Kelompok 3 Keperawatan Gawat Darurat
Kelompok 3 Keperawatan Gawat Darurat
Kelompok 3 Keperawatan Gawat Darurat
Pasien Dengan
Gagal Nafas Serta Tatalaksana Medis ”
Kelompok 3 :
1. Cindy Anggraini Paramitha
2. Latifah Khairunisah
3. Friska Yulinda Ardilah
4. Silvia Andriani Puspitasari
5. Riyan Firman Maulana
6. Ahmad Ardiansyah Maulana
7. Esterina
Definisi
Gawat Darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan
tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).
2
Etiologi
Hipoventilasi
Hipoksia
Klasifikasi Gagal Nafas
1. Pernafasan cepat
2. Gelisah
3. Ansietas
4. Bingung
5. Kehilangan konsentrasi
6. Takikardi
Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasan gas-gas darah arteri Hipoksemia Ringan Sedang: Pa02 <80 mmHg
Pa02 <60 mmHg Pa02 <40 mmHg Berat.
Oksimetri nadi dapat menunjukkan penurunan saturasi oksigen arteri,
Kadar hemoglobin serum dan hematokrit menunjukkan penurunan mengangkut
oksigen.
Elektrolit menunjukkan hipokalemia dan hipokloremia.
Kateterisasi arteri pulmonalis membantu membedakan penyebab pulmoner atau
kardiovaskuler pasa gagal nafas dan tekanan hemodinamika
Komplikasi
1. Hipoksia jaringan
2. Asidosis respiratorik kronis :
kondisi dimana paru-paru tidak
dapat mengeluarkan semua
karbondioksida yang dihasilkan
dalam tubuh
3. Henti nafas
4. Henti jantung
“ Tatalaksana Medis
Gawat Darurat
1. Airway
a. Look : lihat apakah kesadaran penderita berubah bila penderita gelisah kemungkinan paling besar adalah
hipoksia. Penderita gelisah pada trauma kapitis disebabkan:
1. Hipoksia
2. Buli-buli penuh
3. Nyeri dari tempat lain (fraktur)
4. Trauma kapitis sendiri
Sianosis dapat dilihat pada kuku dan sekitar mulut. Perhatikan adanya penggunaan otot pernafasan
b. Listen : Pernafasan yang berbunyi adalah pernafasan yang terbostruksi
1. Mengorok (snoring): lidah jatuh ke belakang
2. Bunyi cairan (gurgling): darah atau cairan
3. Stridor disebabkan obstruksi parsial faring atau laring
c. Feel : Rasakan Pergerakan udara ekpirasi
Teknik menjaga jalan nafas
memakai jari-jari satu tangan yang OPA dimasukan ke mulut dan diletakan di belakang lidah.
diletakan di bawah mandibula kemudian Alat ini tidak boleh dipakai pada penderita sadar karena akan
Tindakan ini dilakukan memakai dua alat ini dimasukan pada salah satu lubang hidung lalu
tangan, masing-masing satu tangan di dimasukan secara perlahan sehingga ujungnya terletak di
1. Oksigenasi
Oksigenisasi sebaiknya diberikan melalui suatu masker yang terpasang
dengan flow 10-12 liter/menit.
2. Ventilasi
Ventilasi yang cukup dapat tercapai dengan teknik mouth to mouth, mouth
to mask atau bag-valve-face mask. Intubasi memerlukan beberapa kali
usaha dan tidak boleh mengganggu oksigenisasi.
3. Circulation
Gangguan sirkulasi dapat disebabkan oleh syok atau henti jantung. Henti jantung
mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terhenti dan menyebabkan kematian dengan
segera.
Henti jantung ditandai dengan :
1. Hilang kesadaran
2. Apneu atau gasping
3. Sianosis dan pucat
4. Tidak ada pulse (palpasi karotis atau femoralis)
5. Dilatasi pupil (bila henti sirkulasi > 1 menit
4. Disability
Disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
A-alert, : yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya
mematuhi perintah yang diberikan
V-vocalises, : mengeluarkan suara yang tidak dimengerti
P- responds to pain only
U- unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon stimulus
nyeri
“
Asuhan Keperawatan Gagal Nafas
Pengkajian
Anamnesis
Keluhan utama yang sering muncul adalah gejala sesak nafas atau
peningkatan frekuensi nafas. Secara umum perlu dikaji apakah klien tampak
takut, mengalami sianosis, dan apakah tampak mengalami kesukaran bernafas,
perlu diperhatikan juga apakah klien berubah menjadi sensitif dan cepat
marah (iritability), tanpak binggung (confusion), atau mengantuk (somnolen),
selain itu kaji riwayat penyakit masa lalu, riwayat penyakit keluarga,
lingkungan serta habits/ kebiasaan
Pemeriksaan Fisik
1. Airway
3. Circulation
Peningkatan sekresi pernafasan.
Penurunan curah jantung : gelisah,
Bunyi nafas krekles ronki dan mengi.
letargi, takikardi.
2. Breating
Sakit kepala.
Distress pernafasan : pernafasan
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas,
cupping hidung, takipneu/bradipneu
gelisah, kacau mental, mengantuk.
retraksi.
Papiledema.
Menggunakan otot aksesori pernafasan.
Penurunan haluan urine.
Kesulitan bernafas : lapar udara,
diaphoresis, sianosis.
Keadaan Umum
Kaji tentang kesadara klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara. Denyut nadi,
frekuensi nafas yang meingkat, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, sianosis.
B1 (Breathing) : inspeksi, palpasi, perkusi, dan B4 (Bladder) : Pengukuran volume output urin perlu
auskultasi dilakukan karena berkaitan dengan intake cairan. Oleh
B2 (Blood) : Monitor dampak gagal nafas pada karena itu, perlu memonitor adanya oliguria, karena hal
status kardovaskuler meliputi keadaan tersebut merupaka tanda awal dari syok.
hemodinamik seperti nadi, tekanan darah dan B5 (Boowel) : Pengkajian terhadap status nutrisi klien
CRT. meliputi jumlah, frekuensi dan kesulitan-kesulitan
B3 (Brain) : Pengkajian perubahan status mental dalam memenuhi kebutuhanya.
penting dilakukan perawat karena merupakan B6 (Bone) : Dikaji adanya edema ekstermitas, tremor,
gejala sekunder yang terjadi akibat gangguan tanda-tanda infeksi pada ekstermitas, turgon kulit,
pertukaran gas. Diperlukanan pemeriksaan GCS kelembaban, pengelupasan atau bersik pada dermis/
untuk menentukan tiingkat kesadaran. integument
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas yang b.d Setelah diberikan asuhan keperawatan dalam
gangguan aliran udara ke alveoli atau waktu 1x24 jam pertukaran gas membaik.
kebagian utama paru Kriteria Hasil :
• Frekuensi napas 18-20/menit
• Frekuensi nadi 75-100/menit
• Warna kulit normal, tidak ada dipnea, dan gas
darah arteri (GDA) dalam batas normal.
• Dapat mendemonstrasikan batuk efektif
• Hasil analisa gas darah normal
Intervensi
Intervensi
1. Pantau status pernapasan tiap 4 jam, hasil
GDA, intake, dan output. Untuk
mengidentifikasi indikasi ke arah kemajuan.
1. Berikan terapi intravena sesuai anjuran. Untuk
R/ untuk mengetahui perkembangan status
memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat
kesehatan klien
mengkaji keadaan vaskuler untuk pemberian
2. Tempatkan klien pada posisi semifowler. Posisi obat-obat darurat.
tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik. R/ Untuk membantu mengobati klien
R/ Posisi semifowler berfungsi untuk membuka
2. Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 L/menit
jalan nafas sehingga dapat menurunkan sesak
selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2.
yang dirasakan
Pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot
pernapasan.
R/ Oksigen diberikan untuk membantu
mencukupi kadar oksigen dalam darah klien
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatam selama
peningkatan produksi secret/mucus, 3X24 jam jalan nafas pasien bersih/jelas
keterbatasan gerakan dada, nyeri, kelemahan Kriteria Hasil :
dan kelelahan. • Suara nafas bersih,tidak ada suara snoring
atau suara tambahan yang lain
• Irama nafas regular
• frekuensi nafas dalam rentang normal.
Intervensi
Intervensi
1. Auskultasi suara nafas, catat adanya 3. Berikan O2 melalui ventilator untuk
suara tambahan memfasilitasi prosedur suction.
Intervensi
Intervensi
1. Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan 3. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
pernapasan : dispnea, penggunaan otot-otot
pernapasan. Rasional : Posisi semi fowler untuk
memaksimalkan ekspansi dada
Rasional: Adanya dispnea dan perubahan 4. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
kedalaman pernapasan menandakan adanya
distress pernapasan. Rasional: Memaksimalkan napas dan
2. Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas dalam menurunkan kerja
arteri.