
Menurut Giese (1968), tingkat pernafasan dan suspensi sel meningkatnya suhu
dalam batas-batas zona biokinetik suhu bkoefisien (Q 10). Respirasi umumnya ditemukan
dalam kisaran 2 sampai 4 dan menunjukan suhu 10 0C. Peningkatan suhu meningkatkan
laju reaksi dua kali lipat sampai empat kali lipat suhu yang lebih tinggi dari suhu optimal
di zona biokinetik menyebabkan respirasi ikan .
1.10
gerakan majunya untuk mengalirkan air melalui insang. Proses ini disebut ventilasi
dorong , jika gerakan makeret melebihi 6,4 meter/detik maka gerakan memompa
operculum menjadi lambat dan kalau melebihi 0,6 meter/detik gerakan ini berhenti dan
ikan tergantung pada ventitasi dorong (Villee et al, 1984).
Ikan dasar dari atlantik toadfish (osamus) memiliki permukaan insang sekitar 2
cm2/g dari berat badan. Lain lagi nilainya sekitar 4 cm2 /g pada makarel memiliki luas
permukaan insang sampai 10 cm2/g. Tapi luas permukaan insang ini tergantung tingkat
aktifitas dan rata-rata konsumsi oksigen. Pernapasan pada kulit terjadi melalui kapiler
darah di bawah lapisan kulit (Suryani, 2010).
2. METODOLOGI
Toples 2 liter
Nampan
Lap basah
Termometer
Heater akuarium
DO meter
Stopwatch
Ember
Selang aerator
2.2.2
Fungsi Bahan
Bahan bahan yang digunakan pada praktikum Fisiologi Hewan Air materi
Respirasi adalah :
-
Air tawar
Aquades
Es batu
Kel
Ulangan
1
Rata rata
331
354
272
315
312
1584
316,8
124
543
359
342
330
1698
339,6
332
353
360
393
457
1895
379
331
324
322
339
457
1321
264,2
351
594
563
549
541
2598
519,6
357
340
336
328
327
1688
337,5
244
230
257
269
338
1338
334,5
313
325
354
322
328
1642
328,4
287
277
216
207
228
1215
243
10
276
280
305
475
513
1849
369,8
3.2 Tabel DO
Kelompo
DO0 (Mg/L)
DOt (Mg/L)
3,1
2,2
1584
0,003
0,2
0,9
1698
0,0004
3,1
2,6
1895
2,6.10-4
3,4
2,6
1321
6.10-4
4,2
2,3
2598
3,4. 10-4
6
3,4
2,9
1688
2,9. 10-4
7
4,2
3,1
1338
8,2. 10-4
8
0,7
2,5
1642
1,09. 10-3
9
4,0
1,1
1215
0,002
10
2,7
2,2
1849
2. 10-3
Perhitungan DO:
Untuk menghitung DO air setiap 3 menit, dihitung dengan menggunakan rumus :
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
kelompok 5
kelompok 6
kelompok 7
kelompok 8
Kelompok 9
kelompok 10
4. PEMBAHASAN
Langkah selanjutnya adalah disiapkan toples kapasitas 2 liter, karena toples mudah
dibawa dan ekonomis, bersifat cembung agar dapat memperjelas pengamatan. Kemudian
toples diisi dengan air tawar sampai bagian, hal ini bertujuan agar toples tidak mudah
tumpah dan udara lebih banyak terdapat di bawah atau di dasar. Lalu dimasukkan es batu
atau dipanaskan, dan dimasukkan termometer. Jangan sampai menyentuh tangan atau
bagian toples, karena akan mempengaruhi suhu pada termometer. Pada tiap kelompok
diberi perlakuan berbeda, bertujuan sebagai pembanding saat pengamatan. Pada
kelompok 1 dan 6 = 20oC; kelompok 2 dan 7 = 24oC; kelompok 3 dan 8 = 28oC;
kelompok 4 dan 9 = 32oC; dan kelompok 5 dan 10 = 36oC. Apabila ingin menurunkan
atau menaikkan suhu dapat menggunakan es batu dan heater aquarium, yang keduanya
bertujuan untuk menstabilkan suhu air pada toples. Kemudian diukur DO (oksigen
terlarut) menggunakan DO meter. Sebelum menggunakan DO meter, pertama dinyalakan
tombol ON/OFF dan elektroda terlebih dahulu dikalibrasi dengan aquades agar nilai yang
didapat benar dan akurat. Dimasukkan elektroda ke dalam toples dan ditunggu sampai
nilai DO konstan kemudian dicatat hasilnya.
Langkah berikutnya adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) diambil dari ember,
diletakkan pada nampan sambil ditutupi lap basah, bertujuan agar ikan tidak stress saat
pengamatan. Diamati bukaan mulut tiap 3 menit sebanyak 5 kali dengan handtally
counter, bertujuan agar mendapat hasil yang akurat. Lalu diukur DO t sebagai ukuran
akhir DO. Diamati dan dicatat hasilnya dengan rumus:
suhu dalam air maka semakin tinggi aktifitas ikan yang menyebabkan kandungan oksigen
di dalam air rendah.
Menurut Salmin (2005), oksigen terlarut (DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Kadar oksigen dalam air akan bertambah
dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada
lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara
air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis.
Menurut Kordi (2004), suhu air akan mempengaruhi kekentalan viskositas air.
Perubahan suhu yang drastis dapat mematikan ikan karena terjadi perubahan daya angkat
darah. Seperti diketahui selera makan ikan, kisaran tubuh optimum bagi kehidupan ikan
adalah 25o - 52oC. Bila suhu rendah ikan akan kehilangan nafsu m`kan, sehingga
pertumbuhan terhambat, sebaliknya suhu terlalu tinggi ikan akan stress bahkan mati
kekurangan oksigen, karena beberapa pathogen berkembang baik pada kondisi tersebut.
Heater aquarium yang kurang baik sehingga suhu tertinggi yang diperlukan
memerlukan waktu yang lama.
2. Terjadi kesalahan pada saat perhitungan sehingga hasil yang didapat tidak akurat.
3. Handtally counter yang kurang baik sehingga hasil tidak akurat.
4. Terdapat ukuran ikan yang berbeda-beda.
5. Pada saat pengambilan ikan nila (Oreochromis niloticus) terjadi kesalahan sehingga
ikan menjadi stress.
5.
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum fisiologi hewan air materi respirasi dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
Respirasi yaitu proses pengoksidasian metabolit oleh organisme saat ada oksigen
untuk menangkap energi yang dikandung dalam ikatan-ikatan metabolit.
Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer
dan aktifitas fotosintesis oleh tumbuhan.
Oksigen dalam air tambak dihasilkan melalui proses difusi dari udara yang
mengandung 20,95%.
Biasanya oksigen masuk dalam air melalui difusi langsung dari udara, aliran-aliran
air yang masuk, hujan yang jatuh, dan proses asimilasi tumbuh-tumbuhan hijau.
Oksigen terlarut (DO) dibutuhkan oleh semua jenis jasad hidup untuk pernafasan,
proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi yang
berguna untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Transfer oksigen dari lingkungan ke sel dapat dilihat dari beberapa langkah, yaitu
celah insang, difusi melewati paru-paru, transfer oksigen melalui darah, dan melalui
difusi jaringan.
DO dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air, kehidupan air dapat bertahan
jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg.
Mekanisme pernafasan pada ikan diatur oleh mulut dan tutup insang.
Pada 0oC respirasi sangatlah sedikit, sedangkan pada suhu 30oC 40oC sangat giat.
Konsentrasi gas pada zat cair akan berkurang dengan meningkatnya suhu.
Beberapa ikan laut membiarkan mulutnya terbuka dan menggunakan gerakan
majunya untuk mengalirkan air melalui insang.
Jumlah rata-rata bukaan mulut ikan nila (Oreochromis niloticus) dari kelompok 1
sampai 10 secara berturut-turut adalah 316,8; 339,6; 379; 264,2; 519,6; 337,6; 334,5;
328,4; 243; dan 369,8.
DO awal dan DO akhir dari kelompok 1 sampai 10 secara berturut-turut adalah 3,1
dan 2,2; 0,2 dan 0,9; 3,1 dan 2,6; 3,4 dan 2,6; 3,2 dan 2,3; 3,4 dan 2,9; 4,2 dan 3,1; 0,7
dan 2,5; 4,0 dan 1,1; serta 2,7 dan 2,2. Hal ini dikarenakan bahwa faktor DO yang
rendah akan mempengaruhi banyaknya bukaan mulut dalam hal respirasi.
5.2 Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya para praktikan bias lebih memperhatikan
bagaimana cara mengamati bukaan mulut ikan pada saat pengamatan atau perhitungan
laju respirasi supaya data hasil pengamatan bernilai akurat.
DAFTAR PUSTAKA
dan
Ketahanan
Ikan
di
luar
Media
Air.
2010.
Sistem
Pernafasan
pada
Pisces.
http://www.blogger.com/profile/14802441606210946033.
Sutimin. 2008. Model Matematika Konsentrasi Oksigen Terlarut pada Ekosistem
Perairan Danau. UNDIP : Semarang.
Triastuti, J., L. Sulmartiwi dan Y. Dhamayanti. 2009. Ichtyologi. Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga : Surabaya.
Villee, Claude A., Warren F., Walker, Jr. Robert, and D. Barnes. 1984. Zoologi Umum.
Erlangga : Jakarta.
Weichert and K. Charles . 1959. Elements of Chordate Anatomy. Mc Grow Hill : New
York.