Ketenagakerjaan DLM Pengawasan Izin-1

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 48

IMPLEMENTASI

PENGAWASAN PERIZINAN
BERBASIS RISIKO
DARI PERPEKTIF
KETENAGAKERJAAN

Status: 17 Januari 2020


FASILITATOR : BAHARI
MEDIATOR HUB
Dari sudut
pandang yang
berbeda

Menghasilkan
definisi yang
berbeda
Dari Cara pandang yang berbeda

Menghasilkan definisi yang berbeda


Beberapa azas yg dipakai

 Lex specialis derogate lex generali


Aturan khusus diutamakan daripada aturan umum
 Lex superior derogate lex inferior
Aturan lebih tinggi mengalahkan strata rendah
 Lex posterior derogate lex prior
Aturan lebih baru menggantikan yg lama
 Aturan Yg sudah jelas tidak boleh diperjelas/ditafsirkan
Norma Hubungan Kerja

Hubungan Kerja
Adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan Perjanjian Kerja, yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah dan perintah.
(pasal 1 angka 15 Undang-undang No.13 Tahun 2003).

Perintah Pekerjaan Upah


13
lanjutan

STATUS
HUBUNGAN
KERJA

PERJANJIAN PERJANJIAN
KERJA WAKTU KERJA WAKTU
TERTENTU TIDAK TERTENTU
(PKWT) (PKWTT)
BEDAKAN DENGAN SATUAN PEMBERIAN UPAH

SATUAN UPAH

WAKTU
UNIT HASIL
JAM, HARIAN, PRODUKSI
MINGGUAN,
BORONGAN
BULANAN
SISTEM HUBUNGAN KERJA

PKWT
DIKERJAKAN PERJANJIAN KERJA
LANGSUNG

PKWTT

HUBUNGAN KERJA
PKWT

PERJANJIAN KERJA
DISERAHKAN PKWTT
MELALUI ALIH DAYA
Semua mengalir!
Semua berubah!

“The adaptive will prosper,


The rigid will disappear”
Paradigma lama
Isu Ketenagakerjaan

PRA EMPLOYMENT DURING EMPLOYMENT


POST
EMPLOYMENT
Hal-Hal yang Mempengaruhi Praktis
Hubungan Industrial saat ini ?

Revolusi Industri 5.0

Gig Economy

Era Disruption

Era New Normal


BAGAIMANA DENGAN UNDANG – UNDANG
KETENAGAKERJAAN ?

Kebijakan Hubungan Industrial : perlindungan


Kebijakan Ketenagakerjaan : mengelola
hukum dalam hubungan kerja antara pekerja,
angkatan kerja, pengembangan SDM, Pasar kerja
pengusaha dan pemerintah mewakili negara
Ketenagakerjaan Terdampak
UU Cipta kerja

UU NO 13 Tahun 2003 UU NO 24 Tahun 2011


UU NO 40 Tahun 2004 UU NO 18 Tahun
tentang tentang BPJS
tentang SJSN 2017 tentang PPMI
Ketenagakerjaan
- Pelatihan
- Penempatan TK
- TKA
- Program BPJS
PKWT Jenis Jaminan : - Penafsiran Otentik
- Berakhirnya PK Ketenagakerjaan : - Izin Perusahaan
- Alih Daya Jaminan Kehilangan
Program Jaminan Penempatan
- Waktu Kerja -
Pekerjaan (JKP) Kantor Cabang
- Lembur Kehilangan Pekerjaan - Pembaharuan Data
- Waktu Istirahat dan
(JKP)
Cuti
- Pengupahan
- PHK
Isu Aktual Hubungan
Industrial ?

Waktu Kerja, Jaminan Sosial


Pengupahan Hubungan Kerja PHK Istirahat, dan Cuti Ketenagakerjaan OS danLain-lain,
Ketenagakerjaan

Perizinan Sektor Ketenagakerjaan

Objek Pengawasan Ketenagakerjaan

22
Klasifikasi Analisis Risiko
(dalam PP No. 5 / 2021)

RESIKO
RESIKO TINGGI
MENENGAH
RESIKO • MENENGAH
RENDAH RENDAH
• MENENGAH
TINGGI
Jenis Perizinan sesuai Tingkat Resiko
(dalam PP No. 5 / 2021)

Khusus Pada Usaha


Tertentu dengan
Tingkat Resiko Tinggi

Usaha Tingkat • Sertifikat


Resiko Tinggi Standar
Usaha Tingkat • NIB
Resiko Menengah • Izin

Usaha Tingkat • NIB


Resiko Rendah • Sertifikat
Standar
• NIB
Bagian Ketujuh Belas
Sektor Ketenagakerjaan
Pasal 164
(1) Perizinan Berusaha sektor ketenagakerjaan yang
ditetapkan berdasarkan hasil analisis Risiko kegiatan usaha terdiri
atas:
a. pelatihan kerja;
b. penyediaan sumber daya manusia dan manajemen fungsi sumber
daya manusia termasuk alih daya;
c. ………………………………………………………………..
d. ……………………………………………………………………;
c. aktivitas penyeleksian dan penempatan tenaga kerja dalam
negeri/tenaga kerja swasta;
d. penyalur pekerja rumah tangga;
e. aktivitas penempatan tenaga kerja daring (job portal);
f. aktivitas penyeleksian dan penempatan tenaga kerja luar
negeri/ pekerja migran Indonesia;
g. reparasi mesin untuk keperluan umum, dengan lingkup
kegiatan usaha meliputi fabrikasi, pemeliharaan, reparasi,
dan instalasi teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
h. jasa sertifikasi, dengan lingkup kegiatan usaha meliputi
lembaga audit Sistem Manajemen K3 (sMK3);
i. jasa pengujian laboratorium, dengan lingkup kegiatan
usaha meliputi pemeriksaan dan pengujian K3;
j. jasa inspeksi periodik dengan lingkup kegiatan usaha
meliputi pemeriksaan dan pengujian K3; dan
k. pelatihan kerja kejuruan lainnya swasta dengan lingkup
kegiatan usaha meliputi pembinaan dan konsultasi K3.
Pasal 165
Perizinan Berusaha Untuk Menunjang Kegiatan Usaha pada sektor
ketenagakerjaan meliputi:
a. izin pemeriksaan/pengujian dan/atau pelayanan kesehatan kerja;
b. sertifikat SMK3;
c. surat keterangan layak K3 bagi peralatan, pesawat angkat dan
pesawat angkut, pesawat tenaga dan produksi, pesawat uap, bejana
tekanan, tangki timbun, elevator/lift, eskalator, instalasi penyalur petir,
sarana proteksi kebakaran dan peralatan lainnya yang berisiko
tinggi, pengendalian bahan kimia berbahaya dan lingkungan kerja; dan
d. izin kantor cabang perusahaan penempatan pekerja migran
Indonesia.
PP NO. 5 TAHUN 2021
KEWAJIBAN PERUSAHAAN ALIH DAYA
1. BERBENTUK BADAN HUKUM
2. MENERAPKAN STANDARD K3
3. MENJALANKAN USAHA PALING LAMBAT 1
TAHUN SETELAH IJIN TERBIT
4. MENDAFTARKAN PERJANJIAN ALIH DAYA
KPD INSTANSI YG BERWENANG
5. MELAPORKAN PERUBAHAN DATA
PERUSAHAAN
Pasal 515
(1) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha alih daya
yang melanggar kewajiban Perizinan Berusaha dikenakan
sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis; dan/atau
b. penghentian sementara kegiatan usaha.
(2) Dalam hal perusahaan alih daya dikenakan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),pemenuhan hak pekerjalburuh tetap menjadi tanggung
jawab perusahaan alih daya yang bersangkutan
Sanksi Administratif

• Pasal 66 ayat (4) UU CK


Perusahaan Alih Daya tidak berbadan Hukum dan tidak
memenuhi Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat
Pasal 165
(1) Kode KBLI/KBLI terkait, judul KBLI, ruang
lingkup kegiatan, parameter Risiko, tingkat Risiko,
Perizinan Berusaha, jangka waktu, masa berlaku, dan
kewenangan Perrzinan Berusaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 164 dan Perizinan Berusaha
Untuk Menunjang Kegiatan Usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 165 tercantum dalam
Lampiran I.
Pasal 515
(1) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha alih daya
yang melanggar kewajiban Perizinan Berusaha dikenakan
sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis; dan/atau
b. penghentian sementara kegiatan usaha.
(2) Dalam hal perusahaan alih daya dikenakan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),pemenuhan hak pekerjalburuh tetap menjadi tanggung
jawab perusahaan alih daya yang bersangkutan
3. Pencatatan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu / PKWT
Wajib Bagi Perusahaan yang memiliki karyawan PKWT /
Kontrak
4. Pengesahan Peraturan Perusahaan
Wajib Bagi Perusahaan yang memiliki karyawan 10 atau
lebih.
5. Lembaga Kejasama Bipartit
Wajib bagi karyawan yang memiliki karyawan 50 orang
atau lebih
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3) Lingkungan di perusahaan
Peraturan terbaru mengenai K3 di lingkungan kerja ini terdapat pada Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
(Permenaker) RI No. 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan Kerja (terbit pada tanggal 27 April 2018). Tujuan K3 L
untuk mewujudkan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman serta mencegah kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja (PAK).
a. Pengendalian faktor fisika dan kimia agar berada di bawah NAB
b. Pengendalian faktor biologi, faktor ergonomi, dan faktor psikologi kerja agar memenuhi standar
c. Penyediaan fasilitas kebersihan dan sarana higiene di tempat kerja yang bersih dan sehat
d. Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang lingkungan kerja.
4 Faktor utama dalam K3 L adalah Pengukuran dan pengendalian faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi, dan
psikologi
Operasionalisasi meliputi antara lain
e. Rambu jalur evakuasi jika terjadi kedaruratan dan kalua memungkinkan membuat titik kumpul (assembly Point)
darurat
f. Pemasangan alat pemadam api ringan di titik yang mudah akses
g. Pemberian brifing Keseamatan kerja periodic minimal setahun sekali bagi karyawan
h. Pengaturan tingkat kebisngan, tingkat pechayaan, paparan debu dan unsur kimia cemaran
i. Tempat duduk dan lay out kerja yg ergonomis
j. Jika memiliki peralatan yang membahayakan K3 ada kewajiban memiliki Surat ijin layak operasi misalnya untuk
peralatan bejana tekan, penagkal petir, genset, forklift escalator dan lift
1. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( P2K3) di perusahaan
Wajib bagi badan usaha yang memiliki karyawan 100 orang atau lebih atau memiliki hazard / potensi bahaya tinggi
Upaya Peningkatan
Lapangan Kerja Berkelanjutan
1.Menarik Investor
2. Penciptaan Lapangan Kerja/Wirausaha
Baru
3. Perluasan Kerja
4. Mendekatkan Pencaker-Lapangan Kerja
– Perluasan Informasi Pasar Kerja
Pasar Kerja Yang
Inklusif dan Afirmatif
1.Layanan Khusus Disabilitas
2.Proporsi 1 % Pekerja / S & K
Peningkatan Produktivitas
1.Pelatihan berbasis Kompetensi
2.Pemagangan
Tantangan yang akan dihadapi ke depan
dan tindak lanjut yang dilakukan
• Penyerapan Pengangguran melalui upaya
penyesuaian kompetensi dengan kebutuhan industri

• Penyebarluasan informasi Pasar Kerja

• Menggandeng Kemnaker dalam pembentukan


UPTP BLK agar layanan pelatihan lebih maksimal
Perlindungan Pekerja
1.Pre Employment
2.During Employment
3.Post Employment
Issu-issu Aktual
1. Upah-UMK & SUSU, Lembur Etc
2. Jam Kerja -
3. Status – PKWT-PKWTT
4. Outsourcing / Alih Daya
5. K3
6. Pesangon
Kendala
1. Budaya Hukum - Keadilan
2. Efektivitas Sasaran Kebijakan Kemudahan
Terima
Kasih
47
PROFIL
BAHARI TOHARUDDIN

BANTUL 3 MEI 1975

MEDIATOR HUBUNGAN INDUSTRIAL MUDA

081 904 111 758

Anda mungkin juga menyukai