Lompat ke isi

Gelombang panas Eropa 2003

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gelombang panas Eropa 2003
Tanggal Juni 2003– Agustus 2003
Kawasan yang terkena Sebagian besar Eropa Barat dan Eropa Selatan
Suhu tertinggi 48 °C (118 °F) di Auxerre, Prancis
Korban 72.000 tewas[1]

Gelombang panas Eropa 2003 adalah musim panas terpanas di Eropa sejak tahun 1540.[2] Prancis adalah negara yang terkena dampak paling parah.[3] Gelombang panas ini menyebabkan krisis kesehatan di beberapa negara dan dikombinasikan dengan kekeringan di beberapa bagian Eropa Selatan dan Eropa Barat. Analisis medis menyatakan bahwa jumlah korban tewas di Eropa akibat peristiwa ini sebanyak 70.000 jiwa. Kebanyakan korban adalah seorang lansia dengan menyumbang sekitar 92% kematian, terkait dengan gelombang panas.[4]

Perbandingan suhu rata-rata (2000, 2001, 2002 dan 2004) dengan tahun 2003, pada rentang tanggal 20 Juli - 20 Agustus.[5]

Negara terdampak

[sunting | sunting sumber]
Sungai Loira di Prancis, mengalami Kekeringan

Di Prancis, ada 14.802 kematian yang berhubungan dengan panas (terutama di kalangan orang tua) selama terjadinya gelombang panas, menurut data dari Institut Kesehatan Nasional Prancis.[6][7] Prancis pada umumnya tidak mengalami musim panas yang sangat panas, terutama di daerah utara,[8] namun selama tujuh hari pada bulan Juli-Agustus 2003, Prancis memiliki suhu lebih dari 40 °C (104 °F), yang tercatat di Auxerre, Yonne. Karena musim panas biasanya relatif sedang, kebanyakan orang tidak mengetahui bagaimana cara untuk bereaksi terhadap suhu yang sangat tinggi (misalnya, mengenai rehidrasi), dan sebagian besar rumah warga dan fasilitas perumahan yang dibangun dalam 50 tahun terakhir tidak dilengkapi dengan penyejuk udara. Selain itu, suhu tinggi sangat jarang dianggap sebagai ancaman utama.

Bencana itu terjadi pada bulan Agustus, bulan di mana banyak orang, termasuk menteri pemerintah dan dokter, sedang berlibur. Banyak mayat yang tidak diklaim selama berminggu-minggu karena kerabat mereka sedang berlibur. Sebuah gudang berpendingin di luar Paris digunakan untuk menampung mayat karena mereka tidak memiliki cukup ruang di fasilitas mereka. Pada 3 September 2003, lima puluh tujuh mayat yang masih tidak diklaim di kawasan Paris dikuburkan.

Tingginya angka kematian dapat dijelaskan dengan mengaitkan peristiwa-peristiwa yang tampaknya tidak berhubungan. Pada hari-hari normal, hampir setiap malam di Prancis cuacanya dingin, bahkan di musim panas sekalipun. Akibatnya, rumah-rumah (biasanya rumah batu, beton atau bata) tidak terlalu hangat selama siang hari, dan AC biasanya tidak diperlukan. Selama gelombang panas, suhu mencapai rekor tertinggi bahkan di malam hari, yang mencegah siklus pendinginan yang biasanya terjadi. Warga usia tua yang tinggal sendirian belum pernah menghadapi cuaca panas yang ekstrem seperti ini, dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi, atau terlalu dilemahkan oleh cuaca panas sehingga tidak mampu mempertahankan diri. Warga usia tua yang tinggal dengan keluarga mereka atau di panti jompo mungkin bisa mengandalkan bantuan dari orang lain untuk melindungi diri. Hal ini menyebabkan kelompok-kelompok usia yang paling lemah memiliki tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan dengan warga yang sehat secara fisik, sebagian besar korban berasal dari kelompok warga usia tua.

Buruknya sistem kesehatan negara sehingga mempengaruhi jumlah korban tewas adalah salah satu masalah yang menjadi kontroversi di Prancis. Pemerintahan Presiden Jacques Chirac dan Perdana Menteri Jean-Pierre Raffarin menyalahkan para keluarga yang meninggalkan orang tua mereka saat mereka berlibur. Selain itu, sistem hari kerja 35 jam, juga dituding mempengaruhi jumlah dokter yang bertugas pada saat itu. Banyak perusahaan-perusahaan yang tutup pada bulan Agustus, sehingga karyawan tidak punya pilihan lain selain pergi berlibur. Dokter keluarga juga memiliki kebiasaan untuk berlibur pada waktu yang sama.

Oposisi dan sebagian besar editorial pers lokal menyalahkan pemerintah atas banyaknya korban. Kebanyakan dari mereka menyalahkan Menteri Kesehatan Jean-François Mattei karena tidak segera kembali dari liburannya di saat ancaman gelombang panas semakin serius, dan para pembantunya juga memblokir tindakan darurat di rumah-rumah sakit umum (seperti panggilan untuk dokter). Seorang kritikus, Dr. Patrick Pelloux, kepala serikat dokter darurat, menyalahkan pemerintahan Raffarin karena mengabaikan peringatan dari para profesional kesehatan. Mattei kehilangan jabatannya dalam perombakan kabinet pada tanggal 31 Maret 2004.[9]

Terjadi kebakaran hutan yang luas di Portugal. Lima persen dari pedesaan dan sepuluh persen dari hutan (215.000 hektare[7]) musnah, diperkirakan sekitar 4.000 kilometer persegi (1.500 sq mi). Delapan belas orang tewas dalam kebakaran dan sekitar 1.866 hingga 2.039 kematian yang disebabkan oleh cuaca panas terjadi.[10] Suhu mencapai 48 °C (118 °F) di Amareleja. Awal Agustus merupakan hari terpanas sepanjang abad, dengan suhu pada malam hari di atas kisaran 30 °C (86 °F). Badai aneh terjadi di wilayah selatan pada hari itu. Angin Sahara yang panas dan kencang bertiup selama hari-hari berikutnya pada minggu itu.[11][12]

Ada sekitar 1.500[7][13] kematian yang berhubungan dengan cuaca panas di Belanda, sebagian besarnya adalah warga usia tua. Gelombang panas di negara ini tidak dicatat, namun cuaca tropis panas sudah terjadi sejak pertengahan Juli, sebelum datangnya gelombang panas, dan ini tidak dihitung.[13] Suhu tertinggi yang tercatat terjadi pada 7 Agustus, di Arcen, Limburg, dengan suhu mencapai 37,8 °C, 0,8 °C di bawah rekor nasional (sejak 1704). Pada tanggal 8 Agustus, suhu mencapai 37,7 °C, dan pada 12 Agustus 37,2 °C.[14]

Terdapat 141 korban tewas di Spanyol.[butuh rujukan] Catatan suhu mencapai rekornya di berbagai kota, di antaranya 45,1 °C (113,2 °F) di Jerez, dan 41 °C (106 °F) di Spanyol Utara. Rekor suhu lainnya juga terjadi di Girona,[15] Burgos (38,8 °C (101,8 °F)),[16] San Sebastián (38,6 °C (101,5 °F)),[16] Pontevedra (36 °C (97 °F)),[17] dan Barcelona (36 °C (97 °F)).[18] Suhu di Sevilla adalah 45,2 °C (113,4 °F), meskipun rekor tertinggi terjadi pada 1995, dengan suhu 46,6 °C (115,9 °F).[19]

Musim panas 2003 adalah salah satu yang terpanas dalam tiga abad terakhir di Italia,[20] dan suhu maksimum pada Juli dan Agustus berada di atas 30 °C.[20] Kelembaban yang tinggi semakin menambah persepsi panas dan penderitaan penduduk.[20] Ada beberapa laporan tentang anomali suhu yang kuat, misalnya di Toscana[21] dan Veneto.[22] Suhu naik jauh di atas rata-rata di sebagian besar negara dan mencapai rata-rata tertinggi dalam hal resistensi panas; sebagai contoh, stasiun cuaca Catenanuova di Sisilia, mencatat suhu rata-rata bulanan, yaitu 31,5 °C (88,7 °F) pada bulan Juli 2003, dengan suhu tertinggi 46,0 °C (114,8 °F) pada tanggal 17 Juli, sedangkan suhu rata-rata bulanan maksimum adalah 36,0 °C (96,8 °F), 38,9 °C (102,0 °F) dan 38 °C (100 °F) pada bulan Juni, Juli dan Agustus 2003.[23]

Di Jerman, suhu tertinggi adalah 40,4 °C (104,7 °F), yang tercatat di Roth bei Nürnberg, Bavaria.[butuh rujukan] Namun beberapa pakar menduga bahwa suhu tertinggi terjadi di daratan upper Rhine, yang dikenal karena suhunya yang sangat tinggi. Di beberapa stasiun cuaca (stasiun swasta, misalnya Mannheim atau Frankenthal), suhu dilaporkan lebih dari 41 °C (106 °F), namun data ini tidak diakui oleh badan statistik resmi. Karena menurunnya setengah curah hujan normal, sungai mengalami pendangkalan terendah selama abad ini, dan aktivitas pelayaran tidak bisa dilakukan di Sungai Elbe atau Danube. Sekitar 9.000 jiwa[7]–sebagian besarnya adalah warga usia tua–tewas selama gelombang panas 2003 di Jerman.

Melelehnya gletser di Pegunungan Alpen menyebabkan terjadinya longsor dan banjir di Swiss. Rekor suhu baru nasional, yakni 41,5 °C (106,7 °F), tercatat di Grono, Graubünden.[24]

Britania Raya

[sunting | sunting sumber]
Pendangkalan air di Haweswater Reservoir, Britania Raya, September 2003

Britania Raya pada umumnya mengalami musim panas yang hangat dengan temperatur di atas rata-rata. Namun, siklon Atlantik membawa cuaca yang dingin dan basah pada akhir Juli dan awal Agustus sebelum suhu mulai meningkat secara substansial sejak 3 Agustus dan seterusnya. Catatan cuaca juga mencapai rekor di Britania Raya, yaitu 38,5 °C (101,3 °F) di Gravesend, Kent pada 10 Agustus. London mencatatkan suhu terpanasnya; 38,0 °C (100,4 °F). Skotlandia juga memecahkan rekor suhu tertinggi dengan 32,9 °C (91,2 °F), yang tercatat di Greycrook, perbatasan Skotlandia, pada 9 Agustus.[25] Menurut BBC, sekitar 2.000 jiwa lebih tewas di Britania Raya akibat gelombang panas 2003.[26] BBC News melaporkan bahwa hari-hari pada bulan Agustus adalah hari terpanas yang pernah tercatat di Britania Raya.[27]

Musim panas 2003 lebih hangat daripada musim panas rata-rata di Irlandia, dan cuaca panas di Irlandia jauh lebih menonjol daripada di seluruh Eropa. Sejauh ini, Agustus adalah bulan terpanas, terkering, dan tercerah di Irlandia, dengan suhu sekitar 2 °C di atas rata-rata. Suhu tertinggi yang tercatat adalah 30,3 °C (86,5 °F) di Belderrig, County Mayo pada 8 Agustus.[28][29][30]

Dampak terhadap tanaman

[sunting | sunting sumber]

Tanaman yang paling menderita akibat kekeringan adalah tanaman yang ditanam di Eropa Selatan.

Gagal panen gandum terjadi sebagai akibat dari kekeringan yang panjang. Kemarau panjang terjadi karena peningkatan suhu yang mempengaruhi seluruh dunia. Berikut adalah persentase kerugiannya di beberapa negara:

  • Prancis – 20%
  • Italia – 13%
  • Britania Raya – 12%
  • Ukraina – 75% (tidak diketahui apakah terkena gelombang panas atau pembekuan awal pada tahun itu.)
  • Moldova – 80%

Banyak negara-negara lainnya yang gagal panen dengan persentase mulai dari 5-10%, dan total produksi Uni Eropa turun sebesar 10 juta ton, atau 10%.[butuh rujukan]

Gelombang panas mempercepat pematangan buah anggur, dan juga menyebabkan dehidrasi pada anggur. Pada pertengahan Agustus, anggur di beberapa kebun-kebun anggur sudah mencapai kadar gula nominalnya, yang kemungkinan akan menghasilkan wine bersuhu 12°–12,5°. Oleh karena itu, panen anggur dimulai jauh lebih awal dari biasanya (misalnya pada pertengahan Agustus untuk kawasan yang biasanya memanen pada bulan September).

Diperkirakan bahwa wine yang diproduksi pada tahun 2003, meskipun jumlahnya langka, akan memiliki kualitas yang luar biasa, terutama di Prancis. Gelombang panas juga menyebabkan Hungaria berjaya dalam kontes wine "Vinalies 2003 International": total sembilan medali emas dan sembilan medali perak yang diberikan kepada pembuat wine Hungaria[31]

Dampak di lautan

[sunting | sunting sumber]

Anomali cuaca yang mempengaruhi atmosfer juga menciptakan anomali di stratifikasi permukaan laut di Laut Tengah. Arus musiman di Laut Tengah, Arus Ionia Atlantik (AIS), dipengaruhi oleh suhu hangat, sehingga memodifikasi arah dan intensitasnya. SIA ini penting bagi reproduksi biologi, misalnya bagi spesies ikan pelagik. Oleh sebab itu, gelombang panas secara tidak langsung telah mempengaruhi stok dari spesies ini.[32]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Heat waves in Europe killed more than 61,600 people last summer, a study estimates". npr.org. Diakses tanggal 13 July 2023. 
  2. ^ "WMO: Unprecedented sequence of extreme weather events – News – Professional Resources – PreventionWeb.net". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-18. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  3. ^ "Europe just had its warmest summer on record, EU scientists say". Reuters. 2021-09-07. Diakses tanggal 2021-10-04. 
  4. ^ Robine, Jean-Marie (2008). "Death toll exceeded 70,000 in Europe during the summer of 2003". Comptes Rendus Biologies. 331 (2): 171–178. doi:10.1016/j.crvi.2007.12.001. ISSN 1631-0691. PMID 18241810. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-15. Diakses tanggal 17 May 2010. 
  5. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2005-01-16. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  6. ^ http://www.earth-policy.org/Updates/2006/Update56.htm Diarsipkan 2009-03-11 di Wayback Machine. Earth Policy Institute article; data for more countries: http://www.earth-policy.org/Updates/2006/Update56_data.htm Diarsipkan 2009-07-08 di Wayback Machine.
  7. ^ a b c d "Salinan arsip". Archived from the original on 2009-02-24. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  8. ^ CIA-The World Factbook, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/fr.html Diarsipkan 2018-12-24 di Wayback Machine.
  9. ^ "www.time.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-28. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  10. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2009-06-24. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  11. ^ "Portugal Diário" (dalam bahasa (Portugis)). Portugaldiario.iol.pt. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-01-12. Diakses tanggal 15 March 2010. 
  12. ^ "InterScience". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-10. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  13. ^ a b "View Article". Eurosurveillance. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-13. Diakses tanggal 15 March 2010. 
  14. ^ KNMI, Klimatologie, Job Verkaik, Jon Nellestijn, Rob Sluijter. "KNMI – Daggegevens van het weer in Nederland". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-08-11. Diakses tanggal 6 August 2009. 
  15. ^ History for Girona, Spain Diarsipkan 2018-06-13 di Wayback Machine.. Weather Underground. 2003-08-13. Last Retrieved 9 February 2007.
  16. ^ a b "Valores extremos – Agencia Estatal de Meteorología – AEMET. Gobierno de España" (dalam bahasa (Spanyol)). Aemet.es. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-17. Diakses tanggal 15 March 2010. 
  17. ^ History for Vigo, Spain Diarsipkan 2017-07-03 di Wayback Machine.. Weather Underground. August 2003. Last Retrieved 9 February 2007.
  18. ^ History for Barcelona, Spain Diarsipkan 2018-06-13 di Wayback Machine.. Weather Underground. 2003-08-13. Last Retrieved 9 February 2007.
  19. ^ "Agencia Estatal de Meteorología – AEMET. Gobierno de España" (PDF) (dalam bahasa (Spanyol)). Inm.es. 27 February 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-09-29. Diakses tanggal 15 March 2010. 
  20. ^ a b c "L'ondata di calore dell'estate 2003". Ministero della Salute, L'ondata di calore dell'estate 2003. Ministero della Salute. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-20. Diakses tanggal 23 April 2011. 
  21. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-04-19. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  22. ^ "(Analisi meteo-climatica inverno 2002/2003)". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-16. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  23. ^ "Table I – Daily temperature readings" (PDF). Osservatorio delle Acque (Water Monitoring) Annual data. Dipartimento dell'Acqua e dei Rifiuti. 2003. hlm. 45. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-03-14. Diakses tanggal 23 April 2011. 
  24. ^ "MeteoSwiss – Switzerland". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-03. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  25. ^ "Great weather events: Temperatures records fall in summer 2003". Met Office. 19 November 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-05-16. Diakses tanggal 15 March 2010. 
  26. ^ "Deaths up by 2,000 in heatwave". BBC. 3 October 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-05. Diakses tanggal 3 December 2011. 
  27. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-01. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  28. ^ "Met Éireann – Monthly Weather Bulletin (June 2003)" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-11-07. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  29. ^ "Met Éireann – Monthly Weather Bulletin (July 2003)" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-11-07. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  30. ^ "Met Éireann – Monthly Weather Bulletin (August 2003)" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-04-03. Diakses tanggal 2013-01-02. 
  31. ^ "Union des oenologues de France". Oenologuesdefrance.fr. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-04-09. Diakses tanggal 15 March 2010. 
  32. ^ "Effects of 2003 heatwave on the Sea Surface in Central Mediterranean". Ocean-sci.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-05-13. Diakses tanggal 15 March 2010.