The Cell Cycle & CANCER
The Cell Cycle & CANCER
DNA Basics
How cell division (and thus tissue growth) is controlled is very complex. The following terms
are some of the features that are important in regulation, and places where errors can lead
to cancer. Cancer is a disease where regulation of the cell cycle goes awry and normal cell
growth and behavior is lost.
Cdk (cyclin dependent kinase, adds phosphate to a protein), along with cyclins, are major
control switches for the cell cycle, causing the cell to move from G1 to S or G2 to M.
MPF (Maturation Promoting Factor) includes the CdK and cyclins that triggers progression
through the cell cycle.
p53 is a protein that functions to block the cell cycle if the DNA is damaged. If the damage is
severe this protein can cause apoptosis (cell death).
1. p53 levels are increased in damaged cells. This allows time to repair DNA by blocking
the cell cycle.
2. A p53 mutation is the most frequent mutation leading to cancer. An extreme case of
this is Li Fraumeni syndrome, where a genetic a defect in p53 leads to a high frequency of
cancer in affected individuals.
p27 is a protein that binds to cyclin and cdk blocking entry into S phase. Recent research
(Nature Medicine 3, 152 (1997)) suggests that breast cancer prognosis is determined by p27
levels. Reduced levels of p27 predict a poor outcome for breast cancer patients.
What is (and is not) mitosis?
Mitosis is nuclear division plus cytokinesis, and produces two identical daughter cells during
prophase, prometaphase, metaphase, anaphase, and telophase. Interphase is often included
in discussions of mitosis, but interphase is technically not part of mitosis, but rather
encompasses stages G1, S, and G2 of the cell cycle.
Interphase & mitosis
Interphase
The cell is engaged in metabolic activity and performing its prepare for
mitosis (the next four phases that lead up to and include nuclear division).
Chromosomes are not clearly discerned in the nucleus, although a dark
spot called the nucleolus may be visible. The cell may contain a pair of
centrioles (or microtubule organizing centers in plants) both of which are
organizational sites for microtubules.
Prophase
Chromatin in the nucleus begins to condense and becomes visible in the
light microscope as chromosomes. The nucleolus disappears. Centrioles
begin moving to opposite ends of the cell and fibers extend from the
centromeres. Some fibers cross the cell to form the mitotic spindle.
Prometaphase
The nuclear membrane dissolves, marking the beginning of prometaphase.
Proteins attach to the centromeres creating the kinetochores.
Microtubules attach at the kinetochores and the chromosomes begin
moving.
Spindle fibers align the chromosomes along the middle of the cell nucleus.
Metaphase
This line is referred to as the metaphase plate. This organization helps to
ensure that in the next phase, when the chromosomes are separated,
each new nucleus will receive one copy of each chromosome.
Anaphase
The paired chromosomes separate at the kinetochores and move to
opposite sides of the cell. Motion results from a combination of
kinetochore movement along the spindle microtubules and through the
physical interaction of polar microtubules.
Telophase
Chromatids arrive at opposite poles of cell, and new membranes form
around the daughter nuclei. The chromosomes disperse and are no longer
visible under the light microscope. The spindle fibers disperse, and
cytokinesis or the partitioning of the cell may also begin during this stage.
Cytokinesis
In animal cells, cytokinesis results when a fiber ring composed of a protein
called actin around the center of the cell contracts pinching the cell into
two daughter cells, each with one nucleus. In plant cells, the rigid wall
requires that a cell plate be synthesized between the two daughter cells.
Ini adalah versi stabil, diperiksa pada tanggal 30 Oktober 2010. Ada 6 perubahan tertunda
menunggu peninjauan.
Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel
khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk:
tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal)
bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik,
disebut metastasis.
Tiga karakter ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak. Sebagian besar kanker
membentuk tumor, tetapi beberapa tidak, seperti leukemia. Cabang ilmu kedokteran yang
berhubungan dengan studi, diagnosis, perawatan, dan pencegahan kanker disebut onkologi.
Pada umumnya, sel kanker membentuk sebuah tumor, kecuali pada leukemia. Reaksi antara
asam tetraiodotiroasetat dengan integrin adalah penghambat aktivitas hormon tiroksin dan
tri-iodotironina yang merupakan salah satu faktor yang berperan dalam angiogenesis dan
proliferasi sel tumor.[1] Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi
mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi
tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat
terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline). Kanker dapat
menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter keganasan,
serta ada tidaknya metastasis. Diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik
jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan
operasi, kemoterapi, atau radiasi.
Kebanyakan kanker menyebabkan kematian. Kanker adalah salah satu penyebab utama
kematian di negara berkembang. Kebanyakan kanker dapat dirawat dan banyak
disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Banyak bentuk kanker
berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya bisa dihindari. Merokok dapat
menyebabkan banyak kanker daripada faktor lingkungan lainnya. Tumor (bahasa Latin;
pembengkakan) menunjuk massa jaringan yang tidak normal, tetapi dapat berupa "ganas"
(bersifat kanker) atau "jinak" (tidak bersifat kanker). Hanya tumor ganas yang mampu
menyerang jaringan lainnya ataupun bermetastasis. Kanker dapat menyebar melalui
kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke
organ lain.
Klasifikasi
Perkembangan sel normal menjadi sel kanker
Pada umumnya, kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat terjadinya. Sebagai
contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai kanker usus besar, sedangkan
kanker yang terjadi pada sel basal dari kulit dirujuk sebagai karsinoma sel basal. Klasifikasi
kanker kemudian dilakukan pada kategori yang lebih umum, misalnya:
Karsinoma, merupakan kanker yang terjadi pada jaringan epitel, seperti kulit atau
jaringan yang menyelubungi organ tubuh, misalnya organ pada sistem pencernaan atau
kelenjar. Contoh meliputi kanker kulit, karsinoma serviks, karsinoma anal, kanker esofageal,
karsinoma hepatoselular, kanker laringeal, hipernefroma, kanker lambung, kanker
testiskular dan kanker tiroid.
Sarkoma, merupakan kanker yang terjadi pada tulang seperti osteosarkoma, tulang
rawan seperti kondrosarkoma, jaringan otot seperti rabdomiosarcoma, jaringan adiposa,
pembuluh darah dan jaringan penghantar atau pendukung lainnya.
Jaringan kanker memiliki ciri morfologis yang sangat khas saat diamati dengan mikroskop.
Diantaranya berupa banyaknya jumlah sel yang mengalami mitosis, variasi jumlah dan
ukuran nukleus, variasi ukuran dan bentuk sel, tidak terdapat fitur selular yang khas, tidak
terjadi koordinasi selular yang biasa nampak pada jaringan normal dan tidak terdapat batas
jaringan yang jelas.
Hahn dan rekan menggunakan ekspresi ektopik dari kombinasi antara telomerase
transkriptase balik dengan onkogen h-ras dan antigen T dari virus SV40 untuk menginduksi
konversi tumorigenik pada sel fibroblas dan sel epitelial manusia, yang terjadi akibat disrupsi
pada lintasan metabolik intraselular. Ciri fenotipe dari sel kanker setelah mengalami
transformasi dari sel normal, antara lain:[3]
Transformasi in vitro
Terjadi perubahan sitologi seperti pada sel kanker in vivo yaitu peningkatan basofil
sitoplasmik, peningkatan jumlah dan ukuran nuklei
b. tumbuh berkembang yang tidak terhenti, walaupun telah berdesakan dengan sel di
sekitarnya, sehingga jaringan kanker memiliki kepadatan yang tinggi
d. tidak lagi membutuhkan lapisan antarmuka untuk berkembangbiak, dan dapat tumbuh
sebagai koloni bebas di dalam medium semi-padat.
Tidak terjadi interaksi matriks sel-sel dan sel-ekstraselular, sehingga tidak terjadi
penurunan laju diferensiasi
Sel kanker tidak merespon stimulasi zat yang menginduksi diferensiasi, karena terjadi
perubahan komposisi antarmuka sel, termasuk komposisi molekul pencerap zat
bersangkutan.
Perubahan dalam mekanisme transduksi sinyal selular, termasuk pada lintasan yang
sangat fundamental, selain lintasan regulasi yang mengendalikan fungsi pencerap faktor
pertumbuhan, jenjang fosforilasi dan defosforilasi.
Kemampuan untuk menginduksi tumor pada model. Kemampuan ini yang menjadi
sine qua non yang mendefinisikan kata "ganas" pada transformasi in vitro. Walaupun
demikian, sel kanker yang tidak memiliki kemampuan seperti ini, tetap memiliki sifat
"tumorigenik" pada model yang lain.
Transformasi in vivo
Transformasi pada sel manusia memerlukan akumulasi dari berbagai perubahan genetik
yang mengakibatkan ketidak-stabilan genomik,[4] seperti:
Peningkatan ekspresi protein onkogen sebagai akibat dari translokasi, amplifikasi dan
mutasi pada kromosom.
Perubahan pada pola enzim dan peningkatan enzim yang berperan dalam sintesis
asam nukleat dan enzim yang bersifat litik, seperti protease, kolagenase dan glikosidase.
Dari berbagai perubahan genetik tersebut, pada tumor pada manusia, seringkali ditemukan
translokasi kromosom yang menghasilkan produk kimerik dengan kemampuan transformasi
menjadi sel tumor/kanker atau mengubah ekspresi onkogen.[4]
Gejala sistemik : berat badan turun, nafsu makan berkurang secara signifikan,
kelelahan dan kakeksia(kurus kering), keringat berlebihan pada saat tidur/keringat malam,
anemia, fenomena paraneoplastik tertentu yaitu kondisi spesifik yang disebabkan kanker
aktif seperti trombosis dan perubahan hormonal. Setiap gejala dalam daftar di atas bisa
disebabkan oleh berbagai kondisi (daftar berbagai kondisi itu disebut dengan diagnosis
banding). Kanker mungkin adalah penyebab utama atau bukan penyebab utama dari setiap
gejala.
Penyebab
Kanker adalah penyakit yang 90-95% kasusnya disebabkan faktor lingkungan dan 5-10%
karena faktor genetik. Faktor lingkungan yang biasanya mengarahkan kepada kematian
akibat kanker adalah tembakau (25-30%), diet dan obesitas (30-35 %), infeksi (15-20%),
radiasi, stres, kurangnya aktivitas fisik, polutan lingkungan.
Bahan Kimia
Radiasi Ionisasi
Sumber-sumber radiasi ionisasi, seperti gas radon, bisa menyebabkan kanker. Keterpaparan
terus-menerus terhadap radiasi ultraviolet dari matahari bisa menyebabkan melanoma dan
beberapa penyakit kulit yang berbahaya. Diperkirakan 2% dari penyakit kanker di masa yang
akan datang dikarenakan CT Scan di saat ini. Radiasi dari frekuensi radio tak berion dari
telepon seluler dan sumber-sumber radio frekuensi yang serupa juga dianggap sebagai
penyebab kanker, tetapi saat ini sangat sedikit bukti kuat yang mendukung keterkaitan ini.
[16]
Infeksi
Beberapa kanker bisa disebabkan infeksi. Ini bukan saja berlaku pada binatang-binatang
seperti burung, tetapi juga pada manusia. Virus-virus ini berperan hingga 20% terhadap
terjangkitnya kanker pada manusia di seluruh dunia. Virus-virus ini termasuk papillomavirus
pada manusia (kanker serviks), poliomavirus pada manusia (mesothelioma, tumor otak),
virus Epstein-Barr (penyakit limfoproliferatif sel-B dan kanker nasofaring), virus herpes
penyebab sarcoma Kaposi (Sarcoma Kaposi dan efusi limfoma primer), virus-virus hepatitis B
dan hepatitis C (kanker hati), virus-1 leukemia sel T pada manusis (leukemia sel T), dan
helicobacter pylori (kanker lambung).
Data ekperimen dan epidemiologis menyatakan peran kausatif untuk virus dan virus
tampaknya menjadi faktor risiko kedua paling penting dalam perkembangan kanker pada
manusia, yang hanya dilampaui oleh penggunaan tembakau. Jenis tumor yang ditimbulkan
virus dapat dibagi menjadi dua, jenis yang bertransformasi secara akut dan bertransformasi
secara perlahan. Pada virus yang bertransformasi secara akut, virus tersebut membawa
onkogen yang terlalu aktif yang disebut onkogen-viral (v-onc), dan virus yang terinfeksi
bertransformasi segera setelah v-onc terlihat. Kebalikannya, pada virus yang
bertransformasi secara perlahan, genome virus dimasukkan di dekat onkogen-proto di
dalam genom induk.
Patofisiologi
Kanker adalah kelas penyakit beragam yang sangat berbeda dalam hal penyebab dan
biologisnya. Setiap organisme, bahkan tumbuhan, bisa terkena kanker. Hampir semua
kanker yang dikenal muncul secara bertahap, saat kecacatan bertumpuk di dalam sel kanker
dan sel anak-anaknya (lihat bagian mekanisme untuk jenis cacat yang umum).
Setiap hal yang bereplikasi memiliki kemungkinan cacat (mutasi). Kecuali jika pencegahan
dan perbaikan kecatatan ditangani dengan baik, kecacatan itu akan tetap ada, dan mungkin
diwariskan ke sel anang/(daughter cell). Biasanya, tubuh melakukan penjagaan terhadap
kanker dengan berbagai metoda, seperti apoptosis, molekul pembantu (beberapa
polimerase DNA), penuaan/(senescence), dan lain-lain. Namun, metoda koreksi-kecatatan
ini sering kali gagal, terutama di dalam lingkungan yang membuat kecatatan lebih mungkin
untuk muncul dan menyebar. Sebagai contohnya, lingkungan tersebut mengandung bahan-
bahan yang merusak, disebut dengan bahan karsinogen, cedera berkala (fisik, panas, dan
lain-lain), atau lingkungan yang membuat sel tidak mungkin bertahan, seperti hipoksia.
Karena itu, kanker adalah penyakit progresif, dan berbagai kecacatan progresif ini perlahan
berakumulasi hingga sel mulai bertindak berkebalikan dengan fungsi seharusnya di dalam
organisme. Kecacatan sel, sebagai penyebab kanker, biasanya bisa memperkuat dirinya
sendiri (self-amplifying), pada akhirnya akan berlipat ganda secara eksponensial. Sebagai
contohnya :
Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi neoplastik, membuat sel bermigrasi dan dan
merusak sel yang lebih sehat.
Mutasi bisa menyebabkan sel menjadi kekal (immortal), lihat telomeres, membuat
sel rusak bisa membuat sel sehat rusak selamanya.
Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi sel kanker adalah
hiperplasia, displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah keadaan saat sel normal dalam
jaringan bertumbuh dalam jumlah yang berlebihan. Displasia merupakan kondisi ketika sel
berkembang tidak normal dan pada umumnya terlihat adanya perubahan pada nukleusnya.
Pada tahapan ini ukuran nukleus bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan tidak ada ciri
khas sitoplasma yang berhubungan dengan diferensiasi sel pada jaringan. Neoplasia
merupakan kondisi sel pada jaringan yang sudah berproliferasi secara tidak normal dan
memiliki sifat invasif.[20] Kelainan siklus sel, antara lain terjadi saat:
siklus sel terjadi tanpa disertai dengan aktivasi faktor transkripsi.[22] Pencerap
hormon tiroid beta1 (TRbeta1) merupakan faktor transkripsi yang diaktivasi oleh hormon T3
dan berfungsi sebagai supresor tumor dan gangguan gen THRB yang sering ditemukan pada
kanker.[23]
translokasi posisi kromosom yang sering ditemukan pada kanker sel darah putih
seperti leukimia atau limfoma, atau hilangnya sebagian DNA pada domain tertentu pada
kromosom.[25] Pada leukimia mielogenus kronis, 95% penderita mengalami translokasi
kromosom 9 dan 22, yang disebut kromosom filadelfia.
Karsinogenesis pada manusia adalah sebuah proses berjenjang sebagai akibat paparan
karsinogen yang sering dijumpai dalam lingkungan, sepanjang hidup, baik melalui konsumsi,
[26]
maupun infeksi.[27] Terdapat empat jenjang karsinogenesis:
inisiasi tumor
promosi tumor
konversi malignan
progresi tumor
Referensi
3. ^ (en)Kufe, Donald W.; Pollock, Raphael E.; Weichselbaum, Ralph R.; Bast, Robert C.,
Jr.; Gansler, Ted S.; Holland, James F.; Frei III, Emil. (2003). Holland-Frei Cancer medicine -
Properties of Transformed Malignant Cells Growing in Cell Culture and/or in Vivo (edisi ke-6).
Hamilton on BC Decker Inc.,. ISBN 1-55009-213-8.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?
book=cmed6&part=A2419&rendertype=table&id=A2421. Diakses pada 2010-07-06.
4. ^ a b (en) An association between viral genes and human oncogenic alterations: the
adenovirus E1A induces the Ewing tumor fusion transcript EWS-FLI1. Department of
Pathology, Clinica Puerta de Hierro; Sanchez-Prieto R, de Alava E, Palomino T, Guinea J,
Fernandez V, Cebrian S, LLeonart M, Cabello P, Martin P, San Roman C, Bornstein R, Pardo J,
Martinez A, Diaz-Espada F, Barrios Y, Ramon y Cajal S.. Diakses pada 18 September 2010.
6. ^ a b Sasco AJ, Secretan MB, Straif K (August 2004). "Tobacco smoking and cancer: a
brief review of recent epidemiological evidence". Lung cancer (Amsterdam, Netherlands) 45
Suppl 2: S3–9. DOI:10.1016/j.lungcan.2004.07.998.
8. ^ O'Reilly KM, Mclaughlin AM, Beckett WS, Sime PJ (March 2007). "Asbestos-related
lung disease". American family physician 75 (5): 683–8.[pranala nonaktif]
11. ^ a b Kuper H, Adami HO, Boffetta P (June 2002). "Tobacco use, cancer causation and
public health impact". Journal of internal medicine 251 (6): 455–66. DOI:10.1046/j.1365-
2796.2002.00993.x.
12. ^ Proctor RN (May 2004). "The global smoking epidemic: a history and status report".
Clinical lung cancer 5 (6): 371–6. DOI:10.3816/CLC.2004.n.016.
13. ^ Irigaray P, Newby JA, Clapp R, et al. (December 2007). "Lifestyle-related factors and
environmental agents causing cancer: an overview". Biomed. Pharmacother. 61 (10): 640–
58. DOI:10.1016/j.biopha.2007.10.006.
14. ^ English DR, Armstrong BK, Kricker A, Fleming C (May 1997). "Sunlight and cancer".
Cancer causes & control : CCC 8 (3): 271–83. DOI:10.1023/A:1018440801577.
15. ^ Berrington de González A, Mahesh M, Kim KP, et al. (December 2009). "Projected
cancer risks from computed tomographic scans performed in the United States in 2007".
Arch. Intern. Med. 169 (22): 2071–7. DOI:10.1001/archinternmed.2009.440.
16. ^ Feychting M, Ahlbom A, Kheifets L (2005). "EMF and health". Annual review of
public health 26: 165–89. DOI:10.1146/annurev.publhealth.26.021304.144445.
17. ^ Pagano JS, Blaser M, Buendia MA, et al. (December 2004). "Infectious agents and
cancer: criteria for a causal relation". Semin. Cancer Biol. 14 (6): 453–71.
DOI:10.1016/j.semcancer.2004.06.009.
18. ^ a b Pagano JS, Blaser M, Buendia MA, et al. (December 2004). "Infectious agents
and cancer: criteria for a causal relation". Semin. Cancer Biol. 14 (6): 453–71.
DOI:10.1016/j.semcancer.2004.06.009.
19. ^ zur Hausen H (1991). "Viruses in human cancers". Science 254 (5035): 1167–73.
DOI:10.1126/science.1659743.
20. ^ RA, Weinberg (2007). The Biology of Cancer. New York: Garland Science.
21. ^ (en)Kufe, Donald W.; Pollock, Raphael E.; Weichselbaum, Ralph R.; Bast, Robert C.,
Jr.; Gansler, Ted S.; Holland, James F.; Frei III, Emil. (2003). Holland-Frei Cancer medicine -
What Makes a Cancer Cell a Cancer Cell? (edisi ke-6). Hamilton on BC Decker Inc.,. ISBN 1-
55009-213-8. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?
book=cmed6&part=A2419#A2449. Diakses pada 2010-07-06.
23. ^ (en) Untranslated regions of thyroid hormone receptor beta 1 mRNA are impaired
in human clear cell renal cell carcinoma.. The Medical Centre of Postgraduate Education,
Department of Biochemistry and Molecular Biology; Master A, Wójcicka A, Piekiełko-
Witkowska A, Bogusławska J, Popławski P, Tański Z, Darras VM, Williams GR, Nauman A..
Diakses pada 19 Agustus 2010.
25. ^ (en)Anthony JF Griffiths, Jeffrey H Miller, David T Suzuki, Richard C Lewontin, and
William M Gelbart (2000). An Introduction to Genetic Analysis (edisi ke-7). W. H. Freeman.
hlm. Cancer: the genetics of aberrant cell control. ISBN 0-7167-3520-2.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=iga&part=A3619. Diakses pada 2010-
08-16.
26. ^ (en)Kufe, Donald W.; Pollock, Raphael E.; Weichselbaum, Ralph R.; Bast, Robert C.,
Jr.; Gansler, Ted S.; Holland, James F.; Frei III, Emil. (2003). Holland-Frei Cancer medicine -
Chemical Carcinogenesis (edisi ke-6). Hamilton on BC Decker Inc.,. ISBN 1-55009-213-8.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=cmed6&part=A4989. Diakses pada
2010-07-07.
27. ^ (en)Kufe, Donald W.; Pollock, Raphael E.; Weichselbaum, Ralph R.; Bast, Robert C.,
Jr.; Gansler, Ted S.; Holland, James F.; Frei III, Emil. (2003). Holland-Frei Cancer medicine -
Multistage Carcinogenesis (edisi ke-6). Hamilton on BC Decker Inc.,. ISBN 1-55009-213-8.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=cmed6&part=A4991. Diakses pada
2010-07-07.
28. ^ Harvian. Kanker usus besar (kolorektal) dapat dicegah. Diakses pada 14 Maret
2010.
29. ^ a b c Jemal A, Murray T, Ward E, Samuels A, Tiwari RC, Ghafoor A, Feuer EJ, Thun MJ.
Cancer statistics, 2005. CA Cancer J Clin 2005;55:10-30. Fulltext. PMID 15661684.