This document discusses the effects of three lactic acid bacteria cultures and storage length on the chemical composition and flavors of cheese. It finds that:
1) The use of yakult and yogurt cultures (P1) resulted in higher protein breakdown and acid levels than the control (P0), as seen by higher protein content and lactic acid levels in P1.
2) Storage length up to 3 months had no effect on moisture content but decreased protein, fat content, and lactic acid levels over time.
3) Sensory analysis found that cheese with yakult-yogurt cultures stored for 3 months received the highest flavor score, indicating improved flavor development over time.
This document discusses the effects of three lactic acid bacteria cultures and storage length on the chemical composition and flavors of cheese. It finds that:
1) The use of yakult and yogurt cultures (P1) resulted in higher protein breakdown and acid levels than the control (P0), as seen by higher protein content and lactic acid levels in P1.
2) Storage length up to 3 months had no effect on moisture content but decreased protein, fat content, and lactic acid levels over time.
3) Sensory analysis found that cheese with yakult-yogurt cultures stored for 3 months received the highest flavor score, indicating improved flavor development over time.
This document discusses the effects of three lactic acid bacteria cultures and storage length on the chemical composition and flavors of cheese. It finds that:
1) The use of yakult and yogurt cultures (P1) resulted in higher protein breakdown and acid levels than the control (P0), as seen by higher protein content and lactic acid levels in P1.
2) Storage length up to 3 months had no effect on moisture content but decreased protein, fat content, and lactic acid levels over time.
3) Sensory analysis found that cheese with yakult-yogurt cultures stored for 3 months received the highest flavor score, indicating improved flavor development over time.
This document discusses the effects of three lactic acid bacteria cultures and storage length on the chemical composition and flavors of cheese. It finds that:
1) The use of yakult and yogurt cultures (P1) resulted in higher protein breakdown and acid levels than the control (P0), as seen by higher protein content and lactic acid levels in P1.
2) Storage length up to 3 months had no effect on moisture content but decreased protein, fat content, and lactic acid levels over time.
3) Sensory analysis found that cheese with yakult-yogurt cultures stored for 3 months received the highest flavor score, indicating improved flavor development over time.
PENGARUH PEMAKAIAN KULTUR TIGA MACAM BAKTERI ASAM LAKTAT DAN PEMERAMAN TERHADAP KOMPOSISI KIMIA DAN FLAVOR KEJU [The Effect of Three Cultures of Lactic Acid Bacteria and Length of Storage on Chemical Composition and Flavors of Cheese] T. W. Murti dan T. Hidayat Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Jl. Fauna 3, Bulaksumur-Yogyakarta 55281 E-mail:[email protected] Received February 2, 2009; February 27, 2009 ABSTRACT The objective of the research was to study of LAB- containing cheeses as compared to those of control without addition of cultures and ripening length three months at 7 0 C. Completely Randomize Design was performed to see the effect of treatment (supplementation of LAB-cultures and ripening length) on water content, protein level, fat level , organic acids and flavor note and score, completed by Duncan's Multiple Range Test for further analyses. The results of research have indicated that there were no significantly different, due to the treatment, in water, and fat contents, but significantly different (P<0,05) on protein content, and very significantly different on lactic and pyruvic acid. While the ripenning time of cheese has no role in water content, but it has significantly affected (P<0,05) on protein, and fat content and highly significant on lactic acid content (P<0,01). The acidity of treated product was higher than those of control, but ripening time has decreased it, and flavor note of entrained consumers has indicated that ripenned LAB containing-cheese got the highest score (1.96/4) Keywords: Cheese, Lactic Acid bacteria, Length of Ripenning, Biochemical Composition, Flavor PENDAHULUAN Manusia selalu berusaha mencari cara untuk memperpanjang waktu supaya bahan pangan asal ternak dapat tahan lebih lama (Murti, 2004a).Keju adalah bahan pangan asal susu yang dapat digunakan sebagai cara pengolahan alternatif untuk memperpanjang daya tahan susu. FAO (Food and Agricultural Organization) mendefinisikan keju sebagai produk pangan hasil fermentasi atau bukan fermentasi, yang diperoleh lewat pengaliran cairan setelah koagulasi susu, krim, susu skim, atau campuran komponennya, termasuk susu rekonstruksi dan rekombinasi, juga produk yang diperoleh lewat pengumpulan (konsentrasi) sebagian laktoserum atau mentega, dengan pengecualian semua tambahan bahan lemak tidak berasal dari susu (Murti, 2004b). Susu asamdapat dipisahkan menjadi bentuk gumpalan dan whey. Gumpalan yang dipisahkan dari whey dengan cara digantung dalam kain menghasilkan keju segar pada masa lalu (Walstra et al., 1999). Pada abad ini, susu digumpalkan dengan pemakaian agen tertentu yaitu ektrak lambung pedet atau rennet. Semua susu yang digumpalkan selalu disertai dengan pengasaman yang disebabkan oleh bakteri asamlaktat (Walstra et al., 1999). Pembuatan keju ada lima tahap yaitu pengasaman, penggumpalan, pengaliran cairan whey, penggaraman dan pemeraman. Tiga tahap pertama adalah mutlak keberadaannya. Keju yang dibuatseharusnya memperhatikan cita rasa yang disukai konsumen. Dalamkajian cita rasa, ada 4 cita rasa dasar yang bisa dideteksi oleh manusia yaitu manis, asam, asin, pahit (Hui, 1993). Akhir-akhir ini konsumen lebih menuntut ada tidaknya pangan itu memberi manfaat kesehatan tambahan, antara lain pengembangan Effect of Three Cultures of Bacteria and Storage in Cheese ( Murti and Hidayat) 11 pangan fungsional memanfaatkan bakteri probiotik. Beberapa kultur bakteri asamlaktat (BAL) seperti Lactobacillus delbrueckii. Subsp. bulgaricus dan Streptococcus thermophilus) digunakan dalam pembuatan keju sebagaimana dengan BAL probiotik L.casei. Ada 90 macamproduk susu fermentasi di dunia dengan bakteri probiotik di dalamnya (Tharmaraj and Shah, 2003). Bakteri probiotik ini dikenal mampu memberikan manfaat kesehatan bagi konsumennya (Murti, 2005b). Peranan BAL dalam memecah protein dan laktosa susu akan berpengaruh pada flavor score and note. Pemecahan laktosa oleh BAL menjadi sumber pembentukan aroma : khas keju cheddar dan keju segar lainnya (Ortigosa et al., 2001). Pengembangan flavor pada keju yang dimatangkan dengan bakteri membutuhkan peranan bakteri asam laktat (BAL) dan enzim(Broadbent et al., 2003). Meskipun demikian BAL yang dapat tumbuh di keju atau pangan lain sedikit karena: rendah potensi reduksi-oksidasi, kadar garamyang tinggi (akibat proses penggaraman), dan sumber karbohidrat yang sedikit akibat proses pembuangan whey (Swearingen et al., 2001). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemakaian kultur tiga macamBAL dan pemeraman 3 bulan terhadap komposisi kimia dan flavor keju. MATERI DAN METODE Penelitian diselenggarakan di laboratoriumilmu ternak perah dan industri persusuan, Fakultas Peternakan UGM. Materi Bahan yang digunakan antara lain ; susu sapi segar yang berasal dari UPT Ternak Perah UGM, yogurt dan yakult komersial , larutan rennet berasal dari abomasumdomba (kekuatan 1:20.000), kertas saring, natriumklorida jenuh, aquades dan sampel keju dan reagen kimia untuk uji flavor Metode Pembuatan Keju Pembuatan keju seperti dalamMurti dan Cahyadi (2007) dan Murti (2008) kecuali pemakaian tiga macamkultur bakteri asamlaktat (BAL) Analisis Fisik dan Biokimia Keju Analisis fisik dan biokimia yang diamati meliputi analisis rendemen keju, kadar air, pH, protein, lemak, dan asamorganik (AOAC, 2005) . Kadar air dihitung setelah sampel dioven 135 0 C selama 2 jam, sedangkan pH diukur dengan pH meter digital yang distandarisasi pada pH buffer 4,0 dan 7,0. Kadar protein dicari dengan metode Kjeldahl dan lemak diperoleh dengan metode Soxhlet dalambentuk bahan kering (BK). Rendemen (BK) keju diperoleh dari rumus: Rendeman (BK) =Berat total keju x Kadar bahan kering total keju Analisis asamorganik Analisis kadar asamorganik menggunakan HPLC (Murti, 2005b) sementara pembuatan standar intensitas flavor keju (manis, asam, asin dan pahit) seperti pada Tabel . Uji yang dilakukan meliputi latihan mendeteksi rasa terhadap larutan standar dengan metode Afnor (1980) dalamMurti (2008). Analisis Data Data hasil perhitungan kadar protein, lemak dan nilai pH diuji statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Searah (Astuti, 1980). Uji statistik ini Tabel 1. Skala Standar Intensitas Rasa
Skala intensitas rasa a
Variabel 0 1 2 3 4 Reagen kimia/liter aquades Pahit 0 1,100 0,200 0,300 0,400 g kafein Manis 0 8,000 16,000 24,000 32,000 g sukrosa Asin 0 1,500 3,000 4,500 6,000 g natrium klorida Asam 0 0,375 0,750 1,125 1,500 ml asam laktat a 0 =konsentrasi 0%, 1=konsentrasi 25%, 2=konsentrasi50%, 3=konsentrasi 75%, 4=konsentrasi 100% 12 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 34 [1] March 2009 menggunakan fasilitas SPSS 10. Uji cita rasa dan kesukaan yang merupakan data non parametrik dikaji secara deskriptif yang disetarakan dengan kadar senyawa yang digunakan sebagai larutan standar intensitas rasa. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Fisika Kimia Keju Rendeman Besaran rendeman menunjukkan berat curd keju control dan keju perlakuan adalah 177,13 dan 216,67 g/ l. J ika dilihat berdasarkan bahan kering menunjukkan angka 73,17 dan 88,18 g/l. Ini memberikan gambaran jika pada awal pemeraman keju perlakuan memberikan rendeman lebih tinggi dibanding kontrol. Hasil penelitian menyangkut besaran rendeman, kadar air, lemak, protein, pH, asam laktat dan asampiruvat keju dapat dilihat di Tabel 2. Kadar Air Kadar air mencerminkan tipe keju keras atau lunak. Keju P0 dan P1 termasuk dalamgolongan keju lunak (soft cheese) karena memiliki kadar air tidak lebih dari 55%. Hal ini sesuai dengan Scott (1984) cit. Murti (2004b) yang menyatakan bahwa kadar air keju terbagi menjadi keju keras (hard) dengan kadar air 20 sampai 42%, setengah keras (semihard) dengan 44 sampai 55%, dan keju lunak (soft) dengan lebih dari 55%. Kadar air antara perlakuan pemakaian kultur dan pemeraman tidak menimbulkan perbedaan nyata. J ika dibandingkan dengan nilai rendeman curd dan rendeman BK yang menunjukkan lebih besarnya nilai pada keju perlakuan, maka sangat dimungkinkan adanya air yang terperangkap dalamstruktur 3 dimensi keju pada keju perlakuan, sebagaimana ditunjukkan oleh Chassaing et al. (1990), sehingga menunjukkan berat rendemen lebih tinggi. Kadar Protein Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa antara perlakuan P0 dan P1 dan lama pemeraman (0 dan 3 bulan ) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) terhadap kadar protein keju.. Ini menunjukkan bahwa aktivitas proteolisis keju pada pemakaian yakult + yogurt lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, dan masih berlangsung pada pemeraman 3 bulan. Hal ini disebabkan karena adanya kultur bakteri yakult+yogurt yang termasuk golongan bakteri asam laktat yang mampu menghasilkan enzim proteolitik walaupun sifat proteolitik yang dihasilkan tergolong lemah (Murti, 2004). Hasil uji statistik menunjukkan Tabel 2. Rata-Rata Komposisi Kimia Keju Peram Tanpa (P0) atau dengan Pamakaian Yakult-Yoghurt (P1)
Parameter P 0 P 1 Signifikansi Curd 177,13 216,67 Rendemen (g/l)) BK 73,17 88,18 Awal peram 58,69 59,30 ns Peram 3 bulan 54,68 60,63 ns Kadar air, % Signifikasi ns ns Awalperam 22,88 29,21 * Peram 3 bulan 32,35 76,01 * Kadar protein,% Signifikasi * * Awal peram 49,68 50,96 ns Peram 3 bulan 57,02 55,47 ns Kadar lemak,% Signifikasi * * Awal peram 249,15 502,68 ** Peram 3 bulan 106,16 844,17 ** AsamLaktat, ppm Signifikasi ** ** Awal peram 32,05 34,75 ** Peram 3 bulan 38,79 ND ** Asam piruvat, ppm Signifikasi * Awal peram 3,81 3,78 ns pH Peram 3 bulan 3,84 3,79 ns Signifikasi ns ns *=nyata berbeda (P <0,05), ** =sangat nyata berbeda (P <0,01) Effect of Three Cultures of Bacteria and Storage in Cheese ( Murti and Hidayat) 13 tidak adanya interaksi yang sangat nyata antara perlakuan dan lama pemeraman terhadap kadar protein keju. Kadar Lemak Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh perlakuan pemakaian bakteri pada kadar lemak, namun secara nyata ada pengaruh pemeraman pada kadar lemaknya (P<0,05). Bakteri asamlaktat pada umumnya dikenal sebagai bakteri dengan kemampuan menghidrolisi lemak susu yang rendah, sehingga keberadaan BAL diharapkan tidak akan membebaskan asamlemak bebas yang menimbulkan ketengikkan. Namun, pemeraman 3 bulan memungkinkan pengeluaran air (sineresis) lanjut yang akan merubah kandungan lemak keju, karena sebagian akan terlarut bersama whey. Tidak ada interaksi antara kedua perlakuan (pemakaian BAL x lama peram) Kadar asamorganik Asam organik yang ada dalam keju dideteksi menggunakan instrumen HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Asamorganik pada keju diidentifikasi dengan cara membandingkan waktu tambat (retention time) asamorganik standar yang telah diketahui konsentrasinya. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa konsentrasi asamlaktat pada keju P1 lebih tinggi dibandingkan dengan keju P0, hal ini disebabkan karena adanya pemakaian campuran kultur tiga BAL pada P1, sehingga asamlaktat yang terbentuk menjadi lebih banyak. Sementara itu asam piruvat sebagai senyawa antara dalam metabolisme BAL untuk kemudian berubah menjadi asamlaktat setelah pemeraman tidak terdeteksi, sangat boleh jadi sebagian besar berubah menjadi asam laktat, dan sisanya tidak cukup banyak (dibawah ambang batas, threshold value) untuk dapat dideteksi. Hal lain yang mungkin menjadi penyebabnya adalah karena fasa gerak (mobile phase) yang digunakan instrumen kromatogram bukan jenis HPLC grade sehingga menimbulkan bias hasil. Nilai pH Nilai pH kedua perlakuan dan pemeraman tidak berbeda antara kedua perlakuan dan lama pemeraman. Munculnya asam laktat pada akhir pemeraman yang tidak diimbangi penurunan pH memberikan gambaran jika dalamproses pemeraman sangat dimungkinkan degradasi lanjut protein yang akan membebaskan senyawa basa dan menaikkan pH. Flavor dan Kesukaan Konsumen Flavor menunjukkan jika ada penambahan rasa asamdan manis akibat pemakaian kultur tiga macamBAL, dan ada penurunan kadar asam dan asin akibat penyimpanan pada P1 seperti pda tabel 3. Ini menunjukkan adanya peran BAL yang berbeda fungsi selama proses pembentukan keju maupun selama pemeraman. Laktosa dikenal mempunyai kemanisan setara 0,3 dari sukrosa yang dihitung 1,sedang glukosa dan galaktosa memberikan cita manis 0,7 dan 0,6. Oleh karena itu pemakaian BAL pada fermentasi susu akan menimbulkan kenaikan cita kemanisan produk Kesukaan konsumen Keju P0 lebih disukai para panelis daripada keju P1 pada awal dan pertengahan pemeraman, hal ini mungkin disebabkan karena pada keju P1 terdapat Tabel 3. Skor Intensitas Rasa Keju P0 dan Keju P1
Lama Pemeraman Perlakuan Rasa 0 Bulan 3 Bulan Kesukaan 1,4060.494 1,5630.505 P0 Pahit Manis Asam Asin 2,1250.991 1,1250.886 3,1251.126 2,7501.061 2,1250.835 1,2500.463 3,1250.835 2,8750.641 Kesukaan 1,3440.494 1,9690.373 P1 Pahit Manis Asam Asin 2,1251.126 1,3750.744 3,7500.707 2,7500.886 2,1251.356 1,3750.744 3,2501.165 2,3750.518 Skor maksimumadalah 4 (5 skala intensitas rasa) Skor 0=tidak, 1= sedikit, 2=agak, 3=normal, 4=sangat 14 J.Indon.Trop.Anim.Agric. 34 [1] March 2009 rasa pahit yang muncul karena adanya proses proteolisis pada keju peram. Pada akhir pemeraman, para penelis lebih menyukai keju P1, ini mungkin disebabkan karena rasa pahit mulai berkurang dan muncul rasa manis. Skor kesukaan panelis untuk kedua keju berkisar antara 1 sampai 2, atau sedikit suka sampai agak suka. Kesukaan ini tidak terlepas dari intensitas rasa keju yang ada. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemakaian kultur bakteri yakult dan yogurt dapat meningkatkan kadar protein, konsentrasi asam organik, serta intensitas rasa dan kesukaan pada keju dari konsumen terlatih. Meskipun demikian kesukaan konsumen terlatih terjhadap keju mengandung kultur BAL sebelumpemeraman (keju segar) lebih rendah daripada setelah pemeraman, meskipun persepsi konsumen terhadap keasaman keju meningkat. Persepsi konsumen yang meningkat terhadap kemanisan produk dan penurunan keasinan keju berkontribusi terhadap peningkatan daya terima panelis terlatih ini. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini memanfaatkan alat homogenizer PT Mirota KsmInc. Untuk itu diucapkan terimakasih sebesar-besarnya. DAFTAR PUSTAKA Alais, C. 1984. Science du lait. Ed SEPAIC, Paris- France AOAC, 2005. Official Methodes of analysis of the Association of Official Analytical Chemist 17 th ed, Washington, DC Astuti, M. 1980. Statistik. Fakultas Peternakan UGM Broadbent, J .R., K. Houck, M.E. J ohnson and C.J . Oberg. 2003. Influence of adjunct use and cheese microenvironment on non starter bacteria in reduced fat cheedar type cheese. J .Dairy Sci. 86: 2773-2782. Chassaing, B., V. Sirugue and E. Mamirolle. 1990. Structure et evolution de differents gels de fromagerie. Revue des enil pg 12-16. Syndicate de la presse des enterprises et des professionnels. Paris. Hui, Y. H. 1993. Dairy Science and Technology Handbook 2. Product Manufacturing. VCH Publishers, Inc. New York. USA. Murti, T.W. 2008. Pengaruh Lact obacil lus delbrueckii ssp bulgaricus terhadap komposisi kimia whey keju. J . Pengembangan Peternakan Tropis. 33:126-131 Murti, T. W. dan M. Cahyadi. 2007. Pengaruh Rennet Dan Lact obacillus delbrueckii subsp. bulgaricus pada Rendemen Curd, Komposisi Kimia dan Flavor Keju Peram. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Dies Natalis Fakultas Peternakan UGM 8 November 2007. Murti, T.W.,H.Fuadi dan A.A. Wibowo .2005. Analisis senyawa odor susu fermentasi. Prosiding Seminar Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan, dalamrangka Dies Fakultas Peternakan UGM di Yogyakarta,45-54 Murti, T.W. 2005a. The health benefit role of fermented milk. Prosiding Seminar Nasional Keamanan Pangan Produk Peternakan, dalam rangka Dies Fak. Peternakan UGM di Yogyakarta, hal 26-44 Murti, T.W.2005b. Terapan HPLC dalamindustry pangan, obat dan kosmetika. Handout Pelatihan 148 hal. Fakultas Peternakan UGM Murti, T. W. 2004. Aneka Keju. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Ortigosa, M., P. Torre, and J . M Izco.2001. Effect of pasteurization of ewes milk and use of a native starter culture on the volatile components and sensory characteristics of roncal cheese. J . Dairy Sci. 84: 1320-1330 Payens, T. A. 1982. The Physico-chemical Properties of alpha-S 1 , betha- and k-Protein. Le Lait (Francais). 62: 306-322 Swearingen, P.A., D. J . OSulivan, and J .J . Warthesen. 2001. Isolation, characterization and influence of native, non starter lactic acid bacteria on cheedar cheese quality. J . Dairy Sci. 84: 50-59 Tharmaraj, N. and N.P. Shah. 2003. Selective enumeration of Lacobacillus delbrueckii ssp bulgaricus, Streptococcu thermophilus, Effect of Three Cultures of Bacteria and Storage in Cheese ( Murti and Hidayat) 15 Lactobacillus acidophilus, Bifidobacteria, Lactobacilluscaseilactobacillus rhamnosus, and Propionibacteri. J . Dairy Sci. 86: 2288-2296 Walstra, P., T.J . Geurts, A. Noomen, A. J ellema and M.A.J .S. Van Boekel. 1999. Dairy Technology. Mawel Dekker, Inc. USA
Pengaruh Penambahan Berbagai Konsentrasi Kultur Dan Lama Pemeraman Pada Suhu Ruang Terhadap PH Viskositas Kadar Keasaman Dan Total Plate Count TPC Set Yogurt
Pengaruh Penambahan Berbagai Konsentrasi Kultur Dan Lama Pemeraman Pada Suhu Ruang Terhadap PH Viskositas Kadar Keasaman Dan Total Plate Count TPC Set Yogurt