Suara serak
Hoarseness atau yang bisa disebut suara serak sering digunakan untuk menggambarkan perubahan kualitas suara, mulai dari suara lemah hingga kasar. Istilah hoarseness sendiri dapat merefleksikan kelainan (abnormalitas) yang letaknya bisa di berbagai tempat di sepanjang saluran vokalis, mulai dari rongga mulut hingga paru. Meski idealnya istilah hoarseness lebih baik ditujukan untuk disfungsi laring akibat vibrasi pita suara yang abnormal.
Sebelum kita berbicara lebih lanjut mengenai hoarseness atau suara serak ini, ada baiknya terlebih dahulu memahami bagaimana suara itu diproduksi saat bicara.
Tanda klinis perubahan suara
Jika penderita mengeluh suara lemah/tertahan (damped voice), besar kemungkinan letak abnormalitas bicara (speech) tersebut adalah di fase paru atau saluran trakeobronkial (level di bawah pita suara), salah satunya akibat pergerakan paru yang terbatas, membuat suara yang keluar sulit dipersepsikan. Sedangkan jika terdapat kesulitan dalam pengucapan kata(artikulasi) atau mengalami perubahan resonansi suara seperti suara yang datang dari hidung, maka masalahnya kemungkinan berasal dari fase oral/faring.
Abnormalitas dalam fase oral juga bisa menghasilkan suara muffled atau "hot potato" voice (seperti orang berbisara saat mengunyah kentang panas). Kelainan yang berasal dari fase oral dan fase paru tidak dianggap sebagai hoarseness. True hoarseness atau suara serak yang sebenarnya, berasal daro abnormalitas pada laring dan umumnya menghasilkan suara yang kasar, serak/parau (raspy voice).
Di bawah ini terdapat berbagai istilah untuk mengkarakteristikan hoarseness atau perubahan kualitas suara:
- Disfonia: digunakan untuk menggambaran perubahan umum kualitas suara
- Diplofonia: Menggambarkan suara yang dibentuk oleh vibrasi pita suara menghasilkan 2 frekuensi yang berbeda
- Afonia: Terjadi jika tidak ada suara di hasilkan oleh pita suara. Ini sering terjadi sekunder terhadap tidak adanya aliran udara melalui pita suara, atau defisiensi dalam aproksimasi pita suara.
- Stridor: Mengindikasikan bising yang dihasilkan dari saluran penapasan atas selama inspirasi dan/atau ekspirasi karena adanya obstruksi. Stridor menandai keadaan emergensi, dan tidak dipertimbangkan sebagai hoarseness. Artinya mungkin saja muncul bersamaan dengan hoarseness jika obstruksi terjadi di level pita suara.
Kategori hoarseness
Hoarseness dapat dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu: onset akut dan onset kronis.
Onset akut lebih sering terjadi dan biasanya karena peradangan lokal pada laring (laringitis akut). Laringitis akut bisa disebabkan oleh infeksi viral yang pada banyak kasus dapat sembuh dengan sendirinya, dan biasanya direkomendasikan untuk istirahat berbicara, meningkatkan asupan cairan, dan humidifikasi. Jika diduga terjadi karena infeksi sekunder bakterial, dapat diberikan antibiotik. Apabila tidak ada bukti adanya infeksi, laringitis akut bisa terjadi karena bahan kimia aau iritan dari lingkungan, atau akibat penggunaan suara berlebih (voice overuse) pada penyanyi, pengajar, orator, dsb.
Onset kronis (Laringitis kronis), dapat disebabkan refluks faringeal, polip jinak, nodul pita suara, papilomatosis laring, tumor, defisit neurologis, ataupun peradangan kronis sekunder karena asap rokok atau voice abuse.
Penyebab Hoarseness
- Laringitis akut viral
- Nodul pita suara, polip, kista, papiloma
- Paralisis pita suara
- Hipotiroidisme
- Rhinosinusitis
- Kanker laring
- Refluks laringofaringeal
- Tindakan Intubasi
- Alergi
Penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi suara dan menyebabkan hoarseness
- Hipotirodisme
- Multiple sklerosis
- Rematoid artritis
- Penyakit Parkinson
- Lupus sistemik
- Wagener's granulomatosis
- Miasenia Gravis
- Sarkoidosis
- Amiloidosis