Pertemuan 2 - Modul Analitik & Visualisasi-Data
Pertemuan 2 - Modul Analitik & Visualisasi-Data
Kompetensi: Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep dasar data, visualisasi data serta
Representasi Grafik Pengantar Visualisasi Data, Visualisasi Data Melalui Representasi
Grafik, Dashboards, Komunikasi Data
1. Pendahuluan
Data adalah kumpulan dari sebuah informasi ataupun keterangan yang berisikan hal-hal
yang diperoleh melalui suatu pengamatan, penelusuran dan pencarian dari sumber-sumber
tertentu. Dalam sistematikanya setelah data tersebut telah didapat, maka data tersebut harus
diolah dan disajikan dengan baik, jelas dan menarik, serta akurat agar nantinya data tersebut
dapat mudah dipahami oleh para pembacanya. Peran penting dalam sebuah bentuk data yang
telah diolah sedemikian rupa itulah dimaksudkan agar informasi dari data tersebut dapat
tersampaikan bagi yang membutuhkan.
Penyajian data menjadi sangat penting bagi proses penghitungan statistik dan statistika di
dalam ruang lingkup penelitian. Baik dalam jenis penelitian kuantitatif ataupun kualitatif
perolehan akan data-data yang akurat diperlukan guna mendapatkan hasil yang sesuai dengan
realita sesungguhnya.
Oleh karena itulah sebagai setiap hasil dan laporan penelitian, termasuk contoh penelitian
kualitatif dan kuantitatif tidak terlepas daripada prosedur penyajian data ini. Penyajian data
dikenal dengan juga mekanisasi yang dipergunakan dalam sebuah laporan penelitian untuk
menyajikan rangkaian angka numerik (penomoran) agar mudah dibaca. Sehingga secara
umumnya, data-data penelitian tersebut dapat disajikan kepada khalayak umum dengan sangat
mudah. Hal ini juga dijalankan oleh peneliti, sehingga nantinya diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
5. Dashboards
Dashboards adalah tampilan informasi yang dinamis untuk mendukung pengambilan
keputusan berkualitas tinggi. Dashboards ini terdiri dari berbagai visualisasi data untuk
menyediakan konteks bagi seseorang/sekelompok orang untuk menemukan wawasan dan
membuat keputusan.
Dashboards bersifat dinamis karena saat data yang mendasarinya berubah, dashboards
diperbarui secara otomatis sehingga wawasan dan keputusan yang sensitif terhadap waktu
dapat dibuat. Sebagai contoh adalah dashboards yang melacak metrik teratas untuk perusahaan
SaaS. Dashboards tersebut memberikan informasi sekilas terkait pendapatan, biaya operasi,
total pengguna, dan data relevan lainnya yang dapat dievaluasi. Dashboards ini dapat
membantu CEO atau siapa pun di perusahaan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di
tingkat tinggi, dan membantunya memutuskan di mana harus mengambil tindakan.
Tujuan dashboard bisnis modern berawal dari penelitian yang dimulai pada tahun 1970- an
untuk menggunakan komputer guna membantu orang membuat keputusan yang lebih baik.
Pada pertama kali dipasarkan, dashboard dikenal sebagai Sistem Pendukung Keputusan dan
dikomersialkan sebagai Sistem Informasi Eksekutif. Saat ini alat tersebut digunakan secara luas
dalam bisnis untuk memantau kinerja dan membantu para pengambil keputusan.
Gambar 3. Contoh Dashboard
6. Komunikasi Data
Saat itu tahun 1949, dan dua karyawan di Bell Laboratories—Claude Elwood Shannon dan
rekan penulisnya Warren Weaver—menerbitkan artikel penting di University of Illinois Press
berjudul The Mathematical Theory of Communication. Di dalamnya, mereka memperkenalkan
model sistem komunikasi di mana "sumber informasi" memilih pesan dan kemudian "pemancar
mengubah pesan ini menjadi sinyal yang benar-benar dikirim melalui saluran komunikasi dari
pemancar ke penerima" seperti terlihat pada gambar 4.
Contoh masalah teknis meliputi resolusi layar yang rendah, audio yang terdistorsi, video
yang buram, atau kualitas cetak yang tidak jelas—semua hal ini dapat menyebabkan penerima
menerima informasi yang berbeda dari yang sebenarnya dibuat. Mengingat beragamnya
perangkat, sistem operasi, dan perangkat lunak yang mungkin digunakan oleh penerima,
memastikan bahwa pesan tetap utuh bisa menjadi tantangan tersendiri.
Contoh masalah semantik terjadi ketika kita menyandikan pesan menggunakan jenis visualisasi
yang kurang tepat, atau ketika simbol yang digunakan tidak dapat dimengerti oleh penerima.
Misalnya, jika kita mengkodekan nilai menggunakan diameter lingkaran alih-alih luasnya, hal
ini dapat menyebabkan distorsi dalam persepsi proporsi yang sebenarnya.
Contoh masalah keefektifan adalah pertanyaan "lalu apa?", dan ini mungkin menjadi aspek
yang paling krusial. Meskipun pesan berhasil dikodekan, dikirim, didekodekan, dan dipahami
dengan sempurna, jika penerima tidak tertarik atau tidak mengambil tindakan yang diharapkan,
maka komunikasi tersebut tetap dianggap gagal.