Academia.eduAcademia.edu

Alternatif Tipe Bangunan Pantai Pengendali Sedimen dan Erosi

Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah pesisir yang kaya dan beragam akan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan. Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km termasuk negara kedua yang memiliki garis pantai terpanjang setelah Kanada. Luas wilayah laut negeri kita, termasuk didalamnya zona ekonoli ekslusif, mencakup 5,8 juta kilometer persegi, atau sekitar tiga perempat dari luas keseluruhan wilaya Indonesia (Dahuri 2002). Dengan kenyataan seperti itu sumber daya pesisir dan lautan Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan Indonesia yang sangat potensial disamping sumber daya alam darat. Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara laut dan daratan yang merupakan 15 % daratan bumi. Wilayah ini sangat potensial sebagai modal dasar pembangunan Indonesia sebagai tempat perdagangan dan transportasi, perikanan, budidaya perairan, pertambangan serta pariwisata. Wilayah pesisir Indonesia sangat potensial pula untuk dikembangkan bagi tercapainya kesejahteraan umum apabila pengelolaannya dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan, dengan memperhatikan faktor-faktor yang berdampak terhadap lingkungan pesisir. Dalam wilayah pesisir ada banyak faktor yang berdampak diantaranya: pertumbuhan penduduk dunia yang besar, kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentasi, ketersediaan air bersihdan pemanfaatan sumber daya laut yang berlebihan. Untuk menjaga agar daya dukung wilayah pesisir tidak mengalami penurunan yang besar maka perlu diperhatikan pula faktor-faktor yang brdampak terhadap lingkungan pesisir.

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah pesisir yang kaya dan beragam akan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan. Negara kepulauan yang  memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km termasuk negara kedua yang memiliki garis pantai terpanjang setelah Kanada. Luas wilayah laut negeri kita, termasuk didalamnya zona ekonoli ekslusif, mencakup 5,8 juta kilometer persegi, atau sekitar tiga perempat dari luas keseluruhan wilaya Indonesia (Dahuri 2002). Dengan kenyataan seperti itu sumber daya pesisir dan lautan Indonesia merupakan salah satu modal dasar pembangunan Indonesia yang sangat potensial disamping sumber daya alam darat. Wilayah pesisir adalah wilayah interaksi antara laut dan daratan yang merupakan 15 % daratan bumi. Wilayah ini sangat potensial sebagai modal dasar pembangunan Indonesia sebagai tempat perdagangan dan transportasi, perikanan, budidaya perairan, pertambangan serta pariwisata. Wilayah pesisir Indonesia sangat potensial pula untuk dikembangkan bagi tercapainya kesejahteraan umum apabila pengelolaannya dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan, dengan memperhatikan faktor-faktor yang berdampak terhadap lingkungan pesisir. Dalam wilayah pesisir ada banyak faktor yang berdampak diantaranya: pertumbuhan penduduk dunia yang besar, kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentasi, ketersediaan air bersihdan pemanfaatan sumber daya laut yang berlebihan. Untuk menjaga agar daya dukung wilayah pesisir tidak mengalami penurunan yang besar maka perlu diperhatikan pula faktor-faktor yang brdampak terhadap lingkungan pesisir. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan sedimen? Apa yang dimaksud dengan erosi? Apa-apa saja tipe bangunan pelindung pantai? Bagaimana penyebab terjadinya erosi pantai? Maksud dan Tujuan Mencari alternatif pemecahan terhadap permasalahan sedimen dan erosi dan menentukan konsep penanggulangan sedimen dan erosi yang tepat. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sedimen Progradasi (sedimentasi) adalah proses perkembangan gisik, gosong atau bura ke arah laut melalui pengendapan sedimen yang dibawa oleh hanyutan litoral (Setiyono, 1996). Bentuk-bentuk endapan yang utama dari gelombang dan arus sepanjang pantai adalah: beach, bars, spits, tombolo, tidal delta, dan beach ridges. Adapun bentuk lahan yang terbentuk karena peristiwa sedimentasi antara lain: Beach Banyak bahan-bahan yang dikikis dari tanjung-tanjung tidak terbawa keluar dan masuk ke dalam air yag lebih dalam, tetapi dihanyutkan oleh arus pasang yang datang ke bagian head (tanjung) dan sides (sisi) teluk sehingga terbentuk “Bay Head Beach” dan “Bay Side Beach”. (Hallaf, 2006). Bars Bar adalah gosong-gosong pasir penghalang gelombang yang terbentuk oleh endapan dari gelombang dan arus. Bar merupakan bagian dari beach, yang tampak pada saat air surut Spit Biasanya arus yang masuk ke dalam sebuah teluk lebih kuat daripada arus yang keluar menuju ke laut. Akibatnya ujung spit yang pada laut terbuka (pada mulut teluk) menjadi melengkung masuk arah ke teluk. Spit yang demikian disebut “Recurved Spit”. Spit yang melengkung, yang terbentuk pertama, biasanya mempunyai lengkungan yang lebih hebat daripada spit melengkung yang terbentuk berikutnya. Tombolo Tombolo ialah bar yang menghubungkan sebuah pulau dengan daratan utama. Tombolo itu ada yang single, double, triple; dan ada pula yang berbentuk huruf “V”, yaitu apabila pulau dihubungkan dengan daratan oleh dua bar. Kompleks tombolo terbentuk bila beberapa pulau dipersatukan dengan yang lain dan dengan daratan oleh sederetan bars (Hallaf, 2006). Tidal Inlet dan Tidal Delta Kebanyakan off shore bars (spit) tidak mempunyai sifat yang bersambungan, tetapi diantarai atau diselingi oleh terusan-terusan yang dikenal sebagai “tidal inlets”. Tidal inlets ini merupakan pintu-pintu tempat keluar dan masuknya air laut antara laut bebas dengan lagoon sesuai dengan gerak pasang-surut. Jumlah dan tempat inlets atau teluk-teluk dapat memberi hubungan langsung dengan long shore currents karena arus ini adalah tetap membawa muatan material untuk membangun bars. Arus pasang-surut yang keluar-masuk pada tidal inlets membawa pasir masuk ke dalam lagoon dan juga pasir ke luar laut. Arus yang masuk itu kemudian mengendapkan material muatannya ke dalam lagoon di mulut inlets dan membentuk delta; dan disebut “Tidal Delta”. Hampir semua bars menahan sebuah deretan delta yang terbentuk pada sisi dari lagoon. (Hallaf, 2006). Beach Ridges Beach ridge (punggung / bukit-bukit tepi pantai) menggambarkan kedudukan yang dicapai dari majunya garis pantai. Tekanan-tekanan atau depression yang terjadi antara bukit-bukit atau ridges dikenal sebagai Swales, Slashes or furrows. Ridges dan swales dapat terjadi pada sembarang pantai. Ada tiga cara terbentuknya Beach Ridges ini, yaitu: Menurut Gilbert, bahan-bahan dari pasir yang dihanyutkan oleh arus dilemparkan oleh gelombang dari arah laut pada sisi-sisi dari beach. Adanya bukit-bukit itu menunjukkan adanya angin ribut yang luar biasa. Menurut Beaumont  dan Davis; materi-materi itu dihanyutkan dari dasar laut, di mana dasar laut telah diperdalam; kemudian ridges itu lebih banyak tergantung pada kekuatan dan keaktifan gelombang. Sederetan bukit-bukit dapat terbentuk pada ujung dari sebuah Compound recurved spit oleh tambahan dari spit yang berhasil berkembang ke samping – arah ke laut. Pengertian Erosi Erosi pantai atau sering juga disebut abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Abrasi dapat terjadi karena dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Proses terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan oleh angin yang bertiup di atas lautan yang menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga mempunyai kekuatan untuk mengikis daerah pantai. Selain faktor alam, abrasi juga disebabkan oleh faktor manusia, misalnya penambangan pasir. Tipe Bangunan Pelindung Pantai Metode Proteksi Rekayasa Lunak Model-model pekerjaan teknis yang termasuk katagori rekayasa lunak (soft engineering) sebagai berikut : Retreat Metode retreat menghendaki adanya zona penyangga antara bangunan dan garis pantai, cocok untuk kawasan pesisir yang masih belum padat ataupun masih belum dikembangkan. Beach nourishment Salah satu dari penyebab garis pantai mundur ke arah daratan, kondisi ini dapat ditanggulangi dengan cara mengisi pasir baru di kawasan pantai tersebut. Artificial reef Metode ini menirukan fungsi karang (coral) sebagai peredam energi dan sebagai tempat berkembang biak biota laut. Beach planting (mangrove atau karang laut) Beach planting atau penanaman pantai, terutama dilakukan dalam rangka untuk merestorasi pantai yang mengalami kerusakan akibat campur tangan manusia yang berlebihan. Mangrove adalah jenis tanaman pantai yang banyak dipakai dalam metoda ini. Penanaman mangrove telah banyak diusahakan di berbagai tempat di Indonesia. Hutan mangrove mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, dan memberikan sumbangan bahan organik bagi perairan di sekitarnya. Ada 3 parameter lingkungan utama yang mempengaruhi kelestarian hutan mangrove, yaitu: Pasokan air tawar dan salinitas, ketersediaan air tawar bergantung pada Frekuensi dan volume air dari sungai dan irigasi tanaman Frekuensi dan volume air dari pertukaran pasang surut Pasokan nutrien Stabilitas substrat. Dewatering Prinsip kerjanya adalah mereduksi tekanan air pada swash zone, sehingga lereng pada zona tersebut menjadi lebih stabil, dan ketika aliran menggenanginya tidak ada sediment yang terbawa oleh air. Metode Proteksi Rekayasa Keras Model-model pekerjaan teknis yang termasuk katagori rekayasa keras (hard engineering) sebagai berikut : Revetment, Seawall, dan Bulkhead Tipe bangunan pelindung pantai ini dibangun langsung di dekat perbatasan antara daratan dengan air, dan sejajar dengan garis pantai. Groin Groin berfungsi untuk menstabilisasi pantai, menahan laju sediment yang bergerak sejajar pantai, dan menjaga agar lebar berm tidak berkurang. Detached Breakwater Detached Breakwater atau offshore breakwater berfungsi mengurangi energi gelombang yang datang dari lepas pantai ke pantai, sehingga akan mengurangi erosi. Headland Control Metode ini memanfaatkan keseimbanagan garis pantai alami (garis pantai stabil). Untuk gelombang yang arah datangnya didominasi oleh satu arah, metode ini cukup efektif dan murah untuk digunakan. Aplikasi headland control di pantai dapat menggunakan detached break water atau offshore breakwater. Penyebab Terjadinya Erosi Faktor Alamiah Erosi air laut atau yang dinamakan dengan abrasi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor- faktor yang datang dari alam. Dan faktor- faktor tersebut hampir tidak bisa dielakkan. Hal ini karena laut mempunyai secam siklusnya masing- masing, dimana pada suatu periode angin bertiup sangat kencang dan menciptakan gelombang serta arus yang tidak kecil. Beberapa faktor alamiah yang dapat menyebabkan erosi air laut antara lain adalah sebagai berikut: Pasang Surut Air Laut Pasang surut air laut menjadi penyebab pertama terjadinya erosi air laut. Pasang surut air laut ini pastilah merupakan hal yang akan terjadi pada lautan. Hal ini karena pasang surut air laut merupakan bagian dari siklus lautan itu sendiri. Pasang surut air laut ini akan menjadi penyebab terjadinya erosi karena kekuatan yang ditimbulkannya. Angin di Atas Lautan Penyebab terjadinya erosi air laut yang selanjutnya adalah angin yang bertiup di atas lautan. Lautan memang merupakan daerah yang mempunyai banyak sekali angin. Oleh karena itulah seringkali ada angin yang bertiup di atas lautan tersebut. Adapun angin yang membawa dampak terjadinya erosi air laut ini merupakan angin yang bertiup kencang. Hal ini karena angin yang berhembus kencang tersebut akan memicu terjadinya gelombang yang besar. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan abrasi, karena pada akhirnya gelombang tersebut akan menghantam bibir pantai. Gelombang yang besar ini menghantam bibir pantai dan bisa mengakibatkan pengikisan pada tanah atau pasir, dan bahkan pada batuan atau karang yang berada di pinggir pantai. Arus Laut yang Berkekuatan Penyebab erosi air laut yang selanjutnya adalah arus laut yang berkekuatan atau arus laut yang kuat. Arus laut yang kuat juga akan menyebabkan terjadinya erosi air laut atau abrasi hal ini karena kekuatannya yang mampu membuat tanah maupun batuan terkikis. Selain itu gelombang laut yang terkadang mengangkut benda- benda padat juga bisa membentur ke karang sehingga lama kelamaan akan menyebabkan terkikisnya karang tersebut. Ketidakseimbangan Ekosistem Penyebab abrasi dari ulah manusia yang pertama adalah ketidakseimbangan ekosistem air laut. Ketidakseimbangan ini bisa berasal dari eksploitasi besar besaran terhadap kekayaan laut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan dan pengikisan. Pemanasan Global Pemanasan global juga merupakan penyebab terjadinya abrasi atau erosi air laut. Kita semua mengetahui penyebab pemanasan global yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia. Oleh karena itulah apabila aktivitas manusia yang merugikan selalu terjadi maka hal ini akan menjadikan abrasi lebih cepat terjadi. PEMECAHAN MASALAH Metode Pemecahan Masalah Berikut ini diberikan beberapa alternatif penanggulangan erosi pantai. alternatif bangunan dibuat sebagai penahan gelombang, agar gelombang tersebut tidak langsung mengenai daratan atau pantai dan juga sebagai pelindung muara dari sedimen litoral sejajar pantai. Untuk itu diberikan alternatif penyelesaian masalah yang merupakan kombinasi dari bangunan pengaman pantai dan struktur organik, yang diberikan ilustrasinya pada gambar: No. Nama Bangunan Biaya Pelaksanaan Pemeliharaan 1. Rouble Mount Murah Cukup Sulit Cukup Sulit 2. Tembok Laut Mahal Sulit Mudah 3. Revetmen Murah Mudah Mudah 4. Turap penahan Murah Cukup Sulit Cukup Sulit 5. Penanaman Bakau Murah Mudah Mudah Sumber : Dinas PU Lampung (didapat CV Sejaya Samudera) Kerangka Pikir Bangunan pengaman pantai pada daerah erosi cukup diatasi dengan bangunan revetment tipe susunan batu kosong, karena pada saat datang gelombang sudah pecah, sehingga dimensi yang diperlukan tidak terlalu besar. Dari hasil analisa sebaiknya digunakan bangunan revetment karena berdasarkan analisis kelayakan bangunan yang pernah dilakukan bangunan yang paling memenuhi syarat adalah revetment, karena selain murah bila dibandingkan dengan tembok laut, struktur bangunan ini merupakan teknologi tepat guna karena bahannya tersedia di lokasi dan dapat dikerjakan sendiri oleh masyarakat. Revetment atau perkuatan lereng merupakan bangunan yang ditempatkan pada suatu lereng yang berfungsi melindungi suatu tebing alur pantai atau permukaan lereng dan secara kesuluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur pantai atau tubuh tanggul yang dilindungi. Secara khusus, dinding pantai atau revetment juga dapat didefinisikan sebagai bangunan yang memisahkan daratan dan perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai dinding pelindung pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat di belakang bangunan. Permukaan bangunan yang menghadap arah datangnya gelombang dapat berupa sisi vertikal atau miring. Dinding pantai biasanya berbentuk dinding vertikal sedangkan revetment mempunyai sisi miring. Revetment ditempatkan di tebing pantai untuk menyerap energi air yang masuk guna melindungi suatu tebing alur pantai atau permukaan lereng tanggul terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Klasifikasi Revetment Klasifikasi berdasarkan lokasi Perkuatan lereng tanggul (levee revetment) Dibangun untuk melindungi tanggul terhadap gerusan gelombang pantai. Perkuatan tebing sungai (low water revetment) Berfungsi untuk melindungi tebing dari gerusan gelombang dan   mencegah proses meander pada tebing pantai. Dan bangunan ini akan terendam air seluruhnya pada saat banjir. Perkuatan lereng menerus (high water revetment) Dibangun pada lereng tanggul dan tebing secara menerus atau pada bagian pantai yang tidak ada bantarannya. Berdasarkan perlindungan alur arah horizontal Perkuatan tebing secara langsung dan tidak langsung: Struktur kaku dari beton bertulang atau pasangan batu kali; Struktur lentur dari bronjong batu, pasangan blok beton terkunci, batu  curah (dumpstone). Perkuatan tebing secara langsung: Penggunaan perkuatan tebing secara langsung jika palung sungai belum terlanjur berpindah ke kondisi yang tidak menguntungkan, dan lahan di sisi luar palung diharapkan sama sekali tidak boleh tergerus oleh aliran sungai. Perkuatan tebing secara tidak langsung: Struktur tiang pancang beton, besi, kayu atau bambu; Struktur krib bronjong batu atau blok beton terkunci, krib bambu dikombinasi dengan tanaman bambu/tanaman yang lain. Penggunaan perkuatan tebing secara tidak langsung jika palung sungai sudah terlanjur pada kondisi yang kurang menguntungkan sehingga perlu diubah/dikendalikan ke kondisi yang lebih baik. Bahan Revetment Bangunan revetment ditempatkan sejajar atau hampir  sejajar dengan garis pantai dan bisa terbuat dari pasangan batu, beton, tumpukan pipa (buis) beton, turap, kayu atau tumpukan batu. Dalam perencanaan dinding pantai atau revetment perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air baik di depan maupun di belakang bangunan, ketersediaan bahan bangunan dan sebagainya. Ada dua kelompok revetment, yaitu permeable dan impermeable. Permeable Revetment Open filter material (rip rap) Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam atau batu buatan yang dilapisi filter pada bagian dasar bangunan. Stone pitching Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam saja dengan lapisan filter pada bagian dasar bangunan. Concrete block revetment Yaitu revetment yang terbuat dari blok beton dengan ukuran tertentu dan lapisan filter pada bagian dasar bangunan. Impermeable Revetment Aspalt revetment Yaitu revetment yang bahannya dari aspal pada tebing yang dilindungi. Bitumen grouted stone Yaitu revetment yang terbuat dari blok beton yang diisi oleh aspal (spaesi aspal). Beberapa contoh bahan penyusun revetment secara umum antara lain: Revetment dari susunan blok beton Bangunan masif ini digunakan untuk menahan gelombang besar dan tanah dasar relatif kuat (misalnya terdapat batu karang). Selain itu bangunan ini juga digunakan untuk melindungi bangunan (jalan raya) yang berada sangat dekat  dengan garis pantai. Revetment dengan turap baja Bangunan ini didukung oleh fondasi tiang dan dilengkapi dengan turap baja yang berfungsi untuk mencegah erosi tanah fondasi oleh serangan gelombang dan piping oleh aliran air tanah. Selain itu kaki bangunan juga dilindungi dengan batu pelindung. Fondasi bangunan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari terjadinya penurunan tidak merata yang dapat menyebabkan pecahnya konstruksi. Revetment dengan sisi tegak Bangunan ini dapat juga dimanfaatkan sebagai dermaga untuk merapat/bertambatnya perahu-perahu/kapal kecil pada saat laut tenang. Untuk menahan tekanan tanah dibelakangnya, turap tersebut diperkuat dengan angker. Kaki bangunan harus dilindungi dengan batu pelindung. Revetment dari tumpukan bronjong Bronjong adalah anyaman kawat berbentuk kotak yang didalamnya diiisi batu. Bangunan ini bisa menyerap energi gelombang, sehingga elevasi puncak bangunan bisa rendah (runup kecil). Kelemahan bronjong adalah korosi dari kawat anyaman, yang merupakan faktor pembatas dari umur bangunan. Supaya bisa lebih awet, kawat anyaman dilapisi dengan plastic (PVC). Revetment dari tumpukan batu pecah Bangunan ini biasanya dibuat dalam beberapa lapis. Lapis terluar merupakan lapis pelindung yang terbuat dari batu dengan ukuran besar yang direncanakan mampu menahan serangan gelombang. Lapis di bawahnya terdiri dari tumpukan batu dengan ukuran lebih kecil. Bangunan ini merupakan konstruksi fleksibel yang dapat mengikuti penurunan atau konsolidasi tanah dasar. Kerusakan yang terjadi, seperti longsornya batu pelindung, mudah diperbaiki dengan menambah batu tersebut. Oleh karena itu diperlukan persediaan batu pelindung di dekat lokasi bangunan. Revetment dari tumpukan pipa (buis) beton Bangunan pelindung pantai dari susunan pipa beton telah banyak digunakan di Indonesia. Bangunan ini terbuat dari pipa beton berbentuk bulat, yang banyak dijumpai di pasaran dan biasanya digunakan untuk membuat gorong-gorong, sumur gali, dan sebagainya. Pipa tersebut disusun secara berjajar atau bertumpuk dan didalamnya dapat diisi dengan batu atau beton siklop. Teknik Permasalahan Masalah Gambar di atas adalah revetment dari tumpukan batu pecah yang dibuat dalam beberapa lapis. Lapis terluar merupakan lapis pelindung terbuat dari batu dengan ukuran besar yang direncanakan mampu menahan seranggan gelombang. Lapis di bawanya terdiri dari tumpukan batu dengan ukuran yang lebih kecil. Bangunan ini merupakan konstruksi fleksibel yang dapat mengikuti penurunan atau konsolidasi tanah dasar. Kerusakan yang terjadi seperti longsornya batu pelindung, mudah diperbaiki dengan menambah batu pelindung tersebut. Oleh karena itu diperlukan persediaan baut pelindung di lokasi bangunan.  Dalam perencanaan dinding pantai atau revetment perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air baik di depan maupun di belakang bangunan. Filosofi dan Parameter Disain Dalam menyelesaikan permasalahan proteksi pantai (coastal), filosofi perancangannya adalah mula-mula menghargai dan kemudian meningkatkan metode-metode alamiah untuk melindungi garis pantai. Filosofi tersebut dapat dipenuhi dengan jalan menghindarkan gaya-gaya destruktif dari gelombang besar laut menumbuk langsung (head-on). Selanjutnya perhatian dapat diarahkan pada zona-zona yang berenergi lebih rendah seperti dasar laut di sekitar pantai, berm, dan pada perlindungan pantai-pantai stabil. Parameter-parameter yang mempengaruhi kebanyakan desain adalah muka air laut dan gelombang-gelombang yang terjadi; biasanya dapat ditentukan dengan bantuan tabel-tabel perencanaan. Umumnya prediksi gelombang tersebut perlu diberi angka pengaman terhadap kemungkinan variasi tekanan atmosfer atau akibat angin, yang untuk kondisi-kondisi ekstrim dapat mencapai 2,0 m. Kondisi-kondisi gelombang di suatu lokasi dapat ditentukan menggunakan teknik-teknik spektral, (permukaan laut dianggap sebagai paduan acak dari tinggi gelombang dan periode), atau suatu gelombang deterministik tunggal yang mengandung suatu energi ekivalen tertentu dengan periode Ts dan tinggi gelombang signifikan Hs. Yang terakhir tersebut adalah suatu ‘wakil statistik’ dari tinggi gelombang rerata dari satu sepertiga kali gelombang tertinggi yang diukur dalam suatu periode tertentu. Hs juga berkorelasi sangat baik dengan perkiraan visual terhadap ‘tinggi gelombang rerata’. Pendekatan deterministik biasanya diambil untuk keperluan perancangan kasar dan digunakan di sini untuk memilih parameter-parameter gelombang yang dapat diperoleh dari tiga jenis informasi, yaitu : Pengukuran gelombang langsung. Pengukuran gelombang langsung memerlukan penggunaan alat pengukur lepas pantai, misalnya pelampung gelombang (wave rider buoy). Data dari pelampung pengukur tersebut dikonversikan ke dalam kondisi pantai dan diekstrapolasikan untuk memberikan tinggi gelombang rencana yang sesuai untuk usia rencana struktur yang ditinjau. Data angin. Jika tidak diperoleh data pengukuran langsung, data angin dapat pula dipergunakan untuk menaksir tinggi gelombang lepas pantai, menggunakan berbagai persamaan empiris. Untuk tujuan perancangan, suatu prosedur yang disederhanakan adalah sbb. : pilih periode ulang yang terkait dengan usia layan struktur; analisislah data angin untuk menentukan rerata kecepatan angin setiap jam menurut periode ulangnya; tentukan fetch efektif untuk setiap arah kompas; dapatkan kondisi-kondisi gelombang lepas pantai (Hso, Ts) Dalam rangka menentukan kondisi-kondisi gelombang di lokasi, adalah perlu untuk memperhitungkan efek-efek modifikasi akibat kedalaman air yang semakin dangkal ketika gelombang semakin mendekati pantai. Dua efek modifikasi ini adalah refraksi gelombang dan ‘shoaling’ gelombang. Kedua efek tersebut menjadikan ekspresi Hs efektif sbb. : Hs = Kr.Ks.Hso Koefisien refraksi Kr memperhitungkan modifikasi tinggi gelombang akibat penyebaran atau penggabungan gelombang ketika mendekati kontur dasar laut yang semakin dangkal. Nilai Kr karenanya adalah khas untuk setiap lokasi. Untuk garis pantai yang lurus dan kontur dasar laut paralel, tinggi gelombang cenderung mengecil. Sementara itu untuk garis pantai yang menjorok ke laut akan mengalami efek yang sebaliknya. Nilai-nilai yang teliti dapat diperoleh lewat analisis refraksi, tetapi untuk keperluan estimasi kasar dapat dianggap Kr mendekati 1,0. Umumnya berlaku : 0.5 < Kr < 1.0 embayment, garispantai lurus 1.0 < Kr < 1.5 promontory, garispantai menjorok Koefisien shoaling (Ks) memperhitungkan modifikasi tinggi gelombang akibat perubahan kedalaman air ketika mendekati garis pantai. Daftar Pusataka https://dhamadharma.wordpress.com/2010/04/19/analisis-proses-sedimentasi-yang-terjadi-akibat-adanya-breakwater-di-pantai-balongan-indramayu/ http://dhayatgeo.blogspot.co.id/2011/12/abrasi-dan-sedimetasi-pantai.html http://ilmugeografi.com/bencana-alam/erosi-air-laut https://fadlysutrisno.wordpress.com/2010/07/20/revetment/ http://operator-it.blogspot.co.id/2013/11/bangunan-pelindung-pantai-bagian-2.html ALTERNATIF TIPE BANGUNAN PANTAI SEBAGAI PENGENDALIAN SEDIMEN DAN EROSI DISUSUN OLEH: ZAFIERA PARASWATY DJALLE 10581223614 JURUSAN SIPIL PENGAIRAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2017