Kinerja Birahi Kambing Yang Mengalami Induksi Superovulasi Dengan Anti Inhibin
Kinerja Birahi Kambing Yang Mengalami Induksi Superovulasi Dengan Anti Inhibin
Kinerja Birahi Kambing Yang Mengalami Induksi Superovulasi Dengan Anti Inhibin
KinerjaBirahiKambingyangMengalamiInduksiSuperovulasi
denganAntiInhibin
(EstrousofGoatsUndergoneSuperovulationInductionwithAntiinhibin)
TNSiregar1*danTArmansyah2
LaboratoriumReproduksiFakultasKedokteranHewanUniversitasSyiahKuala.
LaboratoriumFarmakologiFakultasKedokteranHewanUniversitasSyiahKuala
*Penuliskorespondensiemail:[email protected]
Abstract.Estrousperformanceofgoatsunderlyingsuperovulationinductionwithantiinhibinwasdoneusing
antiinhibin induction on rabbit. Twenty four goatsused in this research that divided four groupsnamely P0
(control),P1(immunizationatdaysof4cycle),P2(immunizationatdaysof9cycle)andP3(immunizationat
days of 13 cycle). Immunization on groups was done with injection of 500 g antibody against inhibin after
synchronizebeforethat.Estroussynchronizationusinginjection0.5mlcloprostenol(EstronTM,Bioveta)two
timeswithinterval10days.Twentyfourhoursafterimmunization,allofgoatsinjectionofcloprostenolwith
samedoses.Estrousobservationwasdoneafterinjectionofcloprostenollaterthreetimesadays.Collectionof
blood was done at estrous (to analyze of estradiol concentration) and at days of 7 cycle (to analyze of
progesteroneconcentration).Allfgoatsaftertreatmentshowedestrousbehaviorasswellingaroundthevulva
andredness,athinmucousdischargefromvulva,socialbehaviors,andshowedmounted.Awalofestrouson
P0, P1, P2, and P3 groups were 35.00+7.01; 28.67+4,50; 27.67+4.76; and 29.67+5.86 hours, respectively and
revealednosignificantdifferencebetweencontrolandtreatmentgroups.DurationofestrousonP0,P1,P2,and
P3 were 36.67+3.27; 49.33+3.20; 50.33+10.23; and 53.67+11.96 hours, respectively and revealed significant
difference (P<0.05) between P2 and P3 with P0 and P1. Length of cycle on P0, P1, P2, and P3 groups were
20.33+1.75; 19.33+0.82; 19.33+2.50; and 20.83+2.56, respectively and revealed no significant difference
betweencontrolandtreatmentgroups.
KeyWords:antiinhibin,goats,superovulation,synchronization
ovulasipadainduksisuperovulasikambingtidak
sepenuhnya diketahui. Secara umum diketahui
bahwa folikel dominan yang terdapat pada
gelombang pertumbuhan folikel bertanggung
jawab mensupresi folikel yang lebih kecil
melalui hambatan sekresi FSH (McCue et al.,
1992). Kambing memiliki 4 gelombang
pertumbuhan folikel yaitu gelombang 1, 2, 3,
dan 4 masingmasing pada hari 0,6+0,3,
4,7+0,2, 9,0+0,5, dan 13,4+0,5) (Medan et al.,
2003).
Peningkatan level FSH dideteksi sekitar hari
emergensi gelombang pertumbuhan folikel.
Level FSH mempunyai korelasi negatif dengan
inhibin. Peningkatan konsentrasi inhibin terjadi
pada setiap gelombang folikel (Medan et al.,
2003).PenurunanlevelFSHakanmenyebabkan
atresi folikel yang lebih kecil. Pemeliharaan
level FSH selama fase folikuler kemungkinan
akan mampu mencegah regresi atau atresi
Pendahuluan
PopulasiternakkambingdiwilayahAsiadan
PasifikSelatansampaitahun1990anmencapai
294,4 juta ekor dengan angka pertumbuhan
hanya sekitar 0,2%. Jumlah ini merupakan
52,9% dari total populasi kambing dunia. Di
Pulau Jawa, jumlah rumah tangga petani yang
memelihara ternak kambing mencapai 30%.
Dengan kenyataan tersebut ternak kambing
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai
sumber produk asal ternak di Indonesia
(Suyadi,2003).Salahsatu upayameningkatkan
potensi reproduksi kambing adalah melalui
penerapan teknologi transfer embrio. Tahapan
penting dalam proses transfer embrio adalah
superovulasiyangmerupakanupayamanipulasi
folikulogenesis sehingga jumlah ovulasi
meningkatdibandingnormal.
Mekanisme fisiologis yang bertanggung
jawab untuk membatasi perkembangan dan
34
TNSiregardanTArmansyah/AnimalProduction11(1)3439
MetodePenelitian
MateriPenelitian
Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor
kambing betina dengan kriteria sehat secara
klinis, sudah pernah beranak, umur 1,53,0
tahun dan memperlihatkan siklus reguler
minimal 2 siklus dan berada pada galur
kesuburanyangsama.
ProsedurPenelitian
Penelitian ini dirancang menggunakan
Rancangan Acak Lengkap pola satu arah.
Seluruh kambing dikelompokkan ke dalam 4
kelompokperlakuan,1kontroldan3perlakuan.
Pengelompokan didasarkan atas waktu
imunisasi(harike4,9,dan13darisiklus).yaitu
P0 (kontrol), P1 (imunisasi hari ke4 siklus), P2
(imunisasi hari ke9 siklus) dan P3 (imunisasi
hari ke13 siklus). Tiap kelompok terdiri dari 6
ekor kambing. Sebelum imunisasi, seluruh
kambing disinkronisasi dengan dosis 0,5 ml
cloprostenol (EstronTM, Bioveta). Penyuntikan
dilakukan2kalidenganinterval10hari.Setelah
birahi, hewan diimunisasi dengan 500 g anti
inhibin sesuai dengan kelompok perlakuan.
Empat puluh delapan jam setelah imunisasi,
masingmasing kambing diinjeksi kembali
dengan dosis luteolitik (0,5 ml) cloprostenol
secara intramuskular. Untuk kelompok kontrol,
hanya diinjeksi dengan cloprostenol 2 kali
35
TNSiregardanTArmansyah/AnimalProduction11(1)3439
HasildanPembahasan
Semua kambing yang mendapat perlakuan
imunisasi inhibin yang diikuti dengan injeksi
cloprostenolmemperlihatkangejalabirahiyang
khas. Dari 24 ekor kambing betina 87,5%
menunjukkan vulva kemerahan, 58,3%
memperlihatkan pembengkakan vulva 50,0%
mengeluarkan lendir transparan, 83,3%
memperlihatkan perubahan tingkah laku
(urinasi yang berlebihan, mengembik terus
menerus, atau gelisah) dan 100% mau dinaiki
sepertiyangterlihatpadaTabel1.
Timbulnya estrus adalah akibat injeksi
prostaglandin dan kemungkinan tidak
dipengaruhi oleh imunisasi inhibin. Injeksi
tunggal prostaglandin akan menghasilkan 80%
kambing birahi sedang injeksi kedua yang
dilakukan10harikemudianakanmenghasilkan
Tabel1.Deskripsibirahikambingsetelahimunisasiinhibinyangdiikutidenganinjeksi
cloprostenol
Kriteria
Vulvamerah
Vulvabengkak
Lendir
Perubahantingkahlaku
Maudinaiki
Jumlahkambing(ekor)
21
14
12
20
24
36
Persentase(%)
87,5
58,3
50,0
83,3
100,0
TN.SiregardanT.Armansyah/AnimalProduction11(1)3439
37
TNSiregardanTArmansyah/AnimalProduction11(1)3439
Tabel2.Performansibirahikambingsetelahimunisasidenganantiinhibinyangdiikutiinjeksi
cloprostenol
Kelompok
a,ab
P0
P1
P2
P3
Birahi
LamaSiklus(hari)
Awal(jam)
35,00+7,01
28,67+4,50
27,67+4,76
29,67+5,86
Lama (jam)
36,67+3,27a
49,33+3,20ab
50,33+10,23b
53,67+11,96b
20,33+1,75
19,33+0,82
19,33+2,50
20,83+2,56
Superskripyangberbedapadakolomyangsamamemperlihatkanperbedaanyangnyata(P<0,05)
Kesimpulan
Imunisasi inhibin tidak menyebabkan
perubahan awal birahi dan lama siklus tetapi
dapatmemperpanjanglamabirahikambing.
UcapanTerimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
DP2M DIKTI atas bantuan dana melalui Dana
Penelitian Hibah Bersaing XIV Tahun 2006.
Selanjutnya terimakasih kepada saudara
Hafizuddin, Salman, Wahiduddin, Dian dan
Burdah atas bantuan tenaga sehingga
penelitianinidapatberjalandenganlancar.
DaftarPustaka
BleachECL,RGGlencrossSAFeist,NPGroome,and
PG Knight. 2001. Plasma inhibin A in heifer:
Relationship
with
follicle
dynamics,
gonadotrophins,andsteroidduringestrouscycle
and after treatment with bovine follicular fluid.
Biol.Reprod.64:743752.
Britt JH. 1993. Induction and synchronization of
ovulation.InReproductioninFarmAnimals.6th.
Ed. E.S.E. hafez (ed.). Lea & Febiger Co.
Philadelphia.
Cerbito WA, NG Natural, FB Aglibut and K Sato.
1995. Evidence of ovulation in goats (Capra
hircus) with short oestrous cycle and its
occurrence in the tropics. Theriogenology
43:803812.
Chemineau P, A Daveau, F Maurice and JA
Delgadillo. 1992. Seasonality of oestrus and
ovulation is not modified by subjecting female
Alpine goats to a tropical photoperiod. Small
Rumin.Res.8:299312.
38
TN.SiregardanT.Armansyah/AnimalProduction11(1)3439
HafezBandESEHafez.2000.ReproductioninFarm
Animals. Lippincot Williams & Wilkins,
Philadelphia,pp.5963.
JimenezKrassel F, ME Winn, D Burns, JLH Ireland,
and JJ Ireland. 2003. Evidence for a negative
intrafollicular role for inhibin in regulation of
estradiol production by granulosa cells.
Endocrinology144(5):18761886.
KanekoH,HKishi,GWatanabe,KTaya,SSasamoto,
and Y Hasegawa. 1995.Changes in plasma
concentration of immunoreactive inhibin,
estradiol and FSH associated with follicular
waves during the estrous cycle of the cow. J.
Reprod.Dev.42:311320.
Lammoglia MA, RE Short, SE Bellows, MD Macneil,
and HD Hafs, 1998. Induced and synchronized
estrusincattle.J.Anim.Sci.76:16621670.
Manu AE. 1991. Pengaruh Pemberian PGF2 Alpha
terhadap Sinkronisasi Birahi pada Ternak
KambingKacang.Skripsi.Fapet,Undana.
McCue PM, NJ Carney, P. Hughes, J Rivier, W Vale,
and BL Lasley. 1992. Ovulation and embryo
recovery rates following immunization of mare
against an inhibin alphasubunit fragment.
Theriogenology38:823831.
Medan MS, G Watanabe, K Sasaki, S Sharawy, NP
Groome, and K Taya. 2003. Ovarian dynamics
and their association with peripheral
concentrations of gonadotrophins, ovarians
steroids, and inhibin during the estrous cycle in
goats.BiolReprod69(1):5763.
Medan MS, S Akagi, H Kaneko, G Watanabe, CG
Tsonis and K Taya. 2004. Effects of re
immunization of heifers against inhibin on
hormonal profiles and ovulation rate.
Reproduction128:475482.
Mngongo FOK. 1987. Doses of prostaglandin
analogue cloprostanol intravulvasubmucosal
(IVSM) injection effective for the induction
oestrousingoats.Anim.Reprod.Sci.14:139146.
Nuti LC, KN Bretzlaff, RG Elmore, SA Meyers, JN
Regila,SPBrinsko,TLBlahohard,andPGWeston,
1992. Synchronization of oestrus in dairy goats
treated with prostaglandin F2 alpha various of
theoestruscycle.Am.J.Vet.Res.52:935937.
Partodihardjo S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan.
PenerbitMutiara,Jakarta.
Purwanti M. 1989. Superovulasi dan Panen Embrio
padaKambingKacang.Tesis.PPSUGM.
Putro PP. 1996. Teknik superovulasi untuk transfer
embriopadasapi.Bul.FKHUGMXIV(1):120.
Selvaraju S, SK Agarwal, SD Karche, and AC
Majumdar. 2003. Ovarian response, embryo
production and hormonal profile in
superovulated goats treated with insulin.
Theriogenology59(56):14591468.
SiregarTN.2001.Tampilanreproduksikambinglokal
yang mengalami sinkronisasi birahi dengan
prostaglandin F2 alpha dan kehadiran pejantan.
Agripet2(2):812.
Siregar TN. 2002. Pengukuran profil progesteron
sebagaisuatumetodediagnosiskebuntingandini
dan kelahiran kembar pada domba lokal. Med.
Ked.Hewan18(2):7377.
Siregar TN, Aulanniam, T Susilawati, G Riady,
Hamdan dan T Armansyah. 2005. Karakterisasi
biokimiawi protein inhibin dari sel granulosa
folikel ovarium kambing. Animal Production
8(2):100107
SiregarTN,NAreuby,GRiady,danAmiruddin.2004.
EfekpemberianPMSGterhadapresponovarium
dan kualitas embrio kambing lokal prepuber.
Med.Ked.Hewan20(3):108112.
SiregarTN,SHartantyo,danSugijanto,1999.Induksi
ovulasi kambing kacang prepuber denganPMSG
danhCG.Agrosains12(1):3548.
Stell RGD.dan J Torrie. 1990. Prinsip dan Prosedur
Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik.
GramediaPustakaUtama,Jakarta.
Sumandia IN. 1988. Transfer Embrio pada Kambing
Kacang.Tesis.PPSUGM.
Sumaprastowo M. 1980. Beternak Kambing yang
Berhasil.PenerbitAngkasaBandung:5659.
SunaryoB.1994.PengaruhPenggunaanPGF2Alpha
dan GnRH Sintetik untuk Optimalisasi Hasil
Inseminasi Buatan pada Kambing PE. Skripsi.
FKH,UGM.
Suyadi. 2003. Potensi Reproduksi Ternak Kambing
danDomba.MakalahSeminarRegionalProspek
Pengembangan Ternak Kambing/Domba di
Indonesia di Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya,Malang,25Oktober2003.
Taya K, H Kaneko, T Takedomi, H Ishi, and G
Watanabe,1996.Roleofinhibinintheregulation
of FSH secretion and folliculogenesis in cows.
Anim.Reprod.Sci.42:563570.
Toelihere MR, 1981. Fisiologi Reproduksi pada
Ternak.PenerbitAngkasa,Bandung.
TrianaIN,HAPermadi,HSoehartoyo,THermawati,
dan S Susilowati. 1996. Pengaruh hormon MSA
intravaginalspongesterhadapbirahidanovulasi
pada kambing kacang. Med. Ked. Hewan
12(2):103108
Uly K. 1997. Respon Birahi dan Angka Kebuntingan
Kambing PE dengan Pemberian PGF2 Alpha
secaraIntramuskulardanIntravulvasubmukosal.
Tesis.PPSUGM.
Weltz CK, ZA Smith, DK Pauler, and JA Hall. 2001.
Differential regulation of inhibin and
reproductive health. J. Clin. Endocr. and
Metabolism86:25312537.
39