Lompat ke isi

Kullabiyah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 3 Oktober 2020 03.44 oleh SahirulAlim37 (bicara | kontrib) (Penyimpangan sejarah)

Kullabiyah adalah orang-orang yang menisbahkan diri kepada Abdullah bin Said bin Kullab, masyhur dengan Ibnu Kullab.

Al-Imam adz-Dzahabi berkata, “Dia adalah tokoh ahlul kalam (filsafat) dari Bashrah di zamannya.”

Beberapa orang berkata bahwa Asy'ariyah modern sejatinya mengikuti mazhab Ibnu Kullab, bukan mazhab Imam Asy’ari sendiri. Mereka menyebut fase Kullabiyah ini sebagai fase kedua dari perjalanan hidup Imam Abu Hasan al-Asy'ari sebelum akhirnya berpindah lagi ke aqidah salaf di fase ketiga. Saat ini penulis takkan membahas tentang tiga fase yang sebenarnya hoaks ini, tapi penulis akan membahas tentang aqidah Syekh Ibnu Kullab secara personal.   Dalam kajian-kajian yang tidak kredibel, aqidah Ibnu Kullab dikesankan sebagai aqidah Jahmiyah, menolak sifat-sifat Allah, Muatthilah, akal-akalan, terpengaruh filsafat dan seterusnya. Faktanya, aqidah beliau jauh dari itu semua. Imam Abu Hasan al-Asy'ari meriwayatkan tentang aqidah Ibnu Kullab itu dalam kitabnya yang berjudul Maqâlat al-Islamiyyin sebagai berikut:   قال عبد الله بن كلاب: لم يزل الله عالماً قادراً حياً سميعاً بصيراً عزيزاً عظيماً جليلاً متكبراً جباراً كريماً جواداً واحداً صمداً فرداً باقياً أولاً رباً إلهاً مريداً كارهاً راضياً عمن يعلم أنه يموت مؤمناً وإن كان أكثر عمره كافراً، ساخطاً على من يعلم أنه يموت كافراً وإن كان أكثر عمره مؤمناً، محباً مبغضاً موالياً معادياً قائلاً متكلماً رحماناً بعلم وقدرة وحياة وسمع وبصر وعزة وعظمة وجلال وكبرياء وجود وكرم وبقاء وإرادة وكراهة ورضىً وسخط وحب وبغض ومولاة ومعاداة وقول وكلام ورحمة وأنه قديم لم يزل بأسمائه وصفاته، وكان يقول أن أسماء الله وصفاته لذاته لا هي الله ولا هي غيره وأنها قائمة بالله ولا يجوز أن تقوم بالصفات صفات، وكان يقول أن وجه الله لا هو الله ولا هو غيره وهو صفة له وكذلك يداه وعينه وبصره صفات له لا هي هو ولا غيره وأن ذاته هي هو ونفسه هي هو وأنه موجود لا بوجود وشيء لا بمعنى له كان شيئاً، وكان يزعم أن صفات البارئ لا تتغاير وأن العلم لا هو القدرة ولا غيرها وكذلك كل صفة من صفات الذات لا هي الصفة الأخرى ولا غيرها   "Abdullah bin Kullab berkata: Allah senantiasa Maha-Mengetahui, Maha-Berkuasa, Maha-Hidup, Maha-Mendengar, Maha-Melihat, Maha-Mulia, Maha-Agung, Maha-Mulia, Maha-Sombong, Maha-Berkuasa Mutlak, Maha-Mulia, Maha-Pemurah, Maha-Esa, Maha-Sendiri, Maha-Kekal, tak berawal, Sebagai Pencipta/Perawat, Sebagai Tuhan yang disembah, Maha-Berkehendak, Tidak suka, Ridha/merelakan orang yang diketahuinya akan mati sebagai mukmin meskipun kebanyakan umurnya sebagai orang kafir. Marah terhadap orang yang diketahuinya akan mati kafir meskipun kebanyakan umurnya sebagai orang mukmin, Mencintai, Memarahi, Mengasihi, Memusuhi, Berfirman, Mempunyai Kalam. Maha-Rahman dengan sifat: Ilmu, Kekuasaan, Hidup, Mendengar, Melihat, Mulia, Agung, Mulia, Sombong, Pengasih, Terhormat, Kekal, Kehendak, Ketidaksukaan, Kerelaan, Kemarahan, Cinta, Kemarahan, Kasih, Permusuhan, Firman, Kalam dan Rahmat.    Allah juga Maha-Qadim (ada tanpa awal mula) dengan semua nama dan sifat-Nya. Nama-nama dan sifat-sifat Allah itu milik Dzat-Nya, bukan Dzat itu sendiri dan juga tak terlepas dari Dzat itu. Sifat-sifat itu melekat pada Allah dan sifat-sifat itu tak boleh punya sifat-sifat lain. Wajah Allah bukanlah Allah itu sendiri tapi bukan pula selain Allah, melainkan sifat Allah. Demikian juga kedua Yad-nya (tangan), 'Ain-nya (mata) dan Bashar-nya (penglihatan) adalah sifat-sifat bagi Allah. Itu semua bukan Dzat tapi juga tak terpisah dari Dzat. Dan bahwasanya Dzat-Nya adalah Dia sendiri dan Dirinya adalah Dia sendiri.   Allah itu maujud (ada) tanpa berasal dari keberadaan yang lain. Dia adalah Syai'un (sesuatu) tanpa makna yang harus dimiliki sesuatu agar menjadi sesuatu. Sifat-sifat Allah itu tak ada yang berubah. Sifat Ilmu Allah bukanlah sifat Qudrah atau sifat lainnya. Begitu pula masing-masing sifat bagi Dzat-Nya bukanlah sifat-sifat lainnya (kesemuanya adalah sifat yang berbeda) dan bukan pula selain sifat.” (Abu Hasan al-Asy’ari, Maqâlat al-Islamiyyin, 169-170)    Begitulah aqidah Syekh Ibnu Kullab yang sebenarnya. Beliau menetapkan semua sifat Allah sebagaimana yang ada dalam al-Qur'an dan Sunnah. Sama sekali tak ada sifat yang dinafikan keberadaannya seperti yang dituduhkan selama ini. Ibnu Kullab adalah seorang Ahli Itsbât (orang yang menetapkan adanya sifat-sifat Allah), tak terkecuali sifat marah, ridha, yad (tangan), 'ain (mata) dan seterusnya. Dia sama sekali bukan Mu'atthilah yang mengingkari keberadaan semua sifat itu.    Bahkan, Ibnu Kullab adalah tokoh yang diikuti oleh Imam Bukhari dalam bab aqidah seperti yang dinyatakan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berikut:   أَنَّ الْبُخَارِيَّ فِي جَمِيعِ مَا يُورِدُهُ مِنْ تَفْسِيرِ الْغَرِيبِ إِنَّمَا يَنْقُلُهُ عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْفَنِّ كَأَبِي عُبَيْدَةَ وَالنَّضْرِ بْنِ شُمَيْلٍ وَالْفَرَّاءِ وَغَيْرِهِمْ وَأَمَّا المباحث الفقهيه فغالبها مستمدة من الشَّافِعِي وَأبي عبيد وَأَمْثَالِهِمَا وَأَمَّا الْمَسَائِلُ الْكَلَامِيَّةُ فَأَكْثَرُهَا مِنَ الْكَرَابِيسِيِّ وبن كِلَابٍ وَنَحْوِهِمَا    "Sesungguhnya Imam Bukhari dalam semua yang ia sampaikan berupa tafsir kata-kata yang asing, tak lain hanyalah ia nukil dari orang yang ahli dalam bidangnya seperti Abi Ubaidah dan Nadlr bin Syumail, al-Farra' dan lainnya. Adapun tentang pembahasan-pembahasan fiqhiyah maka sebagian besar bersandar dari Imam Syafi'i, Abu Ubaid dan semisal keduanya. Adapun dalam masalah ilmu kalam, maka kebanyakan berasal dari al-Karabisi, Ibnu Kullab dan yang seperti keduanya." (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bâri, juz I, halaman 243).   Dalam kitab-kitab profil, kita dapati profil Ibnu Kullab sendiri memang terkenal sebagai pakar ilmu kalam dari kalangan Ahlussunnah wal Jama'ah. Kitab sejarah menerangkan profilnya sebagai berikut:   عبد الله بن سعيد أبو محمد المعروف بابن كلاب - بضم الكاف وتشديد اللام. كان من كبار المتكلمين ومن أهل السنة وبطريقته وطريقة الحارث المحاسبي اقتدى أبو الحسن الأشعري وقد صنف كتباً كثيرةً في التوحيد والصفات    "Abdullah bin Said Abu Muhammad yang dikenal sebagai Ibnu kullab adalah tokoh besar para ahli kalam dan termasuk Ahlussunnah. Jalannya adalah jalan yang ditempuh oleh al-Haris al-Muhasibi. Abu Al Hasan Al Asy'ari juga mengikutinya.  Dia telah menulis banyak kitab dalam tauhid dan sifat.” (Ibnu Qadli Syuhbah, Thabaqât as-Syâfi’iyah, juz I, halaman 78).   Senada dengan itu, Imam ad-Dzahabi juga menulis profilnya sebagai berikut:   ابن كلاب رأس المتكلمين بالبصرة في زمانه ... وقال بعض من لا يعلم: إنه ابتدع ما ابتدعه ليدس دين النصارى في ملتنا، وإنه أرضى أخته بذلك، وهذا باطل، والرجل أقرب المتكلمين إلى السنة، بل هو في مناظريهم    "Ibnu kullab adalah ketua dari para ahli kalam di Kota Basrah di masanya... Sebagian orang yang tidak tahu berkata bahwa dia sudah membuat buat bid'ah Nasrani untuk disusupkan dalam agama kita dan bahwasanya dia merelakan saudarinya untuk hal itu. Ini adalah kebohongan. Laki-laki itu adalah Ahli Kalam yang paling dekat kepada sunnah, bahkan dia termasuk ahli debat Ahlussunnah.” (ad-Dzahabi, Siyar A’lâm an-Nubalâ’, juz XI, halaman 174).   Dengan demikian, maka bila dikatakan bahwa Imam Abu Hasan al-Asy'ari mengikuti jejak Ibnu Kullab, maka berarti beliau mengikuti orang yang benar. Demikian pula bila ada yang menisbatkan para ulama Asy'ariyah para Kullabiyah, berarti itu bentuk pujian sebab Kullabiyah berarti pengikut Imam Besar Ahlusunnah, yakni Ibnu Kullab.    Kalau pun ada perbedaan antara Syekh Ibnu Kullab dengan tokoh lain seperti Imam Ahmad misalnya, maka itu dalam masalah furu’iyah-ijtihadiyah saja, bukan masalah pokok yang berkonsekuensi pada penyematan label sesat. Sama seperti perbedaan antara Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad soal bertambah tidaknya iman; antara Imam at-Thabary dengan Imam Ahmad soal kalamullah dan perbedaan antar imam lain dalam masalah yang beraneka ragam. Kita menghormati mereka semua sebagai mujtahid yang menemukan banyak kebenaran, tetapi bisa juga salah dalam beberapa poin sebab memang tak ada yang maksum selain Rasulullah. Wallahu a'lam.

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/96280/aqidah-syekh-ibnu-kullab-yang-sebenarnya-