Pengaruh HPP Terhadap Laba Kotor PT Tambang Batubara Bukit Asam - Persero - TBK Dari Tahun 2006-2010 Inis Kimal Qisthy & Putri Ayu Ningtias REVISI

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

PENGARUH HARGA POKOK PENJUALAN TERHADAP LABA KOTOR PT TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk DAN ANAK

PERUSAHAAN DARI TAHUN 2006-2010 Nama - Inis Kimal Qisthy - Putri Ayu Ningtias NIM 1111082000033 1111082000101 No. HP 087809693631 089602457576

MATA KULIAH TEORI EKONOMI MIKRO KODE: MKD 1213 (1507) DOSEN PEMBINA: Tony S. Chendrawan, S.T., S.E., M.Si.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012

ABSTRACT This research is done to analyze the effect of cost of good sold towards gross bruto in PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. The reduction between cost of good sold and selling equals to gross profit. The more selling increase the more cost of good sold efficiently be taken out. So as the gross profit that the company received will be increased too. So, eventhough the cost of good sold gets greater or increase, gross profit will be increased too. This research used descriptive correlational reseach method. Simple purposive sampling was used as a way to determine the samples. Using financial statement of PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk for 5 years, started from the year 2006 until 2010, as the samples. This was done in order to compare

the effect of cost of good sold towards gross profit for each year. The object of this research is annual financial statement of PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk from the year 2006 until 2010. Inside this reseach also discussed about the theory of cost of good sold, theory of profit, and theory of hypothesis as the determination of data significance. The conclution of this research is, eirther simultaneously or partially, cost of good sold take effect towards the gross profit. Keyword: cost of good sold, gross profit

I. PENDAHULUAN Kondisi perekonomian Indonesia pasca masa krisis pada akhir tahun 90-an seiring waktu mulai membaik. Kondisi perekonomian Indonesia mulai mengarah pada perbaikan, di antaranya pertumbuhan PDB yang mulai positif, laju inflasi dan tingkat suku bunga yang rendah, sehingga kondisi moneter dalam negeri juga sudah mulai stabil. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan dalam negeri yang mulai

pertambangan di Indonesia, namun PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, harus tetap memiliki perencanaan yang baik, terutama dalam membentuk laba kotor. Laba kotor di dapatkan dari mengurangkan jumlah penjualan neto dengan harga pokok penjualan, harga pokok penjualan tersebutlah yang harus dikendalikan dengan baik, sehingga

perusahaan dapat memiliki laba yang maksimal dengan biaya yang minimal. Thn 2006 2007 2008 2009 2010 Laba Kotor Rp. 1.335.073.000.000,Rp. 1.649.326.000.000,Rp. 3.530.092.000.000,Rp. 4.843.553.000.000,Rp. 3.650.166.000.000,% 23,5% 114,03% 37,2% -24,6%

bangkit dan berkembang kian hari. Keberagaman perusahaan yang berdiri di tanah air ini menimbulkan persaingan antar perusahaan di berbagai sektor. Karena tentu saja perusahaan tetap mempunyai tujuan utama, yaitu memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Untuk itu diperlukan sistem perencanaan yang matang. Disamping perencanaan karena juga harus diperhatikan tanpa

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. (http://ptba.co.id) Dari pengamatan berdasarkan laporan keuangan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, terlihat bahwa PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk memiliki kondisi keuangan yang fluktuatif, selain dapat dilihat dari laba kotor yang didapatkan setiap tahunnya, hal tersebut juga dapat dilihat dari penjualan yang

pengendaliannya,

perencanaan

pengendalian tidak akan berguna. Seperti halnya dengan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, salah satu perusahaan

penghasilkan batubara di Indonesia. Meskipun tidak banyak perusahaan yang bergerak dibidang

dilakukan serta harga pokok produksi yang dikeluarkan. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, sejak tahun 20062010. Laba kotor PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, pada tahun 2006 adalah sebesar Rp. 1.335.073.000.000,-, lalu pada tahun 2007 terjadi peningkatan laba kotor sebesar kurang lebih sekitar 23,5% dibanding laba kotor tahun 2006, hal ini dikarenakan selanjutnya, penjualan PT. yang meningkat. Bukit Ditahun Asam

meskipun pada tahun ini terjadi penurunan laba kotor. Jadi dapat disimpulkan harga pokok penjualan yang paling efisien adalah pada tahun 2010, yaitu sebesar 46,2% dari nilai penjualan bersih. Dari data diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa laba kotor PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, dengan nilai paling tinggi yaitu sebesar Rp. 4.843.553.000.000,dicapai pada tahun 2009,

Tambang

Batubara

sedangkan laba paling kecil berada di pada jumlah 1.335.073.000.000,-, di tahun 2006. Sedangkan faktorfaktor yang mempengaruhinya dapat berasal dari berbagai alokasi, namun hal yang manarik dalam laporan keuangan ini adalah keefisiensian harga pokok penjualan yang ternyata berperan besar terhadap perubahan laba kotor. Dari data dan kesimpulan yang penulis dapatkan diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas tentang harga pokok penjualan pada perusahaan tersebut serta hubungannya dengan laba kotor yang dihasilkan. Dengan dasar hal tersebut, penulis

(Persero) Tbk, kembali mangalami peningkatan dalam laba kotor yang dihasilkannya, yaitu sekitar 114,03% atau dari sebelumnya (2007) Rp. 1.649.326.000.000,menjadi Rp. 3.530.092.000.000,- di tahun 2008. Hal ini juga di sebabkan oleh peningkatan penjualan batubara, namun selain faktor itu, kenaikan laba kotor juga dikarenakan oleh faktor lain, yakni harga pokok penjualan, pada tahun ini terjadi keefisiensian dalam jumlah harga pokok penjualan yang di keluarkan, ketika pada tahun 2007 dengan penjualan Rp.

4.123.855.000.000,- harga pokok penjualan yang di tanggung adalah sebesar Rp. 2.474.529.000.000,- atau sekitar 60% dari nilai penjualan, sedangkan pada tahun 2008 penjualan terjadi sebanyak Rp.

memutuskan untuk memilih judul Pengaruh Harga Pokok Penjualan (HPP) terhadap Laba Kotor PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk dan anak perusahaan dari Tahun 2006-2010 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hubungan HPP dengan Laba Kotor Dalam pengertian secara umum, laba kotor dikatakan sebagai kelebihan penjualan bersih terhadap harga pokok penjualan. Menurut Wild, et.al (2005:120) Laba kotor merupakan pendapatan dikurangi harga pokok penjulan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa laba kotor merupakan selisih antara pendapatan bersih dengan harga pokok penjualan. pokok Jika penjualan yang meningkat maka harga penjualan

7.216.228.000.000,- dengan harga pokok penjualan yang harus dikeluarkan sebanyak 3.686.136.000.000,atau sekitar 51% dari nilai penjualan. Hal yang serupa pun terjadi pada tahun 2009, laba kotor perusahaan kembali mengalami kenaikan sebesar 37,2% dibanding laba tahun lalu, hal itu juga di karenakan oleh meningkatnya 8.947.854.000.000,penjualan penjualan namun kali menjadi ini harga Rp. pokok tahun

mengalami

kenaikan

dibanding

sebelumnya, jika pada tahun 2008 harga pokok penjualan hanya sebesar 51% dari nilai penjualan, kali ini harga pokok penjualan mengalami kenaikan menjadi 54% dari nilai penjualan. Pada tahun selanjutnya, yaitu tahun 2010, laba PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, mengalami penurunan yaitu sebesar 24,6%, dari sebelumnya Rp. 4.843.553.000.000,-

dikeluarkan akan semakin efisien. Sehingga laba kotor yang didapat akan semakin besar. Berdasarkan pengertian diatas kami menyimpulkan bahwa harga pokok penjualan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam perhitungan laba kotor.

menjadi Rp. 3.650.166.000.000,-. Namun nilai harga pokok penjualan pada tahun ini, hanya sekitar 46,2% dari nilai penjualan yang diperoleh, hal ini menunjukkan harga pokok penjualan dengan yang lebih efisien bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya

2.2 Teori Harga Pokok Penjualan (HPP) Harga pokok penjualan menurut Niswonger dan Warren yang diterjemahkan ke bahasa indonesia oleh Sirait (2000:155), "Harga pokok penjualan (Cost Of Goods Sold) adalah biaya untuk memproduksi barang yang terjual." Harga pokok penjualan menurut Muliadi (2001) dalam buku yang berjudul Akuntansi Biaya 1 adalah harga pokok yang dikenakan pada suatu barang akibat dari proses produksi. 2.3 Teori Laba Menurut Stice, et.al (2004:226) Laba adalah hasil dari investasi. Definisi lebih luas adalah jumlah yang dapat diberikan kepada investor (sebagai hasil investasi) dan kondisi perusahaan diakhir periode masih sama baiknya atau kayanya dengan diawal periode. Laba terdiri dari lima jenis diantaranya :

4) Laba dari operasi berjalan Menurut Wild, et.al (2005:25) Laba dari operasi berjalan merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak. 5) Laba Bersih Menurut Stice, et.al (2004:258) Laba bersih adalah laba atau rugi operasi berkelanjutan dikombinasikan dihentikan, kumulatif pos dengan luar hasil operasi dan yang

biasa,

pengaruh

dari perubahan prinsip akuntansi,

member pemakai laporan ikhtisar pengukur kinerja perusahaan untuk periode berjalan.

2.4 Teori Hipotesis Menurut Sumadi Suryabrata (2004 : 21) hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara emperis. Menurut Suharsimi Arikunto, jenis Hipotesa

1) Laba Kotor Menurut Wild, et.al (2005:120) :Laba kotor merupakan pendapatan dikurangi harga pokok penjualan. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan. 2) Laba Operasi Menurut Stice, et.al (2004:243) Laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas

penelitian pendidikan dapat di golongkan menjadi dua yaitu: 1. Hipotesa Kerja, atau disebut juga dengan Hipotesa alternatif (Ha). Hipotesa kerja

menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipotesis kerja biasa dikenal dengan H1. 2. Hipotesa Nol (Null hypotheses) Ho. Hipotesa nol sering juga disebut Hipotesa statistik,karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Bertolak pada pemikiran diatas dapat penulis kemukakan bahwa dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis kerja dan hipotesis nihil (nol).

operasinya. 3) Laba Sebelum Pajak Menurut Wild, et.al (2005:25), Laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak

III. METODA PENELITIAN 3.1 Sampel dan Prosedur Populasi dari penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan dari PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk dan anak perusahaannya. Namun pada penelitian kali ini kami hanya akan mengambil

penghasilan.

sampel yang terdiri dari data keuangan PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk dan anak

Ho : HPP tidak berpengaruh terhadap laba kotor H1 : HPP berpengaruh terhadap laba kotor Adapun persamaan yang diperoleh dari proses analisis adalah sebagai berikut: Y= -1.883.718,344 + 1,461X Errorvar. = 0,117 , R = 0.940, R2 = 0,883

perusahaan dari tahun 2006-2010 saja. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan penelitian dan pengambilan data yang terbatas. 3.2 Pengujian Hipotesis Pengujian dengan menguji hipotesis pola dalam hubungan penelitian antara ini Nilai R atau koefisien determinasi sebesar 0,883 memperlihatkan besarnya pengaruh Harga Pokok Produksi (X) terhadap laba kotor secara keseluruhan yaitu sebesar 1,461. Sementara itu, nilai errorval yaitu sebesar 0,117 memperlihatkan besarnya pengaruh faktor lain di luar harga Pokok penjualan secara 3.3 Model Penelitian Hubungan struktur alur antar variabel x sebagai variabel independen dan y sebagai variabel dependen dapat diigambarkan sebagai berikut: keseluruhan terhadap laba kotor yaitu sebesar 0,117. Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh Harga Pokok Penjualan secara keseluruhan terhadap laba kotor secara keseluruhan, maka dilakukan uji F. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
2

menggunakan metode analisis regresi sederhana, yaitu variabel Dengan independen dengan variabel dependen.

pertimbangan bahwa pola hubungan dalam penelitian adalah bersifat korelatif dan kausalitas.

Kesimpulan Pengujian Secara Keseluruhan Nilai F 22.689 Probabilitas 0.018a Kesimpulan Signifikan

Pada uji anova menghasilkan nilai F hitung sebesar

X
yx1

22.689, dan nilai signifikan sebesar 0,018. Pada ketentuan uji anova apabila tingkat signifikasi: >0,05 : Ho diterima dan H1 ditolak

Gambar 1 Model Hubungan Antar Variabel Dengan x adalah Harga Pokok Penjualan PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk dan anak perusahaan dari tahun 2006-2010. Sedangkan y adalah laba bersih PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk dan anak perusahaan dari 2006-2010. IV. Hasil penelitian 4.1 Pengaruh Harga Pokok Penjualan(HPP) terhadap Laba Kotor secara simultan. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi sederhana. Dalam masalah ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

<0,05 : Ho ditolak dan H1 diterima Maka pada uji kali ini, karena nilai probabilitasnya <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima, Dengan kata lain, secara simultan harga pokok penjualan memiliki pengaruh yang signifikasi terhadap laba kotor. 4.2 Pengaruh Harga Pokok Penjualan terhadap Laba Kotor secara Parsial. Koefisien regresi berfokus pada harga pokok

penjualan (X) adalah 1,461 hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan variable X sebesar satu satuan nilai akan meningkatkan laba kotor (Y) sebesar 1,461 satu satuan nilai dengan asumsi variable lain adalah konstan.

Dengan kata lain, ketika nilai X = 0 atau konstan maka nilai Y= -1.883.718,344, dan ketika nilai X = 1 maka nilai Y juga akan naik sebesar 1,461 satuan atau (-1.883.718,344 + 1,461(1)), hal ini terjadi karna pada persamaan diatas, nilai X memiliki nilai positif sehingga ketika terjadi penambahan pada nilai X maka nilai Y pun akan ikut bertambah dengan sendirinya. Dari persamaan yang didapat melalui perhitungan SPSS, dapat kita ketahui hasil pengujian secara parsial antara harga pokok penjualan (X) dengan laba kotor (Y) yaitu dengan cara membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Apabila nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel maka dapat disimpulkan pengujian signifikan dan Harga Pokok Penjualan berpengaruh terhadap laba kotor PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Sebaliknya bila thitung lebih kecil daripada ttabel, maka pengujian tidak signifikan atau harga pokok penjualan tidak mempengaruhi laba kotor PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Dari persamaan diatas dapat dilihat nilai thitung sebesar 4,763. Bila dibandingkan dengan nilai ttabel (2,776) dapat kita simpulkan bahwa secara parsial variabel harga pokok penjualan (X) berpengaruh terhadap laba kotor (Y). Nilai thitung 4,763

Kesimpulan Pengujian Nilai ttabel 2,776 Kesimpulan Signifikan

Dari table diatas terlihat bahwa X memiliki pengaruh yang signifikan (thitung
>

ttabel ). Artinya, apabila terjadi

perubahan sedikit saja pada variabel X (harga pokok penjualan), maka akan langsung terjadi perubahan yang berarti pada Y (laba kotor). V. Kesimpulan

Pada penelitian ini dibahas mengenai pengaruh harga pokok penjualan terhadap laba kotor. Adapun kesimpulan yang didapatkan adalah: (1) pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, terjadi kenaikan harga pokok penjualan secara terus menerus dari tahun 2006-2010, berbeda dengan laba kotor yang mengalami penurunan di tahun 2010. (2) setelah melakukan pengujian, didapatkan hasil R = 0,940, ini menandakan bahwa terjadi korelasi positif kuat antara harga pokok penjualan dengan laba kotor. (3) menurut data yang didapatkan juga menunjukkan nilai R2 = 0,883, hal ini mengindikasikan bahwa laba kotor dipengaruhi oleh harga pokok penjualan sebesar 88,3%, sedangkan 11,7% lainnya adalah dipengaruhi oleh

4.3 Uji Hipotesis Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan

faktor lain. (4) setelah dilakukan pengujian, didapatkan kesimpulan bahwa secara simultan ataupun parsial harga pokok penjualan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba kotor atau dapat dikatakan harga pokok penjualan mempengaruhi laba kotor.

besarnya nilai thitung yang dihasilkan melalui perhitungan dengan bantuan software SPSS 17. Secara keseluruhan dari tabel tersebut kita dapat melihat nilai thitung, yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai ttabel. Apabila nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel maka dapat disimpulkan pengujian signifikan dan Harga Pokok Penjualan berpengaruh terhadap laba kotor PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Sebaliknya bila thitung lebih kecil daripada ttabel, maka pengujian tidak signifikan atau harga pokok penjualan tidak mempengaruhi laba kotor PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.

VI. REFERENSI Mulyadi. 2001. Akuntansi Biaya 1. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Niswonger, C. Rollin et. al. 2000. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Jakarta: Erlangga. Sofyan Syafri Harahap. 2004. Teori Akuntansi. Jakarta: Rajawali Pers. Stice, et.al. 2004. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Salemba Empat.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sumadi Suryabrata. 2004. Metodologi Penelitian.

Jakarta: Rajawali Pers. Sutrisno Hadi. 1998. Metode Penelitian ( Pendekatan Penelitian ). Jakarta: Rineka Cipta. Wild, Jhon, et. al. 2005. Financial Statement Analysis. Alih Bahasa Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap. Jakarta: Salemba Empat. http://ptba.co.id diakses pada 24 November 2012.

You might also like