Karakteristik Dan Potensi Bioetanol Dari Nira Nipah

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 18

Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah

(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala


Teknologi Tepat Guna

223
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

Hadi, S., Thamrin., Moersidik, S.S., Bahry, S
2013:7 (2)

KARAKTERISTIK DAN POTENSI BIOETANOL DARI NIRA NIPAH
(Nypa fruticans) UNTUK PENERAPAN SKALA
TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Sopyan Hadi
Peneliti Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kabupaten Bengkalis

Thamrin
Dosen Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru,
Jl. Pattimura No.09.Gobah, 28131. Telp 0761-23742.

Setyo S. Moersidik
Dosen Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Jakarta

Syaiful Bahry
Dosen Program Studi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau, Pekanbaru
Jl. Pattimura No.09.Gobah, 28131. Telp 0761-23742

Characteristics and Potensial Bioethanol From Nira Nipah (Nypa Fruticans) Scale
Application For Appropriate Technology

ABSTRACT
Implemetasi underdeveloped research for large-scale production of energy self-
sufficient villages and confined in a laboratory scale. The presence of mangrove forests along
the palm beach peissir Indonesia is a potential independent village granaries Energy (DME)
to produce local non-fossil energy resources, namely bioethanol as an energy mix through
the substitution of fossil fuels in order to add and save energy nationwide. Exploration of
green energy production process Tempatan with scale appropriate technology is essential to
know the characteristics and potential of bioethanol and fuel substitution products will be
produced. The purpose of this study was to determine the characteristics of bioethanol from
palm sap processing to scale the application of appropriate technology and the potential
value of bioethanol FGE levels that would result in a 1 ha of mangrove forests nypa.
Research using experimental and observational methodologies. Palm sap is used as the
subject of this study is the result of tapping mangrove palm bunches done processing
fermentation, distillation and dehydration. Data collected includes data 1). Characteristic,
among others: fermentation, Kadar Alcohol Distillation and Dehydration results TTG Tools,
Redemen Bioethanol, Nipah Bioethanol Quality Testing Specifications for Substitute Grade
Fuel, Bioethanol Blending Testing FGE The substitution process to Fossil Fuels and
Counting Bioethanol substitution needs to Biopremium octane FGE 92-95. And data 2). The
potential value of Bioethanol and Biopremium Nipah. Furthermore, the data obtained and
analyzed, if there is a significant difference followed by Duncan test at 5% significance level.
The results showed the characteristics of bioethanol from palm sap processing to scale the
ISSN 1978-5283

Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

224
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

application of appropriate technology for fermentation derived average fermentation time is
between 75.3 to 78 hours, or about 3 days, the average alcohol content of 81.3% obtained by
distillation and 93% as much as 2 times the process and result of dehydration reached 100%
for the first time, redemen bioethanol by 8.1%, or a ratio of 12 Litre fermenting juice: 1 Liter
bioethanol FGE, quality testing specifications nypa fuel grade ethanol to substitute ethanol
content nypa production equipment amounted to 99.56% TTG already qualified ISO
standards, testing FGE in the bioethanol blending into fossil fuel substitution showed a
homogeneous mixing and calculating FGE bioethanol substitution needs to biopremium 92
octane produces a ratio of 1% use 95-octane bioethanol to produce ratio of 2% use of
bioethanol. Furthermore, the potential for the production of bioethanol from palm mangrove
forest area of 1 ha with the highest value of 13179.43 liters / ha / year and the lowest value of
2744.17 liters / ha / year. Biopremium production potential for the substitution of 10%
obtained the highest value and the lowest value of 137,298.50 658,971,50 Liter.

Keywords: bioethanol, nira nipah, technology

PENDAHULUAN

Seiring dengan berkembangnya aktivitas masyarakat di sekitar bantaran sungai tentunya akan
berpengaruh terhadap kualitas air sungai, karena limbah yang dihasilkan dari aktivitas
masyarakat tersebut bila dibuang langsung ke perairan sungai bila melebihi kemampuan
sungai untuk membersihkan diri sendiri (self purification), maka timbul permasalahan yang
serius yaitu pencemaran perairan, sehingga berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota
perairan dan kesehatan masyarakat yang memanfaatkan air sungai tersebut (Kasry, 2005).

Cadangan minyak indonesia diprediksi hanya cukup 10-15 tahun kedepan. Tingginya
konsumsi energi dari bahan bakar fosil ditambah dengan meningkatnya impor bahan bakar
minyak untuk memenuhi kebutuhan perkembangan ekonomi nasional menimbulkan krisis
ekonomi dan energi. Penggunaan bahan bakar fosil juga berdampak terhadap kerusakan
lingkungan dengan tingginya emisi gas buang kendaraan yang berbahaya terhadap kesehatan.
Dengan kondisi permasalahan tersebut dengan memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan
hidup, dan pemanfaatan sumber daya alam yang berlanjut ketersediannya maka perlu
dieksplorasi penelitian dan pengembangan menggali sumber energi baru dan terbaharukan
(new and renewable energy) yang arahnya kepada energi biomassa yaitu bioetanol dari
penyadapan nira hutan mangrove nipah sebagai potensi wilayah pesisir pantai.

Penyedian produksi etanol untuk industri energi hijau atau biofuel saat ini masih didominasi
dari bahan baku tanaman dengan pola farming energy yaitu berasal dari tanaman yang
berfungsi ganda untuk kebutuhan industri pangan dan energi juga seperti tebu, jagung,
singkong. Hanya sebagian kecil dari bukan komoditi tanaman pangan akan tetapi ditanam
pada lahan potensial tanaman pangan serta dalam proses pemanenan juga memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi. Energi hijau berbasiskan farming energy atau sistem budidaya dimulai
melalui beberapa pola tahapan yaitu diawali dengan pembersihan lahan, pengolahan tanah,
pembibitan, persemaian, penanaman, pemanenan habis melaui cara potong ataupun cabut
selanjutnya kembali ketahap proses semula. Sistem farming energy ini terus terjadi berulang-
ulang setiap tahun dan musim tanam mengakibatkan degradasi terhadap kualitas humus

Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

225
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

tanah. Sehingga berdampak pada masalah lingkungan yaitu dengan mengorbankan ekosistem
alami kearah bentuk lain atau tujuan tertentu dari fungsi aslinya.

Sehingga muncullah konsep ide yaitu mencari solusi energi hijau yang serasi dengan
lingkungan dengan tetap menjalankan fungsi lingkungannya yaitu ditinjau dari ketersedian
dan keberlanjutan sumber bahan baku ekosistem alami dengan tetap menjaga fungsi
ekologisnya atau diistilahkan Eco-green Energi. Hal ini tergambar dari potensi ekosistem
hutan mangrove Indonesia yang memiliki pulau dan pantai dengan wilayah pesisir terluas di
dunia. Ekosistem mangrove jenis Nipah dimungkinkan untuk dapat dijadikan sumber bahan
baku energi hijau potensial berpola pengelolaan konservasi lingkungan dan bernilai
ekonomis. Ekosistem hutan mangrove nipah memiliki fungsi sebagai proteksi kawasan
pesisir pantai, penahan angin, gelombang dan tsunami, intrusi air asin, sumber oksigen,
penyerap CO2 dan nursery ground sekaligus memiliki nilai sebagai sumber bahan baku
energi hijau bioetanol.

Tanaman nipah (Nypa fruticans Wurmb) selama ini tumbuh liar di sekitar hutan mangrove di
pesisir pantai maupun sungai. Tanaman Nipah tumbuh subur di hutan daerah pasang surut
(hutan mangrove) dan daerah rawa-rawa atau muara-muara sungai yang berair payau. Di
Indonesia luas daerah tanaman nipah adalah 10% dari luas daerah pasang surut sebesar 7 juta
ha atau sekitar 700.000 ha. Penyebarannya meliputi wilayah Sumatra, Kalimantan, J awa,
Sulawesi, Maluku, dan Irian J aya (Rachman, 1991), hasil hutan non kayu dari mangrove
nipah berupa nira yaitu cairan manis hasil sadapan tandan dapat difermentasi menjadi
bioetanol sebagai sumber energi hijau. Kelebihan nipah dibandingkan tanamanan penghasil
bioetanol yang lain antara lain tanaman nipah dapat memproduksi nira 20 ton/hektar atau
14.300 liter etanol per hektar dua kali lebih besar dibandingkan tebu (Smith, 2006).
Kabupaten Bengkalis yang telah memulai pemanfaatan mangrove nipah untuk dijadikan
bioethanol memiliki luas izin pemanfaatan hasil hutan non kayu yaitu 26 ha dari luas
keseluruhan 100 ha.

Kondisi saat ini penyadapan nipah masih dilakukan secara tradisional dengan luasan
pemanfaatan yang terbatas melalui penyadapan yang masih menerapkan cara- cara kearifan
lokal antara lain tandan yang dipilih untuk disadap dilakukan proses nyanyian, perlakuan
berupa pengurutan dan pemukulan diseluruh bagian tandan dengan periode waktu tergantung
keadaan. Nilainilai kearifan lokal tersebut perlu dilakukan eksplorasi berupa uji coba teknik
yang dioptimalkan agar dihasilkan teknologi yang tepat dan sebagai standar prosedur
pemanenan nira nipah agar dihasilkan produktivitas yang optimal. Produktivitas yang optimal
dilihat dari jumlah bahan baku yang tersedia dan kontinue setiap waktu. Indikator yang
dilihat volume nira yang dihasilkan per tandan sadapan, kadar gula (brix) dan lama
pemanenan nira hasil sadapan.




Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

226
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

METODE PENELITIAN











































Gambar 1. Diagram Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Nira
nipah
Optimal
Tidak
Fermentasi dengan kemampuan fermentor :
- Tersirkulasi untuk pengadukan 1 hari sekali.
- Tertutup sistem leher angsa dengan gas
CO2 hasil fermetasi bisa keluar akan tetapi
udara luar tidak masuk kedalamfermentor
indikator lama fermentasi.
Tahap I
Bioetanol
Kadar
Rendah
Waktu
Fermentasi
Bioetanol
Kadar
Rendah

Tidak
Destilasi
suhu 78C
Tahap II
Bioetanol
Kadar
94%
Produksi
bioetanol
destilasi
Kadar
Bioetanol
94%
Bioetanol
Kadar
94%

Tidak
Dehidrasi
suhu 150C
Tahap III
FGE
99,56%

Kadar
Bioetanol
99,56%
Produksi
FGE
99,56%
Bioetanol
Kadar
94%

Analisis kualitas bioetanol
FGE ( Fuel Grade Ethanol)
Tahap IV
Bioetanol layak
disubstitusi
FGE 99,56%
Pengujian Kelayakan
Substitusi Bioetanol ke
Bahan Bakar J enis
Premium
Tahap V
Biopremium

Bioetanol layak
disubstitusi
FGE 99,56%

Biopremium

Pengujian kualitas oktan
biopremium

Tahap VI
Bahan Bakar Nabati
kendaraan yang layak &
rendah emisi

Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

227
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

Penelitian dilakukan di Stasiun Riset Bahan Bakar Nabati Balitbangtik Kabupaten Bengkalis.
Penelitian dimulai awal tahun 2011 sampai 2013. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi nira nipah hasil penyadapan. Sedangkan peralatan yang digunakan merupakan
rancangan alat peneliti sendiri antara lain fermentor 10 drum putih transparan vol 100 L
dengan sistem sirkulasi tertutup, destilator skala teknologi tepat guna kapasitas tangki
pemasak 100 Liter sebanyak 3 unit, dehidrator skala teknologi tepat guna kapasitas tangki
pemasak 100 Liter sebanyak 3 unit, alkoholmeter (0-100), piknometer, gelas ukur dan
timbangan digital.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pengumpulan data menggunakan
observasi langsung yang dilakukan melalui 8 tahapan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
Tahap pertama adalah proses ujicoba fermentasi, tahap kedua proses ujicoba destilasi, tahap
ketiga proses dehidrasi, tahap keempat analisis kualitas bioetanol, tahap kelima pengujian
kelayakan substitusi bioetanol ke bahan bakar jenis Premium dan tahap ketujuh pengujian
kualitas oktan biopremium.

Variabel yang diamati a). Karakteristik Nira Nipah (Nypa fruticans) Sebagai Bahan Baku
bioetanol Skala Teknologi Tepat Guna dan b) Nilai Potensi Bioetanol dan Biopremium
Nipah. Untuk Karakteristik Nira Nipah (Nypa fruticans) Sebagai Bahan Baku bioetanol Skala
Teknologi Tepat Guna yang terdiri dari :

1. Lama fermentasi.

Setiap pemanen nira nipah 1 (satu), dilakukan pengukuran kadar gula menggunakan alat ukur
Brix meter (Refraktometer). Selanjutnya dilakukan proses fermentasi nira nipah dengan
kondisi anaerob yang selanjutnya 25 % dari volume nira panen dipanaskan hingga 40C.
Nira tersebut dicampurkan dengan bahan suplemen dan komposisi yang digunakan untuk
fermentasi, terdiri dari pupuk urea 7 gr, ragi roti jenis (Saccharomyces cerevisiae) 2 gr dan
pupuk NPK 1 gr yang telah dihaluskan. Menurut Okugbo, et al (2012) untuk proses
fermentasi nira nipah palm selanjutnya ditambahkan ragi ke dalam larutan sangat kaya gula
(Sukrosa), yang kemudian dipanaskan. Ragi mengandung enzim yang disebut invertase, yang
bertindak sebagai katalisator dan membantu untuk mengkonversi sukrosa gula menjadi
glukosa dan fruktosa (C6H12O6). Para gula fruktosa dan glukosa kemudian bereaksi dengan
yang lain enzim yang disebut zymase, yang juga terkandung dalam ragi untuk memproduksi
etanol dan karbondioksida. Proses fermentasi membutuhkan waktu sekitar tiga hari untuk
menyelesaikan dan dilakukan pada suhu antara 25 C dan 30 C.

Langkah selanjutnya dilakukan pengadukan sekitar 510 menit hingga berbuih.
Penggabungan dengan nira sisa panen yaitu sekitar volume 75 % pada wadah fermentor.
Alat tangki fermentor yang digunakan juga dilengkapi sistem sirkulasi tertutup agar dapat
dilakukan pengadukan nira dan bahan penunjang fermentasi sehingga merata penyebarannya
keseluruh ruang tangki fermentor, hal diatas dilakukan setiap hari. Proses ini menggunakan
alat fermentor drum 100 liter yang dilengkapi dengan metoda sistem selang angsa. Selang
angsa merupakan sistem pembuangan gas CO
2
berupa gelembung gas yang dihasilkan pada
proses fermentasi. Fermentasi selang angsa meniadakan pengaruh luar atau udara luar tidak
masuk ke dalam wadah fermentor, akan tetapi gas-gas yang dihasilkan dalam fermentor dapat
dikeluarkan. Berlangsungnya proses fermentasi dilihat secara visual dengan diawali

Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

228
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

munculnya gelembung udara pada fermentor sistem kontrol leher angsa yang merupakan
hasil reaksi produksi bersamaan etanol dan hasil sampingan gas CO
2
. Sehingga lama
fermentasi di tandai dengan naiknya temperatur dinding tangki fermentor yaitu terasa hangat
dan munculnya gelembung udara sebagai tanda waktu awal fermentasi (F0) dan berhentinya
gelembung udara sebagai tanda akhir fermentasi (Ft).

2. Kadar Alkohol Hasil Destilasi dan Dehidrasi Alat TTG

Alat yang digunakan untuk mengukur kadar alkohol hasil destilasi dan dehidrasi alat TTG
adalah alkoholmeter. Pengukuran kadar bioetanol dilakukan pada tahap III yaitu selesai
proses destilasi dan tahap IV pada saat selesai proses dehidrasi. Pada proses destilasi
pengukuran dibatasi sampai kadar bioetanol mencapai 94%, sedangkan untuk proses
dehidrasi sampai kadar bioetanol 99,56%. Langkah-langkah pengukuran menggunakan
alkoholmeter (Feryanto, 2007) adalah memasukkan destilat sebanyak 100 ml ke dalam gelas
ukur, kemudian alkolmeter dicelupkan ke dalam destilat. Batas yang tercelup pada
permukaan destilat menunjukkan kadar alkohol pada sampel yang diuji. Selanjutnya untuk
pengukuran bioetanol hasil proses dehidrasi dilakukan sama seperti cara diatas.

3. Rendemen Bioetanol

Untuk mengukur tingkat rendemen bioetanol yang berkadar FGE (Fuel Grade Ethanol) yaitu
kadar bieotanol yang telah disubstitusikan ke bahan bakar fosil. Maka dihitung dari hasil
pengukuran volume bioetanol yang diperoleh dari hasil proses dehidrasi dibagi dengan
volume bahan baku fermentasi awal. Perhitungan menurut (Suastini, 1994) :

Rendemen % = Volume Produk Akhir x 10 (1)
Volume Produk Awal

4. Pengujian Kualitas Bioetanol Nipah Spesifikasi Fuel Grade Untuk Substitusi

Pengujian kualitas bioetanol dilakukan di Laboratorium PT. Sucofindo yaitu terdiri dari
pengukuran komposisi kimia bioetanol FGE di laboratorium meliputi nilai appearance, etanol
content, Acidity as Acetic Acid, Density, Heavy Metal Pb, Water Content, Acetaldehyde,
Metanol, Fe, Na, Cu, Fusel Oil (2-propanol, 1-propanol, 2-buthanol, Iso-Buthanol, 1-
Buthanol, Iso-amyalkohol).

5. Pengujian Pencampuran Bioetanol FGE Pada Proses Substitusi ke Bahan Bakar Fosil

Pengujian kelayakan substitusi bioetanol ke bahan bakar fosil yaitu untuk jenis minyak
premium. Dilakukan dengan cara memasukkan bahan bakar fosil jenis premium ke dalam
gelas ukur sebanyak 250 ml yang selanjutnya dititrasi secara perlahan menggunakan
bioetanol sambil diaduk sebanyak 250 ml. J ika sampai volume titrasi bioetanol akhir
dihasilkan percampuran yang homogen yaitu tidak munculnya batas atau pemisah antara
minyak premium dengan bioetanol maka substitusi dinyatakan berhasil. Akan tetapi jika
terlihat adanya pemisahan antara minyak premium dengan bioetanol maka bioetanol yang
dihasilkan belum dikategorikan layak disubstitusikan.


Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

229
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

6. Penghitungan Kebutuhan Substitusi Bioetanol FGE ke Biopremium beroktan 92 dan 95

Bahan bakar substitusi yang digunakan dalam percobaan ini menggunakan jenis premium
sebanyak 500 ml, dengan tingkat oktan masing-masing sampel yaitu 88,2 dan 89,0 serta 89,1
menggunakan alat ukur oktan Termex. Sedangkan bioetanol yang digunakan dari bahan baku
nipah yang memilki kadar 99,96% (Fuel Grade Etanol). Produk yang dihasilkan dari
percobaan ini adalah Biopremium dengan kadar oktan 92 dan 95. J umlah kebutuhan
bioetanol dalam substitusi ke premium mengunakan cara titrasi.

Pengujian dilakukan dengan menghitung perbandingan jumlah premium sebanyak 500 ml
yang ditirasi dengan bioetanol FGE nipah agar dicapai 2 jenis kualitas oktan yaitu kadar
oktan 92 dan 95. Pengukuran oktan dilakukan menggunakan alat ukur oktan portable merk
Termex. Terlebih dahulu akan diuji ukuran oktan premium awal dan selanjutnya dilakukan
pengukuran pada bahan bakar biopremium. Volume bahan premium disamakan dalam
volume 500 ml, selanjutnya dipersiapkan alat titrasi yang berisi bioetanol kadar FGE 99,56 %
dari nipah. Hasil volume titrasi yang terpakai dicatat pada batas kadar oktan premium yang
tercampur dengan bioetanol yaitu mencapai yaitu kadar oktan Pertamax oktan 92 dan
Pertamax Plus oktan 95.

Untuk Nilai Potensi Bioetanol dan Biopremium Nipah yang terdiri dari data dan informasi
kuantitatif dari karakteristik nira nipah (Nypa fruticans) akan disajikan dalam bentuk
tabulasi untuk mengklasifikasi data dan mempermudah analisis data serta pengolahan data
penghitungan nilai potensi bioetanol dan biopremium nipah. Data dan informasi kuantitatif
disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mengklasifikasi data dan mempermudah analisis data
serta pengolahan data yang menggunakan software Microsoft Excel dan program SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari karakteristik nira nipah (Nypa fruticans) sebagai bahan baku bioetanol skala
teknologi tepat guna, terdiri dari :

Lama fermentasi

Dari hasil penelitian sebelumnya diperoleh kadar gula nira nipah berkisar 12 -18 %.

Tabel 1. Pengaruh Model Alat Fermentor Sistem Terbuka, Tidak Sirkulasi dan Tertutup dan
Sirkulasi Tertutup Terhadap Waktu Proses Fermentasi Nira Nipah
Ulangan
Lama Rata-Rata Fermentasi (Jam)
Fermentor I
(terbuka)
Fermentor II
(tidak sirkulasi dan tertutup)
Fermentor III
(sirkulasi dan tertutup)
I 0 54 75,3
II 0 50 78,0
III 0 58 75,7
Rata-Rata 0 54 76,3
Jumlah Hari 0 2,25 3,2


Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

230
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

Secara umum, hubungan antara model alat fermentor sistem terbuka, tidak sirkulasi dan
tertutup dan sirkulasi tertutup terhadap waktu proses fermentasi nira nipah dapat ditunjukkan
pada Gambar 2.


Gambar 2. Grafik Diagram Rata-Rata Lama Waktu Fermenatasi Terhadap Beberapa Tipe
Fermentor

Pada Gambar 2 terlihat bahwa karakteristik rata-rata lama waktu proses fermentasi tertinggi
terdapat pada fermentor III yaitu menggunakan sistem sirkulasi dan tertutup yaitu selama
76,3 jam atau 3,2 hari. Sedangkan yang terendah terdapat pada fermentor I. F
hitung
Tipe
Fermentor sebesar 610,048 dan probabilitas sebesar 0,0001 <0,05 sehingga Ho ditolak.
Disimpulkan bahwa beberapa tipe fermentor memberikan perbedaan yang berarti
(signifikan). Oleh karena ada perbedaan yang nyata, diperlukan ujian lanjut letak
perbedaanya dengan uji lanjut (post Hoc Test). Subset pertama ditempati oleh perlakuan tipe
fermentor I dengan rata-rata waktu fermentasi 0 J am. Subset pertama ditempati oleh
perlakuan tipe fermentor II dengan rata-rata waktu fermentasi 54 jam. Subset pertama
ditempati oleh perlakuan tipe fermentor III dengan rata-rata waktu fermentasi 76,3 jam.
Perlakuan tipe fermentor I (terbuka) memberikan pengaruh paling rendah, sedangkan
perlakuan tipe fermentor yang terbaik dalam memeberikan lama waktu fermentasi adalah tipe
fermentor III (sirkulasi dan tertutup).

Tipe fermentor III yang memilki kemampuan sirkulasi dan tertutup dengan lama waktu
fermentasi yang tertinggi, hal ini disebabkan kondisi yang tertutup atau lebih cendrung
anaerob dengan dibatasi oleh udara yang tersedia sedikit 10% volume yaitu dari sisa
rongga ruang nira nipah fermentasi dalam tangki fermentor volume 100 L. Sehingga dalam
proses fermentasi oksigen hanya dibutuhkan sedikit. Saccharomyces cerivisae membutuhkan
oksigen untuk mempertahankan kehidupan dan menjaga konsentrasi sel tetap tinggi,
(Hepworth, 2005; Nowak ,2000; Tao et al, 2005). Sirkulasi nira nipah untuk pemerataan dan
pengadukan nira nipah yang mengandung kadar gula, nutrien (Urea & NPK) dan ragi
(Saccharomyces cerivisae) yang dilakukan 1 hari sekali dengan pompa air sistem tertutup di
tangki fermentor yang sama. Lama waktu fermentasi nira nipah ini sesuai dengan hasil
penelitian yang diperoleh oleh Okugbo, et al (2012) bahwa untuk proses fermentasi nira
nipa palm membutuhkan waktu sekitar tiga hari untuk menyelesaikan dan dilakukan pada
suhu antara 25 C dan 30 C. Secara visual berlangsungnya proses fermentasi ditandai
dengan terlihatnya gelembung gas pada tabung kontrol sistem leher angsa munculnya,
gelembung gas dimaksud adalah yaitu gas CO
2
. Secara teoritik tiap molukul glukosa akan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Fermentor I Fermentor II Fermentor 3
Tipe Fermentor
R
a
t
a
-
R
a
t
a

L
a
m
a

F
e
r
m
e
n
t
a
s
i

(
J
a
m
)
Fermentor I
Fermentor II
Fermentor 3

Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

231
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

menghasilkan 2 mol etanol, 2 mol karbondioksida dan melepaskan energi. Hal ini terlihat
pada Gambar 3.

C
6
H
12
O
6
yeast S.cerevisiae 2C
2
H
5
OH + 2CO
2

Monosakarida Etanol Karbondioksida

Gambar 3. Diagram proses fermentasi sukrosa oleh ragi (yeast) S.cerevisiae
Lama waktu proses fermentasi yang dihitung dari waktu awal munculnya gelembung gas
sampai berakhir. Semakin lama waktu proses fermentasi menunjukkan semakin banyak
produksi gelembung gas CO
2
maka akan diindikasikan semakin banyak produksi bioetanol
yang dihasilkan.Selain dari tanda-tanda adanya gelembung gas CO
2
yang awalnya dengan
frekuensi lambat pada setengah jam kemudian semakin cepat sampai hari ke-3. Pada hari
ke-3 terjadi penurunan frekuensi gelembung gas sampai pada sore harinya tidak munculnya
gelembung gas, hal ini menunjukan proses fermentasi telah terhenti. Selain dari tanda
gelembung gas CO
2
juga dilihat dari naiknya temperatur suhu fermentor yang semula dingin
menjadi hangat yaitu dengan kisaran 20 30
0
C. Proses selanjutnya adalah destilasi yaitu
pemurnian nira nipah yang telah terfermentasi.

Kadar Alkohol Hasil Destilasi dan Dehidrasi Alat TTG

Pengujian kadar alkohol atau etanol melalui hasil pengukuran alat alkoholmeter di beberapa
proses dan tahapan terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tahapan Pengukuran Kadar Alkohol Setiap Destilasi dan Dehidrasi

No

Proses
Tingkat
Tahapan
Ulangan
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata -
Rata
Jumlah
Bahan
(Liter)
Rata -
Rata
Kadar
Alkohol
(%)
Jumlah
Bahan
(Liter)
Kadar
Alkohol
(%)
Jumlah
Bahan
(Liter)
Kadar
Alkohol
(%)
Jumlah
Bahan
(Liter)
Kadar
Alkohol
(%)
1 Fermentasi 1 90 4,6 90 4,7 90 4,6 90 4,6
2 Destilasi 1 16 80 15 82 16 81 15,7 81,3
3 Destilasi 2 11 92 10 94 11 93 10,7 93
4 Dehidrasi 1 7 100 8 100 7 100 7,33 100

Dari Tabel 2 menunjukkan awal dari proses fermentasi dengan jumlah bahan sebanyak 90 L
menghasilkan rata-rata kadar etanol 4 %. Untuk proses berikutnya adalah destilasi dengan
jumlah bahan sebanyak 90 L menghasilkan bioetanol berjumlah rata-rata 15,7 L dengan
kadar rata-rata etanol 81,3 %, untuk kadar etanol ini masih tergolong rendah maka diperlukan
pengulangan destilasi tahap ke-2 dari bahan sebanyak rata-rata 15,7 L menghasilkan
bioetanol berjumlah rata-rata 10,7 L dengan kadar rata-rata etanol 93, untuk kadar etanol ini
sudah tergolong tinggi maka dilanjutkan ke proses dehidrasi yaitu dari bahan sebanyak rata-
rata 10,7 L menghasilkan bioetanol berjumlah rata-rata 7,3 L dengan kadar rata-rata etanol
100 yaitu telah mencapai kadar Fuel Grade Ethanol (FGE).


Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

232
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau



Gambar 4. Grafik Diagram J umlah Bahan dari Tahapan Proses Produksi Bioetanol
terhadap Kadar Alkohol yang dihasilkan

Pada Gambar 4 menunjukkan terdapat 4 tahapan proses pengolahan nira nipah menjadi
bioetanol 99,56 % (FGE) untuk skala alat teknologi tepat guna (TTG) yaitu tahap ke-1
proses fermentasi mencapai kadar etanol 4,3%, tahap ke-2 proses proses destilasi mencapai
kadar kadar etanaol 81,3 %, tahap ke-3 proses destilasi ulangan mencapai kadar etanaol 90
% dan tahap ke-4 proses dehidrasi mencapai kadar kadar etanaol 100 %. Kadar etanol dari
hasil nira nipah setelah fermentasi rata-rata sebesar 4,6 %, kadar etanol ini berada pada
kisaran persentase beberapa hasil penelitian oleh Rahayu dan Kuswanto (1988), bahwa kadar
alkohol yang terdapat pada produk yang dihasilkan dari fermentasi berkisar antara 3-10
persen tergantung dari jenis produk yang difermentasikan. Hal ini juga terlihat pada proses
destilasi yang terjadi sebanyak 2 tahapan pengulangan yang menunjukkan kenaikan kadar
etanol pada tahap ulangan ke-1 yang tinggi yaitu dari rata-rata kadar 4% menjadi 81,3 %
sedangkan pada tahapan ulangan ke-2 angka kenaikan kadar etanol tidak terlalu tinggi yaitu
dari rata-rata kadar 81,3% menjadi 93 %. Proses selanjutnya dehidrasi menghasilkan kadar
etanol mencapai kadar 100%.

Rendemen Bioetanol Kadar 80% (alternatif minyak tanah) dan Bioetanol FGE Kadar
99,56%

Untuk rendemen bioetanol dengan kadar 80% yaitu untuk digunakan sebagai alternatif
minyak tanah dengan kompor khusus bioetanol diperoleh hasil perhitungan awal dari jumlah
volume nira nipah 90 liter adalah seperti diuraikan pada Tabel 3.




0
20
40
60
80
100
120
FERMENTASI DESTILASI 1 DESTILASI 2 DEHIDRASI
Rata-rata Juml ah Bahan (Li ter)
K
a
d
a
r

A
l
k
o
h
o
l

(
%
)
Bahan Baku Destilasi
Kadar Alkohol

Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

233
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

Tabel 3. Rendemen Perbandingan Bioetanol ke Kadar 80% dengan Alat Destilasi
No. Produk / Bahan Perbandingan Volume (Liter) Rata-Rata
Volume (Liter) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
1 Awal 90 90 90 90
2 Akhir 16 15 16 15,7
Rendemen 17,7 16,6 17,7 17,4

Terlihat dari rata-rata volume bahan awal sebanyak 90 L melalui proses fermentasi ke
destilasi menghasilkan rata-rata volume akhir bioetanol kadar alkohol 81% sebanyak 15,7 L.
Sehingga rendemen rata-rata bioetanol dari nipah diperoleh sebesar 17,4 % atau dengan
perbandingan 90 L bahan baku nira fermetasi menjadi 15,7 L bioetanol kadar 81% atau sama
dengan 5,7 Liter Bahan Baku : 1 Liter bioetanol kadar 81%. Hasil penelitian ini lebih tinggi
dari nilai rendemen rata-rata bioetanol nira kelapa hasil destilasi 14 kali yaitu 4,83 % (Wijaya
et al, 2012). Rendemen bioetanol yang dihasilkan dari destilasi sampah organik yaitu sebesar
4,50 7,70% (Mahyuda,2006).Untuk perbandingan jumlah bahan baku dengan bioetanol
kadar 81% yang dihasilkan yaitu 1 : 5,7 artinya untuk menghasilkan bioetanol kadar 81 %
dibutuhkan bahan baku untuk di fermentasi sebanyak 90 L melalui satu tahap proses destilasi
sebanyak 1 kali pada penggunaan alat tipe teknologi tepat guna rancangan peneliti.

Untuk rendemen bioetanol dengan kadar FGE 99,56 % yaitu untuk digunakan sebagai
substitusi ke bahan bakar fosil diperoleh hasil perhitungan awal dari jumlah volume nira
nipah 90 liter adalah seperti diuraikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rendemen Perbandingan Bioetanol ke Kadar 99,56% dengan Alat Destilasi dan
Dehidrasi
No. Produk / Bahan Perbandingan Volume (Liter) Rata-Rata
Volume (Liter) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
1 Awal 90 90 90 90
2 Akhir 7 8 7 7,3
Rendemen 7,8 8,9 7,8 8,1

Terlihat dari rata-rata volume bahan awal sebanyak 90 L melalui proses fermentasi, destilasi
dan dehidrasi menghasilkan volume akhir bioetanol kadar alkohol 100% sebanyak 7,3 L.
Sehingga rendemen rata-rata bioetanol dari nipah diperoleh sebesar 8,1 % atau dengan
perbandingan 90 L bahan baku nira fermentasi menjadi 7,3 L bioetanol kadar FGE atau sama
dengan 12 Liter Bahan Baku : 1 Liter bioetanol FGE. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari
nilai rendemen rata-rata bioetanol nira kelapa hasil destilasi 14 kali yaitu 4,83 % (Wijaya et
al, 2012). Rendemen bioetanol yang dihasilkan dari destilasi sampah organik yaitu sebesar
4,50 7,70% (Mahyuda, 2006). Untuk perbandingan jumlah bahan baku dengan bioetanol
kadar 100% yang dihasilkan yaitu 1 : 12,3 artinya untuk menghasilkan bioetanol kadar 100%
dibutuhkan bahan baku untuk di fermentasi sebanyak 90 L melalui beberapa tahap proses
lanjutan destilasi sebanyak 2 kali dan dehidrasi 1 kali pada penggunaan alat tipe teknologi
tepat guna rancangan peneliti.



Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

234
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

Pengujian Kualitas Bioetanol Nipah Spesifikasi Fuel Grade untuk Substitusi

Tabel 5. Hasil Pengujian Kualitas Bioetanol Nipah Spesifikasi Fuel Grade untuk Substitusi.
No. Parameter Units Test Result Method
1 Appearance - Liquid Clear and Fre of
Suspended Matter
Visual
2 Ethanol content at 15.56C %vol 99,56 SNI 02-3565-1994
3 Acidity as Acetic Acid Ppm 25 ASTM D 1613
4 Density at 20 C g/cm
3
0,7918 ASTM D 4052
5 Heavy Metal as Lead (Pb) Ppm Below 0,1 ICP
6 Non Volatile Matter Mg/100 ml 23 ASTM D 1353
7 Permanganate Time test at 15 C - 20 Seconds SNI 02-3565-1994
8 Water Content % wt 0,78 ASTM E 203
9 Acetaldehyde 100 1,12 Gas Chromatograph
9 Methanol Ppm 64 ICP
10 Iron Content (Fe) Ppm 0,32 ICP
11 SodiumContent (Na) Ppm 2,0 ICP
12 Copper Content (Cu) Ppm 0,28 ICP
13 Fusel Oil :
2 - Propanol % 105
1 - Propanol % 0,1
2 - Buthanol Ppm 0,42
Iso - Buthanol % 376
1 - Buthanoll % 0,25
Iso - Amyalkohol % 0,12

Untuk perbandingan hasil pengujian spesifikasi kualitas bioetanol nipah dengan SNI
Bioetanol Nasional dan negara produsen bioetanol terlihat pada Tabel 6. Dari Tabel 6 hasil
pengujian spesifikasi kualitas bioetanol untuk kadar etanol menunjukkan nilai sebesar 99,56
%, kadar metanol sebesar 64 ppm, kadar air sebesar 0,78 % dari 1 % standar SNI akan tetapi
lebih tinggi dari standar bioetanol negara Brazil dan kadar keasaman bioetanol nipah dengan
hasil 25 ppm telah memenuhi standar SNI. dan beberapa negara produsen bioetanol.
Sedangkan untuk tampakan visual memilki hasil yang sama dengan standar SNI dan
bioetanol standar negara Thailand, India dan Brazil. Hasil pengujian ini yang telah
memenuhi standar SNI merupakan bioetanol produksi menggunakan peralatan skala
teknologi tepat guna. Untuk pemurnian kadar bioetanol mengunakan unit alat dehidrasi
supaya memenuhi persyaratan fuel grade ethanol (FGE) atau bisa digunakan untuk substitusi
sebagai bahan bakar (biofuel). Salah satu cara untuk meningkatkan kadar bioetanol adalah
dengan proses dehidrasi untuk memperoleh etanol dengan kadar lebih besar dari 99% (Onuki,
2006).

Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

235
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

Tabel 6. Perbandingan hasil pengujian spesifikasi kualitas bioetanol nipah dengan SNI
Bioetanol Nasional dan negara produsen bioetanol
No.
Sifat
Spesifikasi Bioetanol (Unit, min/max)
Nipah
Bengkalis
(Hasil
Penelitian)
SNI
INDONESIA
THAILAND INDIA BRAZIL
1 Kadar etanol 99,56 % 99,5 %-v, min 99,5 % 99,5 % 99,3 %
2 Kadar metanol 64 ppm 300 %-v, max 0,010 % 300 mg/L
3 Kadar air 0,78 % 1 %-v, max 0,4 %
4 Keasaman
sebagai
CH3COOH
25 ppm 30 mg/L, max 30 mg/L 30 mg/L
5 Tampakan Jernih dan
terang
Jernih dan terang Jernih dan terang Jernih
dan
terang
Jernih dan
terang

Pengujian Pencampuran Bioetanol FGE Pada Proses Substitusi ke Bahan Bakar Fosil

Hasil pengujian pencampuran bioetanol FGE pada proses substitusi ke bahan bakar
fosildisajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan hasil pengujian spesifikasi kualitas bioetanol nipah dengan SNI
Bioetanol Nasional dan negara produsen bioetanol
Kadar Biotanol
Substitusi
Visual Pencampuran Homogen atau
Tidak Homogen (Ada Batas antara Bioetanol dan Minyak Premium)
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
0 - 99,56 % Tidak Homogen Tidak Homogen Tidak Homogen
99,56 % (FGE) Homogen

Homogen

Homogen


Pada Tabel 7 terlihat bahwa pengujian pencampuran bioetanol FGE hasil alat dehidrasi skala
TTG 99,56 % (FGE) dan bioetanol hasil alat destilasi 99,56 % yang akan disubstitusikan
ke bahan bakar fosil menunjukkan perbedaan visual campuran bersifat homogen atau tidak.
Bioetanol nipah kadar 99,56 % hasil alat dehidrasi skala TTG yang dicampurkan dengan
bahan bakar fosil jenis premium menunjukkan pencampuran yang homogen. Sedangkan
bioetanol dengan kadar 99,56 % menunjukkan pencampuran yang tidak homogen. Hal ini
sesuai dengan pendapat Perry (1984) bahwa penggunaan bioetanol dapat dicampur dengan
berbagai komposisi dalam bentuk anhyrous ethanol.


Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

236
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

1%
99%
Titrasi Bioetanol 4,31 ml
Jumlah Premium 500 ml
Pengujian Kebutuhan Substitusi Bioetanol FGE ke Biopremium beroktan 92 dan 95.

Tabel 8. Perbandingan Substitusi Bioetanol Nipah dengan BBM Premium Untuk
menghasilkan Biopremium Oktan 92
No Ulangan
Volume Titrasi Bioetanol pada 500 ml substitusi minyak premium
ke Oktan Biopremium92
Oktan Premium
Awal 88,2
Oktan
PremiumAwal
89,0
Oktan PremiumAwal 89,1
1 5 4 3,9
2 4,9 4,1 4
3 5 4 3,9
Rata-Rata Ulangan 4,97 4,03 3,93
Rata-Rata Titrasi Sampel Oktan 4,31

Berdasarkan Tabel 8 dari hasil pengujian kebutuhan substitusi bioetanol FGE ke biopremium
beroktan 92 dan 95, menujukkan rata-rata jumlah titrasi bioetanol untuk substitusi minyak
premium 500 ml dengan oktan akhir menjadi produk minyak biopremium 92 adalah 4,31 ml
atau sama dengan perbandingan 1 % penggunaan bioetanol untuk menghasil bahan bakar
biopremium beroktan 92. Perbandingan penggunaan bahan bakar non fosil untuk substitusi
bioetanol yang kecil dengan jumlah bahan bakar fosil yang besar terlihat pada Gambar 5.










Gambar 5. Perbandingan Persentase Titrasi Bioetanol Nipah FGE (ml) dan BBM Premium
untuk Biopremium Oktan 92.

Berdasarkan Tabel 9 menujukkan rata-rata jumlah titrasi bioetanol untuk substitusi minyak
premium 500 ml dengan oktan akhir menjadi produk minyak biopremium 95 adalah 8,7 ml
atau sama dengan perbandingan 2 % penggunaan bioetanol untuk menghasil bahan bakar
biopremium beroktan 95. Perbandingan penggunaan bahan bakar non fosil untuk substitusi
bioetanol yang kecil dengan jumlah bahan bakar fosil yang besar terlihat pada Gambar 6.

Menurut Stojiljkovic (2009) pencampuran bioetanol dan gasoline menghasilkan gasoline
mixtures E1 diperoleh oktan (research octane number) sebesar 95,7 dan E3 diperoleh oktan
(research octane number) sebesar 96,0 serta E5 diperoleh oktan (research octane number)
sebesar 96,7. Nilai tersebut mendekati dengan nilai substitusi E2 yaitu sebesar 2% untuk
produk biopremium dari bioetanol nipah yang beroktan 95. Hal ini berbeda dengan pendapat
Prihandana (2007) bahwa E10 (10% bioetanol) memiliki nilai oktan yakni 91,5 nilai oktan ini
mendekati oktan pertamax. Nilai E2 (2% bioetanol) dari bahan nipah yang disubstitusikan ke
BBM premium menghasilkan oktan 95 dengan nama dagang oleh Pertamina yaitu

Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

237
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

2%
98%
Titrasi Bioetanol 8,7 ml
Jumlah Premium500 ml
Biopremium ternyata menunjukkan jenis oktan yang mendekati jenis bahan bakar produk
Pertamina yaitu Pertamax Plus beroktan 95. J umlah kebutuhan bioetanol dalam substitusi ke
premium menggunakan cara titrasi. J umlah kebutuhan titrasi bioetanol untuk produk akhir
biopremium oktan 95 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan Substitusi Bioetanol Nipah dengan BBM Premium untuk
Menghasilkan Biopremium Oktan 95
No Ulangan
Volume Titrasi Bioetanol pada 500 ml substitusi minyak premiumke Oktan
Biopremium92
Oktan PremiumAwal
88,2
Oktan PremiumAwal
89,0
Oktan PremiumAwal
89,1
1 9,9 8,1 8
2 9,9 8,1 8
3 10 8,2 8,1
Rata-Rata Ulangan 9,93 8,13 8,03
Rata-Rata Titrasi Sampel
Oktan
8,7

Perbandingan persentase bioetanol dan premium dari hasil Tabel 9 diatas dapat dilihat pada
Gambar 6 dibawah ini.









Gambar 6. Perbandingan Persentase Titrasi Bioetanol Nipah FGE (ml) dan BBM Premium
untuk Biopremium oktan 95

Potensi Produksi Bioetanol dan Biopremium Nipah

Tabel 10. Produksi Bioetanol menggunakan Alat Teknologi Tepat Guna untuk
Kadar 99,96 %
No.
Produksi Nira nipah
(Liter/Ha/Th)
Rendeman Nira ke
Bioetanol FGE
Jumlah Produksi Bioetanol
(Liter/Ha/Th)
1 Produksi Mak : 158.153,18 12 : 1 13.179,43
2 Produksi Min : 32.930,04 12 : 1 2.744,17
Produksi Rata-Rata : 95.542 12 : 1 7.962,80

Tabel 10, diatas menunjukkan jumlah produksi bioetanol dengan menggunakan alat teknologi
tepat guna untuk kadar 99,96%. Perbandingan rendemen nira bioetanol FGE sebesar 12:1,
maka produksi bioetanol tertinggi adalah sebesar 13.179,43 liter/Ha/tahun sedangkan untuk
produksi terendah adalah sebesar 2.744,17 liter/Ha/tahun. Sehingga produksi rata-rata
bioetanol yang dihasilkan adalah 7.962,80 liter/Ha/tahun.


Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

238
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

Produksi bioetanol dari bahan baku nira nipah pada beberapa hasil ujicoba menunjukkan
perbandingan antara nira sebagai bahan baku, dengan bioetanol adalah sebesar 12:1.
Selanjutnya menurut Arent Indonesia (2009) mengungkapkan bahwa dari 12 liter air Aren
setelah diproses dalam penyulingan, bakal menghasilkan 1 liter bioetanol. Hal ini sangat jauh
berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Filipina, bahwa teknologi tradisional sangat
bervariasi untuk "nipa vodka", minuman beralkohol jelas dengan alkohol 30-40%. Nipa
vodka diperoleh dari distilasi getah fermentasi dikumpulkan dari tangkai potong semi-matang
kepala buah.(Rasco, E.T.J R., et al 2012).

Menurut Okugbo, et al (2012) nira nipah yang difermentasi menjadi etanol dalam jumlah
besar diperkirakan akan memproduksi 6,480-15,600 L etanol per hektar. Dibandingkan Tebu
hasil yang dipeoleh 5,000-8,000 L per ha etanol dan luas yang setara dengan ditanam jagung
akan menghasilkan hanya 2000 L per ha etanol.

Pengolahan dalam produksi bioetanol menggunakan dua alat, yaitu alat skala teknologi tepat
guna (TTG), dan alat skala Mini Plant. Alat dengan skala teknologi tepat guna (TTG) telah
digunakan untuk mendapatkan hasil seperti yang digambarkan dalam Tabel 16. Sedangkan
alat dengan skala Mini Plant memiliki kemampuan memproduksi bioetanol dengan tingkat
olahan mencapai kadar 80%. Bioetanol kadar ini belum bisa digunakan untuk substitusi ke
bahan bakar minyak fosil, akan tetapi hanya dapat digunakan sebagai alternatif pengganti
minyak tanah untuk kompor bioetanol.

Menurut Rachman et al. (2001) bahwa jika seandainya nira tersebut dimanfaatkan untuk
produksi bioetanol, maka kemungkinan kadar alkohol yang dihasilkan adalah 6 - 7%,
walaupun ada beberapa mikroba yang tahan hingga 9%-vol dan secara teoritik bisa
menghasilkan hingga 13%-vol, tetapi yang paling memungkinkan adalah 6 - 7%-vol. Dengan
demikian : 54.000 x 7% x 100/95 =3978 L =4000 L/ha/th.

Dengan kondisi bahan bakar di Indonesia disektor transportasi masih didominasi 100% bahan
bakar fosil antara lain Premium dan Pertamax Plus 95, yaitu dari sumber energi yang non
renewable. Substitusi bioetanol nipah ke BBM premium merupakan energy mix yang
berkualitas dan ramah lingkungan. Ketergantungan penggunakan BBM fosil jenis premium
sangat tidak arif dan cenderung boros, hanya memikirkan kebutuhan sesaat dan belum
memikirkan tabungan energi untuk generasi yang akan datang. Tidak bisa dibayangkan,
disaat cadangan minyak Indonesia menipis atau habis untuk generasi berikutnya, maka
seluruh sektor industri dan transportasi yang masih mempunyai ketergantungan dengan
energi fosil, mengalami stagnan atau berhenti bergerak akibat kelangkaan minyak.
Pengembangan sumber energi baru terbarukan dari energi hijau bioetanol nipah, tidak
menimbulkan konflik terhadap krisis pangan. J enis bioetanol nipah kualitas fuel grade etanol
(FGE) berkadar >99,5 % akan mempunyai sifat dapat tercampur/homogen antara minyak
premium dari fosil dengan bioetanol nipah dari non fosil. Hal ini merupakan suatu langkah
pertama kearah penyiapan teknologi subsitusi energi. Pengujian menggunakan bioetanol yang
dihasilkan sendiri melalui alat teknologi tepat guna, hasil dari paten peneliti. Selanjutnya
bioetanol tersebut telah diuji kualitas memenuhi standar SNI dan dikategorikan layak
dibandingkan dengan bioetanol dari bahan baku singkong. Bioetanol nipah memiliki kadar
metanol yang rendah dibandingkan dengan bioetanol singkong. Bioetanol nipah dapat
berfungsi sebagai zat aditif ekstender penaik kadar oktan BBM. Disamping itu, zat aditif ini

Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

239
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

dapat menjadi suatu kebanggaan karena merupakan produk yang berasal dari sumberdaya
alam Indonesia. Untuk mengantisipasi kondisi saat ini, dimana bangsa Indonesia masih
mengimport zat aditif penaik oktan HOMC dengan ketergantungan pada negara lain, dan
menyedot dana sampai ratusan milyar per tahun. Perbandingan jumlah produksi produk
bahan bakar Biopremium hasil substitusi bioetanol ke bahan bakar fosil premium menurut
aturan pemerintah dan hasil penelitian terlihat pada Tabel 11.
Tabel 11.Produksi Biopremium Etanol Nipah (Liter/Ha Tahun) dibedakan dari Katagori
Produksi Nira


Tingkat
Produksi
Produksi
Bioetanol
(Liter/Ha/Th)
Substitusi Bioetanol ke
BBM Fosil Premium
(Aturan Pemerintah E10)
Jumlah
Biopremium
Nipah Liter/
Ha/Tahun
Substitusi Bioetanol ke
BBM Fosil Premium
(Hasil Penelitian E2)
Jumlah
Biopremium
Nipah Liter/
Ha/Tahun
Fosil
Premium
90%
(Liter)
Non Fosil
Etanol
10%
(Liter)
Fosil
Premium
90%
(Liter)
Non Fosil
Etanol
10%
(Liter)
Tertinggi 13.179,43 118.614,88 13.179,43 131.794,31 645.792,07 13.179,43 658.971,50
Terendah 2.744,17 24.697,53 2.744,17 27.441,70 134.464,33 2.744,17 137.208,50
Rata-rata 7.962,80 71.665,20 7.962,80 27.441,70 390.177,20 7.962,80 398.140,00

KESIMPULAN
Rata-rata waktu fermentasi adalah antara 75,3 - 78 jam atau sekitar 3 hari. Terdapat 4 tahapan
proses pengolahan nira nipah menjadi bioetanol 99,56 % (FGE) untuk skala alat teknologi
tepat guna (TTG) yaitu tahap ke-1 proses fermentasi mencapai kadar etanol 4,3%, tahap
ke-2 proses destilasi mencapai kadar etanaol 81,3 %, tahap ke-3 proses destilasi ulangan
mencapai kadar etanol 90 % dan tahap ke-4 proses dehidrasi mencapai kadar kadar etanol
100 %.

Rendemen rata-rata bioetanol dari nipah diperoleh sebesar 8,1 % atau dengan perbandingan
90 L bahan baku nira fermetasi menjadi 7,3 L bioetanol FGE berkadar >99,5 % atau sama
dengan 12 Liter bahan baku : 1 Liter bioetanol FGE berkadar >99,5 %.

Kadar etanol nipah hasil produksi alat TTG dengan kadar etanol pengujian sebesar 99,56 %
sudah memenuhi syarat standar SNI yaitu antara lain kadar etanol, metanol, air, keasaman
dan tampakan. Serta telah memenuhi standar dibeberapa negara produsen bioetanaol yaitu
Thailand, India dan Brazil.

Bioetanol nipah kadar 99,56 % hasil alat dehidrasi skala TTG yang dicampurkan dengan
bahan bakar fosil jenis premium menunjukkan pencampuran yang homogen. Sedangkan
bioetanol dengan kadar 99,56 % menunjukkan pencampuran yang tidak homogen.

Hasil pengujian kebutuhan substitusi bioetanol FGE ke biopremium beroktan 92
menghasilkan perbandingan 1 % penggunaan bioetanol dari bahan bakar fosil jenis premium
untuk memperoleh bahan bakar mix atau campuran biopremium beroktan 92. Serta
perbandingan 2 % untuk biopremium beroktan 95.


Karakteristik dan Potensi Bioetanol dari Nira Nipah
(Nypa fruticans) untuk Penerapan Skala
Teknologi Tepat Guna

240
2013 ProgramStudi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau

Potensi produksi bioetanol dari hutan mangrove nipah seluas 1 Ha yang disesuaikan dengan
karakteristik hasil penelitian menunjukkan produksi tertinggi sebesar 13.179,43
liter/Ha/tahun dan terendah adalah sebesar 2.744,17 liter/Ha/tahun sehingga produksi rata-
rata adalah 7.962,80 liter/Ha/tahun . Sedangkan potensi produksi rata-rata biopremium yang
dihasilkan dari produksi rata-rata bioetanol 7.962,80 liter/Ha/tahun untuk sesuai aturan
substitusi pemerintah sebesar 10% maka produksi biopremium yang dihasilkan sebesar
79.628,00 liter/Ha/tahun.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah penuh dengan kesabaran
dan keterbukaan hati serta meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan dan memberi
petunjuk yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Hepworth, M. 2005. Technical, Environmental and Economic Aspect of Unit Operation for
The production of Bioethanol From Sugar Beet in the United Kingdom, CET IIA
Exercise 5. Corpus Christi College.

Nowak, J . 2000. Ethanol Yield and Production of Zymomonas mobilis in Various
Fermentation Methods, Electonic J ournal of Polish Agricultural Universities, Vol. 3,
No. 2 seri Food Science and Technology.

Rachman, A,K., dan Y. Sudarto. 1991. Nipah Sumber Pemanis Baru. Kanisius. Yogyakarta.

Rasco, E.T.J R., Ragas, R.G., Junio, R.G. 2012. Morphological and sap yield variation in Nipa
( Nypa fruticans Wurmb.) Asia Life Sciences, The International J ornal of Life
Sciences, Vol. 21, No. 1, hal. 123-132

Smith, D. 2006. Nypa Palm: Ethanol Super-Crop? Biofuel Review. Singapore. 15 J une 2006.
Downloaded, November 15, 2010.

Tao, F., Miao, J .Y., Shi, G. Y., dan Zhang, K. C. 2003. Ethanol Fermentation by an Acid-
tolerant Zymomonas mobilis under Non-sterilized Condition, Process Biochemistry,
Elsevier, 40: 183-187

You might also like