0% found this document useful (0 votes)
101 views6 pages

Cyberpunk

The document discusses several key issues regarding cyberlaw and governance of cyberspace: - Cyberspace challenges traditional concepts of territory, jurisdiction, and identity that form the basis of legal systems. For example, where does an online transaction between individuals in different countries occur? - Digital technology allows for perfect copies of data, making the concept of an "original" unclear. This is difficult for legal systems based on physical documents. - Digital signatures and other online identities raise questions about how to verify individuals in legal and commercial transactions traditionally requiring physical signatures. - There is a debate around whether new "cyberlaws" are needed to govern cyberspace, or if existing laws can be adapted. Any

Uploaded by

maeymoon
Copyright
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as RTF, PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
101 views6 pages

Cyberpunk

The document discusses several key issues regarding cyberlaw and governance of cyberspace: - Cyberspace challenges traditional concepts of territory, jurisdiction, and identity that form the basis of legal systems. For example, where does an online transaction between individuals in different countries occur? - Digital technology allows for perfect copies of data, making the concept of an "original" unclear. This is difficult for legal systems based on physical documents. - Digital signatures and other online identities raise questions about how to verify individuals in legal and commercial transactions traditionally requiring physical signatures. - There is a debate around whether new "cyberlaws" are needed to govern cyberspace, or if existing laws can be adapted. Any

Uploaded by

maeymoon
Copyright
© Attribution Non-Commercial (BY-NC)
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as RTF, PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 6

http://project.cyberpunk.ru/about.

html

cyberspace well of files,


related to those aspects of being,
formed by modern life and culture.
The Cyberpunk Project (TCP) is a remotely avaliable data-well net of files about cyberpunk subculture,
cyberpunk science-fiction and general cyberculture in the form of collected information. It is the result
of years of gathering data and sorting it, to compile a host of cyberpunk-ifnormation related documents
and work.

The TCP started in 1996 and was actively supported until late 2002.

http://project.cyberpunk.ru/works.html

Our Works:

Cyberpunk Information Database

The Aim of the Cyberpunk Information Database is to collect all relevant cyberpunk information in the
Net into one point. This is achieved by collecting and indexing documents and providing sorted and
commented links to other sources of information.

Cyberpunk Library

As an extension to the Cyberpunk Information Database, Cyberpunk Library contains a collection of


cyberpunk literature in electronic form. In the future it will also contain images, sound clips, and movie
trailers.

Near Future Plans:

Cyberspace

A consensual hallucination experienced daily by billions of legitimate operators, in every nation, by


children being taught mathematical concepts... A graphic representation of data abstracted from the
banks of every computer in the human system.

http://project.cyberpunk.ru/people.html

The Cyberpunk Project is:

Compile One:

Cyborg T ;
- Starter, organiser, webmaster.
Mad Maniac, aka madbyte ;
- Starter, compiler, f/x designer.

Compile Two:

Moscow Cyberpunk Club <www.cyberpunk.ru>


- Host.

Compile Three:

Calanthe <[email protected]>
- Helped in collecting cyberpunk e-texts.

cyb <[email protected]>
- Helped in collecting cyberpunk e-texts.

Digitalee <[email protected]>
- Helped in collecting cyberpunk e-texts.

InfinityMatrix <[email protected]>
- Editor: Hacking, cracking, phreaking, etc.

nr <[email protected]>
- Editor: Technology, especially virtual reality.

Paul (Neo) Martin <[email protected]>


- Editor: Has written us many great essays.

Maintenance:

Rodeo Action
-

With gratitude to Noah J. Fulmor, for his support.

http://techno-media.blogspot.com/2004/06/media-baru-membunuh-media-konvensional.html

Thursday, June 03, 2004


Media baru membunuh media konvensional?
Banyak orang yang mengatakan bahwa Internet dapat membuat tutupnya media publikasi konvensional
yang hanya mengandalkan media cetak. Hype ini belum terbukti. Hal ini disebabkan karena dahulu
untuk menayangkan (publish) sebuah tulisan di Internet dibutuhkan kemampuan coding HTML.
Kemudian muncul alat bantu yang mempermudah penulisan HTML. Namun ini masih kurang. Hasil
tampilan masih pas-pasan saja.

Muncullah blogger dengan alat bantu penulisan dan cara penyajian yang menarik. Ada mekanisme
untuk mengubah tema (theme, style) dari tampilan dengan hanya menekan beberapa tombol saja.
Hasilnya adalah tampilan yang sebanding dengan tampilan dari media cetak.

Hanya, masalah konvensional masih belum dipecahkan, yaitu mencari sumber tulisan yang bagus. Yang
ini ternyata masih belum bisa diotomatiskan. Masih harus dilakukan oleh orang. Mungkin suatu saat ini
bisa diotomatiskan dengan menggunakan program intelegensia buatan yang dijalankan oleh komputer?
Kita tinggal menuliskan plotnya, memilih temanya (serius, komedi), dan kemudian sang komputer
menuliskan detailnya.

Nah, kalau sudah begitu maka media baru ini baru bisa mulai dikatakan membunuh media
konvensional. Tapi mungkin ini masih belum cukup. Saya masih ingat lagu "video kills radio star".
Ternyata video tidak membunuh bintang radio, bahkan membantu penjualan album bintang radio
tersebut. Nampaknya media baru ini tidak membunuh media konvensional, malah meningkatkan
penjualannya. Siapa yang mau eksperimen?

puslit.petra.ac.id/~puslit/journals/pdf.php?PublishedID=IKO08020102

pdf matriX

onno.vlsm.org/v01/OnnoWPurbo/contrib/aplikasi/ppt-cyberspace-industrial-community-11-2000.ppt

ppt cyberspace

http://www.lintasberita.com/Teknologi/Awasi_Cyber_Space_Tahun_2009_Pemerintah_Bentuk_Akan_
Lembaga_Khusus_Untuk_Awasi_BLOG_dan_SITUS_

Tahun depan, Pemerintah buat lembaga khusus pemantau cyber space di Indonesia. M.NUH
Menkominfo di Surabaya, Sabtu (29/11) mengatakan lembaga itu berfungsi mengawasi lalu lintas
cyber di Indonesia seperti situs dan blog. Lembaga itu berada di bawah Kementrian Komunikasi dan
Informasi. Kalau ada muatan yang dinilai melanggar undang-undang seperti pornografi, terorisme atau
penghinaan pada instiutusi atau pejabat negara, maka lembaga itu akan memblokirnya alamatnya.
Selanjutnya, kata NUH, akan dilacak siapa orang yang punya alamat situs atau blog yang melanggar
undang-undang itu dan akan ditangkap. Pemerintah sendiri sudah mulai melakukan hal tersebut pada
sejumlah stus dan blog yang dinilai mengandung unsur porno dan terorisme beberapa waktu lalu.
Berikut penjelasan NUH seperti yang dikutip RANGGA reporter Suara Surabaya, Sabtu (29/11),
[Audio On Demand] . Meski demikian, NUH meminta masyarakat jangan panik. Pemerintah, katanya
tidak berniat membatasi kebebasan berekspresi di dunia maya. Secara khusus, NUH juga meminta para
bloger Indonesia tenang. Pengawasaan cyber space ini, hanya dilakukan pada content atau isi di internrt
yang melanggar undang undang. (ra/git/tin)
http://72.14.235.132/search?q=cache:yvwYh2HJqdwJ:www.cert.or.id/~budi/articles/it-within-
cyberlaw.doc+cyberspace&cd=36&hl=id&ct=clnk&gl=id&lr=lang_id

Cyberlaw1: Teritori dalam cyberspace, realitas dan


virtualitas2
Budi Rahardjo3 
[email protected]

2006

Banyak orang yang mengatakan bahwa dunia cyber (cyberspace) tidak dapat diatur.
Cyberspace adalah dunia maya dimana tidak ada lagi batas ruang dan waktu. Padahal ruang
dan waktu seringkali dijadikan acuan hukum. Jika seorang warga Indonesia melakukan
transaksi dengan sebuah perusahaan Inggris yang menggunakan server di Amerika,
dimanakah (dan kapan) sebenarnya transaksi terjadi? Hukum mana yang digunakan?

Teknologi digital yang digunakan untuk mengimplementasikan dunia cyber memiliki


kelebihan dalam hal duplikasi atau regenerasi. Data digital dapat direproduksi dengan
sempurna seperti aslinya tanpa mengurangi kualitas data asilnya. Hal ini sulit dilakukan
dalam teknologi analog, dimana kualitas data asli lebih baik dari duplikatnya. Sebuah salian
(fotocopy) dari dokumen yang ditulis dengan tangan memiliki kualitas lebih buruk dari
aslinya. Seseorang dengan mudah dapat memverifikasi keaslian sebuah dokumen. Sementara
itu dokumen yang dibuat oleh sebuah wordprocessor dapat digandakan dengan mudah,
dimana dokumen “asli” dan “salinan” memiliki fitur yang sama. Jadi mana dokumen yang
“asli”? Apakah dokumen yang ada di disk saya? Atau yang ada di memori komputer saat ini?
Atau dokumen yang ada di CD-ROM atau flash disk? Dunia digital memungkinkan kita
memiliki lebih dari satu dokumen asli.

Seringkali transaksi yang resmi membutuhkan tanda tangan untuk meyakinkan


keabsahannya. Bagaimana menterjemahkan tanda tangan konvensional ke dunia digital?
Apakah bisa kita gunakan tanda tangan yang di-scan, atau dengan kata lain menggunakan
digitized signature? Apa bedanya digitized signature dengan digital signature dan apakah
tanda tangan digital ini dapat diakui secara hukum?

Tanda tangan ini sebenarnya digunakan untuk memastikan identitas. Apakah memang
digital identity seorang manusia hanya dapat diberikan dengan menggunakan tanda tangan?
Dapatkah kita menggunakan sistem biometrik yang dapat mengambil ciri kita dengan lebih
akurat? Apakah e-mail, avatar, digital dignature, digital certificate dapat digunakan sebagai
identitas (dengan tingkat keamanan yang berbeda-beda tentunya)?

Semua contoh-contoh (atau lebih tepatnya pertanyaan-pertanyaan) di atas menantang


landasan hukum konvensional. Jadi, apakah dibutuhkan sebuah hukum baru yang bergerak
di ruang cyber, sebuah cyberlaw? Jika dibuat sebuah hukum baru, manakah batas teritorinya?
Riil atau virtual? Apakah hukum ini hanya berlaku untuk cybercommunity – komunitas
orang di dunia cyber yang memiliki kultur, etika, dan aturan sendiri – saja? Bagaimana jika
efek atau dampak dari (aktivitas di) dunia cyber ini dirasakan oleh komunitas di luar dunia
cyber itu sendiri?

Atau apakah kita dapat menggunakan dan menyesuaikan hukum yang sudah ada saat ini?

Kata “cyber” berasal dari “cybernetics,” yaitu sebuah bidang studi yang terkait dengan
komunikasi dan pengendalian jarak jauh. Norbert Wiener merupakan orang pertama yang
mencetuskan kata tersebut. Kata pengendalian perlu mendapat tekanan karena tujuannya
adalah “total control.” Jadi agak aneh jika asal kata cyber memiliki makna dapat dikendalikan
akan tetapi dunia cyber tidak dapat dikendalikan.

Perkembangan Cyberlaw di Indonesia


Inisiatif untuk membuat “cyberlaw” di Indonesia sudah dimulai sebelum tahun 1999. Fokus
utama waktu itu adalah pada “payung hukum” yang generik dan sedikit mengenai transaksi
elektronik. Pendekatan “payung” ini dilakukan agar ada sebuah basis yang dapat digunakan
oleh undang-undang dan peraturan lainnya. Karena sifatnya yang generik, diharapkan
rancangan undang-undang tersebut cepat diresmikan dan kita bisa maju ke yang lebih
spesifik. Namun pada kenyataannya hal ini tidak terlaksana.

Untuk hal yang terkait dengan transaksi elektronik, pengakuan digital signature sama seperti
tanda tangan konvensional merupakan target. Jika digital signature dapat diakui, maka hal
ini akan mempermudah banyak hal seperti electronic commerce (e-commerce), electronic
procurement (e-procurement), dan berbagai transaksi elektronik lainnya.

Namun ternyata dalam perjalanannya ada beberapa masukan sehingga hal-hal lain pun
masuk ke dalam rancangan “cyberlaw” Indonesia. Beberapa hal yang mungkin masuk antara
lain adalah hal-hal yang terkait dengan kejahatan di dunia maya (cybercrime),
penyalahgunaan penggunaan komputer, hacking, membocorkan password, electronic
banking, pemanfaatan internet untuk pemerintahan (e-government) dan kesehatan, masalah
HaKI, penyalahgunaan nama domain, dan masalah privasi. Penambahan isi disebabkan
karena belum ada undang-undang lain yang mengatur hal ini di Indonesia sehingga ada ide
untuk memasukkan semuanya ke dalam satu rancangan. Nama dari RUU ini pun berubah
dari Pemanfaatan Teknologi Informasi, ke Transaksi Elektronik, dan akhirnya menjadi RUU
Informasi dan Transaksi Elektronik. Di luar negeri umumnya materi ini dipecah-pecah
menjadi beberapa undang-undang.

Ada satu hal yang menarik mengenai rancangan cyberlaw ini yang terkait dengan teritori.
Misalkan seorang cracker dari sebuah negara Eropa melakukan pengrusakan terhadap
sebuah situs di Indonesia. Dapatkah hukum kita menjangkau sang penyusup ini? Salah satu
pendekatan yang diambil adalah jika akibat dari aktivitas crackingnya terasa di Indonesia,
maka Indonesia berhak mengadili yang bersangkutan. Apakah kita akan mengejar cracker ini
ke luar negeri? Nampaknya hal ini akan sulit dilakukan mengingat keterbatasan sumber daya
yang dimiliki oleh kita. Yang dapat kita lakukan adalah menangkap cracker ini jika dia
mengunjungi Indonesia. Dengan kata lain, dia kehilangan kesempatan / hak untuk
mengunjungi sebuah tempat di dunia. Pendekatan ini dilakukan oleh Amerika Serikat.
Lain-lain
Ada hal lain terkait dengan teknologi informasi yang tidak terkait langsung dengan cyberlaw
akan tetapi masih terkait dengan hukum. Salah satu kehebatan dari teknologi informasi –
termasuk di dalamnya adalah teknologi komputer dan telekomunikasi – adalah adanya siklus
inovasi yang cepat. Akibatnya produk yang terkait dengan teknologi informasi menjadi
semakin baik dan semakin murah. Investasi dua tahun yang lalu jika dilihat dari kacamata
saat ini akan terlihat sebagai salah investasi, atau lebih parah lagi dianggap sebagai upaya
korupsi. Nampaknya harus ada lebih banyak edukasi mengenai teknologi terhadap penegak
hukum.

Penutup
Presiden dan DPR sudah berganti beberapa kali, namun rancangan undang-undang ini tetap
menjadi rancangan. Mudah-mudahan kali ini rancangan ini dapat disetujui untuk menjadi
undang-undang. Kita sudah sangat membutuhkannya.

1 Istilah cyberlaw sering dipertentangkan karena masih belum jelas bagi banyak orang. Saya akan menggunakan
istilah ini dalam makalah ini tanpa mendefinisikannya.

2 Makalah ini dipresentasikan pada Seminar “IT Within” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa
Informatika ITB, 18 Februari 2006. http://itwithin2006.com/

3 Staf pengajar Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, peneliti di Pusat Mikroelektronika ITB, founder
dari beberapa startup companies (INDOCISC), anggota Tim Rancngan Undang-Undang Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (2005). Web site: http://budi.insan.co.id dan alamat email [email protected]

BR – Cyberlaw  

You might also like