Pembinaan perdamaian
Pembinaan perdamaian, bina damai, atau pembangunan perdamaian adalah campur tangan (intervensi) yang dirancang untuk mencegah terjadinya atau berlanjutnya konflik bersenjata dengan membangun perdamaian yang berkelanjutan. Pembinaan perdamaian bertujuan melenyapkan penyebab utama atau penyebab yang berpotensi memicu kekerasan, membangun harapan masyarakat bahwa konflik akan berakhir damai, dan mengembalikan kestabilan politik dan sosial-ekonomi. Definisi tetapnya tergantung pada pelaku intervensi. Ada definisi yang menyebutkan secara rinci aktivitas-aktivitas yang tergolong pembinaan perdamaian, dan ada pula definisi yang membatasi pembinaan perdamaian pada intervensi pascakonflik saja.
Pembinaan perdamaian merupakan upaya pemerintah dan masyarakat di tingkat lokal, nasional, dan internasional untuk melenyapkan penyebab utama kekerasan dan menjamin bahwa warga sipil menikmati kebebasan dari rasa takut (perdamaian negatif), kebebasan dari kemiskinan (perdamaian positif), dan kebebasan dari rasa hina sebelum, selama, dan setelah konflik bersenjata.
Aktivitas yang dijalankan semasa pembinaan perdamaian tergantung pada situasi dan agen pembinaan perdamaian. Aktivitas pembinaan perdamaian dianggap berhasil apabila mampu menciptakan lingkungan yang mendorong perdamaian jangka panjang; mendamaikan pihak yang saling bermusuhan; mencegah berulangnya konflik; menyatukan masyarakat sipil; membuat mekanisme aturan hukum; dan menyelesaikan permasalahan struktural dan kemasyarakatan. Sejumlah peneliti dan praktisi menganggap bahwa pembinaan perdamaian lebih efektif dan bertahan lama apabila ikut mempertimbangkan makna perdamaian menurut warga setempat dan dinamika yang memicu atau memperparah konflik.[1]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Resolusi konflik
- Pembinaan bangsa
- Penciptaan perdamaian
- Pemeliharaan perdamaian
- Pembinaan negara
- Pembinaan perdamaian lingkungan
- Agama dan pembinaan perdamaian
- Studi perdamaian dan konflik
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Coning, C (2013). "Understanding Peacebuilding as Essentially Local". Stability: International Journal of Security and Development. 2 (1): 6. doi:10.5334/sta.as.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Barnett, Michael; Kim, Hunjoon; O'Donnell, Madalene; Sitea, Laura (2007). "Peacebuilding: What Is in a Name?". Global Governance. 13: 35–58.
- Keating, Tom; Knight, W., ed. (2004). Building Sustainable Peace. Canada: United Nations University Press and The University of Alberta Press. ISBN 92-808-1101-0.
- Mac Ginty, Roger (2011). International Peacebuilding and Local Resistance. United Kingdom: Palgrave Macmillan. ISBN 978-0-230-27376-4.
- Porter, Elisabeth (2007). Peacebuilding: Women in International Perspective. Oxon, UK: Routledge. ISBN 978-0-415-39791-9.
- Richmond, Oliver (2011). A Post-Liberal Peace. UK: Routledge.
- Sandole, Dennis (2010). Peacebuilding. Cambridge, UK: Polity Press. ISBN 978-0-7456-4165-2.
- Schirch, Lisa (2006) Little Book of Strategic Peacebuilding. PA: Good Books.
- Schirch, Lisa (2013) Conflict Assessment & Peacebuilding Planning. CO: Lynn Reinner Press.
- Tarnoff, Curt; Marian L. Lawson (2011). Foreign Aid: An Introduction to U.S. Programs and Policy (Laporan teknis). Congressional Research Service. R40213.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Catholic Relief Services: Peacebuilding
- United Nations Peacebuilding Commission
- United Nations Rule of Law: Peacebuilding Diarsipkan 2017-06-29 di Wayback Machine., on the relationship between peacebuilding, the rule of law and the United Nations.
- Building Cultures of Peace: Transdisciplinary Voices of Hope and Action, Elavie Ndura-Ouédraogo and Randall Amster (eds.), UK: Cambridge Scholars Publishing, 2009.
- Peace, Peacebuilding, Peacemaking, in: Berghof Glossary on Conflict Transformation (PDF). Berlin, Germany: Berghof Foundation. 2012. hlm. 59–64. ISBN 978-3-941514-09-6. Diakses tanggal 6 March 2015.