Konstruksi Dan Kaitan Dengan Kebakaran
Konstruksi Dan Kaitan Dengan Kebakaran
Konstruksi Dan Kaitan Dengan Kebakaran
KONTRUKSI BANGUNAN
“Kaitannya dengan Penanggulangan Kebakaran”
• Sejak terjadinya kebakaran hebat dilondon tahun 1660 yang menghancurkan hampir
seluruh kota, maka standard bangunan semakin diperketat dan memasukan aspek
pencegahan kebakaran seperti dilarangnya atap bangunan terbuat dari jerami dan
mensyaratkan atap terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar atau yang lainnya .
• Perkembangan selanjutnya standar keselamatan bangunan ditinggikan dan
persyaratkan ketahan api dan pencegahan penjalaran api dan asap
Peraturan Perundangan dan Standar keselamatan bangunan
• Undang-undang no 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung
•SNI 03-1741-2008 cara uji ketahan api komponen struktur bangunan untuk mencegah
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.
Konsep Proteksi Kebakaran Pada Konstruksi Bangunan
PASCA FLASHOVER
PERTUMBUHAN
PEMBAKARAN PENUH
FLASHOVER
SURUT
PENYALAAN
WAKTU
Beban dan Ketahanan terhadap Api
• Parameter yang mempengaruhi kurva Temperatur-Waktu adalah Fire Load (Beban
Api).
• Beban api adalah jumlah nilai kalori netto dari bahan-bahan mudah terbakar yang
diperkirakan terbakar dalam kompartemen kebakaran, termasuk bahan lapis penutup,
bahan yang dapat dipindahkan maupun yang terpasang serta elemen bangunan
gedung (kep-PU 26).
• The fire load [MJ] is defined as the quantity of energy which is released by the
complete combustion of all combustible material in a fire compartment. The fire load is
often subdivided into variable (movable or mobile) and permanent (fixed or immobile)
fire load. The net heat of combustion [MJ/kg] is defined as the potential combustion
energy per kilogram contained in the material. The fire load density is defined as the
fire load per unit floor area [MJ/m2] or per unit volume [MJ/m3]. A fire compartment is
defined as the enclosed space, which is separated from adjoining spaces by adequate
fire barriers. (SFPE Fire Protection Engineering 5th edition Ch 35)
Beban dan Ketahanan terhadap Api (Lanj)
• Konsep beban api didasarkan luas area dalam kurva temperatur-waktu dari awal
nyala sampai tahap penurunan, dan ini disebut sebagai fire severity. Fire severity ini
fungsi dari beban api.
• Fire severity merupakan metode untuk mengukur besaran potensi kebakaran.
Beban dan Ketahanan terhadap Api
• Beberapa sifat dan karakteristik elemen struktur bangunan yang rentan terhadap
suhu tinggi adalah sifat mekanis seperti kekuatan bahan, sifat deformasi, sifat laju
menjadi arang (rate of charring).
• Pada suhu 500 – 600 c struktur baja kehilangan kekuatan sampai 50% (konstruksi
colleps).
• Konstruksi beton dengan berbagai komponen seperti silica, carbonate akan
kehilangan kekuatan pada suhu sekitar 600 – 700 c.
Karakteristik Elemen Konstruksi Bangunan
Karakteristik Elemen Konstruksi Bangunan
Creep
Creep, often referred to as creep strain, is defined as the time-dependent plastic deformation of the material
and is denoted by .t (mÝm–1). At normal stresses and ambient temperatures, the deformation due to creep is not
significant. At higher stress levels and at elevated temperatures, however, the rate of deformation caused by creep
can be substantial. Hence, the main factors that influence creep are the temperatures, the stress level, and their
duration.
Karakteristik Elemen Konstruksi Bangunan
Metoda Proteksi kebakaran Pada Struktur Bangunan
• Secara umum metoda proteksi kebakaran adalah dengan melapisi bahan yang
konduktivitas panasnya yang rendah seperti gypsum, perlite, semen dll
Kelas 4 : Bangunan gedung hunian campuran. Tempat tinggal yang berada di dalam suatu bangunan gedung
kelas 5, 6, 7, 8 atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan gedung tersebut.
Kelas 5 : Bangunan gedung kantor. Bangunan gedung yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan usaha profesional,
pengurusan administrasi, atau usaha komersial, di luar bangunan gedung kelas 6, 7, 8 atau 9.
Kelas 8 : Bangunan gedung Laboratorium/Industri/Pabrik. Bangunan gedung laboratorium dan bangunan gedung yang
dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu produk, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau
pembersihan barang-barang produksi dalam rangka perdagangan atau penjualan.
Kelas 9 : Bangunan gedung Umum. Bangunan gedung yang dipergunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat umum,
yaitu:
3) Kelas 9a : bangunan gedung perawatan kesehatan, termasuk bagian-bagian dai bangunan gedung tersebut yang berupa
laboratorium.
4) Kelas 9b : bangunan gedung pertemuan, termasuk bengkel kerja, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau
sekolah lanjutan, hall, bangunan gedung peribadatan, bangunan gedung budaya atau sejenis, tetapi tidak termasuk setiap
bagian dari bangunan gedung yang merupakan kelas lain.
Kelas 10 : Bangunan gedung atau struktur yang bukan hunian.
1) Kelas 10a : bangunan gedung bukan hunian yang merupakan garasi pribadi, carport, atau sejenisnya.
Kelas 10b : struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, inding penyangga atau dinding yang berdiri bebas,
kolam renang, atau sejenisnya
Bangunan gedung-bangunan gedung yang tidak diklasifikasikan khusus. Bangunan gedung atau bagian
dari bangunan gedung yang tidak termasuk dalam klasifikasi bangunan gedung 1 s.d 10 tersebut, dalam
persyaratan teknis ini, dimaksudkan dengan klasifikasi yang mendekati sesuai peruntukannya.
Bangunan gedung yang penggunaannya insidentil. Bagian bangunan gedung yang penggunaannya insidentil
dan sepanjang tidak mengakibatkan gangguan pada bagian bangunan gedung lainnya, dianggap memiliki klasifikasi
yang sama dengan bangunan gedung utamanya.
Klasifikasi jamak. Bangunan gedung dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa bagian dari bangunan gedung harus
diklasifikasikan secara terpisah, dan:
1) bila bagian bangunan gedung yang memiliki fungsi berbeda tidak melebihi 10% dari luas lantai dari suatu tingkat bangunan
gedung, dan bukan laboratorium, klasifikasinya disamakan dengan klasifikasi bangunan gedung utamanya.
2) Kelas-kelas : 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b, adalah klasifikai yang terpisah;
3) Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler (ketel uap) atau sejenisnya, diklasifikasi sama dengan
bagian bangunan gedung di mana ruang tersebut terletak.
Klasifikasi Bangunan
(Pengelompokan bangunan berdasarkan ketahan apian berdasarkan SNI 03-1736-1989)
SNI 03-1736-1989 ini sudah diganti dengan SNI 03-1736-2000
Standar
Japan Industrial Standard (JIS) A 1321-1975
SNI 03-1740-2008
Ketentuan Hasil Uji Bakar
• Bahan digolongkan tidak terbakar jika selama pembakaran tidak satu pun dari seluruh
benda uji:
• Menunjukkan kenaikan temperatur lebih dari 50oC di atas temperatur awal tungku
• Terjadi nyala api yang konstan di dalam tungku selama 10 detik
• Standar
JIS A 1321-1975
SNI 03-1739-2008
• Klasifikasi bahan pada uji jalar api permukaan
• Tidak terbakar (non-combustible)
• Sukar terbakar (semi non-combustible)
• Menghambat api (fire retardant)
• Agak menghambat api (semi fire retardant)
• Mudah terbakar (combustible)
KETENTUAN HASIL UJI JALAR API
PERMUKAAN
Klasifikasi Tidak Terbakar Sukar Terbakar Menghambat Api Agak Meng- Mudah Terbakar
Pengamatan (M1) (M2) (M3) hambat Api (M4) (M5)
Luas kurva temp.- (td) = 0 Tidak lebih 100 Tidak lebih 350 Tidak lebih 350 Tidak terbatas
waktu
(td) oC.menit
Kepadatan Asap CA < 30 Tidak lebih 60 Tidak lebih 120 Tidak terbatas Tidak terbatas
(CA)
Retak: Kedalaman retak pada permukaan bagian belakang benda uji < 1/10 tebalnya