Brevet Pajak Polines - PPH Potput 2022

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

BREVET PAJAK POLINES

PPh POTPUT
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Perubahan Keempat atas
Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
2. Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 berlaku 1 Juli 2013
3. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 berlaku 1 Juli 2018
4. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-
Undang
5. Undang-Undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja Pasal
111 Klaster Kemudahan Berusaha: Bidang Perpajakan yang
terdampak Pasal 2,4 dan 26 UU No.36 Tahun 2008
6. Undang-undang No.7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan
PENGHASILAN

OBYEK PAJAK BUKAN OBJEK PAJAK

FINAL TDK FINAL

PEMOTONGAN DIBAYAR SENDIRI PEMOTONGAN DIBAYAR SENDIRI

Th Berjalan = Pelunasan Pajak Th Berjalan = Kredit Pajak


Akhir Tahun = PPh Dihitung
Kembali atas seluruh
pengh setahun.

3
SISTEM
SELF PEMBAYARAN OFFICIAL
ASSESSMENT PAJAK ASSESSMENT

WITHHOLDING
SYSTEM

4
KEWAJIBAN PAJAK THN BERJALAN
(CURRENT PAYMENT)

ESTIMATED TAX

WITHHOLDING TAX

TUJUAN:
- KELANCARAN KAS NEGARA
- MERINGANKAN BEBAN WAJIB PAJAK

5
WITHHOLDING TAX

PEMBERI PENERIMA
PENGHASILAN PENGHASILAN

OBYEK
TARIF
TATA CARA
HAK DAN KEWAJIBAN

JENIS PAJAK
6
ASPEK PPh PASAL 21/26, 22, 23/26 & 4 AYAT (2)
PASAL 15 DALAM KEGIATAN SEHARI-HARI

SIAPA -SIAPA
SUBJEK YANG BERPERAN

APA-APA
OBJEK YANG DIKENAKAN
PAJAK

DPP TARIF
DAN
& PERHITUNGAN
TARIF
KEWAJIBAN
ADMINISTRASI MENURUT PERATURAN

BAGAIMANA CARA
MENGHINDARI
STRATEGI TIMBULNYA MASALAH
7
KEWAJIBAN
PEMOTONG PAJAK
 DAFTAR NPWP

 MELAKSANAKAN PEMOTONGAN
 MEMBUATKAN BUKTI POTONG
 MENYETOR PAJAK

 MELAPORKAN PEMOTONGAN PAJAK


 MENYIMPAN DATA-DATA SELAMA 10 TAHUN

8
HAK PEMOTONG PAJAK
1. MEMINTA BUKTI POTONG
2. PERMOHONAN PEMBEBASAN
PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN
PAJAK
3. PEMBETULAN SPT (PASAL 8 UU KUP)
4. MENGAJUKAN KEBERATAN DAN
BANDING
5. MENGAJUKAN PERMOHONAN
PEMINDAHBUKUAN ATAU SSP

9
SANKSI-SANKSI
1. TIDAK ATAU TERLAMBAT MENYAMPAIKAN SPT
2. PEMBETULAN SPT
A. SPT BELUM DIPERIKSA
B. SPT SUDAH DILAKUKAN TINDAKAN PEMERIKSAAN
C. JANGKA WAKTU 2 TAHUN SUDAH LEWAT
3. TERLAMBAT MEMBAYAR PAJAK
4. PENELITIAN SPT
5. SKPKB
6. SKPKBT
7. BUNGA PENAGIHAN
8. MENGANGSUR/MENUNDA PEMBAYARAN PAJAK
9. ALPA
10. SENGAJA
10
PROSES ADMINISTRASI
MAX. AKHIR BULAN
PEMBUATAN BUKTI POTONG SAAT TERHUTANG

SETOR PPh 23/26, PPh FINAL MAX. HARI KE 10

LAPOR SPT MAX TANGGAL 20

SANKSI-SANKSI
2 % X KURANG SETOR PER BULAN
TELAT SETOR

2 % X KURANG SETOR PER BULAN


TIDAK SETOR DAN 100 % X POKOK PAJAK

TELAT LAPOR SPT


Rp 50.000,- 11
PPh Pemotongan dan Pemungutan
PPh PASAL 21 / 26
Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21/26

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

 Pegawai  Bukan pegawai : • Peserta kegiatan


 Tetap  Tenaga ahli – Peserta
 Tidak Tetap  Seniman/pekerja seni, perlombaan
pembawa acara – Peserta rapat,
 Penasihat, pengajar, pelatih, konferensi, sidang,
penceramah, penyuluh dan pertemuan,
moderator
kunjungan kerja
 Peneliti
– Peserta/anggota
 Agen iklan
 Pengawas dan pengelola
kepanitiaan
proyek – Peserta pendidikan,
 Pembawa pesanan/yang pelatihan dan
menemukan magang
langganan/perantara – Peserta kegiatan
lainnya
Ketentuan Khusus

Penghasilan bersumber dari


1. Uang Pesangon
APBN/D yang diterima oleh
2. Uang Manfaat Pensiun
Pejabat Negara, PNS,
3. THT/JHT
Anggota, TNI/Polri, dan
yang dibayarkan sekaligus
Pensiunannya

PP 68 Tahun 2010 PP 80 Tahun 2010


UU HPP 2021
Natura dan atau Kenikmatan
Natura dan atau kenikmatan, kecuali:
a. Penyediaan makan/minum bagi seluruh
pegawai
b. Natura dan/kenikmatan di daerah tertentu
c. Natura dan/kenikmatan karena keharusan
pekerjaan contoh: Alat keselamatan kerja
dan seragam
d. Natura dan/kenikmatan yang bersumber
dari APBN/APBD/APBDes
e. Natura dan/kenikmatan dengan jenis dan
batasan tertentu
TETAP Ph NETO - PTKP
PEGAWAI BULANAN Ph BRUTO - PTKP
TIDAK TETAP
Ph BRUTO – 450 RIBU
HARIAN
Ph BRUTO(>4,5jt) –
PTKP Harian

Ph BRUTO(>10,2jt) – PTKP

PENSIUNAN BERKALA Ph NETO - PTKP

((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)


BERKESINAMBUNGAN Kumulatif

BUKAN PEGAWAI BERKESINAMBUNGAN exc Psl 13 (1) (50% X Ph Bruto) Kumulatif

TIDAK BERKESINAMBUNGAN 50 % x Ph Bruto

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, Ph Bruto Kumulatif


PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI

PESERTA KEGIATAN Ph Bruto


Penghitungan PPh Pasal 21

Pegawai tetap Penerima pensiun


Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi
Uang Pensiun Berkala
Dibayar Pemberi Kerja
Dikurangi dengan Dikurangi dengan

1. Biaya jabatan, 5% dari pengh.


Bruto maks. Rp6.000.000 per Biaya Pensiun, 5% dari pengh.
tahun atau Rp500.000 per bulan Bruto maks. Rp2.400.000 per
2. Iuran pensiun, THT/JHT yang tahun atau Rp200.000 perbulan
dibayar sendiri

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17


PTKP:
PMK 101/PMK.010/2016

Rp54.000.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp4.500.000,- Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap


anggota keluarga sedarah
semenda dalam garis
Rp4.500.000,-
keturunan lurus serta anak
angkat yg menjadi tanggungan
sepenuhnya maksimal 3 orang

Rp54.000.000,- Tambahan untuk seorang Isteri


yang penghasilannya
digabung dengan dengan
penghasilan Suami

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun


kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender
PTKP Karyawati

Kawin
Tidak
Kawin Suami tidak
Kawin
berpenghasilan

1. Diri sendiri; 1. Diri sendiri;


Hanya untuk 2. Status kawin; 2. Tanggungan
diri sendiri 3. Tanggungan maks 3.
maks 3.

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat


serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan
Tarif
Tarif PPh orang pribadi
Perubahan tarif dan bracket Pajak Penghasilan orang pribadi, agar lebih mencerminkan keadilan.

Lapisan UU PPh UU HPP


Tarif
Rentang Penghasilan Tarif Rentang Penghasilan Tarif

I 0 - Rp 50 juta 5% 0 - Rp 60 juta 5%

II >Rp 50 - 15% >Rp 60 - 250 juta 15%


250 juta Ngitungnya (250 – 60)
III >Rp 250-500 juta 25% >Rp 250-500 juta 25%
Ngitungnya (500 – 250)
IV >Rp 500 juta 30% >Rp 500 juta - 5 miliar 30%
Ngitungnya (5 m – 500)

V >Rp 5 miliar 35%

Penghitungan pajak penghasilan orang pribadi diterapkan atas penghasilan yang jumlahnya melebihi
batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Dalam RUU HPP, besaran PTKP tidak berubah yaitu bagi orang pribadi lajang sebesar Rp4,5 juta per bulan atau
Rp54 Juta per tahun. Tambahan sebesar Rp4,5 juta diberikan untuk Wajib Pajak yang kawin dan masih ditambah
Rp4,5 juta untuk setiap tanggungan maksimal 3 orang.
Ilustrasi Penghitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Asumsi penghitungan PPh untuk status WP OP lajang (TK/0)

Penghasilan 5 Juta 9 Juta 10 Juta 15 Juta


/
Bulan
Penghasilan 60 Juta 108 Juta 120 Juta 180(dalam
Juta Rp)
/
tahun
PTKP (TK/0) 54 Juta 54 Juta 54 Juta 54 Juta
Ph. 6 Juta 54 Juta 66 Juta 126 Juta
Kena
Pajak
(PKP)
UU PPh UU HPP UU PPh UU HPP UU PPh UU HPP UU PPh UU HPP

5% x 6 Juta = 5% x 6 Juta = 5% x 50 Juta = 5% x 54 Juta = 5% x 50 Juta = 5% x 60 Juta = 5% x 50 Juta = 5% x 60 Juta =


Perhitungan 300 ribu 300 ribu 2,5 Juta 2,7 Juta 2,5 Juta 3 Juta 2,5 Juta 3 Juta
PPh
Terutang
15% x 6 Juta = 15% x 16 Juta 15% x 6 Juta = 15% x 76 Juta 15% x 66 Juta
-- -- 900 ribu -- = 2,4 Juta 900 ribu = 11,4 Juta = 9,9 Juta

 Total
Perubahan
PPh tarif ini tidak300
300 ribu menambah
ribu beban
3,4 JutaPPh bagi orang pribadi
2,7 Juta 4,9 Jutayang berpenghasilan
3,9 Juta 13,9s.d.
JutaRp5 miliar
12,9 Juta
Terutang
setahun.
 Masyarakat berpenghasilan sampai dengan 4,5jt per bulan tetap tidak membayar PPh sama sekali.
 Data dari SPT tahun 2019, dari 11,5 juta WP yang melaporkan SPT hanya 4,9 juta WP yang membayar 4
pajak
 Masyarakat dengan penghasilan di atas 4,5jt per bulan, mayoritas akan membayar pajak yang lebih
rendah.
PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah


Satuan, Borongan
Upah Kumulatif satu bulan
melebihi Rp 10.200.000
Upah/Uang Saku Harian
Dikali 12
≤ 450.000 > 450.000 Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong Dikurangi 450.000 Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5% Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun
Upah kumulatif < = 4,5jt
Dibagi 12
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
PPh Pasal 21 Sebulan
Tarif PPh 21 = 5%
PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai

Berkesinambungan Tidak
berkesinambungan Exc. Pasal 13 ayat (1) berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto)
- (50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara Dihitung secara (50 % x Ph Bruto)
kumulatif kumulatif
Pembayaran Bersifat Berkesinambungan (Memiliki
NPWP dan Lebih dari 1 Sumber)

3.900.000
5.700.000

6.825.000

12.075.000
PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan

Tarif Pasal 17
UU PPh

Penghasilan Bruto

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh


dan tidak dipecah
Penerima Penghasilan Tidak ber-
NPWP

PPh Pasal 21 sebesar 120%


lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya
(20% lebih tinggi)

Setelah pemotongan sebelum pemotongan


PPh Pasal 21 bulan Ber-NPWP PPh Pasal 21 bulan
Desember Desember

Diperhitungkan oleh
merupakan kredit
pemotong dengan
pajak dalam SPT
PPh Pasal 21 bulan-
Tahunan PPh
bulan selanjutnya

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final


Pembayaran Tidak Bersifat Berkesinambungan
PEMOTONGAN PPH 21 DAN PPH 26

PAJAK PENGHASILAN
SEHUBUNGAN DENGAN

 PEKERJAAN ATAU JABATAN


 JASA DAN KEGIATAN
YG DILAKUKAN WP ORANG PRIBADI

PENGHASILAN BERUPA:
GAJI, UPAH, HONORARIUM, TUNJANGAN, DAN
PEMBAYARAN LAIN DENGAN NAMA APAPUN

WP DN WP LN

PPh PASAL 21 PPh PASAL 26


28
Kode MAP diisikan SSP dan Kode Bayar Pemotongan
PPh Pasal 21
PPh PASAL 23 / 26
Jenis Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 23
Objek Tarif Pajak
• Bunga, selain bunga objek PPh 15%
Pasal 4 ayat (2) dan kepada
Perbankan
• Hadiah, penghargaan, bonus
dan sejenisnya selain objek Pemotong:
PPh Pasal 21
2% NPWP Badan
• Sewa, selain objek PPh Pasal 4
ayat (2)
Unair
• Imbalan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan dan jasa lain
selain objek PPh Pasal 21
TERUTANGNYA
PPh PASAL 23/26

Umum:
• Akhir bulan pembayaran atau terutangnya
penghasilan, mana yang lebih dulu.

Khusus:
• Saat jatuh tempo  bunga dan sewa
• Saat tersedia untuk dibayarkan  dividen
• Saat yang ditentukan dalam kontrak/
perjanjian atau faktur  royalti, jasa

JIKA PEMBEBANAN BIAYA MASIH BERSIFAT CADANGAN


• BELUM TERUTANG PPh PASAL 23
• Di PPh BADAN BIAYA TSB DIKOREKSI (NDE) 31
Kode MAP dan Kode Bayar Pemotongan PPh Pasal 23
Penghasilan PPh Final
(Pasal 4 ayat 2)
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,
bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan
yang dibayarkan oleh kepada anggota
koperasi koperasi
orang pribadi;
b. penghasilan berupa
c. penghasilan hadiah undian;
dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura; (Dihapus UU Cipta Kerja)
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate,
dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya.
Penambahan Objek PPh final
Pasal 4 ayat (2) (UU HPP)
Ketentuan existing belum mengatur perlakuan PPh atas penghasilan berupa bunga atau diskonto surat
berharga jangka pendek yang diperdagangkan di pasar uang secara tegas serta perbedaan
pemotongan pajak yang lebih tinggi dibandingkan instrumen pasar modal (obligasi dan SUN/SBSN)
menimbulkan keengganan pelaku pasar, khususnya nonbank, untuk melakukan transaksi atas
instrumen pasar uang di pasar sekunder.
Oleh karena itu RUU HPP, mengatur penghasilan tersebut untuk dikenai PPh Final yang akan diatur
tarif dan
dasar pengenaan pajaknya dalam PP, dengan harapan dapat mendorong pendalaman sektor pasar uang.
Substansi pengaturan:

UU 36 Tahun 2008 UU HPP


mengatur bahwa penghasilan berupa bunga atau
diskonto surat berharga jangka pendek yang diperdagangkan
di pasar uang dikenai PPh Final sesuai dengan ketentuan
belum diatur Pasal 4 ayat (2) huruf a, yang diatur lebih lanjut dalam atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pasal Terdampak
• Pasal 4 ayat (2) huruf a diubah
PPh PASAL 4 AYAT 2
Penghasilan dari
Penghasilan dari
Penghasilan dari Pengalihan Hak
Jasa Persewaan
Jasa Konstruksi atas Tanah &/
Tanah & / Bgn
Bangunan

YANG DIPOTONG, DISETOR DAN DILAPORKAN

DIPOTONG dgn DIPOTONG dari Jml BRUTO dgn tarif : 1. DIPOTONG dgn tarif
TARIF 10% PELAKSANAAN : 5% dari Jml BRUTO
dari jml - 2% kualifikasi USAHA KECIL kecuali :
BRUTO - 3%  kualifikasi selain Ush KECIL < Rp 60 jt & Phsl < PTKP
Termsk : bi perawatan, - 4%  TDK memiliki kualifikasi USAHA
pemeliharaan, 2. DIPOTONG dgn tarif
keamanan, PERENCANAAN & PENGAWASAN : 1% dari Jml BRUTO
fasilitas lain & - 4%  memiliki kualifikasi USAHA khusus Rmh Sederhana &
service charge - 6%  TDK memiliki kualifikasi USAHA Rh Susun Sederhana
baik yg perjanjiannya
disatukan / terpisah
35
Bunga Deposito:
1. Aditya menyimpan uang di Bank ABC dalam bentuk deposito sebesar
Rp100.000.000 dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut,
Aditya menerima bunga setiap bulan sebesar Rp1.000.000. Berapa besaran
pajak yang harus dibayarkan atas bunga deposito Aditya?
Jawab:
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong Bank ABC adalah 20% x Rp1.000.000 =
Rp200.000
Pajak deposito per tahun = Rp200.000 x 12 bulan = Rp2.400.000

2. Andhika menyimpan uang di Bank AAA dalam bentuk deposito sebesar


Rp7.000.000 dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito
tersebut, Andhika merima bunga setiap bulan sebesar Rp70.000.
Berapa besaran pajak yang harus dibayarkan atas bunga deposito
Aditya?
Jawab:
Atas bunga Rp70.000 tidak dipotong PPh Pasal 4 (2) karena nilai deposito
kurang dari Rp7.500.000.
Tabungan:
Alice Key memiliki tabungan di Bank Moneytalk Indonesia dengan saldo rata-rata bulan Juni 2017 adalah
Rp450.000.000. Bunga yang diberikan oleh Bank Moneytalk Indonesia adalah 9% per tahun. Bunga yang
diterima Alice Key pada bulan Juni 2017 adalah Rp3.375.000. Bagaimana kewajiban pemotongan atau
pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?
Jawab:
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh Bank Moneytalk Indonesia pada Juni 2017 adalah 20% x
Rp3.375.000 = Rp675.000.  Pajak tabungan per tahun = Rp675.000 x 12 bulan = Rp8.100.000.
Diskonto SBI:
Dana Pensiun Solusi Abadi yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan membeli Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dari Bank Indonesia dengan nominal Rp1.000.000.000 dengan memperoleh diskonto
sebesar Rp20.000.000. Pada tanggal 1 April 2017, Dana Pensiun Solusi Abadi menjual SBI tersebut
kepada PT Rosa Sentosa dengan harga Rp980.000.000 dan dibayarkan pada saat yang sama.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?
Jawab:
Besarnya diskonto SBI yang diperoleh PT Rosa Sentosa adalah Rp1.000.000.000 – Rp980.000.000 =
Rp20.000.000.
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh Dana Pensiun Solusi Abadi adalah 20% x Rp20.000.000 =
Rp4.000.000.
Bunga Obligasi:
Pada tanggal 1 Juli 2011, PT ABC (emiten) menerbitkan obligasi dengan kupon (interest
bearing bond) dengan nilai nominal Rp10.000.000 per lembar. Jangka waktu Obligasi 5 tahun
(jatuh tempo tanggal 1 Juli 2016). Bunga tetap sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga
setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember. Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI). 
PT MNO (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga
di bawah nilai nominal (at discount) dengan harga Rp9.000.000 per lembar. Berapa besaran
pajak yang harus dibayarkan atas bunga obligasi tersebut?
Jawab:
PPh Pasal 4 ayat 2 yang harus dipotong oleh PT ABC pada saat jatuh tempo bunga tanggal
31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: 
Bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000) x 10 lembar = Rp8.000.000
PPh Pasal 4 ayat 2 = 15% x Rp8.000.000 = Rp1.200.000
Apabila dalam contoh di atas investor atau pembeli obligasi adalah wajib pajak
reksadana maka penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga yang diperoleh pada saat
jatuh tempo tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut: 
Bunga = (6/12 x 16% x Rp10.000.000) x 10 lembar = Rp8.000.000
PPh Pasal 4 ayat 2 = 5% x Rp8.000.000 = Rp400.000
PP 23 Tahun 2018

Batas peredaran bruto tidak dikenai pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi
Bagi orang pribadi pengusaha yang menghitung PPh dengan tarif final 0,5% (PP
23/2018) dan memiliki peredaran bruto sampai Rp 500 juta setahun tidak dikenai
PPh.
Ilustrasi penghitungan pajak Tuan A pengusaha toko
kelontong pada Tahun Pajak 2022
Peredaran Usaha Peredaran Bruto Peredaran PPh final PPh final terutang
Peredaran Usaha
No Bulan Kumulatif Tidak Kena Pajak Usaha terutang Setelah Sebelum RUU
(Rp)
(Rp) (Rp) Kena RUU HPP (Rp) HPP (Rp)
Pajak (Rp)

1 Januari 100,000,000 100,000,000 0 0 500,000

2 Februari 100,000,000 200,000,000 0 0 500,000

3 Maret 100,000,000 300,000,000 0 0 500,000

4 April 100,000,000 400,000,000 500,000,000 0 0 500,000

5 Mei 100,000,000 500,000,000 0 0 500,000

6 Juni 100,000,000 600,000,000 100,000,000 500,000 500,000

7 Juli 100,000,000 700,000,000 100,000,000 500,000 500,000

8 Agustus 100,000,000 800,000,000 100,000,000 500,000 500,000

9 September 100,000,000 900,000,000 100,000,000 500,000 500,000

10 Oktober 100,000,000 1,000,000,000 100,000,000 500,000 500,000

11 November 100,000,000 1,100,000,000 100,000,000 500,000 500,000

12 Desember 100,000,000 1,200,000,000 100,000,000 500,000 500,000


Jumlah 1,200,000,000 700,000,000 3,500,000 6,000,000

Dengan berlakunya RUU HPP maka beban pajak yang harus dibayar Tuan A menjadi berkurang Rp2,5 juta
Kode MAP dan Kode Bayar Pemotongan PPh Pasal 4 (2)
Terima kasih

Pajak Menyatukan Hati,


Membangun Negeri

Anda mungkin juga menyukai