Lompat ke isi

Tato

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seorang pria Dayak menunjukkan tato di dada dan perutnya. Foto dari koleksi Tropenmuseum, Amsterdam.

Tato (bahasa Inggris: tattoo) atau cacah adalah suatu gambar, simbol, atau tulisan pada permukaan kulit yang dibuat dengan memasukkan zat warna ke dalamnya. Dalam istilah teknis, tato adalah implantasi zat warna mikro. Tato dapat dibuat terhadap kulit manusia atau hewan. Tato pada manusia adalah suatu bentuk modifikasi tubuh, sementara tato pada hewan umumnya digunakan sebagai identifikasi.

Tato merupakan praktik yang ditemukan hampir di semua tempat dengan fungsi sesuai dengan adat setempat. Tato dahulu sering dipakai oleh kalangan suku-suku terasing di suatu wilayah di dunia sebagai penandaan wilayah, derajat, pangkat, bahkan menandakan kesehatan seseorang. Tato digunakan secara luas oleh orang-orang Polinesia, Filipina, Kalimantan, Sumatra, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Mesoamerika, Eropa, Jepang, Kamboja, serta Tiongkok. Walaupun pada beberapa kalangan tato dianggap tabu, seni tato tetap menjadi sesuatu yang populer di dunia.

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

Kata "tato" berasal dari bahasa Tahiti, "tatu" berarti menandakan sesuatu.[1][2] dari bahasa Proto-Oseanik *sau₃ yang mengacu kepada tulang belikat kalong yang dipakai sebagai alat pencacah.[3] Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tato berarti gambar atau lukisan pada bagian (anggota) tubuh. Istilah lain untuk tato ialah "cacah", yang memiliki pengertian sama, dan berasal dari bahasa Jawa Kuno.[4] Sedangkan kata "rajah" juga dapat memiliki pengertian sama, tetapi lebih mengacu kepada tato atau gambar di media lainnya yang diyakini memiliki kekuatan gaib atau sihir.[5]

Keberadaan mencacah tubuh di dalam kebudayaan dunia sudah sangat lama ada dan dapat dijumpai di seluruh sudut dunia. Menurut sejarah, tato sudah dilakukan sejak ribuan tahun Sebelum Masehi. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan beberapa mumi dari masa lampau. Dua mumi yang berasal dari zaman Mesir Kuno (3351 dan 3017 SM) memiliki tato figuratif pada tubuhnya.[6] Mumi Ötzi dari masa 3250 SM, yang ditemukan di pegunungan Alpen, memiliki 61 tato di tubuhnya.[7]

Tradisi menato pada umumnya dilakukan pada masa lampau oleh bangsa Austronesia. Itu merupakan salah satu teknologi yang ditemukan oleh orang-orang Pra-Austronesia dan pesisir Cina Selatan sejak masa 1500 SM, sebelum persebaran bangsa Austronesia ke kepulauan Indo-Pasifik.[8][9][10] Ada kemungkinan bahwa tradisi tersebut berkaitan dengan kegiatan perburuan kepala.[11] Tato menyebar ke suku-suku di dunia, termasuk salah satunya suku Indian di Amerika Serikat dan Polinesia di Asia, lalu berkembang ke seluruh suku-suku dunia salah satunya suku Dayak di Kalimantan.[12]

Tato dibuat sebagai suatu simbol atau penanda, dapat memberikan suatu kebanggaan tersendiri bagi si empunya dan simbol keberanian dari si pemilik tato. Sejak masa pertama tato dibuat juga memiliki tujuan demikian. Tato dipercaya sebagai simbol keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, dan harga diri.

Kebudayaan

[sunting | sunting sumber]
Tato Suku Mentawai

Di Borneo (Kalimantan), di beberapa sub-Suku Dayak tato merupakan aspek spritual serta juga dapat melambangkan identitas dan status sosial yang tinggi.[12]

Di Tiongkok, pada masa zaman Dinasti Ming (kurang lebih 350 tahun yang lalu), wanita dari suku Derung membuat tato di wajah dan pantatnya untuk sebagai tanda bagi keturunan yang baik.[13]

Di Sumatra, suku Mentawai memandang tato sebagai suatu hal yang sakral dan berfungsi sebagai simbol keseimbangan alam.[14] Suku Mentawai juga meyakini bahwa dengan tato, mereka dapat membawa harta kekayaan ke alam setelah kematian dan sebagai tanda pengenal saat berjumpa roh para leluhur di alam baka.[15]

Teknik pembuatan

[sunting | sunting sumber]
Teknik pembuatan tato oleh Suku Dayak.

Ada berbagai cara dalam pembuatan tato. Ada yang menggunakan tulang binatang sebagai jarum seperti yang dapat dijumpai pada orang-orang Eskimo, suku Dayak dengan duri pohon jeruk, dan ada pula yang menggunakan tembaga panas untuk mencetak gambar naga di kulit seperti yang dapat ditemui di Tiongkok. Bukannya tidak sakit dalam proses membuat tato. Sebenarnya rasa sakit pasti dialami ketika membuat tato di tubuh, namun karena nilai yang tinggi dari tato, dan harga diri yang didapatkan, maka rasa sakit itu tidak dianggap masalah.

Ada berbagai jenis dan ragam bentuk tato, tergantung dengan apa yang dipercaya oleh suku-suku bersangkutan, dan di setiap daerah umumnya memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang tato, meski pada prinsipnya hampir sama.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Thompson, Beverly Yuen (2015). ""I Want to Be Covered": Heavily Tattooed Women Challenge the Dominant Beauty Culture" (PDF). Covered in Ink: Tattoos, Women and the Politics of the Body. New York, New York USA: New York University Press. hlm. 35–64. ISBN 978-0-8147-8920-9. 
  2. ^ "Meaning of Tatau 1". Pasefika Design. 
  3. ^ Blust, Robert; Trussel, Stephen (2010). "*sau₃ wingbone of flying fox, used in tattooing; tattoo". Austronesian Comparative Dictionary. Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology. Diakses tanggal 8 November 2022. 
  4. ^ "Definisi 'cacah'", Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi VI, Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016, diakses tanggal 14 Maret 2024 
  5. ^ "Definisi 'cacah'", Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi VI, Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016, diakses tanggal 14 Maret 2024 
  6. ^ Ghosh, Pallab (1 March 2018). "'Oldest tattoo' found on 5,000-year-old Egyptian mummies". BBC. Diakses tanggal 8 March 2018. 
  7. ^ Scallan, Marilyn (9 December 2015). "Ancient Ink: Iceman Otzi Has World's Oldest Tattoos". Smithsonian Science News. Diakses tanggal 19 December 2015. 
  8. ^ Benoît Robitaille (2007). A Preliminary Typology of Perpendicularly Hafted Bone Tipped Tattooing Instruments: Toward a Technological History of Oceanic Tattooing in Bones as Tools: Current Methods and Interpretations in Worked Bone Studies.Editors: Christian Gates St-Pierre and Renee Walker. Archaeopress. hlm. 159–174. 
  9. ^ Patrick Vinton Kirch (2012). A Shark Going Inland Is My Chief: The Island Civilization of Ancient Hawai'i. University of California Press. hlm. 31–32. ISBN 9780520273306. 
  10. ^ Furey, Louise (2017). "Archeological Evidence for Tattooing in Polynesia and Micronesia". Dalam Lars Krutak & Aaron Deter-Wolf. Ancient Ink: The Archaeology of Tattooing. University of Washington Press. hlm. 159–184. ISBN 9780295742847. 
  11. ^ Julian Baldick (2013). Ancient Religions of the Austronesian World: From Australasia to Taiwan. I.B.Tauris. hlm. 3. ISBN 9781780763668. 
  12. ^ a b Tattmag Team (16 December 2019). "40 DAYAK TATTOOS: ORIGINS, MEANINGS & MORE". tattmag.com/. Diakses tanggal 6 December 2023. 
  13. ^ "The Derung People: the Face Tattooed Tribal Women of China". China-Underground. 22 September 2016. Diakses tanggal 14 August 2021. 
  14. ^ Dale Rio (2012). Planet Ink: The Art and Studios of the World's Top Tattoo Artists. Voyageur Press. ISBN 978-0-7603-4229-9. 
  15. ^ "Mentawai Tribe". www.mentawaitribe.com. Diakses tanggal 2020-03-30. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]