KONSEP TATA LETAK AKOMODASI PENUMPANG PADA INTERIOR KERETA
API EKONOMI JARAK MENENGAH
Basir Ibrahim, Andar Bagus Sriwarno, Yannes Martinus Pasaribu
Magister Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan elemen-elemen desain pada interior kereta
api ekonomi yang tidak berfungsi secara optimal, terutama pada kereta jurusan Surabaya –
Madiun. Tujuan penelitian yang diperoleh adalah untuk menemukan kriteria desain pada
elemen-elemen interior kereta ekonomi di jalur Surabaya – Madiun yang sesuai dengan
perilaku penumpang berdasarkan sistem tata letak akomodasi penumpang. Studi kasus utama
yang dijadikan sebagai obyek penelitian pada Kereta Api Arjuna Ekspres jurusan Madiun –
Surabaya. Peneliti melakukan observasi partisipatif sebagai tahap awal melakukan
pengamatan terhadap aktivitas penumpang, kemudian menggunakan analisis statistik tabulasi
silang untuk mengidentifikasi karakteristik dan kecenderungan penumpang berdasarkan hasil
survey kuesioner. Teori dari Elizabeth D. Hutchison tentang perilaku manusia dan John
Cresswell mengenai triangulasi data digunakan untuk menganalisis aktivitas penumpang
terhadap penggunaan elemen desain interior kereta ekonomi. Manfaat penelitian adalah untuk
memperoleh deskripsi mengenai karakter dan perilaku penumpang kereta kelas ekonomi yang
dapat dijadikan sebagai referensi bagi manufaktur dan operator kereta api dalam perancangan
konsep desain konfigurasi interior kereta kelas ekonomi di jalur Surabaya – Madiun.
Kata kunci: desain interior, perilaku penumpang, sistem tata letak akomodasi
ABSTRACT
The background of this research is the use of design elements of economic class railcar
interior that isn’t use optimally, especially in the corridor of Surabaya – Yogyakarta City.
The research objective is to define the obtained design criteria of interior elements in the
economic railcar Surabaya - Madiun in accordance with the passenger's behavior based on
lopas (layout of passenger accommodation system). The main case studies that serve as the
object of research on Arjuna Ekspres Railcars majors Madiun - Surabaya. Researchers
conducted participant observation as a preliminary stage to make observations on the
activity of the passenger, then use statistical analysis to identify the characteristics of crosstabulation and tendency passengers based on the results of the survey questionnaire.
Elizabeth D. Hutchison theories of human behavior and John Cresswell on triangulation of
data used to analyze the activity of the passengers on the use of economic railcar interior
design elements. Benefits of the research is to obtain a description of the character and
behavior of the economic class passenger railcar that can be used as a reference for
manufacturers and operators of railways in the interior design configuration of the design
concept in the economic class passenger railcar in the route of Surabaya - Madiun.
Keyword: railcar interior design, passenger behavior, layout of passenger accomodation
1
mempertimbangkan faktor kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan penumpangnya.
Di sisi lain, kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan kurang memiliki kajian yang
mendalam terhadap fasilitas publik yang
cenderung merugikan pihak masyarakat
menengah ke bawah. Maka, suatu anggapan
bahwa harga sangat berbanding lurus
dengan kenyamanan dan keselamatan
menjadi sebuah paradigma lama yang tidak
dapat dipungkiri lagi kelangsungannya
hingga kini.
Penelitian ini berangkat dari
permasalahan
mengenai
penggunaan
elemen-elemen desain pada interior kereta
api ekonomi di jalur Surabaya – Madiun
sebagai bentuk respon dari perilaku
penumpang. Karakteristik penumpang yang
berbeda-beda jika dilihat dari latar belakang
sosial dan budaya menyebabkan perbedaan
perilaku terhadap desain yang ada.
Disamping itu, pada jam sibuk (peak hour)
mengakibatkan
sejumlah
penumpang
mengalami ketidaknyamanan secara fisik
maupun psikis yang timbul karena ruang
fisik
yang
tersedia
tidak
dapat
mengakomodasi kepadatan dan kerumunan
penumpang yang berdesak-desakan. Hal ini
berdampak pada penyimpangan perilaku
penumpang sebagai bentuk respon negatif
yang muncul dari beberapa penumpang
tertentu.
Menurut Deny (2014), kesadaran
masyarakat terhadap hukum yang berlaku di
masyarakat dinilai menjadi hambatan dalam
pelaksanaan standar pelayanan minimum
pada kereta api ekonomi. Hak-hak para
penumpang sebagai konsumen pengguna
jasa transportasi kereta api tidak terpenuhi
secara menyeluruh. Hal ini dapat menjadi
pemicu terjadinya konflik-konflik sosial di
dalam lingkungan kereta api ekonomi.
Maka, pihak operator dan regulator
memiliki peranan penting dalam memenuhi
PENDAHULUAN
Kereta api kelas ekonomi merupakan
salah satu sarana transportasi massal yang
sangat
diandalkan
oleh
masyarakat
khususnya bagi mereka yang memiliki
keterbatasan
ekonomi.
Budaya
bertransportasi umum perlu dilestarikan
dalam rangka mengurangi kemacetan di
setiap ruas jalan perkotaan. Surabaya,
Madiun, dan Yogyakarta merupakan salah
satu di antara beberapa kota strategis di
Pulau Jawa yang saling terhubung dengan
jalur kereta api kelas ekonomi Arjuna
Ekspres (Surabaya – Madiun), sehingga
menjadikannya sebagai daya tarik tersendiri
bagi para penduduk di lingkungan
sekitarnya dalam menunjang segala aktivitas
dan kebutuhan bertransportasi dengan
sarana yang murah dan cepat. Berbagai
macam latar belakang sosial dan kultur yang
berbeda-beda
menyebabkan
para
penumpang KA ekonomi memiliki pola
perilaku yang beragam pula.
Penumpang yang memiliki daya beli
rendah tentu lebih cenderung untuk
menggunakan kereta ekonomi dengan
fasilitas seadanya dibandingkan kelas
eksekutif yang lebih memadai. Segala
keterbatasan fasilitas dan pelayanan yang
diberikan pada kereta api kelas ekonomi saat
ini seolah-olah menjadi sebuah parameter
dimana para penumpang hanya memperoleh
fasilitas seminimal mungkin. Mulai dari
sistem pelayanan hingga infrastruktur
termasuk sarana dan prasarana yang kurang
memadai menyebabkan masyarakat marjinal
selaku penumpang KA ekonomi merasa
tertindas dan dirugikan oleh keterbatasan
tersebut. Hal inilah yang menjadikan sebuah
tagline “kereta ekonomi adalah kereta
rakyat” hanya sekedar slogan tanpa
implementasi dan kereta api kelas ekonomi
yang dilengkapi dengan fasilitas umum yang
murah
dan
terbatas
tidak
2
kebutuhan transportasi penumpang dengan
berpedoman pada standard pelayanan
minimum dalam rangka menciptakan
suasana dan pengalaman bertransportasi
yang harmonis bagi penumpang sehingga
mereka enggan untuk memilih kendaraan
pribadi atau angkutan umum lain dalam
bepergian.
Fenomena yang berkaitan erat
dengan ruang fisik sebagai lingkungan yang
memiliki pengaruh kuat terhadap sikap
dalam perilaku yang muncul berasal dari
budaya lama (tradisi) maupun budaya yang
telah berkembang. Bahkan, lingkungan
tertentu
mampu
membentuk
dan
menentukan
perilaku
dan
budaya
penumpang melalui batasan-batasan yang
berlaku di dalamnya. Dalam suatu rentang
waktu di lingkungan tertentu terdapat
individu atau sekelompok individu yang
selalu saling berinteraksi dengan obyek di
sekitarnya secara dinamis. Penelitian ini
menggarisbawahi beberapa aspek yang
melatarbelakangi pola perilaku penumpang,
yaitu manusia, obyek, lingkungan, dan
waktu dengan tujuan untuk menentukan
formulasi konsep desain interior kereta api
ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan
penumpang di koridor Surabaya – Madiun.
Gambar 1. Triangulasi Terhadap Desain,
Pengguna, dan Operator
Desain, konsumen, dan operator
kereta api merupakan ketiga aspek yang
saling berhubungan dan mempengaruhi satu
sama lain dalam menciptakan sistem
transportasi perkeretaapian yang harmonis,
artinya ketiga aspek tersebut dapat
menentukan karakter desain interior kereta
api kelas ekonomi yang sesuai dengan
budaya dan perilaku penumpang di daerah
operasinya. Dalam hal ini kereta api yang
merupakan suatu product engineering yang
sejatinya tidak hanya mengutamakan fungsi
sebagai pengangkut manusia, namun perlu
mempertimbangkan
kaidah-kaidah
ergonomi dan nilai-nilai sosial budaya pada
ruang fisik yang didesain untuk menampung
sejumlah penumpang yang bertransportasi.
Sedangkan pada aspek konsumen yang
terdiri karakteristik dan perilaku penumpang
menjadi fokus utama dalam menentukan
konsep desain interior kereta api yang ideal.
Desainer dapat mengetahui kebutuhan
konsumen dengan memahami karakteristik
dan perilaku penumpangnya disamping
memahami kebutuhan fisik penumpang.
Oleh karena itu, PT. Kereta Api Indonesia
sebagai pihak operator seyogyanya dapat
memberikan pelayanan terbaik kepada
konsumen dalam rangka menjalankan sistem
regulasi
perkeretaapian
yang
telah
ditetapkan
oleh
pemerintah
dengan
menyediakan sarana transportasi rel yang
VARIABEL PENELITIAN
Dalam proses perancangan desain
interior kereta api ekonomi yang mampu
mengakomodasi kebutuhan penumpangnya
perlu mempertimbangkan aspek desain,
user, dan operator. Namun, desainer tidak
hanya bertumpu pada ketiga aspek tersebut
karena ada beberapa hal mendasar yang
melatarbelakangi proses perancangan yakni
berupa aspek sosial dan budaya masyarakat
yang berperan penting di sini.
3
transportasinya. Transportasi dilakukan
karena nilai yang diangkut tersebut akan
lebih tinggi di tempat tujuan daripada di
tempat asalnya, karena itu transportasi
memberi nilai kepada sesuatu yang diangkut
(Soendjaswono, 1994). Pada kesehariannya
manusia sangat memerlukan transportasi
sebagai pendukung kegiatan dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidup mereka, karena
pada prinsipnya manusia dan barang-barang
perlu menjembatani ruang-ruang yang
terpisah di antaranya.
Rute Surabaya – Yogyakarta
merupakan jalur selatan yang cukup
potensial dalam mengakomodasi kebutuhan
transportasi masyarakat di daerah tersebut,
karena disamping jumlah populasi penduduk
yang signifikan, pada jalur tersebut memiliki
frekuensi mobilitas penduduk yang cukup
tinggi dan menghubungkan beberapa kota
besar di Pulau Jawa. KA Arjuna Ekspres
merupakan jenis kereta api komuter berbasis
diesel yang beroperasi di rute Surabaya –
Madiun. Kereta ini dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk bertransportasi
menuju ke pusat perkotaan. Berikut ini
adalah keunggulan dan kelemahan dari
kereta komuter (Lloyd Wright and Karl
Fjellstrom, 2003), antara lain:
Keunggulan kereta komuter
1. Memiliki kapasitas angkut yang lebih
besar dibandingkan dengan angkutan
umum lainnya misalnya bus, sehingga
dapat memindahkan penumpang dalam
jumlah besar dari suatu tempat ke tempat
lain.
2. Memiliki jalur khusus sehingga tidak
mengganggu pengguna jalan lain.
3. Waktu tempuh relatif lebih cepat
dibandingkan dengan angkutan lain
untuk tujuan yang sama.
memadai dari segi fasilitas, kenyamanan dan
keselamatan.
Kesesuaian elemen-elemen desain
yang ada pada interior kereta api (ekonomi)
akan tampak setelah dipergunakan oleh
penumpang. Segala perilaku yang muncul
sebagai bentuk respon penumpang terhadap
penggunaan
elemen
desain
dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan desain
yang dicapai. Maka, pengamatan terhadap
perilaku penumpang merupakan salah satu
cara untuk memahami aktivitas dan
kebutuhan penumpang kereta api selama
dalam perjalanan.
Variabel-variabel yang menentukan
pencapaian desain interior kereta api
ekonomi jarak menengah di jalur Surabaya –
Yogyakarta yaitu sebagai berikut:
1. Tersedianya fasilitas yang mendukung
aktivitas
pengguna/penumpang
di
interior kereta.
2. Mendukung kenyamanan psikis dan fisik
penumpang terhadap aktivitas, sirkulasi,
dan interaksi antar penumpang di
dalamnya.
3. Kesesuaian elemen desain interior
dengan regulasi standard pelayanan
minimum
untuk
mengakomodasi
aktivitas penumpang.
4. Menyesuaikan sekelompok penumpang
yang memiliki karakteristik khusus
sebagai bentuk pelayanan kereta api
terhadap konsumen.
5. Keseimbangan
desain
dari
segi
fungsional dan estetis sebagai sarana
penunjang aktivitas dan interaksi
penumpang.
SISTEM
PELAYANAN
DAN
REGULASI PERKERETAAPIAN
Transportasi dapat diartikan sebagai
pengangkutan manusia, barang, dari tempat
asal menuju ke tempat tujuan dalam jarak
jangkauan tertentu menurut moda/angkutan
4
standard pelayanan minimum baik itu dari
sarana maupun prasarana. Para pengguna
jasa kereta api memiliki hak-hak yang
dilindungi oleh UU Perkeretaapian dan UU
Perlindungan
konsumen
di
bidang
pelayanan jasa. Pihak operator tidak
seharusnya menganggap bahwa penumpang
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
sama dalam berkeretaapi, karena hal ini
yang menjadi pemicu ulah vandal bagi
sejumlah penumpang secara disengaja
maupun tidak disengaja. Oleh karena itu,
sosialisasi dan edukasi dari pihak operator
maupun regulator merupakan cara terbaik
yang perlu dilakukan kepada para konsumen
untuk menghindari kesalahan persepsi dan
pemahaman
(miss-interpretating)
penumpang terhadap penggunaan fasilitas
umum kereta api. Salah satu contoh dapat
dilakukan dengan cara penggunaan tanda
dan alat informasi yang melekat pada atribut
desain atau elemen desain di dalamnya.
Masyarakat di jalur Surabaya –
Yogyakarta yang notabene memiliki latar
belakang sosial berbeda-beda merupakan
suatu permasalahan umum yang kerap
terjadi ketika mereka dihadapkan pada suatu
kondisi yang padat dan sesak di dalam
kereta ekonomi.
Dalam meninjau standar pelayanan
minimum kereta api sesuai Peraturan
Menteri Perhubungan No. PM 9 Tahun 2011
menitikberatkan pada beberapa komponen
desain yang berhubungan langsung dengan
penumpang, yakni pintu, jendela, tempat
duduk, sistem pencahayaan, pengkondisian
udara, rak bagasi, informasi stasiun tujuan,
fasilitas
khusus
penyandang
cacat/manula/ibu hamil, fasilitas pegangan
tangan,
fasilitas
kesehatan,
fasilitas
keamanan dan keselamatan, nama/nomor
urut kereta, ketepatan jadwal perjalanan
kereta, dan informasi gangguan perjalanan
kereta.
Kelemahan kereta komuter
1. Daerah jangkauan yang kurang luas
sehingga tidak dapat menjangkau daerah
pelosok karena kereta ini hanya
diperuntukkan
untuk
menjangkau
daerah-daerah tertentu saja.
2. Penumpang harus menyesuaikan diri
dengan jadwal kereta yang ada dan
terkadang harus menunggu jika kereta
mengalami keterlambatan.
Dalam menjalankan roda bisnisnya,
PT. Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai
salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) di bidang perkeretaapian telah
melakukan berbagai terobosan baru
mengenai sistem pelayanan konsumen,
contohnya pada tahun 2012 pemesanan tiket
kereta api dilakukan dengan cara online. PT.
KAI bekerjasama dengan beberapa jaringan
biro travel, mini market, dan via contact
center 121, bahkan sampai saat ini para
pengguna kereta api telah dimanjakan
dengan aplikasi smartphone seperti Padiciti
(Paditrain) dan KAI Access yang dapat
memudahkan dan mempercepat proses
reservasi tiket tanpa melalui loket stasiun.
Disamping itu pemerintah sebagai regulator
juga memberikan ruang gerak terhadap PT.
KAI selaku operator untuk berpedoman
pada beberapa regulasi dalam membangun
infrastruktur perkeretaapian ke arah yang
lebih baik. Salah satu regulasinya adalah
Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 9
Tahun 2011, mengenai fasilitas kereta api
yang selalu memberikan kenyamanan,
keamanan,
dan
keselamatan
bagi
penumpangnya. Menurut Daftar Verifikasi
Pelaksanaan Pelayanan Publik (Public
Service Obligation/PSO) Bidang Angkutan
Kereta Api untuk Pelayanan Kelas Ekonomi
oleh Ditjen Perkeretaapian Kemenhub tahun
2011, masih ditemukan beberapa fasilitas
kereta api ekonomi yang belum memenuhi
5
waktunya yang digunakan untuk
beraktivitas secara duduk dan berdiri
selama perjalanan, sehingga kaidahkaidah ergonomi diperlukan untuk
menganalisis secara teknis seberapa
besar tingkat kenyamanan penumpang
ketika beraktivitas di dalamnya.
2. Sarana Berdiri Penumpang
Pada sarana berdiri penumpang kereta
merupakan pendukung kenyamanan
penumpang disamping sarana duduk
penumpang. Selain mengacu pada faktor
fisik, tentunya perlu mempertimbangkan
faktor psikis penumpang ketika berdiri
di sarana berdiri penumpang. Dalam
artian setiap penumpang memiliki zona
pribadi (personal space) atau zona
proksemik yang perlu diakomodasi.
Menurut Edward T. Hall dalam bukunya
The
Hidden
Dimension
(1966),
menjelaskan bahwa spasial atau jarak
sangat mempengaruhi komunikasi yang
diterima oleh masing-masing individu,
begitu pula sebaliknya, sehingga dapat
disimpulkan semakin dekat jarak
tersebut
maka
semakin
hangat
(friendliness),
sedangkan
semakin
menjaga jarak tersebut maka semakin
dingin dan terkesan kaku (coldness).
3. Jalur Sirkulasi Penumpang
Sebagian besar ruang teritori berdiri
penumpang saling bertumpukan dengan
jalur sirkulasi sehingga menyebabkan
terhambatnya arus penumpang (contraflow) pada area tersebut. Disamping itu
tiket penumpang berdiri tersedia jika
tiket duduk sudah habis terjual, sehingga
jalur sirkulasi terisi penuh oleh
penumpang yang berdiri. Dalam
membahas pergerakan ruang sirkulasi,
tubuh manusia harus digunakan sebagai
penambah ukuran dasar dan orang yang
bertubuh lebih besar sebagai model
ELEMEN DESAIN INTERIOR KA
EKONOMI
Interior kereta api sebagai salah satu
ruang publik bergerak merupakan tempat
dimana sekumpulan penumpang dengan
berbagai macam latar belakang sosial dan
budaya melakukan aktivitas dan interaksi
secara fisik maupun psikis. Maka,
masyarakat dengan latar belakang budaya
yang berbeda akan memiliki pandangan
yang berbeda terhadap makna ruang interior,
sehingga pola penggunaan dan aktivitas
yang dilakukan serta berbagai perilaku
budaya akan berbeda pula. Pada interior
kereta api memiliki beberapa elemen desain
sebagai komponen interior yang berfungsi
untuk mengakomodir segala aktivitas dan
kebutuhan
penumpangnya,
disamping
memenuhi keperluan estetikanya. Maka,
desain yang baik (good design) perlu
memperhatikan tiga hal penting, yaitu
desain yang bekerja dan berfungsi dengan
baik, melayani setiap kebutuhan dan
persyaratan
penggunanya,
dan
menggunakan bentuk dan material yang
tepat atau baik secara estetis (John F. Pile,
2002).
Elemen-elemen desain pada interior
kereta api ekonomi berupa:
1. Sarana Duduk Penumpang
Desain sarana duduk penumpang yang
memiliki kenyamanan optimal adalah
desain yang mampu mengurangi
pergerakan fisik penumpang yang
berlebihan dalam penggunaannya. Maka,
dalam perancangan sarana duduk yang
memenuhi persyaratan ergonomis adalah
dengan
mempertimbangkan
faktor
manusia.
Pada sarana duduk penumpang terdapat
beberapa
komponen
penting
di
dalamnya seperti kursi dan jendela.
Penumpang memiliki sebagian besar
6
dalam penentuan dimensi-dimensi jarak
bersih.
4. Tujuan Perjalanan
Pada
umumnya
kereta
komuter
dioperasikan dengan trayek dari kota
kecil menuju ke kota besar atau daerah
perkotaan dimana sebagian besar
menjadi tujuan bagi para penumpang
untuk
melakukan
aktivitas
kesehariannya,
seperti
bekerja,
berbelanja,
sekolah/kuliah,
bahkan
berekreasi.
5. Waktu Perjalanan
Kepadatan kendaraan di perjalanan
sering terjadi pada saat jam puncak
(peak hour) yaitu pada saat jam kerja.
Maka, setiap kendaraan pribadi maupun
angkutan umum yang sering melintas
mengakibatkan
jumlah
kepadatan
meningkat dan para pengguna jalan
berusaha
untuk
mencari
sarana
transportasi alternatif yang mampu
menghemat waktu perjalanan.
6. Stasiun (shelter) dan Arah Perjalanan
Operasional
kereta
sangat
mempengaruhi penempatan shelter atau
stasiun pemberhentian karena lokasi
stasiun yang dapat mengakomodir
kebutuhan penumpang berada di daerah
pusat bisnis dan perkotaan.
7. Jadwal
Keberangkatan
dan
Kedatangan
Penjadwalan
keberangkatan
dan
kedatangan merupakan salah satu faktor
penting dalam pencapaian kepuasan
pelanggan yang maksimal, karena
pengaturan jadwal yang sesuai dengan
kebutuhan penumpang tentu dapat
menarik minat penumpang untuk
menggunakannya sehari-hari.
8. Tingkat Pendapatan
Jumlah
penghasilan
dapat
mempengaruhi frekuensi penggunaan
kereta api atau komuter karena semakin
besar jumlah penghasilan seseorang
tentu semakin kecil minat mereka untuk
KARAKTERISTIK PENUMPANG
Dalam mengidentifikasi karakteristik
pengguna
kereta
komuter
perlu
mempertimbangkan beberapa faktor yang
saling terkait dengan pengguna tersebut
(Alan Black, 1995), yakni sebagai berikut:
1. Usia
Faktor usia dapat mempengaruhi
karakteristik pengguna komuter, karena
pada
umumnya
seiring
dengan
bertambahnya usia seseorang maka
semakin cenderung untuk menggunakan
kendaraan
pribadi
dibandingkan
angkutan umum karena pertimbangan
beberapa hal termasuk kenyamanan dan
keamanan.
2. Jenis Kelamin
Penumpang bergender wanita kerapkali
menjadi korban kriminalitas di angkutan
umum, maka dari pihak operator
memberikan perlindungan pada kaum
wanita dengan menyediakan satu
gerbong khusus untuk wanita yang
diterapkan pada KRL Jabodetabek. Hal
ini memberi sinyal bahwa mayoritas
penumpang wanita sering menggunakan
kereta api/komuter sebagai sarana untuk
beraktivitas sehari-hari seperti bekerja
dan berbelanja bagi ibu rumah tangga.
3. Jenis Pekerjaan
Mayoritas pengguna kereta komuter
didominasi oleh penumpang yang
berprofesi sebagai pelajar, mahasiswa,
pegawai swasta, PNS, ibu rumah tangga,
dan lain-lain, karena seseorang yang
dinilai sudah mapan dari segi ekonomi
cenderung
untuk
menggunakan
kendaraan pribadi dan angkutan umum
yang lebih berkelas dibandingkan
berdesak-desakan di angkutan umum
kelas ekonomi.
7
beberapa pengaruh pada pasang surut dan
aliran perilaku manusia. Tindakan dari
seseorang hanya dapat dipahami dalam
hubungannya dengan tindakan orang lain
dan dalam situasi yang selalu berubah pula.
Lingkungan merupakan salah satu bagian
dasar yang terpenting dalam kehidupan
manusia. Jika mengamati lingkungan dan
aktivitas sosial penumpang di dalam kereta
api selama perjalanan dapat digambarkan
secara jelas mengenai hubungan antar
penumpang dan hubungan penumpang
dengan obyek atau komponen desain di
sekelilingnya, seperti kursi, pintu, jendela,
rak bagasi, dan pegangan tangan.
menggunakan transportasi umum dalam
kesehariannya.
PERILAKU PENUMPANG
Berdasarkan aspek penumpang,
peneliti melakukan pengamatan terhadap
perilaku manusia sebagai refleksi dari
aktivitas dan kebiasaan penumpang kereta
api
selama
dalam
perjalanan
menitikberatkan pada beberapa aspek psikis
yang saling berhubungan. Satu-satunya
aspek yang nyata dan relevan dengan aspek
psikis adalah perilaku yang teramati, dan
cara mengendalikan perilaku tersebut
dengan mengkaitkannya pada kejadian yang
mengawali perilaku yang ada di lingkungan.
Perilaku adalah tata cara kebiasaan yang
dilakukan berulang-ulang, baik dengan sadar
maupun tanpa sadar, karena terbentuk
setelah sekian lama. Perilaku dapat dibentuk
secara terencana dan spontan. Perubahan
perilaku sangat dipengaruhi oleh situasi,
kondisi, dan lingkungan setempat (Skinner,
1991).
Tingkah laku manusia berbeda
dengan tingkah laku binatang, karena
memiliki beragam makna bagi pelakunya.
Makna ini dapat ditemukan ketika kita
mengamati
para
penumpang
yang
menggunakan jasa angkutan kereta api
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
aktivitasnya, apa yang dilakukannya,
bagaimana dia melakukannya, dan mengapa
dia menggunakan jasa kereta api. Menurut
Elizabeth D. Hutchison yang tertulis pada
bukunya yang berjudul Aspects of Human
Behavior: Person, Environment, Time
(2007), mengemukakan bahwa perilaku
manusia memiliki beberapa aspek yang
saling terkait dan mendukung satu sama
lain, yaitu waktu, lingkungan, dan personal.
Manusia, lingkungan, dan waktu
berinteraksi secara dinamis. Hubungan yang
dikonfigurasi secara berulang-ulang sebagai
TIME
ENVIRONMEN
HUMA
Gambar
2.
OBJEC
Aspek Perilaku Manusia
(sumber: Aspect of Human
Behavior:
Person,
Environment, and Time,
page 11. Elizabeth D.
Hutchison, 2007)
Pada penelitian ini tidak hanya fokus pada
desain dan perilaku, namun lingkungan di
sekitarnya juga memiliki peran yang cukup
besar dalam mempengaruhi pola aktivitas
dan perilaku penggunanya. Pada buku
Observing Environmental Behavior, seperti
yang telah dikemukakan oleh John Zeisel
(1984), bahwa penelitian terhadap perilaku
merupakan salah satu metode pendekatan
yang digunakan untuk mengamati pola
8
menggunakan
kereta
api.
Disamping
itu,
peneliti
menggunakan dokumentasi data
berupa foto etnografi sebagai
dasar dalam melakukan analisis
terhadap perilaku penumpang
dalam penggunaan elemenelemen desain interior kereta
ekonomi tersebut.
b. Wawancara Pengguna KA
Peneliti melakukan wawancara
mendalam
terhadap
5
penumpang
yang
memiliki
keunikan
perilaku
ketika
beraktivitas di kereta api selama
perjalanan berdasarkan hasil
survey
kuesioner
dan
dokumentasi peneliti. Hal ini
ditujukan untuk mengetahui dan
memahami
pengalaman
bertransportasi bagi penumpang
tersebut.
c. Wawancara
Pemangku
Kebutuhan Sarana KA
Wawancara
terhadap
narasumber dari Kepala Daerah
Operasi (Daop) VII Madiun PT.
Kereta Api Indonesia (Persero)
selaku operator KA Madiun Jaya
dan KA Arjuna Ekspres untuk
memperoleh informasi detail
mengenai operasional kereta
tersebut
dan
pemahaman
terhadap
konsepsi
sarana
transportasi kereta api yang
sesuai
dengan
permintaan
kebutuhan
penumpang
di
koridor Madiun – Yogyakarta
dan Madiun – Surabaya.
3. Teknik yang digunakan untuk
memeriksa keabsahan data primer
adalah triangulasi analisis data
terhadap aspek elemen desain,
perilaku penumpang, dan regulasi
perilaku manusia terhadap lingkungan di
sekitarnya.
METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan
sebagai berikut:
1. Menggunakan metode kualitatif
dengan
mengidentifikasi
ruang
lingkup penelitian berupa aspek
desain,
penumpang,
dan
operator/regulator
kereta
api
ekonomi.
2. Pengumpulan data
a. Observasi partisipatif
Dalam melakukan pengamatan
peneliti menggunakan teknik
pemetaan
perilaku
(place
centered
mapping)
dengan
penyebaran kuesioner pada salah
satu gerbong KA Arjuna
Ekspres dan KA Madiun Jaya
untuk memilih informan yang
dianggap memiliki kriteria yang
relevan (purposive sampling)
dengan kebutuhan peneliti.
Populasi yang diambil untuk
pengisian kuesioner sejumlah
124 penumpang pada waktu
operasional kereta di hari kerja
(week
days).
Peneliti
menggunakan analisis tabulasi
silang dalam mengolah hasil
data survey kuesioner untuk
mengetahui
karakteristik
penumpang
kereta
dengan
membandingkan dan melihat
pola hubungan antar dua
variabel karakteristik tertentu.
Seperti contoh, antara alasan
memilih menggunakan kereta
dengan jenis pekerjaan, tujuan
perjalanan, tingkat penghasilan
penumpang,
dan
moda
transportasi
sebelum
9
Stasiun Madiun sampai Stasiun Surabaya
Gubeng.
dari
pihak
operator
maupun
regulator.
Analisis
deskriptif
digunakan untuk memeriksa kembali
kesesuaian data primer (observasi
dan interview) terhadap 10 prinsip
desain interior kereta api untuk
memperoleh konsep yang sesuai
dengan
kebutuhan
penumpang.
Peneliti juga menggunakan analisis
lopas
(layout
of
passenger
accommodation system) dengan
memetakan sistem tata letak interior
kereta
untuk
mengidentifikasi
pencapaian fungsi dari konfigurasi
komponen desain dan tingkat
kenyamanan dari kapasitas kereta
penumpang.
4. Dari hasil triangulasi data terhadap
desain, penumpang, dan operator
menghasilkan pembahasan berupa
tabel uraian analisis terhadap
elemen-elemen desain interior KA
Madiun Jaya dan Arjuna Ekspres,
analisis dokumentasi aktivitas dan
perilaku
penumpang,
dan
penyesuaian elemen desain terhadap
standard
pelayanan
minimum
fasilitas kereta api.
5. Kesimpulan penelitian berupa uraian
konsepsi desain dan tata letak
konfigurasi interior kereta api yang
relevan
dengan
kebutuhan
penumpang di jalur Surabaya –
Yogyakarta.
Gambar 3. Diagram Distribusi Jumlah
Penumpang
KA
Arjuna
Ekspres
Berdasarkan distribusi jumlah penumpang di
atas dapat dijelaskan bahwa jumlah
penumpang KA Arjuna Ekspres mencapai
100% ketika transit di Stasiun Mojokerto
dan Krian. Pada kondisi ini kereta
mengalami kepadatan penumpang sejumlah
141 orang. Hal ini dikarenakan sebagian
besar penumpang yang berdomisili di
Mojokerto dan sekitarnya memanfaatkan
kereta ini sebagai sarana transportasi pada
hari kerja (week days) untuk beraktivitas dan
bekerja di Surabaya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Distribusi Jumlah Penumpang
Berdasarkan
survey
awal
melalui
penyebaran
140
kuesioner
terhadap
penumpang di salah satu gerbong KA
Arjuna Ekspres, terdapat sejumlah 124
kuesioner yang diterima dan layak untuk
diolah. Berikut hasil pengamatan terhadap
distribusi penyebaran posisi penumpang dari
10
Usia Responden (Penumpang)
Madiun - Surabaya
> 50 thn
15%
150
< 18 thn
9%
100
19 - 25
thn
35%
50
26 - 50
thn
41%
0
Stasiun/Shelter
Gambar 6. Diagram Usia Responden
Gambar 4. Diagram Distribusi Jumlah
Penumpang
KA
Arjuna
Ekspres
Latar Belakang Pendidikan
Pasca
Sarjana
2%
2. Karakteristik Penumpang KA Arjuna
Ekspres
Berikut ini adalah hasil statistik deskriptif
penumpang KA Arjuna Ekspres berdasarkan
jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat
pendapatan, pendidikan formal terakhir,
tujuan perjalanan, dan stasiun tujuan
penumpang.
< SMU
19%
Sarjana
36%
SMU
Sederajat
43%
Gambar 7. Diagram Pendidikan Formal
Terakhir Responden
Jenis Kelamin
Profesi Responden
Wanita
44%
Mahasiswa/
Pelajar
14%
Pria
56%
Lainnya
6%
Profesional
9%
PNS/TNI/Pol
ri
10%
Karyawan/S
wasta
38%
Wiraswasta
23%
Gambar
5.
Diagram Jenis Kelamin
Responden (Penumpang)
Gambar
11
8.
Diagram Jenis
Responden
Pekerjaan
Cara Pembelian Tiket KA Arjuna
Ekspress
Jumlah Pendapatan/Bulan
> 4 juta
10%
Lainnya
9%
< 2 juta
17%
Agen
Resmi
(indomaret
, alfamart)
0%
2 - 3 juta
41%
3 - 4 juta
23%
Via Loket
Reservasi
2%
Via
Telepon
0%
Online
(Internet, H
P dll)
0%
Pembelian
langsung
(GoShow)
98%
Gambar 9. Diagram Tingkat Pendapatan
Responden
Berkunjung Rekreasi
ke
2%
Kerabat/Te
man
7%
Gambar 12. Diagram Cara Pembelian Tiket
KA Arjuna Ekspres
Tujuan Perjalanan
Lain-lain
10%
Belanja
14%
Aktivitas Favorit Selama
Perjalanan
Bekerja
67%
29
Diam dan melamun
Gambar 10. Diagram Tujuan Perjalanan
Responden
16
45
Berinteraksi…
23
15
Tidur
Alasan Memilih KA Arjuna
Ekspress
Desain
0
Pelayanan Fasilitas
yang
Baik Memadai
Nyaman
7%
2%
1%
Waktu/Ja
dwal
Tepat
33%
27
Gambar
Biaya
Terjangka
u
58%
13.
10
20
30
40
Diagram Jenis Aktivitas
Penumpang KA Arjuna
Ekspres
3. Analisis Tabulasi Silang (Cross Tab)
Analisis tabulasi silang digunakan untuk
mengidentifikasi dan melihat karateristik
penumpang melalui perbandingan hubungan
antar dua variabel berdasarkan data statistik
kuesioner terhadap penumpang.
Gambar 11. Diagram Alasan Responden
Menggunakan KA Arjuna
Ekspres
12
50
Sedangkan pada tabel 2 di atas dapat dilihat
bahwa
beberapa
penumpang
yang
berpenghasilan rata-rata UMR sekitar 2 - 3
juta cenderung memilih faktor biaya sebagai
alasan utama untuk menggunakan KA
Arjuna Ekspres ini. Hal ini dikarenakan
faktor tempat tinggal para pekerja yang
sebagian besar berdomisili di daerah sub
urban.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
faktor biaya lebih mendominasi sedikit
dibandingkan
faktor
waktu/jadwal
perjalanan bagi sebagian besar para
karyawan dan pegawai. Hal ini dikarenakan
dengan membayar biaya perjalanan yang
cukup terjangkau, penumpang dapat
memasuki area Surabaya tanpa melalui
daerah padat lalu lintas di tengah kota untuk
bekerja dan beraktivitas.
13
o Aksesibilitas tidak terhambat
pada saat kondisi kosong
penumpang,
namun
ketika
kondisi
padat/ramai,
akses
menuju kursi paling dekat
dinding
akan
menimbulkan
distraksi bagi penumpang lain.
o Desain kursi transversal saling
berhadapan
tentu
tidak
mendukung kenyamanan privasi
bagi penumpang, karena karakter
susunan kursi yang terbuka dan
saling berhadapan.
Desain:
o Bentuk dan kontur desain kursi
yang konvensional, yang hanya
mengutamakan kebutuhan duduk
bagi
penumpang,
bukan
kenyamanan.
o Kombinasi FRP dan Foam
sebagai sandaran & dudukan
namun masih terasa keras dan
tidak nyaman.
o Menggunakan skema warna
hangat (warm) guna menciptakan
suasana homey di dalamnya.
o Desain
kursi
hanya
mengakomodasi
kebutuhan
postur duduk penumpang.
Fasilitas:
o Tidak
dilengkapi
dengan
pegangan dan sandaran tangan
pada kursi penumpang.
o Tidak
dilengkapi
dengan
sandaran kaki (foot rest) pada
kursi penumpang.
o Dilengkapi dengan sandaran
kepala untuk mengakomodir
kenyamanan kepala saat duduk.
o Menggunakan
konfigurasi
transversal
untuk
mengoptimalkan
kenyamanan
penumpang tanpa mengurangi
kapasitas jumlah penumpang
4. Desain, Penumpang, dan Operator
Kereta Api
Hasil triangulasi analisis data terhadap
desain, pengguna, dan operator/regulator
dideskripsikan secara rinci untuk
memperoleh kriteria desain, penumpang,
dan regulasi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan konsumen.
Gambar 14. Diagram Elemen Desain
Interior Kereta Api
a. Desain
Dari
hasil
observasi
dapat
dideskripsikan mengenai analisis studi
terhadap elemen-elemen desain yang
mempengaruhi aktivitas dan perilaku
penumpang kereta ekonomi yaitu KA
Arjuna Ekspres. Dalam memperoleh
kriteria desain ideal pada interior kereta
api ekonomi perlu memperhatikan
elemen-elemen desain yang melekat di
dalamnya yaitu:
a) Sarana Duduk Penumpang
Kenyamanan:
o Sudut kemiringan sandaran 105
derajat, yang akan berdampak
pada kelelahan tulang punggung
ketika duduk dalam waktu yang
cukup lama.
o Penumpang sangat leluasa dalam
berinteraksi
dengan
kerabat/rekan yang duduk di
sebelah dan di depannya.
14
o Material lantai menggunakan
bahan yang anti-slip untuk
memudahkan penumpang saat
berjalan dan berdiri di atasnya.
o Space berdiri bagi penumpang
sudah memadai namun ada spot
tertentu bagi penumpang yang
beridiri tepat di bawah exhaust
fan, yang akan menimbulkan
gangguan
terhadap
kepala
penumpang karena hembusan
angin secara langsung.
o Secara
konvensional
pada
umumnya tata letak area berdiri
penumpang berada di tengahtengah kereta, karena lebih
mudah
dalam
pengaturan
susunan kursi penumpang dan
aksesibilitas
penumpang
di
dalamnya.
Fasilitas:
o Dilengkapi pegangan tangan
untuk mengakomodir keamanan
dan keselamatan penumpang saat
berdiri dan berjalan, namun
posisi pegangan tangan yang
cukup
tinggi
terkadang
menyulitkan
penumpang
bertubuh pendek.
o Tidak adanya sandaran tubuh
sehingga
menyebabkan
penumpang
berdiri
hanya
mengandalkan pegangan tangan
saat kondisi penuh, dan pada saat
kondisi sepi penumpang tentunya
penumpang tersebut mencari
kursi yang kosong.
o Pola duduk ini disebut dengan
pola sociopetal (berhadapan),
namun kekurangannya adalah
ruang antar penumpang yang
berhadapan menjadi sempit dan
saling
berdekatan
antar
penumpang di depannya.
Konfigurasi:
o Menggunakan
konfigurasi
transversal
untuk
mengoptimalkan
kenyamanan
penumpang tanpa mengurangi
kapasitas jumlah penumpang
o Pola duduk ini disebut dengan
pola sociopetal (berhadapan),
namun kekurangannya adalah
space antar penumpang yang
berhadapan menjadi sempit dan
saling
berdekatan
antar
penumpang di depannya.
b) Sarana Berdiri Penumpang
Kenyamanan:
o Kapasitas ruang berdiri bagi
penumpang menjadi satu dengan
akses
sirkulasi
pergerakan
penumpang yang duduk, hal ini
dapat menyebabkan bottle neck
di dalamnya.
o Penumpang sangat leluasa dalam
berinteraksi
dengan
kerabat/rekan yang berdiri di
sebelahnya terkecuali dalam
kondisi padat.
o Akses menuju ruang berdiri
penumpang sangat mudah karena
termasuk di dalam jalur sirkulasi
penumpang di dalamnya.
o Kenyamanan
privasi
bagi
penumpang berdiri tidak terjamin
dikarenakan area ruang gerak
sangat terbatas kapasitas yang
tersedia.
Desain:
c) Jalur Sirkulasi Penumpang
Kenyamanan:
o Kemudahan akses pada sirkulasi
diakomodir
dengan
adanya
susunan pintu dan fasilitas
pijakan kaki yang tersedia untuk
15
terintegrasi
dengan
pintu
masuk/keluar karena secara
otomatis akan berfungsi saat
pintu terbuka.
mempercepat
alur
sirkulasi
penumpang saat masuk dan
keluar.
Desain:
o Jalur sirkulasi memiliki batasan
dimensi yang telah ditentukan
oleh pihak operator, karena jalur
ini juga difungsikan sebagai jalur
evakuasi
sehingga
dapat
mengatur
flow
sirkulasi
penumpang secara lancar.
o Pegangan
tangan
hanya
disediakan pada area ceiling
(plafon) interior kereta, yang
menyebabkan penumpang yang
berlalu lalang sering memegang
kursi
penumpang
untuk
membantu aktivitas mereka saat
berjalan di dalam kereta.
Fasilitas:
o Penandaan pada jalur sirkulasi
dapat berfungsi sebagai petunjuk
arah pintu keluar, disamping itu
juga sebagai salah satu alat
keselamatan untuk mengevakuasi
penumpang
apabila
terjadi
kecelakaan.
o Tersedia 4 pintu masuk/keluar
untuk akses penumpang ke
dalam kereta. Pintu terbuka
otomatis secara geser ketika
kereta
berhenti
di
setiap
shelter/stasiun untuk transit. Pada
kenyataannya
pintu
hanya
terbuka pada salah satu sisi
ketika berhenti di shelter yang
hanya menyediakan satu peron
saja.
o Dilengkapi
footstep
untuk
memudahkan penumpang masuk
ke dalam kereta ketika salah satu
pintu berada pada posisi tidak
sejajar dengan peron stasiun.
Mekanisme
footstep
saling
b. Aktivitas Penumpang KA Ekonomi
Alur proses aktivitas dibagi menjadi
tiga tahapan, mulai dari Pra, Sedang,
dan Pasca. Pada tahapan sedang
merupakan fokus utama dalam melihat
gambaran
keseluruhan
mengenai
perilaku
penumpang
terhadap
penggunaan elemen-elemen desain di
dalamnya.
16
WAKTU PERJALANAN
OBSERV
3.30 –
ASI
4.30
Jumlah
42
Penump
pnp
FOTO ILUSTRASI
4.30 – 5.30
58 pnp
5.30 – 6.30
6.30 – 7.30
120 pnp
141 pnp
ang
Sarana
Gadge Berintera
Tidur
Diam
Duduk
ting
ksi
Berinteraksi
Melihat-lihat
Penump
Diam
Gadgetin
Melihat-lihat
Berinteraksi
ang
Melih
g
Makan
at-
Tidur
lihat
Melamu
n
Sarana
-
-
Gadgeting
Melihat-lihat
Berdiri
Berinteraksi
Berinteraksi
Penump
Diam/melam
Gadgeting
ang
un
Tabel 4. Matriks Analisis Terhadap Perilaku Penumpang Berdasarkan Waktu
0m
17
tujuan stasiun terakhir. Ketika kereta
beroperasi,
setiap
penumpang
memerlukan ruang untuk duduk, berdiri,
dan berjalan. Saat kereta transit,
beberapa penumpang ada yang turun dan
ada yang naik, sehingga membutuhkan
sebagian area untuk bergerak sebagai
jalur sirkulasi penumpang keluar masuk.
Semakin luas area yang tersedia maka
akan
semakin
lancar
sirkulasi
penumpang,
namun
perlu
mempertimbangkan faktor-faktor lain
yang mendukung proses kelancaran
tersebut antara lain kapasitas dan elemen
desain di dalam carbody.
Pada konfigurasi sarana duduk
penumpang sering dipengaruhi oleh
ruang gerak sirkulasi dan kegiatan
penumpang. Kereta api ekonomi
berbasis komuter sebagian besar
menggunakan konfigurasi longitudinal
dengan lebih mengutamakan ruang
berdiri yang lega tanpa mengurangi
kapasitas duduk penumpang. Namun
pada Kereta Api Madiun Jaya dan
Arjuna Ekspres yang menerapkan
konfigurasi
transversal
(duduk
berhadapan) dengan mengedepankan
faktor kenyamanan privasi penumpang
tanpa mengurangi kenyamanan berdiri
bagi penumpang lain.
Menurut hasil observasi pada KA
Arjuna Ekspres jurusan Madiun Surabaya, sarana duduk dan berdiri
penumpang berfungsi secara optimal
terjadi setelah kereta transit di Jombang
dan Mojokerto. Disamping itu sejumlah
penumpang lebih cenderung untuk
berdiri di area sirkulasi pintu keluar
masuk yang menyebabkan hambatan
terhadap arus sirkulasi ketika ada
sejumlah penumpang yang naik atau
turun di shelter-shelter kecil sebelum
tiba di Stasiun Surabaya Gubeng.
c. Analisis
Lopas
(Layout
of
Passenger Accomodation System)
Analisis LOPAS yang merupakan
singkatan dari layout of passenger
accommodation system atau sistem tata
letak akomodasi penumpang ini
menitikberatkan pada kelancaran sistem
sirkulasi penumpang dalam sarana
transportasi. Analisis ini digunakan
untuk mengetahui permasalahan utama
yang menghambat arus sirkulasi
penumpang, seperti contoh simpul
sirkulasi.
Gambar 15. Suasana Penumpang di
dalam Kereta Api Arjuna
Ekspres
Konfigurasi kursi, ruang bebas, dan
aktivitas
penumpang
dapat
mempengaruhi kelancaran sirkulasi
penumpang. Proses aktivitas penumpang
yang berlangsung merupakan kegiatan
penumpang yang dimulai dari kereta
berangkat, transit, hingga sampai pada
18
Setiap
penumpang
memiliki
perbedaan
karakter
yang
cukup
signifikan, sebagai contoh penumpang
mahasiswa tentu berbeda dengan
penumpang pekerja. Hal ini dapat dinilai
dari pola aktivitas dan perilaku selama di
perjalanan. Penumpang mahasiswa yang
cenderung duduk berkerumun dengan
teman
sebayanya,
sedangkan
penumpang pekerja yang cenderung
untuk duduk atau berdiri sendiri selama
perjalanan.
Hasil pengamatan dan pemetaan terhadap
konfigurasi kereta api Arjuna Ekspres dan
Madiun Jaya dalam kondisi penuh/padat
penumpang yakni sebagai berikut:
a. Area 1 atau zona depan pintu
masuk/keluar
penumpang
sering
ditempati oleh beberapa penumpang
yang masuk dari Stasiun Mojokerto
(yang tidak mendapatkan jatah kursi)
sehingga dapat menghambat penumpang
yang akan turun di Stasiun Krian dan
Wonokromo ketika kereta transit yang
Gambar 16. Konfigurasi Interior Kereta Api Arjuna Ekspres
19
sering terjadi simpul sirkulasi karena
beberapa penumpang yang berdiri
menjadi hambatan bagi penumpang yang
mencari tempat duduk maupun yang
beranjak dari kursi untuk keluar dari
kereta.
d. Area 4 merupakan zona khusus bagi
para penyandang cacat, manula, dan ibu
hamil karena area yang berada di dekat
pintu masuk untuk memudahkan mereka
keluar dan masuk kereta.
hanya dibatasi waktu ± 3 menit.
b. Area 2 merupakan zona duduk
penumpang yang sebagian besar
ditempati oleh beberapa penumpang
yang naik lebih awal. Ada sebagian
penumpang yang duduk sesuai dengan
nomor kursi yang tertera pada tiket
masing-masing dan ada pula yang duduk
tidak sesuai dengan nomor tiket.
c. Area 3 adalah zona berdiri penumpang
yang berfungsi sebagai jalur sirkulasi
penumpang. Namun pada area tersebut
No. Kriteria
K
1
Kemudahan
sirkulasi 5
penumpang
ketika
duduk,
berdiri, beranjak dari kursi, dan
berjalan
2
3
Kemudahan
sirkulasi 4
penumpang ketika keluar dan
masuk kereta
Kenyamanan privasi
3
4
Lavatory
5
Area
barang/bagasi
6
Optimalisasi area bebas dan 3
kapasitas carbody
2
penyimpanan 3
Konfigurasi Konvensional
Konfigurasi Usulan
Penumpang yang duduk di
sisi dalam (dekat dinding)
tentu relatif lebih sulit untuk
masuk dan keluar
N=4; N x K=20
Jalur sirkulasi penumpang
dibagi menjadi 2 arah
N=3; N x K= 12
Privasi penumpang lebih
terjamin
N=3; N x K= 9
Penempatan 2 lavatory di
salah satu gerbong, karena
untuk
mengoptimalkan
kapasitas penumpang
N=2; N x K= 4
Area rak bagasi berada di
atas
N=2; N x K= 6
Kapasitas duduk 70 orang
dan untuk sarana berdiri
bebas
N=3; N x K= 9
Penumpang yang duduk di
kusi
cenderung
cukup
mudah untuk keluar masuk
N=5; N x K= 25
Jumlah
60
Keterangan: 1= cukup; 2= baik; 3=lebih baik; 4=terbaik; K=koefisien
Jalur
sirkulasi
dibagi
menjadi 2 arah
N=3; N x K= 12
Privasi penumpang sangat
terjamin
N=4; N x K= 12
Penempatan lavatory yang
lebih efektif untuk melayani
kebutuhan penumpang
N=3; N x K= 6
Area bagasi berada di atas
dan bawah penumpang
N=4; N x K= 12
Kapasitas
duduk
70
penumpang
dan
sarana
berdiri
penumpang
diakomodasi lebih baik
N=3; N x K= 9
76
Tabel 5. Matriks Penilaian Konfigurasi Kereta Api Ekonomi
masyarakat setempat adalah konfigurasi
usulan peneliti.
Dari hasil analisis berdasarkan matriks
terhadap konfigurasi eksisting dan usulan,
maka
kesimpulan
yang
diperoleh
konfigurasi yang layak diterapkan dan
sesuai terhadap lingkungan sosial budaya
20
KESIMPULAN
Pengguna KA Arjuna Ekspres dan KA
Madiun Jaya dapat diklasifikasikan sebagai
pengguna dengan competitive value, artinya
pelanggan tidak hanya mengutamakan
fungsi dari transportasi, melainkan juga
mempertimbangkan kenyamanan terhadap
sarana angkutan pesaing di jalur Surabaya –
Yogyakarta. Berdasarkan pertimbangan
biaya
dan
ketepatan
waktu/jadwal
perjalanan, maka pelanggan lebih cenderung
menggunakan kereta tersebut daripada
terjebak kemacetan karena menggunakan
kendaraan umum/pribadi di jalan raya. Hal
ini dikarenakan para pengguna yang
sebagian besar merupakan para pegawai
swasta atau karyawan biasa yang
beraktivitas/bekerja di area perkotaan yakni
Surabaya dan Yogyakarta.
Elemen-elemen desain yang mempengaruhi
aktivitas dan perilaku penumpang yaitu
sebagai berikut:
1. Sarana Duduk Penumpang
a. Sebagian penumpang KA klas
ekonomi mengeluhkan kenyamanan
(fisik) duduk pada kursi penumpang.
Hal ini merupakan bentuk respon
yang ditunjukkan oleh perilaku
penumpang melalui pola duduknya
masing-masing.
b. Sebagian besar aktivitas penumpang
seperti gadgeting, melihat-lihat, dan
berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya dilakukan pada saat
duduk.
c. Penumpang masih dirasa kurang
tertib terhadap nomor kursi yang
telah disediakan, karena beberapa
penumpang
yang
berkelompok
terkadang menduduki kursi yang
tidak sesuai dengan nomor tiket
masing-masing.
Mereka
lebih
memilih kursi berhadapan yang
d.
e.
f.
g.
h.
21
masih kosong daripada harus duduk
berjauhan dari kelompoknya.
Penumpang yang duduk di kursi
sebelah koridor (jalur sirkulasi)
merasa tidak nyaman secara psikis
ketika ada salah satu penumpang
yang berdiri dan bersandar di
sebelahnya.
Sebagian penumpang perempuan
merasa tidak nyaman secara psikis
ketika duduk berhadapan dan
bersebelahan dengan penumpang
pria,
karena
pada
dasarnya
penumpang cenderung tidak ingin
terlihat langsung dan terkesan
diawasi
oleh
penumpang
di
depannya.
Beberapa penumpang yang naik dari
Stasiun Mojokerto mengeluhkan
kapasitas duduk yang dirasa masih
kurang memadai, karena sebagian
penumpang sering tidak mendapat
jatah duduk. Sehingga beberapa
penumpang
terpaksa
untuk
menggunakan kereta penumpang
yang
transit
berikutnya
atau
menggunakan
angkutan
darat
alternatif lainnya seperti bus dan
angkot.
Sebagian penumpang yang masuk
kereta lebih awal cenderung
menempati kursi dekat jendela
(dinding) yang masih kosong
daripada kursi dekat koridor
meskipun nomor yang tertera pada
tiket tidak sesuai dengan kursi yang
ditempatinya.
Tempat duduk khusus penyandang
cacat, manula, dan ibu hamil
terkadang disalahgunakan oleh salah
satu
penumpang
yang
tidak
mendapat nomor kursi.
sirkulasi dan area sekitar pintu
keluar/masuk sering menghambat
arus penumpang keluar dan masuk
saat kereta transit.
c. Dimensi lebar koridor kurang
mampu mengakomodasi penumpang
yang berdiri dan penumpang lain
yang berjalan di area tersebut.
d. Pintu keluar/masuk terkadang hanya
berfungsi pada satu sisi kereta saja
ketika transit pada stasiun kecil yang
memiliki peron pada salah satu sisi
kereta.
4. Area Penyimpanan Barang
a. Rak bagasi tidak berfungsi secara
optimal dalam penggunaannya,
karena perilaku penumpang yang
tidak merasa nyaman dan aman
secara psikis ketika meletakkan
barang bawaan pribadi pada rak
bagasi tersebut.
b. Mereka lebih memilih untuk
meletakkan di bawah atau di
pangkuannya yang dekat dalam
jangkauan
dan
pengawasannya
karena sebagian penumpang sering
tertidur dalam perjalanan.
2. Sarana Berdiri Penumpang
a. Sarana berdiri penumpang masih
kurang berfungsi maksimal karena
sebagian penumpang berdiri dinilai
cukup mengganggu akses sirkulasi
dan beberapa penumpang yang
duduk.
b. Zona berdiri penumpang menjadi
satu dengan akses sirkulasi, sehingga
menimbulkan
simpul
sirkulasi
pergerakan penumpang yang masuk
dan keluar kereta.
c. Perlunya ada penataan ulang
terhadap zona berdiri penumpang
untuk membatasi area (blocking
area)
dengan
jalur
sirkulasi
penumpang
dengan
tujuan
memperlancar dan mempermudah
akses penumpang berlalu lalang
tanpa menimbulkan distraksi pada
penumpang duduk dan berdiri.
d. Penumpang yang berdiri di koridor
(aisle) lebih cenderung untuk
bersandar pada kursi penumpang di
dekatnya,
yang
mengakibatkan
ketidaknyamanan psikis dan distraksi
bagi penumpang yang duduk.
3. Jalur Sirkulasi Penumpang
a. Nomor urut kereta api yang melekat
pada
dinding
sebelah
pintu
masuk/keluar bersifat permanen,
artinya tanda nomor kereta tidak
dapat diganti atau ditukar ketika
kereta beroperasi ke arah sebaliknya
karena hal ini menyebabkan
kesalahan persepsi penumpang yang
selalu menganggap kereta nomor
urut 1 (satu) adalah kereta yang
berada di ujung depan. Dampaknya
dapat berakibat pada kesalahan
nomor urut kursi yang diduduki oleh
penumpang tersebut.
b. Beberapa penumpang yang naik dari
Mojokerto cenderung berdiri di jalur
REKOMENDASI KONSEP DESAIN
KONFIGURASI KERETA EKONOMI
KORIDOR
SURABAYA
YOGYAKARTA
Berdasarkan variabel penelitian yang
diuraikan pada analisis di atas maka dapat
ditentukan konsep konfigurasi yang dapat
mengakomodasi penumpang kereta ekonomi
di jalur Surabaya – Yogyakarta.
1. Desain tata letak dibagi menjadi tiga
area sesuai kebutuhan penumpang dan
optimalisasi kapasitas kereta, yakni area
duduk
penumpang,
area
berdiri
penumpang,
dan
jalur
sirkulasi
penumpang.
22
tersebut tanpa mengganggu jalur
sirkulasi penumpang.
9. Pada area berdiri penumpang tersedia
sandaran untuk mengantisipasi kelelahan
terhadap setiap penumpang yang berdiri.
2. Jumlah sarana duduk dan kapasitas area
berdiri penumpang tiap gerbong
dirancang untuk mengakomodasi 100
orang.
3. Pada area duduk penumpang terdapat
kursi single dan double, untuk
mengakomodasi penumpang yang ingin
duduk sendiri dan penumpang yang
duduk bersebelahan dengan rekan atau
kerabatnya. Dalam pelayanan nomor
kursi diatur oleh bagian ticketing yang
memberi jatah kursi sesuai permintaan
dan kebutuhan penumpang.
4. Konfigurasi kursi penumpang didesain
transversal dengan komposisi dibagi
menjadi dua bagian dari tengah carbody
menghadap ke arah pintu keluar/masuk
guna menjaga jalur sirkulasi penumpang
duduk agar tidak bergesekan dengan
penumpang berdiri.
5. Jatah
kursi
penumpang
hanya
diperuntukkan kepada penumpang yang
berangkat
dari
stasiun
terjauh,
sedangkan tiket berdiri dijual kepada
penumpang yang berangkat dari stasiun
terdekat tujuan. Hal ini dimaksudkan
untuk mengatur dan mengantisipasi
posisi penumpang yang duduk dan
berdiri agar tidak mengalami gesekan
yang cukup besar saat kondisi padat
penumpang.
6. Kursi penumpang didesain untuk
mengakomodasi kenyamanan privasi
setiap penumpang.
7. Pada jalur sirkulasi penumpang di area
duduk dirancang dengan penyediaan
satu jalur khusus pada setiap kursi
penumpang, sehingga pada saat kereta
transit, penumpang yang akan keluar
tidak mengganggu penumpang yang
sedang duduk di sebelahnya.
8. Area berdiri penumpang tersedia khusus
untuk penumpang yang tidak memiliki
tiket duduk dan menunggu di area
ILUSTRASI DESAIN
Gambar 17. Ilustrasi Konsep Desain Tata
Letak Kereta Api Kelas
Ekonomi Jarak Menengah
23
Hutchison D., Elizabeth. (2007). Aspect of
Human
Behavior-Personal,
Environment and Time.
Zeisel, John. (1984). Inquiry by Design:
Tools for Environment – Behavior
Research. New York: Cambride
Univ. Press.
D.K.Ching, Francis. (1996). Arsitektur:
Bentuk, Ruang dan Susunannya.
Cetakan ke-7. Jakarta: Erlangga,
1999.
Tristiyono, Bambang. (2009). Desain
Interior Kereta Api Kelas Eksekutif
Generasi Terbaru Dengan Konsep
Modular. Jurnal Idea, 10(2)
Windharto,
Agus.
(1998).
Studi
Pengembangan Payload System
Desain Interior Kereta Eksekutif
Argo Bromo. Riset ITS – PT. INKA.
Windharto, Agus. (2008). Passenger Coach
Seat Design for Executive Class with
Integrated Digital Design Method
Application. Proceedings of the 9th
Asia Pacific Industrial Engineering
& Management Systems Conference.
DAFTAR PUSTAKA
Rizky,
Deny.
(2014).
Implementasi
Peraturan Menteri Perhubungan No.
9 Tahun 2011 Tentang Standar
Pelayanan
Minimum
Untuk
Angkutan Orang Dengan Kereta Api
Pada KA Komuter Sulam (Surabaya
– Lamongan). Seminar Nasional
Unesa.
Soendjaswono, Bambang. (1994). Analisis
Perilaku Penumpang Kereta Api
Mutiara Utara. Tesis Program
Transportasi. Institut Teknologi
Bandung.
Wright, Lloyd and Fjellstrom, Karl. (2003).
Mass
Transit
Options.
GTZ
Transport and Mobility Group.
Pile, F. John. (2009). A History of Interior
Design. New York: Wiley.
Hall, Edward T. (1966). The Hidden
Dimension. New York: Doubleday.
Black, Alan. (1995). Urban Mass
Transportation Planning. Michigan
University: McGraw-Hill.
Skinner, B. F. (1971). Beyond Freedom and
Dignity. New York: Alfred A,
Knopf, Inc.
24