126 216 1 PB
126 216 1 PB
126 216 1 PB
Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Konsumsi Air Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.)
pada Teknik Hidroponik melalui Pengaturan Populasi Tanaman
Productivity Increasement and Water Consumption Efficiency of Amaranth (Amaranthus tricolor
L.) in Hydroponic Technique by Plant Population Arrangement
Ade Wachjar*, Rizkiana Anggayuhlin
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
Telp.&Faks. 62-251-8629353 e-mail [email protected]
ABSTRACT
The purpose of the research was to study the effect of plant population on productivity and water
consumption of amaranth in hydroponic technique. Research was conducted in Parung Farm, Bogor, from April
to May 2011.. The research used Nutrient Film Technique (NFT) hydroponic system that modificated with gravel
as its planting medium. The research was arranged in Randomized Complete Block Design with one factor, i.e. ,
1, 2, 3, or 4 seedling numbers per hole. The research was divided into two experiment. The first was experiment
to study the effect of plant population on plant productivity, and the second was experiment to study the effect of
plant population on water consumption of plant.The result showed that plant with one seedling in the planting
hole gave the best response on growth of amaranth (plant height, leaves numbers), but for plant productivity, the
best result was obtained from plant with three seedlings in the planting hole. Water consumption was highest
in plants with one seed per planting hole. Apparently, the more the population, the less consumption of water is
needed. This is due to poor root conditions in densely populated. Plant roots will adversely affect the absorption
of water
Keywords : gravel, hydroponic kit, seedling numbers, the planting hole
ABSTRAK
Penelitian dilakukan di Parung Farm, Bogor, dari bulan April sampai Mei 2011. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui populasi optimum tanaman bayam pada teknik hidroponik yang menghasilkan
produktivitas maksimum dan mengetahui pengaruh populasi terhadap kebutuhan air tanaman bayam pada teknik
hidroponik. Penelitian ini menggunakan Teknik Film Nutrisi (NFT) sistem hidroponik yang dimodifikasi dengan
kerikil sebagai media tanamnya. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor. Faktor
tersebut adalah nomor bibit: P1 = 1, P2 = 2, P3 = 3, P4 = 4. Penelitian dibagi menjadi dua percobaan. Percobaan
pertama adalah penelitian tentang pengaruh populasi tanaman pada produktivitas tanaman dan percobaan kedua
adalah penelitian tentang pengaruh populasi tanaman pada konsumsi air tanaman. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tanaman dengan satu bibit per lubang tanam memberikan respon terbaik terhadap pertumbuhan bayam
(tinggi tanaman, daun angka), tetapi untuk produktivitas tanaman hasil terbaik ditunjukkan oleh tanaman dengan
tiga bibit per lubang tanam. Konsumsi air terbanyak terjadi pada tanaman dengan satu bibit per lubang tanam.
Ternyata, semakin banyak populasi maka semakin sedikit konsumsi air yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan
karena kondisi akar buruk pada populasi yang padat. Akar tanaman buruk akan mempengaruhi penyerapan air.
Kata kunci: hidroponik kit, lubang tanam, kerikil, nomor pembibitan
127
PENDAHULUAN
Kandungan nutrisi yang cukup tinggi pada
bayam dan rasanya yang cukup lezat menjadikan bayam
sebagai salah satu komoditas sayuran yang banyak
diminati masyarakat untuk dikonsumsi. Konsumsi
bayam di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun. Budidaya bayam pun cukup mudah dilakukan.
Bayam biasa diperbanyak secara generatif yaitu
melalui bijinya. Bayam dapat dibudidayakan di tanah
ber-pH netral baik di dataran tinggi maupun rendah
(Hadisoeganda, 1996). Keuntungan - keuntungan ini
memberikan peluang yang besar untuk melakukan
usaha agribisnis bayam.
Permintaan bayam yang cukup tinggi belum
dapat dipenuhi secara maksimal oleh banyak petani
bayam. Pengalihan lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian mengurangi fungsi lahan untuk pertanian.
Kualitas bayam yang dihasilkan petani pun masih
kurang baik, sehingga kehilangan hasil yang diperoleh
cukup tinggi. Semakin berkurangnya lahan pertanian
dan rendahnya kualitas bayam yang dihasilkan para
petani merupakan contoh masalah yang dihadapi
dalam kegiatan budidaya sayuran bayam.
Hidroponik dapat menjadi suatu solusi untuk
memecahkan masalah pertanian tersebut. Hidroponik
dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman
dengan menggunakan media tanam selain tanah dan
memanfaatkan air untuk menyalurkan unsur hara
yang dibutuhkan ke setiap tanaman. Hidroponik juga
memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah
budidayanya yang tidak bergantung iklim, hasil
panen yang kontinyu, dan perwatan tanaman yang
lebih praktis (Lingga, 2007). Komoditas yang sering
dibudidayakan dengan hidroponik adalah komoditas
hortikultura. Komoditas hortikultura memiliki umur
panen yang singkat dan morfologi yang kecil sehingga
mudah dibudidayakan secara hidroponik. Alasan inilah
mengapa hidroponik dapat menjadi salah satu teknik
budidaya yang cocok untuk tanaman bayam.
Air merupakan unsur yang tidak dapat
dihilangkan untuk keberlangsungan makhluk hidup
termasuk tanaman. Pada teknik hidroponik, air adalah
faktor penting karena unsur hara yang dibutuhkan
tanaman diberikan melalui air. Meskipun air merupakan
faktor penting untuk tanaman, penggunaannya juga
harus dilakukan seefisien mungkin karena semakin
berkurangnya sumber air bersih. Penghematan air
pada teknik hidroponik berarti juga merupakan
penghematan pada penggunaan pupuk, sehingga dapat
mengurangi biaya produksi.
Efisiensi penggunaan air dapat dilakukan
melalui penanaman bayam dengan jumlah populasi
128
3.00b
1.92b
5.06a
3.12b
4.12b
3.14b
6.31a
4.38ab
5.95b
4.65b
8.33a
6.17ab
12
8.29
7.37
12.05
10.07
15
13.01b
11.77b
17.58a
15.24ab
17
21.5
19.26
23.62
20.32
129
Perlakuan jumlah bibit per lubang tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun
tanaman yang berumur 17 hari setelah pindah tanam.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tanaman yang
ditanam dengan jumlah bibit satu per lubang tanam
menghasilkan jumlah daun yang paling banyak sejak
awal pindah tanam sampai dengan waktu panen.
Perlakuan jumlah bibit per lubang tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap peubah bobot basah
per tanaman, bobot basah tajuk, dan luas permukaan
daun. Pada tiap peubah angka tertinggi ada pada
perlakuan jumlah bibit satu per lubang tanam, kecuali
untuk peubah bobot basah per m2 angka tertinggi ada
pada perlakuan tiga bibit per lubang tanam (Tabel 3).
Tanaman yang ditanam satu bibit per lubang
tanam dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm memiliki
populasi per meter persegi sebanyak 44 tanaman
bayam, tanaman bayam yang ditanam dengan dua
bibit per lubang tanam memiliki populasi per meter
persegi 88 tanaman, tanaman bayam yang ditanam
dengan tiga bibit per lubang tanam memiliki populasi
per meter persegi 132 tanaman, dan tanaman bayam
yang ditanam dengan empat bibit per lubang tanam
memiliki populasi per meter persegi 176 tanaman
Bobot basah tanaman per meter persegi paling besar
didapat dari tanaman yang ditanam dengan tiga bibit
per lubang tanam, yaitu sebesar 1 501.7 gram. Populasi
yang menghasilkan bobot basah tanaman per meter
persegi terbesar adalah populasi dengan 132 tanaman
bayam per meter persegi.
Dilakukan uji lanjut kontras ortoghonal dan
polinomial untuk melihat keefektifan pengaruh jumlah
bibit per lubang tanam terhadap bobot basah tanaman
per meter persegi.
Hasil uji lanjut kontras orthogonal
menunjukkan tanaman yang ditanam dengan dua bibit
per lubang tanam menghasilkan bobot yang nyata lebih
ringan dibandingkan dengan tanaman yang ditanam
Tabel 2. Jumlah Daun saat 317 HST
Umur
(HST)
3
6
9
12
15
17
130
24.43a
13.94b
12.28b
10.03b
21.16a
14.57b
10.57b
8.92b
3.27a
2.61ab
1.62bc
1.12c
821.7
795.0
1501.7
1383.3
2.03a
1.16ab
0.8b
0.54b
0.31a
0.22ab
0.2ab
0.1b
340b 347.45b
241.97b
Luas Permukaan
Daun (cm)
ILD
632.13a
2.81b
1.51b
1.54b
1.07b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang
sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji DMRT
5%
Umur
(HST)
4.13
4.03
4.16
3.95
3.43
5.33
4.53
4.93
4.38
3.85
3.86
6.67
5.50
6.05
4.93
5.17
4.49
12
9.87
6.50
7.18
5.26
4.97
5.72
5.17
15
10.33
6.27
6.20
5.717
5.73
6.49
5.89
17
10.13
6.50
5.22
5.317
2.95
2.11
2.66
2.77
3.72
3.14
3.27
4.21
3.69
12
5.92
4.49
15
6.95
17
8.06
6.11a
2.78b
2.01b
2.14b
5.16a
2.27b
1.71b
1.77b
0.95a
0.51b
0.3b
0.37b
0.55a
0.23b
0.19b
0.2b
0.18a
0.11b
0.05c
0.1bc
Luas Permukaan
Daun (cm2)
143.89a
60.07b
47.73b
44.5b
395.67a
218.5b 146.22b
89.83b
81.52
80.03
81.39
79.25
89.41
87.88
88.06
90.9
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang
sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji DMRT
5%.
131
134