Lompat ke isi

Flavona

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gambar struktur perancah dasar Flavon dengan penomoran.

Flavona adalah suatu senyawa kristalin tidak berwarna yang menjadi bahan dasar pigmen tumbuhan untuk warna putih atau kuning. Flavon merupakan molekul dengan berat rendah fitokimia polifenol, berasal dari metabolisme sekunder tanaman dan berperan penting dalam berbagai proses biologi.[1]

Klasifikasi

[sunting | sunting sumber]

Flavon dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kelas, yaitu: flavonol (quercetin, kaempferol, myricetin, fisetin), flavon (luteolin, apigenin), flavanon (hesperetin, naringenin), glikosida flavonoid (astragalin, rutin), flavonoligan (sibilinin), flavan (katekin, epikatekin), isoflavon (genistein, daidzein), antosianidin (sianidin, delfidin), auron (leptosidin, aureusidin), leukoantosianid (terasasidin), neoflavonoid (koutareagenin, dalbergin), dan kalkon.[1]

Semua kelas flavon merupakan pemeran dalam berbagai kegiatan biologis, dan beberapa diantaranya telah dieksplorasi secara luas.[1]

Asam fenolat terdapat dalam berbagai makanan, misalnya jamur. Karena sifat bioaktifnya, asam fenolat secara luas dipelajari dan ada bukti perannya dalam pencegahan penyakit.[2]

Flavon memiliki aktivitas antioksidan, anti-poliferasi, anti-tumor, anti-mikrob, estrogenik, asetilkolinesterase, anti-inflamasi, dan juga digunakan pada kanker, penyakit jantung, gangguan neurodegeneratif, dan lain-lain. Flavon yang ditemukan juga memiliki efek pada beberapa enzim mamalia seperti protein kinase yang mengatur jalur sinyal sel ganda dan perubahan dalam beberapa seluler jalur sinyal sering ditemukan banyak penyakit.[1]

Penelitian

[sunting | sunting sumber]

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa flavon adalah senyawa dengan bioaktivitas yang luas. Misalnya, luteolin dan apigenin telah diteliti memiliki aktivitas anti-kanker dan antimutagenik in vitro dan in vivo. Luteolin memiliki efek vasodilatasi pada dada aorta tikus, dan apigenin yang juga memiliki efek vasodilatasi dapat menekan pertumbuhan tumor kulit.[3]

Flavon telah menjadi jangkar yang sangat diperlukan untuk pengembangan agen terapi baru. Mayoritas penyakit metabolik yang berspekulasi berasal dari stres oksidatiff dan karena itu signifikan bahwa studi terbaru menunjukan efek positif dari flavon pada penyakit yang berhubungan dengan oksidatif stres.[1]

Karena berbagai aktivitas biologis flavon, hubungan struktur aktivitas telah menghasilkan berbagai senyawa baru kimia obat. Perkembangan terhadap senyawa turunan flavon pada penyakit beragam dalam rentang waktu yang sangat singkat membuktikan besarnya untuk penelitian kimia obat.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f Singh, M.; Kaur, M.; Silakari, O. Flavones: An Important Scaffold for Medicinal Chemistry. Eur. J. Med. Chem. 2014, 84, 206-239.
  2. ^ Heleno, S. A.; Martins, A.; Queiroz, M. J. R. P.; Fereeira, I. C. F. R. Bioactivity of Phenolic Acids: Metabolites versus Parent Compounds: A Review. Food Chem. 2015, 173, 501-513.
  3. ^ Materska, M. Flavone C-Glycosides from Capsicum Annum L.: Relantionships between Antioxidant Activity an Lipophilicity. Eur. Food Res. Technol. 2014.