Httpwww.karyailmiah.trisakti.ac.IduploadskilmiahdosenDISERTASI FINAL PDF.pdf

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 182

UNIVERSITAS INDONESIA

PENILAIAN RISIKO KARIES DAN PENYUSUNAN


MANAJEMEN KARIES GIGI PADA ANAK
(Kajian untuk Pembuatan Perangkat Lunak Profil Kariogenik)

DISERTASI

SRI RATNA LAKSMIASTUTI


1306435291

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


PROGRAM DOKTOR ILMU KEDOKTERAN GIGI
JAKARTA
2018
UNIVERSITAS INDONESIA

PENILAIAN RISIKO KARIES DAN PENYUSUNAN


MANAJEMEN KARIES GIGI PADA ANAK
(Kajian untuk Pembuatan Perangkat Lunak Profil Kariogenik)

DISERTASI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

SRI RATNA LAKSMIASTUTI


1306435291

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


PROGRAM DOKTOR ILMU KEDOKTERAN GIGI
JAKARTA
JANUARI 2018
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia dan
rahmatNya, maka saya dapat menyelesaikan penulisan disertasi ini. Disertasi ini
merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan ini. Pendidikan
Doktor yang saya jalani merupakan bagian dari suatu proses pembelajaran, sehingga
penulisan disertasi ini masih jauh dari sempurna.

Penulisan disertasi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, arahan, nasehat,


pertolongan, doa dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini, perkenankan saya dengan segala kerendahan hati menyampaikan penghormatan dan
ucapan terima kasih yang tulus seperti terangkai berikut ini:

Kepada Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan ini. Kepada Dekan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Dr. Yosi Kusuma Eriwati, drg., M.Si
dan para Wakil Dekan saya menyampaikan terima kasih atas kebaikan, bantuan dan
fasilitas yang diberikan selama saya menempuh pendidikan.

Terima kasih saya sampaikan kepada Rektor Universitas Trisakti, Prof. Ali Ghufron
Mukti, dr., M.Sc., Ph.D yang telah mengizinkan saya mengikuti pendidikan ini. Kepada
Dekan dan para Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, khususnya
Prof. Dr. Tri Erri Astoeti, drg., M.Kes yang juga merupakan salah satu Ko Promotor,
saya menghaturkan penghargaan yang tinggi dan terima kasih sebesar-besarnya atas
segala bimbingan, arahan dan waktu yang diberikan selama proses penulisan disertasi
ini.

Penghargaan yang tinggi dan terima kasih sebesar-besarnya saya haturkan juga kepada
Prof. Dr. Melanie S Djamil, drg., M.Biomed, selaku mantan Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Trisakti dan merupakan salah satu Dewan Penguji, atas kesempatan,
izin dan dorongan semangat kepada saya untuk menempuh pendidikan ini, serta arahan,
bimbingan yang diberikan untuk perbaikan penulisan disertasi ini.

iv
Penghargaan yang tinggi dan terima kasih sebesar-besarnya saya haturkan kepada Prof.
Heriandi Sutadi, drg., Sp.KGA(K)., Ph.D yang telah berkenan menjadi Promotor dan
telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, arahan, masukan dan nasehat, serta
ilmu yang bermanfaat, dan banyak kontribusi kepada saya selama penulisan disertasi
ini.

Kepada Prof. Dr. Sarworini B. Budiardjo, drg., Sp.KGA(K), Pembimbing Akademik


dan Ko Promotor, yang mulai membimbing saya sejak masa awal studi, saya
menghaturkan penghargaan yang tinggi dan terima kasih sebesar-besarnya atas
bimbingan, arahan dan perhatian yang diberikan kepada saya.

Saya menghaturkan penghargaan yang tinggi dan terima kasih kepada Prof. Dr.
Lindawati S. Kusdhany, drg., Sp.Pros(K) selaku Ketua Dewan Penguji, atas masukan,
saran, arahan, dan meluangkan waktu di tengah kesibukan, serta menambah wawasan
saya untuk perbaikan penulisan disertasi ini.

Saya menghaturkan penghargaan yang tinggi dan terima kasih tak terhingga kepada
Prof. Dr. Loes D. Sjahruddin, drg., M.Kes, sebagai Mantan Kabag Ilmu Kedokteran
Gigi Anak FKG Usakti dan salah satu Dewan Penguji, atas izin dan kesempatan yang
diberikan kepada saya untuk menempuh pendidikan ini. Serta atas bimbingan, arahan
dan masukan serta kontribusinya untuk perbaikan penulisan disertasi ini.

Kepada dr. Adang Bachtiar, MPH., D.Sc sebagai salah satu Dewan Penguji, saya
menghaturkan penghargaan yang tinggi dan terima kasih tak terhingga atas
kesediaannya meluangkan waktu dan perhatian di tengah kesibukannya untuk
memberikan bimbingan, arahan serta ilmu dan membantu dalam pengolahan dan
analisis data. Saya bersyukur bisa mengenal Beliau sebagai Penguji yang selalu bersedia
membantu setiap saat untuk perbaikan penulisan disertasi saya, dan pada saat saya
menemukan kesulitan selama perbaikan disertasi, Beliau selalu menjadi “Dewa
Penolong” memberi solusi menyelesaikan masalah.

Kepada Bpk. Waskitho Wibisono, S.Kom, M.Eng., Ph.D sebagai salah satu Dewan
Penguji, saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas kesediaannya
meluangkan waktu datang dari luar kota, serta masukan, saran dan informasi demi
perbaikan penulisan disertasi ini.

v
Kepada Bpk. Faizal Johan Atletiko, S.Kom., M.T. sebagai Tim Informasi dan
Teknologi, saya sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk memberi masukan dan berdiskusi demi perbaikan pembuatan
perangkat lunak hasil penelitian ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Manajer Pendidikan Dr.
Sri Lelyati, drg., SU., Sp.Perio(K) atas segala perhatian dan bantuan baik secara
akademis maupun administratif selama saya menempuh pendidikan. Saya juga
menyampaikan terima kasih kepada seluruh Staf Pengajar Program Doktor Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
hingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan disertasi ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada Kepala Bagian dan seluruh
Staf Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG Usakti: Dr. Fatimah Boenjamin, drg., Sp.KGA;
Prof. Dr. E. Arlia Budiyanti, drg., SU., Sp.KGA; Prof. Dr. Loes D. Sjahruddin, drg.,
M.Kes; Liane Andajani, drg; Dhyani Widhianingsih, drg., Sp.KGA; Dr. Jeddy, drg.,
Sp.KGA; Tri Putriany Agustin, drg., Sp.KGA; Enrita Dian Rahmadini, drg., Sp.KGA;
Arianne Dwimega, drg., Sp.KGA; dan Dr. Armelia Sari, drg., M.Biomed, atas
dukungan dan perhatiannya.

Ucapan terima kasih tak terhingga saya sampaikan juga kepada Ketua Departemen dan
seluruh Staf Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG UI: Dr. M. Fahlevi Rizal, drg.,
Sp.KGA(K); Prof. Heriandi Sutadi, drg., Sp.KGA(K)., Ph.D; Prof. Dr. Sarworini B.
Budiardjo, drg., Sp.KGA(K); Prof. Dr. M. Suharsini, drg., SU., Sp.KGA(K); Drg. Ike
Siti Indiarti, Sp.KGA(K)., Ph.D; Dr Eva Fauziah, drg., Sp.KGA(K); dan Amrita
Widyagarini, drg., Sp.KGA atas perhatiannya.

Terimakasih tak terhingga saya sampaikan kepada teman-teman seperjuangan angkatan


2013: Dr. Gina Maringka, drg., Sp.Ort (Ibu Ketua Kelas merangkap seksi konsumsi);
Dr. Nia Ayu Ismaniati, drg., M.DS., Sp.Ort; Dr. Euis Reni Yuslianti, drg., M.Kes; Dr.
Harryanto Wijaya, drg., M.Kes; Evy Eida, drg., Sp.BM; Natalina, drg., Sp.Perio(K),
terima kasih atas keceriaan dan kebersamaan yang indah, semoga tali silaturahmi kita
tetap terjaga.

Terima kasih saya sampaikan kepada seluruh Staf Bagian Administrasi Keuangan,
Bagian Fasilitas Umum FKG UI atas bantuan dan dukungannya selama pendidikan.
vi
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu-ibu Ketua
dan Kader Posyandu, serta Guru-guru PAUD di lingkungan Kompleks TNI AL
Kodamar Kelapa Gading yang telah memfasilitasi dan membantu saya melakukan
penelitian.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada adik-adik yang telah membantu pelaksanaan
penelitian saya: drg. Dwiana, Yvonny, SKG., Adhia, SKG., Astri, SKG., Atsuko, SKG.,
Dewin, SKG., Hera, SKG. dan Nabila, SKG.

Kepada Orang Tua saya, Papa Laksamana Madya TNI (Purn) Soeratmin dan Mama Ibu
Sri Pudjiastuti (Almh), Papa Mertua Kol. Laut (Purn) Banarudin dan Mama Mertua Ibu
Enniek Djoewarniek, terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan doa restunya.

Untuk suamiku tercinta, Laksamana Muda TNI DR. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc.,
D.E.S.D, terima kasih atas pengertian, kasih sayang, kesabaran, doa, dukungan,
perhatian dan semangat yang tiada hentinya diberikan kepada saya selama menempuh
pendidikan ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan-kebaikan yang
lebih.

Untuk anak-anakku tersayang, Jordy, Arya dan Wildan, terima kasih ya Nak atas
pengertian dan dukungannya untuk Mama. Semoga kelak kalian menjadi anak-anak
kebanggaan keluarga.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah membantu saya dalam menyelesaikan studi ini.
Harapan saya semoga disertasi ini dapat memberi manfaat bagi ilmu kedokteran gigi
dan masyarakat.

Wassalamua’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Januari 2018


Penulis

vii
ABSTRAK

Nama : Sri Ratna Laksmiastuti


Program Studi : Ilmu Kedokteran Gigi
Judul : Penilaian Risiko Karies dan Penyusunan Manajemen
Karies Gigi pada Anak (Kajian untuk
Pembuatan Profil kariogenik)
Pembimbing : 1. Prof. Heriandi Sutadi, drg., Sp.KGA(K)., Ph.D
2. Prof. Dr. Sarworini B. Budiardjo, drg., Sp.KGA(K)
3. Prof. Dr. Tri Erri Astoeti, drg., M.Kes

Karies gigi bersama penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang
paling banyak dijumpai pada anak. Prevalensi karies pada anak di Indonesia tetap
tinggi, meskipun banyak upaya telah dilakukan. Karies gigi merupakan penyakit
multifaktorial, dalam arti melibatkan banyak faktor yaitu faktor etiologi dan faktor
risiko. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor risiko karies dari ibu dan
anak sebagai alat penilaian risiko karies dan pedoman penyusunan manajemen karies
gigi pada anak melalui penggunaan suatu perangkat lunak. Identifikasi 8 (delapan)
faktor risiko karies dari ibu dan 10 faktor risiko karies dari anak ditentukan berdasarkan
kajian literatur, pengalaman klinis dan keadaan masyarakat setempat. Penelitian
diagnostik dilakukan pada 248 pasangan ibu dan anak. Melalui analisis regresi logistik
dihasilkan model penilaian risiko terjadinya karies pada anak dengan sensitivitas
84,06%. Penentuan titik potong dilakukan untuk mengelompokkan anak dengan risiko
karies rendah dan risiko karies tinggi, supaya dapat dilakukan manajemen yang tepat
dan spesifik. Penilaian risiko karies selanjutnya diaplikasikan sebagai suatu animasi
penilaian tingkat risiko karies dan upaya manajemennya pada program perangkat lunak
komputer.

Kata kunci: Faktor risiko karies anak, faktor risiko karies ibu, manajemen karies,
penilaian risiko karies pada anak, perangkat lunak komputer.

ix Universitas Indonesia
ABSTRACT

Name : Sri Ratna Laksmiastuti


Study Program : Dentistry
Tittle : Caries Risk Assessment and Management
for The Children (Study on Cariogenic Profile Software
Application)
Counsellor : 1. Prof. Heriandi Sutadi, drg., Sp.KGA(K)., Ph.D
2. Prof. Dr. Sarworini B.Budiardjo, drg., Sp.KGA(K)
3. Prof. Dr. Tri Erri Astoeti, drg., M.Kes

Dental caries and periodontal diseases are the most common oral diseases impacting to
the children. Caries prevalence of children in Indonesia is still high, despite a lot of
efforts have been taken. Dental caries is a multifactorial disease which comprise
etiologic factor and risk factor. The research aim is to analyze maternal and children
caries risk factor as a prediction instrument for children’s caries risk and a guidance to
determine caries management for the children by a software application. The
identification 8 (eight) maternal caries risk factor and 10 children caries risk factor are
designated based on literature study, clinical experience and local people condition. The
diagnostic study was conduct on 248 pairs of mothers and children. Using logistic
regression analysis it is possible to formulate assessment model of caries risk in
children, with 84.06% sensitivity. Cut off point was determined to classify the children
into low risk and high risk, for proper and specific management. Hence, caries risk
assessment is applied as a level animation and management by a software application
program.

Key words: Caries risk factor of child, maternal caries risk factor, caries management,
caries risk assessment in children, computerized soft ware simulation.

x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................................ix
ABSTRACT ........................................................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................xvi

1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 6
1.3 Pertanyaan Penelitian............................................................................................. 7
1.3.1 Pertanyaan Umum...................................................................................... 7
1.3.2 Pertanyaan Khusus ..................................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 8
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 8
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 9
1.5.1 Bagi Profesi Kedokteran Gigi Anak .......................................................... 9
1.5.2 Bagi Masyarakat ........................................................................................ 9
1.5.3 Bagi Pembuat Kebijakan............................................................................ 9
1.6 Orisinalitas Penelitian .......................................................................................... 10

2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 11


2.1 Pengertian Karies Gigi ......................................................................................... 11
2.2 Etiologi dan Patogenesis Karies Gigi .................................................................. 12
2.3 Prediksi Risiko Karies pada Anak ....................................................................... 15
2.3.1 Faktor Risiko Karies pada Anak .............................................................. 15
2.3.2 Penilaian Risiko Karies pada Anak.......................................................... 17
2.3.3 Kuesioner Penelitian sebagai Alat Ukur Risiko Karies Gigi pada
Anak ......................................................................................................... 20
2.4 Manajemen Karies Gigi pada Anak ..................................................................... 21
2.4.1 Penilaian Risiko Karies ............................................................................ 21
2.4.2 Diagnostik ................................................................................................ 22
2.4.3 Intervensi Pencegahan Dini ..................................................................... 22
2.4.4 Restorasi ................................................................................................... 23
2.5 Aplikasi Perangkat Lunak Komputer sebagai Sarana Penilaian Risiko
Karies pada Anak ................................................................................................. 31
2.6 Kerangka Teori .................................................................................................... 32

xi Universitas Indonesia
3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ........................................................... 34
3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................................................ 35
3.2.1 Hipotesis Mayor ...................................................................................... 35
3.2.2 Hipotesis Minor ...................................................................................... 36

4. METODE PENELITIAN ......................................................................................... 37


4.1 Desain Penelitian ................................................................................................. 37
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 37
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................... 37
4.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................... 38
4.3.2 Besar Sampel Penelitian .......................................................................... 38
4.4 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................................... 39
4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ................................................... 40
4.6 Alir Penelitian ...................................................................................................... 48
4.7 Cara Kerja ............................................................................................................ 49
4.7.1 Survei Pendahuluan, Identifikasi Faktor Risiko Karies Ibu dan
Anak ......................................................................................................... 49
4.7.2 Pembuatan Instrumen Penelitian (Kuesioner) ......................................... 49
4.7.3 Validasi Kuesioner dan Pengambilan Data.............................................. 49
4.8 Manajemen dan Analisis data .............................................................................. 51
4.8.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner.................................................. 51
4.8.2 Penilaian Risiko Karies. ........................................................................... 52
4.8.3 Aplikasi Persamaan Regresi Logistik ke Perangkat Lunak
Komputer ................................................................................................. 53
4.9 Etika Penelitian .................................................................................................... 54

5. HASIL PENELITIAN .............................................................................................. 55


5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ............................................................. 55
5.2 Penilaian Risiko Karies........................................................................................ 56
5.2.1 Deskripsi Subjek Penelitian ..................................................................... 56
5.2.2 Hasil Analisis Bivariat ............................................................................. 59
5.2.3 Analisis Multivariat Karies Anak ............................................................ 61
5.2.4 Kualitas Model ......................................................................................... 62
5.2.5 Penentuan Cut off Point ........................................................................... 62
5.2.6 Nilai Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Duga Positif, Nilai Duga
negatif, Rasio Kemungkinan Positif, Rasio Kemungkinan Negatif
dari Titik Potong. ..................................................................................... 65
5.2.7 Analisis Bivariat Kelompok Risiko dengan Karies Anak........................ 65
5.2.8 Validasi Model ......................................................................................... 66
5.2.9 Aplikasi Model Prediksi Risiko Karies ke Perangkat Lunak
Komputer ................................................................................................. 66

6. PEMBAHASAN ........................................................................................................ 67
6.1 Desain Penelitian ................................................................................................. 67
6.2 Kualitas Data dan Besar Sampel.......................................................................... 68
6.3 Validasi Instrumen Penelitian .............................................................................. 68
6.4 Variabel Faktor Risiko Karies ............................................................................. 71
6.4.1 Usia Ibu dengan Karies Anak .................................................................. 71
xii Universitas Indonesia
6.4.2 Tingkat Pendidikan Ibu dengan Karies Anak .......................................... 72
6.4.3 Pendapatan Keluarga dengan Karies anak ............................................... 73
6.4.4 Sikap Ibu dengan Karies Anak ................................................................ 73
6.4.5 Pengetahuan Ibu dengan Karies Anak .................................................... 74
6.4.6 Riwayat Karies Ibu dengan Karies Anak ................................................. 75
6.4.7 Indeks Plak Ibu dengan Karies Anak ....................................................... 75
6.4.8 Derajat Keasaman (pH) Saliva Ibu dengan Karies Anak........................ 76
6.4.9 Usia Anak dengan Karies Anak ............................................................... 76
6.4.10 Gender Anak dengan Karies Anak .......................................................... 77
6.4.11 Riwayat Kesehatan Umum Anak dengan Karies Anak ........................... 78
6.4.12 Lesi White Spot dengan Karies Anak....................................................... 78
6.4.13 Indeks Plak Anak dengan Karies Anak ................................................... 79
6.4.14 Derajat Keasaman (pH) Saliva Anak dengan Karies Anak ..................... 79
6.4.15 Kebiasaan Anak Menggosok Gigi dengan Karies Anak.......................... 80
6.4.16 Kebiasaan Anak Mengemil dengan Karies Anak .................................... 81
6.4.17 Kebiasaan Anak Minum Manis dengan Karies Anak .............................. 81
6.4.18 Konsumsi Susu Botol dengan Karies Anak ............................................. 82
6.5 Metode Penilaian Risiko Terjadinya Karies Gigi pada Anak .............................. 83
6.6 Implikasi Klinik dan Kesehatan Masyarakat ....................................................... 84

7. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 89


7.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 89
7.2 Saran .................................................................................................................... 90

DAFTAR REFERENSI................................................................................................. 91
LAMPIRAN ................................................................................................................... 99
RINGKASAN ............................................................................................................... 120
SUMMARY ................................................................................................................... 141
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 162

xiii Universitas Indonesia


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Ilustrasi konsep keseimbangan karies. ....................................................... 12


Gambar 2.2. Konsep Tetralogi Karies, sebagai Pengembangan dari .............................. 13
Gambar 2.3. Etiopatogenesis dari terjadinya karies. ....................................................... 14
Gambar 2.4. Ilustrasi Interaksi Faktor-faktor Risiko Karies Gigi. .................................. 16
Gambar 2.5. Kerangka Teori ........................................................................................... 33
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ....................................................................................... 34
Gambar 3.2. Visualisasi Kerangka Konsep ke dalam Perangkat Lunak Komputer........ 34
Gambar 4.1. Dental Saliva pH Indicator ........................................................................ 39
Gambar 4.2. Rangkuman Alir Penelitian ........................................................................ 48
Gambar 4.3. Proses Wawancara Kuesioner .................................................................... 50
Gambar 4.4. Proses Pemeriksaan Klinis Intra Oral ........................................................ 50
Gambar 4.5. Pemeriksaan pH Saliva............................................................................... 51
Gambar 5.1. Kurva ROC Nilai Probabilitas Model terhadap Karies Anak .................... 63
Gambar 5.2. Grafik Garis antara Nilai Sensitivitas dan Nilai Spesifisitas
Coordinates of The Curve .......................................................................... 64

xiv Universitas Indonesia


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kategori Risiko Karies pada Anak Usia 3-5 tahun Berdasar Faktor
Risiko. ........................................................................................................... 19
Tabel 2.2. Manajemen Karies Berdasarkan Penilaian Faktor Risiko pada Anak
Usia 3-5 Tahun. ............................................................................................ 25
Tabel 2.3. 10 Langkah Manajemen Karies. ................................................................... 29
Tabel 4.1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ........................................... 40
Tabel 5.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap Ibu tentang
Kesehatan Gigi dan Mulut Anak .................................................................. 55
Tabel 5.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Ibu
tentang Kesehatan Gigi dan Mulut Anak ..................................................... 56
Tabel 5.3. Karakteristik Ibu ........................................................................................... 57
Tabel 5.4. Karakteristik Anak ........................................................................................ 58
Tabel 5.5. Analisis Bivariat Faktor Risiko Karies dari Ibu ........................................... 59
Tabel 5.6. Analisis Bivariat Faktor Risiko Karies dari Anak ........................................ 60
Tabel 5.7. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Karies Anak Step 1 ................. 61
Tabel 5.8. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Karies Anak Step Akhir.......... 62
Tabel 5.9. Frekuensi Tiap Kategori Risiko Karies pada Anak ...................................... 64
Tabel 5.10. Hasil Uji Chi-Square Kelompok Risiko Karies Tinggi dan Rendah
dengan Karies Anak...................................................................................... 65
Tabel 5.11. Nilai AUC dari Validasi terhadap Model...................................................... 66

xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informasi kepada Responden ..................................................................... 99


Lampiran 2. Lembar Persetujuan Anak ........................................................................ 101
Lampiran 3. Lembar Persetujuan Orang Tua................................................................ 102
Lampiran 4. Instrumen Penelitian ................................................................................. 103
Lampiran 5. Surat Keterangan Lolos Etik .................................................................... 108
Lampiran 6. Surat Pengantar Penelitian ....................................................................... 109
Lampiran 7. Model Aplikasi Perangkat Lunak Penilaian Risiko Karies pada Anak .... 116

xvi Universitas Indonesia


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral yang esensial dari kesehatan tubuh
secara umum. Pada banyak kasus, keadaan rongga mulut mencerminkan keadaan tubuh
secara keseluruhan. Rongga mulut merupakan refleksi dari kondisi kesehatan dan
kesejahteraan secara umum. Karies gigi bersama penyakit periodontal merupakan
penyakit gigi dan mulut yang paling umum dijumpai di masyarakat, termasuk pada
anak. Karies gigi adalah penyakit infeksius yang telah menjadi masalah kesehatan yang
bersifat global, dan banyak dijumpai di negara-negara maju maupun berkembang
termasuk Indonesia. Diperkirakan sekitar 60% dari populasi anak sekolah menderita
karies gigi. Karies gigi mempunyai prevalensi lima kali lipat lebih banyak daripada
asma dan tujuh kali lipat lebih banyak daripada rinitis alergika. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013,
menunjukkan bahwa prevalensi karies pada anak usia pra sekolah di Indonesia adalah
sebesar 85,17%, dengan tingkat keparahan (def-t) 6,03 gigi per anak.1-5

Karies gigi pada anak yang tidak dirawat akan menimbulkan banyak hal yang tidak
menguntungkan misalnya timbulnya rasa sakit, kemungkinan terjadinya infeksi,
gangguan aktivitas sehari-hari, masalah psikomotor, serta gangguan pertumbuhan
seorang anak. Adanya hubungan antara karies gigi dengan pertumbuhan dan
perkembangan dento kranio fasial dinyatakan oleh Bhardwaj (2014) yang mengatakan
bahwa karies pada fase gigi sulung yang tidak dirawat dapat menyebabkan terjadinya
maloklusi di fase gigi permanen.6

Sheiham menyampaikan tiga dampak karies gigi terhadap tumbuh kembang anak usia
pra sekolah yaitu (1) karies gigi yang tidak dirawat akan menimbulkan rasa sakit (2)
rasa sakit yang timbul dapat menyebabkan gangguan tidur dan asupan makan. Adanya
gangguan ini selanjutnya dapat mengganggu perkembangan otak, produksi glucosteroid
(hormon pertumbuhan yang berperan pada metabolisme nutrisi ), pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dampak yang ketiga adalah kemungkinan timbulnya radang dan

1 Universitas Indonesia
2

infeksi kronis pada gigi karies. Radang dan infeksi dapat mempengaruhi proses
pembentukan eritrosit. Eritrosit yang diproduksi dalam sumsum tulang menjadi
berkurang jumlahnya, sehingga dapat terjadi anemia.7,8

Proses terjadinya karies gigi merupakan proses yang dinamis dan berkelanjutan
termasuk terjadinya demineralisasi yang berulang secara periodik akibat paparan asam
organik yang dihasilkan dari fermentasi substrat karbohidrat oleh mikroorganisme.
Streptococcus mutans (S. mutans) merupakan mikroorganisme yang dianggap sebagai
penyebab utama penyakit ini. Bakteri ini memproduksi asam organik sebagai hasil dari
metabolisme karbohidrat yang dapat difermentasi. Asam akan menyebabkan pH turun
hingga di bawah batas kritis sehingga terjadilah demineralisasi jaringan gigi.9-11

Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial, penyakit ini melibatkan banyak faktor,
baik faktor etiologi maupun faktor risiko. Faktor-faktor yang terlibat antara lain adalah
faktor mikroba, faktor genetik, faktor lingkungan, faktor kebiasaan, faktor diet, dan
beberapa faktor lain.12 Karies gigi juga merupakan penyakit infeksius yang dapat
ditransmisikan. Faktor ibu dianggap sebagai sumber utama primer dari infeksi S. mutans
pada anak, dan saliva merupakan sarana utama transmisi tersebut. Hal ini menjadi
informasi penting yang akan membantu mengurangi tingkat karies gigi pada anak.
Seorang ibu merupakan figur yang penting dalam suatu keluarga, dan sangat
menentukan dalam pembentukan karakter dan perilaku anaknya. Kedekatan fisik antara
ibu dan anak juga secara tidak langsung dapat menimbulkan sikap ketergantungan anak
lebih kepada ibu daripada ayah. Perilaku dan kebiasaan ibu sebaiknya dapat menjadi
contoh yang baik bagi anaknya. Hirooka dkk. (2014) melalui penelitiannya
menunjukkan bahwa karies gigi pada anak mempunyai hubungan yang erat dengan
ibunya. Hal tersebut tidak hanya dalam konteks tentang transmisi bakteri, tetapi juga
mengenai pola kebiasaan, dan sikap ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut.13-15

Walaupun sudah banyak upaya yang dilakukan baik itu promotif, preventif dan kuratif,
namun prevalensi karies di Indonesia tetap tinggi. Wilayah geografis yang luas dan
terdiri dari banyak pulau, serta jumlah penduduk yang besar, dapat menimbulkan
beberapa hambatan, terutama komunikasi. Hal tersebut dapat membuat upaya
pencegahan, sentra pelayanan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut belum
dirasakan rakyat Indonesia secara optimal dan merata.

Universitas Indonesia
3

Upaya pencegahan karies gigi tidak cukup hanya ditunjang oleh penemuan gejala klinis
dan hasil pemeriksaan radiografis saja. Beberapa faktor lain yang tidak ditemukan pada
pemeriksaan tersebut, ikut berkontribusi pada kejadian karies gigi. Faktor-faktor
tersebut dianggap sebagai faktor risiko karies gigi. Faktor risiko karies gigi
didefinisikan sebagai kemungkinan seorang individu terkena lesi karies dalam periode
waktu tertentu, dan tergantung pada status paparan dalam periode tersebut. Deteksi
faktor risiko karies merupakan langkah penting dalam upaya pencegahan karies gigi
serta pada saat menentukan rencana perawatan. Strategi rencana perawatan, dilakukan
berdasar faktor-faktor risiko individu yang bersangkutan, yang merupakan gold
standard dari intervensi yang minimal.16,17

Pemeriksaan risiko karies secara umum bertujuan untuk: (1) menentukan faktor etiologi
terjadinya karies saat ini atau masa mendatang; (2) sebagai alat bantu diagnostik klinik;
(3) sebagai sarana untuk memotivasi dan mengedukasi pasien tentang keadaan rongga
mulutnya, sehingga diharapkan perilaku dapat berubah ke arah yang lebih baik; (4)
membantu menentukan rencana perawatan; serta (5) membantu menentukan prognosis
penyakit karies.17 Kombinasi dari pemeriksaan klinis yang cermat, deteksi faktor risiko,
serta pemeriksaan penunjang, merupakan hal penting dalam upaya pencegahan karies.

Anak merupakan individu yang masih tergantung dengan sosok dan peran orang tua,
khususnya ibu. Risiko terjadinya karies gigi pada anak, juga tidak lepas dari pengaruh
dan peran ibu, sehingga faktor dari ibu ikut berperan terhadap terjadinya karies pada
anak, disamping faktor dari anak itu sendiri. Karies merupakan penyakit multifaktorial,
sehingga banyak faktor ikut terlibat didalamnya. Faktor-faktor risiko karies tersebut
antara lain berupa faktor demografis, sikap dan pengetahuan ibu, serta kondisi klinis.

Berdasar hal-hal yang telah disampaikan di atas, maka dapat dikatakan bahwa deteksi
faktor risiko karies pada ibu dan anak, memegang peranan yang penting dalam upaya
menurunkan prevalensi karies pada anak. Hal tersebut sehubungan dengan peran ibu
sebagai pengasuh utama anak dan sebagai figur utama pembentukan karakter dan
perilaku anak. Para peneliti banyak menyampaikan bahwa terdapat hubungan antara
status kesehatan gigi dan mulut ibu dengan anak. Beberapa studi menggambarkan
bahwa kesehatan gigi dan mulut ibu dan anak, merupakan suatu kesatuan yang berada di
bawah satu payung.14,18 Oredugba dkk. (2014) melakukan penelitian dengan cara

Universitas Indonesia
4

mengukur pengetahuan dan memeriksa kesehatan gigi dan mulut ibu, dan hasil
penelitian tersebut nantinya akan digunakan sebagai pedoman promosi dan pencegahan
penyakit gigi dan mulut anak di suatu daerah tertentu.19

Untuk mencapai target World Health Organization (WHO) tahun 2020 yaitu target
untuk menurunkan indeks Decay Missing Filling Teeth (DMF-T)/ decay exfoliated
filling teeth (def-t), diperlukan program manajemen, termasuk di dalamnya upaya
pencegahan di bidang kesehatan gigi dan mulut yang komprehensif. Upaya yang
dimaksud adalah suatu program yang dapat memutus faktor-faktor etiologi penyakit
gigi dan mulut terutama karies gigi, serta program yang dapat mengendalikan faktor-
faktor yang berpengaruh pada penyakit gigi dan mulut. Program manajemen yang
diterapkan sebaiknya sesuai dengan demografi, kebudayaan dan sistem yang ada di
Indonesia serta mampu menyentuh ke berbagai lapisan masyarakat.4,20

Berdasarkan hakikat kedekatan hubungan antara ibu dan anak, serta merealisasikan
tujuan menurunkan prevalensi karies pada anak, maka sangat perlu dipertimbangkan
suatu cara atau metode penilaian risiko karies pada anak, melalui identifikasi faktor-
faktor risiko karies dari ibu dan anak itu sendiri. Metode tersebut harus bersifat
aplikatif, inovatif, berdaya guna, mudah digunakan, sesuai dengan situasi dan kondisi di
masyarakat kita serta dapat menjangkau secara luas masyarakat Indonesia. Dengan
mengetahui faktor-faktor risiko yang berperan pada kejadian karies pada anak, maka
nantinya dapat digunakan sebagai dasar upaya-upaya manajemen karies gigi pada anak.

Sejalan dengan kemajuan informasi dan teknologi, maka seyogyanya dapat dilakukan
melalui suatu program perangkat lunak. Interactive personal computer software akan
menghasilkan interaksi antara karies dan faktor-faktor yang berhubungan dan akan
muncul sebagai suatu animasi penilaian risiko karies dan upaya manajemen pada pasien.
Metode penilaian risiko karies pada anak menggunakan Interactive personal computer
software memiliki keunggulan yaitu: (1) lebih efisien dalam hal waktu dan langkah
kerja yang harus dilakukan; (2) memudahkan pengguna (dokter gigi atau perawat) untuk
membaca diagnosis profil kariogenik pasien, dan mengerjakan tindak lanjut yang harus
dilakukan, serta; serta (3) memberi informasi dan edukasi secara langsung dan mudah
kepada pasien tentang kesehatan gigi dan mulutnya. Dengan memanfaatkan kemajuan

Universitas Indonesia
5

teknologi informasi, pekerjaan penilaian risiko karies dan manajemen karies gigi pada
anak menjadi lebih praktis, efisien dan mudah untuk dikerjakan.

Pada saat ini terdapat beberapa metode penilaian risiko karies gigi pada anak baik di
Indonesia maupun di negara lain. Di Indonesia, dikenal Metode Usaha Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS) inovatif dengan Simulator perangkat lunak Risiko Karies Gigi untuk
Anak Pra Sekolah (Irene’s Donut) beserta program Dental Immunization. Sedangkan di
luar negeri, terdapat American Academy of Pediatrics (AAP) Oral Health Risk
Assessment Tool yang mengelompokkan format penilaian menjadi kelompok faktor
risiko, faktor proteksi dan temuan klinis. Metode lain adalah American Academy of
Pediatric Dentistry (AAPD) Caries Risk Assessment Tool, yang mengelompokkan
secara manual risiko karies berdasarkan indikator faktor biologi, faktor proteksi dan
kondisi klinis. (AAP) Oral Health Risk Assessment Tool dan (AAPD) Caries Risk
Assessment Tool merupakan metode penilaian secara manual berupa check list form. 21-24

Zukanovic (2006) melakukan penelitian terhadap tiga model pemeriksaan prediksi


risiko karies yaitu Cariogram, Pre-Viser dan Caries Risk Assessment Tool (CAT). Hasil
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa hanya Cariogram yang dapat digunakan untuk
memprediksi timbulnya karies baru pada anak. Pemeriksaan risiko caries dengan CAT
dan Pre-Viser menunjukkan profil risiko karies yang tidak rasional, dimana 80% lebih
subjek berada di kelompok risiko tinggi. Padahal banyak subjek yang diperkirakan
mempunyai risiko rendah.25

Kemparaj dkk. (2014) dalam studinya memakai Cariogram untuk memeriksa risiko
karies pada anak usia 12 tahun di Davangere City, India. Faktor risiko di Cariogram
adalah riwayat karies, penyakit sistemik yang terkait, frekuensi makan dan mengemil,
Lactobacillus count, jumlah plak, level S. mutans di saliva, program fluoridasi, sekresi
saliva, dan kapasitas buffer saliva. Kesimpulan penelitian yaitu Cariogram dapat dipakai
untuk prediksi karies.26

Metode tersebut di atas dirancang berdasarkan situasi dan kondisi masyarakat di daerah
masing-masing. Metode AAP dan AAPD dikembangkan di negara maju (Amerika) yang
mempunyai perbedaan keadaan sosial ekonomi dengan negara kita. Pengelompokan
negara maju seperti Amerika dan negara berkembang seperti Indonesia berdasarkan
beberapa indikator utama, yaitu jumlah dan kepadatan penduduk, tingkat pendidikan,

Universitas Indonesia
6

tingkat kesehatan, pendapatan, etos kerja dan pola pikir, tingkat kesadaran hukum dan
usia harapan hidup. Pada metode AAP dan AAPD tersebut, sebagai contoh terdapat opsi
pertanyaan tentang imigran, fluoridasi air minum, perawatan paripurna, serta pemakaian
air kran untuk konsumsi sehari-hari.

Beberapa penelitian tentang penilaian risiko karies umumnya menggunakan metode dan
pendekatan yang rumit. Faktor-faktor risiko yang diperiksa memerlukan waktu
pemeriksaan yang lama, teknik yang tidak mudah dan biaya yang tidak sedikit. Selain
itu pula, akurasi hasil prediksi, masih banyak kelemahan, karena hanya menilai satu
faktor. Hal tersebut menjadi pembeda dengan penelitian ini. Penelitian ini nantinya akan
menghasilkan penilaian risiko karies pada anak yang mudah, praktis, valid, singkat,
ekonomis, serta akurasi dapat dipertanggungjawabkan karena memeriksa faktor-faktor
yang erat kaitannya dengan karies. Penelitian ini juga mengedepankan hakikat
kedekatan hubungan antara ibu dan anak (emosional, pembentukan karakter, status
kesehatan gigi dan mulut) serta realita kondisi masyarakat Indonesia. Hal-hal tersebut
merupakan pertimbangan utama penulis merancang penelitian ini. Identifikasi faktor
risiko karies pada penelitian ini ditentukan berdasar literatur-literatur yang ada dan
disesuaikan dengan kondisi dan situasi masyarakat Indonesia. Hal tersebut yang
menjadi ciri khas dan pembeda penelitian ini dibanding metode penilaian risiko karies
yang sudah ada.

1.2 Rumusan Masalah

Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang mempunyai prevalensi paling
tinggi di masyarakat, termasuk pada anak. Karies adalah penyakit infeksius dengan
penyebab utama S. mutans yang dapat ditransmisikan dan dapat dicegah. Karies gigi
merupakan penyakit dengan etiologi yang multi faktorial didukung oleh berbagai faktor
risiko. Deteksi faktor risiko karies baik dari ibu ataupun anak merupakan langkah
penting pada upaya pencegahan serta menentukan rencana perawatan karies gigi pada
anak. Ibu mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter, perilaku dan aktifitas
anak sehari-hari.

Diketahui terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut antara ibu dengan
anak. Karies pada anak yang tidak dirawat akan menyebabkan banyak hal yang tidak

Universitas Indonesia
7

menguntungkan. Prevalensi karies anak di Indonesia tetap tinggi meskipun banyak


upaya telah dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Wilayah Indonesia yang demikian
luas terdiri dari banyak pulau-pulau serta jumlah penduduk yang besar, ikut berperan
terhadap kurang optimalnya upaya pencegahan yang telah dilakukan. Hambatan
komunikasi menyebabkan kesehatan gigi dan mulut seringkali merupakan hal yang
mahal, sulit dipahami serta tidak mudah dijangkau bagi sebagian masyarakat.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlu dirumuskan suatu penilaian risiko karies pada
anak secara individual melalui deteksi faktor risiko dari ibu dan anak itu sendiri secara
mendasar. Penilaian risiko ini diaplikasikan melalui suatu perangkat lunak berupa
program interaktif komputer yang aplikatif, inovatif, mudah digunakan, praktis, valid,
ekonomis, serta mampu menjangkau masyarakat Indonesia secara luas, yang berguna
sebagai pedoman dari upaya manajemen pada penanggulangan kesehatan gigi dan
mulut.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi pertanyaan
dalam penelitian ini adalah:

1.3.1 Pertanyaan Umum

Apakah faktor-faktor risiko karies dari ibu dan anak dapat digunakan sebagai alat
penilaian risiko karies dan pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak
melalui penggunaan suatu perangkat lunak?

1.3.2 Pertanyaan Khusus

1.3.2.1 Apakah faktor risiko karies dari ibu (usia, pendidikan, pendapatan keluarga,
sikap, pengetahuan, keadaan klinis: riwayat karies, indeks plak, pH saliva)
dapat digunakan sebagai alat penilaian risiko karies gigi pada anak?
1.3.2.2 Apakah faktor risiko karies dari ibu (usia, pendidikan, pendapatan keluarga,
sikap, pengetahuan, keadaan klinis: riwayat karies, indeks plak, pH saliva)

Universitas Indonesia
8

dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada


anak?
1.3.2.3 Apakah faktor risiko karies dari anak (usia, gender, riwayat kesehatan umum,
keadaan klinis: lesi white spot, indeks plak, pH saliva, dan perilaku: kebiasaan
menggosok gigi, kebiasaan mengemil, kebiasaan minum manis, konsumsi susu
botol) dapat digunakan sebagai alat penilaian risiko karies gigi pada anak?
1.3.2.4 Apakah faktor risiko karies dari anak (usia, gender, riwayat kesehatan umum,
keadaan klinis: lesi white spot, indeks plak, pH saliva, dan perilaku: kebiasaan
menggosok gigi, kebiasaan mengemil, kebiasaan minum manis, konsumsi susu
botol) dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan manajemen karies gigi
pada anak?

1.4 Tujuan Penelitian

Mengacu pada pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini terdiri dari:

1.4.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor-faktor risiko karies dari ibu dan anak sebagai alat penilaian risiko
karies dan pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak secara mudah,
inovatif, praktis, valid, singkat dan ekonomis melalui penggunaan suatu perangkat
lunak.

1.4.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:


1.4.1.1 Menganalisis faktor risiko karies dari ibu (usia, pendidikan, pendapatan
keluarga, sikap, pengetahuan, keadaan klinis: riwayat karies, indeks plak, pH
saliva) sebagai alat penilaian risiko karies gigi pada anak.
1.4.1.2 Menganalisis faktor risiko karies dari ibu (usia, pendidikan, pendapatan
keluarga, sikap, pengetahuan, keadaan klinis: riwayat karies, indeks plak, pH
saliva) sebagai pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak.
1.4.1.3 Menganalisis faktor risiko karies dari anak (usia, gender, riwayat kesehatan
umum, keadaan klinis: lesi white spot, indeks plak, pH saliva, dan perilaku:
kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan mengemil, kebiasaan minum manis,
konsumsi susu botol) sebagai alat penilaian risiko karies gigi pada anak.
Universitas Indonesia
9

1.4.1.4 Menganalisis faktor risiko karies dari anak (usia, gender, riwayat kesehatan
umum, keadaan klinis: lesi white spot, indeks plak, pH saliva, dan perilaku:
kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan mengemil, kebiasaan minum manis,
konsumsi susu botol) sebagai pedoman penyusunan manajemen karies gigi
pada anak.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Profesi Kedokteran Gigi Anak

1.5.1.1 Mengembangkan Ilmu Kedokteran Gigi Anak dengan menganalisis faktor-


faktor risiko karies untuk penilaian risiko karies, yang dapat digunakan sebagai
pedoman dasar penyusunan manajemen karies gigi pada anak, melalui aplikasi
suatu instrumen perangkat lunak
1.5.1.2 Memberi masukan dan informasi kepada para dokter gigi tentang adanya suatu
instrumen perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai alat penilaian risiko
karies, dan dapat digunakan sebagai pedoman dasar menyusun manajemen
karies gigi anak.

1.5.2 Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat, terutama para ibu tentang pentingnya menjaga


kesehatan gigi dan mulut sebagai upaya menurunkan risiko terjadinya karies gigi pada
anak.

1.5.3 Bagi Pembuat Kebijakan

Studi ini dapat diaplikasikan sebagai kebijakan Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Kesehatan untuk membantu merealisasikan program kesejahteraan ibu dan anak
khususnya dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut melalui pencegahan karies
gigi pada anak Indonesia.

Universitas Indonesia
10

1.6 Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini menggabungkan beberapa faktor risiko karies dari ibu dan dari anak untuk
menilai risiko karies pada anak. Penelitian ini akan menghasilkan suatu probabilitas
untuk menentukan tingkat risiko karies seorang anak. Penilaian tingkat risiko karies
akan dihasilkan secara secara individual, oleh karena itu setiap anak akan berbeda
tingkat risiko dan manajemennya. Pada tiap anak akan diketahui kelompok risiko
kariesnya, sehingga dapat ditentukan langkah manajemen secara individual, lebih tepat
dan spesifik terhadap yang bersangkutan.

Penilaian tingkat risiko karies dan strategi manajemennya akan diaplikasikan ke dalam
suatu program perangkat lunak. Prosedur kerja yang dilakukan bersifat inovatif dan
merupakan terobosan baru, dapat digunakan secara luas serta mudah, valid, singkat dan
ekonomis. Aplikasi ini akan membantu pekerjaan dokter gigi dalam menilai dan
mendiagnosis profil kariogenik setiap pasiennya. Aplikasi ini akan dapat diakses oleh
semua dokter gigi sebagai pemeriksa pasien dengan mudah, dimanapun berada. Hal
tersebut akan memperkecil kemungkinan terjadinya hambatan komunikasi. Penelitian
ini akan menghasilkan hal baru yaitu:
- Perangkat lunak interaktif yang menunjukkan interaksi antara karies dan faktor-
faktor risikonya dan akan muncul sebagai suatu animasi penilaian tingkat risiko
karies dan upaya manajemennya.
- Identifikasi faktor risiko karies dari ibu dan anak
- Model prediksi kejadian karies pada anak
- Penilaian tingkat risiko karies
- Temuan variabel yang paling dominan terhadap kejadian karies

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Karies Gigi

Karies berasal dari Bahasa Latin yang artinya ‘rot’ atau ‘decay’. Sejarah karies,
pertamakali diidentifikasi tahun 5000 SM sebagai tooth worm oleh Bangsa Sumeria di
Mesopotamia. Ernest Newburn (1989) mendefinisikan karies sebagai suatu proses
patologis yang mana terjadi destruksi lokal pada jaringan gigi akibat mikroorganisme.
Hume (1993) mengatakan bahwa karies gigi merupakan suatu kerusakan gigi yang
progresif sebagai akibat dari larutnya komponen mineral apatit mulai dari enamel,
dentin, atau sementum kemudian dentin akibat asam.

Sedangkan Shafer (2007) menyatakan bahwa karies adalah penyakit mikrobiologi yang
irreversible pada calcified tissue dari gigi yang ditandai dengan terjadinya
demineralisasi bahan inorganik dan destruksi bahan organik gigi dan akan
menyebabkan terjadinya kavitas. Pinkham (2005) menyatakan bahwa karies adalah
penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan terjadinya dekalsifikasi dari bahan
inorganik gigi serta hilangnya kandungan mineral dan diikuti dengan kerusakan matriks
organik gigi.18,27-29 Para ahli lain menyebutkan bahwa karies adalah penyakit kronis
multifaktorial oleh karena bakteri yang menyebabkan perubahan patologis
(demineralisasi) pada anatomi jaringan keras gigi yang disebabkan oleh adanya asam
sebagai hasil dari fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme di plak gigi.30,31

Konsep teori dan perkembangan karies gigi telah berubah saat ini. Konsep lama
memahami karies gigi sebagai suatu proses demineralisasi jaringan keras gigi yang
berjalan satu arah, tanpa digambarkan adanya kemungkinan perbaikan permukaan gigi
yang telah terkena lesi awal. Paradigma baru menyatakan bahwa karies merupakan
suatu proses yang dinamis dan reversible. Pertukaran ion antara permukaan gigi dengan
lapisan biofilm mulut secara normal terjadi setelah makan atau minum. Proses
remineralisasi dapat secara cepat terjadi setelah demineralisasi apatit enamel.
Remineralisasi dilakukan dengan cadangan ion kalsium dan fosfat dalam saliva.32

11 Universitas Indonesia
12

Karies gigi adalah suatu proses yang merupakan hasil dari gangguan keseimbangan
antar faktor-faktor lingkungan rongga mulut. Faktor-faktor tersebut ada yang termasuk
kelompok faktor patologis keseimbangan, yaitu misalnya mikroorganisme beserta
produknya yaitu asam, aliran dan fungsi saliva yang tidak normal serta karbohidrat. Ada
faktor-faktor yang mempunyai efek melindungi, yaitu jumlah saliva, aliran saliva,
komponen saliva, kapasitas buffer saliva, oral self purification serta pemakaian bahan
antibakteri misalnya Chlorhexidine. Ada saat di mana demineralisasi melebihi kapasitas
remineralisasi, maka akan terjadi suatu keadaan yaitu hilangnya kandungan mineral
pada enamel dan dentin yang selanjutnya akan diikuti terjadinya kavitas. (Gambar 2.1).
33,34

Faktor patologis :
Bakteri penghasil asam
Sering makan/minum Faktor proteksi :
makanan/minuman Aliran dan komponen
berkarbohidrat saliva
Fungsi dan aliran saliva Fluor : remineralisasi oleh
tidak normal kalsium dan fosfat
Antibakteri :
Chlorhexidine

Karies Tidak karies

Gambar 2.1. Ilustrasi Konsep Keseimbangan Karies.33

Proses inisiasi, perkembangan dan progresifitas karies gigi juga dipengaruhi oleh status
kesehatan rongga mulut, etiologi, faktor pencegahan dan faktor risiko.35

2.2 Etiologi dan Patogenesis Karies Gigi

Karies adalah penyakit multifaktorial, yang merupakan interaksi beberapa faktor.


Pertama kali ilustrasi interaksi faktor-faktor utama yang terlibat pada proses karies
digambarkan dalam suatu diagram Venn yang dikenal dengan nama Key’s triad oleh Dr
Keyes pada tahun 1962. Faktor-faktor inilah yang dikenal sebagai etiologi karies.

Universitas Indonesia
13

Beberapa tahun kemudian Newburn mengembangkan konsep tetralogi karies, yang


menyimpulkan bahwa terdapat empat faktor utama yang berinteraksi pada proses
terjadinya karies. Empat faktor tersebut adalah: (1) gigi; (2) bakteri; (3) substrat/diet;
dan (4) waktu sebagai faktor tambahan (Gambar 2.2).18,26,29,36

Gigi

Tidak Tidak
Karies Karies

Bakteri Substrat

Tidak Tidak
Karies Karies

Waktu

Gambar 2.2. Konsep Tetralogi Karies, sebagai Pengembangan dari


Key’s Triad; Diagram Venn dari Keyes tentang Etiologi Karies.36 37

Proses terjadinya karies gigi bukan merupakan hasil satu periode paparan asam hasil
fermentasi substrat karbohidrat. Namun, terjadinya karies gigi merupakan proses yang
dinamis dan berkelanjutan termasuk terjadinya demineralisasi yang berulang secara
periodik akibat paparan asam organik yang dihasilkan dari fermentasi substrat
karbohidrat oleh mikroorganisme. Pada proses karies, juga termasuk di dalamnya
adalah proses remineralisasi oleh komponen saliva atau oleh agen terapeuik seperti
fluor, tetapi secara keseluruhan keadaan lingkungan yang tidak seimbang, akan
menyebabkan kecenderungan terjadinya demineralisasi (Gambar 2.3).

Hal penting yang perlu diketahui adalah semua faktor-faktor tersebut terdapat pada
rongga mulut semua individu tetapi dalam proporsi yang berbeda, sehingga terdapat
perbedaan siklus demineralisasi-remineralisasi pada tiap individu.27

Universitas Indonesia
14

Makanan berkarbohidrat Substrat saliva

Akumulasi plak

Koloni bakteri

Produksi asam bakteri


dan metabolisme karbohidrat

Demineralisasi gigi 10-15 menit


di bawah lapisan enamel

Karies

Remineralisasi oleh saliva dan fluor

Lingkungan Lingkungan rongga


rongga mulut seimbang mulut tidak seimbang

Remineralisasi berlanjut Demineralisasi berlanjut

Karies berhenti Hilangnya permukaan enamel

Tidak terjadi kavitas Terjadi kavitas

Gambar 2.3. Etiopatogenesis dari terjadinya karies.18

Peranan host dalam hal ini gigi, tergantung pada: (1) karakteristik anatomi gigi; (2)
bentuk lengkung gigi; (3) ada tidaknya piranti kedokteran gigi dan restorasi, dan (4)
komposisi gigi. Gigi memerlukan waktu tambahan 2-3 tahun setelah erupsi untuk proses
maturasi. Dan pada periode ini, gigi sudah berkontak dengan saliva. Gigi molar
permanen pada periode tambahan ini mempunyai ceruk dan fisura yang belum bersatu
secara sempurna, yang menyebabkan terjadinya retensi materi plak gigi pada dentin
yang terbuka. Ceruk palatal pada gigi molar rahang atas, ceruk bukal pada gigi molar
rahang bawah dan ceruk palatal pada gigi insisif rahang atas merupakan daerah yang
rentan terkena karies. Gigi yang berdesakan dan tumpang tindih serta pemakaian piranti
kedokteran gigi akan meningkatkan risiko terjadinya akumulasi plak, maka akan
meningkatkan risiko terjadinya karies.28-30

Permukaan enamel gigi lebih rentan terkena karies dibanding lapisan di bawahnya,
karena komposisinya. Komposisi enamel gigi adalah terdiri dari (1) dicalcium phospate
dihydrate (DCPD); (2) mineral yang banyak tetapi mengandung sedikit bahan organik;
Universitas Indonesia
15

(3) kandungan air yang rendah; (4) fluor, chloride, zinc, timah, besi, dan sedikit
karbonat serta magnesium.

Proses karies bermula dari suatu proses yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop,
kemudian dapat berkembang hingga terlihat adanya lesi bercak putih pada enamel atau
melunaknya sementum pada akar. Terjadinya lesi white spot ini meningkatkan
kerentanan terjadinya karies.18

Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme paling umum dan utama penyebab


karies. S. mutans mampu segera membentuk asam dari karbohidrat yang difermentasi.
S. mutans dapat mensintesa polisakarida ekstra sel dari sukrosa dengan bantuan enzim
glucocyl transferase. Materi ini terdiri dari polimer glukosa yang menyebabkan matriks
plak mempunyai konsistensi seperti gelatin, sehingga bakteri tersebut dapat melekat
pada gigi serta melekat satu sama lain. Konsentrasi S. mutans pada manusia berkisar
antara 106-107 CFU/mL. Ibu dengan konsentrasi S. mutans lebih besar dari 105 CFU/mL
mempunyai risiko transmisi ke anaknya.18,33,38

Diet merupakan salah satu faktor yang mendukung inisiasi dan progres karies gigi pada
anak. Potensi absolut kariogenisitas dari suatu makanan dipengaruhi oleh banyak faktor,
yaitu kandungan karbohidrat yang dapat difermentasi, faktor kariostatik pada makanan
misal protein, lemak, kalsium, fosfat dan fluor. Faktor lain yang ikut berpengaruh
adalah retensi makanan; keberadaan karbohidrat dalam rongga mulut akan
mempengaruhi periode waktu kontak asam dengan gigi. Faktor berikutnya adalah pola
makan, frekuensi cemilan diantara waktu makan utama, pH, tekstur makanan, dan
proses memasak; mempengaruhi porsi karbohidrat di dalam makanan.18

2.3 Prediksi Risiko Karies pada Anak

2.3.1 Faktor Risiko Karies pada Anak

Risiko adalah kemungkinan seorang individu terkena penyakit. Faktor risiko merupakan
penyebab tidak langsung terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko adalah suatu faktor
penting yang memainkan peran esensial pada etiologi dan kejadian suatu penyakit, dan
secara signifikan berhubungan dengan perkembangan suatu penyakit (Gambar 2.4).18,35
Risiko karies diartikan sebagai kemungkinan tentang jumlah tertentu lesi baru yang
terjadi selama periode tertentu yang secara signifikan berhubungan dengan
Universitas Indonesia
16

perkembangan terjadinya karies gigi. Faktor risiko karies secara umum selalu
berhubungan dengan etiologi dari karies. Dengan kata lain, dalam keadaan patologis
faktor-faktor risiko juga dapat berfungsi sebagai penjelasan tentang hal-hal yang bisa
dilakukan untuk memperbaiki ketidakseimbangan yang ada ketika penyakit telah
39
terjadi.

Gambar 2.4. Ilustrasi Interaksi Faktor-faktor Risiko Karies Gigi.32

Identifikasi faktor risiko karies pada anak pada umumnya bertujuan untuk memprediksi
progresifitas karies, pertimbangan pada segi ekonomi untuk upaya pencegahan dan
strategi sistem rujukan. Banyak studi dan literatur menyampaikan bahwa faktor risiko
karies pada anak bersifat lebih kompleks, karena anak sebagai individu yang masih
bergantung pada orang tua khususnya ibu, sehingga banyak melibatkan faktor risiko
lain di luar dirinya sendiri.40-42

Faktor-faktor risiko karies pada anak telah banyak disampaikan di literatur-literatur dan
hasil-hasil penelitian. Ada banyak sekali faktor risiko karies yang disebutkan. Dari
berbagai faktor yang telah disebutkan, terdapat beberapa faktor risiko yang paling sering
dilaporkan dan dianggap berkontribusi penting terhadap terjadinya karies gigi pada

Universitas Indonesia
17

anak. Faktor-faktor tersebut adalah: (1) faktor diet: frekuensi dan kebiasaan konsumsi
karbohidrat yang kariogenik; (2) usia anak; (3) usia ibu; (4) faktor sosial ekonomi
(pendidikan, pendapatan); (5) riwayat karies terdahulu: DMF-T ibu dan def-t anak; (6)
bakteri; (7) faktor dalam rongga mulut: saliva, plak, lesi white spot; (8) keluarga: sikap,
perilaku, pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.43-51

2.3.2 Penilaian Risiko Karies pada Anak

Penilaian risiko karies merupakan suatu elemen vital pada manajemen yang efektif dan
komprehensif pada karies. Pendekatan penilaian risiko karies harus memperhatikan
implikasi risiko dari variasi faktor yang mempengaruhi aktifitas karies. Prediksi yang
akurat dari risiko karies akan membantu mengarahkan tindakan pencegahan yang
ditargetkan untuk mereka yang berisiko tinggi sebelum timbulnya kavitas. Umumnya
bila faktor etiologi utama diketahui, maka perawatan yang sesuai untuk pasien yang
bersangkutan akan menunjukkan hasil yang baik. Penilaian faktor risiko karies
didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk meramalkan perkembangan karies yang akan
datang sebelum timbulnya penyakit secara klinis.36,42 Karies gigi merupakan penyakit
yang dapat dicegah, maka dari itu penilaian dan identifikasi faktor-faktor risiko karies
merupakan sarana yang penting untuk membantu dokter gigi agar mengetahui dengan
lebih baik cariogenic profile pasiennya.52 Penilaian risiko karies secara individu pada
bayi dan anak akan membantu para orang tua dan dokter gigi untuk mengidentifikasi
dan memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan karies, maka dari itu kerjasama
dan pencegahan yang proaktif dapat dilakukan. Informasi spesifik yang diperoleh dari
penilaiaan yang sistematis dari risiko karies, akan membantu dokter gigi dalam
menentukan protokol perawatan dan pencegahan pada anak dengan penyakit gigi dan
mulut atau pada anak yang dianggap berisiko terhadap penyakit tersebut.33

Konsep penilaian faktor risiko karies adalah: (1) identifikasi individu yang rentan
terhadap karies, dan (2) menentukan tindakan pencegahan dan perawatan yang tepat
untuk menghentikan penyakit.35 Profil risiko karies gigi harus dapat diperoleh dengan
cepat dan mudah. Proses tersebut meliputi pengumpulan data riwayat pasien yang
relevan, seperti misalnya riwayat kesehatan umum dan riwayat kesehatan gigi. Penilaian
risiko karies harus dilakukan sedini mungkin, untuk mencapai penatalaksanaan yang

Universitas Indonesia
18

terbaik dan hasil berupa kesehatan gigi dan mulut yang baik, terutama sebelum kejadian
penyakit. Penilaian risiko karies dan manajemen selanjutnya pada anak adalah krusial
karena merupakan suatu fakta bahwa karies gigi sulung adalah prediktor yang kuat dan
utama untuk karies pada gigi permanen.33 Pada tiap pasien penilaian risiko karies adalah
bersifat spesifik individual untuk program pencegahan. Misalnya sebagai contoh, pada
pasien dengan risiko karies tinggi memerlukan perawatan aplikasi fluor di tempat
praktek dan kunjungan ke dokter gigi setiap 3 bulan. Pasien dengan risiko karies yang
rendah tidak memerlukan aplikasi fluor di tempat praktek, serta kunjungan ke dokter
gigi setiap 6-12 bulan.40

Karies merupakan penyakit multifaktorial, yang mana didalamnya banyak faktor terlibat
sebagai faktor risiko. Tidak ada tes tunggal yang memperhitungkan semua faktor ini dan
dengan akurat dapat memprediksi kerentanan individu terhadap karies. Risiko karies
gigi dapat dievaluasi dengan menganalisis dan mengintegrasikan beberapa faktor
risikonya.

Penilaian risiko karies mempunyai beberapa tujuan, yaitu: (1) sebagai alat memotivasi
pasien; (2) untuk identifikasi individu atau kelompok yag rentan terhadap karies
sebelum terjadi karies aktif; (3) identifikasi individu atau kelompok yang mempunyai
risiko rendah terhadap karies, untuk memungkinkan diberikan rekomendasi yang aman
dengan kontrol berkala yang panjang; (4) untuk menentukan kebutuhan akan macam
tindakan pencegahan yang diperlukan; (5) untuk memonitor efektifitas dan keberhasilan
program atau perawatan yang dijalankan; (6) sebagai pedoman untuk kriteria
keberhasilan perawatan; (7) untuk kontrol karies; (8) sebagai sarana untuk pemanggilan
ulang pasien; dan (9) sebagai sarana seleksi/skrining populasi untuk studi tentang
karies.27,35,53

Penilaian risiko karies dilakukan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko karies
tinggi sebelum menjadi individu dengan karies yang aktif. Selain itu penilaian risiko
karies dapat melindungi pasien berisiko karies rendah. Penilaian secara berkala sangat
diperlukan, agar dapat dilakukan intervensi yang tepat bila terjadi perkembangan lesi
karies. Artinya bahwa semua strategi penilaian risiko karies harus diikuti oleh tindakan
pencegahan yang tepat. Identifikasi faktor-faktor risiko karies merupakan langkah
penting dan strategis pada upaya pencegahan karies gigi serta saat menentukan rencana

Universitas Indonesia
19

perawatan.16,54Karies merupakan suatu penyakit kronis, dinamis, dalam arti selalu


terjadi perubahan pada faktor protektif dan faktor risiko, oleh karena itu penilaian risiko
karies harus dilakukan secara periodik. Pemeriksaan meliputi seluruh status risiko,
identifikasi faktor atau indikator risiko yang bersifat khusus, dan memonitor efek dari
intervensi yang bertujuan menurunkan risiko terjadinya karies.55 Berikut pada tabel 2.1
dituliskan kategori penilaian risiko karies berdasarkan pemeriksaan faktor risiko, yang
dirangkum dari beberapa sumber pustaka, yang bermanfaat untuk penyusunan strategi
manajemen yang tepat.

Tabel 2.1. Kategori Risiko Karies pada Anak Usia 3-5 Tahun Berdasar Faktor
Risiko.18,23,38
Faktor Risiko Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi
Usia ibu ≤ 30 tahun >30 tahun
Tingkat pendidikan Sarjana SMA-Akademi SD-SMP
Pendapatan keluarga >10 juta >2 juta-10 juta 500.000-2 juta
Sikap ibu Sikap baik Sikap buruk
Pengetahuan ibu Baik Buruk
Riwayat karies ibu 0 >0
5 5 6
Level S. mutans ibu < 10 CFU/mL 10 -10 CFU/mL > 106 CFU/mL
Indeks plak ibu Tidak ada plak 1-2 3
pH plak ibu 5.8-7.2 4.4-5.7 <4.4
pH saliva ibu 5.8-7.2 4.4-5.7 <4.4
Umur anak 3 tahun 4 tahun 5 tahun
Gender Perempuan Laki-laki
Anak berkebutuhan
Ya Tidak
khusus
Riwayat karies anak 0 >0

Lesi white spot Tidak Ya


5 5 6
Level S. mutans anak < 10 CFU/mL 10 -10 CFU/mL > 106 CFU/mL
Indeks plak anak Tidak ada plak 1-2 3
pH plak anak 5.8-7.2 4.4-5.7 <4.4
pH saliva anak 5.8-7.2 4.4-5.7 4.4-5.7
Kebiasaan gosok gigi 2-3 kali sehari 1 kali sehari Jarang
Kebiasaan mengemil
Hanya di waktu
manis (diantara dua waktu 1-3 kali >3 kali
makan utama
makan utama)
Kebiasaan minum manis
Hanya di waktu
(diantara dua waktu 1-3 kali >3 kali
makan utama
makan utama)
Tidak minum
Minum susu di botol
Konsumsi susu botol susu di botol
sampai/sambil tidur
sampai/sambil tidur

Universitas Indonesia
20

2.3.3 Kuesioner Penelitian sebagai Alat Ukur Risiko Karies Gigi pada Anak

Faktor risiko dalam kondisi patologis, dapat menjelaskan pengobatan ketidak


seimbangan proses karies setelah onset klinis penyakit. Oleh karena itu sangat perlu
untuk memiliki alat pemeriksaan epidemiologi yang akurat untuk memprediksi risiko
karies pada anak-anak. Kuesioner adalah metode terbaik untuk tujuan ini. Beberapa
kuesioner telah divalidasi di berbagai belahan dunia, namun karena adanya perbedaan
sosial budaya, maka perlu dilakukan pengembangan dan validasi kuesioner yang lebih
spesifik untuk digunakan dalam populasi yang berbeda.56,57

Kuesioner dalam penelitian adalah alat ukur yang berbentuk daftar pertanyaan dan hasil
pemeriksaan klinis yang disusun secara sistematis yang dipakai sebagai panduan
pengumpulan data sesuai tujuan dan hipotesis penelitian. Beberapa syarat kuesioner
sebagai instrumen penelitian adalah: (1) relevan dengan tujuan dan hipotesis penelitian;
(2) mudah ditanyakan; (3) mudah dijawab; dan (4) data yang diperoleh mudah
diproses.56,57

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian setelah diuji validitas dan
reliabilitasnya terlebih dahulu, oleh karena itu pada kuesioner harus dilakukan uji coba
sebelum penelitian dimulai. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan bahwa
suatu alat ukur benar-benar dapat mengukur apa yang diukur. Reliabilitas adalah indeks
yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Hasil pengukuran menunjukkan tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama.
Validitas suatu kuesioner meliputi validitas isi, validitas muka, validitas construct,
analisis konvergen, dan validitas diskriminan. Validitas isi adalah relevansi atau
kesesuaian isi dengan bahan yang akan diukur, misal melalui forum pendapat dari para
ahli, tetapi bila tidak dengan analisis rasional (pengalaman klinis, tinjauan pustaka).
Validitas muka adalah relevansi isi dan cakupan isi, secara kuantitatif dilakukan uji di
lapangan pada 20-30 subjek, untuk melihat dari sisi pengguna tes. Validitas construct
adalah kesesuaian hasil pengukuran dengan konsep teoritis, menguji coba instrumen
pada sampel dengan analisis faktor. Analisis konvergen yaitu membandingkan tingkat
korelasi antara instrumen pengukuran yang berbeda yang digunakan untuk mengukur
construct yang sama. Validitas diskriminan adalah ketidaksesuaian antara hal yang

Universitas Indonesia
21

seharusnya tidak diukur oleh alat ukur dan konsep-konsep teoritits tentang variabel
tersebut.56,57

Kuesioner sebaiknya disusun dengan cermat dan sistematis, dan kuesioner adalah
bentuk penjabaran variabel-variabel yang terlibat dalam tujuan dan hipotesis penelitian.

2.4 Manajemen Karies Gigi pada Anak

Manajemen penyakit dalam hal ini karies gigi adalah suatu sistem intervensi layanan
kesehatan yang terkoordinasi di mana upaya perawatan diri pasien sendiri merupakan
suatu hal yang ikut berperan secara signifikan. Hal-hal yang termasuk dalamnya adalah:
1) memberi edukasi kepada pasien tentang penyakitnya; 2) memonitor secara aktif
gejala yang ada, dan menetapkan rencana perawatan yang tepat; 3) melakukan
koordinasi perawatan dengan baik di antara penyedia layanan kesehatan; serta 4)
memberikan umpan balik pada pasien secara individual dan mendukung para dokter
untuk memberikan perawatan kesehatan terbaik kepada pasien. Status kesehatan gigi
dan mulut pasien yang baik memerlukan hubungan baik yang berkesinambungan antara
dokter gigi, pasien dan keluarga dalam hal ini orang tua. Keluarga diharapkan menjadi
“pusat” upaya mewujudkan kesehatan gigi dan mulut yang baik.55,58

Walaupun telah banyak upaya kontrol karies dilakukan, misalnya dengan pemberian
fluor, sosialisasi informasi oral hygiene, dan pendidikan tentang diet yang sehat secara
meluas, namun karies gigi tetap merupakan penyakit infeksius kronis yang paling
banyak ditemukan pada anak.18,58 Berbagai versi manajemen karies pada anak telah
banyak disampaikan di literatur-literatur oleh para ahli. Manajemen yang disampaikan
beragam, sesuai faktor risiko, macam perawatan, dan urutan tindakan, tetapi pada
umumnya semua memiliki prinsip yang sama. Protokol manajemen karies secara umum
meliputi :18,26,55,58

2.4.1 Penilaian Risiko Karies

Pada kunjungan awal, hal yang harus dilakukan adalah penilaian risiko karies. Selama
periode perawatan, penilaian risiko karies dapat dilakukan, tetapi sifatnya sudah lebih
khusus dan lebih terfokus. Manajemen karies gigi berdasarkan penilaian risiko karies
akan menjadi lebih efektif dan efisien, karena tindakan perawatan yang dilakukan akan
Universitas Indonesia
22

lebih spesifik dan lebih fokus terhadap pasien secara individual. Penilaian risiko karies
akan sangat bermanfaat untuk identifikasi anak yang mungkin berada di kelompok
risiko tinggi untuk perkembangan atau terjadinya karies gigi.

2.4.2 Diagnostik

Teknik diagnostik klinik merupakan syarat mutlak, sehingga lesi dini dapat
diidentifikasi secara tepat sebelum terjadi kavitasi dan upaya reparasi dapat dilakukan.
Pemeriksaan visual tetap merupakan metode utama untuk karies primer dan karies
sekunder. Teknik diagnostik karies yang lebih modern dapat menggunakan
transillumination, laser fluorescence, quantitatif light fluorescence, dan radiografi.

2.4.3 Intervensi Pencegahan Dini

Karies merupakan penyakit infeksius, sehingga tindakan pencegahan merupakan tahap


terpenting untuk mengontrol inisiasi dan perkembangan penyakit. Diagnosis dini
adanya demineralisasi email memungkinkan intervensi dini dilakukan untuk
remineralisasi email dan mengevaluasi penyebab terjadinya demineralisasi.
Keseimbangan demineralisasi dan remineralisasi dalam rongga mulut harus dikontrol
untuk mencegah progresivitas lesi dini dan inisiasi lesi baru. Upaya yang dapat
dilakukan antara lain adalah:
(a) Pemeriksaan level bakteri
Penelitian-penelitian telah menyampaikan bahwa pasien dengan level
Streptococcus mutans yang tinggi dalam rongga mulutnya, mempunyai risiko
tinggi terkena karies gigi. Selain itu, transmisi bakteri S. mutans dari ibu ke anak
sering kali dihubungkan dengan meningkatnya risiko terjadinya karies pada anak.
Berdasarkan hal tersebut, maka pemeriksaan level bakteri akan membantu
memberikan kelengkapan informasi tentang upaya pencegahan yang perlu
dilakukan.
(b) Pemberian anti mikroba (chlorhexidine, topical iodine)
Obat-obatan anti mikroba bersifat bakteriostatik dan bakteriosid yang efektif
mencegah terjadinya infeksi dan menekan secara signifikan level S. mutans dalam

Universitas Indonesia
23

rongga mulut. Chlorhexidine sebagai anti mikroba banyak dipakai pada obat
kumur, permen karet, dentrifrices, varnish, dan gel.
(c) Pemeriksaan saliva
Saliva selain sebagai buffering agent juga merupakan komponen penting yang
menunjang terjadinya remineralisasi struktur gigi. Saliva juga mengandung unsur
anti mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Fungsi-fungsi
tersebut dapat berjalan normal bila kondisi saliva baik dan normal. Suatu kondisi
patologi tertentu dapat menyebabkan saliva tidak berfungsi dengan baik,
khususnya salivary flow rate. Hal tersebut berhubungan dengan risiko terjadinya
karies pada pasien.
(d) Evaluasi diet
Asupan diet sangat erat hubungannya dengan insiden terjadinya karies pada anak.
Pengaturan pola makan kariogenik yang berkarbohidrat tinggi sangat
direkomendasikan. Kerja sama yang baik antara dokter dan orang tua khususnya
ibu sangat diperlukan.
(e) Pemberian fluor baik secara sistemik atau topikal
Pemakaian pasta gigi mengandung fluor minimal dua kali sehari pada saat
menggosok gigi, pemberian suplemen fluor, aplikasi fluor secara topikal oleh
dokter gigi.
(f) Pemberian casein phosphopeptide-amorphous calcium phospate (CPP- ACP)
untuk mengurangi aktivitas karies. Pemakaian CPP-ACP dalam satu dekade
terakhir telah terbukti secara signifikan dapat mengontrol karies. Kandungan
kalsium dan fosfat selain membantu proses remineralisasi juga dapat berfungsi
sebagai buffering agent pada saat pH dalam rongga mulut menjadi lebih asam.

2.4.4 Restorasi

Restorasi adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan bila karies telah terjadi. Prinsip
dilakukan restorasi ini adalah intervensi minimal. Restorasi dilakukan sesuai dengan
protokol yang ada dan biomimetic material. Pada anak, bahan tumpatan glassionomer
cement (GIC) merupakan alternatif pilihan. GIC mempunyai beberapa keunggulan yaitu
melepaskan fluor selama tumpatan berada di dalam rongga mulut, sehingga membantu
mencegah terjadinya karies sekunder, serta mempunyai biokompatibilitas yang baik.
Universitas Indonesia
24

Alternatif bahan restorasi lain untuk anak adalah kompomer. Bahan ini mempunyai sifat
gabungan antara GIC dan kompomer, sehingga muncul sifat-sifat terbaik pada dua
bahan restorasi tersebut. Stainless steel crown (SSC) merupakan pilihan utama restorasi
pada manajemen karies gigi pada anak. Mahkota logam tahan karat yang sudah jadi
tersedia di pasaran, umumnya diindikasikan untuk pasien dengan karies rampan, pasien
dengan oral hygiene yang buruk, gigi dengan kelainan bentuk, dan gigi setelah
dilakukan perawatan saluran akar.

Berdasarkan kajian literatur-literatur, selain manajemen karies gigi pada anak secara
umum seperti tertulis tersebut di atas, manajemen karies gigi pada anak menurut
kategori risiko dapat dilihat di Tabel 2.2.

Universitas Indonesia
25

Tabel 2.2. Manajemen Karies Berdasarkan Penilaian Faktor Risiko pada Anak Usia 3-5 Tahun. 23,59,60

Diagnostik Intervensi Pencegahan Restorasi


Kategori Pemeriksaan
Risiko rongga Tes Lesi white Konseling Lesi yang
Radiografi Fluoride Sealant
mulut saliva spot ( DHE, diet) sudah ada
berkala

Minimal 1x Diperlukan Tidak Di rumah : Sealant yang Tidak perlu Hal-hal yang harus disampaikan : Monitoring
setahun bila terdapat diharuskan Gosok gigi melepaskan - Gigi sulung penting untuk lesi yang
permukaan 2x sehari fluor pada mengunyah, berbicara, sudah ada
R yang tidak dengan ceruk dan memelihara ruang, estetik.
dapat jumlah pea- fisura - Kesehatan rongga mulut ibu
E diperiksa sized pasta berpengaruh pada anak
dengan jelas gigi - Ibu kontrol periodik, menjalani
secara visual perawatan bila diperlukan.
N ataupun - Ibu harus menghindari pemakaian
dengan bersama peralatan yang dipakai di
D explorer/sonde mulut, dengan anaknya.
- Pencegahan adalah lebih murah
A daripada pengobatan
- Penggunaan fluor merupakan hal
penting yang efektif untuk
H Tempat
mencegah karies : pasta gigi
praktek :
mengandung fluor.
Aplikasi
- Meyakinkan ibu tentang
fluor secara
pentingnya menjaga kesehatan
topikal setiap
gigi dan mulut.
3-6 bulan.
- Menganjurkan ibu untuk
membantu anak saat menggosok
gigi, dan mengajarkan cara
menggosok gigi yang benar.

Universitas Indonesia
26

Diagnostik Intervensi Pencegahan Restorasi


Pemeriksaan
Kategori rongga Tes Lesi white Konseling Lesi yang
Risiko Radiografi Fluoride Sealant
mulut saliva spot ( DHE, diet) sudah ada
berkala

- Meyakinkan ibu untuk


mempertimbangkan pemberian
sealant pada gigi molar pertama
R sulung dan permanen.
- Memberi pengertian tentang
E kebiasaan menghisap jari, non
nutritive sucking, dan perlunya
intervensi dokter gigi bila
N diperlukan.
- Mendiskusikan dengan ibu
D tentang diet sehat (membatasi
asupan gula, pemilihan cemilan
A - Memberi pengertian bahwa
minum dengan gelas lebih baik
dibanding dengan botol.
H - Menekankan tentang keharusan
menghindari minum susu dalam
botol sampai tertidur.
- Memberi pengertian kewaspadaan
orang tua tentang keselamatan anak
saat bermain. Misal dengan
penggunaan mouth guard.
- Pemilihan sikat gigi : bulu sikat
yang soft, bentuk sikat
menyerupai kontur mulut,
ukuran anak, nyaman digenggam,
ujung kepala sikat mengecil.

Universitas Indonesia
27

Diagnostik Intervensi Pencegahan Restorasi


Kategori Pemeriksaan
Risiko rongga Tes Lesi white Konseling Lesi yang
Radiografi Fluoride Sealant
mulut saliva spot ( DHE, diet) sudah ada
berkala

Tiap 3 bulan Diperlukan bila Diperlukan Di rumah : Sealant Perawatan Hal-hal yang harus disampaikan : Monitoring
terdapat Gosok gigi 2x yang dengan tujuan - Gigi sulung penting untuk pada lesi
permukaan sehari dengan melepaskan merangsang mengunyah, berbicara, yang sudah
T yang tidak jumlah pea- fluor pada remineralisasi, memelihara ruang, estetik. ada
dapat diperiksa sized pasta ceruk dan menggunakan - Kesehatan rongga mulut ibu
I dengan jelas gigi. fisura produk fluor berpengaruh pada anak Restorasi
secara visual (gel, varnish, - Ibu kontrol periodik, menjalani pada
N ataupun obat kumur) perawatan bila diperlukan. kavitas
dengan - Ibu harus menghindari pemakaian anak dan
explorer/sonde. bersama peralatan yang dipakai di ibu
G Pemberian mulut, dengan anaknya.
CPP ACP - Pencegahan adalah lebih murah Pada anak
G (Casein daripada pengobatan :
Dikombinasi Phospopeptide - Penggunaan fluor merupakan hal GIC,
dengan pea- Amorphous penting yang efektif untuk kompomer
I Calcium mencegah karies : pasta gigi Stainless
sized 900 ppm
pasta gigi yang Phospate)untuk mengandung fluor. Steel
mengandung mengurangi - Meyakinkan ibu tentang Crown
kalsium fosfat. aktivitas karies pentingnya menjaga kesehatan
gigi dan mulut. Pada ibu :
Ibu memakai - Menganjurkan ibu untuk kompomer,
obat kumur membantu anak saat menggosok komposit
yang gigi, dan mengajarkan cara
mengandung menggosok gigi yang benar.
sodium
fluoride

Universitas Indonesia
28

Diagnostik Intervensi Pencegahan Restorasi


Kategori Pemeriksaan
Radiografi Tes Lesi Konseling Lesi yang
Risiko rongga mulut Fluoride Sealant
saliva white spot ( DHE, diet) sudah ada
berkala

Tempat praktek - Meyakinkan ibu untuk


: mempertimbangkan pemberian
Aplikasi sealant pada gigi molar pertama
T varnish fluor sulung dan permanen.
secara topikal - Memberi pengertian tentang
I setiap 3-6 kebiasaan menghisap jari, non
bulan. nutritive sucking, dan perlunya
N intervensi dokter gigi bila
diperlukan.
- Mendiskusikan dengan ibu
G tentang diet sehat (membatasi
asupan gula, pemilihan cemilan
G - Memberi pengertian bahwa
minum dengan gelas lebih baik
dibanding dengan botol.
I - Menekankan tentang keharusan
menghindari minum susu dalam
botol sampai tertidur.
- Memberi pengertian kewaspadaan
orang tua tentang keselamatan anak
saat bermain. Misal dengan
penggunaan mouth guard.
- Pemilihan sikat gigi : bulu sikat yang
soft, bentuk sikat menyerupai kontur
mulut, ukuran anak, nyaman
digenggam, ujung kepala sikat
mengecil.

Universitas Indonesia
29

Menurut Evans dan Dennison, terdapat 10 langkah strategis dalam sistem manajemen
karies pada anak ataupun orang dewasa. Langkah tersebut bersifat non invasive,
bertujuan menghentikan dan meremineralisasi lesi awal karies, untuk meningkatkan
pencegahan primer karies (Tabel 2.3).

Tabel 2.3. 10 Langkah Manajemen Karies.61

No. Langkah/Tindakan
1 Pemeriksaan dan penilaian diet
2 Pemeriksaan dan penilaian plak
3 Pemeriksaan radiografik
4 Diagnosis dan penilaian risiko karies
5 Persiapan rencana perawatan rongga mulut
6 Presentasi kasus pada pasien : status risiko karies, pencegahan di
rumah, hasil pemeriksaan dan penilaian diet serta rekomendasinya
7 Panduan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
8 Manajemen klinik
Aplikasi fluor topikal
Aplikasi sealant dan GIC
9 Monitoring kontrol plak dan keberhasilan perawatan tiap kunjungan
10 Program pemanggilan /pemeriksaan ulang pasien untuk menentukan
risiko karies terakhir.

Karies gigi merupakan suatu penyakit pada jaringan mineral gigi yang dapat dicegah
yang mana melibatkan banyak faktor etiologi yang berinteraksi dalam suatu kurun
waktu antara substansi gigi, mikroorganisme, diet karbohidrat yang memproduksi acid
plaque. Pencegahan karies gigi meliputi pencegahan primer, pencegahan sekunder dan
pencegahan tersier.61-63

Pencegahan primer adalah tindakan melindungi individu terhadap penyakit. Prinsipnya


adalah dengan meletakkan suatu barrier antara faktor etiologi dan host. Hal ini
bertujuan untuk menjaga populasi tetap sehat dan meminimalkan risiko penyakit.
Pencegahan primer bertujuan mempertahankan gigi anak tetap sehat sebelum terjadi
karies. Penilaian dan identifikasi risiko karies pada tiap pasien merupakan hal yang
penting dan harus dilakukan secara periodik dalam suatu interval tertentu. Faktor-
faktor tersebut dapat berubah dalam setiap waktu dan dalam suatu populasi tertentu.
Pencegahan primer karies sangat dibutuhkan bagi semua anak untuk mempertahankan
kondisi status risiko rendah karies. Identifikasi dan penilaian karies gigi secara eksplisit
harus dilakukan pada tiap anak dalam rangka pencegahan primer ini. Identifikasi faktor-
Universitas Indonesia
30

faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian karies diantaranya meliputi


penampakan klinis penyakit sebelumnya, kebiasaan diet, sosial, penggunaan fluor,
bakteri pada plak, saliva, serta riwayat medis. Pencegahan primer dalam hal ini
meliputi:61-63
a) Identifikasi anak-anak dengan risiko karies yang tinggi. Anak dalam kelompok
ini akan menjadi fokus perhatian utama tindakan pencegahan.
b) Modifikasi perilaku yaitu meliputi Dental Health Education (DHE),
pemeliharaan oral hygiene ( tata cara menggosok gigi dengan benar : teknik,
waktu, pasta gigi), pengaturan konsumsi diet terutama gula, konsumsi non sugar
sweeteners yang mempunyai efek anti karies, konsumsi permen karet bebas gula
dan antibakteri, pemilihan obat-obatan bebas gula.
c) Memberi perlindungan pada gigi. Upaya yang dapat dilakukan adalah pemberian
sealant pada daerah yang rawan terkena karies, misalnya ceruk dan fisura yang
dalam. Secara periodik perlu dilakukan pengecekkan terhadap sealant yang telah
dilakukan. Pemilihan bahan sealant perlu juga menjadi bahan pertimbangan.
Bahan yang dapat dipakai adalah dari glass ionomer atau bahan resin sealant.
Pemberian fluor secara sistemik ataupun topikal juga merupakan upaya yang
dapat dilakukan pada tahap ini. Chlorhexidine dalam bentuk gel, obat kumur,
ataupun pasta dapat juga dilakukan pada upaya perlindungan terhadap gigi,
karena terbukti secara signifikan dapat menurunkan angka kejadian karies.

Pencegahan sekunder bertujuan membatasi progresifitas dan efek penyakit sedini


mungkin sesudah terjadi onset penyakit. Pencegahan tersier fokus dengan membatasi
tingkat kecacatan setelah penyakit menyebabkan beberapa keterbatasan fungsional.
Pada tahap ini penyakit telah meluas ke titik di mana status kesehatan pasien telah
berubah dan tidak akan kembali ke keadaan sebelum sakit. Pencegahan tersier bertujuan
tidak hanya merestorasi karies yang sudah terjadi, tetapi yang lebih utama adalah
mencegah terjadinya karies berikutnya.63,64

Pendidikan dasar tentang prosedur kesehatan mulut penting dilakukan pada anak sejak
tahun pertama kelahiran (0-12 bulan). Kegiatan membersihkan plak dari rongga mulut
harus dimulai saat gigi pertama erupsi. Menurut American Academy of Pediatric
Dentistry (AAPD), rongga mulut ibu yang buruk mempunyai resiko tinggi dalam

Universitas Indonesia
31

menjangkiti anak dengan bakteri penyebab karies dan menambah resiko terjadinya
karies dini. AAPD menganjurkan kepada para ibu:64,65
- Agar selalu menjaga kebersihan rongga mulutnya dan rongga mulut anak dengan
cara kontrol diet,
- Menggunakan pasta gigi dan obat kumur yang mengandung fluor, dan untuk
mencegah penumpukan plak yang dapat mempercepat membentuk karies.

2.5 Aplikasi Perangkat Lunak Komputer sebagai Sarana Penilaian Risiko Karies
pada Anak

Perangkat lunak komputer merupakan sekumpulan data yang apabila dieksekusi dapat
berfungsi atau bekerja sebagaimana yang diinginkan dan berdasarkan kebutuhan
penggunanya. Data tersebut berupa informasi, catatan, dokumen mengenai operasi serta
kegunaan suatu program. Dengan kata lain perangkat lunak komputer merupakan
kumpulan dari pada instruksi atau statement yang disusun secara logis dan berbentuk
kode yang hanya dapat dimengerti oleh komputer. Agar perangkat lunak dapat
berfungsi, maka data-data tersebut harus mengandung perintah-perintah yang diformat
secara khusus untuk mengatur aktifitas pada komputer personal. Pengguna tidak dapat
secara langsung memberi perintah kepada perangkat keras, untuk itu diperlukan suatu
program tertentu dengan bahasa yang hanya bisa dipahami oleh perangkat keras.
Dengan demikian, perangkat lunak menjadi jembatan antara pengguna dengan
perangkat keras komputer personal.66

Berdasar penilaian hasil wawancara dan pemeriksaan klinis, maka akan dilakukan
konversi ke dalam perangkat lunak, akan muncul sebagai suatu animasi pada sebagai
suatu penilaian risiko karies pada pasien, beserta manajemennya. Algoritma (rumus
menghitung) dan perintah yang diberikan sesuai langkah-langkah yang telah dikerjakan
mulai awal penelitian hingga diperoleh model prediksi, tidak terlihat oleh pengguna.

Aplikasi penilaian risiko karies ini dibuat berbasis responsive web untuk memudahkan
akses dari berbagai lokasi dan berbagai perangkat dengan praktis (laptop, personal
computer, dan gadget). Pembuatan aplikasi ini menggunakan beberapa teknologi
diantaranya HTML (Hyper Text MarkUp Language) versi 5 dan CSS (Cascade Style
Sheet) versi 3 agar tampilan mampu responsive untuk berbagai macam ukuran layar

Universitas Indonesia
32

perangkat pengguna. Aplikasi ini juga membutuhkan proses pengolahan data di server ,
sehingga perlu didukung dengan bahasa pemrograman PHP PHP Hypertext
Preprocess) dan database mySQL. Diharapkan semua isian data dari responden dapat
disimpan dan diolah untuk keperluan berikutnya.66

Aplikasi dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan interaksi antara


berbagai faktor risiko yang berperan terhadap terjadinya karies gigi pada anak. Program
ini bersifat interaktif dan edukatif, yaitu untuk memperoleh pemahaman tentang sifat
multifaktorial karies gigi, berperan dalam menentukan penilaian risiko tiap pasien,
sekaligus mengedukasi pasien tentang langkah manajemen yang selanjutnya yang harus
dikerjakan. Aplikasi ini tidak mengambil alih tanggung jawab dokter gigi, tetapi lebih
tepatnya yaitu dapat dipakai sebagai sarana dan alat bantu berharga untuk menentukan
profil kariogenik pasien dan dalam pengambilan keputusan untuk pencegahan
selanjutnya.

2.6 Kerangka Teori

Karies gigi adalah penyakit multifaktorial, dalam arti banyak sekali faktor yang ikut
terlibat dalam kejadian penyakit ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Anak
sebagai individu yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, hampir di
semua aspek kehidupannya termasuk kesehatan gigi dan mulutnya, tidak lepas dari
peran dan pengaruh orang tua, khususnya ibu. Oleh karena itu beberapa faktor dari ibu
turut berkontribusi terhadap status kesehatan gigi dan mulut anak, khususnya karies
gigi.

Berdasarkan kajian teori-teori pendukung tentang karies gigi anak yang telah
disampaikan, maka dapat disusun suatu kerangka teori yang mendasari dilakukannya
penelitian ini (Gambar 2.5).

Universitas Indonesia
33
FAKTOR RISIKO KARIES
Faktor Ibu
1. Sosiodemografik
Umur, etnis, ras, gender FAKTOR ETIOLOGI
2. Pendidikan ibu 1. Gigi
Mempengaruhi kepedulian menjaga Ceruk dan fisura dalam
kesehatan rongga mulut Lesi white spot
3. Oral health literacy Enamel hipoplasi
4. Sikap orang tua Crowding
Sikap orang tua terhadap kesehatan gigi Gigi dengan piranti orto
dan mulut anak 2. Bakteri
5. Pengetahuan orang tua 3. Diet
Pengetahuan orang tua tentang kesehatan 4. Waktu
gigi dan mulut anak Aplikasi Perangkat Lunak
6. Kondisi klinis Komputer
Riwayat karies, level bakteri, indeks
plak, pH plak, pH saliva FAKTOR LINGKUNGAN Manajemen Karies Gigi
7. Pendapatan RONGGA MULUT pada Anak :
Mempengaruhi kemampuan dan 1. Saliva KARIES -Penilaian risiko karies :
kesempatan menyediakan dan pH, kapasitas buffer, komposisi anti wawancara, pemeriksaan
mendapatkan layanan kesehatan bakteri, pembersihan mekanis, flow klinis, pemeriksaan laboratoris
gigi dan mulut yang layak untuk anak. 2. Antibacterial agent -Diagnostik
Obat kumur -Intervensi pencegahan dini
3. Dental sealant -Restorasi
Faktor Anak 4. Fluoride
1. Sosiodemografik Lokal dan sistemik
Umur, etnis, ras, gender 5. Chewing gum
2. Riwayat kesehatan umum Permen karet probiotik, sugarless
Anak normal dan anak berkebutuhan 6. pH plak, spesies bakteri (S.mutans)
khusus. 7. Ca2+ dan PO43-
3. Kondisi Klinis : pH netral, jumlahnya banyak
Riwayat karies, level bakteri, indeks plak 8. Sugars
pH plak, pH saliva Clearance rate, frequency
4. Perilaku kesehatan :
Kebiasaan menggosok gigi
Kebiasaan mengemil
Kebiasaan minum susu botol dan minum
manis Gambar 2.5. Kerangka Teori

Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Faktor risiko karies


Faktor Ibu :
Usia ibu
Tingkat pendidikan ibu
Pendapatan keluarga
Sikap ibu
Pengetahuan ibu
Riwayat karies ibu
Indeks plak ibu Karies Anak
pH saliva ibu Manajemen:
Penilaian risiko, diagnostik,
Faktor Anak :
Usia anak intervensi pencegahan dini,
Gender restorasi
Riwayat kesehatan umum
Lesi white spot
Indeks plak anak
pH saliva anak
Kebiasaan menggosok gigi
Kebiasaan mengemil camilan
Kebiasaan minum manis
Konsumsi susu botol

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

VISUALISASI KERANGKA KONSEP KE DALAM SOFTWARE KOMPUTER

INPUT PROCESS OUTPUT OUTCOME

18 Faktor Statistik
risiko karies Persamaan
8 Faktor Nominal matematika Penilaian Manajemen
Angka hasil
dari ibu dan ordinal
Regresi prediksi risiko risiko Variabel paling
10 Faktor Rasio dan Logistic (probabilitas) rendah tinggi berpengaruh
dari anak interval untuk
prediksi

2
TINDAK
LANJUT

Gambar 3.2. Visualisasi Kerangka Konsep ke dalam Perangkat Lunak Komputer.

34 Universitas Indonesia
35

Kejadian karies gigi pada seorang anak dipengaruhi oleh faktor risiko dari ibu dan
faktor risiko dari anak itu sendiri. Dalam penelitian ini diidentifikasi 8 faktor risiko
karies dari pihak ibu dan 10 faktor risiko karies dari pihak anak (Gambar 3.1).
Penelitian ini bertujuan melakukan suatu penilaian risiko terjadinya karies pada seorang
anak. Basis data diambil berdasar pemeriksaan klinis dan pengisian kuesioner, dan
selanjutnya diolah secara statistik. Dari uji statistik basis data tersebut akan diperoleh
suatu penilaian probabilitas risiko timbulnya karies baru pada anak, yang nantinya akan
terbagi dalam kategori rendah dan tinggi, dan diaplikasikan ke dalam suatu perangkat
lunak (Gambar 3.2).

Setelah diketahui anak berada dalam kelompok risiko rendah atau tinggi, maka akan
dapat ditentukan manajemen selanjutnya. Manajemen yang dimaksud adalah tindak
lanjut terhadap temuan probabilitas risiko terjadinya karies pada anak, di mana tiap
kelompok risiko karies mempunyai manajemen yang spesifik dan berbeda.
Penelitian ini menghasilkan beberapa hal baru yaitu :
• Suatu perangkat lunak yang menunjukkan interaksi antara karies dan faktor-faktor
risikonya dan akan muncul sebagai suatu animasi penilaian tingkat risiko karies dan
upaya manajemennya pada pasien.
• Identifikasi 18 faktor risiko terjadinya karies pada anak yang terdiri dari 8 faktor
dari pihak ibu dan 10 faktor dari pihak anak.
• Model prediksi kejadian karies pada anak melalui persamaan matematika regresi
logistik.
• Penilaian tingkat risiko karies rendah dan tinggi.
• Temuan variabel-variabel yang paling dominan terhadap kejadian karies.

3.2 Hipotesis Penelitian :

3.2.1 Hipotesis Mayor :

Faktor-faktor risiko karies dari ibu dan anak dapat digunakan sebagai alat penilaian
risiko karies dan pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak melalui
penggunaan suatu perangkat lunak.

Universitas Indonesia
36

3.2.2 Hipotesis Minor :

3.2.1.1 Faktor risiko karies dari ibu (usia, pendidikan, pendapatan keluarga, sikap,
pengetahuan, keadaan klinis: riwayat karies, indeks plak, pH saliva) dapat
digunakan sebagai alat penilaian risiko karies gigi pada anak.
3.2.1.2 Faktor risiko karies dari ibu (usia, pendidikan, pendapatan keluarga, sikap,
pengetahuan, keadaan klinis: riwayat karies, indeks plak, pH saliva) dapat
digunakan sebagai pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak.
3.2.1.3 Faktor risiko karies dari anak (usia, gender, riwayat kesehatan umum, keadaan
klinis: lesi white spot, indeks plak, pH saliva, dan perilaku: kebiasaan
menggosok gigi, kebiasaan mengemil, kebiasaan minum manis, konsumsi susu
botol) dapat digunakan sebagai alat penilaian risiko karies gigi pada anak.
3.2.1.4 Faktor risiko karies dari anak (usia, gender, riwayat kesehatan umum, keadaan
klinis: lesi white spot, indeks plak, pH saliva, dan perilaku: kebiasaan
menggosok gigi, kebiasaan mengemil, kebiasaan minum manis, konsumsi susu
botol) dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan manajemen karies gigi
pada anak.

Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian diagnostik dengan desain potong lintang untuk
menilai risiko terjadinya karies pada anak. Tahap awal penelitian adalah menentukan
variabel-variabel faktor risiko karies dari ibu dan anak serta pembuatan instrumen
penelitian berdasarkan diskusi pakar, kajian literatur, pengalaman klinis dan kondisi
masyarakat setempat. Tahap selanjutnya dilakukan pengambilan data melalui
pemeriksaan klinis dan anamnesis kuesioner kepada subjek penelitian. Pemeriksaan
meliputi:
• Anamnesis tentang data demografi, sikap dan pengetahuan ibu tentang kesehatan
gigi dan mulut anak.
• Pemeriksaan klinis pada ibu: riwayat karies, indeks plak.
• Pemeriksaan klinis pada anak: riwayat karies, lesi white spot, indeks plak.
• Pengambilan sampel saliva pada ibu dan anak untuk mengukur pH saliva.
• Anamnesis tentang kebiasaan menggosok gigi, mengemil, minum manis, dan
konsumsi susu botol pada anak (Lampiran 7).

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Sekolah Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 05, dan RW 10 di
Komplek TNI AL Kodamar Kelapa Gading, Jakarta Utara. Penelitian dilakukan pada
periode bulan Januari sampai bulan April 2016.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah semua pasangan ibu dan anak usia 3-5 tahun yang datang ke
Posyandu dan PAUD yang terpilih. Sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi
kriteria inklusi.

37 Universitas Indonesia
38

4.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.3.1.1 Kriteria Inklusi


- Anak usia usia 3-5 tahun.
- Laki-laki dan perempuan.
- Ibu sebagai pengasuh utama.
4.3.1.2 Kriteria Eksklusi
- Ibu dan anak tidak bersedia menjadi responden.

4.3.2 Besar Sampel Penelitian

4.3.2.1 Besar sampel pada uji validasi instrumen penelitian, adalah sebanyak
jumlah sampel total.
4.3.2.2 Penetapan jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan
rumus, yaitu:67
2
n = Z(1- α/2)√ P0 (1 - P0) + Z(1-β)√Pa (1 – Pa)
(Pa - P0)
n = 194

n = jumlah sampel minimal


α = tingkat kemaknaan (%) = 5
1-β = power of test (%) = 80
P0 = proporsi karies yang tidak diketahui = 0,5
Pa = proporsi karies menurut referensi = 0,85
Z(1-α) = nilai standar Z untuk α 5% = 1,96
Z(1-β) = nilai standar Z untuk β 80% = 0,68

Universitas Indonesia
39

4.4 Alat dan Bahan Penelitian

1. Saliva pH indicator
Saliva pH indicator digunakan untuk mengukur derajat keasaman saliva ibu dan
anak.

Gambar 4.1. Dental Saliva pH Indicator

2. Alat diagnostik standar sekali pakai beserta head lamp


Alat diagnostik standar digunakan untuk melakukan pemeriksaan klinis intra oral.
3. Lembar informasi (Lampiran 1)
4. Lembar persetujuan anak (Lampiran 2)
5. Lembar persetujuan orang tua (Lampiran 3)
6. Instrumen penelitian / kuesioner (Lampiran 4)

Universitas Indonesia
40

4.5 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Tabel 4.1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 18,68-72

Variabel Terikat : karies anak


NO. VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR ALAT UKUR UKURAN SKALA

1. Karies anak Kavitas/lesi karies pada gigi Pemeriksaan klinis Pemeriksaan 0 : Anak tanpa Kategorik
anak yang diperiksa secara intra oral, dilihat klinis intra oral karies
klinis dapat dilihat dengan apakah terdapat dengan bantuan (jumlah gigi
kasat mata atau dengan WHO karies atau tidak, bila kaca mulut dan karies = 0)
probe, pada pemeriksaan ada, dihitung jumlah WHO probe. 1 : Anak
pertama. Tidak termasuk di gigi yang karies. dengan karies
dalamnya abrasi, erosi, atrisi, (jumlah gigi
diskolorasi fisur, gangguan karies ≥ 1)
tumbuh kembang gigi, dan
white spot.

Variabel Bebas : usia ibu, tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga, sikap ibu, pengetahuan ibu, riwayat karies ibu, indeks plak ibu,
pH saliva ibu, usia anak, gender, riwayat kesehatan umum anak, lesi white spot, indeks plak anak, pH saliva anak,
kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan mengemil, kebiasaan minum manis, konsumsi susu botol
2. Usia ibu Usia kronologis; satuan waktu Dihitung sejak Akte kelahiran Menggunakan Kategorik
yang mengukur keberadaan dilahirkan hingga kurva ROC,
ibu, sejak dilahirkan hingga waktu diperiksa, ditentukan cut off
waktu diperiksa. dengan melihat point nya
tanggal lahir ibu.

Universitas Indonesia
41

NO. VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR ALAT UKUR UKURAN SKALA

3. Pendidikan ibu Pendidikan formal terakhir Pengumpulan Instrumen 0 : SMA-S2 Kategorik


yang diperoleh ibu dilihat dari informasi dengan kuesioner 1 : SD-SMP
bukti fisik ijazah yang ada. lembar pertanyaan pertanyaan no. 2
kuesioner.
4. Pendapatan Jumlah kumulatif pendapatan Pengumpulan Instrumen Menggunakan Kategorik
keluarga keluarga dalam 1 bulan yang informasi dengan kuesioner kurva ROC,
diterima orang tua dari hasil lembar pertanyaan pertanyaan no. ditentukan cut off
pekerjaan. kuesioner. 3. point nya

5. Sikap ibu Pola perilaku, pendapat, Pengumpulan Instrumen Menggunakan Kategorik


tendensi atau kesiapan informasi dengan kuesioner kurva ROC,
antisipatif ibu dalam lembar pertanyaan pertanyaan no. ditentukan cut off
menyesuaikan diri dalam hal kuesioner. 4. point nya
kesehatan gigi dan mulut.
Diukur dengan alat ukur
kuesioner.
6. Pengetahuan ibu Pengetahuan ibu tentang Pengumpulan Instrumen Menggunakan Kategorik
kesehatan gigi dan mulut. informasi dengan kuesioner kurva ROC,
Diukur dengan menggunakan lembar pertanyaan pertanyaan no. ditentukan cut off
alat ukur kuesioner. kuesioner. 5. point nya

Universitas Indonesia
42

NO. VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR ALAT UKUR UKURAN SKALA

7. Riwayat karies ibu Lesi karies pada gigi ibu, Pemeriksaan klinis Pemeriksaan 0 : Tidak ada Kategorik
diperiksa secara klinis, dapat intra oral klinis intra oral 1 : Ada
dilihat dengan kasat mata atau dengan bantuan
dengan WHO probe, tidak kaca mulut dan
termasuk di dalamnya abrasi, WHO probe.
erosi, atrisi, gangguan tumbuh
kembang gigi, dan white spot.
Penilaian dilakukan di
8. Indeks plak (IP) ibu Indeks untuk mengukur permukaan, bukal, Pemeriksaan Menggunakan Kategorik
keberadaan plak yang lingual, mesial, distal. klinis intra oral kurva ROC,
bertujuan untuk mengukur Metode yang dipakai: dengan bantuan ditentukan cut off
skor plak berdasarkan lokasi Metode Loe and Silness. kaca mulut dan point nya
dan kuantitas plak yang Penilaian Indeks plak sonde.
berada dekat margin gingiva. setiap area diperoleh
dengan cara
Gigi yang diperiksa menurut menjumlahkan nilai dari
Metode Loe and Sillness keempat permukaan
adalah : 16, 12, 24, 36, 32, 44. setiap gigi. Jumlah nilai
indeks plak setiap area
dibagi empat, maka
diperoleh indeks plak
untuk gigi. Nilai indeks
plak tiap orang didapat
dengan cara
menjumlahkan nilai
indeks plak setiap gigi
kemudian dibagi jumlah
gigi yang diperiksa.

Universitas Indonesia
43

NO. VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR ALAT UKUR UKURAN SKALA

9. pH saliva ibu Derajat keasaman saliva ibu. Pengambilan saliva Dental saliva Menggunakan Kategorik
antara jam 8-10 pagi. pH indicator. kurva ROC,
Subjek diinstruksikan ditentukan cut off
untuk tidak makan point nya
dan minum 1 jam
sebelum pengambilan
saliva. Saliva
ditampung dalam
cawan khusus,
dimasukkan ke dalam
larutan khusus, dilihat
perubahan warnanya.
pH saliva diukur
berdasarkan
perubahan warna
pada indikator.
10. Usia anak Satuan waktu yang mengukur Dihitung sejak Akte kelahiran. Menggunakan Kategorik
keberadaan anak, sejak dilahirkan hingga kurva ROC,
dilahirkan hingga waktu waktu diperiksa. ditentukan cut off
diperiksa. point nya

11. Gender Perbedaan yang tampak pada Diukur berdasarkan Pengamatan Kategorik
laki-laki dan perempuan, pengamatan fisik langsung. 0 : Perempuan
apabila dilihat dari anatomi secara langsung. 1 : Laki-laki
tubuh, biologis, nilai dan
perilaku.
Universitas Indonesia
44

NO. VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR ALAT UKUR UKURAN SKALA

12. Riwayat kesehatan Anak dengan karakteristik Diukur berdasarkan Pengamatan Kategorik
umum anak khusus yang berbeda dengan pengamatan fisik langsung. 0 : Anak normal
anak pada umumnya tanpa secara langsung. 1: Anak
selalu menunjukan pada berkebutuhan
ketidakmampuan mental, khusus
emosi atau fisik. Termasuk
disini adalah mental retardasi,
developmental disabilities,
cerebral palsy, craniofacial
abnormalities, dan seizure
disorders.
13. Lesi white spot Lesi berupa bercak putih Pengamatan secara Pemeriksaan Kategorik
buram pada permukaan email visual. Gigi klinis intra oral 0: Tidak ada white
yang disebabkan oleh proses dibersihkan dari dengan bantuan spot
1: Ada white spot
demineralisasi email. debris, dikeringkan kaca mulut dan
dengan kapas. WHO probe.

Universitas Indonesia
45

NO. VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR ALAT UKUR UKURAN SKALA

14. Indeks plak anak Indeks untuk mengukur Penilaian dilakukan di Pemeriksaan Menggunakan kurva Kategorik
keberadaan plak yang bertujuan permukaan, bukal, klinis intra oral ROC, ditentukan cut
untuk mengukur skor plak lingual, mesial, distal. dengan bantuan off point nya
berdasarkan lokasi dan kuantitas Metode yang dipakai: kaca mulut dan
plak yang berada dekat margin Metode Loe and sonde.
gingiva. Silness. Penilaian
Indeks plak setiap area
Gigi yang diperiksa menurut
diperoleh dengan cara
Metode Loe and Silness adalah:
menjumlahkan nilai
55, 52, 64, 75, 72, 84.
dari keempat
permukaan setiap gigi.
Jumlah nilai indeks
plak setiap area dibagi
empat, maka diperoleh
indeks plak untuk gigi.
Nilai indeks plak tiap
orang didapat dengan
cara menjumlahkan
nilai indeks plak setiap
gigi kemudian dibagi
jumlah gigi yang
diperiksa.
15. pH saliva anak Derajat keasaman saliva anak. pH saliva diukur Dental saliva pH Menggunakan kurva Kategorik
dengan meletakkan indicator ROC, ditentukan cut
indicator strip paper di off point nya
bawah lidah anak,
sampai basah secara
menyeluruh, diambil
dan dilihat perubahan
warnanya.

Universitas Indonesia
46

NO. VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR ALAT UKUR UKURAN SKALA

16. Kebiasaan Kebiasaan menggosok gigi Pengumpulan Instrumen Skor gosok gigi : Kategorik
menggosok gigi dan memakai pasta gigi yang informasi dengan kuesioner 0: 2-3 kali/hari
sering dilakukan anak. lembar pertanyaan pertanyaan no. 1: Jarang – 1 kali
kuesioner. 9. hari
Skor penggunaan
pasta gigi :
0 : Selalu
1 : Kadang-
kadang +
tidak pernah

17. Kebiasaan Frekuensi anak makan Pengumpulan Instrumen Berapa kali di Kategorik
mengemil camilan camilan manis mengandung informasi dengan kuesioner antara waktu
gula di antara 2 waktu makan lembar pertanyaan pertanyaan no. makan utama,
utama. kuesioner. 10. menggunakan
kurva ROC,
ditentukan cut off
point nya
18. Kebiasaan minum Frekuensi anak minum Pengumpulan Instrumen Berapa kali di Kategorik
manis minuman manis mengandung informasi dengan kuesioner antara waktu
gula di antara 2 waktu makan lembar pertanyaan pertanyaan no. makan utama,
utama. kuesioner. 11. menggunakan
kurva ROC,
ditentukan cut off
point nya

Universitas Indonesia
47

NO. VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR ALAT UKUR UKURAN SKALA

19. Konsumsi susu Cara anak minum susu dalam Pengumpulan Instrumen Skor : Kategorik
botol botol, minum susu botol informasi dengan kuesioner 0: Tidak minum
hingga tertidur, tidur sambil lembar pertanyaan pertanyaan no. susu botol
minum susu botol. kuesioner. 12. 1: Minum
susu botol
Skor cara minum
susu dalam botol:
0: Tidak diminum
hingga tidur
1: Diminum
hingga tidur

Universitas Indonesia
48

4.6 Alir Penelitian

Survei Pendahuluan

Identifikasi Faktor Risiko Diskusi Pakar


Karies Ibu dan Anak Kajian Literatur
Pengalaman Klinis
Kondisi Masyarakat

Pembuatan Instrumen Penelitian

Persetujuan Etik

Seleksi Sampel

Informasi dan Lembar Persetujuan kepada Orang Tua

Uji Coba dan Validasi Instrumen Penelitian

Pengambilan Data
(Pengisian kuesioner dan pemeriksaan intra oral)

Pengolahan dan Analisis Data

Aplikasi ke dalam Perangkat Lunak Komputer

Uji Coba Perangkat Lunak Komputer

Gambar 4.2. Rangkuman Alir Penelitian

Universitas Indonesia
49

4.7 Cara Kerja

4.7.1 Survei Pendahuluan, Identifikasi Faktor Risiko Karies Ibu dan Anak

Tujuan tahap ini adalah mempelajari daerah penelitian dan identifikasi faktor risiko
karies ibu dan anak. Langkah awal yang dilakukan adalah mempelajari keadaan
masyarakat setempat, misalnya tentang keadaan sosial ekonomi dan kebiasaan dan
perilaku kesehatan gigi dan mulut sehari- hari.

4.7.2 Pembuatan Instrumen Penelitian (Kuesioner)

Tujuan tahap ini adalah membuat instrumen penelitian yang dapat dipakai sebagai alat
untuk mengukur risiko terjadinya karies pada anak. Pada penelitian ini untuk
menentukan variabel dan item kuesioner melibatkan tiga orang pakar. Peneliti bersama
para pakar mendiskusikan faktor-faktor risiko karies pada ibu dan anak, diperkaya
dengan beberapa literatur, pengalaman klinis dan pertimbangan kondisi masyarakat
setempat. Penyusunan kuesioner merujuk kepada Skala Likert, yang memang banyak
digunakan untuk mengukur penelitian tentang opini, kepercayaan, dan sikap.

Pertanyaan dalam kuesioner terdiri dari pertanyaan mengenai sikap dan pertanyaan
mengenai pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut. Responden diminta untuk
menjawab tingkat persetujuan mereka pada pernyataan dalam kuesioner. Jawaban diberi
skor 1 sampai 4, untuk pertanyaan sikap ibu dan skor 1 sampai 5 untuk pertanyaan
pengetahuan ibu. Pernyataan atau pertanyaan dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak
menimbulkan suatu kecenderungan tertentu. Pertanyaan terdiri dari 5 pertanyaan
tentang sikap ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut, dan 5 pertanyaan tentang
pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut. Responden diminta menjawab
pertanyaan dengan dibantu menulis oleh peneliti. Selain itu, kuesioner juga berisi
tentang pertanyaan kebiasaan mengemil, kebiasaan minum manis, kebiasaan
menggosok gigi dan kebiasaan minum susu botol.

4.7.3 Validasi Kuesioner dan Pengambilan Data

Tujuan penelitian tahap ini adalah 1) melihat validitas dan reliabilitas kuesioner dan 2)
mengambil data penelitian dari subjek. Validasi kuesioner dilakukan pada total sampel

Universitas Indonesia
50

penelitian. Pengambilan data meliputi wawancara kuesioner dan pemeriksaan klinis


(Gambar 4.3 dan 4.4). Sebelum penelitian dimulai, setiap subjek penelitian
mendapatkan penjelasan informasi tentang maksud dan tujuan penelitian, kemudian
dilakukan pengisian lembar persetujuan atau informed consent. Responden diminta
menjawab pertanyaan dengan dibantu menulis oleh peneliti. Peneliti melakukan
pemeriksaan sendiri pada variabel yang membutuhkan pengamatan spesifik. Variabel
tersebut adalah: karies, lesi whitespot, indeks plak, dan pH saliva. Pada variabel lain
yang tidak membutuhkan pengamatan khusus, peneliti dibantu asisten peneliti. Asisten
peneliti dalam hal ini adalah mahasiswa semester 8 Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Trisakti. Variabel tersebut yaitu: usia, pendidikan, gender, pendapatan
keluarga, kesehatan umum, frekuensi mengemil, frekuensi minum manis, kebiasaan
menggosok gigi, dan konsumsi susu botol.

Gambar 4.3. Proses Wawancara Kuesioner

Gambar 4.4. Proses Pemeriksaan Klinis Intra Oral

Universitas Indonesia
51

Variabel yang memerlukan pemeriksaan spesifik dan prosedur tertentu, yaitu :


Pengukuran derajat keasaman (pH) saliva.

Sebelum pemeriksaan, subjek diinstruksikan tidak makan atau minum selama 1 jam.
Pemeriksaan dilakukan pada jam 8-10 pagi. Ibu diminta meludahkan saliva ke dalam
cawan, kemudian Saliva pH paper dicelupkan ke dalam cawan, setelah 10 detik,
kemudian dicocokkan perubahan warna pada pH paper dengan warna pada saliva pH
indicator result chart untuk menentukan derajat keasaman (pH) saliva. Pada subjek
anak, pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan pH paper di bawah lidah, setelah
basah secara menyeluruh, kemudian, dicocokkan perubahan warnanya (Gambar 4.5).

Gambar 4.5. Pemeriksaan pH Saliva

4.8 Manajemen dan Analisis data

Semua data yang diperlukan, tercatat dalam lembar pengambilan data dan diinput ke
dalam komputer untuk diolah secara statistik dengan urutan sebagai berikut:72

4.8.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner.

Analisis data diawali dengan dengan uji validitas dan reliabilitas kuesioner. Validitas
yang dilihat adalah validitas isi dan validitas konstruksi. Pengujian dilakukan dengan
cara masing-masing item item kuesioner dikorelasikan dengan skor total Validitas
kuesioner diukur dengan melihat nilai koefisien korelasi. Reliabilitas instrumen
penelitian dinilai dengan melihat koefisien Cronbach’s Alpha.

Universitas Indonesia
52

Interpretasi Cronbach’sAlpha:
0,8 - 10 = reliabilitas baik
0,6 - 0,799 = reliabilitas diterima
< 0,6 = reliabilitas kurang baik
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada total subjek penelitian.

4.8.2 Penilaian Risiko Karies.

Data yang diperoleh dianalisis statistik secara deskriptif dan analitik dengan urutan
sebagai berikut:
1. Analisis deskriptif karakter subjek penelitian yaitu ibu dan anak. Data deskriptif
disajikan dalam bentuk tabel.
2. Analisis bivariat faktor risiko karies dari ibu dengan terjadinya karies pada anak.
3. Analisis bivariat faktor risiko karies dari anak dengan terjadinya karies pada anak.
4. Analisis multivariat regresi logistik
Analisis multivariat mengikutsertakan seluruh variabel terikat penelitian, dengan
pertimbangan: 1) penggunaan batasan p < 0,25 tidak terdapat referensi berbasis
matematis, 2) penggunaan p < 0,25 semata-mata untuk memudahkan prosesor pada
penggunaan personal computer (PC) yang lama, 3) bila secara statistik, terdapat
variabel terikat pada penelitian ini dengan p > 0,25, tetapi secara substansi dan
teoritis variabel tersebut penting, maka akan hilang kesempatan untuk melihat
perannya di analisis multivariat.
5. Selanjutnya akan dihasilkan suatu model persamaan matematika regresi logistik
yang kualitasnya dinilai dengan parameter:
- Kalibrasi dengan Uji Hosmer and Lameshow, dengan p > 0,05.
- Diskriminasi: kemampuan untuk membedakan apakah pada seorang anak
memang akan timbul lesi karies atau tidak. Hal ini dilakukan melihat Area
Under Curve (AUC).
Interpretasi nilai AUC:
50% - 60% = sangat lemah
60% - 70% = lemah
70% - 80% = sedang
80% - 90% = kuat
90% - 100% = sangat kuat
Universitas Indonesia
53

6. Penentuan Cut off Point


Penentuan cut off point dalam pembuatan model prediksi ini bertujuan untuk
mendapatkan suatu nilai yaitu titik potong untuk penggolongan anak-anak
kelompok risiko karies rendah dan risiko karies tinggi. Pada metode ini, akan
ditentukan titik potong yang optimal, baik dalam segi sensitivitas maupun
spesifisitas. Penentuannya adalah dengan menggunakan Receiver Operating
Characteristic (ROC), dengan perhitungan (spesifisitas + sensitivitas) – 1 = titik
potong optimal.

Selanjutnya dilakukan penghitungan nilai sensitivitas, nilai spesifisitas, nilai


positive predictive value (nilai duga positif), nilai negative predictive value (nilai
duga negatif), nilai positive likelihood ratio (rasio kemungkinan positif), dan nilai
negative likelihood ratio (rasio kemungkinan negatif) dari titik potong.

Dari model persamaan matematika regresi logistik yang dihasilkan, akan dapat
diketahui variabel-variabel yang paling berpengaruh terhadap timbulnya karies
pada anak.
7. Analisis Bivariat Kelompok Risiko dengan Karies Anak.
Analisis ini untuk melihat ada tidaknya perbedaan secara nyata antara kelompok
risiko dengan terjadinya karies pada anak.
8. Validasi Model: validasi dilakukan terhadap subset data yang dimiliki oleh
peneliti. Parameter yang dinilai adalah AUC.

4.8.3 Aplikasi Persamaan Regresi Logistik ke Perangkat Lunak Komputer

Model persamaan prediksi risiko karies yang diperoleh, selanjutnya diaplikasikan ke


dalam perangkat lunak komputer, dan akan muncul sebagai suatu web interaktif pada
personal computer sebagai suatu penilaian risiko karies pasien beserta manajemennya.

Universitas Indonesia
54

4.9 Etika Penelitian

Proposal penelitian telah diajukan ke Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia, karena subjek penelitian adalah makhluk hidup. Penelitian yang
dilakukan adalah pengisian kuesioner dan pemeriksaan intra oral pada setiap pasangan
ibu dan anaknya.

Sebelum penelitian dimulai, kepada subjek telah diberikan informasi mengenai tujuan
penelitian, manfaat penelitian penelitian dan prosedurnya. Informasi diberikan secara
tertulis dan subjek penelitian dimotivasi untuk mengikuti penelitian secara sukarela.
Apabila subjek penelitian bersedia mengikuti penelitian, maka diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan.

Jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah pengisian kuesioner, pemeriksaan gigi,


pengambilan sampel saliva, dan pengukuran indeks plak. Pemeriksaan gigi
menggunakan alat diagnostik standar sekali pakai. Pengambilan sampel saliva ibu
dilakukan dengan meludah di cawan. Pengukuran pH saliva di luar mulut, dan
dinyatakan aman merujuk pada Material Safety Data Sheet. Pengukuran pH saliva anak,
paper strip diletakkan di bawah lidah anak, kemudian dilihat perubahan warna
indikatornya. Semua tahap pemeriksaan dalam penelitian ini akan mengutamakan
kenyamanan dan keselamatan subjek.

Hasil penelitian ini akan dipakai sebagai dasar untuk menentukan penilaian risiko karies
gigi, serta penyusunan strategi manajemennya pada anak. Hal tersebut diharapkan akan
berkontribusi terhadap penurunan prevalensi karies anak di Indonesia.

Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Uji ini dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan
skor total, untuk mengetahui apakah kuesioner, reliabel dan valid untuk menilai,
memprediksi risiko terjadinya karies pada anak. Reliabilitas instrumen penelitian diukur
menggunakan uji reliabilitas Cronbach’sAlpha, sedangkan validitas diukur dengan
melihat koefisien korelasi (Tabel 5.1 dan 5.2).

Tabel 5.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap Ibu tentang Kesehatan
Gigi dan Mulut Anak
Korelasi terkoreksi Cronbach's Alpha
Pertanyaan antara item terhadap bila item
total dihilangkan

P4.1 Bagaimana pendapat ibu tentang menggosok 0,666 0,708


gigi setelah makan?

P4.2 Bagaimana pendapat ibu tentang penambalan 0,690 0,703


gigi yang berlubang?

P4.3 Bagaimana pendapat ibu tentang pencabutan 0,601 0,717


gigi yang telah rusak/sisa akar
Bagaimana pendapat ibu tentang gigi sulung
P4.4 adalah penting, meskipun nantinya akan tanggal 0,537 0,745
dan diganti gigi dewasa?
Bagaimana pendapat ibu tentang kontrol ke
P4.5 dokter gigi secara teratur perlu dilakukan 0,397 0,800
walaupun tidak ada keluhan?
Cronbach's alpha 0,775

Pada tabel 5.1 diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha adalah > 0,7 yaitu sebesar
0,775. Validitas kuesioner ditentukan oleh nilai koefisien korelasi terkoreksi antara item
terhadap total pada tiap pertanyaan. Kuesioner disebut valid bila dapat digunakan untuk
mengukur sesuatu hal. Pada tabel 5.1, nilai koefisien korelasi terkoreksi untuk semua
pertanyaan, yaitu > 0,3. Berdasar hasil yang diperoleh tersebut di atas, dapat dikatakan
bahwa lima pertanyaan mengenai sikap ibu tentang kesehatan gigi dan mulut adalah
valid dan reliabel (Tabel 5.1).

55 Universitas Indonesia
56

Tabel 5.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan Ibu tentang
Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Korelasi terkoreksi Cronbach's
Pertanyaan antara item terhadap Alpha bila item
total dihilangkan

P5.1 Makanan yang dapat menyebabkan gigi 0,587 0,527


berlubang
P5.2 Cara membersihkan plak gigi 0,368 0,632
P5.3 Waktu yang tepat untuk menggosok gigi 0,430 0,623
P5.4 Cemilan atau jajanan yang tidak merusak gigi 0,521 0,583
P5.5 Periode kontrol teratur ke dokter gigi 0,285 0,670

Cronbach's alpha 0,661

Pada tabel 5.2 terlihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha adalah < 0,7 yaitu sebesar 0,661.
Validitas kuesioner ditentukan oleh nilai korelasi terkoreksi antara item terhadap total
pada tiap pertanyaan. Kuesioner disebut valid bila dapat digunakan untuk mengukur
sesuatu hal. Pada tabel 5.2, terlihat nilai r < 0,4 untuk pertanyaan p5.2 dan p5.5.
Berdasar hasil yang diperoleh tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa pertanyaan
mengenai pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut anak adalah kurang
reliabel, sehingga diputuskan untuk variabel pengetahuan ibu, pertanyaannya
dimasukkan satu per satu ke analisis multivariat. Tujuannya adalah untuk 1) mencari
item pertanyaan yang signifikan berkaitan dengan karies, dan 2) membangun strategi
promosi kesehatan dengan mengubah pengetahuan keluarga.

5.2 Penilaian Risiko Karies

5.2.1 Deskripsi Subjek Penelitian

Total subjek yang telah diperiksa dan dikumpulkan datanya pada penelitian ini adalah
sebanyak 248 pasangan ibu dan anak. Jumlah tersebut memenuhi jumlah minimum
sampel yaitu 194. Subjek adalah anggota Posyandu atau siswa-siswi PAUD beserta
ibunya yang berasal dari enam RW. Pemeriksaan meliputi wawancara kuesioner dan
pemeriksaan intra oral. Tabel 5.3 dan 5.4 di bawah ini, menggambarkan deskripsi
karakteristik subjek ibu dan anak, termasuk di dalamnya variabel yang diperiksa beserta
besaran angka hasil pengukurannya.

Universitas Indonesia
57

5.2.1.1 Karakteristik Ibu (n=248)

Tabel 5.3. Karakteristik Ibu


Variabel n (%)
Usia ibu ≥ 33,5 128 (51,6)
< 33,5 120 (48,4)
Pendidikan akhir ibu S2 4 (1,6)
S1 30 (12,1)
Akademi 33 (13,3)
SMA 106 (42,7)
SMP 42 (16,9)
SD 33 (13,3)
Pendapatan keluarga/bulan ≤1.850.000 23 (9,3)
>1.850.000 225 (90,7)
Sikap ibu <8,5 212 (85,5)
8,5 36 (14,5)
Pengetahuan ibu
p5.1 Tentang makanan 0 31 (12,5)
penyebab gigi berlubang 1 217 (87,5)
p5.2 Tentang cara pembersihan 0 48 (19,4)
plak gigi 1 200 (80,6)
p5.3 Tentang waktu 0 50 (20,2)
menggosok gigi 1 198 (79,8)
p5.4 Tentang makanan 0 38 (15,3)
yang tidak merusak gigi 1 210 (84,7)
p5.5 Tentang kontrol periodik 0 94 (37,9)
ke dokter gigi 1 154 (62,1)
Karies ibu Ada karies 230 (92,7)
Tidak ada karies 18 (7,3)
Indeks plak ibu Indeks plak 2-3 93 (37,5)
Indeks plak 0-1 155 (62,5)
pH saliva ibu < 6,3 87 (35,1)
≥ 6,3 161 (64,9)

Universitas Indonesia
58

5.2.1.2 Karakteristik Anak (n=248)

Tabel 5.4. Karakteristik Anak


Variabel n (%)
Usia anak ≥46,5 131 (52,8)
<46,5 117 (47,2)
Gender anak Laki-laki 122 (49,2)
Perempuan 126 (50,8)
Riwayat kesehatan umum anak Anak normal 248 (100)
Anak berkebutuhab khusus 0 (0,0)
Lesi white spot Ada white spot 207 (83,5)
Tidak ada white spot 41 (16,5)
Karies anak Ada karies 207 (83,5)
Tidak ada karies 41 (16,5)
Indeks plak anak Indeks plak 1,2,3 219 (88,3)
Indeks plak 0 29 (11,7)
pH saliva anak < 6,3 65 (26,2)
≥ 6,3 183 (73,8)
Frekuensi gosok gigi Jarang-1x/hari 36 (14,5)
2-3 kali/hari 212 (85,5)
Pasta gigi Kadang-kadang+tidak pernah 11 (4,4)
Selalu 237 (95,6)
Kebiasaan anak mengemil ≥ 3 kali 150 (60,5)
< 3 kali 98 (39,5)
Kebiasaan anak minum manis ≥ 2 kali 159 (64,1)
< 2 kali 89 (35,9)
Konsumsi susu botol Minum susu dalam botol 114 (45,9)
Tidak minum susu dalam botol 134 (54,1)
Cara minum dot Dibawa hingga tidur 103 (41,5)
Tidak dibawa hingga tidur 145 (58,5)

Universitas Indonesia
59

5.2.2 Hasil Analisis Bivariat

5.2.2.1 Analisis Bivariat Faktor Risiko Karies dari Ibu

Tabel 5.5. Analisis Bivariat Faktor Risiko Karies dari Ibu


Karies pada Anak Nilai p OR IK95% - OR
Variabel
(+) (-) Min Maks
Usia ibu (Tahun)
≥ 33,5 107 (51,7) 21 (51,2) 1,000 1,02 0,52 2,00
< 33,5 100 (48,3) 20 (48,8)
Pendidikan
SD-SMP 68 (32,9) 7 (17,1) 0,044 2,38 1,01 5,64
SMA-S2 139 (67,1) 34 (82,9)
Pendapatan
keluarga/bulan
≤1.850.000 22 (10,6) 1 (2,4) 0,175 4,76 0,62 36,33
>1.850.000 185 (89,4) 40 (97,6) 4,76 1,12 7,27
Sikap ibu
<8,5 25 (12,1) 11 (26,8) 0,027 2,67 1,19 5,99
8,5 182 (87,9) 30 (73,2)
Pengetahuan Ibu
p5.1 Tentang 0 30 (14,5) 1 (2,4) 0,061 6,78 0,90 51,19
makanan 6,78 1,56 9,70
1 177 (85,5) 40 (97,6)
penyebab
gigi berlubang
p5.2 Tentang cara
pembersihan 0 45 (21,7) 3 (7,3) 0,033 3,52 1,04 11,93
plak gigi 1 162 (78,3) 38 (92,7) 3,52 1,29 13,20

p5.3 Tentang waktu 0 47 (22,7) 3 (7,3) 0,042 3,72 1,09 12,06


menggosok gigi 1 160 (22,3) 38 (92,7) 3,72 1,39 13,09

p5.4 Tentang 0 36 (17,4) 2 (4,9) 0,073 4,11 0,95 17,78


makanan yang
tidak merusak 1 171 (82,6) 39 (95,1) 4,11 1,27 10,82
gigi
p5.5 Tentang kontrol 0 83 (40,1) 11 (26,8) 0,155 1,83 0,87 3,84
periodik ke 1 124 (59,9) 30 (73,2) 1,83 0,92 4,46
dokter gigi
Karies ibu
Ada karies 197 (95,2) 33 (80,5) 0,003 4,78 1,76 12,98
Tidak ada karies 10 (4,8) 8 (19,5)
Indeks plak ibu
Indeks plak 2-3 85 (41,1) 8 (19,5) 0,015 2,87 1,27 6,53
Indeks plak 0-1 122 (58,9) 33 (80,5)
pH saliva ibu
< 6,3 75 (36,2) 12 (29,3) 0,500 1,37 0,66 2,85
≥ 6,3 132 (63,8) 29 (70,7)
Uji Chi-Square
= Nilai OR dan IK95% dari uji Chi-Square Bootstrap

Universitas Indonesia
60

Hasil analisis bivariat faktor risiko karies dari ibu untuk terjadinya karies pada anak,
menunjukkan nilai p dari tiap variabel (Tabel 5.5). Variabel usia ibu (p=1), pendidikan
ibu (p=0,044), pendapatan keluarga (p=0,175), sikap ibu (p=0.027), pengetahuan ibu
(p=0,061; p=0,033; p=0,042; p=0,073; p=0,155), karies ibu (p=0,003), indeks plak ibu
(p=0,015), usia ibu (p=1), dan pH saliva ibu (p=0,5). Semua variabel risiko dari ibu
tersebut, kecuali variabel usia ibu akan diikutsertakan pada analisis multivariat regresi
logistik.

5.2.2.2 Analisis Bivariat Faktor Risiko Karies dari Anak


Tabel 5.6. Analisis Bivariat Faktor Risiko Karies dari Anak
Karies pada Anak Nilai p OR IK95% - OR
Variabel
(+) (-) Min Maks
Usia anak (Bulan)
≥46,5 111 (53,6) 20 (48,8) 0,692 1,21 0,62 2,37
<46,5 96 (46,4) 21 (51,2)
Gender anak
Laki-laki 108 (52,2) 14 (34,1) 0,035 2,11 1,04 4,24
Perempuan 99 (47,8) 27 (65,9)
Lesi white spot
Ada white spot 184 (88,9) 23 (56,1) <0,001 6,26 2,95 13,31
Tidak ada white spot 23 (11,1) 18 (43,9)
Indeks plak anak
Indeks Plak 1,2,3 198 (95,7) 21 (51,2) <0,001 20,95 8,47 51,86
Indeks Plak 0 4,3 (207) 20 (48,8)
pH Saliva anak
< 6,3 61 (29,5) 4 (9,8) 0,015 3,87 1,32 11,31
≥ 6,3 146 (70,5) 37 (90,2)
Frek gosok gigi
Jarang-1x/hari 33 (15,9) 3 (7,3) 0,234 2,40 0,70 8,24
2-3 kali/hari 174 (84,1) 38 (92,7)
Pasta gigi
Kadang kadang+ tidak 9 (4,3) 2 (4,9) 1,000 0,89 0,18 4,26
pernah
Selalu 198 (95,7) 39 (95,1)
Kebiasaan anak
mengemil
≥3 kali 126 (60,9) 24 (58,5) 0,917 1,10 0,56 2,18
< 3 kali 81 (39,1) 17 (41,5)
Kebiasaan anak minum
manis
≥ 2 kali 134 (64,7) 25 (61,0) 0,779 1,18 0,59 2,34
<2 kali 73 (35,3) 16 (39,0)
Konsumsi susu botol
Minum susu dalam botol 96 (46,4) 18 (43,9) 0,905 1,11 0,56 2,17
Tidak minum susu dalam 111 (53,6) 23 (56,1)
botol
Cara minum dot
Dibawa hingga tidur 104 (50,2) 11 (26,8) 0,010 2,75 1,31 5,79
Tidak dibawa hingga 103 (49,8) 30 (73,2)
tidur
Uji Chi-Square
Universitas Indonesia
61

Hasil uji bivariat faktor risiko karies dari anak untuk terjadinya karies pada anak,
memperlihatkan nilai p dari tiap variabel (Tabel 5.6). Variabel gender anak (p=0,035),
lesi white spot (p<0,01), indeks plak anak (p<0,001), pH saliva anak (p=0,001), variabel
menggosok gigi (frekuensi gosok gigi p=0,234), konsumsi susu botol; cara minum dot
(p=0,010),variabel usia anak (p=0,692), variabel kebiasaan menggosok gigi anak
(penggunaan pasta gigi p=1), kebiasaan mengemil anak (p=0,917), kebiasaan anak
minum manis (p=0,779) dan konsumsi susu botol (minum susu dalam botol p=0,365).
Semua variabel faktor risiko dari anak tersebut akan diikutsertakan pada analisis
multivariat regresi logistik.

5.2.3 Analisis Multivariat Karies Anak

Tabel 5.7. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Karies Anak Step 1
IK95%
Variabel B S.E Nilai p OR
Min Maks
Step 1 Usia Anak (≥46,5) 0,456 0,498 0,360 1,58 0,59 4,19
Cara Minum Dot (dibawa hingga
tidur) 2,232 0,840 0,008 9,32 1,80 48,37
Penggunaan Pasta Gigi(Kadang-
kadang+tidak pernah) 0,132 1,025 0,898 1,14 0,15 8,51
Kebiasaan Ngemil (≥3) 0,287 0,521 0,582 1,33 0,48 3,70
Kebiasaan Minum Manis (≥2) -0,139 0,535 0,795 0,87 0,30 2,48
Sikap Ibu(<8,5) 1,475 0,651 0,023 4,37 1,22 15,65
P51(Skor 0) 1,387 1,218 0,255 4,00 0,37 43,59
P52 (Skor 0) 1,287 0,829 0,120 3,62 0,71 18,39
P53 (Skor 0) 0,044 0,810 0,956 1,05 0,21 5,11
P54 (Skor 0) 0,756 0,960 0,431 2,13 0,32 13,97
P55 (Skor 0) 0,339 0,573 0,554 1,40 0,46 4,31
Pendidikan Ibu(SD-SMP) 0,475 0,643 0,460 1,61 0,46 5,67
Pendapatan Keluarga (≤1.850.000) 1,297 1,265 0,305 3,66 0,31 43,64
Karies Ibu (Ada Karies) 0,143 0,931 0,878 1,15 0,19 7,15
Indeks Plak Ibu(Indeks Plak Ibu
2&3) 0,651 0,548 0,235 1,92 0,66 5,61
pH Saliva Ibu (<6,3) 0,018 0,551 0,974 1,02 0,35 2,99
Indeks Plak Anak (Indeks Plak
1,2,3) 3,082 0,697 0,000 21,81 5,57 85,42
pH Saliva Anak (<6,3) 2,073 0,804 0,010 7,95 1,64 38,41
Konsumsi Susu Botol (Tidak
Minum Susu dalam Botol) 1,560 0,820 0,057 4,76 0,95 23,71
Jenis Kelamin (Laki-laki) 0,671 0,500 0,179 1,96 0,73 5,21
White Spot (Terdapat White spot) 1,112 0,588 0,058 3,04 0,96 9,62
Konstan -12,707 2,896 0,000 0,00
Uji Regresi Logistik

Universitas Indonesia
62

Tabel 5.8. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Karies Anak Step Akhir
IK95%
Variabel B S.E Nilai p OR
Min Maks
Step 14 Cara Minum Dot 2,039 0,730 0,005 7,69 1,84 32,13
Sikap Ibu 1,282 0,570 0,024 3,61 1,18 11,01
P5.1 1,679 1,183 0,156 5,36 0,53 54,47
P5.2 1,264 0,788 0,109 3,54 0,76 16,57
Indeks Plak Anak 3,134 0,629 <0,001 22,97 6,70 78,72
pH Saliva Anak 1,881 0,715 0,009 6,56 1,62 26,67
Konsumsi Susu Botol 1,573 0,710 0,027 4,82 1,20 19,39
White Spot 1,205 0,533 0,024 3,34 1,17 9,49
Konstan -8,911 1,698 <0,001 0,000
Regresi Logistik, Uji Hosmer and Lemeshow = 0,770, AUC 0,879 IK95% 0,820-0,939

Probabilitas dihitung dengan rumus 1/(1+exp[-y]).


y = -8,911+ 2,039 * Cara Minum Dot + 1,282*Sikap Ibu + 1,679*P5.1 + 1,264*P5.2 +
3,134*Indeks Plak Anak + 1,881* pH Saliva Anak + 1,573*Konsumsi Susu Botol +
1,205*White Spot

Tabel 5.7 menunjukkan hasil analisis step 1 Uji Multivariat Regresi Logistik dan Tabel
5.8 memperlihatkan hasil akhir Uji Multivariat Regresi Logistik. Variabel-variabel pada
step akhir tersebut akan masuk dalam model prediksi risiko terjadinya karies pada anak.
Variabel tersebut adalah : cara minum dot, sikap ibu, pengetahuan ibu tentang makanan
yang menyebabkan gigi berlubang, pengetahuan ibu tentang cara pembersihan plak,
indeks plak anak, pH saliva anak, konsumsi susu botol, dan lesi white spot.

5.2.4 Kualitas Model

Model yang dihasilkan tersebut di atas dinilai kualitasnya dengan parameter:


1. Kalibrasi dengan Uji Hosmer and Lemeshow dan didapatkan p > 0,05.
2. Diskriminasi: kemampuan untuk membedakan apakah pada seorang anak
memang akan timbul lesi karies atau tidak. Hal ini dilakukan dengan melihat Area
Under Curve (AUC), yaitu = 0,879.

5.2.5 Penentuan Cut off Point

Pada model prediksi ini, cut off point dibuat untuk menentukan titik potong yang
optimal untuk penggolongan anak dengan risiko karies rendah dan anak dengan risiko

Universitas Indonesia
63

karies tinggi. Klasifikasi kelompok risiko karies dibuat berdasarkan kurva Receiver
Operating Characteristic (ROC)(Gambar 5.1).

Gambar 5.1. Kurva ROC Nilai Probabilitas Model terhadap Karies Anak

Pada pembuatan kurva ROC nilai probabilitas model terhadap karies anak melalui
analisis statistik, didapatkan nilai coordinates of the curve yang terdiri dari positive if
greater than or equal to, nilai sensitivity, dan nilai 1-specificity (Gambar 5.1). Titik
potong yang optimal baik dari segi sensitivitas maupun spesitifitas dihitung dari
(spesifisitas + sensitifitas ) -1. Berdasarkan analisis tersebut, didapatkan hasil bahwa
0,878 merupakan titik potong paling optimal untuk kelompok risiko karies. Nilai
sensitivitas dan spesifisitas juga digambarkan ke dalam grafik garis untuk mendapatkan
titik potongnya (Gambar 5.2).

Universitas Indonesia
64

Gambar 5.2. Grafik Garis antara Nilai Sensitivitas dan Nilai Spesifisitas
Coordinates of The Curve

Jadi berdasarkan perhitungan dan analisis tersebut di atas, titik potong untuk klasifikasi
kelompok risiko karies berdasarkan kurva ROC adalah:
1) Risiko tinggi jika probabilitas ≥ 0,878
2) Risiko rendah jika probabilitas < 0,878

Pada perhitungan probabilitas tersebut di atas, didapatkan gambaran frekuensi dari


masing-masing kelompok risiko (Tabel 5.9). Di antara 248 subjek anak yang diteliti,
diketahui kelompok risiko tinggi mempunyai jumlah yang lebih besar yaitu sebanyak
183 subjek anak, sedangkan risiko rendah sebanyak 65 subjek anak.

Tabel 5.9. Frekuensi Tiap Kategori Risiko Karies pada Anak

Kategori Frekuensi

Risiko Tinggi 183 (73,8)


Risiko Rendah 65(26,2)

Universitas Indonesia
65

5.2.6 Nilai Sensitivitas, Spesifisitas, Nilai Duga Positif, Nilai Duga negatif, Rasio
Kemungkinan Positif, Rasio Kemungkinan Negatif dari Titik Potong.

1) Nilai sensitivitas =
Interval Kepercayaan = 78,34% - 88,42%

2) Nilai spesifisitas =
Interval Kepercayaan = 63,29% - 88,00%

3) Nilai duga positif = %


Interval Kepercayaan = 90,92%-97,39%

4) Nilai duga negatif =


Interval Kepercayaan = 37,46%-61,08%

5) Rasio kemungkinan positif =


Interval Kepercayaan = 2,14 - 6,84

6) Rasio kemungkinan negatif =


Interval Kepercayaan = 0,14 – 0,29

5.2.7 Analisis Bivariat Kelompok Risiko dengan Karies Anak

Tabel 5.10. Hasil Uji Chi-Square Kelompok Risiko Karies Tinggi dan Rendah
dengan Karies Anak
Karies Anak IK 95%
Nilai p Nilai OR
(+) (-) Min Maks
Risiko Karies 174 (95,1) 9 (4,9) <0,001 18,75 8,19 42,90
Tinggi
Risiko Karies 33 (50,8) 32 (49,2)
Rendah
Uji Chi-square dengan continuity correction

Pada tabel 5.10 di atas, terlihat bahwa pada kelompok anak risiko tinggi, kemungkinan
terjadinya karies adalah lebih tinggi (174 anak) dibanding tidak terjadi karies (9 anak).
Pada kelompok anak risiko rendah, kemungkinan terjadi karies dan tidak terjadi karies
hampir sama, yaitu 33 dan 32 anak.

Universitas Indonesia
66

5.2.8 Validasi Model

Tabel 5.11. Nilai AUC dari Validasi terhadap Model

AUC IK95% Nilai p


Min Maks
Validasi 1 0,930 0,879 0,981 <0,001
Validasi 2 0,859 0,794 0,924 <0,001
Validasi 3 0,903 0,850 0,956 <0,001
Validasi 4 0,896 0,845 0,946 <0,001
Validasi 5 0,901 0,845 0,956 <0,001
Validasi 6 0,933 0,883 0,982 <0,001
Validasi 7 0,858 0,792 0,925 <0,001
Validasi 8 0,907 0,861 0,953 <0,001
Validasi 9 0,838 0,756 0,920 <0,001
Validasi 10 0,889 0,835 0,942 <0,001
Keterangan: setiap validasi dilakukan pada 80% subjek penelitian secara acak

Pada tabel 5.11 di atas, terlihat bahwa nilai AUC tiap validasi adalah konstan, dalam arti
nilai besarannya relatif stabil, tidak berbeda jauh pada validasi yang satu dengan
validasi yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa model yang dihasilkan mempunyai
diskriminasi yang baik.

5.2.9 Aplikasi Model Prediksi Risiko Karies ke Perangkat Lunak Komputer

Model prediksi risiko karies yang telah diperoleh, selanjutnya diaplikasikan ke dalam
perangkat lunak komputer, dan akan muncul sebagai suatu Web interaktif penilaian
risiko karies pada pasien anak dengan dua kelompok risiko yaitu risiko rendah dan
risiko tinggi beserta manajemennya.

Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN

Karies gigi adalah suatu penyakit infeksius kronis yang paling banyak dijumpai di
masyarakat pada semua ras, gender, tingkat sosial ekonomi dan kelompok usia.
Prevalensi karies pada beberapa tahun terakhir, khususnya di negara berkembang,
menunjukkan proporsi yang signifikan pada anak usia di bawah 3 tahun dan anak usia
prasekolah.6,26 Prevalensi karies pada anak usia pra sekolah di Indonesia sendiri adalah
sebesar 85,17%, dengan tingkat keparahan (def-t) 6,03 gigi per anak. Walaupun banyak
upaya pencegahan mutakhir dan signifikan telah dilakukan, tetapi karies gigi tetap
menjadi salah satu penyakit infeksius yang paling banyak dijumpai pada anak.4
Berdasarkan hal tersebut, para dokter gigi perlu memulai sesuatu hal yang baru yang
membutuhkan perangkat dan metode yang lebih bervariasi, tidak hanya berdasarkan
penemuan klinis untuk memprediksi timbulnya karies baru sebelum terjadi kavitas.
Inovasi baru tersebut harus bersifat lebih mudah dan lebih efisien dalam membantu
pekerjaan seorang dokter gigi dalam mendiagnosis profil kariogenik pasiennya, dengan
tujuan akhir membantu menurunkan prevalensi karies pada anak.

Banyak faktor ikut berperan dan berkontribusi pada terjadinya karies gigi baik secara
langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor tersebut adalah faktor etiologi dan
faktor risiko. Faktor risiko karies memegang peran penting dalam insiden terjadinya
karies gigi pada seorang individu secara tidak langsung. Identifikasi faktor risiko karies
dan penilaian risiko karies pada anak merupakan komponen esensial, hal yang bersifat
kritikal dan upaya nyata dalam manajemen karies pada anak.38,54 Alat penilaian risiko
karies dapat membantu identifikasi prediktor-prediktor yang reliable, dan membantu
dokter gigi dan other non dental health care providers untuk supaya lebih terlibat secara
aktif dalam identifikasi dan merujuk anak dengan risiko karies tinggi.23

6.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian diagnostik dengan rancangan potong lintang
untuk membuat suatu model yang dapat memprediksi penilaian risiko terjadinya karies

67 Universitas Indonesia
68

pada anak, melalui pemeriksaan pada faktor-faktor risiko karies pada ibu dan anak.
Pemilihan desain penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa untuk tujuan pembuatan
model yang dapat memprediksi risiko terjadinya suatu penyakit, dan maka desain
penelitian ini adalah sesuai.

Pemilihan banyak variabel baik dari ibu maupun dari anak, dirasa lebih tepat karena
pendekatan banyak variabel sebagai prediktor, diharapkan lebih baik dan sesuai untuk
tujuan prediksi karies. Alasan lain pendekatan banyak variabel adalah lebih baik yaitu
pada aspek manfaat. Variabel yang dipilih adalah variabel yang paling banyak tertulis
pada literatur, sesuai dengan kondisi masyarakat setempat dan yang secara klinis
mempunyai potensi untuk digunakan sebagai variabel prediktor. Variabel-variabel
tersebut berupa variabel demografis, sikap dan pengetahuan ibu, serta kondisi klinis.

6.2 Kualitas Data dan Besar Sampel

Sebelum penelitian dimulai, sampel sudah mendapat penjelasan tentang maksud dan
tujuan penelitian, serta wawancara pemeriksaan yang akan dilakukan. Setelah itu
sampel diminta untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian. Penelitian ini
cukup kompleks karena melibatkan cukup banyak variabel, dan jumlah sampel. Di
lapangan, peneliti memperoleh sampel sejumlah 248 pasangan ibu dan anak yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah tersebut telah memenuhi persyaratan
besar sampel minimal yaitu 194 sampel.

Peneliti melakukan wawancara dan pemeriksaan klinis sendiri untuk variabel-variabel


yang membutuhkan pengamatan dan perhatian khusus, berbekal pengalaman 13 tahun
sebagai dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak. Asisten peneliti bertugas melakukan
wawancara data demografi, kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan mengemil, kebiasaan
minum manis, dan konsumsi susu botol, untuk menjaga kualitas data dan menghindari
terjadinya bias.

6.3 Validasi Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam hal ini kuesioner, sebelum digunakan pada penelitian telah
dilakukan validasi terlebih dahulu melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Uji dilakukan
pada total sampel, yaitu sejumlah 248 subjek. Hal tersebut dilakukan dengan
Universitas Indonesia
69

pertimbangan bahwa semakin banyak sampel yang dipakai pada uji validasi, adalah
semakin baik. Hasil uji reliabilitas dan validitas kuesioner sikap ibu tentang kesehatan
gigi dan mulut anak, menunjukkan bahwa kuesioner valid dan reliabel. Validitas
menunjukkan bahwa kuesioner tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang diukur.
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana kuesioner ini dapat diandalkan dijadikan sebagai
alat ukur yang konsisten untuk prediksi karies. Hal tersebut berarti bahwa responden
dapat menjawab secara konsisten pada semua alternatif jawaban.56 Hasil uji reliabilitas
dan validitas kuesioner pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut anak,
menunjukkan bahwa kuesioner kurang reliabel, sehingga diputuskan tiap pertanyaan
pengetahuan ibu masuk satu persatu ke analisis multivariat.

Pemilihan pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap dan pengetahuan ibu tentang


kesehatan gigi dan mulut, yang tertuang di dalam kuesioner telah melalui diskusi
dengan para pakar diperkaya dengan kajian literatur, pengalaman klinis dan kondisi
masyarakat setempat. Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan untuk mendapatkan
informasi tentang faktor risiko karies yang tidak ditemukan pada pemeriksaan klinis.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko karies adalah seperti
menggosok gigi dua kali sehari terutama setelah makan. Bagi kebanyakan anak, sikat
gigi profilaksis efisien untuk menghilangkan plak secara efisien dan ekspose gigi
dengan fluor pada pasta gigi.

Gigi karies memerlukan perawatan untuk menghilangkan infeksi dan mengembalikan


fungsi gigi. Restorasi gigi akan membangun kembali anatomi, dan struktur gigi,
mengembalikan fungsi gigi seperti pengunyahan, fonetik, estetika dan sebagai
pemelihara ruang di lengkung gigi. Subramaniam dkk. (2014) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa merawat gigi karies akan memperbaiki daya gigit oklusal pada anak
secara signifikan.74,75

Alasan pencabutan gigi umumnya dibagi menjadi beberapa kategori; karies, perawatan
ortodonsia, penyakit periodontal, kesehatan umum, ekonomi, retensi berkepanjangan,
permintaan pasien dan alasan lainnya. Karies gigi yang tidak dapat dirawat lagi, adalah
pertimbangan utama dilakukan pencabutan gigi. Alsheneifi dkk. (2015) menyelidiki
alasan ekstraksi gigi sulung pada anak usia 3-5 tahun di Amerika Serikat sebanyak 53%
karena karies.76-78

Universitas Indonesia
70

Gigi sulung memiliki banyak fungsi seperti estetika, pengunyahan, fonetik dan
perkembangan normal oklusi pada gigi permanen. Kerusakan dini pada gigi sulung
yang tidak dirawat dapat menyebabkan maloklusi di fase gigi permanen kelak. Orang
tua, terutama ibu adalah pengasuh utama anak-anak, dan sebagai pengambilan
keputusan bagi anak. Mereka harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang gigi
sulung, yang salah satu perannya adalah dalam membangun kepercayaan diri anak-anak.
Setty dan Srinivasan (2016) pada penelitiannya di Bengaluru India, menyampaikan
bahwa di antara para orang tua yang diteliti, didapatkan sebanyak 39% yang peduli dan
mengerti tentang gigi sulung.23,79 Ini menunjukkan bahwa orang tua kurang memiliki
pengetahuan tentang gigi sulung. Paradigma lama juga terdapat di kalangan para orang
tua yang menganggap bahwa gigi sulung bersifat sementara dan tidak penting, karena
akan digantikan oleh gigi permanen. Peran profesional dalam hal ini wajib memberikan
informasi yang komprehensif kepada orang tua tentang pentingnya gigi sulung.

Protokol manajemen karies untuk anak usia 3-5 tahun dari American Academy of
Pediatric Dentistry (AAPD) menyebutkan bahwa anak yang memiliki risiko karies
tinggi, harus melakukan pemeriksaan ke dokter gigi secara berkala setiap 3 bulan. Anak
pada risiko sedang ke dokter gigi setiap 6 bulan, dan anak risiko rendah adalah 12
bulan.35

Sukrosa dianggap sebagai faktor utama dalam karies gigi. Gula produk makanan seperti
kue, makanan penutup, permen, minuman ringan, selai dan buah-buahan kering
mengandung menambahkan sukrosa. Diet gula mengandung akan berdifusi ke dalam
plak dan difermentasi menjadi asam laktat dan asam lainnya, atau dapat disimpan
sebagai polisakarida intraseluler oleh bakteri. Hal ini akan mengakibatkan penurunan
pH dan menciptakan lingkungan yang sesuai bagi bakteri aciduric dan acidogenic. Ini
sejalan dengan penelitian Vipelholm menggambarkan hubungan antara jenis gula
dengan kenaikan karies. Rendah insiden karies ditemukan dalam subjek dengan diet
hampir bebas gula. Frekuensi asupan gula mempengaruhi perkembangan karies.
Konsumsi gula yang lengket di antara waktu makan akan menyebabkan progresifitas
karies yang tertinggi.80,81

Penghilangan plak secara mekanik sangat penting untuk mencegah penyakit mulut
seperti karies gigi, gingivitis dan periodontitis. Meskipun banyak metode sikat gigi yang

Universitas Indonesia
71

dikenal saat ini, penghapusan mekanik plak dengan sikat gigi manual masih
pemeliharaan utama kesehatan mulut yang baik di sebagian besar populasi manusia.82,83

6.4 Variabel Faktor Risiko Karies

Variabel-variabel yang diperiksa untuk penilaian risiko karies pada anak dalam
penelitian ini dipilih berdasarkan kajian literatur dan pengalaman klinis berbasis pada
kedekatan hubungan antara ibu dan anak. Anak usia di bawah 5 tahun pada umumnya
menghabiskan sebagian besar waktu mereka bersama orang tua, khususnya ibu. Ibu
merupakan figur penting dalam suatu keluarga, pembentuk karakter terutama untuk
anaknya. Ibu adalah contoh dan pedoman untuk anak dalam perilaku dan kebiasaan
sehari-hari. Pengetahuan, sikap, kebiasaan, perilaku orang tua akan mempengaruhi
anaknya.50,84,85 Pertanyaan tentang indikator-indikator karies anak pada instrumen
penelitian ini merupakan suatu pengamatan yang mengindikasikan adanya simptom
karies atau adanya lingkungan yang mengindikasikan bahwa anak sepertinya akan
mempunyai karies.

6.4.1 Usia Ibu dengan Karies Anak

Di antara 248 subjek ibu yang diperiksa, rata-rata berusia 33,5 tahun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa usia ibu merupakan variabel dengan tingkat kemaknaan yang
kurang bagus terhadap terjadinya karies pada anak. Usia ibu tidak diikutsertakan ke
dalam analisis multivariat karena alasan substansi dan teoritis yaitu bertujuan agar
dalam model penilaian risiko risiko karies dan modul intervensi konseling memiliki
penekanan makna ibu tanpa memandang usia, tetapi lebih pada peran mereka yang
paling efektif dan strategis untuk mengubah perilaku kesehatan gigi dan mulut anaknya,
yang didukung oleh banyak referensi.

Namun, beberapa studi menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara usia ibu
dengan risiko terjadinya karies pada anak. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
pada ibu usia muda (< 30 tahun) terdapat praktik atau pelaksanaan tentang kesehatan
gigi dan mulut yang lebih baik dibandingkan dengan ibu dengan usia yang lebih tua.
Namun Rachna Raj (2012) mengatakan bahwa ibu dengan usia yang lebih muda akan
lebih sedikit memperhatikan tentang kesehatan gigi dan mulut anaknya.7,50,86,87
Universitas Indonesia
72

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa usia ibu merupakan


prediktor untuk terjadinya karies pada anak. Usia rata-rata ibu dalam penelitian ini dapat
dikategorikan usia produktif, dalam arti masih mampu bekerja, masih aktif untuk
berkegiatan sehari-hari termasuk menyerap dan menerima informasi tentang kesehatan
gigi dan mulut. Berdasarkan pengamatan peneliti, sebagian besar mereka adalah ibu
rumah tangga. Seiring kemajuan teknologi dan informasi, seharusnya informasi tentang
kesehatan gigi dan mulut merupakan sesuatu yang mudah untuk didapat, baik melalui
televisi, radio, media cetak ataupun media online. Tetapi kemungkinan kesadaran
masing-masing individu tentang kesehatan gigi dan mulut masih kurang. Walaupun
secara teori mereka memahami, tetapi kemungkinan pada realita kehidupan sehari-hari
pengetahuan dan informasi yang didapat tidak diterapkan di keluarganya.

6.4.2 Tingkat Pendidikan Ibu dengan Karies Anak

Pendidikan ibu pada sampel penelitian, sebagian besar adalah SMA, pendidikan
terendah (Sekolah Dasar) dan tertinggi (Sarjana) mempunyai jumlah yang hampir sama.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu mempunyai
hubungan yang bermakna dengan timbulnya karies pada anak. Pendidikan formal ibu
yang tinggi biasanya menjadikan perilaku ibu baik. Tingkat pendidikan ibu akan
mempengaruhi pengetahuan, kepedulian dan pengertian tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan yang baik akan
mempengaruhi timbulnya sikap yang baik pula, untuk selanjutnya akan berpengaruh
pada sikap, dan perilaku yang positif tentang kesehatan gigi dan mulut.86,87

Setyaningsih dan Prakoso (2016), menyampaikan berdasar penelitiannya di Sukoharjo,


bahwa tingkat pendidikan orang tua, tingkat sosial ekonomi orang tua, dan pengetahuan
orang tua dapat mempengaruhi insiden terjadinya karies pada anak di bawah usia 5
tahun sebanyak 47,3% dan sebanyak 52,7% dipengaruhi oleh faktor lain.88 Hal tersebut
mungkin disebabkan karena karies gigi adalah penyakit multifaktorial, di dalamnya
banyak faktor ikut berperan dan berkontribusi terhadap terjadinya penyakit ini. Faktor
etiologi yang berperan secara langsung dan faktor risiko yang berperan secara tidak
langsung. Faktor yang dominan di individu A belum tentu sama dengan faktor yang

Universitas Indonesia
73

dominan di individu B. Oleh karena itu, penilaian risiko karies merupakan suatu
pekerjaan yang kompleks.

6.4.3 Pendapatan Keluarga dengan Karies anak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang


bermakna dengan terjadinya karies pada anak. Jumlah pendapatan keluarga minimal
sampel adalah sebesar Rp. 500.000,- dan maksimal adalah sebesar Rp. 20.000.000,-.
Sebagai acuan Upah Minimum untuk Provinsi DKI Jakarta adalah Rp. 3.350.000,- maka
pendapatan minimal pada penelitian ini adalah jauh dari standar. Sampel dengan upah
minimal tersebut adalah keluarga dengan penghasilan tidak tetap, tetapi tinggal dengan
menyewa di salah satu rumah warga di wilayah RW Posyandu penelitian.

Tingkat pendapatan keluarga mempunyai hubungan positif dengan risiko karies karena
berhubungan dengan kemampuan orang tua untuk menyediakan sarana pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut yang memadai untuk anaknya. Pendapatan keluarga yang lebih
tinggi akan membuat keadaan kehidupan keluarga yang lebih baik. Anak yang lahir dari
keluarga dengan pendapatan keluarga yang rendah, akan mempunyai kecenderungan
lahir dengan berat badan yang rendah, dan hal ini akan berdampak pada kesehatan gigi
dan mulutnya kelak.89

6.4.4 Sikap Ibu dengan Karies Anak

Sikap ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut berdasarkan hasil penelitian ini
mempunyai hubungan yang bermakna dengan timbulnya karies pada anak. Beberapa
literatur menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara kejadian karies pada anak
dengan karakteristik keluarga; perilaku kesehatan dan gaya hidup orang tua. Perilaku
adalah respon atau sikap seseorang terhadap suatu stimulus. Sikap adalah suatu pola
perilaku, pendapat, tendensi atau kesiapan antisipatif dalam menyesuaikan diri dalam
suatu situasi sosial tertentu. Perilaku kesehatan orang tua adalah kemampuan orang tua
untuk mengajarkan kebiasaan baik pada anak mereka tentang menjaga kesehatan gigi
dan mulut, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung misalnya
dengan menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, secara tidak langsung
adalah dengan memberi contoh perilaku atau tindakan yang positif dalam hal kesehatan.
Universitas Indonesia
74

Sikap dan perilaku orang tua akan mempengaruhi perilaku anaknya. Sikap ibu dalam
hal ini adalah pendapat ibu tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Secara umum, subjek ibu dalam penelitian menunjukkan sikap yang positif terhadap
kesehatan gigi dan mulut. Sikap ibu yang baik terhadap kesehatan gigi dan mulut,
diharapkan membawa pengaruh yang baik kepada putra-putrinya. Tigen dan Wang
(2012) dalam studinya menyampaikan bahwa sikap orang tua terhadap perilaku
kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi perilaku anaknya. Hal tersebut selaras
dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini. Beberapa kondisi seperti pengetahuan
dan latar belakang sosial budaya dapat mempengaruhi keyakinan dan sikap. Keyakinan
dan sikap merupakan sesuatu yang modifable dan terkadang berbeda antar individu
dengan latar belakang yang sama.90

6.4.5 Pengetahuan Ibu dengan Karies Anak

Hasil penelitian secara deskripsi menunjukkan bahwa pengetahuan ibu memperlihatkan


hasil yang positif dan para ibu terlihat memiliki pengetahuan yang memadai tentang
kesehatan gigi dan mulut. Pada umunya, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang adalah pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman,
kebudayaan, dan informasi.88 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengetahuan
ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya
karies pada anak. Para ibu yang memiliki pengetahuan yang bagus tentang kesehatan
gigi dan mulut, tentunya akan melakukan hal-hal seperti yang diketahuinya. Beberapa
faktor diketahui ikut berperan, di antaranya masalah ekonomi, rasa takut, ketersediaan
sarana pelayanan kesehatan, sikap dan keyakinan dalam keluarga, dan lain-lain.
Bozorgmehr dkk. (2013) yang mengatakan dalam penelitiannya, bahwa beberapa faktor
seperti pendidikan, pekerjaan, usia, pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dapat
mempengaruhi kebiasaan dan status kesehatan anaknya secara tidak langsung.91

Penelitian Jain dkk. (2014) yang melaporkan hal yang lebih komplek lagi yaitu bahwa
meskipun para ibu sebagian besar sepakat tentang kunjungan gigi berkala, tetapi pada
kenyataannya sangat sedikit dari mereka yang menerapkan kunjungan ini. Hal tersebut
disebabkan oleh persepsi ketakutan, biaya pengobatan yang mahal, motivasi dan
willingness yang kurang.92 Sedangkan, Oredugba dkk. (2014) dalam penelitiannya

Universitas Indonesia
75

menyatakan bahwa penekanan-penekanan promosi kesehatan terhadap ibu tidak bisa


berlebihan karena sebagian besar keputusan mereka sehubungan dengan kesehatan
anaknya tetap berdasarkan pada pengetahuan yang mereka miliki.19

6.4.6 Riwayat Karies Ibu dengan Karies Anak

Berdasarkan deskripsi data subjek, diketahui bahwa pada penelitian ini terdapat 92,7%
ibu yang mengalami karies. DMFT ibu merupakan faktor risiko yang penting erhadap
kejadian karies anaknya. Kedekatan hubungan status karies gigi antara ibu dan anak
juga dinyatakan oleh penelitian di Brasil yang dilakukan oleh Lucilla yaitu tingginya
prevalensi karies pada anak, secara signifikan berhubungan dengan banyaknya
kehilangan gigi pada ibu. Menurut penelitian de Souza dkk. yang dilakukan pada tahun
2015 di Dental Care at A Health Center in São Luís, Maranhão, Brazil menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status karies pada ibu dengan
terjadinya early childhood caries (ECC).93 Hal tersebut sejalan dengan penelitian ini
yang menunjukkan bahwa riwayat karies ibu mempunyai hubungan yang bermakna
dengan terjadinya karies pada anak.

6.4.7 Indeks Plak Ibu dengan Karies Anak

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa variabel indeks plak ibu mempunyai
hubungan yang bermakna dengan terjadinya karies baru pada anak. Bakteri pada plak
gigi dapat memfermentasi substrat karbohidrat dan menghasilkan asam organik dalam
jumlah besar dengan potensi demineralisasi yang berbeda.57 Menurut penelitian
Bennadi dkk. di India pada tahun 2014, menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara DMFT dan indeks plak ibu dengan prevalensi karies pada anak.94
Karies terjadi akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut. Salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat kebersihan mulut adalah perilaku. Perilaku adalah suatu bentuk
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut
pengetahuan, sikap dan tindakan tentang kesehatan. Kebiasaan ibu dalam hal menjaga
kesehatan gigi dan mulut sehari-hari kemungkinan besar akan sama dengan yang
dilakukan anaknya, karena ibu adalah figur contoh bagi anak.

Universitas Indonesia
76

6.4.8 Derajat Keasaman (pH) Saliva Ibu dengan Karies Anak

Peran saliva pada pada terjadinya karies sangat bersifat individual, tergantung pada
komposisi saliva, flow rate dari saliva, kemampuan buffer saliva, viskositas saliva, dan
zat antibakteri dalam saliva. Selain itu masih terdapat beberapa hal yang ikut
mempengaruhi peran saliva pada terjadinya karies gigi, seperti self clearance dari
saliva, kandungan fluor dalam saliva, kandungan protein, bahan inorganik dalam saliva.
Faktor-faktor tersebut pada keadaan tertentu ada yang bersifat menguntungkan, dan
kadang bersifat tidak menguntungkan. Status kesehatan gigi dan mulut antara ibu dan
anak, diketahui mempunyai hubungan yang positif, sehingga pH saliva ibu merupakan
prediktor yang baik untuk risiko terjadinya karies pada anak.28,29

Derajat keasaman (pH) subjek ibu pada penelitian ini berkisar pada besaran 5 sampai
7,4. Pada deskripsi hasil penelitian, terlihat para ibu secara umum mempunyai
pengetahuan yang baik tentang makanan yang bersifat kariogenik. Ibu dengan pola
makan yang sering mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung
karbohidrat yang kariogenik, akibat proses fermentasi oleh bakteri, maka pH saliva akan
menjadi rendah di bawah pH normal, dalam dalam waktu tertentu akan mengakibatkan
terjadinya demineralisasi pada permukaan email gigi.95 Menurut hasil penelitian ini,
variabel pH saliva ibu tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya
karies baru pada anak. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya perilaku dan
kebiasaan ibu yang positif, telah memahami tentang bahaya makanan kariogenik
terhadap kesehatan gigi dan mulut, sehingga hal-hal tersebut di aplikasikan pada pola
asuh anak sehari-hari. Sebagaimana telah tersebut di atas, bahwa karies adalah penyakit
multifaktorial, sehingga mungkin banyak faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap
terjadinya karies pada anak, selain pH saliva ibu.

6.4.9 Usia Anak dengan Karies Anak

Anak yang diperiksa dalam penelitian ini berusia antara 36 bulan - 55 bulan. Beberapa
studi menyatakan bahwa risiko terjadinya karies dan tingkat keparahan karies
meningkat seiring dengan pertambahan usia anak. Penelitian yang dilakukan oleh
Retnakumari dan Ciriac menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara usia
anak dengan prevalensi karies dan tingkat keparahan karies.3,55 Hasil studi pada anak

Universitas Indonesia
77

usia 3-5 tahun di Jepang oleh Yamamoto dkk. yang menyatakan bahwa peningkatan
prevalensi karies terjadi secara signifikan sejalan dengan pertambahan usia. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan pola asuh dan pola makan pada anak-anak. Semakin
bertambahnya usia anak semakin diberi kesempatan untuk mandiri yang mungkin
terkadang tanpa pengawasan termasuk dalam hal menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.
Semakin bertambah usia anak, semakin bervariasi makanan yang dikonsumsi, terutama
makanan yang mengandung karbohidrat yang kariogenik.51 Berdasarkan hal tersebut,
maka disebutkan bahwa usia anak berperan terhadap risiko terjadinya karies pada anak.
Menurut hasil penelitian, variabel usia anak tidak mempunyai hubungan yang bermakna
dengan terjadinya karies pada anak. Kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh
kebiasaan, pola asuh dan pola makan di masyarakat tempat penelitian. Variasi yang
kurang beragam pada makanan yang dikonsumsi, serta kebiasaan orang tua terhadap
kesehatan gigi dan mulut anaknya, memperlakukan standar kesehatan gigi dan mulut
yang sama anak usia rentang waktu tersebut.

6.4.10 Gender Anak dengan Karies Anak

Subjek anak yang diperiksa pada penelitian ini terdiri dari 122 laki-laki dan 126
perempuan. Variabel gender anak diikutkan pada analisis multivariat, karena pada hasil
analisis bivariat menunjukkan hasil adanya hubungan bermakna dengan terjadinya
karies pada anak. Gender merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan usia
dentalis anak dengan implikasi untuk waktu perencanaan program pencegahan nantinya.
Anak perempuan memberikan sikap yang lebih positif dan lebih peduli dengan diri dan
penampilan mereka, termasuk dalam hal kesehatan gigi dan mulut.54,96

Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Retnakumari dan Ciriac di
India, terdapat perbedaan prevalensi karies yang signifikan pada anak perempuan dan
anak laki-laki, yaitu 51,1% berbanding 48,9%.3 Zemaitiene dkk. (2017) menyatakan
bahwa anak perempuan lebih berisiko terkena karies dibanding anak laki-laki. Anak
perempuan secara fisiologis umumnya akan mengalami erupsi gigi yang lebih cepat
dibanding anak laki-laki karena onset maturasi yang lebih awal. Gigi yang erupsi lebih
awal, akan mempunyai risiko terpapar bahan-bahan kariogenik lebih awal dibanding
gigi yang erupsi kemudian.97

Universitas Indonesia
78

6.4.11 Riwayat Kesehatan Umum Anak dengan Karies Anak

Subjek anak dalam penelitian ini semuanya adalah anak normal, sehat, dan tidak
menderita suatu sindroma atau penyakit sistemik tertentu. Hasil pemeriksaan kepada
semua subjek anak, didapatkan hasil bahwa semua anak yang diperiksa adalah anak
normal. Hal tersebut berarti bahwa faktor kesehatan umum anak tidak dapat dijadikan
sebagai variabel dalam penelitian ini. Kondisi kesehatan umum anak yang dianggap
sebagai faktor risiko terjadinya karies adalah anak berkebutuhan khusus. Kondisi
kesehatan umum anak yang dianggap sebagai faktor risiko terjadinya karies adalah anak
berkebutuhan khusus. Yang termasuk dalam kelompok anak berkebutuhan khusus
adalah mental retardasi, developmental disabilities, cerebral palsy, craniofacial
abnormalities, dan seizure disorders. Anak berkebutuhan khusus mempunyai risiko
karies lebih tinggi dibanding anak normal karena beberapa hal yaitu, (1) diet; (2)
terjadinya xerostomia; (3) kesulitan menjaga oral hygiene; (4) gastroesopharingeal
reflux disease dan vomiting; (5) hiperplasi gingiva dan gigi berdesakan; dan (6)
konsumsi obat yang mengandung gula. Banyak faktor penyulit yang dapat
menyebabkan meningkatnya risiko karies. Keadaan yang tidak terkoordinasi dengan
baik, sering kali membuat anak ketika mengunyah banyak makanan yang tertinggal di
dalam mulut. Pada anak umumnya terjadi kelemahan tubuh, contohnya adalah keadaan
di mana lidahnya tidak dapat secara adekuat membersihkan seluruh rongga mulut.
Sensitifitas yang cenderung tinggi, membuat anak merasa mual dengan pasta gigi, sikat
gigi atau pun saliva. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk
membersihkan permukaan gigi. Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah tertelannya
pasta gigi, karena gerakan yang tidak terkoordinasi dengan baik.98-100

6.4.12 Lesi White Spot dengan Karies Anak

Dari 248 sampel anak yang diperiksa, terdapat lesi white spot pada 207 anak. Lesi white
spot pada hasil penelitian ini mempunyai hubungan bermakna dengan terjadinya karies
pada anak. Tanda pertama adanya lesi karies pada enamel yang dapat dideteksi dengan
kasat mata adalah lesi white spot, oleh karena itu lesi white spot sering kali merupakan
faktor risiko yang bermakna dan memegang peran penting pada kejadian karies anak.
Fenomena ini terjadi karena kehilangan calcium phospate dari subsurface email, dan

Universitas Indonesia
79

bersifat reversible. Gambaran pada gigi karena adanya fenomena optik yang terkait
dengan porositas email. Anak dengan lesi harus dimasukkan ke dalam kelompok risiko
tinggi karies, karena precavitated lesions ini mengindikasikan adanya aktifitas
karies.23,101-104

6.4.13 Indeks Plak Anak dengan Karies Anak

Indeks plak anak menurut penelitian ini, termasuk dalam variabel yang mempunyai
hubungan bermakna dengan terjadinya karies pada anak. Indeks plak anak merupakan
salah satu komponen dalam model prediksi yang dihasilkan dalam penelitian ini. Indeks
plak ditentukan dengan melihat luasnya permukaan plak pada permukaan gigi.
Akumulasi plak merupakan penyebab utama timbulnya proses karies. Semakin banyak
terjadi akumulasi plak, akan semakin meningkatkan risiko terjadinya karies. Plak adalah
lapisan tipis yang melekat erat di permukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri,
dan tidak dapat dibersihkan hanya dengan berkumur. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Utami menyebutkan bahwa plak gigi merupakan faktor risiko terhadap
tingkat keparahan karies gigi pada anak usia prasekolah. Anak-anak dengan indeks plak
gigi yang tinggi mempunyai risiko 3,3 kali lebih besar untuk menderita karies gigi yang
parah bila dibandingkan dengan karies gigi anak-anak yang mempunyai indeks plak
rendah.105

6.4.14 Derajat Keasaman (pH) Saliva Anak dengan Karies Anak

Karakteristik pH saliva anak dalam penelitian ini yang terendah adalah 5,4 dan tertinggi
7,4. Kapasitas buffer saliva merupakan hal penting yang berpengaruh terhadap proses
karies. Bikarbonat dalam saliva mempunyai kemampuan untuk larut ke dalam plak gigi
yang nantinya akan menetralkan pembentukan asam oleh mikroorganisme. pH kritis
(5,5) adalah pH yang mana semua partikel atau materi saliva berhenti dan menjadi jenuh
dengan kalsium dan fosfat. Bila pH berada di bawah nilai ini, bahan anorganik gigi
dapat larut. Kandungan bikarbonat pada saliva dapat larut ke dalam plak gigi, dan dapat
menetralkan asam yang terbentuk. Oleh karena itu pH saliva anak mempunyai
hubungan yang bermakna dengan terjadinya karies pada anak, pada penelitian ini.

Universitas Indonesia
80

6.4.15 Kebiasaan Anak Menggosok Gigi dengan Karies Anak

Plak adalah endapan lunak, tidak berwarna, dan mengandung aneka ragam bakteri yang
melekat erat pada permukaan gigi. Plak tidak dapat dibersihkan dengan hanya
berkumur-kumur, semprotan air atau udara, tetapi plak dapat dibersihkan dengan cara
mekanis. Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif untuk membersihkan plak
adalah dengan menyikat gigi.106

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko karies adalah menyikat
gigi dua kali sehari terutama setelah makan. Bagi kebanyakan anak, menyikat gigi
merupakan tindakan profilaksis yang efisien untuk menghilangkan plak secara mekanik
dan eksposur gigi dengan bahan fluor. Gamla dkk. (2014) menyatakan bahwa,
pendidikan kesehatan mulut dan instruksi menyikat gigi adalah efektif dalam
meningkatkan status kesehatan mulut pada anak sekolah. Kebiasaan menggosok gigi
pada anak juga berhubungan risiko terjadinya karies. Pada anak dengan kebiasaan
menggosok gigi minimal dua kali sehari diketahui mempunyai risiko karies yang lebih
rendah dibanding anak yang menggosok gigi satu kali sehari atau tidak menggosok gigi.
Oleh karena itu, kebiasaan anak menggosok gigi merupakan faktor risiko untuk
terjadinya karies.3,41,106,107 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi anak
menggosok gigi mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya karies pada
anak, tetapi pemakaian pasta gigi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan
terjadinya karies pada anak. Faktor penggunaan pasta gigi diikutsertakan ke dalam
analisis multivariat bertujuan agar dalam model penilaian risiko risiko karies dan modul
intervensi konseling memiliki pemantapan pemanfaatan pasta gigi di mana seluruh
referensi yang ada menunjukkan pentingnya pasta gigi dalam pencegahan karies.

Hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh karena para ibu sudah memahami
tentang cara menggosok gigi anaknya yang baik dan benar. Pemilihan sikat gigi, teknik
dan waktu yang tepat menggosok gigi sudah dipahami dengan baik, tetapi tidak
demikian halnya dengan pasta gigi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena
adanya kekhawatiran tentang pemakaian pasta gigi pada anak usia 3 – 5 tahun. Perasaan
khawatir bila pasta tertelan, dan kurangnya pemahaman ibu tentang pasta gigi anak
merupakan contoh penyebab yang timbul, selain itu perasaan kurang nyaman pada anak
bila pada sikat giginya diberi pasta gigi, meskipun saat ini terlah tersedia varian rasa

Universitas Indonesia
81

pasta gigi yang bermacam-macam.

6.4.16 Kebiasaan Anak Mengemil dengan Karies Anak

Sukrosa merupakan karbohidrat paling kariogenik untuk gigi. Produk makanan seperti
kue, makanan penutup, permen, minuman ringan, selai dan buah-buahan kering
umumnya mengandung sukrosa. Vipelholm dalam studinya menggambarkan hubungan
antara jenis gula dengan kenaikan karies. Insiden karies yang rendah ditemukan dalam
subjek dengan diet hampir bebas gula. Frekuensi asupan gula juga mempengaruhi
perkembangan karies. Konsumsi gula yang lengket di antara dua waktu makan utama
akan menyebabkan terjadinya progresivitas karies yang tinggi. Kebiasaan anak makan
makanan dengan kadar gula tinggi di antara dua waktu makan utama merupakan faktor
risiko yang penting terhadap terjadinya karies.80,81 Tetapi hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa kebiasaan mengemil anak tidak mempunyai hubungan yang
bermakna dengan terjadinya karies pada anak. Secara karakteristik subjek terlihat
frekuensi mengemil anak di antara dua waktu makan utama adalah antara 0 sampai 10
kali. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh, pola makan keluarga setempat.
Kebiasaan makan makanan selingan yang bersifat kurang kariogenik misalnya buah-
buahan, dapat menjadi penyebab hal tersebut. Anak pada umumnya kurang menyukai
makan sayuran, sehingga ibu berpendapat harus menggantinya dengan buah-buahan,
sehingga walaupun frekuensinya cukup tinggi, tetapi sifat kariogeniknya kurang
dibanding makanan yang berkarbohidrat tinggi.

6.4.17 Kebiasaan Anak Minum Manis dengan Karies Anak

Deskripsi subjek menunjukkan subjek anak mempunyai kebiasaan minum manis


sebanyak 0 sampai 6 kali di antara dua waktu makan utama. Kebiasaan makan dan
minum yang tidak sehat dapat mengakibatkan terjadinya berbagai morbiditas seperti
diabetes tipe-2, obesitas, karies gigi dan erosi gigi, dan hal ini merupakan suatu
tantangan untuk dokter, dokter gigi dan orang tua. Perkembangan jaman yang semakin
modern memungkinkan semakin beragamnya produksi minuman manis, termasuk
minuman yang mengandung gula. Kebiasaan anak minum minuman dengan kadar gula
tinggi di antara dua waktu makan utama merupakan faktor risiko yang penting terhadap

Universitas Indonesia
82

terjadinya karies. Dokter gigi dapat memainkan peran penting dalam hal ini, dengan
memberi edukasi dan konseling tentang diet yang tepat. Beberapa studi menyampaikan
bahwa, di jaman modern ini hubungan antara konsumsi gula dengan terjadinya karies
menjadi lemah karena teknologi dan pengetahuan modern tentang fluoride exposure
lebih maju dibanding era sebelumnya.23 Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui
bahwa kebiasaan anak minum minuman manis tidak mempunyai hubungan bermakna
dengan terjadinya karies pada anak. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh
pengetahuan dan perilaku kesehatan yang sudah cukup baik pada anak dan orang
tuanya, seperti misalnya rajin menggosok gigi, selalu berkumur dengan air putih setiap
selesai minum manis, mengurangi cemilan yang kariogenik, dan sebagainya.

6.4.18 Konsumsi Susu Botol dengan Karies Anak

Air susu ibu (ASI) dan susu formula adalah makanan yang paling umum dikonsumsi
oleh bayi dan Balita. Kedua jenis minuman tersebut, mengandung banyak nutrisi
penting untuk tumbuh kembang bayi dan Balita, termasuk mengandung karbohidrat.
Karbohidrat yang terkandung dalam ASI dan susu formula adalah laktosa yang juga
bersifat kariogenik. Anak yang mengonsumsi ASI ataupun susu formula mempunyai
risiko yang sama terhadap terjadinya karies. Kebiasaan bayi dan Balita mengonsumsi
susu dan ASI mempengaruhi risiko terjadinya karies. Regulasi cara konsumsi dan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang tepat dan berkesinambungan, akan dapat
menurunkan risiko terjadinya karies.108

Karakteristik subjek penelitian menunjukkan semua anak masih mengonsumsi susu


formula. Tetapi sebagian besar tidak semua mengonsumsi di malam hari pada saat akan
tidur. Hasil penelitian memperlihatkan tidak terdapat hubungan bermakna antara
konsumsi susu botol dengan terjadinya karies pada anak. Hal tersebut kemungkinan
karena para ibu sudah mengetahui bahwa minum susu botol merupakan salah satu
penyebab utama terjadinya “gigi berlubang”. Adanya kekhawatiran anak akan
mengalami gigi berlubang, menyebabkan ibu lebih hati-hati memperhatikan kebersihan
gigi pada anak yang masih minum susu dari botol. Informasi umum yang terlihat sudah
sering mereka dengar adalah tidak boleh minum susu botol pada waktu tidur, karena
akan menyebabkan “gigi berlubang”. Oleh karena itu, kemungkinan para ibu sudah

Universitas Indonesia
83

menanamkan kebiasaan tersebut pada anaknya.

6.5 Metode Penilaian Risiko Terjadinya Karies Gigi pada Anak

Penelitian ini adalah penelitian diagnostik dengan desain crossectional dengan


pendekatan analisis multivariat regresi logistik yang menghasilkan suatu model
persamaan penilaian risiko terjadinya karies pada anak. Prosedur analisis akan
membantu mengetahui faktor-faktor apakah yang ikut memberikan kontribusi dan
tingkat kemaknaannya terhadap terjadinya karies pada anak.

Metode ini mendiagnosis risiko terjadinya karies pada seorang anak. Berdasarkan
analisis statistik dapat ditentukan titik potong untuk membuat nilai batas kelompok
risiko rendah dan tinggi. Pembuatan titik potong tersebut bertujuan untuk membuat
panduan manajemen karies yang lebih spesifik pada tiap kelompok risiko agar lebih
tepat sasaran.

Kriteria metode atau alat diagnostik yang baik adalah akurat, ekonomis, dan nyaman
bagi pasien. Indikator validitas suatu alat diagnostik adalah sensitivitas, spesifisitas,
nilai duga positif, dan nilai duga negatif. Sensitivitas memperlihatkan kemampuan alat
diagnostik untuk mendeteksi penyakit. Spesifisitas menunjukkan kemampuan alat
diagnostik untuk menentukan bahwa subjek tidak sakit. Nilai duga positif adalah
probabilitas seseorang menderita penyakit bila uji diagnostiknya positif. Nilai duga
negatif adalah probabilitas seseorang tidak menderita penyakit bila uji diagnostiknya
negatif.

Alat ukur memiliki nilai duga positif tinggi bila di kemudian hari terbukti banyak terjadi
positif benar dan sedikit positif palsu. Alat ukur memiliki nilai duga negatif tinggi bila
dikemudian hari banyak terjadi negatif benar dan sedikit negatif palsu. Alat ukur
memiliki validitas prediktif tinggi jika memberikan skor nilai duga positif dan nilai
prediktif negatif mendekati 100%. Pada penelitian ini, hasil nilai prediktif positif lebih
tinggi dari nilai prediktif negatif, artinya kemampuan alat diagnostik dapat memprediksi
risiko karies pada anak cukup tinggi.

Sensitivitas menunjukkan 84,06 % mengindikasikan bahwa model dapat


mengklarifikasikan anak dengan karies sebesar 84,06 %. Spesifisitas menunjukkan hasil
78,05 % berarti model dapat mengklarifikasikan anak bebas karies pada anak tanpa
Universitas Indonesia
84

gejala karies sebesar 78,05 %. Rasio likelihood dapat meningkatkan kualitas diagnostik
berdasarkan tanda dan gejala penyakit. Positive likelihood menunjukkan seberapa besar
kemungkinan suatu tes memberikan hasil positif pada anak yang karies dibandingkan
pada anak tanpa karies. Negative likelihood menunjukkan seberapa besar kemungkinan
suatu tes memberikan hasil negatif pada anak yang karies dibandingkan anak tanpa
karies.73 Selanjutnya interaksi variabel-variabel risiko karies dari ibu dan anak tersebut
diaplikasikan ke dalam suatu perangkat lunak komputer, yang akan muncul sebagai
suatu animasi penilaian risiko karies pada seorang anak.

6.6 Implikasi Klinik dan Kesehatan Masyarakat

Metode penilaian risiko karies pada anak ini dapat memberikan beberapa manfaat
untuk para dokter gigi, yaitu (1) sebagai alat bantu skrining dan identifikasi anak yang
rentan terhadap karies dengan melihat profil kariogenik pasiennya; (2) sebagai alat
bantu diagnostik klinik; (3) sebagai sarana memotivasi dan mengedukasi pasien tentang
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut; (4) membantu menentukan rencana
manajemen yang harus dilakukan; (5) sebagai arsip catatan riwayat kesehatan pasien,
untuk pedoman pada kunjungan berikutnya; (6) untuk kontrol karies; dan (7) untuk
evaluasi perawatan yang telah dilakukan.

Metode penilaian risiko karies hasil penelitian ini, dibuat untuk dapat digunakan secara
mudah, luas, dan diharapkan akan membantu pekerjaan para dokter gigi, dengan tujuan
akhir yang mulia yaitu menurunkan prevalensi karies anak di Indonesia, dalam rangka
mewujudkan program Kementerian Kesehatan, yaitu bebas karies pada tahun 2030,
sesuai rekomendasi WHO.

Manajemen karies gigi pada anak yang komprehensif mempunyai ruang lingkup yang
luas, mulai dari tahap awal hingga akhir. Manajemen tersebut lebih efektif bila
dilakukan berdasarkan situasi dan kondisi masyarakat setempat. Manajemen karies gigi
pada anak yang diaplikasikan ke dalam web interaktif disusun berdasarkan hasil
penelitian dan situasi masyarakat Indonesia.

A. Bachtiar menyampaikan bahwa manajemen karies anak di Indonesia sebaiknya


dilakukan dengan metode “Blanket approach” yaitu tindakan pencegahan yang
menyeluruh pada masyarakat karena tingginya prevalensi karies pada anak di Indonesia,
Universitas Indonesia
85

sebagian besar anak yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya karies gigi,
sehingga anak risiko rendah sekalipun, prioritas upaya pencegahan tetap harus
dilakukan. Selain itu, keberhasilan manajemen karies gigi pada anak dapat ditunjang
dengan strategi yang dilakukan, yaitu strategi FRAMES:

Feasibility: menu konseling yang layak dikerjakan oleh keluarga, Rasionality: memiliki
dasar empiris sesuai riset, Adherency: membangun kepatuhan yang penuh untuk
pelaksanaan perubahan perilaku, Menu: keluarga memilih strategi perubahan perilaku
secara sistematis dan konsisten, Empathy: mendampingi proses perubahan perilaku
secara sistematis dan konsisten, Sustain: menjaga hubungan silaturahmi yang
mengayakan aktualisasi menuju hidup sehat.109,110

Berikut contoh aplikasi model perhitungan penilaian risiko karies :


Kasus 1
Seorang anak memiliki indeks plak anak 3, pH saliva 5,4 dan terdapat lesi white spot
pada giginya. Anak tersebut mempunyai kebiasaan mengonsumsi susu botol dan sering
dibawa hingga tidur. Sikap ibunya terhadap kesehatan gigi dan mulut memiliki skor 7.
Pengetahuan ibu tentang makanan yang dapat menyebabkan gigi berlubang memiliki
skor 1 dan pengetahuan ibu tentang cara membersihkan plak gigi memiliki skor 0.
Berapakah probabilitas anak tersebut untuk mengalami karies?
Jawab :
y = -8,911+ 2,039 * Cara Minum Dot + 1,282*Sikap Ibu + 1,679*P5.1 + 1,264*P5.2 +
3,134*Indeks Plak Anak + 1,881* pH Saliva Anak + 1,573*Konsumsi Susu Botol
+ 1,205*White Spot
= -8,911+ 2,039 * 1 + 1,282*1 + 1,679* 1 + 1,264*0 + 3,134*1 + 1,881* 1 +
1,573*0 + 1,205*1
= 2,310

P = 1/(1+exp[-y])
= 1/(1+exp[-2,310])
= 0,910
Kesimpulan: Anak tersebut memiliki probabilitas sebesar 91% untuk mengalami karies,
artinya anak tersebut berada dalam kategori risiko tinggi untuk terjadinya karies gigi.

Universitas Indonesia
86

Selanjutnya, manajemen yang perlu dilakukan untuk anak tersebut sesuai kelompok
risikonya adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan berkala rongga mulut: setiap 3 bulan.
2) Pemeriksaan radiografik: Diperlukan bila terdapat permukaan yang tidak dapat
diperiksa dengan jelas secara visual ataupun dengan explorer/sonde.
3) Tes saliva: Diperlukan (jumlah bakteri, salivary flow rate, keasaman).
4) Fluoride: Gosok gigi 2x sehari dengan jumlah pea-sized pasta gigi. Kombinasi
dengan pasta gigi mengandung kalsium fosfat. Ibu memakai obat kumur yang
mengandung sodium fluoride, aplikasi fluor varnish topical setiap 3-6 bulan.
5) Pada lesi white spot: Dilakukan perawatan yang bertujuan merangsang
remineralisasi, menggunakan produk fluor (gel, varnish, obat kumur),
pemberian CPP ACP.
6) Pada lesi yang sudah ada: monitoring, restorasi pada kavitas anak dan ibu.
Restorasi anak: GIC, SSC. Restorasi pada ibu: kompomer, komposit.
7) Konseling. Hal-hal yang harus disampaikan :
Pentingnya gigi sulung penting
Kesehatan rongga mulut ibu berpengaruh pada anak, menghindari pemakaian
peralatan makan dan gosok gigi bersama.
Kontrol periodik ibu dan anak
Pentingnya pemberian fluor dan sealant untuk mencegah karies.
Mengajarkan cara menggosok gigi yang benar (cara, pemilihan sikat, pasta)
Memberi pengertian tentang oral habit. dan perlunya intervensi dokter gigi
bila diperlukan.
Mendiskusikan dengan ibu tentang diet sehat.
Memberi pengertian bahwa minum dengan gelas lebih baik dibanding dengan
botol.
Regulasi minum susu botol.
Kewaspadaan orang tua tentang keselamatan anak saat bermain.

Kasus 2
Seorang anak memiliki indeks plak anak 1, pH saliva 6,5 dan tidak terdapat white spot
pada giginya. Anak tersebut mempunyai kebiasaan mengonsumsi susu dalam gelas,

Universitas Indonesia
87

bukan dalam botol. Sikap ibunya terhadap kesehatan gigi dan mulut memiliki skor 8,5.
Pengetahuan ibu tentang makanan yang dapat menyebabkan gigi berlubang memiliki
skor 1 dan pengetahuan ibu tentang cara membersihkan plak gigi memiliki skor 1.
Berapakah probabilitas anak tersebut untuk mengalami karies?
Jawab :
y = -8,911+ 2,039 * Cara Minum Dot + 1,282*Sikap Ibu + 1,679*P5.1 + 1,264*P5.2 +
3,134*Indeks Plak Anak + 1,881* pH Saliva Anak + 1,573*Konsumsi Susu Botol
+ 1,205*White Spot
= -8,911+ 2,039 * 0 + 1,282*0 + 1,679* 0 + 1,264*0 + 3,134*1 + 1,881* 0 +
1,573*1 + 1,205*0
= -4,201

P = 1/(1+exp[-y])
= 1/(1+exp[-(-4,201)]
= 0,015
Kesimpulan: Anak tersebut memiliki probabilitas sebesar 1,5% untuk mengalami karies,
artinya anak tersebut termasuk dalam kategori risiko rendah untuk terjadinya karies gigi.
Selanjutnya, manajemen yang perlu dilakukan untuk anak tersebut sesuai kelompok
risikonya adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan berkala rongga mulut: minimal 6 bulan sekali
2) Pemeriksaan radiografik: Diperlukan bila terdapat permukaan yang tidak dapat
diperiksa dengan jelas secara visual ataupun dengan explorer/sonde.
3) Fluoride: Gosok gigi 2x sehari dengan jumlah pea-sized pasta gigi. Aplikasi
fluor varnish topikal setiap 3-6 bulan.
4) Pada lesi yang sudah ada: monitoring, restorasi pada kavitas anak dan ibu.
Restorasi anak: GIC, SSC. Restorasi pada ibu: kompomer, komposit
5) Konseling. Hal-hal yang harus disampaikan :
Pentingnya gigi sulung penting
Kesehatan rongga mulut ibu berpengaruh pada anak, menghindari pemakaian
peralatan makan dan gosok gigi bersama.
Kontrol periodik ibu dan anak
Pentingnya pemberian fluor dan sealant untuk mencegah karies.
Mengajarkan cara menggosok gigi yang benar (cara, pemilihan sikat, pasta)
Universitas Indonesia
88

Memberi pengertian tentang oral habit dan perlunya intervensi dokter gigi
bila diperlukan.
Mendiskusikan dengan ibu tentang diet sehat.
Memberi pengertian bahwa minum dengan gelas lebih baik dibanding dengan
botol.
Regulasi minum susu botol.
Kewaspadaan orang tua tentang keselamatan anak saat bermain.

Universitas Indonesia
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian ini adalah:
1. Faktor risiko karies dari ibu yaitu usia, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga,
riwayat karies, indeks plak, dan pH saliva tidak dapat digunakan sebagai
komponen dalam model penilaian risiko karies dan pedoman penyusunan
manajemen karies gigi pada anak melalui penggunaan suatu perangkat lunak.
2. Faktor risiko karies dari ibu yaitu sikap dan pengetahuan ibu (tentang makanan
yang dapat menyebabkan gigi berlubang dan cara membersihkan plak gigi) dapat
digunakan sebagai komponen dalam model penilaian risiko karies dan pedoman
penyusunan manajemen karies gigi pada anak melalui penggunaan suatu perangkat
lunak.
3. Faktor risiko karies dari anak yaitu usia, gender, riwayat kesehatan umum,
kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan mengemil, dan kebiasaan minum manis tidak
dapat digunakan sebagai komponen dalam model penilaian risiko karies dan
pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak melalui penggunaan suatu
perangkat lunak.
4. Faktor risiko karies dari anak yaitu lesi white spot, indeks plak, pH saliva, dan
konsumsi susu botol dapat digunakan sebagai komponen dalam model penilaian
risiko karies dan pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak melalui
penggunaan suatu perangkat lunak.
5. Faktor-faktor risiko karies yang paling berpengaruh terhadap risiko terjadinya
karies pada anak dalam penelitian ini, menurut kemaknaannya adalah indeks plak
anak, konsumsi susu botol, pH saliva anak, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan lesi
white spot anak.

89 Universitas Indonesia
90

7.2 Saran

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi risiko
terjadinya karies pada seorang anak. Maka dari itu, diperlukan sosialisasi
penggunaan perangkat lunak komputer Model Prediksi Risiko Karies ini, pada
diskusi ilmiah, ceramah ilmiah, pelatihan, workshop dan publikasi ilmiah pada
masyarakat secara luas, khususnya para dokter gigi, dokter gigi anak dan pihak-
pihak terkait yang kompeten.
2. Perangkat lunak komputer Model Prediksi Penilaian Risiko Karies pada Anak yang
dihasilkan penelitian ini, hendaknya diaplikasikan secara periodik dan
berkesinambungan oleh para dokter gigi. Hal tersebut dalam rangka membantu
menentukan risiko karies pasien, menentukan manajemen yang tepat, serta tujuan
akhir yang mulia sejalan dengan tujuan WHO yaitu Indonesia bebas karies pada
tahun 2030.
3. Perangkat lunak komputer Model Prediksi Penilaian Risiko Karies pada Anak yang
dihasilkan penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai suatu kebijakan Pemerintah
dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk membantu merealisasikan program
pencegahan karies pada anak Indonesia.

Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI

1. Direktorat Kesehatan Gigi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman


Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Indonesia Sehat 2010. Available at
http://www.depkes.go.id/. Accessed June 9, 2015.

2. Saravanan M, Lokesh S, Polepalle T, et al. Prevalence, severity and associated


factors of dental caries in 3-6 year old children- a cross sectional study. Int J Dent
Sci and Res. 2014; 2(6A): 5-11.

3. Retnakumari N, Cyriac G. Childhood caries as influenced by maternal and child


characteristics in pre-school children of Kerala-an epidemiology study. J Contemp
Clin Dent. 2012; 3(1): 1-8.

4. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar, Laporan Nasional 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. Available from
http://www.litbang.depkes.go.id/laporanRKD/Indonesia/Riskesdas2013.

5. Skrìvele S, Carè R, Bèrzina S, et al. Caries and its risk factors in young children in
five different countries. Stomatologija Baltic Dent and Maxillofaxial J. 2013; 15:
39-46.

6. Bhardwaj SV, Bhardwaj A. Early childhood caries and its correlation with
maternal education level and socio-economic status. J Orofacial Sc. 2014; 6(1):
53-7.

7. Sheiham A. Dental caries affects body weigth, growth and quality of life in pre-
school children. British Dent J. 2006; 201 (10).

8. Mishu MP, Hobdell M, Khan MH, Hubbard RM, Sabbah W. Relationship


between untreated dental caries and weight and height of 6 to 12-year-old primary
school children in Bangladesh. Int J Dent. 2013; 11: 1-5.

9. Newburn E. Cariology. 3rd ed. Chicago : Quintessence Books ; 1989.

10. Kidd EAM, Fejerskov O. What constitute dental caries? Histopathology of carious
enamel and dentin related to the action of cariogenic biofilms. J Dent Res. 2004;
83 : C35-C38.

11. Ngo H, Gaffney S. Risk assesment in the diagnosis and management of caries. 2nd
ed. Queensland : Knowledge Books and Software; 2005.

12. Napimoga MH, Höfling JF, Klein MI, Kamiya RU, Goncalves RB. Transmission,
diversity, and virulence factors of Streptococcus mutans genotypes. J Oral
Science. 2005; 47 (2).

91 Universitas Indonesia
92

13. Raj R, Vaibhav V. Maternal factors and child oral health. Int J Health Sc Res.
2012; 2(8): 102-8.

14. Sufia S, Khan AA, Chaudry S. Maternal factors and child’s dental health. J Oral
Health Comm Dent. 2009; 3(3) : 45-8.

15. Hirooka LB, Mestriner-Junior W, Mestriner S, et al. Dental caries in mother-child


pairs from Xingu. Braz J Oral Sci. 2014; 13(1): 43-6.

16. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of pediatric dentistry. 4th ed. Sydney :
Mosby Elsevier Company; 2013 : 53-57.

17. Bahar A. Paradigma baru pencegahan karies gigi. Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; 2011: 59-74.

18. Premkumar S. Manual of pediatric dentistry. 1st ed. New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Publishers; 2014: 171-220.

19. Oredugba F, Agbaje M, Ayedun O, et al. Assessment of mother’s oral health


knowledge : towards oral health promotion for infant and children. J Sc Research
Health. 2014; 6: 908-15.

20. Petersen PE. Sociobehavioral risk factors in dental caries-internaional perspective.


J Community Dent Oral epidemiol. 2005; 33: 274-9.

21. Adyatmaka I. Simulator risiko karies gigi untuk anak prasekolah. Jakarta:
Universitas Indonesia, 2008. Disertasi.

22. American Academy of Pediatric Dentistry. Policy on the use of a caries-risk


assessment tool (CAT) for infants, children and adolescents. Reference Manual.
2003.

23. American Academy of Pediatric Dentistry. Guidelines on caries-risk assessment


and management for infants, children, and adolescents. Clinical guidelines.
Reference Manual. 2014.

24. Ramos-Gomez FJ, Crystal YO, Ng Wai M, et al. Pediatric dental care : prevention
and management protocols based on caries risk assessment. CDA J. 2010; 38(10):
746-760.

25. Zukanovic A. Caries risk assessment models in caries prediction. Acta Medica
Academic. 2013; 42(2): 198-208.

26. Kemparaj U, Chavan S, Shetty NL. Caries risk assessment among school children
in Davangere City using Cariogram. Int J Prev Med. 2014; 5(5): 664-71.

Universitas Indonesia
93

27. Rao A. Principles and practice of pedodontics. 3rd ed. New Delhi; Jaypee Brothers
Medical Pub; 2012.

28. Marwah N. Textbook of pediatric dentistry. 3rd ed. New Delhi; Jaypee Brothers
Medical Pub; 2014.

29. Pinkham J, Casamasimo P, Field H. Pediatric dentistry infancy through


adolescence. 4th ed. St. Louis: Elseviers Saunders Co; 2005.

30. Lueckel HM, Paris S, Ekstrand KR. Caries management-science and clinical
practice. Stuttgart: Thieme; 2013.

31. Karpinski TM, Szkaradkiewicz AK. Microbiology of dental caries. J Biol Earth
Sci 201 3; 3(1 ): M21 -M24.

32. Fejerskov O, Kidd EAM. Dental caries-the disease and its clinical management.
Oxford: Blackwell Munksgaard; 2003.

33. Ramos-Gomez FJ, Crystal YO, Ng Wai Man. Caries risk assessment, prevention,
and management in pediatric dental care. J General Dentistry. 2010; 11(12): 505-
517.

34. Peneva M. Dental caries-disturbed balance of the risk factor. J IMAB. 2007;
13(2): 61-3.

35. Basavaraj P, Khuller N, Ingle R, et al. Caries risk assessment and control. J of
Oral Health Com Dent. 2011; 5(2): 58-63.

36. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. 9th ed.
St.Louis, Missouri : CV. Mosby Co; 2011.

37. Casamassimo PS, Fields HW, McTigue DJ, Nowak AJ. Pediatric dentistry
through adolescence. 5th ed. St. Louis-Missouri : Elsevier Saunders; 2013.

38. Lekic N. Caries risk assessment in young children and its significance in caries
prevention. Available at http://www.cda.org/library/cda. Accessed Juni 7, 2015.

39. Hurlbutt M. CAMBRA : Best practices in dental caries management. Peer Review
Publications. 2011.

40. Anup N, Vishnani P. Cariogram- A multi-factorial risk assessment software for


risk prediction of dental caries. Int J Sci Study. 2014; 1(4): 58-62.

41. Fontana M, Jackson R, Eckert G, et al. Identification of caries risk factors in


toddlers. J Dent Res. 2011; 90(2): 209-214.

Universitas Indonesia
94

42. Law V, Seouw WK, Townsend G. Factors influencing oral colonization of mutans
streptococci in young children. Australian Dent J. 2007; 52(2): 93-100.

43. Ramanalingam L, Messer LB. Early childhood caries : an update. Singapore Dent
J. 2004; 26(1): 21-9.

44. Koch G, Poulsen S. Pediatric dentistry a clinical approach. 2nd ed. United
Kingdom : Blackwell Pub; 2009.

45. Zero D. Sugars-the arch criminal. Caries Reserach. 2004; 38: 277.

46. Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. 2nd ed.
Dental caries-the major cause of tooth damage. Queenslan : Knowledge books and
software; 2005.

47. Bedos C. Dental caries experience : a two generation study. J Dent Res. 2005;
84(10): 931-6.

48. DomAjean-Orliaguet GSA, Featherstone JDB. Caries risk assessment in an


educational environment. J Dent Edu. 2006; 70(12): 1346-54.

49. Ersin N. Association of maternal-child characteristics ad a factor in early


childhood caries and salivary bacterial counts. J Dent Child. 2006; 73(2): 105-11.

50. Nourijelyani K, Yekaninejad MS, Eshraghian MR, Mohammad K, Foroushani


AR, Pakpour A. The influence of mother’s lifestyle and health behavior on their
children : an exploration for oral health. Iran Red Crescent med J. 2014; 16(2).

51. Yamamoto M, Tsutsui A, Nakamura G, et al. Caries prevalence and caries risk
factor in children aged 3-5 years : cross sectional study. J Dent Hlth. 2013; 63(1):
15-20.

52. Cabral RN, Hilgert LA, Faber J, et al. Caries risk assessment in schoolchildren-a
form based on cariogram software. J Appl Oral Sci. 2014; 22(5): 397-402.

53. Messer LB. Assessing caries risk in children. Australian Dent J. 2000; 45(1): 10-
16.

54. Petersson GH, Isberg P, Twetman S. caries risk assessment in school children
using a reduced cariogram model without saliva tests. Research Article. Biomed
Central Oral Health. 2010.

55. Berg JH, Slayton RL. Early childhood oral health. 2nd ed. New Jersey: John
Willey & Sons, Inc; 2016.

56. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta;


2012: 164-168.
Universitas Indonesia
95

57. Budiharto. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC; 81-109.

58. Chin JR, Kowolik JE, Stookey GK. Dental caries inthe child and adolescent.
Dalam : JA Dean. Dentistry for the child and adolescent. (Editor). 10th ed. St
Louis : Saunders Elsevier Company; 2016. H. 155-73.

59. Ramos-Gomez FJ, Crystal YO, Domejean S, Featherstone JDB. Minimal


intervention dentistry : part 3. Paediatric dental care-prevention and management
protocols using caries risk assessment for infants and young children. British Dent
J. 2012; 213(10): 501-8.

60. Jenson L, Budenz AW, Featherstone JDB. Clinical protocols for caries
management by risk assessment. CDA J. 2007; 35(10): 714-723.

61. Evans RW, Dennison PJ. The caries management system : an evidence-based
preventive strategy for dental practitioners. Application for children and
adolescents. Australian Dental J. 2009; 54: 381-9.

62. Featherstone JDB. Delivery chalenge for fluoride, chlorhexidine, and xylitol.
BMC Oral Health. 2006; 6 : S8.

63. Healthcare Improvement Scotland. Preventing dental caries in children at high


caries risk. Available at http://www.sign.ac.uk/guidelines/. Accessed May 5,
2015.

64. Tinanoff N. Caries management in children : decision making and therapies.


Compedium 2002; 23(12): 9-13.

65. American Academy of Pediatrics Policy Statement. Oral health risk assessment
timing and establishment of the dental home. 2008.

66. Felke-Moris TA. Web development and design foundations with HTML5. 8th ed.
Oxford : Pearson Education, Inc; 2017.

67. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-5. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika; 2013.

68. WHO. Oral health survey, basic methods. Geneva, Switzerland : WHO; 1997.

69. Fejerskov O, Pitts N, Fehr FVD. Caries epidemiology, with special emphasis on
diagnostic standard. Oxford : Blackwell Munksgaard; 2003.

70. Mejare I, Mjor I. Prognosis for caries and restorations. Oxford : Blackwell
Munksgaard; 2003.

Universitas Indonesia
96

71. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA . Carranza’s clinical
periodontology.10th ed. Philadelphia : Saunders Elsevier Company; 2006.

72. Badan Pusat Statistik Indonesia. Available at http://www.bps.go.id/. Accessed


June 8, 2015.

73. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Seri 1 Edisi ke-6. Jakarta :
Penerbit Epidemiologi Indonesia; 2015: 241-3

74. Çolak H, Durgergïl CT, Dalli M, et al. Early childhood caries update : a review of
causes, diagnoses, and treatments. J Nat Sci Biol Med. 2013; 4(10): 29-38.

75. Subramaniam P, Girish BKL. Effect of restoring carious teeth on occlusal bite
force in children. J of Clin Ped Dent. 2016; 40(4): 297-300.

76. Mukhopadhyay S, Roy P. Extraction of primary teeth in children : an


observational study. J of Cranio-Maxillary Disease. 2015; 4(1): 57-61.

77. Alsheneifi T, Hughes CV. Reasons for dental extractions in children. Scientific
Article. Am Academy of Ped Dent. 2001; 23: 2.

78. Olsen I, Van Winkelhoff AJ. Acute focal infections of dental origin. J
Periodontology 2000. 2014; 65(1): 178-189.

79. Setty JV, Srinivasan I. Knowledge and awareness of primary teeth and their
importance among parents in Bengaluru City, India. Int J Clin Ped Dent. 2016;
9(1): 56-61.

80. Axelsson P. Diagnosis and risk prediction of dental caries. Illinois: Quintessence
Publishing Co; 2000. p.1-86.

81. Van Loveren C, Lingström P. Diet and dental caries. In : Fejerskov O, Nyvad B,
Kidd E, editors. Dental caries. The disease and its clinical management. 3rd ed.
Oxford : Willey Blackwell; 2015: p.134-5.

82. Nightingale KJ, Chinta SK, Agarwal P, et al. Toothbrush efficacy for plaque
removal. Int J of Dent Hygiene. 2015; 12: 251-6.

83. Grover D, Malhotra R, Kaushal SJ, et al. Toothbrush ‘a key to mechanical plaque
control’. Indian J Oral Sci. 2012; 3(2): 62-8.

84. Suresh BS, Ravishankar TL, Chaitra TR, et al. Mother’s knowledge about pre-
school child’s oral health. J Indian Soc of Ped and Prev Dent. 2010; 28(4): 282-7.

85. Saldùnaite K, Bendoraitienè EA, Slabsînskiene E, et al. The role of parental


education and socioeconomic status in dental caries prevention among Lithuanian
children. Medicina. 2014; (50): 151-61.
Universitas Indonesia
97

86. Moimaz SAS, Fadel CB, Lolli LF. Social aspects of dental caries in the context
mother-child pair. J Appl Oral Sci. 2014; 22(1): 73–78.

87. Raj R, Vaibhav V. Maternal factors and child oral health. Int J health Sci & Res.
2012; 2(8). 102-106.

88. Setyaningsih R, Prakoso I. Hubungan tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi,


dan tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi dengan kejadian karies
gigi pada anak usia Balita di Desa Mancasan Baki Sukoharjo. KOSALA” JIK.
2016; 4(1): 13-24.

89. Fisher-Owen SA, Gansky SA, Platt LJ, et al. Influence on children’s oral health ;
a conceptual model. J The Am Academy of Pediatr. 2007; 120(3). e510-e520.

90. Wigen TI, Wang NJ. Parental influences on dental caries development in
preschool children. An overview with emphasis on recent Norwegian research. J
Norsk Epidemiologi. 2012; 22(1): 13-9.

91. Bozorghmer E, Hajizamani A, Mohammadi TM. Oral health behaviour of parents


as a predictor of oral health status of their children. J ISRN Dentistry. 2013;
2013:1-5.

92. Jain R, Oswal KO, Chitguppi R. Knowledge, attitude and practices of mothers
toward their children’s oral health: A questionnaire survey among subpopulation
in Mumbai (India). J of Dent Res and Sci Development. 2014; 1(2): 40-5.

93. De Souza PMES, Proença MAM, Franco MM, et al. Association between early
childhood caries and maternal caries status : a cross-section study in São Luís,
Maranhão, Brazil. Eur J Dent. 2015; 9(1): 122-6.

94. Bennadi D, Reddy CVK, Sunitha S, et al. Oral health status of 3-6 year old
children and their mother’s oral health related knowledge, attitude and practices in
Mysore City, India. Asian J Med Sc. 2015; 6(2): 66-71.

95. Walsh LJ. Dental plaque fermentation and its role in caries risk assessment. J Int
Dent SA. 2006; 8(5). 34-40.

96. Domi M. Summary of : oral health related quality of life of children in relation to
dental appearance and educational transition. British Dent J. 2011; 211: 72-3.

97. Zemaitiene M, Grigalakauskiene R, Andruskeviciene V, et al. Dental caries risk


indicator in early childhood and their association with caries polarization in
adolescence : a cross-sectional study. BMC Oral Health. 2017; 17: 2.

98. American Academy of Pediatric. Protecting all children’s teeth. Special needs.
Available from http://www.aap.org/oralhealth. Accessed June 5, 2015.

Universitas Indonesia
98

99. Altun C, Guven G, Akgun OM. Oral health status of disabled individuals
attending special schools. Eur J of Dent. 2010; 4(4). 361-6.

100. Norwood KW, Slayton RL. Oral health care for children with developmental
disabilities. J Am Academy of Pediatr. 2013; 131: 614-9.

101. Guy S. Children’s caries history predict future tooth decay. J of Sringer
Healthcare. 2012;1 (1627).

102. Brambilla E, Gracia-Godoy F, Strohmenger L. Principles of diagnosis treatment


of high caries risk subjects. Dent Clin North America. 2000; 44 ( 3): 507.

103. Featherstone JDB. Caries prevention and reversal based on the caries balance. J
Ped Dent. 2006; 28(2); 128.

104. Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. In Dental
caries-the major cause of tooth damage. JM McIntyre (Editor). 2nd Ed.
Queensland: Knowledge books and software; 2005.

105. Utami S. The relationship between dental plaque and the severity of dental caries
among preschool children. Indonesian Dent J. 2013; 2(2): 9-15.

106. Farani W, Rus SIS. Pengaruh perbedaan menyikat gigi dengan metode horizontal
dan vertikal terhadap pengurangan plak pada anak perempuan usia 12 tahun.
Dentika Dental J. 2008;13(2):108.

107. Anderson M. Risk assessment and epidemiology of dental caries : review of the
literature. Literature Review Pediatric Dentistry. 2002; 24 (5).

108. Laksmiastuti SR, Budiardjo SB, Sutadi H. Breastfeeding and dental caries’ risk in
children : a systematic review for pediatric dentist. National Scientific Meeting in
Pediatric Dentistry. Prosiding. 2017.

109. Bachtiar A. Wawancara personal. 11 Desember 2017.

110. Searight HR. Realistic approaches to counseling in the office setting. Am Fam
Physician J. 2009; 15( 79): 277-84.

----------------------------------------------------------

Universitas Indonesia
99

Lampiran 1 : Informasi kepada Responden

INFORMASI

Bersama ini disampaikan bahwa saya drg. Sri Ratna Laksmiastuti, Sp.KGA, sebagai
peserta Program Doktor Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ingin
melakukan penelitian mengenai PENILAIAN RISIKO KARIES DAN
PENYUSUNAN MANAJEMEN KARIES GIGI PADA ANAK, kajian untuk
pembuatan perangkat lunak profil kariogenik. Karies atau gigi berlubang bersama
penyakit jaringan penyangga gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling tinggi
prevalensinya di masyarakat, termasuk pada anak. Gigi berlubang pada anak bila tidak
dirawat akan menimbulkan banyak hal yang tidak menguntungkan. Meskipun banyak
upaya telah dilakukan, namun prevalensinya tetap tinggi. Gigi berlubang merupakan
penyakit yang melibatkan banyak faktor, salah satunya adalah faktor risiko.
Risiko gigi berlubang adalah kemungkinan seseorang menderita gigi berlubang dalam
suatu waktu tertentu. Deteksi faktor risiko terjadinya gigi berlubang merupakan langkah
penting pada upaya pencegahan gigi berlubang serta pada saat menentukan rencana
perawatan. Dengan mengetahui tingkat risiko kemungkinan seorang anak akan
mengalami gigi berlubang, maka rencana pencegahan dan rencana perawatan akan lebih
mudah ditentukan.
Tujuan penelitian ini antara lain adalah mendapatkan suatu penilaian tingkat risiko
seorang anak akan mengalami gigi berlubang. Penilaian tingkat risiko akan dinilai
berdasarkan pemeriksaan pada anak dan ibunya. Apabila tingkat risiko seorang anak
mengalami gigi berlubang diketahui sejak dini, maka upaya pencegahan dapat segera
dilakukan dan rencana perawatanpun dapat segera ditentukan. Pemilihan ibu beserta
putra-putrinya untuk ikut serta dalam penelitian ini berdasarkan beberapa alasan,
diantaranya yaitu usia anak (3-5 tahun), dan ibu merupakan pengasuh utama anak.

Universitas Indonesia
100

(lanjutan)

Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah dilakukan pemeriksaan gigi untuk
melihat jumlah gigi berlubang yang sudah ada, menghitung skor plak gigi, serta
pengambilan ludah. Hal tersebut dilakukan dalam satu kesempatan. Alat dan bahan
yang digunakan tidak akan membahayakan ibu dan anak. Pelaksanaan pemeriksaan dan
pengambilan plak dan ludah tidak akan memakan waktu yang lama. Waktu yang
diperlukan adalah sekitar 15 menit. Selain itu, ibu dimohon untuk mengisi lembar
kuesioner yang telah disiapkan. Pemeriksaan tidak dipungut biaya apapun.
Hasil pemeriksaan akan bermanfaat langsung untuk orang tua dan anak sebagai relawan,
karena akan didapatkan penilaian tingkat risiko anak mengalami gigi berlubang.
Sehingga orang tua akan memperoleh informasi tentang bagaimana kemungkinan
anaknya akan mengalami gigi berlubang. Sebagai relawan, ibu dan anak bebas menolak
jika tidak bersedia ikut dan berhak mengundurkan diri. Data yang diperoleh semata-
mata hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya, serta
hanya akan diketahui yang bersangkutan jika diperlukan. Setelah pemeriksaan gigi,
plak, pengambilan ludah serta pengisian kuesioner selesai, ibu dan anak akan
memperoleh masing-masing 1 paket alat kesehatan gigi dan mulut (pasta gigi, sikat gigi,
gelas kumur).
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Apabila
sewaktu-waktu membutuhkan keterangan lebih lanjut, ibu dapat menghubungi :
Drg. Sri Ratna Laksmiastuti, Sp.KGA
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Jl. Salemba no. 4 Jakarta Pusat.
HP. 0811329308

Universitas Indonesia
101

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Anak

ANAK

LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ...........................................................................................
Usia : ........................Tahun.....................Bulan Lk/Pr
Alamat : ...........................................................................................
RT.................RW...................Kode Pos : .....................
Kelurahan : .........................Kecamatan : ......................
Kotamadya : .........................Telp : .....................

Orang tua dari :


Nama : ............................................................................................
Usia : .......................Tahun.....................Bulan Lk/Pr(*)

Setelah menerima penjelasan mengenai penelitian ini dan mengerti semua prosedur
pemeriksaan penelitian, maka dengan ini kami Mengijinkan / Tidak mengijinkan(*)
secara suka rela putra/putri kami untuk berpartisipasi sebagai relawan penelitian.
Demikian pernyataan ini dibuat dan ditanda tangani tanpa tekanan dan dengan rasa
kesadaran sepenuhnya.

Penanggung Jawab Penelitian Jakarta, 2016

Drg. Sri Ratna Laksmiastuti, Sp.KGA Orang tua/wali

(*)
Coret yang tidak perlu

Universitas Indonesia
102

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Orang Tua

ORANG TUA

LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ............................................................................................
Usia : ........................Tahun.....................Bulan Lk/Pr
Alamat : ............................................................................................
RT.................RW...................Kode Pos : ......................
Kelurahan : .........................Kecamatan : . .....................
Kotamadya : .........................Telp : ......................

Setelah menerima penjelasan mengenai penelitian ini dan mengerti semua prosedur
pemeriksaan penelitian yang berjudul :
PENILAIAN RISIKO KARIES DAN PENYUSUNAN MANAJEMEN KARIES
GIGI PADA ANAK
(Kajian untuk Pembuatan Perangkat Lunak Profil Kariogenik)
Dengan ini menyatakan Bersedia / Tidak bersedia(*) secara sukarela untuk
berpartisipasi sebagai relawan penelitian. Demikian pernyataan ini dibuat dan
ditandatangani tanpa tekanan dan dengan rasa kesadaran sepenuhnya.
Demikian pernyataan ini dibuat dan ditanda tangani tanpa tekanan dan dengan
rasa kesadaran sepenuhnya.

Penanggung Jawab Penelitian Jakarta, 2016

Drg. Sri Ratna Laksmiastuti, Sp.KGA Orangtua/wali

(*)
Coret yang tidak perlu

Universitas Indonesia
103

Lampiran 4: Instrumen Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN

A. DATA FAKTOR IBU


Nama : ........................................................................................
Alamat : .......................................................................................
No Telp : .......................................................................................

1. Tanggal lahir Ibu hh....bb.....tt.......


SD S1
2. Tingkat pendidikan ibu SMP S2
SMA S3
Akademi

3. Pendapatan keluarga Rp.....................,‐

4. Sikap ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut ( beri tanda √ )


Alternatif jawaban
Pertanyaan Sangat Setuju Tidak Sangat tidak
setuju ( 2) Setuju setuju
(1) (4) (5)
4.1 Bagaimana pendapat ibu
tentang menggosok gigi
setelah makan?
4.2 Bagaimana pendapat ibu
tentang penambalan gigi
yang berlubang?
4.3 Bagaimana pendapat ibu
tentang pencabutan gigi
yang telah rusak/sisa akar?
4.4 Bagaimana pendapat ibu
tentang gigi sulung adalah
penting, meskipun
nantinya akan tanggal dan
diganti gigi dewasa?
4.5 Bagaimana pendapat ibu
tentang kontrol ke dokter
gigi secara teratur perlu
dilakukan walaupun tidak
ada keluhan?

Universitas Indonesia
104

(lanjutan)
5. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut ( beri tanda √ )
Alternatif jawaban
Pertanyaan A B C D E

5.1 Makanan yang dapat


menyebabkan gigi berlubang 0 1 1 0 2
adalah :
A. Makanan yang asin
B. Makanan yang panas
C. Makanan yang asam
D. Makanan yang keras
E. Makanan yang
lengket dan
mengandung gula
5.2. Plak gigi dapat dibersihkan 0 0 1 1 2
dengan cara :
A. Tidak tahu
B. Hilang sendiri
C. Dihilangkan dengan
tusuk gigi
D. Kumur‐kumur
E. Menggosok gigi
5.3 Waktu yang tepat untuk 0 0 1 0 2
menggosok gigi :
A. Kalau perlu saja
B. Setiap mandi pagi
C. Setelah sarapan pagi
D. Setiap mandi
E. Pagi sesudah
sarapan, dan malam
sebelum tidur
5.4 Cemilan atau jajanan yang 0 0 1 1 2
tidak merusak gigi :
A. Permen/dodol
B. Es krim
C. Gorengan
D. Roti
E. Buah‐buahan
5.5 Kontrol teratur ke dokter gigi 0 0 1 1 2
sebaiknya dilakukan :
A. Setahun sekali
B. Kalau sakit saja
C. 8‐10 bulan sekali
D. 6‐8 bulan sekali
E. 4‐6 bulan sekali

Universitas Indonesia
105

(lanjutan)
6. Riwayat karies ibu ( beri tanda √ )

Tidak ada Ada

......... .........

7. Indeks plak ibu ( beri tanda √ )


Indeks Loe and Silness
3 2 1 0

Terdapat banyaknya Terdapat deposit Terdapat selapis tipis Tidak terlihat warna
deposit lunak yang lunak yang sedang plak melekat pada merah di permukaan
disertai poket gingival disertai poket tepi gingiva dan gigi yang diperiksa
dan/ atau pada tepi gingival dan pada daerah yang
gingiva dan tepi gingiva dan/ berdekatan dengan
berdekatan dengan atau berdekatan gigi.
permukaan gigi. dengan permukaan
gigi.

8. pH Saliva ibu =.................................

Universitas Indonesia
106

(lanjutan)
B. DATA FAKTOR ANAK
Nama : ......................................................................................
Alamat : .....................................................................................
No Telp : .....................................................................................

1. Tanggal lahir anak hh.....bb.....tt.....

2. Gender 1. Perempuan
2. Laki‐laki

3. Riwayat kesehatan umum 1. Anak normal


2. Anak berkebutuhan khusus

4.Karies anak ( beri tanda √ )

Tidak ada Ada

......... .........

5.Lesi white spot ( beri tanda √ )

Tidak ada Ada

......... .........

6. Indeks plak anak ( beri tanda √ )


Indeks Loe and Silness
3 (4) 2 (3) 1 (2) 0 (1)

Terdapat banyaknya Terdapat deposit Terdapat selapis Tidak terlihat warna


deposit lunak yang lunak yang sedang tipis plak melekat merah di permukaan
disertai poket gingival disertai poket gingival pada tepi gingiva gigi yang diperiksa
dan/ atau pada tepi dan pada tepi gingiva dan daerah yang
gingiva dan berdekatan dan/ atau berdekatan berdekatan dengan
dengan permukaan dengan permukan gigi.
gigi. gigi.

Universitas Indonesia
107

(lanjutan)

7. pH Saliva anak =.........................


8. Kebiasaan menggosok gigi ( beri tanda √ )
Alternatif jawaban
A (1) B (2) C (3)
9.1 Setiap hari berapa kali anak ibu
menggosok gigi ?
A. 2‐3 kali/hari
B. 1 kali/hari
C. Jarang

9.2 Apakah saat menggosok gigi anak


ibu memakai pasta gigi ?
A. Selalu
B. Kadang‐kadang
C. Tidak pernah

9.Kebiasaan mengemil = ...................kali diantara 2 waktu makan

10.Kebiasaan minum manis =....................kali diantara 2 waktu makan

11.Konsumsi susu botol ( beri tanda √ )


Alternatif jawaban
A (1) B (2)
11.1 Apakah anak ibu masih
ngedot (minum susu dalam
botol)?
A. Tidak
B. Ya

11.2 Bila masih ngedot, apakah


dotnya diminum hingga
tidur?
A. Tidak
B. Ya

Universitas Indonesia
108

Lampiran 5 : Surat Keterangan Lolos Etik

Universitas Indonesia
109

Lampiran 6 : Surat Pengantar Penelitian

Universitas Indonesia
110

(lanjutan)

Universitas Indonesia
111

(lanjutan)

Universitas Indonesia
112

(lanjutan)

Universitas Indonesia
113

(lanjutan)

Universitas Indonesia
114

(lanjutan)

Universitas Indonesia
115

(lanjutan)

Universitas Indonesia
116

Lampiran 7 : Model Aplikasi Perangkat Lunak


Penilaian Risiko Karies pada Anak

Halaman Awal Aplikasi. Klik Next untuk memulai memasukkan data.

Langkah 1: Mengisikan Data Faktor Ibu.


Klik Next untuk memasukkan data anak.

Universitas Indonesia
117

(lanjutan)

Langkah 2: Mengisikan Sikap Ibu terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut.


Klik Next untuk memasukkan data anak.

Langkah 3: Mengisikan Data Faktor Anak. Klik Selesai untuk melihat Risiko.

Universitas Indonesia
118

(lanjutan)

Hasil Penilaian Risiko Karies pada Anak.


Pada contoh Risiko Tinggi

Klik Menu “DIAGNOSTIK” untuk melihat Diagnostik.

Universitas Indonesia
119

(lanjutan)

Klik Menu “INTERVENSI PENCEGAHAN” untuk melihat langkah


Intervensi Pencegahan.

Klik Menu “RESTORASI” untuk melihat langkah Restorasi yang perlu dilakukan.

Universitas Indonesia
120

RINGKASAN

Pendahuluan

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral yang esensial dari kesehatan tubuh
secara umum. Rongga mulut merupakan refleksi dari kondisi kesehatan dan
kesejahteraan secara umum. Karies gigi bersama penyakit periodontal merupakan
penyakit gigi dan mulut yang paling umum dijumpai di masyarakat, termasuk pada
anak. Karies gigi adalah penyakit infeksius yang telah menjadi masalah kesehatan yang
bersifat global, dan banyak dijumpai di negara-negara maju maupun berkembang
termasuk Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi karies pada
anak usia pra sekolah di Indonesia adalah sebesar 85,17%.1-5

Karies gigi pada anak yang tidak dirawat akan menimbulkan banyak hal yang tidak
menguntungkan misalnya timbulnya rasa sakit, kemungkinan terjadinya infeksi,
gangguan aktivitas sehari-hari, masalah psikomotor, serta gangguan pertumbuhan
seorang anak. Karies gigi berhubungan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan
dento kranio fasial. Hal tersebut dinyatakan oleh Bhardwaj (2014) yang mengatakan
bahwa karies pada fase gigi sulung yang tidak dirawat dapat menyebabkan terjadinya
maloklusi di fase gigi permanen.6

Proses terjadinya karies gigi merupakan proses yang dinamis dan berkelanjutan
termasuk terjadinya demineralisasi yang berulang secara periodik akibat paparan asam
organik yang dihasilkan dari fermentasi substrat karbohidrat oleh mikroorganisme.
Streptococcus mutans (S. mutans) merupakan mikroorganisme yang dianggap sebagai
penyebab utama penyakit ini.7-9

Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial, penyakit ini melibatkan banyak faktor,
baik faktor etiologi maupun faktor risiko. Faktor-faktor yang terlibat antara lain adalah
faktor mikroba, faktor genetik, faktor lingkungan, faktor kebiasaan, faktor diet, dan
beberapa faktor lain.10 Karies gigi juga merupakan penyakit infeksius yang dapat
ditransmisikan. Ibu dianggap sebagai sumber utama primer dari infeksi S. mutans pada
anak, dan saliva merupakan sarana utama transmisi tersebut. Hal ini menjadi informasi

Universitas Indonesia
121

penting yang akan membantu mengurangi tingkat karies gigi pada anak. Seorang ibu
merupakan figur yang penting dalam suatu keluarga, dan sangat menentukan dalam
pembentukan karakter dan perilaku anaknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang nyata antara status kesehatan gigi dan mulut ibu dengan
anaknya. Hal tersebut tidak hanya dalam konteks tentang transmisi bakteri, tetapi juga
mengenai pola kebiasaan, dan sikap ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut.11-13

Walaupun sudah banyak upaya yang dilakukan baik itu promotif, preventif dan kuratif,
namun prevalensi karies di Indonesia tetap tinggi. Wilayah geografis yang luas dan
terdiri dari banyak pulau, serta jumlah penduduk yang besar, dapat menimbulkan
beberapa hambatan, terutama komunikasi. Hal tersebut dapat membuat upaya
pencegahan, sentra pelayanan dan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut belum
dirasakan rakyat Indonesia secara optimal dan merata.

Upaya pencegahan karies gigi tidak cukup hanya ditunjang oleh penemuan gejala klinis
dan hasil pemeriksaan radiografis saja. Beberapa faktor lain yang tidak ditemukan pada
pemeriksaan tersebut, ikut berkontribusi pada kejadian karies gigi. Faktor-faktor
tersebut dianggap sebagai faktor risiko karies gigi. Deteksi faktor risiko karies
merupakan langkah penting dalam upaya pencegahan karies gigi serta pada saat
menentukan rencana perawatan. Strategi rencana perawata yang dilakukan berdasar
faktor-faktor risiko individu yang bersangkutan, merupakan gold standard dari
intervensi yang minimal.14,15

Pemeriksaan risiko karies secara umum bertujuan untuk: (1) menentukan faktor etiologi
terjadinya karies saat ini atau masa mendatang; (2) sebagai alat bantu diagnostik klinik;
(3) sebagai sarana untuk memotivasi dan mengedukasi pasien tentang keadaan rongga
mulutnya, sehingga diharapkan perilaku dapat berubah ke arah yang lebih baik; (4)
membantu menentukan rencana perawatan; serta (5) membantu menentukan prognosis
penyakit karies.15 Kombinasi dari pemeriksaan klinis yang cermat, deteksi faktor risiko,
serta pemeriksaan penunjang, merupakan hal penting dalam upaya pencegahan karies.

Anak merupakan individu yang belum mandiri, masih tergantung dengan sosok dan
peran orang tua, khususnya ibu. Risiko terjadinya karies gigi pada anak, juga tidak lepas
dari pengaruh dan peran ibu, sehingga faktor dari ibu ikut berperan terhadap terjadinya
karies pada anak, di samping faktor dari anak itu sendiri. Berdasar hal-hal yang telah

Universitas Indonesia
122

disampaikan di atas, maka dapat dikatakan bahwa deteksi faktor risiko karies pada ibu
dan anak, memegang peranan yang penting dalam upaya menurunkan prevalensi karies
pada anak.

Untuk mencapai target World Health Organization (WHO) tahun 2020 yaitu target
untuk menurunkan indeks Decay Missing Filling Teeth (DMF-T)/ decay exfoliated
filling teeth (def-t), diperlukan program manajemen, termasuk di dalamnya upaya
pencegahan di bidang kesehatan gigi dan mulut yang komprehensif. Upaya yang
dimaksud adalah suatu program yang dapat memutus faktor-faktor etiologi penyakit
gigi dan mulut terutama karies gigi, serta program yang dapat mengendalikan faktor-
faktor yang berpengaruh pada penyakit gigi dan mulut. Program manajemen yang
diterapkan sebaiknya sesuai dengan demografi, kebudayaan dan sistem yang ada di
Indonesia serta mampu menyentuh ke berbagai lapisan masyarakat.4,16

Berdasarkan hakikat kedekatan hubungan antara ibu dan anak, serta merealisasikan
tujuan menurunkan prevalensi karies pada anak, maka sangat perlu dipertimbangkan
suatu cara atau metode penilaian risiko karies pada anak, melalui identifikasi faktor-
faktor risiko karies dari ibu dan anak itu sendiri. Sejalan dengan kemajuan teknologi
dan informasi, metode tersebut sebaiknya dilakukan melalui suatu program perangkat
lunak, sehingga metode ini akan bersifat aplikatif, inovatif, berdaya guna, mudah
digunakan, sesuai dengan situasi dan kondisi di masyarakat kita serta dapat menjangkau
secara luas masyarakat Indonesia.

Aplikasi ini akan menghasilkan interaksi antara karies dan faktor-faktor yang
berhubungan dan akan muncul sebagai suatu penilaian risiko karies dan upaya
manajemennya pada pasien. Metode penilaian risiko karies ini memiliki keunggulan
yaitu: (1) lebih efisien dalam hal waktu dan langkah kerja yang harus dilakukan; (2)
memudahkan pengguna (dokter gigi) untuk membaca diagnosis profil kariogenik
pasien, dan mengerjakan tindak lanjut yang harus dilakukan, serta; serta (3) memberi
informasi dan edukasi kepada pasien tentang kesehatan gigi dan mulutnya.

Beberapa metode penilaian risiko karies yang ada umumnya menggunakan metode dan
pendekatan yang rumit, dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Faktor-
faktor risiko yang diperiksa memerlukan waktu pemeriksaan yang lama, teknik yang
tidak mudah dan biaya yang tidak sedikit. Penelitian ini nantinya akan menghasilkan

Universitas Indonesia
123

penilaian risiko karies pada anak yang mudah, praktis, valid, singkat, ekonomis, serta
akurasi dapat dipertanggungjawabkan karena memeriksa faktor-faktor yang erat
kaitannya dengan karies. Penelitian ini juga mengedepankan hakikat kedekatan
hubungan antara ibu dan anak (emosional, pembentukan karakter, status kesehatan gigi
dan mulut) serta realita kondisi masyarakat Indonesia. Hal-hal tersebut merupakan
pertimbangan utama penulis merancang penelitian ini.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor risiko karies dari
ibu dan anak sebagai alat penilaian risiko karies dan pedoman penyusunan manajemen
karies gigi pada anak. Hal tersebut dapat dilakukan secara mudah, inovatif, praktis,
valid, singkat dan ekonomis melalui penggunaan suatu perangkat lunak. Adapun tujuan
khusus dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis faktor risiko karies dari ibu (usia,
pendidikan, pendapatan keluarga, sikap, pengetahuan, keadaan klinis: riwayat karies,
indeks plak, pH saliva) sebagai alat penilaian risiko karies gigi pada anak dan pedoman
penyusunan manajemen karies gigi pada anak; (2) Menganalisis faktor risiko karies dari
anak (usia, gender, riwayat kesehatan umum, keadaan klinis: lesi white spot, indeks
plak, pH saliva, dan perilaku: kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan mengemil,
kebiasaan minum manis, konsumsi susu botol) sebagai alat penilaian risiko karies gigi
pada anak dan pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menambah khasanah ilmu
pengetahuan, khususnya dalam bidang Ilmu Kedokteran Gigi Anak. Penelitian ini juga
dapat memberi masukan dan informasi kepada para dokter gigi tentang adanya suatu
instrumen perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai alat penilaian risiko karies,
dan dapat digunakan sebagai pedoman dasar menyusun manajemen karies gigi anak.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat,


terutama para ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sebagai upaya
menurunkan risiko terjadinya karies gigi pada putra-putrinya. Selanjutnya, bagi
Pembuat Kebijakan, hasil penelitian ini dapat diaplikasikan sebagai kebijakan
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk membantu merealisasikan

Universitas Indonesia
124

program kesejahteraan ibu dan anak khususnya dalam meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut melalui pencegahan karies gigi pada anak Indonesia.

Kerangka Teori

Berdasarkan penelusuran pustaka, maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut:
Faktor Ibu Faktor Etiologi
1. Sosiodemografik 1. Gigi
Umur, etnis, ras, gender 2. Bakteri Aplikasi Perangkat
2. Pendidikan ibu
3. Diet Lunak Komputer
3. Oral health literacy
4. Sikap orang tua
4. Waktu
Manajemen Karies Gigi
5. Pengetahuan orang tua pada Anak :
6. Kondisi klinis Faktor Lingkungan KARIES
Rongga Mulut -Penilaian risiko karies :
7. Pendapatan -Diagnostik
1. Saliva
2. Antibacterial agent -Intervensi
Faktor Anak 3. Dental sealant pencegahan dini
1. Sosiodemografik 4. Fluoride -Restorasi
Umur, etnis, ras, gender 5. Chewing gum
2. Riwayat kesehatan umum 6. pH plak, spesies bakteri
3. Kondisi Klinis : 7. Ca2+ dan PO43-
4. Perilaku kesehatan 8. Sugars

Gambar 1. Ringkasan Kerangka Teori

Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut:


Faktor risiko karies
Faktor Ibu:
Usia ibu
Tingkat pendidikan ibu
Pendapatan keluarga
Sikap ibu
Pengetahuan ibu Karies Anak
Riwayat karies ibu Manajemen:
Indeks plak ibu Penilaian risiko, diagnostik,
pH saliva ibu
intervensi pencegahan dini, restorasi
Faktor Anak:
Usia anak
Gender
Riwayat kesehatan umum
Lesi white spot
Indeks plak anak
pH saliva anak
Kebiasaan menggosok gigi
Kebiasaan mengemil camilan
Kebiasaan minum manis
Konsumsi susu botol

Gambar 2. Kerangka Konsep


Universitas Indonesia
125

Hipotesis Penelitian

Hipotesis mayor penelitian ini adalah faktor-faktor risiko karies dari ibu dan anak dapat
digunakan sebagai alat penilaian risiko karies dan pedoman penyusunan manajemen
karies gigi pada anak melalui penggunaan suatu perangkat lunak. Hipotesis minor
penelitian ini adalah: (1) Faktor risiko karies dari ibu (usia, pendidikan, pendapatan
keluarga, sikap, pengetahuan, keadaan klinis: riwayat karies, indeks plak, pH saliva)
dapat digunakan sebagai alat penilaian risiko karies gigi pada anak dan pedoman
penyusunan manajemen karies gigi pada anak; (2) Faktor risiko karies dari anak (usia,
gender, riwayat kesehatan umum, keadaan klinis: lesi white spot, indeks plak, pH saliva,
dan perilaku: kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan mengemil, kebiasaan minum manis,
konsumsi susu botol) dapat digunakan sebagai alat penilaian risiko karies gigi pada
anak dan pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian diagnostik dengan desain potong lintang. Penelitian
dilakukan dalam kurun waktu bulan Januari sampai bulan April 2016. Sampel penelitian
terdiri dari 248 pasangan ibu dan anak di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan
Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kelapa Gading Jakarta Utara yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Identifikasi faktor risiko karies ibu dan anak
yang tercantum dalam instrumen penelitian, dilakukan berdasarkan diskusi pakar,
diperkaya dengan kajian literatur, pengalaman klinis dan kondisi masyarakat setempat.
Pengambilan data pada subjek penelitian meliputi: (1) Wawancara kuesioner tentang
data demografi, sikap dan pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan mulut, kebiasaan
gosok gigi, kebiasaan minum manis, kebiasaan mengemil, dan konsumsi susu botol; (2)
Pemeriksaan klinis intra oral, yaitu riwayat karies, lesi white spot, indeks plak, dan pH
saliva. Data yang diperolah selanjutnya diolah secara statistik dengan tahap-tahap yaitu
analisis univariat (deskripsi data), analisis bivariat faktor risiko dari ibu dan faktor risiko
dari anak dengan karies anak, serta analisis multivariat regresi logistik.

Universitas Indonesia
126

Hasil Penelitian

Analisis deskriptif karakter subjek penelitian yaitu ibu dan anak, disajikan dalam bentuk
tabel. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan pada 248 subjek penelitian. Hasil
uji menunjukkan bahwa (1) Kuesioner sikap ibu tentang kesehatan gigi dan mulut
adalah valid (koefisien korelasi terkoreksi tiap pertanyaan > 0,3) dan reliabel
(Cronbach’s alpha = 0,775); (2) Pada kuesioner pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi
dan mulut dapat dikatakan bahwa kurang reliabel (Cronbach’s alpha = 0,661), sehingga
pada analisis multivariat selanjutnya telah dilakukan untuk mencari item pertanyaan
yang signifikan berkaitan dengan karies, dan membangun strategi promosi kesehatan
dengan mengubah pengetahuan keluarga.

Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2 sebagai
berikut:
Hasil analisis bivariat faktor risiko dari ibu dan faktor risiko dari anak dengan terjadinya
karies pada anak disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Ibu


Variabel n (%)
Usia ibu ≥ 33,5 128 (51,6)
< 33,5 120 (48,4)
Pendidikan akhir ibu S2 4 (1,6)
S1 30 (12,1)
Akademi 33 (13,3)
SMA 106 (42,7)
SMP 42 (16,9)
SD 33 (13,3)
Pendapatan keluarga/bulan ≤1.850.000 23 (9,3)
>1.850.000 225 (90,7)
Sikap ibu <8,5 212 (85,5)
8,5 36 (14,5)
Pengetahuan ibu
p5.1 Tentang makanan 0 31 (12,5)
penyebab gigi berlubang 1 217 (87,5)
p5.2 Tentang cara pembersihan 0 48 (19,4)
plak gigi 1 200 (80,6)
p5.3 Tentang waktu menggosok gigi 0 50 (20,2)
1 198 (79,8)
p5.4 Tentang makanan yang 0 38 (15,3)
tidak merusak gigi 1 210 (84,7)
p5.5 Tentang kontrol periodik 0 94 (37,9)
ke dokter gigi 1 154 (62,1)
Karies ibu Ada karies 230 (92,7)
Tidak ada karies 18 (7,3)
Indeks plak ibu Indeks plak 2-3 93 (37,5)
Indeks plak 0-1 155 (62,5)
pH saliva ibu < 6,3 87 (35,1)
≥ 6,3 161 (64,9)

Universitas Indonesia
127

Tabel 2. Karakteristik Anak


Variabel n (%)
Usia anak ≥46,5 131 (52,8)
<46,5 117 (47,2)
Gender anak Laki-laki 122 (49,2)
Perempuan 126 (50,8)
Riwayat kesehatan umum anak Anak normal 248 (100)
Anak berkebutuhab khusus 0 (0,0)
Ada white spot 207 (83,5)
Lesi white spot Tidak ada white spot 41 (16,5)

Karies anak Ada karies 207 (83,5)


Tidak ada karies 41 (16,5)
Indeks plak anak Indeks plak 1,2,3 219 (88,3)
Indeks plak 0 29 (11,7)
pH saliva anak < 6,3 65 (26,2)
≥ 6,3 183 (73,8)
Frekuensi gosok gigi Jarang-1x/hari 36 (14,5)
2-3 kali/hari 212 (85,5)
Pasta gigi Kadang-kadang+tidak pernah 11 (4,4)
Selalu 237 (95,6)
Kebiasaan anak mengemil ≥ 3 kali 150 (60,5)
< 3 kali 98 (39,5)
Kebiasaan anak minum manis ≥ 2 kali 159 (64,1)
< 2 kali 89 (35,9)
Konsumsi susu botol Minum susu dalam botol 114 (45,9)
Tidak minum susu dalam botol 134 (54,1)
Cara minum dot Dibawa hingga tidur 103 (41,5)
Tidak dibawa hingga tidur 145 (58,5)

Hasil analisis bivariat faktor risiko karies dari ibu dan faktor risiko karies dari anak
dengan terjadinya karies pada anak disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 3. Ringkasan Hasil Analisis Bivariat Faktor Risiko Karies dari Ibu
Variabel Bebas Nilai p

Usia ibu 1,000


Pendidikan ibu 0,044
Pendapatan keluarga 0,175
Sikap ibu 0,027
Pengetahuan ibu tentang makanan penyebab gigi berlubang 0,061
Pengetahuan ibu tentang cara pembersihan plak gigi 0,033
Pengetahuan ibu tentang waktu menggosok gigi 0,042
Pengetahuan ibu tentang makanan yang tidak merusak gigi 0,073
Pengetahuan ibu tentang kontrol periodik ke Dokter Gigi 0,155
Karies ibu 0,003
Indeks plak ibu 0,015
pH saliva ibu 0,500

Universitas Indonesia
128

Tabel 4. Ringkasan Hasil Analisis Bivariat Faktor Risiko Karies dari Anak

Variabel Bebas Nilai p


Usia 0,692
Gender 0,035
Lesi white spot < 0,001
Indeks plak < 0,001
pH saliva 0,015
Frekuensi gosok gigi 0,234
Pemakaian pasta gigi 1,000
Kebiasaan mengemil 0,917
Kebiasaan minum manis 0,779
Minum susu dalam dot 0,905
Cara minum dot 0,010

Analisis multivariat yang dilakukan adalah regresi logistik. Penentuan variabel faktor
risiko karies yang masuk ke dalam pemodelan tahap pertama analisis multivariat
berdasarkan substansi dan teoritis. Variabel yang masuk ke analisis multivariat step 1,
tertuang dalam Tabel 5, dan variabel yang masuk ke dalam model penilaian risiko karies
terdapat pada Tabel 6.

Tabel 5. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Karies Anak Step 1


IK95%
Variabel B S.E Nilai p OR
Min Maks
Step 1 Usia Anak (≥46,5) 0,456 0,498 0,360 1,58 0,59 4,19
Cara Minum Dot
(Dibawa hingga tidur) 2,232 0,840 0,008 9,32 1,80 48,37
Penggunaan Pasta Gigi
(Kadang-kadang+tidak pernah) 0,132 1,025 0,898 1,14 0,15 8,51
Kebiasaan Ngemil (≥3) 0,287 0,521 0,582 1,33 0,48 3,70
Kebiasaan Minum Manis (≥2) -0,139 0,535 0,795 0,87 0,30 2,48
Sikap Ibu(<8,5) 1,475 0,651 0,023 4,37 1,22 15,65
P51(Skor 0) 1,387 1,218 0,255 4,00 0,37 43,59
P52 (Skor 0) 1,287 0,829 0,120 3,62 0,71 18,39
P53 (Skor 0) 0,044 0,810 0,956 1,05 0,21 5,11
P54 (Skor 0) 0,756 0,960 0,431 2,13 0,32 13,97
P55 (Skor 0) 0,339 0,573 0,554 1,40 0,46 4,31
Pendidikan Ibu(SD-SMP) 0,475 0,643 0,460 1,61 0,46 5,67
Pendapatan Keluarga
(≤1.850.000) 1,297 1,265 0,305 3,66 0,31 43,64
Karies Ibu (Ada Karies) 0,143 0,931 0,878 1,15 0,19 7,15
Indeks Plak Ibu
(Indeks Plak Ibu 2&3) 0,651 0,548 0,235 1,92 0,66 5,61
pH Saliva Ibu (<6,3) 0,018 0,551 0,974 1,02 0,35 2,99
Indeks Plak Anak
(Indeks Plak 1,2,3) 3,082 0,697 0,000 21,81 5,57 85,42
pH Saliva Anak (<6,3) 2,073 0,804 0,010 7,95 1,64 38,41
Konsumsi Susu Botol
(Minum Susu dalam Botol) 1,560 0,820 0,057 4,76 0,95 23,71
Jenis Kelamin (Laki-laki) 0,671 0,500 0,179 1,96 0,73 5,21
White Spot
(Terdapat White spot) 1,112 0,588 0,058 3,04 0,96 9,62
Konstan -12,707 2,896 0,000 0,00
Universitas Indonesia
129

Tabel 6. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Karies Anak Step Akhir
IK95%
Variabel B S.E Nilai p OR
Min Maks
Step 14 Cara Minum Dot 2,039 0,730 0,005 7,69 1,84 32,13
Sikap Ibu 1,282 0,570 0,024 3,61 1,18 11,01
P5.1 1,679 1,183 0,156 5,36 0,53 54,47
P5.2 1,264 0,788 0,109 3,54 0,76 16,57
Indeks Plak Anak 3,134 0,629 <0,001 22,97 6,70 78,72
pH Saliva Anak 1,881 0,715 0,009 6,56 1,62 26,67
Konsumsi Susu Botol 1,573 0,710 0,027 4,82 1,20 19,39
White Spot 1,205 0,533 0,024 3,34 1,17 9,49
Konstan -8,911 1,698 <0,001 0,000
Regresi Logistik, Uji Hosmer and Lemeshow = 0,770, AUC 0,879 IK95% 0,820-0,939

Variabel-variabel pada step akhir tersebut di atas akan masuk dalam model penilaian
risiko terjadinya karies pada anak. Variabel tersebut adalah : cara minum dot, sikap ibu,
pengetahuan ibu tentang makanan yang menyebabkan gigi berlubang, pengetahuan ibu
tentang cara pembersihan plak, indeks plak anak, pH saliva anak, konsumsi susu botol,
dan lesi white spot. Probabilitas dihitung dengan rumus 1/(1+exp[-y]).

y = -8,911+ 2,039 * Cara Minum Dot + 1,282*Sikap Ibu + 1,679*P5.1 + 1,264*P5.2 +


3,134*Indeks Plak Anak + 1,881* pH Saliva Anak + 1,573*Konsumsi Susu Botol +
1,205*White Spot

Kualitas model yang dihasilkan dinilai dengan parameter (1) Kalibrasi dengan Uji
Hosmer and Lemeshow, p>0,05; (2) Diskriminasi dengan melihat Area Under Curve
(AUC) = 0,879.
Tahap selanjutnya adalah menentukan cut off point; dibuat untuk menentukan titik
potong yang optimal untuk penggolongan anak dengan risiko karies rendah dan anak
dengan risiko karies tinggi. Klasifikasi kelompok risiko karies dibuat berdasarkan kurva
Receiver Operating Characteristic (ROC). Berdasarkan analisis tersebut, didapatkan
hasil bahwa 0,878 merupakan titik potong paling optimal baik dari segi sensitivitas
maupun segi spesifisitas untuk kelompok risiko karies.
Jadi berdasarkan perhitungan dan analisis tersebut di atas, titik potong untuk klasifikasi
kelompok risiko karies berdasarkan kurva ROC adalah:
3) Risiko tinggi jika probabilitas ≥ 0,878
4) Risiko rendah jika probabilitas < 0,878

Universitas Indonesia
130

Di antara 248 subjek anak yang diteliti, diketahui kelompok risiko tinggi mempunyai
jumlah yang lebih besar yaitu sebanyak 183 subjek anak, sedangkan risiko rendah
sebanyak 65 subjek anak (Tabel 7).

Tabel 7. Frekuensi Tiap Kategori Risiko Karies pada Anak

Kategori Frekuensi

Risiko Tinggi 183 (73,8%)


Risiko Rendah 65 (26,2%)

Tabel 8. Hasil Uji Chi-Square Kelompok Risiko Karies Tinggi dan Rendah
dengan Karies Anak

Karies Anak Nilai p Nilai OR IK 95%


(+) (-) Min Maks

Risiko Karies 174 (95,1) 9 <0,001 18,75 8,19 42,90


Tinggi (4,9)
Risiko Karies 33 (50,08)
Rendah 32
(49,2)
Uji Chi-square dengan continuity correction

Pada tabel 5.10 di atas, terlihat bahwa pada kelompok anak risiko tinggi, kemungkinan
terjadinya karies adalah lebih tinggi (174 anak) dibanding tidak terjadi karies (9 anak).
Pada kelompok anak risiko rendah, kemungkinan terjadi karies dan tidak terjadi karies
hampir sama, yaitu 33 dan 32 anak.

Pembahasan

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain potong lintang untuk membuat suatu model yang
dapat menilai risiko terjadinya karies pada anak, melalui pemeriksaan pada faktor-faktor
risiko karies pada ibu dan anak. Desain yang dianggap lebih tepat untuk penelitian
diagnostik. Pemilihan banyak variabel baik dari ibu maupun dari anak, dirasa lebih tepat

Universitas Indonesia
131

karena pendekatan banyak variabel sebagai prediktor, diharapkan lebih baik dan sesuai
untuk tujuan prediksi karies.

Kualitas Data dan Besar Sampel

Penelitian ini cukup kompleks karena melibatkan cukup banyak variabel, dan jumlah
sampel. Peneliti melakukan wawancara dan pemeriksaan klinis sendiri untuk variabel-
variabel yang membutuhkan pengamatan dan perhatian khusus, berbekal pengalaman 13
tahun sebagai dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak. Asisten peneliti bertugas
melakukan wawancara data demografi, kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan
mengemil, kebiasaan minum manis, dan konsumsi susu botol, untuk menjaga kualitas
data dan menghindari terjadinya bias.

Validasi Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam hal ini kuesioner, sebelum digunakan pada penelitian telah
dilakukan validasi terlebih dahulu melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Uji dilakukan
pada total sampel, dengan pertimbangan bahwa semakin banyak sampel yang dipakai
pada uji validasi, adalah semakin baik. Validitas menunjukkan bahwa kuesioner
tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang diukur. Reliabilitas menunjukkan sejauh
mana kuesioner ini dapat diandalkan dijadikan sebagai alat ukur yang konsisten untuk
penilaian risiko karies. Hal tersebut berarti bahwa responden dapat menjawab secara
konsisten pada semua alternatif jawaban.17

Pemilihan pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap dan pengetahuan ibu tentang


kesehatan gigi dan mulut, yang tertuang di dalam kuesioner telah melalui diskusi
dengan para pakar diperkaya dengan kajian literatur dan kondisi masyarakat setempat.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan untuk mendapatkan informasi tentang faktor
risiko karies yang tidak ditemukan pada pemeriksaan klinis.

Variabel Faktor Risiko Karies

Variabel-variabel yang diperiksa untuk penilaian risiko karies pada anak dalam
penelitian ini dipilih berdasarkan diskusi para pakar, kajian literatur, pengalaman klinis,
kondisi masyarakat setempat dan berbasis pada kedekatan hubungan ibu dan anak.
Universitas Indonesia
132

Pertanyaan tentang indikator-indikator karies anak pada instrumen penelitian ini


merupakan suatu pengamatan yang mengindikasikan adanya simptom karies atau
adanya lingkungan yang mengindikasikan bahwa anak sepertinya akan mempunyai
karies.

Usia Ibu dengan Karies Anak


Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia ibu menunjukkan kemaknaan yang kurang
bagus, tetapi penelitian ini berdasarkan pertimbangan substansi dan teoritis,
mengedepankan penekanan makna ibu tanpa memandang usia, tetapi lebih pada peran
mereka yang paling efektif dan strategis untuk mengubah perilaku kesehatan gigi dan
mulut anaknya.

Tingkat Pendidikan Ibu dengan Karies Anak

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu mempunyai


hubungan yang bermakna dengan timbulnya karies pada anak. Pendidikan formal ibu
yang tinggi biasanya menjadikan perilaku ibu baik. Tingkat pendidikan ibu akan
mempengaruhi pengetahuan, kepedulian dan pengertian tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan yang baik akan
mempengaruhi timbulnya sikap yang baik pula, untuk selanjutnya akan berpengaruh
pada sikap, dan perilaku yang positif tentang kesehatan gigi dan mulut.18

Pendapatan Keluarga dengan Karies anak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang


bermakna dengan terjadinya karies pada anak. Tingkat pendapatan keluarga mempunyai
hubungan positif dengan risiko karies karena berhubungan dengan kemampuan orang
tua untuk menyediakan sarana pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang memadai
untuk anaknya. Anak yang lahir dari keluarga dengan pendapatan keluarga yang rendah,
akan mempunyai kecenderungan lahir dengan berat badan yang rendah, dan hal ini akan
berdampak pada kesehatan gigi dan mulutnya kelak.19

Universitas Indonesia
133

Sikap Ibu dengan Karies Anak

Sikap ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut berdasarkan hasil penelitian ini
mempunyai hubungan yang bermakna dengan timbulnya karies pada anak. Sikap adalah
suatu pola perilaku, pendapat, tendensi atau kesiapan antisipatif dalam menyesuaikan
diri dalam suatu situasi sosial tertentu. Perilaku kesehatan orang tua adalah kemampuan
orang tua untuk mengajarkan kebiasaan baik pada anak mereka tentang menjaga
kesehatan gigi dan mulut, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sikap dan
perilaku orang tua akan mempengaruhi perilaku anaknya. Sikap ibu yang baik terhadap
kesehatan gigi dan mulut, diharapkan membawa pengaruh yang baik kepada putra-
putrinya. Tigen dan Wang (2012) dalam studinya menyampaikan bahwa sikap orang tua
terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi perilaku anaknya.
Beberapa kondisi seperti pengetahuan dan latar belakang sosial budaya dapat
mempengaruhi keyakinan dan sikap. Keyakinan dan sikap merupakan sesuatu yang
modifable dan terkadang berbeda antar individu dengan latar belakang yang sama.20

Pengetahuan Ibu dengan Karies Anak


Pada umumnya, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
adalah pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan, dan informasi.21
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi
dan mulut memiliki hubungan bermakna dengan terjadinya karies pada anak. Para ibu
yang memiliki pengetahuan yang bagus tentang kesehatan gigi dan mulut, tentunya
akan melakukan hal-hal seperti yang diketahuinya. Beberapa faktor diketahui ikut
berperan, di antaranya masalah ekonomi, rasa takut, ketersediaan sarana pelayanan
kesehatan, sikap dan keyakinan dalam keluarga, dan lain-lain. Bozorgmehr dkk. (2013)
yang mengatakan dalam penelitiannya, bahwa beberapa faktor seperti pendidikan,
pekerjaan, usia, pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dapat mempengaruhi kebiasaan
dan status kesehatan anaknya secara tidak langsung.22

Riwayat Karies Ibu dengan Karies Anak


Kedekatan hubungan status karies gigi antara ibu dan anak juga dinyatakan oleh
penelitian di Brasil yang dilakukan oleh Lucilla yaitu tingginya prevalensi karies pada
anak, secara signifikan berhubungan dengan banyaknya kehilangan gigi pada ibu.

Universitas Indonesia
134

Menurut penelitian de Souza dkk. yang dilakukan pada tahun 2015 di Dental Care at A
Health Center in São Luís, Maranhão, Brazil menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara status karies pada ibu dengan terjadinya early childhood caries
(ECC).23

Indeks Plak Ibu dengan Karies Anak

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa variabel indeks plak ibu mempunyai
hubungan yang bermakna dengan terjadinya karies baru pada anak. Bakteri pada plak
gigi dapat memfermentasi substrat karbohidrat dan menghasilkan asam organik dalam
jumlah besar dengan potensi demineralisasi yang berbeda. Menurut penelitian Bennadi
dkk. di India pada tahun 2014, menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara DMFT dan indeks plak ibu dengan prevalensi karies pada anak.24

Derajat Keasaman (pH) Saliva Ibu dengan Karies Anak

Peran saliva pada pada terjadinya karies sangat bersifat individual, tergantung pada
komposisi saliva, flow rate dari saliva, kemampuan buffer saliva, viskositas saliva, dan
zat antibakteri dalam saliva. Selain itu masih terdapat beberapa hal yang ikut
mempengaruhi peran saliva pada terjadinya karies gigi, seperti self clearance dari
saliva, kandungan fluor dalam saliva, kandungan protein, bahan inorganik dalam saliva.
Faktor-faktor tersebut pada keadaan tertentu ada yang bersifat menguntungkan, dan
kadang bersifat tidak menguntungkan. Status kesehatan gigi dan mulut antara ibu dan
anak, diketahui mempunyai hubungan yang positif, sehingga pH saliva ibu merupakan
prediktor yang baik untuk risiko terjadinya karies pada anak.25,26

Usia Anak dengan Karies Anak

Hasil studi pada anak usia 3-5 tahun di Jepang oleh Yamamoto dkk. yang menyatakan
bahwa peningkatan prevalensi karies terjadi secara signifikan sejalan dengan
pertambahan usia. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pola asuh dan pola makan
pada anak-anak. Semakin bertambah usia anak, semakin bervariasi makanan yang
dikonsumsi, terutama makanan yang mengandung karbohidrat yang kariogenik.27 Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel usia anak tidak mempunyai hubungan yang
bermakna dengan terjadinya karies pada anak. Kemungkinan hal tersebut disebabkan
Universitas Indonesia
135

oleh kebiasaan, pola asuh dan pola makan di masyarakat tempat penelitian. Variasi yang
kurang beragam pada makanan yang dikonsumsi, serta kebiasaan orang tua terhadap
kesehatan gigi dan mulut anaknya, memperlakukan standar kesehatan gigi dan mulut
yang sama anak usia rentang waktu tersebut.

Gender Anak dengan Karies Anak

Gender merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan usia dentalis anak dengan
implikasi untuk waktu perencanaan program pencegahan nantinya. Anak perempuan
memberikan sikap yang lebih positif dan lebih peduli dengan diri dan penampilan
mereka, termasuk dalam hal kesehatan gigi dan mulut.28,29 Anak perempuan secara
fisiologis umumnya akan mengalami erupsi gigi yang lebih cepat dibanding anak laki-
laki karena onset maturasi yang lebih awal. Gigi yang erupsi lebih awal, akan
mempunyai risiko terpapar bahan-bahan kariogenik lebih awal dibanding gigi yang
erupsi kemudian.30

Riwayat Kesehatan Umum Anak dengan Karies Anak

Subjek anak dalam penelitian ini semuanya adalah anak normal, sehat, dan tidak
menderita suatu sindroma atau penyakit sistemik tertentu. Hasil pemeriksaan kepada
semua subjek anak, didapatkan hasil bahwa semua anak yang diperiksa adalah anak
normal. Hal tersebut berarti bahwa faktor kesehatan umum anak tidak dapat dijadikan
sebagai variabel dalam penelitian ini. Kondisi kesehatan umum anak yang dianggap
sebagai faktor risiko terjadinya karies adalah anak berkebutuhan khusus. Kondisi
kesehatan umum anak yang dianggap sebagai faktor risiko terjadinya karies adalah anak
berkebutuhan khusus.

Lesi White Spot dengan Karies Anak

Lesi white spot pada hasil penelitian ini mempunyai hubungan bermakna dengan
terjadinya karies pada anak. Tanda pertama adanya lesi karies pada enamel yang dapat
dideteksi dengan kasat mata adalah lesi white spot, oleh karena itu lesi white spot sering
kali merupakan faktor risiko yang bermakna dan memegang peran penting pada
kejadian karies anak. Fenomena ini terjadi karena kehilangan calcium phospate dari
subsurface email, dan bersifat reversible. Gambaran pada gigi karena adanya fenomena
Universitas Indonesia
136

optik yang terkait dengan porositas email. Anak dengan lesi harus dimasukkan ke dalam
kelompok risiko tinggi karies, karena precavitated lesions ini mengindikasikan adanya
aktifitas karies.31-35

Indeks Plak Anak dengan Karies Anak

Indeks plak anak merupakan salah satu komponen dalam model yang dihasilkan dalam
penelitian ini. Akumulasi plak merupakan penyebab utama timbulnya proses karies.
Semakin banyak terjadi akumulasi plak, akan semakin meningkatkan risiko terjadinya
karies. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utami menyebutkan bahwa plak gigi
merupakan faktor risiko terhadap tingkat keparahan karies gigi pada anak usia
prasekolah. Anak-anak dengan indeks plak gigi yang tinggi mempunyai risiko 3,3 kali
lebih besar untuk menderita karies gigi yang parah bila dibandingkan dengan karies gigi
anak-anak yang mempunyai indeks plak rendah.36

Derajat Keasaman (pH) Saliva Anak dengan Karies Anak

Kapasitas buffer saliva merupakan hal penting yang berpengaruh terhadap proses karies.
Bikarbonat dalam saliva mempunyai kemampuan untuk larut ke dalam plak gigi yang
nantinya akan menetralkan pembentukan asam oleh mikroorganisme. pH kritis (5,5)
adalah pH yang mana semua partikel atau materi saliva berhenti dan menjadi jenuh
dengan kalsium dan fosfat. Bila pH berada di bawah nilai ini, bahan anorganik gigi
dapat larut. Kandungan bikarbonat pada saliva dapat larut ke dalam plak gigi, dan dapat
menetralkan asam yang terbentuk.

Kebiasaan Anak Menggosok Gigi dengan Karies Anak

Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif untuk membersihkan plak adalah
dengan menyikat gigi. Bagi kebanyakan anak, menyikat gigi merupakan tindakan
profilaksis yang efisien untuk menghilangkan plak secara mekanik dan eksposur gigi
dengan bahan fluor.37 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi anak
menggosok gigi mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya karies pada
anak, tetapi pemakaian pasta gigi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan
terjadinya karies pada anak.

Universitas Indonesia
137

Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh karena para ibu sudah memahami tentang
cara menggosok gigi anaknya yang baik dan benar, tetapi tidak demikian halnya dengan
pasta gigi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya kekhawatiran tentang
pemakaian pasta gigi pada anak usia 3 – 5 tahun. Perasaan khawatir bila pasta tertelan,
dan perasaan kurang nyaman pada anak bila pada sikat giginya diberi pasta gigi,
meskipun saat ini telah tersedia varian rasa pasta gigi yang bermacam-macam.

Kebiasaan Anak Mengemil dengan Karies Anak

Sukrosa merupakan karbohidrat paling kariogenik untuk gigi yang banyak terdapat pada
produk makanan seperti kue, makanan penutup, permen, minuman ringan, selai dan
buah-buahan kering. Frekuensi asupan gula juga mempengaruhi perkembangan karies..
Kebiasaan anak makan makanan dengan kadar gula tinggi di antara dua waktu makan
utama merupakan faktor risiko yang penting terhadap terjadinya karies.38,39 Hasil
penelitian ini memperlihatkan bahwa kebiasaan mengemil anak tidak mempunyai
hubungan yang bermakna dengan terjadinya karies pada anak. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan oleh, pola makan keluarga setempat, misalnya kebiasaan
makan makanan selingan yang bersifat kurang kariogenik misalnya buah-buahan, dapat
menjadi penyebab hal tersebut.

Kebiasaan Anak Minum Manis dengan Karies Anak

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa kebiasaan anak minum minuman
manis tidak mempunyai hubungan bermakna dengan terjadinya karies pada anak. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan dan perilaku kesehatan yang sudah
cukup baik pada anak dan orang tuanya, seperti misalnya rajin menggosok gigi, selalu
berkumur dengan air putih setiap selesai minum manis, mengurangi cemilan yang
kariogenik, dan sebagainya.

Konsumsi Susu Botol dengan Karies Anak

Hasil penelitian memperlihatkan tidak terdapat hubungan bermakna antara konsumsi


susu botol dengan terjadinya karies pada anak. Hal tersebut kemungkinan karena para
ibu sudah mengetahui bahwa minum susu botol merupakan salah satu penyebab utama

Universitas Indonesia
138

terjadinya “gigi berlubang”. Adanya kekhawatiran anak akan mengalami gigi


berlubang, menyebabkan ibu lebih hati-hati memperhatikan kebersihan gigi pada anak
yang masih minum susu dari botol. Informasi umum yang terlihat sudah sering mereka
dengar adalah tidak boleh minum susu botol pada waktu tidur, karena akan
menyebabkan “gigi berlubang”. Oleh karena itu, kemungkinan para ibu sudah
menanamkan kebiasaan tersebut pada anaknya.

Metode Penilaian Risiko Terjadinya Karies Gigi pada Anak

Penelitian ini menghasilkan suatu model persamaan penilaian risiko terjadinya karies
pada anak. Prosedur analisis akan membantu mengetahui faktor-faktor apakah yang ikut
memberikan kontribusi dan tingkat kemaknaannya terhadap terjadinya karies pada anak.
Berdasarkan analisis statistik dapat ditentukan titik potong untuk membuat nilai batas
kelompok risiko rendah dan tinggi, yang bertujuan untuk membuat panduan manajemen
karies yang lebih spesifik pada tiap kelompok risiko agar lebih tepat sasaran. Kriteria
metode atau alat diagnostik yang baik adalah akurat, ekonomis, dan nyaman bagi
pasien. Indikator validitas suatu alat diagnostik adalah sensitivitas, spesifisitas, nilai
duga positif, dan nilai duga negatif.

Sensitivitas menunjukkan 84,06 % mengindikasikan bahwa model dapat


mengklarifikasikan anak dengan karies sebesar 84,06 %. Spesifisitas menunjukkan hasil
78,05 % berarti model dapat mengklarifikasikan anak bebas karies pada anak tanpa
gejala karies sebesar 78,05 %.40 Selanjutnya interaksi variabel-variabel risiko karies
dari ibu dan anak tersebut diaplikasikan ke dalam suatu perangkat lunak komputer, yang
akan muncul sebagai suatu penilaian risiko karies pada seorang anak.

Implikasi Klinik dan Kesehatan Masyarakat

Metode penilaian risiko karies pada anak ini dapat memberikan beberapa manfaat untuk
para dokter gigi, yaitu (1) sebagai alat bantu skrining dan identifikasi anak yang rentan
terhadap karies dengan melihat profil kariogenik pasiennya; (2) sebagai alat bantu
diagnostik klinik; (3) sebagai sarana memotivasi dan mengedukasi pasien tentang
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut; (4) membantu menentukan rencana
manajemen yang harus dilakukan; (5) sebagai arsip catatan riwayat kesehatan pasien,

Universitas Indonesia
139

untuk pedoman pada kunjungan berikutnya; (6) untuk kontrol karies; dan (7) untuk
evaluasi perawatan yang telah dilakukan.
Metode penilaian risiko karies hasil penelitian ini, dibuat untuk dapat digunakan secara
mudah, luas, dan diharapkan akan membantu pekerjaan para dokter gigi, dengan tujuan
akhir yang mulia yaitu menurunkan prevalensi karies anak di Indonesia, dalam rangka
mewujudkan program Kementerian Kesehatan, yaitu bebas karies pada tahun 2030,
sesuai rekomendasi WHO.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Faktor risiko karies dari ibu yaitu usia, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga,
riwayat karies, indeks plak, dan pH saliva tidak dapat digunakan sebagai
komponen dalam model penilaian risiko karies dan pedoman penyusunan
manajemen karies gigi pada anak melalui penggunaan suatu perangkat lunak.
2. Faktor risiko karies dari ibu yaitu sikap dan pengetahuan ibu (tentang makanan
yang dapat menyebabkan gigi berlubang dan cara membersihkan plak gigi)
dapat digunakan sebagai komponen dalam model penilaian risiko karies dan
pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak melalui penggunaan
suatu perangkat lunak.
3. Faktor risiko karies dari anak yaitu usia, gender, riwayat kesehatan umum,
kebiasaan menggosok gigi, kebiasaan mengemil, dan kebiasaan minum manis
tidak dapat digunakan sebagai komponen dalam model penilaian risiko karies
dan pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak melalui penggunaan
suatu perangkat lunak.
4. Faktor risiko karies dari anak yaitu lesi white spot, indeks plak, pH saliva, dan
konsumsi susu botol dapat digunakan sebagai komponen dalam model penilaian
risiko karies dan pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak melalui
penggunaan suatu perangkat lunak.
5. Faktor-faktor risiko karies yang paling berpengaruh terhadap risiko terjadinya
karies pada anak dalam penelitian ini, menurut kemaknaannya adalah indeks
plak anak, konsumsi susu botol, pH saliva anak, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan
lesi white spot anak.
Universitas Indonesia
140

Saran

Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Melakukan sosialisasi penggunaan perangkat lunak komputer Model Prediksi
Risiko Karies ini, pada diskusi ilmiah, ceramah ilmiah, pelatihan, workshop dan
publikasi ilmiah pada masyarakat secara luas, khususnya para dokter gigi, dokter
gigi anak dan pihak-pihak terkait yang kompeten.
2. Mengaplikasikan secara periodik dan berkesinambungan perangkat lunak
komputer Model Prediksi Risiko Karies ini oleh para dokter gigi.
3. Perangkat lunak komputer Model Prediksi Penilaian Risiko Karies pada Anak
dapat diaplikasikan sebagai suatu kebijakan Pemerintah dalam hal ini
Kementerian Kesehatan untuk membantu merealisasikan program pencegahan
karies pada anak Indonesia.

Universitas Indonesia
141

SUMMARY

Introduction

Oral health is an essential integral component of general well-being. The oral cavity is a
reflection of general health. Dental caries and periodontal disease are the most common
oral disease in the community, including children. Dental caries is an infectious disease
which is become a global health problem, and usually found in developed and
developing countries, such as Indonesia. Based on Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) of The Ministry of Health of The Republic of Indonesia in 2013,
85.17% of pre-school children in Indonesia have dental caries.1-5

Untreated dental caries will affect to the children, such as pain, the possibility of
infection, disturbances of daily activities, psychomotor problems, and growth disorder.
Dental caries is closely related to dento cranio facial growth and development.
Bhardwaj (2014) state in his study, that untreated caries in primary teeth can cause
malocclusion in the permanent dentition.6

Dental caries is a dynamic and continuous process; periodic demineralization due to


exposure to organic acids resulting from the fermentation of carbohydrate substrates by
microorganisms. Streptococcus mutans (S. mutans) is tha main microorganism of the
disease.7-9

Dental caries is a multifactorial disease, which is involves many factors, both etiological
and risk factors. There are microbial factors, genetic factors, environmental factors,
habit factors, dietary factors, and other factors.10 Caries is an infectius transmitted
disease. Mothers are considered as primary source of S. mutans infection for the
children, and saliva is the main media of transmission. It is an important information for
reducing incidence of dental caries in children. Mother is an important figure in a
family, and plays very important role in children’s character building. Some research
show that there is a significant relationship of oral health status between mother with
her child. This is not only about bacterial transmission, but also mother’s patterns, and
attitude about oral health.11-13

Universitas Indonesia
142

Many efforts have made (promotive, preventive and curative), but caries’ prevalence in
Indonesia still high. A large geographical area, consist of many islands, as well as large
populations, can cause some problems, especially communications. Hence prevention
efforts and dental health care center have not been reached optimally by people across
the nation.

Dental caries prevention is not only supported by clinical symptoms and radiographic
examination. There are many factors which is do not seen in clinical examination but
contribute to the dental caries incidence. These things are considered as dental caries
risk factor. Detection of caries risk factors is an important step in dental caries
prevention, as well as for selecting treatment plan. The treatment plan strategy based on
individual risk factors is a gold standard in minimal intervention.14,15

Caries risk assessment aims are: (1) determine the etiological factors of current or future
caries; (2) as a clinical diagnostic tool; (3) to motivate and educate the patient about
their oral health status; (4) performing the treatment plan; and (5) determine the
prognosis of disease.15 The combination of clinical examination, detection of risk
factors, and investigation, are the proper step in caries prevention.

Children are individuals who are still depend on the figure and role of parents,
especially mothers. Maternal factors influence the risk of dental caries in children.
Based on the things mentioned above, it can be said that detection of caries risk factors
in mothers and children, is an important role in reducing children’s caries prevalence.

A comprehensive management programs are needed.in order to achieve the World


Health Organization (WHO) targets in 2020 to reduce the Decay Missing Filling Teeth
(DMF-T) / decay exfoliated filling teeth (def-t) index. We need a program that could
hold break the etiological factors of oral diseases, especially dental caries, as well as
programs that could control the factors that affect dental caries. The implemented
management program should be suitable with the demographics, culture and systems in
Indonesia and be able to touch the various layers of society.4.16

Based on the relationship between mother and child, it is necessary to consider a caries
risk assessment method in children, through identification of maternal children caries
risk factors. According to progress of information and technology, it should be done

Universitas Indonesia
143

through a software program, and it will be applicative, innovative, efficient, easy to use,
and relevance with the situation and conditions in the society.

This program will discribe an interactions between caries and related factors and result
as an caries risk assessment and management to the patient. The advantages of the
program were as follows: (1) more efficient; (2) facilitate the dentist to establish the the
patient's cariogenic profile, and do follow-ups; and (3) provide information and
education to the patient about oral health.

Some existing caries risk assessment methods generally use complex methods, and
made according to the conditions of the local community. Risk factors require a long
time examination, techniques which is not easy and expensive cost. The result of this
study is easy, practical, valid, concise, economical, and has accurate assessment. This
study also emphasizes the nature of the relationship between mothers and children
(emotional, character building, oral health status) and relevance for society condition of
Indonesia.

Objectives and Benefits of Research

The general objective of study is to analyze maternal and children caries risk factors as
a caries risk assessment tool and guidelines for dental caries management in children. It
can be done easily, innovatively, practically, validly, concisely and economically
through the use of a software. The specific objectives of this study are: (1) analyzing the
maternal caries risk factors (age, education, family income, attitude, knowledge, clinical
condition: caries experience, plaque index, salivary pH) as a risk assessment tool and
guidelines for dental caries management in children; (2) analyzing children caries risk
factors (age, gender, general health, clinical condition: white spot lesions, plaque index,
salivary pH, and behavior: tooth brushing, snacking, sweet-drinking, bottle-feeding) as
a risk assessment tool and guidelines for dental caries management in children.

The expected benefit of the research is to enhance the science, especially in the pediatric
dentistry. This study may also provide information to the dentists about the evidence of
a software that can be used as a caries risk assessment tool, and as a basic guideline for
dental caries management in children. In addition the study also serves to increase the
knowledge of community, especially mothers about the importance of oral health as an

Universitas Indonesia
144

effort to reduce the risk of dental caries in their children. Furthermore, for Policy
Makers, the study can be applied as Government policy in this case The Ministry of
Health to implement the welfare program of mother and child, especially in improving
oral health status, through children dental caries prevention in Indonesia.

Theoritical Framework
Based on a thorough and detailed review of related literatures, the theoritical framework
serves as the guidelines on this study as can be seen in Figure 1.

Maternal Factor Etiological Factor


1. Sociodemographic 1. Teeth
Age, etnic, race, gender 2. Bacteria Computer Software
2. Education level 3. Diet Aplication
3. Oral health literacy 4. Time Dental caries management
4. Parent’s attitude in children:
5. Parent’s knowledge Intra Oral Environment CARIES -Caries risk assessment
6. Clinical condition Factor -Diagnostic
7. Family income 1. Saliva -Early prevention
2. Antibacterial agent intervention
Children Factor 3. Dental sealant -Restoration
1. Sociodemographic 4. Fluoride
Age, etnic, race, gender 5. Chewing gum
2. General health 6. Plaque’ pH , bacterial
3. Clinical condition species
4. Oral health behaviour 7. Ca2+ dan PO43-
8. Sugars

Figure 1. Theoritical Framework

Conceptual Framework
The conceptual framework is designed as in Figure 2.
Caries risk factor
Maternal factor
Age
Education level
Family income
Attitude
Knowledge
Caries experience
Plaque’s index
Saliva’s pH Children’s caries
Management:
Children factor Risk assessment, diagnostic, early
Age
Prevention intervention, restoration
Gender
General health
White spot
Plaque’s index
Saliva’s pH
Tooth brushing Figure 2. Conceptual Framework
Snacking habit
Sweetened drinking
Bottle milk feeding Universitas Indonesia
145

Research Hypothesis

The major hypothesis of this study is maternal and children caries risk factors can be
used as a caries risk assessment tool and guidelines for dental caries management in
children through the use of a software. Whereas the minor hypothesis of this study are:
(1) maternal caries risk factors (age, education, family income, attitude, knowledge,
clinical condition: caries experience, plaque index, salivary pH) can be used as a risk
assessment tool and guidelines for dental caries management in children; (2) children
caries risk factors (age, gender, general health, clinical condition: white spot lesions,
plaque index, salivary pH, and behavior: tooth brushing, snacking, sweet-drinking,
bottle-feeding) as a risk assessment tool and guidelines for dental caries management in
children.

Research Methods

This research is a diagnostic research by using cross sectional design. The study was
conducted within the period of January until April 2016. The sample consist of 248
pairs mothers and children at Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) and Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) in Kelapa Gading, North Jakarta which fulfilled inclusion and
exclusion criteria. The identification of maternal and children caries risk factors was
determined base on expert discussion, literature review, clinical experience and local
community conditions. Data collection on subjects consist of: (1) questionnaire
interviews; (2) intra oral clinical examination; and (3) salivary pH measurement. All the
data were processed statistically: univariate analysis, bivariate analysis and multivariate
logistic regression analysis.

Universitas Indonesia
146

Result of The Research

Descriptive analysis of subject are presented in Table 1 and Table 2. The validity and
reliability test of the questionnaire was done on 248 research subjects. The results
showed that (1) the questionnaire of mother's attitude about oral health was valid
(correlation coefficient corrected each question > 0.3) and reliable (Cronbach's alpha =
0.775); (2) The questionnaire of mother's knowledge about oral health, it can be said
that less reliable (Cronbach's alpha = 0.661), so that in later multivariate analysis has
been done to find the significant question items related to caries, and build health
promotion strategy by changing family knowledge .

Table 1. Mother’s Characteristic


Variable n (%)

Age ≥ 33.5 128 (51.6)


< 33.5 120 (48.4)
Level education S2 4 (1.6)
S1 30 (12.1)
Academy 33 (13.3)
SMA 106 (42.7)
SMP 42 (16.9)
SD 33 (13.3)
Family income ≤1.850.000 23 (9.3)
>1.850.000 225 (90.7)
Attitude <8,5 212 (85.5)
8.5 36 (14.5)
Knowledge
p5.1 Cariogenic foods 0 31 (12.5)
1 217 (87.5)
p5.2 Plaque removal 0 48 (19.4)
1 200 (80.6)
p5.3 Brushing teeth timing 0 50 (20.2)
1 198 (79,8)
p5.4 Non cariogenic foods 0 38 (15.3)
1 210 (84.7)
p5.5 Periodical checking 0 94 (37.9)
1 154 (62.1)
Caries experience Caries + 230 (92.7)
Caries - 18 (7.3)
Plaque’s index Plaque’s index 2-3 93 (37.5)
Plaque’s index 0-1 155 (62.5)
Saliva’s pH < 6.3 87 (35.1)
≥ 6.3 161 (64.9)

Universitas Indonesia
147

Table 2. Children Characteristic


Variable n (%)
Age ≥46.5 131 (52.8)
<46.5 117 (47.2)
Gender Male 122 (49.2)
Female 126 (50.8)

General health Normal 248 (100)


Special needs 0 (0.0)
White spot White spot + 207 (83.5)
White spot - 41 (16.5)
Caries Caries + 207 (83.5)
Caries - 41 (16.5)
Plaque’s index Plaque’s index 1-3 219 (88.3)
Plaque’s index 0 29 (11.7)
Saliva’s pH < 6.3 65 (26.2)
≥ 6.3 183 (73.8)
Toothbrushing Rare-1per day 36 (14.5)
2-3 per day 212 (85.5)
Toothpaste Rare-never 11 (4.4)
Always 237 (95.6)
Snacking habit ≥ 3 kali 150 (60.5)
< 3 kali 98 (39.5)
Sweetened drinking ≥ 2 kali 159 (64.1)
< 2 kali 89 (35.9)
Bottle milk feeding + 114 (45.9)
- 134 (54.1)
How to drink bottle milk To fall asleep 103 (41.5)
No fall asleep 145 (58.5)

The results of bivariate analysis are presented in Table 3 and Table 4 as follows:

Table 3. Summary of Bivariate Analysis of Maternal Caries Risk Factor


Variable p

Age 1.000
Education level 0.044
Family income 0.175
Attitude 0.027
Knowledge about cariogenic foods 0.061
Knowledge about plaque removal 0.033
Knowledge about brushing teeth timing 0.042
Knowledge about non cariogenic foods 0.073
Knowledge about periodical checking 0.155
Caries experience 0.003
Plaque’s index 0.015
Saliva’s pH 0.500

Universitas Indonesia
148

Table 4. Summary of Bivariate Analysis of Children Caries Risk Factor

Variable p
Age 0.692
Gender 0.035
White spot < 0.001
Plaque’s index < 0.001
Saliva’s pH 0.015
Brushing teeth frequency 0.234
Toothpaste 1.000
Snacking habit 0.917
Sweetened drinking 0.779
Bottle milk feeding 0.905
How to drink bottle milk 0.010

Multivariate analysis was logistic regression. The variables in multivariate analysis step
1, are presented in Table 5, and the final result of Logistic Regression with predictor
variables are resented in Table 6.

Table 5. Multivariate Regression Analysis Caries in Children Step 1


95%CI
Variable B S.E p OR
Min max
Step 1 Age (≥46.5) 0.456 0.498 0.360 1.58 0.59 4.19
How to drink bottle milk
(To fall asleep) 2.232 0.840 0.008 9.32 1.80 48.37
Toothpaste
(Sedom+never) 0.132 1.025 0.898 1.14 0.15 8.51
Snacking habit (≥3) 0.287 0.521 0.582 1.33 0.48 3.70
Sweetened drinnking (≥2) -0.139 0.535 0.795 0.87 0.30 2.48
Mother attitude (<8,5) 1.475 0.651 0.023 4.37 1.22 15.65
P51(Score 0) 1.387 1.218 0.255 4.00 0.37 43.59
P52 (Score 0) 1.287 0.829 0.120 3.62 0.71 18.39
P53 (Score 0) 0.044 0.810 0.956 1.05 0.21 5.11
P54 (Score 0) 0.756 0.960 0.431 2.13 0.32 13.97
P55 (Score 0) 0.339 0.573 0.554 1.40 0.46 4.31
Education level (SD-SMP) 0.475 0.643 0.460 1.61 0.46 5.67
Family income (≤1.850.000) 1.297 1.265 0.305 3.66 0.31 43.64
Mother’s caries (Caries +) 0.143 0.931 0.878 1.15 0.19 7.15
Plaque’s index of mother
( PI 2&3) 0.651 0.548 0.235 1.92 0.66 5.61
Saliva’s pH of mother (<6.3) 0.018 0.551 0.974 1.02 0.35 2.99
Plaque’s index of children
(PI 1,2,3) 3.082 0.697 0.000 21.81 5.57 85.42
Saliva’s pH of children (<6.3) 2.073 0.804 0.010 7.95 1.64 38.41
Bottle milk feeding
(+) 1.560 0.820 0.057 4.76 0.95 23.71
Gender (Male) 0.671 0.500 0.179 1.96 0.73 5.21
White Spot
(White spo +t) 1.112 0.588 0.058 3.04 0.96 9.62
Constant -12.707 2.896 0.000 0.00

Universitas Indonesia
149

Table 6. Result of Multivariate Logistic Regression Analysis with Predictor Variables


95% CI
Variable B S.E p OR
Min Max
Step 14 How to drink bottle milk 2.039 0.730 0.005 7.69 1.84 32.13
Attitude 1.282 0.570 0.024 3.61 1.18 11.01
P5.1 1.679 1.183 0.156 5.36 0.53 54.47
P5.2 1.264 0.788 0.109 3.54 0.76 16.57
Plaque’s index of children 3.134 0.629 <0.001 22.97 6.70 78.72
Saliva’s pH of children 1.881 0.715 0.009 6.56 1.62 26.67
Bottle milk feeding 1.573 0.710 0.027 4.82 1.20 19.39
White Spot 1.205 0.533 0.024 3.34 1.17 9.49
Constant -8.911 1.698 <0.001 0.000
Logistic Regression, Hosmer and Lemeshow Test = 0.770, AUC 0.879 95%CI 0.820-0.939

The predictor variables in the final step will be included in the risk assessment model of
caries in children are how to drink bottle milk, mother's attitude, mother's knowledge
about cariogenic food, mother's knowledge about plaque removal, plaque’s index of
children, saliva’s pH of children, bottle milk feeding, and white spot lesions.

Based on the said notation, the formula of probability is:


1 / (1 + exp [-y]).
y = -8.911 + 2.039 * How to Drink Bottle Milk + 1.282 * Mother Attitude + 1.679 *
P5.1 + 1.264 * P5.2 + 3.134 * Plaque Index of Children + 1.881 * Saliva’s pH of
Children + 1.573 * Bottle Milk Feeding + 1.205 * White Spot
The resulting model quality is assessed by parameters (1) calibration with Hosmer and
Lemeshow Test, p> 0.05; (2) discrimination by viewing Area Under Curve (AUC) =
0.879.
The next step is to determine the cut off point. The purpose is to determine the optimal
cut off point for children with low caries risk category and children with high caries risk
category. Classification of caries risk groups is based on the Receiver Operating
Characteristic (ROC) curve. Based on the analysis, it was found that 0.878 is the most
optimal cutting point in terms of both sensitivity and specificity aspects for the caries
risk category.
Thus, based on the above calculations and analysis, the cut off point for the
classification of caries risk groups based on the ROC curve is:
1. High risk if probability ≥ 0.878
2. Low risk if probability <0.878

Universitas Indonesia
150

Among the 248 subjects studied, the high-risk group: 183 subjects, and the low risk was
65 subjects (Table 7)
Table 7. Frequency of Each Caries Risk Category

Category Frequency

High Risk 183 (73.8%)


Low Risk 65 (26.2%)

Table 8. The Result of Chi-Square Analysis High Risk and Low Risk Category

Caries in children p OR 95% CI


(+) (-) Min Max

High Risk 174 (95.1) 9 (4.9) <0.001 18.75 8.19 42.90

Low Risk 33 (50.08) 32 (49.2)

Chi-Square Test continuity correction


It was seen that children in the high-risk group, the probability of caries was higher (174
children). In the low-risk group, the probability of caries are almost the same: 33 and
32.

Discussion

Research design

This study uses cross-sectional design as i tis considered as more appropriate for
diagnostic research. Selection variables both from mothers and children, more
appropriate because the approach of many variables as a predictor, is expected to be
better and appropriate for the purpose of caries prediction.

Data Quality

This study is quite complex because it involves a lots of variables, and the number of
samples. The researcher conducted their own interviews and clinical examinations for
variables that required special examination and observation. The research assistant is
assigned to interview demographic data, tooth brushing, snacking habit, sweetened

Universitas Indonesia
151

drinking habit, and bottle milk feeding consumption, to maintain data quality and avoid
bias.

Validation of Research Instruments

The research instrument in this case questionnaire, before used in research has been
done validation first through validity test and reliability test. The test was performed on
the total sample, with the consideration that the more samples used in the validation
test, the better. Validity indicates that the questionnaire can really measure what is being
measured. Reliability indicates the extent to which these reliable questionnaires serve as
a consistent measure for caries risk assessment. This means that respondents can answer
consistently on all alternative answers.17

Selection of questions about mother's attitudes and knowledge about dental and oral
health, has been through discussions with experts enriched by literature review and local
community conditions. These questions are used to obtain information about caries risk
factors not found in clinical examination.

Caries Risk Factors Variables

The variables examined for caries risk assessment in children were selected based on
expert discussions, literature review, clinical experience, local community conditions
and maternal and children relationship. The question of caries indicators of children in
this study instrument is an observation that indicates a carious symptom or an
environment indicating that the child will likely have caries.

Age of Mother and Children’s Caries

The results show that maternal age indicates poor significance, but this study is based
on substantive and theoretical considerations, emphasizing the emphasis on the meaning
of mothers regardless of age, but rather their most effective and strategic role to change
their child's oral health behaviors.

Universitas Indonesia
152

Maternal Education Levels and Children's Caries

Based on the results, it is known that the level of education of mothers has a significant
relationship with the incidence of caries in children. High formal education of mothers
usually makes good behavior. The level of mother’s education will affect knowledge,
awareness and understanding relating to oral health. Good knowledge will affect the
emergence of a good attitude as well, for the next will affect the attitude, and positive
behavior about oral health.18

Family Income and Children's Caries

The study showed that family income has a significant relationship with the occurrence
of caries in children. The family income level has a positive relationship with caries risk
as it relates to the parental ability to provide adequate oral health care facilities for the
children. Children born to families with low income, will have a low birth weight
tendency, and will affect their oral health.19

Mother's Attitudes and Children's Caries

The results present mother's attitude toward oral health has a significant relationship
with the onset of caries in children. Parental health behavior is the ability of parents to
teach good habits on their children about maintaining oral health. Parents' attitudes and
behavior will affect their child's behavior. Tigen and Wang (2012) in their study
mention that parental attitudes about oral health behaviors can influence his child's
behavior.20

Mother's Knowledge and Children's Caries

In general, factors affecting one's level of knowledge are education, occupation, age,
interests, experience, culture, and information.21 The result shows that maternal and oral
health has a significant relationship with the occurrence of caries in children. Mothers
who have a good knowledge of oral health, will certainly do things as she knows.
Several factors are known to play a role, among them economic problems, fear,
availability of health care facilities, attitudes and beliefs in the family, and others.22

Universitas Indonesia
153

Maternal Caries and Children’s Caries

The dental caries status relationship between mother and children was also expressed by
the Brazilian study conducted by Lucilla, the high prevalence of caries in children,
significantly related to the number of missing teeth in the mother. According to research
de Souza et al. conducted in 2015 at the Dental Care at A Health Center in São Luís,
Maranhão, Brazil stated that there was a significant relationship between maternal caries
status and early childhood caries (ECC).23

Plaque’s Index of Mother and Children’s Caries

The results of this study show that mother plaque index variables have a significant
relationship with the occurrence of new caries in children. Bacteria in dental plaque can
ferment carbohydrate substrates and produce large amounts of organic acids with
different demineralization potential. According to research Bennadi et al. in India in
2014, mentions that there is a significant relationship between DMFT and maternal
plaque index with the prevalence of caries in children.24,25

Saliva’s pH of Mother and Children’s Caries

The role of saliva in dental caries is individualized, depending on salivary composition,


saliva flow rate, salivary buffer ability, salivary viscosity, and salivary antibacterial
agent. There are also some things that influence the role of saliva in dental caries, such
as self clearance of saliva, fluoride content, protein content, and inorganic ingredients.
These factors in certain circumstances will be beneficial, and sometimes unfavorable.
Oral health status between mother and children, is known to have a positive
relationship, and maternal saliva’s pH is a good predictor for children’s caries risk.26

Children’s Age and Children's Caries

The results show that the age variable of children did not have a significant relationship
with the occurrence of caries in children. The possibility of this is caused by the habit,
the pattern of care and diet in the community where the study. The less varied variations
in the food, as well as the parental habits of the child's oral health, treat the same oral
health standards of the child's age span.27

Universitas Indonesia
154

Gender and Children's Caries

Gender is a risk factor associated with the child's dental age with implications for the
timing of the prevention program planning. Girls give a more positive attitude and are
more concerned their appearance, including oral health. The girl is physiologically more
likely to experience a faster teeth eruption than boys because of earlier maturation onset.
Teeth will erupt earlier, and have the risk of exposure to cariogenic materials earlier.28-30

General Health and Children's Caries

The subject of the child in the study were all normal, healthy, and not suffering from
any systemic syndrome or disease. Result of examination to all subject of child, got
result that all child checked is normal child. This means that the general health factor of
children can not be used as a variable in this study. The general health conditions of
children who are considered as risk factors for caries are children with special needs.

White Spot Lesion and Children’s Caries

The study show that white spot lesions have a significant relationship with the
occurrence of caries in children. The first sign of an invisible enamel caries lesion is a
white spot lesion, therefore white spot lesions are considered as a significant risk factor.
This phenomenon occurs due to loss of calcium phospate from subsurface email, and
reversible. Dental images due to optical phenomena associated with enamel porosity.
Children with lesions should be included in the high-risk caries group, since these
precavitated lesions indicate carious activity.31-35

Plaque’s Index of Children and Children’s Caries

In the study, the plaque’s index of children is one component in the prediction model.
Accumulation of plaque is a major cause of the dental caries. According to research
conducted by Utami said that dental plaque is a risk factor for the severity of dental
caries in preschoolers. Children with high dental plaque index had a 3.3 times greater
risk for severe dental caries when compared with dental caries of children with low
plaque index.36

Universitas Indonesia
155

Saliva’s pH of Children and Children’s Caries

Saliva buffer capacity is an important thing that affects the caries process. Bicarbonate
in saliva has the ability to dissolve into dental plaque which will neutralize the acid
formation by microorganisms. The critical pH (5.5) is a pH in which all particles or
saliva material cease and become saturated with calcium and phosphate. When the pH is
below, the inorganic material of the tooth can dissolve. The content of bicarbonate in
saliva can dissolve into dental plaque, and can neutralize the acid.

Brushing Teeth and Children’s Caries

The most effective mechanically removing plaque is by brushing teeth.38 Tooth


brushing is an efficient prophylactic action to remove mechanical plaque and tooth
exposure with fluoride material for children.37 The results of this study show that the
frequency of children brushing teeth has a significant relationship with the occurrance
of caries, but the use of toothpaste has no significant relationship with the occurrance of
caries in children. This is probably because mothers already understand how to brush
their children's teeth properly and properly, but that is not the case with toothpaste. This
is probably caused by concerns about the use of toothpaste in children aged 3-5 years.
Feelings of worry when the pasta is swallowed, and the feeling of discomfort in children
when the toothbrush is given toothpaste, although now there are varieties of flavor of
toothpaste.

Snacking Habit and Children’s Caries

Sucrose is the most cariogenic carbohydrate and found in many food products such as
cakes, desserts, candies, soft drinks, jams and dried fruits. Frequency of sugar intake
also affects the development of caries.38-39 The results of this study show that the
snacking habit do not have a relationship means with the occurrence of caries in
children. This is probably caused by, the pattern of family diet, such as eating habits
that are less cariogenic such as fruits.

Universitas Indonesia
156

Sweetened Drinking and Children's Caries

The results show, that the habit of drinking sweet drinks do not have a significant
relationship with the occurrence of caries in children. This is probably caused by
knowledge and health behavior that is good enough in children and parents, such as
proper brushing teeth, water rinsing after sweetened drinking.

Bottle Milk Feeding and Children's Caries

The results show there is no significant relationship between consumption of bottle milk
with the occurrence of caries. This is probably caused mothers already know that
drinking bottle milk is one of the main causes of caries. The common information that
they have seen so often is that they should not drink bottled milk at bedtime, because it
will cause "cavities". Therefore, the likelihood of the mother has instilled the habit in
her child.

Caries’ Risk Assessment Method in Children

This study produced a model of caries risk assessment occurrence in children. Statistical
analysis can be determined the cutting point point to separate low and high risk group to
make more specific caries management guidance in each risk group. The criteria of a
good diagnostic method or tool is accurate, economical, and convenient for the patient.
The validity indicators of a diagnostic tool are the sensitivity, specificity, positive
predictive value, and negative predictive value.

Sensitivity indicated that 84.06% indicated that the model could clarify a child with
caries by 84.06%. The specificity of the results shows that 78.05% means the model can
clarify caries-free children in children without caries symptoms of 78.05%.40 The
interaction of maternal and children caries risk factor is applied into a computer
software, which will appear as an assessment of caries risk in a children.

Universitas Indonesia
157

Clinical and Public Health Implications

This caries risk assessment method in this child may provide some benefits for dentists:
(1) as a screening tool and the identification of patient; (2) as a clinical diagnostic tool;
(3) motivating and educating patients about the importance of maintaining oral health;
(4) determine the appropriate management; (5) as an archive of patient's medical history
records, for guidance on subsequent visits; (6) for caries control; and (7) to evaluate the
treatments that have been performed.

Caries risk assessment method, made to be used easily, widely, and is expected to assist
the dentist, with the noble end goal of reducing the children’s caries prevalence in
Indonesia, in order to implement The Ministry of Health Program 2030, as
recommended by WHO.

Conclusions and Sugestion

Conclusion

1. The maternal caries risk factors (age, education, family income, caries experience,
plaque’s index, and saliva’s pH) can not be used as a component in the caries risk
assessment model and guidelines for dental caries management in children through a
software.
2. Maternal risk factors: mother's attitude and mother's knowledge about cariogenic
foods and plaque removal can be used as a component in the caries risk assessment
model and guidelines for dental caries management in children through a software.
3. The caries risk factors of children (age, gender, general health, tooth brushing,
snacking habits, and sweetened drinking habit) can not be used as a component in
caries risk assessment models and guidelines for dental caries management in
children through a software .
4. The caries risk factor of the child (white spot, plaque’ index, saliva’s pH, and bottle
milk feeding) can be used as a component in the caries risk assessment model and
guidelines for dental caries management in children through a software.
5. Based on its significance, the most important caries risk factors in the children’s
caries incidence are plaque’s index of children, bottle milk feeding, the saliva’s pH
of children, mother's knowledge, the mother's attitude and white spot lesion.

Universitas Indonesia
158

Suggestion

Some suggestions that can be put forward based on the results of this study are:
1. Socializing the use of this software in scientific discussions, scientific lectures,
training, workshops and scientific.
2. Periodically aplication and continuous this software to the dentists.
3. Caries risk assessment in children software can be applied as a Government policy in
this case the Ministry of Health to caries prevention program for children in
Indonesian.

Universitas Indonesia
159

DAFTAR REFERENSI

1. Direktorat Kesehatan Gigi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman


Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Indonesia Sehat 2010. Available at
http://www.depkes.go.id/. Accessed June 9, 2015.

2. Saravanan M, Lokesh S, Polepalle T, et al. Prevalence, severity and associated


factors of dental caries in 3-6 year old children- a cross sectional study. Int J Dent
Sci and Res. 2014; 2(6A): 5-11.

3. Retnakumari N, Cyriac G. Childhood caries as influenced by maternal and child


characteristics in pre-school children of Kerala-an epidemiology study. J Contemp
Clin Dent. 2012; 3(1): 1-8.

4. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar, Laporan Nasional 2013. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia. Available from
http://www.litbang.depkes.go.id/laporanRKD/Indonesia/Riskesdas2013.

5. Skrìvele S, Carè R, Bèrzina S, et al. Caries and its risk factors in young children in
five different countries. Stomatologija Baltic Dent and Maxillofaxial J. 2013; 15:
39-46.

6. Bhardwaj SV, Bhardwaj A. Early childhood caries and its correlation with
maternal education level and socio-economic status. J Orofacial Sc. 2014; 6(1):
53-7.

7. Newburn E. Cariology. 3rd ed. Chicago : Quintessence Books ; 1989.

8. Kidd EAM, Fejerskov O. What constitute dental caries? Histopathology of carious


enamel and dentin related to the action of cariogenic biofilms. J Dent Res. 2004;
83 : C35-C38.

9. Ngo H, Gaffney S. Risk assesment in the diagnosis and management of caries. 2nd
ed. Queensland : Knowledge Books and Software; 2005.

10. Napimoga MH, Höfling JF, Klein MI, Kamiya RU, Goncalves RB. Transmission,
diversity, and virulence factors of Streptococcus mutans genotypes. J Oral
Science. 2005; 47 (2).

11. Raj R, Vaibhav V. Maternal factors and child oral health. Int J Health Sc Res.
2012; 2(8): 102-8.

12. Sufia S, Khan AA, Chaudry S. Maternal factors and child’s dental health. J Oral
Health Comm Dent. 2009; 3(3) : 45-8.

13. Hirooka LB, Mestriner-Junior W, Mestriner S, et al. Dental caries in mother-child


pairs from Xingu. Braz J Oral Sci. 2014; 13(1): 43-6.

Universitas Indonesia
160

14. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of pediatric dentistry. 4th ed. Sydney :
Mosby Elsevier Company; 2013 : 53-57.

15. Bahar A. Paradigma baru pencegahan karies gigi. Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; 2011: 59-74.

16. Petersen PE. Sociobehavioral risk factors in dental caries-internaional perspective.


J Community Dent Oral epidemiol. 2005; 33: 274-9.

17. Berg JH, Slayton RL. Early childhood oral health. 2nd ed. New Jersey: John
Willey & Sons, Inc; 2016.

18. Moimaz SAS, Fadel CB, Lolli LF. Social aspects of dental caries in the context
mother-child pair. J Appl Oral Sci. 2014; 22(1): 73–78.

19. Fisher-Owen SA, Gansky SA, Platt LJ, et al. Influence on children’s oral health ;
a conceptual model. J The Am Academy of Pediatr. 2007; 120(3). e510-e520.

20. Wigen TI, Wang NJ. Parental influences on dental caries development in
preschool children. An overview with emphasis on recent Norwegian research. J
Norsk Epidemiologi. 2012; 22(1): 13-9.

21. Setyaningsih R, Prakoso I. Hubungan tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi,


dan tingkat pengetahuan orang tua tentang perawatan gigi dengan kejadian karies
gigi pada anak usia Balita di Desa Mancasan Baki Sukoharjo. KOSALA” JIK.
2016; 4(1): 13-24.

22. Bozorghmer E, Hajizamani A, Mohammadi TM. Oral health behaviour of parents


as a predictor of oral health status of their children. J ISRN Dentistry. 2013;
2013:1-5.

23. De Souza PMES, Proença MAM, Franco MM, et al. Association between early
childhood caries and maternal caries status : a cross-section study in São Luís,
Maranhão, Brazil. Eur J Dent. 2015; 9(1): 122-6.

24. Bennadi D, Reddy CVK, Sunitha S, et al. Oral health status of 3-6 year old
children and their mother’s oral health related knowledge, attitude and practices in
Mysore City, India. Asian J Med Sc. 2015; 6(2): 66-71.

25. Marwah N. Textbook of pediatric dentistry. 3rd ed. New Delhi; Jaypee Brothers
Medical Pub; 2014.

26. Pinkham J, Casamasimo P, Field H. Pediatric dentistry infancy through


adolescence. 4th ed. St. Louis: Elseviers Saunders Co; 2005.

27. Yamamoto M, Tsutsui A, Nakamura G, et al. Caries prevalence and caries risk
factor in children aged 3-5 years : cross sectional study. J Dent Hlth. 2013; 63(1):
15-20

Universitas Indonesia
161

28. Petersson GH, Isberg P, Twetman S. caries risk assessment in school children
using a reduced cariogram model without saliva tests. Research Article. Biomed
Central Oral Health. 2010

29. Domi M. Summary of : oral health related quality of life of children in relation to
dental appearance and educational transition. British Dent J. 2011; 211: 72-3.

30. Zemaitiene M, Grigalakauskiene R, Andruskeviciene V, et al. Dental caries risk


indicator in early childhood and their association with caries polarization in
adolescence : a cross-sectional study. BMC Oral Health. 2017; 17: 2.

31. American Academy of Pediatric Dentistry. Guidelines on caries-risk assessment


and management for infants, children, and adolescents. Clinical guidelines.
Reference Manual. 2014.

32. Guy S. Children’s caries history predict future tooth decay. J of Sringer
Healthcare. 2012;1 (1627).

33. Brambilla E, Gracia-Godoy F, Strohmenger L. Principles of diagnosis treatment


of high caries risk subjects. Dent Clin North America. 2000; 44( 3): 507.

34. Featherstone JDB. Caries prevention and reversal based on the caries balance. J
Ped Dent. 2006; 28(2); 128.

35. Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. In Dental
caries-the major cause of tooth damage. JM McIntyre (Editor). 2nd Ed.
Queensland: Knowledge books and software; 2005.

36. Utami S. The relationship between dental plaque and the severity of dental caries
among preschool children. Indonesian Dent J. 2013; 2(2): 9-15.

37. Farani W, Rus SIS. Pengaruh perbedaan menyikat gigi dengan metode horizontal
dan vertikal terhadap pengurangan plak pada anak perempuan usia 12 tahun.
Dentika Dental J. 2008;13(2):108.

38. Van Loveren C, Lingström P. Diet and dental caries. In : Fejerskov O, Nyvad B,
Kidd E, editors. Dental caries. The disease and its clinical management. 3rd ed.
Oxford : Willey Blackwell; 2015: p.134-5.

39. Nightingale KJ, Chinta SK, Agarwal P, et al. Toothbrush efficacy for plaque
removal. Int J of Dent Hygiene. 2015; 12: 251-6.

40. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Seri 1 Edisi ke-6. Jakarta :
Penerbit Epidemiologi Indonesia; 2015: 241-3

Universitas Indonesia
162

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Sri Ratna Laksmiastuti
Tempat tanggal lahir : Kediri, 21 Juni 1969
Agama : Islam
Pekerjaan : Staf Pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti
Alamat Kantor : Jl. Kyai Tapa No. 1, Grogol, Jakarta Barat
Alamat Rumah : Jl. Gading 10 Blok D49, Kompleks TNI AL
Kelapa Gading, Jakarta Utara
Nama Suami : Laksamana Muda TNI DR. Amarulla Octavian, S.T.,
M.Sc., D.E.S.D
Nama Anak : Jordy Ramadhan Octavian
Pradipta Arya Wibawa
Wildan Farabi Octavian
Nama Ayah : Laksamana Madya TNI (Purn) Soeratmin
Nama Ibu : Sri Pudjiastuti (Almh)

Riwayat Pendidikan Tinggi


Program Pendidikan Perguruan Tinggi Tahun Lulus
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 1996
Spesialis Kedokteran Gigi Anak Universitas Airlangga 2004
Pendidikan Doktor Universitas Indonesia 2018

Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan Tahun
Dokter Gigi PTT di Puskesmas Wiyung, Surabaya 1996-1999
Staf Pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas 1999-2010
Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

Staf Pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas 2010-sekarang


Kedokteran Gigi Universitas Trisakti

Universitas Indonesia
163

Publikasi Karya Ilmiah


Tahun Judul Media Publikasi Keterangan

2008 Pemakaian incline bite DENTA Jurnal Pengarang tunggal


plane pada anak dengan Kedokteran Gigi.
gigitan terbalik anterior 2008: 2(1).
pada maloklusi klas I
Angle.

2010 Clinical consideration of Journal FKG Unair . Pengarang tunggal


thrombocytopenia in 2010: 43(4).
children.

2011 Tinjauan klinis penyakit Majalah Kedokteran Pengarang tunggal


periodontal pada anak Gigi FKG Trisakti.
2011: 26(1).

2011 Children toothpaste 7th FDI-IDA Joint Pengarang tunggal


composition and decrease Meeting 12-13
of bacterial count in saliva November 2011

2011 Eruption hematoma in 7th FDI-IDA Joint Pengarang:


children Meeting 2011 Laksmiastuti SR
Dwimega A

2012 Preventive resin Seminar Batara Pengarang tunggal


restoration pada gigi Dentistry SP 2012
permanen muda

2012 Nursing bottle caries in Fokus FKG Usakti Pengarang :


preschool children 2012 Laksmiastuti SR
Wardani I

2012 Restoration in primary Fokus FKG Usakti Integrated Lecture


dentition 2012

2012 The impact of Fokus FKG Usakti Pengarang:


consumption of prebiotic 2012 Wardani I
and sugar chewing gum Laksmiastuti SR
against oral saliva pH

2013 Bacterial endocarditis in KPPIKG 6th 2013 Pengarang tunggal


children related with
dentistry

2013 Immature teeth Fokus FKG Usakti Integrated Lecture


revascularization and 2013
dental treatment
Universitas Indonesia
164

Tahun Judul Media Publikasi Keterangan

2013 The success of dental care Fokus FKG Usakti Pengarang :


with TSD approach 2013 Laksmiastuti SR
method in children aged 4- Wardani I
6 years

2013 Bohn’s Nodule in children Fokus FKG Usakti Pengarang:


2013 Wardani I
Laksmiastuti SR

2014 Geographic tongue in Jurnal PDGI. Pengarang tunggal


children 2015:64(1).

2015 Prediction of caries in Pertemuan Ilmiah Pengarang :


children by analyzing Nasional IKGA 2015 Laksmiastuti SR
maternal caries and plaque Budiardjo SB
pH of mother

2015 Oral and Dental Care in Forum Ilmiah FKG Pengarang :


Childhood Leukemia : Usakti 2015 Laksmiastuti SR
Role of Dentist (Literature Tehuteru ES
reviews

2015 Role of Pediatric Dentist Indonesian Journal of Pengarang :


According to Oncology Cancer. 2015:9(4). Laksmiastuti SR
Protocol in Childhood Tehuteru ES
Cancer

2016 Proper and judicious use KPPIKG 7th 2016 Pengarang tunggal
of antibiotic in pediatric
dental patient.

2016 Infective Endocarditis in Pertemuan Ilmiah Pengarang tunggal


Children : A new Nasional IKGA 2016
Approach for Pediatric
Dentist
1
2016 Delayed tooth eruption : 12th FDI-IDA Joint Pengarang tunggal
An update review for Meeting 2016
dentist

2017 Breastfeeding and dental Pertemuan Ilmiah Pengarang:


caries’ risk in children : a Nasional IKGA 2017 Laksmiastuti SR
systematic review for Budiardjo SB
pediatric dentist Sutadi H

Universitas Indonesia
165

Tahun Judul Media Publikasi Keterangan


2017 Oral health status between British J of Pharm Pengarang:
mothers and their children: Res. 2017: 2(1). Laksmiastuti SR
Epidemiological study in Sutadi H
North Jakarta Indonesia Budiardjo SB

2017 Validated questionnaire of Journal of Pengarang:


maternal attitude and International Soc of Laksmiastuti SR
knowledge for predicting Prev and Com Dent. Budiardjo SB
caries risk in children: 2017: 7(1). Sutadi H
Epidemiological study in
North Jakarta Indonesia

2017 Clinical view of gingivitis 13th FDI-IDA Joint Pengarang tunggal


in children Meeting 2017

Penghargaan
Tahun Penghargaan

2012 Juara ke-2 Lomba Karya Ilmiah Dosen dalam rangka Dies Natalis
Universitas Trisakti 2012
2013 Juara ke-2 Scientific Award Kategori Literature Reviews KPPIKG
FKG UI 2013
2014 Juara ke-1 Kategori Laporan Kasus 7thFDI-IDA Joint Meeting
Scientific Award
2015 Finalis Scientific Award Pertemuan Ilmiah Nasional IKGA 2015
Kategori Research
2015 Juara ke-2 Pepsodent Foril Award FKG Usakti 2015 Kategori
Literature Reviews.
2016 Finalis Scientific Award Kategori Literature Reviews KPPIKG FKG
UI 2016
2016 Juara ke-2 Kategori Literature Reviews 12thFDI-IDA Joint Meeting
Scientific Award
2017 Juara ke-2 Kategori Literature Reviews 13thFDI-IDA Joint Meeting
Scientific Award

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai