Ujiaktivitas Antibakteri Ekstrak KULIT BUAH MANGGIS (Gardnia Mangostana Linn)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 5

ARTIKEL

UJIAKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK


KULIT BUAH MANGGIS (Gardnia mangostana Linn)
Masniari Poeloengan,* Praptiwi**
ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF MANGOS TEEN (Gardnia mangostana Linn) PEEL
Abstract
Mangos teen peel had been used as traditional medicine to treat dysentery, diarrhea,and uric acid.. This
study was done to determine chemical compounds of mangos teen peel extract and its antibacterial
activity by diffusion paper disk method. Its chemical compounds were determine by phytochemical
screening while the antibacterial test was done against Gram Positive bacteria (Staphylococcus aureus
ATCC 25922 and S. epidermidis), and Gram Negative bacteria (Salmonella typhimurium B 2284 and
Eschericia coli B2245). Extract concentration used for the study were 50, 25, 12.5, 6.25 and 3.125%, in
which every concentration had three replicates. Result of phytochemical screening of mangos teen peel
extract showed that the extract contained alkaloid, saponin, triterpenoid, tannin, phenol, flavonoid,
glicoside and steroid. Mangos teen peel extract at the concentration up to 3.125 % had growth
inhibition area on Gram Positive bacteria (Staph. aureus and Staph. epidermidis, and there were no
growth inhibition area on Gram Negative bacteria (S.typhimurium and E.coli) . Increasing extract
concentration resulted in increasing growth inhibition area.
Keywords : mangos teen (Gardnia mangostana), Staphylococcus aureus, S, epidermidis, Salmonella
typhimurium, E. coli and antibacteria
Pendahuluan
M
anggis (Gardnia mangostana Linn.)
merupakan salah satu buah yang
cukup dikenal selain rasanya yang
enak, daging buah manggis dapat mengobati
penyakit diare, radang amandel, keputihan,
disentri, wasir, borok, peluruh dahak dan sakit
gigi.
1
Selain buah manggis, masyarakat juga telah
memanfaatkan kulit buah manggis sebagai obat
untuk sariawan, disentri, diare, asam urat,
pewarna alami, dan bahan membuat cat antikarat
(cat berwarna hitam yang tahan cuci) dan
perangsang keluarnya cairan nira pada
penyadapan kelapa. Menurut Tambunan(1998)
2
dan Subroto (2008)
3
kulit buah manggis
mempunyai sifat sebagai anti-aging, menurunkan
tekanan darah tinggi, menurunkan berat badan,
antivirus juga antibakteri. Kulit batang manggis
juga dimanfaatkan untuk mengatasi nyeri perut,
sedang akarnya untuk mengatasi haid yang tidak
teratur.
1
'
4
'
5
'
6
Kandungan kimia akar, kulit batang dan
kulit buah manggis : saponin, disamping itu akar
dan batangnya juga mengandung flavonoid dan
polifenol, serta kulit buah manggis juga
mengandung tanin, flavonoid, steroid/triterpenoid
dan kuinon serta unsur natrium, kalium,
magnesium, kalsium, besi, zink dan tembaga.
Kulit kayu, kulit buah dan lateks kering manggis
mengandung sejumlah zat warna kuning yang
berasal dari dua metabolit sekunder yaitu
mangostin dan p-mangostin. Mangostin
merupakan komponen utama sedangkan kadar (3-
mangostin lebih kecil dan 1,3,6,7-tetrahidroksi-
2,8-di (3-metil-2butenil) ksanton yang diberi
nama a-mangostanin dari kulit buah manggis. ' '
* Balai Besar Penelitian Veteriner,Jl.RE.Martadinata No.30, Bogor 16114
** Bidang Botani, Pusat Penelitian Botani -LIPI, Cibinong
65 Media Litbang Kesehatan Volume XXNomor 2 Tahun 2010
Di lain pihak, terdapat resistensi bakteri
terhadap obat-obat antibiotika yang telah ada.
Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan
penapisan fitokimia untuk mengetahui komponen
kimia pada kulit buah manggis dan aktivitasnya
untuk menghambat pertumbuhan beberapa isolat
bakteri yaitu Staphylococcus aureus ATCC
25922, S. epidermidis, Salmonella typhimurium B
2284 dan E. coll E.coli adalah bakteri pathogen,
setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat terinfeksi
olehnya dan menyebabkan timbulnya penyakit
dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan,
nekrosis dan pembentukan abses.
7
Bakteri ini
merupakan sebagian dari flora normal pada kulit
manusia, saluran pernafasan dan saluran
pencernaan makanan.
8
Bakteri Salmonella typhi
bersifat infeksi pada manusia dan sebagian besar
Salmonella bersifat pathogen bagi binatang yang
merupakan sumber infeksi bagi manusia.
9
Bahan dan Metoda
Bahan Penelitian
Kulit buah manggis diperoleh dari Pasar
Buah, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Kulit buah
manggis dikeringkan dalam oven 50C hingga
kering. Kemudian digiling menjadi serbuk lalu
diayak dengan ayakan 4/18.
Bakteri yang digunakan pada penelitian ini
merupakan biakan bakteri koleksi Balai Besar
Penelitian Veteriner yaitu Staphylococcus aureus
ATCC 25922, S. epidermidis, Salmonella
typhimurium B 2284 dan E. coli.
Ekstraksi (Depkes, 2000)
10
Serbuk kulit buah manggis (500 gram)
direndam dengan etanol 70%. Filtrat yang ada
ditampung kemudian ditambahkan lagi pelarut
etanol 70% sampai bahan tersebut terendam.
Filtrat ditampung kembali. Hal ini dilakukan
sampai filtrat tidak berwarna. Filtrat dipekatkan
dengan menggunakan evaporator sehingga
diperoleh ekstrak pekat dan tidak mengandung
etanol.
Penapisan kimia ekstrak kulit buah manggis
(Depkes, 2000)
10
Penapisan kandungan kimia kulit buah
manggis dilakukan terhadap kandungan alkaloid,
saponin, tanin, fenol, flavonoid, steroid dan
terpenoid, steroid, dan glikosida.
Uji antibakteri secara In-vitro (Simmons and
Graver, 1980)
11
Uji antibakteri dilakukan dengan metode
difusi kertas cakram (Ratan, 2000), dan bakteri
yang digunakan pada uji ini adalah bakteri Gram
Negatif (Salmonella typhmurium B2284 dan
Escherichia coli), dan bakteri Gram Positif
(Staphylococcus aureus ATCC 25922 dan
Staphylococcus epidermidis yang diisolasi dari
lapangan) Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak
Ekstrak diencerkan dengan ditetesi DMSO
kemudian ditambahkan aquadest hingga diperoleh
konsentrasi ekstrak 50, 25, 12.5, 6.25 dan 3.125%.
Masing-masing konsentrasi mempunyai 3
ulangan.
Inokulum bakteri diinkubasi pada Mueller
Hinton broth pada suhu 37C selama 18 jam
setelah itu diencerkan dengan 0.85% larutan NaCl
steril sehingga mencapai kekeruhan setara dengan
standar McFarland no. 0.5 (10
6
"
8
CFU/ml). Setiap
inokulum bakteri disebarkan perlahan-lahan pada
cawan petri yang berisi media Mueller Hinton
agar padat.
Lima belas mikroliter ekstrak etanol kulit
buah manggis dari masing-masing konsentrasi
tersebut diatas diteteskan pada kertas cakram
steril. Kertas cakram steril yang telah ditetesi
dengan ekstrak etanol kulit buah manggis
diletakkan pada permukaan media Mueller Hinton
Agar (MHA) yang telah diinokulasi dengan isolat
bakteri, menggunakan pinset steril. Media tersebut
diinkubasikan pada suhu 37C selama 24 jam.
Zona penghambatan pertumbuhan bakteri
disekitar kertas cakram diukur.
Basil
Penapisan Kandungan Kimia Serbuk dan
Ekstrak
Hasil penapisan kandungan kimia yang
dilakukan terhadap serbuk dan ekstrak kulit buah
manggis pada Tabel 1.
Hasil penapisan fitokimia ekstrak kulit buah
manggis menunjukkan bahwa ekstrak tersebut
mengandung komponen kimia alkaloid, saponin,
tanin, fcnolik, flavonoid, triterpenoid, steroid dan
glikosida.
Media Litbang Kesehatan Volume XX Nomor 2 Tahun 2010 66
Tabel 1. Basil Identiflkasi Golongan Senyawa Kimia Kulit Buah Manggis
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Kandungan Kimia Hasil Identiflkasi
Alkaloid +
Saponin +
Tanin +
Fenolik +
Flavonoid +
Tripterpenoid +
Steroid +
Glikosida +
Keterangan : + : senyawa terdapat pada ekstrak
Tabel 2. Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Gram Positif aureus dan S.
epidermidis oleh Ekstrak Kulit Buah Manggis
Staph. aureus ATCC 25922 Staph. epidermidis diisolasi dari
lapangan
Ulangan Diameter Zona Hambat (mm)
1
2
3
Jumlah
Rataan
50%
11
11
11
33
11
25%
10
10
10
30
10
12,5%
9
9
9
27
9
6,25%
8
8
8
24
8
3,125%
7
7
7
21
7
50%
13
12
12
37
12,3
25%
11
11
10
32
10,7
12,5%
9
9
9
27
9
6,25%
8
8
8
24
8
3,125%
7
7
7
21
7
Keterangan : Diameter zona hambat yang terbentuk absolute.
Tabel 3. Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri Gram Negatif S. typhimurium dan
E.coli oleh Ekstrak Kulit Buah Manggis
Diameter Zona Hambat (mm) pada konsentrasi ekstrak (%)
Ulangan Salmonella
50
1 P
2 P
3 P
25
P
P
P
typhimurium B 2284
12.5
P
P
P
6.25
P
P
P
3.125
P
P
P
50
P
P
P
Escherichia coli B 2445
25
P
P
P
12.5
P
P
P
6.25
P
P
P
3.125
P
P
P
Keterangan : P = Parsial pada zona hambat masih ada pertumbuhan bakteri
Berdasarkan hasil pada tabel 2 terlihat Tabel 3. menunjukkan bahwa ekstrak kulit
bahwa ekstrak kulit buah manggis menghambat buah manggis ternyata tidak mempunyai zona
pertumbuhan 2 isolat bakteri Gram Positif penghambatan pertumbuhan absolut terhadap
(S.aureus dan S, epidermidis) dimana isolat bakteri Gram Negatif S. typhymurium dan
meningkatnya konsentrasi ekstrak meningkatkan E.coli.
pula zona hambat pertumbuhan yang terbentuk
67 Media Litbang Kesehatan Volume XXNomor 2 Tahun 2010
Tabel 4. Penentuan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) Ekstrak Kulit Buah Manggis
Konsentrasi Media Pertumbuhan
Staphylococcus aureus ATCC
25922
Staphylococcus epidermidis
1
5
2,5
2
1,5
1
0,5
Keterangan : + ada pertumbuhan bakteri
- tidak ada pertumbuhan bakteri
Hasil pada Tabel 4. menunjukkan bahwa
konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak
kulit buah manggis terhadap Staph. aureus dan
Staph. epidermidis adalah 2%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penapisan fitokimia kulit
buah manggis menunjukkan bahwa kulit buah
manggis mengandung alkaloid, saponin, triter-
penoid, tanin, fenolik, flavonoid, glikosida dan
steroid. Saponin, tanin dan flavonoid, merupakan
senyawa pada tumbuhan yang mempunyai
aktivitas antibakteri. Saponin, merupakan zat aktif
yang dapat meningkatkan permeabilitas membran
sehingga terjadi hemolisis sel, apabila saponin
berinteraksi dengan sel kuman, kuman tersebut
akan pecah atau lisis.
12
Flavonoid, merupakan
kelompok senyawa fenol yang mempunyai
kecenderungan untuk mengikat protein, sehingga
mengganggu proses metabolisme.
12
Tanin, dalam
konsentrasi rendah mampu menghambat per-
tumbuhan kuman, sedangkan pada konsentrasi
tinggi, tanin bekerja sebagai antimikroba dengan
cara mengkoagulasi atau menggumpalkan
protoplasma kuman, sehingga terbentuk ikatan
yang stabil dengan protein kuman dan pada
saluran pencernaan, tanin diketahui mampu meng-
eliminasi toksin.
13
Pengamatan pada alkaloid
dilakukan dengan reaksi pengendapan.
Sedangkan, uji saponin berdasarkan pembentukan
busa, dan triterpenoid, steroid, fenolik dan
glikosida ber-dasarkan reaksi pembentukan
warna.
10
Beberapa komponen kimia pada ekstrak
kulit buah manggis mempunyai kemampuan
sebagai antimikroba. Berdasarkan hasil uji
antibakteri pada 2 isolat bakteri Gram Positif dan
2 isolat bakteri Gram Negatif ternyata ekstrak
kulit buah manggis membentuk zona
penghambatan pertumbuhan pada bakteri Gram
Positif yang diuji, tetapi pada bakteri Gram
Negatif hanya terjadi zona penghambtan
pertumbuhan partial. Hal ini terjadi kemungkinan
disebabkan danya perbedaan susunan dinding sel
pada bakteri Gram Positif dan Gram negatif.
14
Dindingsel bakteri Gram Positif berlapis tunggal
dengan kandungan lipida 1-4%, sedang pada
bakteri Gram Negatif dinding selnya berlapis tiga
yang terdiri dari lipoprotein, membran luar
fosfolipid dan lipopolisakarida, dan kandungan
lipid pada dinding sel berkisar antara 11-22%.
Membran luar fosfolipid tersebut menyebabkan
komponen kimia yang bersifat antibakteri sulit
untuk menembus dinding sel bakteri Gram
Negatif. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
bahwa meningkatnya konsentrasi ekstrak
mengakibatkan zona hambat pertumbuhan yang
terbentuk juga makin besar. Hal ini dapat
disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi
komponen kimia yang bersifat antibakteri pada
ekstrak kulit buah manggis. Zona hambat yang
terbentuk pada S. aureus dan S. epidermidis pada
konsentrasi 50% adalah 11 mm sehingga dapat
digolongkan sebagai bakteri yang resisten.
Berdasarkan Clinical and Laboratory Standards
Institute (CSLI) maka zona hambat yang
terbentuk maka bakteri dapat digolongkan resisten
apabila Diameter Daerah Hambat (DDH) <12
Media Litbang Kesehatan Volume XX Nomor 2 Tahun 2010
68
mm, DDH 13-17 mm adalah tergolong bakteri
yang intermediate, sedangkan DDH>18 mm
merupakan bakteri yang sensitif. Berdasarkan
jenis isolat bakteri yang diuji terhadap ekstrak
etanol kulit buah manggis (Tabel 2 dan 3) maka
dapat disimpulkan bahwa isolat yang sensitif
terhadap ekstrak etanol kulit buah manggis adalah
pada bakteri Gram positif seperti S. aureus dan S.
epidermidis.
Penentuan nilai Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) ekstrak kulit buah manggis
terhadap bakteri Gram Positif menunjukkan
bahwa KHM ekstrak kulit buah manggis terhadap
S.aureus dan S.epidermidis adalah 2%. Oleh
sebab itu penggunaan konsentrasi ekstrak lebih
dari 2% dapat menghambat pertumbuhan S.aureus
dan S. epidermidis.
Kesimpulan
1. Ekstrak etanol kulit buah manggis dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis dengan KHM 2%.
2. Meningkatnya konsentrasi ekstrak etanol kulit
buah manggis meningkatkan DDH yang
terbentuk.
Daftar Pustaka
1. Ipteknet.2009. Sentra Sentra Informasi
IPTEK. Tanaman Obat Indonesia. Manggis
(Garcinia mangostana L.)
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.p
hp?mnu=2&id=239
2. Tambunan, R.M. 1998. Telaah Kadungan
Kimia dan Aktivitas Antimikroba Kulit Buah
anggis. Tesis. Institut Teknologi Bandung,
Bandung
3. Subroto, M.A. 2008. Real Food True Health.
Agromedia Pustaka. Jakarta
4. Anonim. 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/
Buah_manggis
5. Ibid. 2009. Manggis: Family Gutiferae.
http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/
index.php?id=114
6. Ibid. 2009. Teknologi Tepat Guna Warintek-
Menteri Negara Riset dan Teknologi-
Budidaya Pertanian: Manggis (Garcinia
mangostana L.)
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6
&ttg=2&doc=2al4
7. Volk, W. A.; Wheeler, F.M. 1993.
Mikrobiologi Dasar, Ed. V, Jilid I,
Terjemahan Soemartono. A., Erlangga,
Jakarta.
8. Sumiati, A. 1998. Petunjuk Praktikum
Mikrobiologi, Jurusan Farmasi FMIPA UI,
Jakarta.
9. Gupte, S. 1994. Mikrobiologi Dasar. Ed. III.
Wijaya, S., Binarupa Aksara, Jakarta.
10. Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan. Direktorat Pengawsan Obat
Tradisional. Jakarta
11. Simmons, G.G.and J.Craver. 1980. Antibiotic
sensitivity test using the disk method.
Beaureau Animal Health Brisbane Australia.
12. Ganiswara, G.S. 1995. Farmakologi dan
Terapi, Ed. IV, Fakultas Kedokteran Bagian
Farmakologi, Universitas Indonesia, Jakarta.
13. Fong, H.H.S. 1980. Phytochemical of
Pharmacy Univercity of Illinois at The
Medical Centre, Chicago.
14. Jawetz.E, Melnick JL., Adelberg EA. 1996.
Review of Medical Microbiology. Edisi 20
th
.
Buku Kedokteran. EGC. California
69
Media Litbang Kesehatan Volume XXNomor 2 Tahun 2010

You might also like