Pengaruh Skarifikasi
Pengaruh Skarifikasi
Pengaruh Skarifikasi
Hipotesis Penelitian
Metode Penelitian
Latar Belakang
Sawo Manila termasuk kedalam klasifikasi Kingdom
Plantae (Tumbuhan), Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh), Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji),
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas Dilleniidae,
Ordo Ebenales, Famili Sapotaceae, dan Genus Manilkara yang
merupakan pohon yang dapat berbuah sepanjang tahun. Sawo
manila banyak ditanam di daerah dataran rendah, meski dapat
tumbuh dengan baik hingga ketinggian sekitar 2500 m di atas
permukaan laut. Pohon sawo tahan terhadap kekeringan, salinitas
yang agak tinggi, dan tiupan angin keras. Sawo dapat berbunga
dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada umumnya
terdapat satu atau dua musim berbuah puncak.
Struktur Morfologi dari Sawo Manila atau Manilkara
zapota memiliki pohon yang besar dan rindang, dapat tumbuh
hingga setinggi 30-40 m. Bunga tunggal terletak diketiak daun
dekat ujung ranting, bertangkai 1-2 cm, kerapkali
menggantung,diameter bunga s/d 1,5 cm, sisi luarnya berbulu
kecoklatan, berbilangan 6.Kelopak biasanya tersusun dalam dua
lingkaran; mahkota bentuk genta, putih,berbagi sampai setengah
panjang tabung (Morton, 1987).
Biji sawo merupakan biji yang sulit berkecambah,
memerlukan waktu 30 hari untuk dapat berkecambah setelah biji
dipanen, tanpa adanya suatu perlakuan (Verheij dan Coronel,
1992). Biji sawo sulit berkecambah karena halangan fisik dari
kulit bijinya. Oleh karena itu, agar perkecambahan berjalan
dengan normal, hambatan fisik dari kulit yang keras harus
dihilangkan (Ashari,1995).
Perkecambahan benih yang memiliki kulit biji tidak permeable
dapat dipicu dengan skarifikasi, dengan mengubah kulit biji untuk
membuatnya menjadi permeable terhadap air dan oksigen (Harjadi
1984). Oleh karena itu pematahan dormansi pada benih sawo dapat
dilakukan dengan skarifikasi. Skarifikasi (pelukaan kulit benih)
adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeable
menjadi permeable melalui penusukan, pembakaran, pemecahan,
pengikiran, dan penggoresan dengan bantuan pisau, jarum,
pemotong kuku, kertas amplas, dan alat lainnya (Schmidt 2000).
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi dormansi
pada benih sawo adalah dengan cara perendaman air.
Menurut Sutopo (2004), beberapa jenis benih terkadang
diberi perlakuan perendaman dalam air dengan tujuan
memudahkan penyerapan air oleh benih. Dengan demikian
kulit benih yang menghalangi penyerapan air menjadi lisis
dan melemah. Selain itu, perendaman juga digunakan untuk
pencucian benih sehingga benih terbebas dari patogen yang
menghambat perkecambahan benih.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Manfaat
H0 : Perlakuan skarifikasi dan lama perendaman tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kecepatan kecambah
H1 : Perlakuan skarifikasi dan lama perendaman mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kecepatan kecambah
Metode Penelitian
Metode Penelitian