Sanitasi Pelabuhan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

Retno A.

, Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik

MANAJEMEN SANITASI PELABUHAN DOMESTIK DI GRESIK Retno Adriyani


1)

1)

Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Unair

Abstract : Domestic port sanitation has to be evaluated completely with three aspects i.e technical aspect such as facility of sanitary importance that are cleanlines and sanitary code; social aspect such as cultural, social and economics ; and administration and management aspect i.e implementation of management functions. Gresik port is domestic port class II, that serv es interisland passenger crossing Gresik - Bawean island, and also loading and unloading goods. Implementation of port sanitation is intended as preventing incidence of disease . Further analyzed focussed on implementation of sanitation activity in building of passenger terminal, based on observation which was conducted at June 2003. Implementation of port sanitation from technical aspect, was good enough. In social aspect, better cooperation between top level management, port employees and consumer or public society are needed, to create healthy port environment. Furthermore, to reach the best result needs cooperation with other sectors for example commerce and communication sectors. In aspect of administration and management which is required emphasized in controlling periodically by Public Health Department of Province together with local Public Health Department, at least once a year. Because of fund limitation cooperation among stakeholder should be carried out together. Keywords : domestic port, management PENDAHULUAN Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung di tempat -tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah. Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap. diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta, dan a tau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat. Untuk dapat melakukan kegiatan STTU secara lengkap harus ditinjau melalui tiga aspek pendekatan yaitu aspek teknis yang meliputi persyaratan dan peraturan mengenai Tempat Umum tersebut dan keterkaitan Tempat Umum tersebut dengan fasilitas sanitasi dasar, aspek sosial diantaranya adalah ekonomi dan sosial budaya,

130

131 JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL.1, NO.2, JANUARI 2005 dan aspek administrasi dan manajemen diantaranya adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Tetapi kendala yang dialami sangatlah kompleks sehingga antara teori dan praktek dalam kegiatan STTU ini sulit untuk dapat berjalan dan berfungsi secara optimal. Pelabuhan merupakan salah satu aset bagi kabupaten Gresik. Kabupaten Gresik memiliki pelabuhan domestik kelas II yang melayani penyeberangan penumpang antar pulau yaitu dari Gresik menuju ke pulau Bawean begitu pula sebaliknya dan juga bongkar muat barang. Barang yang dimaksud juga ter masuk hasil pertambangan misalnya batu bara dan batu marmer alam. Mengingat pelabuhan merupakan salah satu tempat keluar -masuk manusia ataupun barang sehingga kegiatan STTU di Pelabuhan ini perlu dilaksanakan sebagai kegiatan pencegahan timbulnya ataupun menularnya suatu penyakit. Telaah selanjunya akan difokuskan pada pelaksanaan STTU yang dilakukan pada bangunan Terminal Penumpang berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada bulan Juni 2003. 1. Area Pelabuhan Domestik di Gresik Lokasi pelabuhan berdekatan dengan pelabuhan milik PT. Petrokimia Gresik yang memiliki aktifitas sendiri. Sebagai pelabuhan yang melayani penyeberangan antar pulau untuk penumpang, lokasi pelabuhan cukup strategis yaitu berada di dekat alun-alun kota Gresik sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Sebagai pelabuhan yang melayani bongkar muat barang, penataan di pelabuhan untuk kegiatan bongkar muat tertata rapi. Tempat parkir kendaraan bongkar muat yang sebagian besar adalah truk tertata rapi sehingga tidak ada keruetan lalu lintas di pelabuhan. Area pelabuhan cukup luas dan terdapat beberapa gedung dan fasilitas antara lain gedung administrasi pelabuhan, gedung PT. Pelindo, gedung Kantor Kesehatan Pelabuhan dan g edung Terminal Penumpang. Terdapat tandon air bersih untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Jalan di Pelabuhan dilengkapi papan informasi petunjuk letak gedung-gedung yang berada di dalam lokasi pelabuhan, hanya saja jumlahnya kurang memadai. Lokasi terminal penumpang cukup mudah dijangkau oleh calon penumpang apabila calon penumpang diantar dengan kendaraan, tetapi apabila ditempuh dengan jalan kaki akan terasa cukup jauh dan panas. Sebaiknya disediakan trotoar untuk pejalan kaki yang disalahsatu sisinya d itanami pohon yang rindang, sehingga suasanya pelabuhan akan tampak sejuk dan tidak panas. Papan informasi mengenai letak -letak gedung perlu ditambah sehingga bagi calon penumpang akan lebih mudah menuju ke Terminal Penumpang.

Retno A., Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik

132

2. Bangunan Terminal Penum pang Secara umum kondisi gedung Terminal Penumpang cukup baik. Konstruksi bangunan terminal penumpang memenuhi persyaratan bangunan antara lain cukup kokoh, dinding di cat dengan warna terang sehingga tampak bersih. Pemeliharaan kebersihan dinding cukup baik sayangnya ada beberapa bagian dinding bagian luar yang mulai terkelupas dan agak kusam. Kondisi ruang tunggu cukup bersih, lantai cukup kuat, bersih dan terbuat dari bahan kedap air yang mudah dibersihkan. Kursi untuk pengunjung semi permanen, terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tertata rapi. Tata letak ruangan juga memudahkan arus penumpang. Arus penumpang dapat dilayani dengan baik. Ruang tunggu penumpang dalam keadaan tertutup, kecuali bila ada kedatangan dan pemberangkatan penumpang. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya antisipasi masuknya orang-orang yang tidak berkepentingan dan menyalahgunakan terminal penumpang ini. Penutupan terminal penumpang diluar jam keberangkatan dan kedatangan dapat dimasukkan sebagai salah satu usaha untuk memelihara sanitasi pelabuhan yang cukup efektif. Dengan demikian orang-orang yang tidak berkepentingan tidak dapat masuk seenaknya dan relatif kebersihan dan ketertiban terminal penumpang dapat terjaga dengan baik. Pencahayaan alami cukup baik, bahkan pada siang hari terkesan agak silau, hal ini mungkin disebabkan kurangnya penghijauan baik di dalam ataupun di luar terminal penumpang. Untuk ventilasi terdapat kipas angin dan ventilasi alam sehingga sirkulasi udara cukup lancar. Plafon cukup tinggi, berwarna tera ng dan dalam keadaan cukup baik. Pada terminal penumpang ini tersedia ruangan mushola, ruangan kantor, kamar mandi/WC yang dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat wudlu dengan kondisi cukup bersih dan terawat, tersedia tempat sampah yang cukup. Pada bagian luar bangunan terminal penumpang terdapat taman, tempat parkir dan monumen jangkar pada bagian depan dan jalan serta dermaga pada bagian belakang. Pada bagian depan terminal berupa halaman yang juga difungsikan sebagai tempat parkir. Disekeliling gedung terminal penumpang dibuat saluran drainase sekaligus saluran air kotor yang dihubungkan dengan saluran air kotor pelabuhan, sehingga tidak ada air yang tergenang. Pohon di depan terminal penumpang dapat membuat suasana teduh di terminal penumpang, terbukti dimanfaatkannya lokasi tersebut untuk area mangkal pedagang makanan minuman. Sebaiknya penghijauan pelabuhan ditambah sehingga suasana panas tiak mendominasi, tetapi tentu saja perlu ditata dan direncanakan dengan baik sehingga tidak merusak bangu nan dan jalan di pelabuhan. Tidak

133 JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL.1, NO.2, JANUARI 2005 terdapat pagar pembatas khusus untuk bangunan Terminal Penumpang. Taman dan monumen cukup terpelihara dan bersih. Kondisi dermaga cukup kuat dan mampu untuk menampung kapal yang akan bersandar. Jalan di dermaga juga terpe lihara kebersihannya. Pada saat pengamatan, sedang dilakukan kegiatan pemeliharaan kondisi dermaga yaitu berupa pengerukan lumpur, dimaksudkan agar kedalaman dermaga cukup sehingga kapal dapat bersandar. Pihak pelabuhan telah mengalokasikan tempat untuk pedagang makanan dan minuman, yaitu di dekat pelabuhan bongkar muat, dan tidak disediakan tempat untuk area di dekat terminal penumpang. Penataan pedagang makanan dan minuman hendaknya diperhatikan. Keberadaan pedagang makanan dan minuman ini sangat diperlukan oleh pengunjung pelabuhan juga bagi para pekerja di pelabuhan. Sehingga sebaiknya di dekat terminal penumpang juga disediakan tempat untuk pedagang makanan dan minuman, agar keberadaan pedagang makanan dan minuman ini tertata rapi. 3. Fasilitas Sanitasi Terminal Penumpang 3.1. Air Bersih Sumber air bersih berasal dari PDAM daerah. Terdapat tandon khusus untuk persediaan air bersih. Air bersih disalurkan dengan sistem perpipaan dan berjalan dengan baik. Kontinuitas suplai air bersih khusus untuk termi nal penumpang dilakukan pada saat -saat ada penumpang baik pada saat kedatangan atau pemberangkatan. Sehingga secara kuantitas, air bersih ini hanya dikhususkan untuk melayani penumpang saja dan dari segi kontinuitas m enjadi kurang memadai, mengingat air bersih cukup lancar dan jumlahnya cukup hanya bila waktu keberangkatan atau kedatangan. Hal ini mungkin terkait pada usaha penghematan air bersih. 3.2. Pembuangan Air Limbah Air limbah berasal dari kamar mandi, tempat cuci tangan dan tempat wudlu dialirkan pada saluran terbuka yang dihubungakan dengan sistem penyaluran air limbah pelabuhan. Sedangkan air limbah yang berasal dari WC disalurkan ke septic tank. Pembuangan air limbah di Indonesia memang pada umumnya disatukan dengan saluran drainase dan akhirn ya terhubung pada saluran air limbah dan drainase pelabuhan. Alangkah baiknya apabila saluran tersebut dibuat semi tertutup, setidaknya saluran yang berasal dari air kamar mandi, sehingga tidak mengganggu estetika dan menimbulkan bau. 3.3. Kamar Mandi/WC, Tempat Cuci Tangan dan Tempat Wudlu Jumlah kamar mandi/WC ada 2 buah, tanpa pemisahan untuk laki-laki atau perempuan. Kamar mandi/WC untuk penumpang dan pegawai pelabuhan tidak dipisahkan. Kamar mandi sebaiknya dipisah antara laki-laki dan perempuan. Mengingat jumlahnya ada

Retno A., Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik

134

dua, dapat ditambahkan tanda saja pada bagian pintunya. Pemungutan biaya sekiranya tidak berlebihan, tetapi juga perlu peningkatan pelayanan, antara lain penyediaan sabun dengan jumlah yang mencukupi. Sabun yang disediakan idealnya sab un cair dengan wadah khusus sehingga penularan penyakit, terutama penyakit kulit dapat diminimalkan. Lantai kamar mandi/WC kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan kemiringannnya cukup. Kondisinya cukup bersih dan terawat. Pada bagian luar kamar mandi /WC juga tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi kaca, tidak dilengkapi sabun dan pengering tangan. Jamban/ WC tipe jongkok dengan konstruksi leher angsa, dilengkapi air penggelontoran yang cukup, alat pembersih berupa sabun tidak tersedia. Tidak terda pat tanda himbauan bahwa pemakai harus mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan kamar mandi/WC. Di sebelah kamar mandi terdapat tempat wudlu dengan kondisi kebersihan yang cukup, hanya saja estetika tampak kurang nyaman dengan adanya tempat jemuran baju. 3.4. Tempat Sampah Tempat sampah yang tersedia terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan kedap air, jumlahnya cukup dan dibuang setiap 2 kali sehari. Tempat sampah yang tersedia terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan tapi tidak tertutup. Dar i segi kuantitas, jumlah tempat sampah sebaiknya ditambah, sehingga memudahkan pengunjung yang akan membuang sampah. 3.5. Lain-lain Pada bagian dalam terminal penumpang terdapat sarana ibadah berupa mushola yang kebersihannya cukup baik, hanya saja sedikit kurang tertib. Penertiban penggunaan mushola hendaknya diperhatikan sehingga mushola dapat dimanfatakan sebagaimana fungsinya. Tersedia alat pemadam kebakaran portable dan kotak P3K dengan isi standart. Di halaman dan tempat parkir terdapat beberapa pe dagang makanan jajanan yang melayani penumpang. Kondisi makanan dan minuman yang disajikan umumnya dikemas, dan lokasi penjualan cukup bersih. Keberadaan pedagang makanan dan minuman ini belum tertata dengan rapi, konstruksi bangunannya tidak permanen, tidak terdapat air bersih yang mencukupi dan memadai bagi kebutuhan pedagang. Himbauan-himbauan yang mengajak pengunjung untuk lebih memperhatikan kebersihan sangat perlu untuk dipasang . Misalnya kalimat JAGALAH KEBERSIHAN, BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA, SUDAHKAH ANDA MENCUCI TANGAN di dekat kamar mandi, tempat cuci tangan dan dekat kantin atau pedagang makanan dan minuman. Pada dinding luar bangunan terminal penumpang terdapat poster agar penumpang waspada terhadap SARS. Pemasangan himbauan yang menga jak pengunjung untuk

135 JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL.1, NO.2, JANUARI 2005 waspada terhadap SARS sangat baik, sehingga pengunjung akan lebih memperhatikan kesehatannya. diharapkan

4. Manajemen Sanitasi Pelabuhan Pada umumnya didalam penerapan usaha Sanitasi TTU dibutuhkan pendekatan terhadap aspek sosial. D alam pendekatan aspek sosial diperlukan penguasaan pengetahuan antara lain tentang kebiasaan hidup, adat istiadat, kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi dan motivasi (Depkes RI, 1996). Pendekatan aspek sosial membutuhkan berbagai pertimbanga n terhadap berbagai macam faktor dari kehidupan masyarakat, diantaranya faktor (Suparlan, 1988) : 1) Pengertian Pengertian karyawan serta masyarakat tentang pentingnya serta manfaat suatu usaha kesehatan masyarakat sangat diperlukan sebab tanpa adanya pengert ian ini segala sesuatunya akan berjalan tanpa arah. Pengertian merupakan dasar pokok guna memperoleh kesadaran dan pengetahuan untuk bertindak secara aktif. 2) Pendekatan Pendekatan yang baik perlu dilakukan terutama terhadap Pimpinan maupun karyawan perusaha an TTU, biasanya dilakukan dengan memberikan beberapa bentuk motivasi. Titik pangkal suksesnya usaha Sanitasi TTU banyak bergantung dari cara pendekatan ini, ada 2 macam pendekatan terhadap pimpinan dan karyawan yang dapat ditempuh yaitu : a. pendekatan formal yaitu suatu pendekatan terhadap pimpinan secara resmi b. pendekatan informal yaitu suatu pendekatan terhadap karyawan bawahan dimana pekerja berada dan dilakukan di tempat kerjanya Selain pendekatan di atas, menurut Buku Pedoman Sanit asi Tempat-Tempat Umum (1996) pendekatan yang biasa digunakan dalah aspek ini adalah pendekatan edukatif yang ditujukan kepada masyarakat umum dan masyarakat pengunjung TTU khususnya perlu diberi pengertian dan kesadaran tentang usaha sanitasi TTU. Dengan adanya pengertian dari pengunjung bahwa TTU yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan dan menyebarkan penyakit, maka pengunjung/masyarakat akan berusaha untuk senantiasa memelihara sanitasi TTU. 3) Kesadaran Faktor kesadaran terutama karyawan Pelabuhan dibutuhkan sekali guna pelaksanaan program, tanpa kesadaran makan pelaksanaan program STTU akan mengalami hambatan dan

Retno A., Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik

136

kesulitan, karena tidak diketahui dan disadari akan pentingnya serta manfaatnya baik bagi perusahaan maupun bagi pribadi karyawan yang bersangkutan. Faktor kesadaran diperoleh sebagai hasil pendekatan edukatif melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan. 4) Partisipasi Faktor partisipasi dari karyawan Pelabuhan secara total sangat dibutuhkan dalam rangka memelihara, m embina dan mengembangkan usaha Sanitasi. Partisipasi penuh dari karyawan dapat diperoleh dan ditingkatkan dengan cara memberikan pengertian serta motivasi tentang pentingnya Higiene dan Sanitasi TTU dipandang dari segi kesehatan maupun dari segi bisnis operasional. 5) Kerja sama Usaha kesehatan masyarakat khususnya usaha Higiene dan Sanitasi TTU dibutuhkan adanya kerjasama dalam tim. Tanpa kerja sama yang baik maka usaha ini tidak akan berjalan dengan baik. 6) Keuangan Dimana terdapat suatu usaha terutama dalam u saha Higiene dan Sanitasi TTU terutama yang berhubungan dengan masalah perbaikan dan penyempurnaan tentu membawa konsekuensi biaya, tanpa ditunjang biaya yang memadai ini maka kegiatan ini tidak akan berjalan semestinya. Kegiatan ini sangat membutuhkan adanya anggaran khusus terutama guna pelaksanaan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan sanitasi di lingkungan pelabuhan hendaknya menjadi komitmen bagi seluruh pekerja di pelabuhan. Tentu saja hal ini diikuti dengan manajemen pemeliharaan sanitasi yang baik antara lain berupa kecukupan personil kebersihan, alokasi dana yang mencukupi dari pihak pengelola pelabuhan. Upaya pelaksanaan Sanitasi Pelabuhan Domestik Gresik dilakukan oleh pegawai pelabuhan dan selalu dipantau oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabaya di Gresik. Dalam penyelenggaraan Sanitasi Pelabuhan disamping juga perlu dipertimbangkan fungsi fungsi manajemen yang meliputi perencanaan ( Planning), pengorganisasian ( Organizing ), penggerakan ( Actuating ) serta unsur pengawasan ( Controlling ) yang baik. Untuk mencapai hasil yang baik perlu adanya kerjasama lintas program dan lintas sektor. Oleh karena itu dalam perencanaan dan atau pelaksanaan program sanitasi TTU perlu melibatkan instansi/lembaga terkait (Depkes, 1996). Dalam aspek administrasi dan manajem en ini, akan lebih ditekankan pada unsur Pengawasan ( Controlling ) karena unsur inilah yang paling menonjol dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

137 JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL.1, NO.2, JANUARI 2005 sesuai dengan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan. Tujuan pengawasan sanitasi TTU antara lain : 1) Tujuan Umum Untuk mewujudkan kondisi TTU yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit dan terjadinya kecelakaan serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya. 2) Tujuan Khusus a. agar pengunjung TTU menggunakan dan memelihara fasilitas sanitasi yang tersedia di TTU tersebut b. agar pengelola/penanggung jawab TTU dengan upaya sendiri menciptakan sanitasi TTU yang dikelolanya Dalam kegiatan Pengawasan Sanitasi TTU, kegiatan yang dila kukan adalah: 1. Kegiatan pemeriksaan yaitu kegiatan melihat dan menyaksikan secara langsung di tempat serta menilai tentang keadaan atau tindakan yang dilakukan serta memberikan petunjuk atau saran saran perbaikan. Pemeriksaan dilakukan terhadap faktor lingkungan dan perlengkapan/peralatan dari TTU dari segi persyaratan dan kebersihannya, misalnya : lingkungan pekarangan, bangunan, persediaan air bersih, cara pembuangan sampah dan air kotor, perlengkapan WC dan urinoir, dan sebagainya. Dalam kegiatan ini pem eriksa juga memberikan bimbingan dan petunjuk kepada pemilik/pengelola dan pengguna yang melakukan kegiatan pada TTU, meliputi cara -cara pencegahan penyakit, kebersihan, kebiasaan dan cara kerja yang baik dan lain sebagainya. 2. Kegiatan pengawasan yaitu pen gamatan secara terus menerus perkembangan kegiatan di TTU dan tindakan serta usaha tindak lanjut dari hasil pemeriksaan. Ruang lingkup kegiatan Pengawasan Sanitasi TTU dapat digolongkan menjadi (Dinkes Prop. Jatim, 1987 dan Suparlan, 1988) : 1) Pendataan TTU yang dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun. Dalam kegiatan pendataan dilakukan pencatatan, antara lain : jenis/macam dan jumlah TTU , nama dari setiap jenis TTU, nomor izin usaha, nama pemilik, nama penaggungjawab sanitasi (bila ada), dan jumlah karyawan Selain kegiatan pendataan dapat pula dilakukan identifikasi masalah higiene dan sanitasi TTU yang diperiksa (Problem identification ). Kegiatan ini dilaksanakan melalui orientasi keadaan sanitasi secar garis besar, untuk mencari permasalahan umum sanitasi T TU yang dilihat atau diperiksa yang menyangkut masalah umum

Retno A., Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik

138

sanitasi yang ada sehingga tahap ini merupakan survei pendahuluan ( preliminary survey ). Dalam pelaksanaan observasi dapat dilakukan melalui : a. wawancara dengan pimpinan atau dengan petugas TTU b. mengadakan peninjauan lapangan, peninjauan lapangan dimulai dari bagian luar ( external area ) kemudian pada bagian dalam ( internal area ). Peninjauan ini dilakukan di seluruh area TTU dan menitik beratkan perhatiannya kepada lokasi umum ( public area ). Dengan demikian maka urutan kegiatan dalam tahap ini, d atang ke lokasi, meninjau dan melihat keadaan umum sanitasi , mengetahui secara garis besar dan secara umum keadaan sanitasi senyatanya, sensus masalah umum yang didapatkan , dicatat untuk dibuat sheet sanitasi (formulir), yang akan dipakai dalam melakukan pemeriksaan selanjutnya. 2) Pemeriksaan TTU, dengan tujuan untuk melihat dan menilai keadaan sanitasi, m emberikan saran-saran perbaikan, dan menilai perbaikan yang telah diadakan . Dalam tahapan pemeriksaan perlu dilakukan : 1. Persiapan pemeriksaan, dengan melakukan : a. mengadakan peninjauan lokasi, kemudian melihat dan mencatat keadaan semua fasilitas sanitasi yang tersedia . b. mencari dan menentukan fasilitas yang mempunyai nilai sanitasi (facility of sanitary importance ), yaitu fasilitas yang dapat dinilai dari 2 segi, yaitu segi kebersihannya (cleanlines ) dan segi persyaratannya ( sanitary code ). c. membuat formulir ( sheet) sanitasi untuk pemeriksaan Penyusunan formulir pemeriksaan, langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data, tentang item sanitasi yang dipengaruhi oleh besar kecilnya TTU, titik berat kegiatannya, metode kerja yang dilakukan, modernisasi fasilitasnya, sifat dan kebiasaan masyarakat pengguna. 2. Menyusun formulir pemeriksaan sanitasi, d engan memperhatikan jenis tempat dan usaha yang diperiksa, unit-unit teritorialnya, termasuk juga sub unitnya, jangka waktu dan jumlah pemeriksaannya , adanya kolom untuk penilaian Kebersihan (disingkat K) dan kolom Persyaratan (disingkat P), jumlah item yang diperiksa, tanggal pemeriksaan dan Pemeriksa. Dalam pengisian formulir pemeriksaan ini akan didapatkan tanda (-) dan tanda (+), tanda-tanda ini diartikan sebagai berikut : (-) baik untuk K maupun P = berarti tidak ada masalah

139 JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL.1, NO.2, JANUARI 2005 (+) baik untuk K maupun P = berarti ada mas alah, yang berarti juga hal/fasilitas/keadaan itu perlu diadakan perbaikan 2. Pelaksanaan pemeriksaan, dengan melakukan : a) Evaluasi atau penilaian, yaitu menilai sesuatu dengan menggunakan alat ukur atau standard ukuran tertentu sesuai dengan yang telah ditent ukan atau dipersyaratkan. Maksud dan tujuan penilaian : 1) Mendeteksi masalah yang ditemukan untuk segera dilakukan tindakan perbaikan 2) Mengetahui kemajuan dan kemunduran suatu usaha selama periode waktu tertentu 3) Mengetahui apakan hasil usaha yang diperoleh le bih efektif dan efisien. Obyek penilaiannya adalah : 1) Kebersihan ( cleanlines ), mempunyai sifat relatif subyektif tergantung dari kepekaan masing -masing penilai 2) Persyaratan ( codes), mempunyai sifat obyektif karena mendasarkan pada persyaratan atau standard y ang berlaku, kepekaannya tergantung daruipada kepekaan alat pengukurnya. Sistim penilaian : 1) Membandingkan antara kenyataan dengan suatu standart yang berlaku 2) Membandingkan hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur dengan suatu standart tertentu Hasil Penilaian : Setelah selesai dilakukan pemeriksaan sanitasi dan diperoleh hasil penilaiannya maka dapat ditabulasikan dan dihitung. 1. Berapa jumlah item yang diperiksa 2. Berapa jumlah K (-) yang didapat 3. Berapa jumlah P (-) yang didapat Dari semua hasil ini kemudian ditentukan keadaan sanitasi TTU dengan menggunakan rumus : Keadaan sanitasi = { % K ( -) + % P (-) } : 2 Atau dengan : Nilai rata-rata (NR) = {[Jumlah K ( -) + Jumlah P (-) ] : [2 x jumlah item]} x 100% b) Saran perbaikan ( order for improvement = OFI ) Berdasarkan penilaian ditemukan permasalahan yang kemudian diberikan saran perbaikannya. Saran perbaikan dapat dilakukan melalui 2 jalan :

Retno A., Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik

140

1. Langsung, dengan jalan lisan pada pengelola setempat dan memberikan sekaligus alasannya mengapa harus diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. 2. Tidak langsung, dengan jalan memberikan saran secara tertulis yang berupa OFI. Dengan cara : 1) meninggalkan catatan saran pada saat memeriksa 2) mengirimkan catatan saran kemudian beberapa hari setelahnya dilakukan pemeriksaan Dalam pelaksanaannya biasanya kedua cara tersebut dilakukan bersama, disamping memberikan saran langsung juga memberikan saran tidak langsung yaitu berupa formulir saran dan kartu perbaikan yang nanti akan ditempelkan pada bagian -bagian yang perlu diperbaiki. Cara pengisian dari saran tersebut mencakup tentang hal-hal : apakah yang harus diperbaiki ( what), dimana tempatnya ( where), apakah masalahnya ( why), kapan sudah harus diselesaikan ( when), bagaimana cara memperbaikinya ( how) Jenis pemeriksaan TTU ada beb erapa antara lain pemeriksaan awal, pemeriksaan ulangan, dan pemeriksaan berkala (rutin). Upaya pengawasan Sanitasi Pelabuhan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi bersama -sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik secara periodik minimal satu tahun sekali. Kerjasama dalam Pengawasan Sanitasi Pelabuhan ini dilakukan terutama oleh karena adanya keterbatasan dana dalam melakukan kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan dilakukan dengan datang ke lokasi Pelabuhan untuk melakukan observasi dan melakukan pengambilan sampel air bersih, udara dan lainnya yang dianggap penting. Selain melakukan penilaian pihak pengawas juga memberikan saran-saran perbaikan agar sanitasi pelabuhan tetap terpelihara dengan baik. Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan cukup baik dan membantu pihak pengelola pelabuhan dalam upayanya menjaga sanitasi pelabuhan. PENUTUP Kegiatan Sanitasi Pelabuhan Domestik di Gresik secara lengkap harus ditinjau melalui tiga aspek pendekatan yaitu aspek teknis yang meliputi persyar atan dan peraturan mengenai Tempat Umum tersebut dan keterkaitan Tempat Umum tersebut dengan fasilitas sanitasi dasar, aspek sosial diantaranya adalah ekonomi dan

141 JURNAL KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL.1, NO.2, JANUARI 2005 sosial budaya, dan aspek administrasi dan manajemen diantaranya adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dengan baik. Ditinjau dari aspek teknis, pelaksanaan kegiatan Sanitasi Pelabuhan Domestik sudah cukup baik. Dari aspek sosial diperlukan kerjasama yang lebih baik antar pengelola, karyawan Pelabuhan dengan masyarakat pengguna ataupun masyara kat umum untuk dapat menciptakan lingkungan Pelabuhan yang sehat. Selain itu untuk mencapai hasil yang baik perlu adanya kerjasama l intas program dan lintas sektor misalnya antara lain perdagangan dan perhubungan. Dari aspek administrasi dan manajemen yang perlu ditekankan adalah kegiatan pengawasan oleh Dinas Kesehatan Propinsi bersama-sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik secara periodik minimal satu tahun sekali. Kerjasama dalam Pengawasan Sanitasi Pelabuhan ini dilakukan terutama oleh karena adanya keterbatasan dana dalam melakukan kegiatan pengawasan. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. (1996) Buku Pedoman Sanitasi Tempat -Tempat Umum . Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Dinkes Prop. Jatim. (1987). Petunjuk Pengawasan Sani tasi TempatTempat Umum . Sub Dinas Pembinaan Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Daerah Propinsi Daerah Tk. I Jawa Timur. Surabaya. Suparlan (1988). Pedoman Pengawasan Sanitasi Tempat -Tempat Umum . Surabaya: Surabaya Merdeka Print .

Filename: 4.Manajemen Sanitasi Pelabuhan (130 -141) Directory: F:\JURNAL KESHLING\Volume 1 No. 2 Template: C:\Documents and Settings \unair\Application Data\Microsoft\Templates\Normal.dot Title: BAB I Subject: Author: JOHAN KADHAFI NUR Keywords: Comments: Creation Date: 2/18/2005 12:35:00 PM Change Number: 7 Last Saved On: 2/24/2005 1:36:00 PM Last Saved By: KESLING Total Editing Time: 49 Minutes Last Printed On: 4/10/2007 9:49:00 AM As of Last Complete Printing Number of Pages: 12 Number of Words: 3,971 (approx.) Number of Characters: 22,636 (approx.)

You might also like