Lompat ke isi

Satria Bergitar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 22 Januari 2023 12.39 oleh BoedimanAw (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Satria Bergitar
SutradaraNurhadie Irawan
ProduserBenny Muharam
Ditulis olehRhoma Irama
PemeranRhoma Irama
Ricca Rachim
Soultan Saladin
Farida Pasha
WD Mochtar
Mathias Muchus
Urip Arphan
Joescano Jusuph
Penata musikIdris Sardi
Rhoma Irama
SinematograferSadeli HS
PenyuntingNorman Benny
Tanggal rilis
1984
Durasi162 menit
NegaraIndonesia

Satria Bergitar adalah film Indonesia yang diproduksi pada tahun 1984 dengan disutradarai oleh Nurhadie Irawan dan merupakan film Dolby stereo pertama di Indonesia.

Di negeri Antioch Gaza, Raja Wasit Aron (WD Mochtar) menyusun kekuatan untuk merebut kembali tahtanya yang dirampas Abu Garin (Soultan Saladin). Abu Garin yang serakah ini belum juga puas jika belum berhasil mengawini putri Wasit bernama Tirza (Ricca Rachim) dan mengambil batu mustika bernama Mutiara Samudera Tantangan yang masih dikuasai Wasit. Peperangan antara dua kekuatan yang masih biadab dan penyembah berhala itu terus terjadi. Suatu hari Raja Wasit kedatangan seorang musafir yang selalu menyandang gitar (Rhoma Irama). Setelah memperlihatkan kesaktiannya berperang dan mengobati luka Putri Tirza, Rhoma berhasil mengajak Raja Wasit dan pengikutnya untuk masuk agama Islam. Dengan tipu muslihat yang licik, Abu Garin dan pengikutnya berhasil menyandera Putri Tirza. Di sini Rhoma lalu berhasil memasuki istana Abu Garin dengan menyamar sebagai rombongan musik. Rhoma berhasil juga menghibur acara perkawinan paksa antara Abu Garin dengan Tirza. Tetapi akibat pengkhianatan Banezar (Mathias Muchus), penyamaran Rhoma terbongkar. Terjadilah pertarungan sengit antara Rhoma dengan Banezar. Rhoma yang diserahi Batu Mustika, mengajak Abu Garin untuk bertanding sebagai persyaratan penyerahan benda itu. Abu Garin akhirnya tewas di tangan Rhoma, Wasit Aron kembali memperoleh tahtanya. Rhoma sendiri menolak diangkat menjadi raja dan lebih memilih meneruskan muhibahnya di bumi Allah.[1][2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]