0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
203 tayangan12 halaman

Diskusi 7

Dokumen ini menjelaskan langkah-langkah penyusunan instrumen evaluasi hasil pembelajaran yang meliputi peninjauan tujuan pembelajaran, menentukan ranah kognitif, memilih jenis instrumen, menyusun kisi-kisi, dan melakukan uji coba. Selain itu, terdapat diskusi tentang upaya berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan lingkungan pegunungan dan pentingnya pendidikan hukum dalam membangun kesadaran hukum di masyarakat. Keseluruhan informasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesadaran lingkungan serta hukum di Indonesia.

Diunggah oleh

setiaman zalukhu
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
203 tayangan12 halaman

Diskusi 7

Dokumen ini menjelaskan langkah-langkah penyusunan instrumen evaluasi hasil pembelajaran yang meliputi peninjauan tujuan pembelajaran, menentukan ranah kognitif, memilih jenis instrumen, menyusun kisi-kisi, dan melakukan uji coba. Selain itu, terdapat diskusi tentang upaya berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan lingkungan pegunungan dan pentingnya pendidikan hukum dalam membangun kesadaran hukum di masyarakat. Keseluruhan informasi bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesadaran lingkungan serta hukum di Indonesia.

Diunggah oleh

setiaman zalukhu
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 12

DISKUSI 7 IPA

Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen Evaluasi Hasil Pembelajaran

Berikut adalah langkah-langkah yang perlu Bu Ririn persiapkan:

1. Meninjau Ulang dan Memformulasikan Ulang Tujuan Pembelajaran (Learning Objectives):


Ini adalah langkah paling krusial. Bu Ririn harus memastikan bahwa tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan untuk materi tersebut spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu
(SMART). Tujuan ini harus berpusat pada apa yang siswa diharapkan bisa lakukan setelah
pembelajaran, bukan hanya apa yang guru akan ajarkan.

 Contoh: Jika tujuan pembelajaran adalah "Siswa dapat menjelaskan proses fotosintesis
dengan benar," maka instrumen evaluasi harus mengukur kemampuan menjelaskan
proses fotosintesis. Jika tujuannya "Siswa dapat memecahkan masalah persamaan linear
satu variabel," maka instrumen harus berisi soal pemecahan masalah persamaan linear.

2. Menentukan Ranah dan Tingkat Kognitif yang Akan Diukur: Tujuan pembelajaran biasanya
mengacu pada ranah kognitif (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi),
afektif (sikap, nilai), atau psikomotorik (keterampilan). Bu Ririn perlu menentukan ranah mana
yang ingin diukur dan pada tingkat taksonomi Bloom (revisi) yang mana.

 Contoh:
o Jika tujuannya hanya "mengenali," mungkin tingkat Mengingat.
o Jika tujuannya "menjelaskan," mungkin tingkat Memahami.
o Jika tujuannya "menerapkan," mungkin tingkat Menerapkan.
o Jika tujuannya "menganalisis," mungkin tingkat Menganalisis.
o Ini akan memandu jenis pertanyaan atau tugas yang akan dibuat.

3. Memilih Jenis Instrumen Evaluasi yang Sesuai: Setelah tujuan dan tingkat kognitif jelas, Bu
Ririn bisa memilih jenis instrumen. Setiap jenis punya kelebihan dan kekurangan:

 Tes Tertulis:
o Pilihan Ganda: Baik untuk mengukur pengetahuan faktual, pemahaman dasar,
atau identifikasi. Efisien untuk banyak siswa.
o Isian Singkat: Mengukur ingatan spesifik atau pemahaman konsep kunci.
o Uraian/Esai: Mengukur kemampuan menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi,
atau mensintesis informasi. Membutuhkan pemikiran tingkat tinggi.
o Benar/Salah: Mengukur pemahaman dasar.
 Tes Praktik/Kinerja:
o Mengukur kemampuan psikomotorik atau aplikasi keterampilan. Contoh:
presentasi, eksperimen sains, memecahkan masalah kompleks, demonstrasi.
Membutuhkan rubrik penilaian.
 Penugasan/Proyek:
o Mengukur aplikasi pengetahuan dalam konteks nyata, kreativitas, pemecahan
masalah, atau kolaborasi. Contoh: membuat maket, laporan penelitian, portofolio,
presentasi kelompok. Membutuhkan rubrik penilaian.
 Observasi:
o Mengukur perilaku, sikap, partisipasi, atau keterampilan sosial saat pembelajaran
berlangsung. Membutuhkan lembar observasi/ceklist.
 Wawancara/Diskusi:
o Mengukur pemahaman mendalam, kemampuan berargumentasi, atau sikap.

4. Menyusun Kisi-Kisi Instrumen Evaluasi: Kisi-kisi adalah peta jalan untuk menyusun
instrumen. Ini memastikan semua tujuan pembelajaran terwakili dalam instrumen. Kisi-kisi
biasanya berisi:

 Tujuan Pembelajaran/Indikator: Apa yang akan diukur.


 Materi Pokok: Konten yang diuji.
 Tingkat Kognitif: Level taksonomi Bloom (C1-C6).
 Bentuk Soal/Tugas: Pilihan ganda, uraian, proyek, dll.
 Jumlah Soal/Poin: Alokasi untuk setiap indikator.
 Bobot Soal: Pentingnya setiap soal/bagian.

5. Menyusun Butir-butir Soal/Tugas: Berdasarkan kisi-kisi, Bu Ririn mulai menuliskan soal atau
merancang tugas.

 Bahasa Jelas dan Tidak Ambigu: Pastikan soal mudah dipahami dan tidak menimbulkan
interpretasi ganda.
 Sesuai Tingkat Perkembangan Siswa: Gunakan bahasa dan konteks yang relevan dengan
usia dan jenjang pendidikan mereka.
 Variasi Soal: Gunakan berbagai bentuk soal jika memungkinkan untuk mengukur aspek
yang berbeda.
 Kesesuaian dengan Waktu: Perkirakan waktu yang dibutuhkan siswa untuk
menyelesaikan instrumen.

6. Menyusun Rubrik Penilaian/Kunci Jawaban: Ini sangat penting untuk memastikan objektivitas
dan konsistensi dalam penilaian.

 Untuk Soal Objektif (Pilihan Ganda, Benar/Salah, Isian Singkat): Buat kunci jawaban
yang jelas.
 Untuk Soal Uraian, Praktik, Proyek: Buat rubrik penilaian yang memuat kriteria penilaian
yang spesifik, deskripsi setiap tingkat kinerja (misalnya, sangat baik, baik, cukup,
kurang), dan bobot untuk setiap kriteria.

7. Melakukan Uji Coba (Pilot Test) dan Revisi (jika waktu memungkinkan): Jika
memungkinkan, uji coba instrumen kepada beberapa siswa (yang tidak akan dinilai) untuk
melihat:

 Apakah soal/tugas mudah dipahami?


 Apakah ada ambiguitas?
 Apakah waktu pengerjaan sesuai?
 Apakah ada soal yang terlalu mudah/sulit?
 Berdasarkan hasil uji coba, lakukan revisi untuk menyempurnakan instrumen.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini secara sistematis, Bu Ririn dapat memastikan bahwa
instrumen evaluasi yang ia susun benar-benar valid (mengukur apa yang seharusnya diukur) dan
reliabel (memberikan hasil yang konsisten), sehingga benar-benar mencerminkan pencapaian
tujuan pembelajaran siswa.
DISKUSI 7 LINGKUNGAN HIDUP

Analisis Upaya Berkelanjutan untuk Mengatasi Permasalahan Lingkungan Pegunungan

Berikut adalah beberapa upaya yang tepat, dengan mempertimbangkan prinsip berkelanjutan:

1. Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Komunitas:

 Upaya: Menerapkan sistem pengelolaan sampah yang komprehensif mulai dari


pemilahan di sumber (wisatawan dan vila), pengumpulan, hingga pengolahan. Penting
untuk melibatkan masyarakat lokal, pengelola vila, dan pelaku usaha wisata dalam
seluruh proses ini. Ini bisa berupa penyediaan tempat sampah terpilah yang memadai di
area publik dan vila, kampanye edukasi persuasif seperti "bawa sampahmu pulang" atau
"sampahmu adalah tanggung jawabmu," serta pembangunan fasilitas daur ulang skala
kecil atau pengolahan sampah organik menjadi kompos yang dapat dimanfaatkan
kembali.
 Prinsip Keberlanjutan:
o Lingkungan: Mengurangi penumpukan sampah liar, mencegah pencemaran
tanah dan air, serta mengurangi beban Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
o Sosial: Meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat lokal,
menciptakan potensi lapangan kerja baru (misalnya, pengelola bank sampah atau
fasilitas kompos), dan membangun budaya bersih yang kolaboratif.
o Ekonomi: Berpotensi menciptakan nilai ekonomi dari daur ulang material dan
mengurangi biaya operasional pengangkutan sampah bagi pemerintah daerah dan
pengelola.

2. Regulasi dan Penegakan Hukum yang Ketat untuk Pembangunan Vila:

 Upaya: Pemerintah daerah harus secara signifikan memperketat peraturan zonasi dan
izin mendirikan bangunan (IMB) khusus untuk daerah pegunungan. Pastikan setiap
pembangunan vila atau akomodasi wisata wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) yang komprehensif dan dilaksanakan dengan serius. Batasi area
yang boleh dibangun (misalnya, menetapkan zona hijau mutlak), tetapkan koefisien dasar
bangunan (KDB) yang sangat rendah, dan wajibkan penggunaan desain arsitektur yang
ramah lingkungan serta konservasi vegetasi penutup asli semaksimal mungkin.
Penegakan hukum terhadap pelanggar IMB atau AMDAL harus tegas dan transparan.
 Prinsip Keberlanjutan:
o Lingkungan: Melindungi vegetasi asli yang berfungsi sebagai pengikat tanah,
mencegah erosi dan longsor, menjaga daerah resapan air, serta mempertahankan
keindahan bentang alam dan keanekaragaman hayati.
o Sosial: Mencegah konflik penggunaan lahan antara pengembang dan masyarakat
lokal, menjaga hak-hak masyarakat adat atau tradisional, dan memastikan
pembangunan bermanfaat bagi seluruh komunitas.
o Ekonomi: Mendorong investasi pariwisata yang bertanggung jawab dan
berkelanjutan dalam jangka panjang, serta menjaga daya tarik alami kawasan
yang menjadi aset utama pariwisata.

3. Revitalisasi dan Reboisasi Vegetasi Penutup:

 Upaya: Lakukan program reboisasi dan penghijauan besar-besaran di area-area yang


vegetasinya sudah berkurang atau gundul, terutama di lereng-lereng curam dan daerah
aliran sungai. Libatkan semua pihak: wisatawan, masyarakat lokal, komunitas peduli
lingkungan, sekolah, dan organisasi masyarakat sipil dalam kegiatan penanaman pohon.
Prioritaskan penanaman spesies pohon endemik atau asli daerah yang sesuai dengan
ekosistem pegunungan untuk menjaga keseimbangan alami.
 Prinsip Keberlanjutan:
o Lingkungan: Mengembalikan fungsi hidrologis lahan (penyerapan air),
mencegah erosi tanah, mengurangi risiko longsor, meningkatkan kualitas udara,
dan menyediakan habitat alami bagi flora dan fauna.
o Sosial: Meningkatkan kesadaran lingkungan kolektif, membangun kebersamaan
dan rasa memiliki terhadap alam, serta menciptakan lingkungan yang lebih sehat
dan nyaman bagi penduduk dan wisatawan.
o Ekonomi: Meningkatkan daya tarik ekowisata, potensi hasil hutan non-kayu yang
berkelanjutan (misalnya, buah-buahan hutan), dan menjaga kualitas sumber daya
air.

4. Edukasi dan Peningkatan Kesadaran Wisatawan:

 Upaya: Melakukan kampanye edukasi yang konsisten dan persuasif kepada


wisatawan tentang etika berwisata di daerah pegunungan. Ini mencakup pentingnya tidak
membuang sampah sembarangan (prinsip leave no trace), tidak merusak vegetasi, tidak
membuat coretan di batu atau pohon, tidak mengambil sampel alam (kecuali diizinkan),
dan menghormati adat istiadat serta kearifan lokal masyarakat. Informasi ini bisa
disampaikan secara kreatif melalui papan informasi interaktif, media sosial, pamflet
ramah lingkungan, situs web pariwisata, atau bahkan melalui pengarahan oleh pemandu
wisata lokal.
 Prinsip Keberlanjutan:
o Sosial: Membangun budaya wisata yang bertanggung jawab dan peduli terhadap
lingkungan.
o Lingkungan: Mengurangi dampak negatif langsung dari perilaku wisatawan
terhadap ekosistem pegunungan.
o Ekonomi: Menciptakan citra pariwisata yang positif, berkelanjutan, dan menarik
bagi wisatawan yang sadar lingkungan.

5. Pengembangan Ekowisata dan Wisata Berbasis Komunitas:

 Upaya: Mengembangkan model pariwisata yang berfokus pada pelestarian alam dan
budaya lokal, seperti ekowisata, agrowisata, atau wisata berbasis komunitas. Model ini
melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengelolaan, dan distribusi keuntungan
pariwisata, sehingga mereka memiliki insentif kuat untuk menjaga lingkungan.
Contohnya, pengembangan homestay yang dikelola masyarakat, paket wisata yang
meliputi kegiatan konservasi (misalnya, menanam pohon bersama), atau trekking edukasi
yang dipandu oleh masyarakat lokal.
 Prinsip Keberlanjutan:
o Ekonomi: Memberikan manfaat ekonomi langsung dan merata kepada
masyarakat lokal, mengurangi kesenjangan pendapatan, dan menciptakan
diversifikasi sumber ekonomi.
o Sosial: Pemberdayaan masyarakat lokal, pelestarian dan promosi budaya
setempat, serta peningkatan kualitas hidup.
o Lingkungan: Mengedepankan konservasi dan pemahaman lingkungan sebagai
bagian integral dari pengalaman wisata.

Dengan mengimplementasikan kombinasi upaya-upaya ini secara terkoordinasi dan


berkelanjutan, daerah pegunungan dapat tetap menjadi daya tarik wisata sekaligus menjaga
kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakatnya.
DISKUSI 7 PKN

Pendidikan hukum memegang peran sentral dalam membangun kesadaran hukum di tengah
masyarakat, khususnya di Indonesia yang menganut sistem hukum modern. Tujuannya bukan
hanya sekadar mengenalkan pasal-pasal undang-undang, melainkan membentuk individu yang
secara sadar memahami dan menghormati norma hukum serta mampu berpartisipasi aktif
dalam sistem peradilan.

Memahami dan Menghormati Norma Hukum

Pendidikan hukum dapat membantu siswa memahami dan menghormati norma hukum melalui
beberapa cara:

1. Pengenalan Konsep Dasar Hukum: Siswa perlu memahami apa itu hukum, norma,
etika, dan moral serta perbedaan di antaranya. Pembelajaran harus dimulai dari norma
yang paling dekat dengan kehidupan siswa, seperti norma di keluarga, sekolah, dan
masyarakat sekitar, sebelum beralih ke norma hukum formal. Ini membantu siswa
melihat relevansi hukum dalam kehidupan sehari-hari.
2. Studi Kasus dan Contoh Nyata: Daripada hanya menghafal pasal, siswa sebaiknya
diajak menganalisis studi kasus yang relevan dengan usia mereka. Misalnya, kasus
perundungan (bullying), pelanggaran lalu lintas, atau masalah sampah. Diskusi tentang
konsekuensi hukum dan sosial dari tindakan tersebut dapat menumbuhkan pemahaman
yang lebih dalam tentang pentingnya norma hukum.
3. Memahami Rasionalitas Hukum: Penting untuk menjelaskan mengapa suatu norma
hukum ada. Misalnya, mengapa ada aturan lalu lintas? Mengapa mencuri itu dilarang?
Ketika siswa memahami alasan di balik suatu aturan (rasionalitas dan tujuan hukum),
mereka cenderung lebih mudah untuk menerimanya dan menghormatinya, bukan sekadar
mematuhinya karena takut sanksi.
4. Mengenal Hak dan Kewajiban: Pendidikan hukum harus menyoroti hak-hak dasar
yang dimiliki warga negara, namun juga menekankan kewajiban yang melekat pada
setiap hak. Pemahaman seimbang antara hak dan kewajiban ini penting untuk
membangun warga negara yang bertanggung jawab dan tidak hanya menuntut, tetapi juga
berkontribusi.
5. Menumbuhkan Kesadaran Keadilan: Pembelajaran tentang hukum tidak hanya tentang
aturan, tetapi juga tentang keadilan. Diskusi tentang konsep keadilan, kesetaraan di mata
hukum, dan peran hukum dalam menciptakan ketertiban sosial dapat memupuk rasa
hormat terhadap sistem hukum itu sendiri.
Membekali Siswa untuk Berpartisipasi Efektif dalam Lembaga Hukum

Pembelajaran tentang sistem peradilan dan lembaga penegakan hukum sangat krusial untuk
membekali siswa agar mampu berpartisipasi secara efektif.

1. Pengenalan Struktur Lembaga Hukum: Siswa perlu memahami struktur dasar


lembaga penegakan hukum di Indonesia, seperti Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan
(dan berbagai jenisnya: umum, agama, tata usaha negara, militer), serta Lembaga
Pemasyarakatan. Penjelasan tentang peran dan fungsi masing-masing lembaga akan
memberikan gambaran komprehensif.
2. Simulasi Proses Hukum: Salah satu cara paling efektif adalah melalui simulasi
persidangan (sidang semu) atau simulasi penyelesaian sengketa. Dalam simulasi ini,
siswa dapat berperan sebagai hakim, jaksa, pengacara, saksi, atau tergugat. Ini
memberikan pengalaman langsung tentang bagaimana proses hukum berjalan, siapa yang
terlibat, dan bagaimana keputusan hukum dibuat.
3. Kunjungan Edukatif: Jika memungkinkan, kunjungan ke pengadilan, kantor polisi,
atau lembaga hukum lain dapat memberikan pengalaman nyata. Siswa bisa mengamati
langsung proses yang terjadi dan berinteraksi (jika diizinkan) dengan para penegak
hukum.
4. Memahami Jalur Pengaduan dan Bantuan Hukum: Siswa perlu tahu bagaimana cara
melaporkan pelanggaran hukum atau mencari bantuan hukum jika mereka atau orang
terdekat mengalami masalah hukum. Pengenalan lembaga bantuan hukum (LBH) atau
posko pengaduan masyarakat akan sangat membantu.
5. Peran Masyarakat dalam Pengawasan Hukum: Pendidikan hukum juga harus
mengajarkan bahwa masyarakat memiliki peran dalam mengawasi jalannya
penegakan hukum. Ini bisa melalui partisipasi dalam proses legislasi, memberikan
masukan, atau mengawasi kinerja aparat penegak hukum.
6. Pentingnya Mediasi dan Alternatif Penyelesaian Sengketa: Selain jalur formal, siswa
juga perlu diperkenalkan pada alternatif penyelesaian sengketa (APS) seperti mediasi
atau negosiasi. Ini mengajarkan bahwa tidak semua masalah harus diselesaikan di
pengadilan dan ada cara-cara damai untuk mencapai kesepakatan.

Dengan pendekatan ini, pendidikan hukum tidak hanya menciptakan warga negara yang patuh
hukum, tetapi juga warga negara yang kritis, proaktif, dan mampu berpartisipasi secara
cerdas dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas sistem hukum di Indonesia.
DISKUSI 7 KELAS RANGKAP

Rancangan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) Bahasa Indonesia

Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia Kelas Rangkap: Kelas 4 (20 murid) dan Kelas 5 (15 murid)
Waktu: 2 x 35 menit (atau sesuai durasi jam pelajaran)

A. Kompetensi Dasar (KD):

 Kelas 4: Mencermati gagasan pokok dan gagasan pendukung yang diperoleh dari teks
lisan, tulis, atau visual.
 Kelas 5: Menganalisis pokok pikiran dalam teks lisan dan tulis.

B. Tujuan Pembelajaran:

 Kelas 4:
o Melalui kegiatan membaca teks, siswa dapat mengidentifikasi gagasan pokok
dengan tepat.
o Melalui kegiatan membaca teks, siswa dapat mengidentifikasi gagasan pendukung
dengan tepat.
o Melalui diskusi kelompok, siswa dapat membedakan gagasan pokok dan gagasan
pendukung.
 Kelas 5:
o Melalui kegiatan membaca teks, siswa dapat menemukan pokok pikiran pada
setiap paragraf dengan benar.
o Melalui diskusi, siswa dapat menyimpulkan pokok pikiran dari keseluruhan teks.

C. Materi Pembelajaran:

 Kelas 4: Pengertian gagasan pokok dan gagasan pendukung, cara menemukan gagasan
pokok dan pendukung dalam paragraf.
 Kelas 5: Pengertian pokok pikiran, hubungan pokok pikiran dengan gagasan pokok, cara
menemukan pokok pikiran dalam teks.

D. Model PKR yang Digunakan:

 Model 221: Dua kelas, dua mata pelajaran (meskipun sama-sama Bahasa Indonesia tapi
KD berbeda), dalam satu ruangan. (Atau bisa juga Model 211 jika dianggap KD-nya
sangat berdekatan dan hanya berbeda kedalaman). Saya akan merancang dengan asumsi
KD memerlukan fokus terpisah di awal, lalu bisa digabungkan.

E. Media dan Sumber Belajar:


 Kelas 4 & 5:
o Beberapa teks bacaan pendek yang menarik dan relevan dengan usia siswa
(misalnya, tentang lingkungan, hewan, atau budaya). Usahakan teks untuk Kelas 5
sedikit lebih kompleks atau panjang.
o Papan tulis/Whiteboard, spidol/kapur.
o Lembar kerja siswa (LKS) yang berbeda untuk setiap kelas.
o Alat tulis.

F. Langkah-langkah Pembelajaran

I. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

1. Apersepsi dan Motivasi (Gabungan Kelas):


o Bu Dian menyapa kedua kelas, menanyakan kabar, dan menjelaskan mengapa
kedua kelas akan belajar bersama hari ini.
o Menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari: "Pernahkah kalian
membaca suatu tulisan atau mendengarkan seseorang berbicara, lalu kalian ingin
tahu intinya apa? Nah, hari ini kita akan belajar bagaimana cara menemukan inti
atau ide utama dari sebuah bacaan!"
o Mengulang kembali aturan kelas (terutama penting untuk PKR: mandiri saat guru
fokus pada kelas lain, kolaborasi, tidak ribut).

II. Kegiatan Inti (50 menit)

1. Fase 1: Penjelasan Konsep Awal & Penugasan Mandiri (20 menit)


o Kelas 4 (Fokus Bu Dian Pertama):
 Bu Dian menjelaskan konsep gagasan pokok dan gagasan pendukung
menggunakan contoh paragraf sederhana di papan tulis. Menekankan ciri-
ciri dan letaknya (umumnya di awal/akhir paragraf).
 Meminta siswa Kelas 4 membaca teks 1 (yang lebih pendek dan
sederhana) dari LKS mereka.
 Memberikan tugas mandiri kepada Kelas 4: "Identifikasi gagasan pokok
dan gagasan pendukung dari setiap paragraf pada teks 1. Lingkari gagasan
pokok dan garis bawahi gagasan pendukung."
 Mengingatkan mereka untuk bekerja secara mandiri dan tidak ribut saat
Bu Dian berpindah ke Kelas 5.
o Kelas 5 (Fokus Bu Dian Berikutnya):
 Setelah memberikan instruksi kepada Kelas 4, Bu Dian beralih ke Kelas 5.
 Menjelaskan konsep pokok pikiran dan perbedaannya dengan gagasan
pokok (pokok pikiran bisa mencakup beberapa paragraf atau keseluruhan
teks). Menekankan bahwa pokok pikiran adalah inti dari sebuah teks.
 Meminta siswa Kelas 5 membaca teks 2 (yang lebih kompleks dan
panjang) dari LKS mereka.
 Memberikan tugas mandiri kepada Kelas 5: "Bacalah teks 2, lalu tentukan
pokok pikiran dari setiap paragraf. Tuliskan di lembar kerja kalian.
Kemudian, coba rumuskan satu pokok pikiran utama dari keseluruhan
teks."
 Mengingatkan mereka untuk bekerja secara mandiri.

2. Fase 2: Bimbingan Kelompok & Diskusi (20 menit)


o Kelas 4 (Kelompok Kecil):
 Bu Dian membagi Kelas 4 menjadi beberapa kelompok kecil (4-5 siswa).
 Meminta setiap kelompok membandingkan hasil identifikasi gagasan
pokok dan pendukung dari teks 1.
 Bu Dian berkeliling, memantau, dan memberikan bimbingan kepada
kelompok yang kesulitan. Mengklarifikasi miskonsepsi.
 Memberikan contoh tambahan jika diperlukan atau meminta perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasilnya.
o Kelas 5 (Diskusi Kelompok):
 Setelah mengarahkan Kelas 4, Bu Dian kembali ke Kelas 5.
 Meminta siswa Kelas 5 untuk mendiskusikan pokok pikiran yang mereka
temukan dari teks 2 secara berkelompok.
 Bu Dian berkeliling, memfasilitasi diskusi, dan memberikan umpan balik.
Membimbing mereka untuk menyimpulkan pokok pikiran utama dari
keseluruhan teks dengan argumentasi yang logis.
 Meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

3. Fase 3: Penguatan Konsep & Penugasan Lanjutan (10 menit)


o Gabungan Kelas:
 Bu Dian secara singkat merangkum kembali konsep gagasan
pokok/pokok pikiran dan gagasan pendukung.
 Menjelaskan bahwa gagasan pokok adalah inti dari paragraf, dan pokok
pikiran adalah inti dari keseluruhan teks.
 Memberikan penugasan individual untuk setiap kelas:
 Kelas 4: Mengerjakan soal latihan tambahan di LKS tentang
menentukan gagasan pokok dan pendukung dari paragraf lain.
 Kelas 5: Mengerjakan soal latihan tambahan di LKS tentang
menentukan pokok pikiran dari teks yang berbeda atau membuat
ringkasan singkat berdasarkan pokok pikiran yang ditemukan.
 Menyampaikan bahwa tugas ini akan dikumpulkan di akhir pelajaran.

III. Kegiatan Penutup (10 menit)

1. Refleksi (Gabungan Kelas):


o Bu Dian memfasilitasi refleksi: "Apa yang kalian pelajari hari ini?" "Bagaimana
cara menemukan gagasan pokok/pokok pikiran?"
o Menekankan pentingnya kemampuan ini dalam memahami berbagai informasi.
2. Evaluasi Singkat (Gabungan Kelas):
o Mengumpulkan LKS atau tugas mandiri siswa. Ini akan menjadi instrumen
evaluasi hasil pembelajaran.
o Memberikan apresiasi kepada semua siswa atas partisipasi dan kerja keras
mereka.
3. Penutup:
o Bu Dian memberikan pesan motivasi dan mengakhiri pembelajaran.

Strategi Pengelolaan Kelas dalam PKR:

 Pengelompokan Fleksibel: Bu Dian dapat menggunakan pengelompokan berdasarkan


kemampuan (misalnya, siswa cepat bantu teman yang lambat) atau secara acak untuk
mempromosikan kolaborasi.
 Peran Asisten (Jika Ada): Jika ada siswa yang sangat menonjol di Kelas 5, mereka bisa
diminta sesekali membantu teman-teman di Kelas 4 setelah mereka menyelesaikan
tugasnya.
 Instruksi Jelas dan Tertulis: Pastikan instruksi tugas mandiri tertulis jelas di LKS atau
papan tulis agar siswa tidak bingung saat Bu Dian fokus pada kelas lain.
 Manajemen Kebisingan: Tetapkan isyarat atau sinyal khusus untuk meminta perhatian
atau meredakan kebisingan.
 Posisi Guru: Bu Dian harus bergerak secara strategis di antara kedua kelompok untuk
memastikan semua siswa mendapatkan perhatian.

Dengan rancangan ini, Bu Dian bisa memastikan bahwa kedua kelas mendapatkan pembelajaran
yang relevan dengan KD mereka, meskipun dalam satu ruangan dan dengan satu guru.

Anda mungkin juga menyukai