Fiqih
Kelas 12
IJTIHAD DALAM ISLAM
Dosen Pengampuh : Wathroh Musyidi, M.Pd
PENGERTIAN IJTIHAD
Kata ijtihad berasal dari kata ِإْج ِتَه اًدا- ِإْج َتَه َد – ْجَيَتِه ُد
yang berarti “bersungguh-sungguh, rajin , giat.”
ِإ ِتْف اُغ اْل ِع ىِف ِل ْك ٍم َش ِع ِبَطِر ِق اِإْل ِتْن اِط ِم اْلِك اِب الُّس َّنِة ا َاِإْل ِت
َو َت َن َب ْس ْي ٍّي ْر ُح ْي
َن ْس َو َر ُو ْس ُه ُد َه ْج
Ijtihad ialah mencurahkan seluruh kemampuan untuk menetapkan hukum
syara’ dengan jalan istinbat ( mengeluarkan hukum ) dari kitab (al-qur’an)
dan sunah.
Dasar Hukum Ijtihad
و ُّد َٰٓيَأُّي ا ٱَّلِذي ا ٓو ۟ا َأِط ي و۟ا ٱلَّل َأِط ي و۟ا ٱلَّر وَل ُأ۟و ىِل ٱَأْل ِر ِم نُك ۖ َفِإن َٰن ىِف ٍء
َت َزْعُتْم َش ْى َفُر ُه ْم ْم ُع َه َو ُع ُس َو َه َن َء َم ُن
ِإىَل ٱلَّلِه َوٱلَّرُس وِل ِإن ُك نُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِبٱلَّلِه َوٱْلَيْو ِم ٱْل َءاِخ ِر ۚ َٰذ ِلَك َخ ْيٌر َوَأْح َس ُن َتْأِويًال
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al Quran)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S An-nisa : 59)
Ayat di atas Allah memerintahkan untuk selalu mengembalikan setiap terjadi perbedaan pendapat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Cara yang ditempuh dalam mengembalikan perbedaan pendapat tersebut
yaitu dengan cara ijtihad, dengan memahami kandungan makna dan prinsip-prinsip hukum yang terdapat
pada ayat-ayat al-Qur’an dan al-Hadis, kemudian menerapkan makna dan prinsip tersebut pada
persoalan yang sedang dihadapi
Hukum Ijtihad
Secara umum hukum ijtihad itu wajib bagi seorang yang sudah mencapai tingkat faqih
atau mujtahid. Jika belum mencapai kedudukan faqih maka dianjurkan bermazhab.
1 2 3 4
Wajib ‘Ain Fardhu Kifayah Sunah Haram
Perkembangan Ijtihad
Ijtihad berkembang mengikuti perkembangan zaman,
perkembangan itu berkaitan dengan perbuatan manusia yang
selalu berubah-ubah .
Ijtihad sudah dikenal pada masa Rasulullah, yaitu
dengan adanya riwayat hadits yang berbicara tentang
kisah pengutusan Mu’az Bin Jabal ke Yaman.
َأَّن َرُس وَل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َلَّم ا َأَراَد َأْن َيْبَعَث ُمَعاًذا ِإىَل اْلَيَم ِن َقاَل َك ْيَف َتْق ِض ي ِإَذا
َعَرَض َلَك َقَض اٌء َقاَل َأْقِض ي ِبِكَتاِب الَّلِه َقاَل َفِإْن ْمَل ِجَت ْد يِف ِكَتاِب الَّلِه َقاَل َفِبُس َّنِة َرُس وِل الَّلِه َص َّلى
الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َفِإْن ْمَل ِجَت ْد يِف ُس َّنِة َرُس وِل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َواَل يِف ِكَتاِب الَّلِه َقاَل
وُل الَّلِه َّلى الَّل َل ِه َّل ْد َقاَل ا ُد ِلَّلِه اَّلِذ ِي
َّف
َو َق ي َص ُه َع ْي َو َس َم َص َرُه َو َحْلْم َأْج َتِه ُد َرْأ ي َواَل آُلو َفَض َرَب َرُس
وَل وِل الَّلِه ِل ا ِض ي وَل الَّلِه
َم ُيْر َرُس َرُس َرُس
Bahwa Rasulullah SAW ketika akan mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman beliau bersabda: "Bagaimana
engkau memberikan keputusan apabila ada sebuah peradilan yang dihadapkan kepadamu?" Mu'adz
menjawab, "Saya akan memutuskan menggunakan Kitab Allah." Beliau bersabda: "Seandainya engkau
tidak mendapatkan dalam Kitab Allah?" Mu'adz menjawab, "Saya akan kembali kepada sunnah
Rasulullah." Beliau bersabda lagi: "Seandainya engkau tidak mendapatkan dalam Sunnah Rasulullah serta
dalam Kitab Allah?" Mu'adz menjawab, "Saya akan berijtihad menggunakan pendapat saya, dan saya
tidak akan mengurangi." Kemudian Rasulullah SAW menepuk dadanya dan berkata: "Segala puji bagi
Allah yang telah memberikan petunjuk kepada utusan Rasulullah untuk melakukan apa yang membuat
senang Rasulullah (H.R Abu Daud)
Contoh Ijtihad
Pengumpulan dan pembukuan al-qur’an
Pada waktu Nabi Muhammad Saw. masih hidup bahkan sampai wafatnya beliau,
al-Qur’an masih belum terkumpul. Nabi tidak memberi petunjuk dari wahyu
yang berkenaan dengan pembukuan al-Qur’an. Dalam rangka menjaga keutuhan
al-Qur’an dikarenakan banyaknya penghafal al-Qur’an yang telah meninggal
dunia, maka terlaksanalah pengumpulan al-Qur’an, meskipun belum tersusun
secara teratur sebagaimana dalam bentuk yang sekarang. Ini adalah hasil
ijtihad sahabat.
Syarat-syarat Mujtahid
a. Islam
b. Telah balig dan berakal
c. Mengetahui dalil naqliyah dan kehujjahannya
d. Mengetahui bahasa Arab dan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan bahasa yaitu nahwu,
shorof, balaghah, dan lain-lain
e. Mengetahui ayat-ayat dan hadis-hadis yang berhubungan dengan hukum
f. Mengetahui ilmu Ushul Fikih
g. Mengetahui nasikh dan mansukh
h. Mengetahui asbabun nuzul suatu ayat dan asbabul wurud suatu hadis
i. Mengetahui hadits shohih dan dhoif serta keadaan perawinya
PPTDownload http://www.1ppt.com/xiazai/
Tingkatan Mujtahid
1. Mujtahid mustaqil , yaitu seorang mujtahid yang mempunyai pengetahuan lengkap untuk
beristinbath dengan al-Qur’an dan al- Hadis dengan menggunakan kaidah mereka sendiri dan diakui
kekuatannya oleh orang-orang alim. Para mujtahid ini yang paling terkenal adalah imam mazhab
empat.
2. Mujtahid muntasib, yaitu orang yang mempunyai kriteria seperti mujtahid mustaqil, dia tidak
menciptakan sendiri kaidah-kaidahnya, tetapi mengikuti metode salah satu imam mazhab.
3. Mujtahid fil mazhab atau mujtahid takhrij, yaitu mujtahid yang dalam ijtihadnya mengikuti kaidah
yang digunakan oleh imam mazhabnya.
4. Mujtahid Murajjih, yaitu mujtahid yang dalam menetapkan hukum suatu masalah berdasarkan
kepada hasil tarjih (memilih yaang lebih kuat) dari pendapat-pendapat imam-imam mazhabnya.
Kedudukan Ijtihad
Kedudukan hasil ijtihad dalam masalah fiqih terdapat dua golongan, yaitu
Golongan pertama berpendapat bahwa tiap-tiap
1
mujtahid adalah benar 2
Golongan kedua berpendapat bahwa yang benar itu hanya satu, yaitu hasil ijtihad yang
cocok dengan maqosid syar’iyyah secara baik dan benar. Mereka berpendapat dengan
dikuatkan oleh sabda nabi SAW.
الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل َأَّنُه ِمَس َع َرُس وَل: َعْن َعْم ِرو ْبِن اْلَعاِص:
َأ َل َأَط َأ َّمُث َد اَف َك ا َذِإ ، َل َأ اِن ا َأ َّمُث َد اَف ِإَذا َك ا اِك.
َف ُه ْج ٌر ْخ َف ُه ْج َر َو َح َم ْج َتَه َص َب َح َم َحْل ُم ْج َتَه
“Dari Amr bin Ash r.a meriwayatkan bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda:
Siapa yang berijtihad dan ternyata benar maka ia mendapatkan dua pahala, dan barang
siapa yang berijtihad tetapi keliru maka ia mendapatkan satu pahala.
Manfaat Ijtihad
1. Setiap masalah baru dapat diketahui hukumnya secara pasti, sehingga hukum islam
terus berkembang serta sanggup menjawab tantangan-tantangan zaman.
2. Dapat menyesuaikan hukum dengan berdasarkan perubahan zaman, waktu dan
keadaan.
3. Dapat membantu umat islam dalam menghadapi setiap masalah yang belum ada
hukumnya dalam islam
Thank you
SEMOGA BERMANFAAT