QURHRUVTaUVFNElVbjU1LTdCcWQzQ0VZWUlaX3NoWmJaeUVTcnFBMGdsYldZNUFONmI4bGJsZDVwWm9wWFNURnc0YkFMeGN5anRQUE52U1dfcllpVWM0N2JIMUlTb1h3amFTbnlWNHVNTnA3Yk9hUzg4TC1RN195MVdIdllYX2ZTMFlxU0dqNTN6Skc=

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT DAN

KOMPLIKASI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN


TINDAKAN MENGONTROL KADAR GULA DARAH
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I
GATAK SUKOHARJO
Nina Rahmadiliyani*
Abi Muhlisin**

Abstract
The increasing of prevalence of diabetes mellitus sickness in Indonesia reached five million in 1995 with the
rate of increasing 230.000 annually so that in 2005 it was estimated that diabetes mellitus sickness would have
reached 17 million people or 8.6% of the total of the world population (October 2005). The causes of this
disease is the lack of understanding about diabetes mellitus disease. The increasing of life, diet, fatness, and
the way modern of life. According to American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes mellitus is a group of
metabolic disease with hyperglycemia characteristic which takes place because of indifferent insulin sucrose,
insulin work or both of them. Hyperglycemia chronic in diabetes deals with the damages for long time,
malfunction, and failure of several organs of the body, especially eyes, kidney, nerves, heart, and blood vessel.
Research methodology which is used here is Descriptive methodology with analysis data technique which use
correlation analysis Spearman rank. From the data analysis it finds arithmetic R = 0,508 if it is consulted with R
table Spearman RHO to significant degree 5% and N = 42 got table R 0,304 and significant degree 1% got
from the result 0,393, so it can be concluded that there is a significant correlation between knowledge of
disease and the complication to diabetes mellitus patient which check their degree of glucose in the blood in
Puskesmas I Gatak Sukoharjo.
Key word : Health education, Diabetes Mellitus, Knowledge of complication, Controling Level Blood Glukose

* Nina Rahmadiliyani
Krangkungan Pandes Wedi Klaten No Telp (0272) 333184
** Abi Muhlisin
Dosen Keperawatan FIK UMS Jln A Yani Tromol Post 1 Kartosuro

PENDAHULUAN
Penyakit Diabetes melitus merupakan penyakit
degeneratif yang memerlukan upaya penanganan
yang tepat dan serius. Dampak penyakit tersebut
akan membawa berbagai komplikasi penyakit yang
serius, seperti; penyakit jantung, strok, disfungsi
ereksi, gagal ginjal dan kerusakan sistem saraf..
Menurut
Estimasi
International
Diabetes
Federation (IDF) terdapat 177 juta penduduk dunia
menderita diabetes melitus pada tahun 2002.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi
data diabetes melitus akan meningkat menjadi 300
juta dalam 25 tahun mendatang ( Siswono, 2005).
Menurut
Estimasi
International
Diabetes
Federation (IDF) terdapat 177 juta penduduk dunia

menderita diabetes melitus pada tahun 2002.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi
data diabetes melitus akan meningkat menjadi 300
juta dalam 25 tahun mendatang ( Siswono, 2005).
International
Diabetic
Federation
(IDF)
memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus
di Indonesia meningkat dua kali lipat dari
2.548.000 tahun 2003 menjadi 5.210.000 penderita
pada tahun 2025. Upaya yang dilakukan pemerintah
untuk mencegah peningkatan penderita diabetes
melitus yaitu dengan meningkatkan kesadaran
mengenai diabetes dan komplikasi pada semua
pihak masyarakat dan tenaga kesehatan lewat
kampaye gaya hidup termasuk pola makanan sehat
dan olahraga.

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit ( Nina Rahmadiliyani


dan Abi Muhlisin )

63

Menurut data organisasi kesehatan dunia (WHO)


Indonesia menempati urutan ke 6 di dunia sebagai
negara dengan jumlah penderita diabetes melitus
terbanyak setelah India, China, Uni Soviet, Jepang
dan Brazil. Tercatat pada tahun 1995 jumlah
penderita diabetes di Indonesia mencapai lima juta
dengan peningkatan sebanyak 230 ribu pasien
diabetes setiap tahunnya sehingga pada tahun 2005
diperkirakan akan mencapai 17 juta orang (8,6 %
dari jumlah penduduk). Penelitian yang dilakukan
International
Diabetic
Federation
(IDF)
membuktikan sebagian besar penderita diabetes
memiliki tubuh gemuk. Menurut Soegondo
mengatakan salah satu masalah kesehatan yang
berhubungan dengan diabetes tipe II adalah
kegemukan. Diabetes tipe II tanpa tergantung pada
insulin dan muncul pada usia diatas 45 tahun. WHO
memastikan peningkatan penderita diabetes tipe II
paling banyak akan dialami oleh negara-negara
berkembang
termasuk
Indonesia,
sebagian
peningkatan jumlah penderita diabetes tipe II
karena kurangnya pengetahuan tentang diabetes
melitus, usia harapan hidup yang semakin
meningkat, diit yang kurang sehat, kegemukan serta
gaya hidup modern.
Mengingat besarnya resiko kesehatan yang
dialami penderita diabetes melitus, pemerintah di
negara-negara beresiko tinggi banyak populasi
diabetes
dianjurkan
menyusun
strategi
penanggulangan diabetes. Mengurangi beban kerja
dalam
mengontrol
diabetes
memerlukan
perencanaan intensif untuk mengatasi penyakit
pada penderita dan mencegah timbulnya penyakit
pada yang belum terkena. Cara yang efektif adalah
meningkatkan kesehatan penduduk misalnya lewat
penyuluhan pola makan yang sehat, menjaga berat
badan agar tidak kegemukan, dan dorongan untuk
berolahraga. Di Indonesia berdiri Persatuan
Diabetes Indonesia (Persadia). Kegiatan-kegiatan
persadia berfokus pada diabetes, diharapkan dapat
membangkitkan kesadaran masyarakat akan
bahaya, pengenalan, pengelolaan dan pencegahan
diabetes melitus.
Berdasarkan data yang didapatkan dari sub
bagian pencatatan medik di Puskesmas Gatak
Sukoharjo, tahun 2004 jumlah penderita diabetes
melitus total sebanyak 399 penderita termasuk
kasus baru sebanyak 279 penderita. Peningkatan
prevalensi penderita baru diabetes melitus tahun
2002 sebanyak 56 penderita (7,6 %), tahun 2003
sebanyak 59 penderita (10,5 %), tahun 2004
sebanyak 110 penderita (35,5 %) dan sampai
dengan akhir Juni 2005 sebanyak 129 penderita
(46,4 %) dengan jumlah penduduk 46754 jiwa.

64

Penderita yang beresiko tinggi terkena diabetes


melitus adalah penduduk yang berusia diatas 45
tahun, berat badan lebih dari 120 kg dari berat
badan normal, hipertensi dengan tekanan darah
lebih dari 140/90 mmHg, riwayat diabetes pada
keluarga disamping itu faktor ekonomi sangat
berpengaruh pada pola makan penderita diabetes
melitus dan gaya hidup yang kurang sehat.
Menurut Soegondo cit Sarifah, 2001 penelitian
Diabetes Control and Complication (DCCT) yang
dilakukan Amerika telah membuktikan bahwa
pengendalian kadar glukosa darah sampai
mendekati normal akan dapat mencegah terjadinya
komplikasi diabetes melitus. Berdasarkan hasil
penelitian tesebut kemampuan penderita di deteksi
dini terhadap kadar gula darahnya merupakan
indikator penting dalam pengendalian diabetes
melitus untuk dapat mempertahankan kualitas
hidupnya.
Penelitian tentang perilaku dari Rogers yang dikutip
kembali oleh Notoatmojo (2004) mengatakan
bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif
perilaku tersebut akan berlangsung langgeng.
Pengetahuan penderita tentang diabetes melitus
merupakan sarana yang dapat membantu penderita
menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya
sehingga semakin banyak dan semakin baik
penderita mengerti tentang penyakitnya semakin
mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya
dan mengapa hal itu diperlukan (Waspadji , 2004).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
diskriptif dengan metode cross sectional. Penelitian
diskriptif bertujuan untuk memaparkan peristiwa
urgen yang terjadi pada masa kini, dilakukan
sistematik dan lebih menekankan pada data faktual
dari pada pengumpulan (Nursalam dan Pariani,
2001).
Metode cross sectional adalah suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
dengan
cara
pendekatan,
observasi
atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time approach) artinya tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subjek pada
satu pemeriksaan (Notoatmojo, 2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
penderita diabetes melitus yang berobat jalan di

Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. I, No. 2 , Juni 2008, 63-68

Puskesmas I Gatak Sukoharjo sebanyak 129


penderita.
Sampel
diambil
sebanyak
42
penderita.dengan menggunakan teknik non
Probability sampling secara purposive sampling
yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria
yang dibuat peneliti sendiri berdasarkan ciri-ciri
atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2003).
Dalam penelitian ini peneliti dalam
mengambil sampel dengan menetapkan kriteria
inklusi: Penderita diabetes melitus tipe II yang
terdaftar di Puskesmas I Gatak
Sukoharjo,
penderita diabetes melitus yang sudah mendapatkan
penyuluhan tentang penyakit diabetes melitus,
penderita diabetes melitus yang mempunyai tingkat
pendidikan tamatan SD dan penderita yang bersedia
menjadi responden
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan selama awal bulan
November tahun 2005 sampai akhir bulan
Desember tahun 2005 di Puskesmas I Gatak
Sukoharjo dengan cara memberikan kuesioner
langsung kepada responden serta memberikan
penjelasan tentang cara pengisian responden kepada
42 responden yang ditemui.
Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden
berdasarkan kelompok umur penderita diabetes
melitus di Puskesmas I Gatak Sukoharjo
No

Umur

1.
2.
3.

40 50
51 60
61 keatas
Total

Frekuensi
(f)
12
12
18
42

persentase
28.6
28.6
42.8
100

Dari tabel distribusi frekuensi karakteristik


responden berdasarkan kelompok umur maka
diperoleh data sebagai berikut : Responden yang
berumur 40 50 tahun sebanyak 12 responden
( 28,6 %), berumur 51 60 tahun sebanyak 12
responden ( 28,6 %) dan berumur 61 tahun keatas
sebanyak 18 responden (42, 8 %).

Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik


responden berdasarkan jenis kelamin penderita
diabetes melitus di Puskesmas I Gatak Sukoharjo
No

Jenis kelamin

Frekuensi
%
(f)
1. Laki laki
13
30,9
2. Perempuan
29
69,1
Total
42
100
Dari tabel distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin maka
diperoleh data sebagai berikut : jenis kelamin laki
laki sebanyak 13 responden ( 30,9 %) dan jenis
kelamin perempuan sebanyak 29 responden ( 69,1
%).
Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan pendidikan penderita
diabetes melitus di Puskesmas I Gatak Sukoharjo
No

Pendidikan

Frekuensi (f)

1.
2.
3.
4.

Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat
akademik/
PT
Total

7
9
15
11

Persent
ase (%)
16,7
21,4
35,7
26,2

42

100

Dari tabel distribusi frekuensi karakteristik


responden berdasarkan pendidikan maka diperoleh
data sebagai berikut : tamat SD sebanyak 7
responden (16,7%), tamat SMP sebanyak 9
responden (21,4 %), tamatan SMA sebanyak 15
responden (35,7%) dan tamatan Perguruan Tinggi
sebanyak 11 responden (26,2%).
Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan penderita diabetes
melitus di Puskesmas I Gatak Sukoharjo
No

Pekerjaan

1.
2.

Tidak bekerja
Buruh tani /
bangunan
/
pabrik
Pedagang
PNS/ ABRI
Pegawai swasta
Pensiunan
Total

3.
4.
5.
6.

Frekuens
i (f)
7
6

Persentas
e (%)
16,7
14,3

4
8
3
14

9,5
19,1
7,1
33,3

42

100

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit ( Nina Rahmadiliyani


dan Abi Muhlisin )

65

Dari tabel distribusi frekuensi karakteristik


responden berdasarkan pekerjaan maka diperoleh
data sebagai berikut : tidak bekerja sebanyak 7
responden (16,7%), buruh tani/ bangunan/pabrik
sebanyak 6 responden (14,3%), pedagang sebanyak
4 responden (9,5 %), PNS atau ABRI sebanyak 8
responden (19,1%), pegawai swasta sebanyak 3
responden (7,1%) dan pensiunan sebanyak 14
responden (33,3%).

Tabel 6. Distribusi frekuensi penderita berdasarkan


pengetahuan dan komplikasi diabetes melitus

Tabel 4 Distribusi frekuensi karakteristik responden


berdasarkan pendapatan keluarga penderita diabetes
melitus dalam satu bulan di Puskesmas I Gatak
Sukoharjo

Pengetahuan responden terlihat pada tabel 6


responden yang mempunyai pengetahuan baik
sebanyak 4 orang (9,5%), dan mereka yang
mempunyai pengetahuan sedang sebanyak 20 orang
(47,6 %) serta mereka yang mempunyai
pengetahuan kurang sebanyak 18 orang (42,9 %).
Distribusi frekuensi penderita berdasarkan tindakan
mengontrol kadar gula darah

No

Pendapatan

1.
2.

< 500.000
500.000

1.000.000
> 1000.000
Total

3.

Frekuensi
(f)
13
18
11

Persentas
e (%)
30,9
42,9
26,2

42

100

Dari tabel distribusi frekuensi karakteristik


responden berdasarkan pendapatan dalam satu
bulan maka diperoleh data sebagai berikut :
responden yang berpendapatan kurang dari 500.000
sebanyak 13 orang (30,9%), pendapatan 500.000
1000.000 sebanyak 18 orang (42,9%) dan
pendapatan lebih dari 1.000.000 sebanyak 11 orang
(26,2%).
Tabel 5. Distribusi frekuensi karakteristik
responden berdasarkan kadar gula darah penderita
diabetes melitus di Puskesmas I Gatak Sukoharjo
No
1.
2.

Kadar gula
darah
< 200 mg/dl
> 200 mg/dl
Total

Frekuensi
(f)
0
42
42

Persentas
e (%)
0
100
100

Dari tabel distribusi frekuensi karakteristik


responden berdasarkan kadar gula darah maka
diperoleh data sebagai berikut : kadar gula darah >
200 mg/dl sebanyak 42 orang atau 100%.
Pengetahuan responden tentang penyakit
dan komplikasi diabetes melitus yang telah penulis
dapatkan dari hasil penelitian menunjukkan
kategori yang cukup berbeda. Adapun hasil
penelitian mengenai pengetahuan responden
tentang penyakit diabetes mellitus dapat dilihat
pada tabel 6

66

No

Kriteria

1.
2.
3.

Baik
Sedang
Kurang
Total

Jumlah
responden
4
20
18
42

Persentase
9,5
47,6
42,9
100

Tabel 7. Distribusi frekuensi penderita berdasarkan


tindakan mengontrol kadar gula darah
No.

Kriteria

1.
2.
3.

Baik
Sedang
Kurang
Total

Jumlah
responden
3
22
17
42

Persentase
(%)
7,1
52,4
40,5
100

Hasil penelitian berdasarkan tindakan


mengontrol kadar gula darah kategori baik
sebanyak 3 responden (7,1%), kategori sedang
sebanyak 22 responden (52.4 %) dan kategori
kurang sebanyak 17 responden (40.5%).
Distribusi frekuensi pengetahuan tentang
penyakit dan komplikasi pada penderita diabetes
melitus dengan tindakan mengontrol kadar gula
darah
Tabel 8 Distribusi frekuensi penderita berdasarkan
pengetahuan dengan tindakan mengontrol kadar
gula darah
No
1.
2.
3.

Kriteri
a
Baik
Sedang
Kurang
Total

Pengetahuan
4
20
18
42

Tindakan
3
22
17
42

Berdasarkan umur penderita terbanyak


ditemukan pada kelompok umur 61 tahun keatas
sebanyak 42.8 %. Dari data diatas tampak adanya
kenaikan jumlah penderita diabetes melitus

Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. I, No. 2 , Juni 2008, 63-68

terhadap kenaikan usia. Dalam penelitian Ikram


yang dikutip oleh hartati (1999) didapat prevalensi
diabetes melitus pada usia lanjut di Indonesia
sebesar sebesar 73 %. Menurut Raven dan De
Fronzo dalam Hartati (1999) pada usia lanjut terjadi
penurunan fungsi pankreas dan sekresi insulin yang
berkurang. Perubahan-perubahan karena usia lanjut
sendiri seperti berkurangnya masa otot dan
perubahan vaskuler berkaitan dengan terjadinya
retensi insulin perifer pada diabetes melitus TipeII.
Menurunnya toleransi glukosa pada usia lanjut
berhubungan dengan berkurangnya sensitivitas sel
perifer terhadap insulin sehingga menyebabkan
peningkatan kadar gula darah pada usia lanjut.
Berdasarkan data yang diperoleh didapat
responden dengan jenis kelamin laki-laki 30,9 %
sedangkan perempuan 69,1 %. Menurut penelitian
Rusdi yang dikutup kembali oleh Hartati (1999)
jenis kelamin terbanyak pada penderita diabetes
melitus adalah wanita (75 %).
Berdasarkan tingkat pendidikan responden
sebagian besar tamatan SMA (35,7 %)selebihnya
tamatan SD (16,7 %), tamatan SMP (21,4 %) dan
tamatan Akademik / PT (26,2 %) serta responden
telah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit DM. Jika pengetahuan tentang penyakit
diabetes
melitus
baik
diharapkan
akan
mempengaruhi
tindakan
penderita
dalam
mengontrol kadar gula darah. Menurut Notoatmojo
(2004) pengetahuan kesehatan akan berpengaruh
kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah
(intermediate impact). Berdasarkan pekerjaan
sebagian besar penderita diabetes melitus adalah
pensiunan sebanyak 33,3 %.
Berdasarkan pendapatan keluarga penderita
diabetes melitus penghasilan terbanyak adalah
500.000 1.000.000 sebanyak 42,9 %.
Pengetahuan penderita diabetes melitus Dari data
yang didapat dalam penelitian pengetahuan
responden dalam kriteria baik sebanyak 9.5%,
kriteria sedang 47,6 % dan
kriteria kurang
sebanyak 42,9 %. Di Puskesmas I Gatak Sukoharjo
penderita yang pertama kali terdiagnosa penyakit
diabetes melitus oleh dokter akan memberikan
pengantar kepada penderita untuk dikonsultasikan
dengan ahli gizi di Puskesmas I Gatak Sukoharjo
guna merencanakan diet penderita diabetes melitus
sedangkan untuk pengetahuan tentang penyakit dan
komplikasi diabetes melitus diberikan penyuluhan
oleh perawat sebagai pemberi edukasi.

Dari penelitian didapatkan hasil pada kelompok


responden yang mempunyai tindakan mengontrol
kadar gula darah dengan kategori baik 7,1%,
kategori sedang sebanyak 52.4 % dan kategori

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan dari hasil penelitian yang
dilakukan di Puskesmas I Gatak Sukoharjo dapat
diambil kesimpulan bahwa :
Karakteristik
penderita
diabetes
melitus
berdasarkan umur yang terbanyak adalah responden
yang berumur 61 tahun keatas sebanyak 18
responden (42, 8 %), berdasarkan jenis kelamin
terbanyak adalah perempuan sebanyak 29
responden ( 69,1 %), berdasarkan pendidikan
terbanyak adalah tamat Sekolah Menengah Atas
sebanyak 15 responden (35,7%), berdasarkan
pekerjaan yang terbanyak adalah pensiunan
sebanyak 14 responden (33,3%), berdasarkan
pendapatan dalam satu bulan responden yang
berpendapatan terbanyak yaitu pendapatan 500.000
1000.000 sebanyak 18 orang (42,9%) 1.000.000
dan berdasarkan kadar gula darah terbanyak adalah
> 200 mg/dl sebanyak 42 orang atau 100%.
Pengetahuan
tentang
penyakit
dan
komplikasi pada penderita diabetes melitus
menunjukkan rata-rata terbanyak mempunyai
pengetahuan sedang sebanyak 20 orang (47,6 %),
tindakan
mengontrol
kadar
gula
darah
menunjukkan rata-rata terbanyak adalah kategori
sedang sebanyak 22 responden (52.4%), kadar gula
darah penderita dalam kriteria tinggi lebih dari 200
mg/dl sebanyak 42 responden (100%) dan ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan
tentang penyakit dan komplikasi pada penderita
diabetes melitus dengan tindakan mengontrol kadar
gula darah ( nilai r = 0,508 dan nilai P < 0,05)
Pihak Puskesmas yang berkaitan dengan
pengelolaan penderita diabetes melitus yang rawat
jalan agar meningkatkan pendidikan kesehatan
meliputi metode diet dan olahraga bagi penderita
diabetes melitus.dan peran keluarga sangat penting
dalam menentukan perilaku penderita diabetes
melitus,
diharapkan
keluarga
memberikan
dukungan moral dalam penatalaksanaan diabetes
melitus.

Tindakan mengontrol kadar gula darah

DAFTAR PUSTAKA

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit ( Nina Rahmadiliyani


dan Abi Muhlisin )

67

Octo, 2005, Diabetes Melitus. http.www.promosikesehatan.com, 9juli 2005.


Notoatmojo, S., 2004, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Bandung
Perkeni, 1998. Consensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, Balai Pustaka FKUI Jakarta.
Siswono, 2005, P2m & PL dan LITBANGKES, hptt.www.depkes.go.id, 23 juni 2003
Soegondo, 2004, Diabetes Melitus, Penatalaksanaan Terpadu, Balai Penerbitan FKUI, Jakarta.
Sarifah, 2001, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masih Tingginya Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes
Melitus yang Menjalani Terapi DM di Poli RSUP D.R Sardjito Yogyakarta, Tidak Diterbitkan,
Yogyakarta.

68

Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. I, No. 2 , Juni 2008, 63-68

You might also like