0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
85 tayangan13 halaman

Cardiac Arrest

1. Henti jantung (cardiac arrest) adalah penghentian tiba-tiba fungsi pemompaan jantung dan hilangnya tekanan darah arteri. 2. Penyebabnya meliputi serangan jantung, penyakit jantung, obat-obatan, dan cedera. 3. Tindakan resusitasi jantung paru harus dilakukan segera untuk mencegah kerusakan organ dan kematian.

Diunggah oleh

201901012 Irnawati
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
85 tayangan13 halaman

Cardiac Arrest

1. Henti jantung (cardiac arrest) adalah penghentian tiba-tiba fungsi pemompaan jantung dan hilangnya tekanan darah arteri. 2. Penyebabnya meliputi serangan jantung, penyakit jantung, obat-obatan, dan cedera. 3. Tindakan resusitasi jantung paru harus dilakukan segera untuk mencegah kerusakan organ dan kematian.

Diunggah oleh

201901012 Irnawati
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 13

CARDIAC ARREST

(HENTI JANTUNG)
KEPERAWATAN MEDIKAL
OLEH : IBU. NS. HASNIDAR S.KEP, M.KEP
BEDAH I
KELOMPOK 4 :

1. MUAMMAR
2. IZUL HUDA
3. TIARA FRISKY
KARMELIA
4. WINDY INDRIYANI
PAWANE
5. INTANG ANGELINA
DOMBO
6. SINDY CALUDIA

7. HILDAYANTI
8. SELA NORISA
DEFINISI
Henti jantung (Cardiac Arrest) adalah penghentian
tiba-tiba fungsi pemompaan jantung dan hilangnya
tekanan darah arteri. Saat terjadinya serangan
jantung, penghantaran oksigen dan pengeluaran
karbon dioksida terhenti, metabolisme sel jaringan
menjadi anaerobik, sehingga asidosis metabolik dan
respiratorik terjadi. Pada keadaan tersebut, inisiasi
langsung dari resusitasi jantung paru diperlukan
untuk mencegah terjadinya kerusakan jantung, paru-
paru, ginjal, kerusakan otak dan kematian.

Henti jantung" adalah istilah yang digunakan untuk


kegagalan jantung dalam mencapai curah jantung
yang adekuat akibat terjadinya asistole atau
disritmia (biasanya fibrilasi ventrikel). (Blogg
Boulton, 2014. Anestesiologi. Jakarta : EGC)
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya henti nafas dan henti jantung
tidak sama pada setiap usia. Penyebab terbanyak
pada bayi baru lahir adalah karena gagal nafas,
sedangkan pada usia bayi yang menjadi
penyebabnya bisa berupa:
a. Sindrom bayi mati mendadak atau SIDS
( Sudden Infant Death Syndrome )
b. Penyakit pernafasan
c. Sumbatan pada saluran pernafasan, termasuk
aspirasi benda asing
d. Tenggelam
e. Sepsis
f. Penyakit neurologis
Penyebab terbanyak henti nafas dan henti jantung pada anak yang berumur diatas 1
tahun adalah cedera yang meliputi kecelakaan lalu lintas, terbakar, cedera senjata api,
dan tenggelam.Seseorang dikatakan mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac
arrest dengan kondisi:
a. Ada jejas di jantung akibat dari serangan jantung terdahulu.
b. Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy), abnormalitas kelistrikan jantung
c. Riwayat penggunaan obat-obatan jantung dan aterosklerosis
PATOFISIOLOGI
Henti jantung timbul akibat terhentinya semua
sinyal kendali listrik di jantung, yaitu tidak ada lagi
irama yang spontan. Henti jantung timbul selama
pasien mengalami hipoksia berat akibat respirasi
yang tidak adequat. Hipoksia akan menyebabkan
serabut-serabut otot dan serabut-serabut saraf tidak
mampu untuk mempertahankan konsentrasi
elektrolit yang normal di sekitar membran, sehingga
dapat mempengaruhi eksatibilitas membran dan
menyebabkan hilangnya irama normal.
Apapun penyebabnya, saat henti jantung anak telah
mengalami insufisiensi pernafasan akan.

menyebabkan hipoksia dan asidosis respiratorik. Kombinasi hipoksia dan asidosis


respiratorik menyebabkan kerusakan dan kematian sel, terutama pada organ yang
lebih sensitif seperti otak, hati, dan ginjal, yang pada akhirnya akan menyebabkan
kerusakan otot jantung yang cukup berat sehingga dapat terjadi henti jantung.
Penyebab henti jantung yang lain adalah akibat dari kegagalan sirkulasi (syok) karena
kehilangan cairan atau darah, atau pada gangguan distribusi cairan dalam sistem
sirkulasi.
PATOFISIOLOGI
Kehilangan cairan tubuh atau darah bisa akibat dari
gastroenteritis, luka bakar, atau trauma, sementara
pada gangguan distribusi cairan mungkin
disebabkan oleh sepsis atau anafilaksis. Organ-organ
kekurangan nutrisi esensial dan oksigen sebagai
akibat dari perkembangan syok menjadi henti
jantung melalui kegagalan sirkulasi dan pernafasan
yang menyebabkan hipoksia dan asidosis.
Sebenarnya kedua hal ini dapat terjadi bersamaan.
Pada henti jantung, oksigenasi jaringan akan terhenti
termasuk oksigenasi ke otak. Hal tersebut, akan
menyebabkan terjadi kerusakan otak yang

tidak bisa diperbaiki meskipun hanya terjadi dalam hitungan detik sampai menit.
Kematian dapat terjadi dalam waktu 8 sampai 10 menit. Oleh karena itu, tindakan
resusitasi harus segera mungkin dilakukan
MANIFESTASI KLIKIK
a. Tidak sadar(pada beberapa kasus terjadi kolaps
tiba-tiba)
b. Pernapasan tidak tampak atau pasien bernapas
dengan terengah-engah secara intermiten)
c. Sianosis dari mukosa buccal dan liang telinga
d. Pucat secara umum dan sianosis
e. Jika pernapasan buatan tidak segera di
mulai,miokardium(otot jantung)akan
kekurangan oksigen yang di ikuti dengan henti
napas.
f. Hipoksia
g. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan
karotis pada orang dewasa atau brakialis pada
bayi)
PENATALAKSANAAN
Pasien yang mendadak kolaps ditangani melalui 5
tahap, yaitu:

a. Respons Awal
Respons awal akan memastikan apakah suatu kolaps
mendadak benar-benar disebabkan oleh henti
jantung. Observasi gerakan respirasi, warna kulit,
dan ada tidaknya denyut nadi pada pembuluh darah
karotis atau arteri femoralis dapat menentukan
dengan segera apakah telah terjadi serangan henti
jantung yang dapat membawa kematian. Langkah-
langkah penting dalam resusitasi kardiopulmone

1) Pastikan bahwa saluran nafas korban dalam keadaan lapang/ terbuka.


2) Mulailah resusitasi respirasi dengan segera.
3) Raba denyut nadi karotis di dalam lekukan sepanjang jakun (Adam’s apple) atau
kartilago tiroid.
4) Jika denyut nadi tidak teraba, mulai lakukan pijat jantung. Lakukan penekanan
sebanyak 60 kali per menit dengan satu kali penghembusan udara untuk
mengembangkan paru setelah setiap 5 kali penekanan dada.
PENATALAKSANAAN
b. Tindakan Dukungan Kehidupan Lanjut(Advance
Life Support)
Tindakan ini bertujuan untuk menghasilkan respirasi
yang adekuat, mengendalikan aritmia jantung,
menyetabilkan status hemodinamika (tekanan darah
serta curah jantung) dan memulihkan perfusi organ.
Aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini
mencakup:
1) Tindakan intubasi dengan endotracheal tube
2) Defibrilasi/ kardioversi, dan/atau pemasangan
pacu jantung
3) Pemasangan lini infuse.

c. Perawatan Pasca Resusitasi


Fase penatalaksanaan ini ditentukan oleh situasi klinis saat terjadinya henti jantung.
Fibrilasi ventrikel primer pada infark miokard akut umumnya sangat responsive
terhadap teknik-teknik dukungan kehidupan (life support) dan mudah dikendalikan
setelah kejadian permulaan. Pemberian infuse lidokain dipertahankan dengan dosis 2-
4 mg/menit selama 24-72 jam setelah serangan. Dalam perawatan rumah sakit,
bantuan respirator biasanya tidak perlu atau
PENATALAKSANAAN
diperlukan hanya untuk waktu yang singkat dan
stabilisasi hemodinamik yang terjadi dengan cepat
setelah defibrilasi atau kardioversi. Dalam fibrilasi
ventrikel sekunder pada IMA (kejadian dengan
abnormalitas hemodinamika menjadi predisposisi
untuk terjadinya aritmia yang dapat membawa
kematian), upaya resusitasi kurang begitu berhasil
dan pada pasien yang berhasil diresusitasi, angka
rekurensinya cukup tinggi. Gambaran klinis
didominasi oleh ketidak stabilan hemodinamik.
Dalam kenyataan, hasil akhir lebih ditentukan oleh
kemampuan untuk mengontrol gangguan
hemodiunamik dibandingkan dengan
gangguan elektrofisiologi. Disosiasi elektromekanis, asitol dan bradiaritmia
merupakan peristiwa sekunder yang umum pada pasien yang secara hemodinamis
tidak stabil dan kurang responsive terhadap intervensi.
PENATALAKSANAAN
d. Penatalaksanaan Jangka Panjang
Bentuk perawatan ini dikembangkan menjadi daerah
utama aktivitas spesialisasi klinis karena
perkembangan system penyelamatan emergency
berdasar-komunitas. Pasien yang tidak menderita
kerusakan system saraf pusat yang ireversibel dan
yang mencapai stabilitas hemodinamik harus
dilakukan tes diagnostik dan terapeutik yang
ekstensif untuk tuntutan penatalaksanaan jangka
panjang. Pendekatan agresif ini dilakukan atas dasar
dorongan fakta bahwadata statistikdari tahun 1970
mengindikasikan kelangsungan hidup setelah henti
jantung di luar rumah sakit diikuti
oleh angka henti jantung rekuren 30 persen pada 1 tahun, 45 persen pada 2 tahundan
angka mortalitas total hampir 60 persen pada 2 tahun. Perbandingan historis
mendukung bahwa statistik buruk ini dapat diperbaiki dengan intervensi yang baru.
Tetapi seberapa besar perbaikannya idak diketahui karena kurangnya uji intervensi
bersamaan yang terkendali.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Elektrokardiogram
b. Tes Darah
1) Pemeriksaan Enzim Jantung
2) Elektrolit Jantung
3) Test Obat
c. Imaging Tes
1) Pemeriksaan Foto Toraks
2) Pemeriksaan Nuklir
3) Ekokardiogram
d. Electrical System (Electrophysiological) Testing
and Mapping
e. Ejection Fraction Testing
f. Coronary Catheterization (Angiogram)

UNTUK ASKEP DAN ALAISIS JURNAL


TEMAN-TEMAN DAPAT MEMBACA DAN MELIHAT DI MAKALAH
KELOMPOK 4
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai