Made Ngurah Duwipantara

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 79

EFEKTIVITAS BANTUAN LANGSUNG TUNAI DANA DESA BAGI

MASYARAKAT MISKIN TERKENA DAMPAK COVID-19 DI DESA


SAMBANGAN KECAMATAN SUKASADAKABUPATEN BULELENG

OLEH :

MADE NGURAH DUWIPANTARA

1717051364

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah menjadi masalah kesehatan

dunia. Pada tanggal 31 Desember 2019 World Health Organization (WHO)

menyatakan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di

Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kasus ini terus berkembang hingga adanya

laporan kematian dan terjadi importasi di luar China. Pada tanggal 30 Januari

2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health Emergency of

International Concern (PHEIC). Penyebaran virus ini begitu cepat dan terbilang

mudah menular, sehingga pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan

COVID-19 sebagai pandemi.

Penyebaran kasus COVID 19 telah mencapai Indonesia. Dampak yang

disebabkannya sangat serius, mulai dari dampak langsung berupa masalah pada

kualitas kesehatan hingga efek domino yang ditimbulkan seperti masalah

ekonomi, masalah sosio-culture, serta terganggunya mobilitas kegiatan

masyarakat. Dampak ekonomi dapat dilihat dari keadaan ekonomi Indonesia pada

triwulan I tahun 2020 mengalami keterlambatan dibanding triwulan I tahun 2019

yakni dari 5,07 % menjadi 2,97 % (BPS, 2021). Selain itu, menurut Kemenaker

(2021) terjadi 29,4 juta kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) dan perumahan

karyawan tanpa digaji karena perusahaan tidak mampu menanggung beban

operasional di masa pandemi, banyak usaha yang bangkrut, penurunan

penghasilan bagi para pedagang, ojek online, supir angkutan umum dan

sebagainya. Kerugian akibat pandemi dirasakan hampir di seluruh lapisan


masyarakat. Pandemi telah menyebabkan anjloknya aktivitas perekonomian

domestik, yang tidak menutup kemungkinan akan menurunkan kesejahteraan

masyarakat. Dalam jangka menengah, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan hanya

pada kisaran 0,4% hingga 2,3% menurun signifikan jika dibandingkan dengan

angka pertumbuhan tahun 2019 yang mencapai 5%. Selain itu, dampak kesehatan

yang terjadi tidak dapat dianggap remeh, bahkan menyebabkan banyak kasus

kematian. Angka kematian akibat Pandemi Covid-19 di Indonesia yang mencapai

8,9%. Pemutusan hubungan kerja dan rendahnya serapan tenaga kerja juga dapat

menyebabkan masalah distabilitas sosial. Jika kondisi ini tidak diantisipasi dengan

baik, diperkirakan bisa terjadi ketidakstabilan sosial. Dalam jangka panjang,

kesenjangan antarkelompok pendapatan akan melebar, disparitas antar wilayah

dan kota-desa akan meningkat, serta berdampak pada terjadinya kemiskinan antar

generasi.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk

meminimalisir angka kasus positif Covid-19, seperti penerapan phisical

distancing, work form home (WFH), penggantian kegiatan belajar mengajar dari

tatap muka menjadi daring kepada seluruh tingkat pendidikan baik formal maupun

non formal, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), mewajibkan pemakaian

masker dan berbagai upaya lainnya. Upaya-upaya yang diusahakan pemerintah

dirancang untuk mengatasi efek jangka panjang baik di bidang kesehatan maupun

ekonomi. Namun, pada penerapan berbagai macam upaya dalam mengentaskan

kasus Covid-19 ini, pemerintah dihadapkan pada dilema yang mengharuskan

merelakan adanya dampak besar pada penurunan sektor ekonomi.

Salah satu upaya pemerintah dalam menekan angka positif corona adalah
membatasi mobilitas masyarakat. Meski berdampak pada sektor ekonomi pada

jangka pendek, kebijakan ini diharapkan dapat memproyeksikan kestabilan

ekonomi jangka menengah dan panjang di masa pandemi. Sala satu kebijakan

pembatasan mobilitas masyarakat yang santer terdengar adalah larangan mudik

menjelang hari raya Ramadan dan Idul Fitri pada April dan Mei 2021.

Selain melakukan kebijakan untuk penanganan medis dan pembatasan

mobilitas masyarakat, upaya lain yang dilakukan pemerintah untuk

menanggulangi dampak pandemi Covid-19 juga diproyeksikan pada masalah

ekonomi. Program suntikan dana praktis berupa bantuan langsung tunai (BLT)

dan sembako menjadi kebijakan populer di kala pandemi melanda Indonesia.

Tujuan utama dari adanya bantuan-bantuan tersebut adalah untuk menjamin

ketersediaan kebutuhan dasar serta perlindungan sosial terutama bagi kelompok

rentan yang terdampak dari adanya pandemi Covid-19. Kelompok rentan yang

dimaksud adalah para pekerja yang tidak menentu dalam hal jam kerja, kontrak,

lingkup serta jaminan (Arika Bagus P et al, 2020, 6). Banyaknya pekerja yang

mendapatkan PHK akan menambah jumlah kelompok rentan di Indonesia.

Sebelum adanya pandemi Covid-19 ini masyarakat rentan memperoleh banyak

bantuan dari pemerintah. Namun semenjak munculnya pandemi ini pemerintah

mengeluarkan bantuan sosial khusus. Bantuan sosial khusus ini perlu dikeluarkan

karena banyaknya pekerja informal yang mengalami penurunan drastis bahkan

sampai kehilangan penghasilan akibat pandemi Covid-19. Semakin bertambahnya

kelompok rentan dikarenakan banyak perusahaan yang memutus hubungan kerja

dengan para pekerjanya) serta penurunan kemampuan daya beli masyarakat

terhadap pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Lestary J. Barany et al, 2020, 3).


Dikutip dari website resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia,

Pemerintah telah membuat berbagai program bantuan untuk bantuan ekonomi

pada masyarakat terdampak Covid-19 seperti: Pertama, pemberian PKH (Program

Keluarga Harapan) kepada 10 juta keluarga penerima dengan total anggaran

sebanyak Rp. 37,4 Triliun. Kedua, Pemberian Kartu Sembako kepada 20 juta

penerima yang mana setiap orang menerima bantuan tersebut sebesar Rp. 200.000

perbulan. Ketiga, penerbitan kartu prakerja kepada 5,6 juta orang dengan

memberikan insentif setelah pelatihan sebesar Rp. 600.000 selama 4 bulan.

Keempat, pemberian diskon tarif listrik untuk 900 VA dan pembebasan tarif

listrik 450 VA. Kelima, bantuan sosial yang dibagi menjadi 3 (bantuan khusus

bahan pokok sembako untuk masyarakat di DKI Jakarta, bantuan sembako untuk

masyarakat di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, dan bantuan sosial langsung

tunai (BST) untuk masyarakat di luar Jabodetabek) yang mana jumlah bantuan

tersebut sama, senilai Rp. 600.000 dan diberikan selama 3 bulan dan akan

diperpanjang. Keenam, pengalokasian dana desa untuk bantuan sosial di desa

selama 3 bulan sebesar Rp.600.000 tiap bulannya untuk 10 juta keluarga

penerima, dan bantuan-bantuan lainnya.

Salah satu sumber dana yang digunakan sebagai stimulus ekonomi di masa

pandemi pada tingkat desa adalah Dana Desa. Dana desa merupakan alokasi

anggaran on budget yang dapat digunakan langsung untuk mendukung upaya

mengurangi dampak Covid-19 di tingkat rumah tangga dan desa. Penggunaan

Dana Desa untuk menanggulangi dampak Covid-19 karena lebih praktis dan

menyentuh selain itu Dana Desa telah di anggarkan pada Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara sehingga memiliki kepastian yang lebih baik. Selain itu Dana
Desa juga dapat dibuat menjadi program aksi cepat yang dapat segera dimulai

dapat melengkapi program lain untuk meminimalkan dampak sosial dan ekonomi,

tidak memerlukan sistem baru sehingga aparat desa bisa langsung bergerak karena

sudah memahami sistem yang ada, dapat diarahkan untuk membangun legitimasi

dan kredibilitas pemerintah desa melalui penyelesaian masalah secara lokal, serta

sudah tersedianya sistem pemantauan, evaluasi, dan pertanggungjawaban yang

dapat dioptimalkan untuk menjamin akuntabilitas.

Terbitnya Perppu No. 1/2020 memberikan instrumen baru untuk

meminimalkan dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian desa. Pada

Pasal 2 Ayat (1) huruf (i) peraturan tersebut disebutkan bahwa perlu dilakukan

pengutamaan penggunaan alokasi anggaran untuk kegiatan tertentu (refocusing),

penyesuaian alokasi, dan/atau pemotongan/ penundaan penyaluran anggaran

transfer ke daerah dan dana desa, dengan kriteria tertentu. Selanjutnya dalam

penjelasan Perppu tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

“pengutamaan penggunaan dana desa” adalah dana desa dapat digunakan antara

lain untuk bantuan langsung tunai bagi penduduk miskin di desa dan kegiatan

penanganan pandemi Covid-19. Dengan adanya pasal berikut penjelasannya

tersebut, perlu dilakukan kajian bagaimana kebijakan tersebut dapat diterapkan

dengan cepat dan tepat.

Anggaran dana desa pada 2020 ditetapkan sebesar Rp 72 triliun. Untuk

kebutuhan BLT-D, kami dialokasikan 20-30 % dari total dana desa. Pelaksanaan

BLT-D setidaknya dapat diterapkan selama enam bulan dengan target penerima

manfaat adalah rumah tangga. Target tersebut relevan ditetapkan mengingat

sebagian besar program nasional yang terkait dengan bantuan sosial merujuk pada
penerima manfaat di tingkat rumah tangga, seperti Program Keluarga Harapan,

Bantuan Pangan Non Tunai, dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat/

Bantuan Langsung Tunai.

Ketentuan dan mekanisme pendataan hingga pelaksanaan pemberian BLT

DD tercantum dalam Peraturan Menteri Desa Nomor 6 Tahun 2020 yang

diterbitkan 14 April 2020 tentang perubahan atas peraturan menteri desa,

pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi nomor 11 tahun 2019 tentang

prioritas penggunaan dana desa tahun 2020. Peraturan tersebut mengubah

Peraturan Menteri Desa Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan

Dana Desa Tahun Anggaran 2020. Pasal 8A dalam aturan itu menetapkan

beberapa syarat penerima bantuan, seperti keluarga yang kehilangan mata

pencarian atau pekerjaan, belum terdata menerima berbagai bantuan sosial, serta

mempunyai anggota keluarga yang rentan sakit menahun atau kronis.

Sebelumnya, Menteri Desa dan PDTT juga menerbitkan Surat Edaran

Nomor 6 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan Penegasan Padat

Karya Tunai Desa. Dalam peraturan tersebut alokasi bantuan langsung tunai untuk

pagu dana desa yang kurang dari Rp 800 juta ditetapkan 25 % dari dana desa.

Alokasi untuk desa dengan pagu Rp 800 juta-1,2 miliar sebesar 30 %. Adapun

desa dengan pagu di atas Rp 1,2 miliar mendapat alokasi 35 %. Skema ini bisa

dikembangkan lebih dari 35 % apabila dibutuhkan dengan persetujuan pemerintah

di daerah.

Dengan diundangkannya Peraturan Menteri Desa dan Pembangunan

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Permendes PDTT) Nomor 6 Tahun 2020

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah


Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan

Dana Desa Tahun 2020, maka menjadi dasar juridis dan implementatif Bantuan

Langsung Tunai (BLT) kepada penduduk miskin di desa. Karenanya, diperlukan

kesiapan dan kesigapan pemerintahan desa (gampong) untuk segera

mendistribusikan BLT dimaksud secara tertib, adil, dan tepat yaitu tepat sasaran,

tepat orang, tepat waktu, tepat proses, dan tepat laporan administrasi.

Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah termasuk pemerintah

desa melalui pengalihan dana desa untuk penanggulangan dampak pandemi

Covid-19 seyogyanya mampu membantu masyarakat untuk bertahan di tengah

situasi ekonomi saat ini. Namun, pada kenyataannya, terjadi kesimpangsiuran

penerima bantuan langsung tunai di tingkat desa. Hal ini terjadi karena

kesimpangsiuran data serta adanya ketidaksesuaian jumlah data penerima BLT

Desa yang memenuhi kriteria dengan jumlah anggaran. Sampai saat ini, bantuan

ini baru ini menyasar 11 juta keluarga dengan total anggaran Rp 22.4 triliun yang

diambil dari total alokasi dana desa 2020. Besaran dana yang disiapkan tiap desa

berbeda-beda berkisar 25-35% dari total pagu dana yang diterima tahun ini tiap

desa.

Pandemi yang datang tiba-tiba membuat otoritas Desa kalang kabut dalam

mengeksekusi program yang serba mendadak. Banyak Desa mengalami kendala

dalam penyaluran BLT Dana Desa mulai dari pendataan, distribusi hingga pada

akhirnya bermuara pada efektivitas program. Desa Sambangan di Kecamatan

Sukasada, Kabupaten Buleleng – Bali ini adalah salah satunya. Berdasarkan

observasi, jumlah calon penerima BLT Dana Desa Sambangan cukup besar.

Selain itu, berdasarkan pengamatan lapangan, pro-kontra mengenai penetapan


sasaran dan efektivitas program di Desa Sambangan cukup tinggi dibanding desa

lainnya di Kabupaten Buleleng. Desa Sambangan menjadi salah satu desa yang

menyalurkan bantuan tersebut kepada warganya. Syarat utama dari penerima BST

dan BLT-Dana Desa adalah mereka yang bukan penerima Bansos PKH dan

Bansos Sembako. Penyaluran bantuan di Desa Sambangan sudah berjalan selama

3 bulan, para warga sudah merasakan efek dari bantuan tersebut. Akan tetapi, data

yang dimiliki baik oleh pusat dan daerah yang digunakan sebagai data sasaran

penerima bantuan sosial dapat berpotensi tidak tepat sasaran, sebab pada

umumnya data yang ada telah usang dan tidak relevan lagi dengan orang yang

membutuhkan bantuan saat ini. Bahwa masyarakat yang tidak mendapatkan

bantuan juga membutuhkan bantuan tersebut mengingat Covid-19 memiliki

dampak luas dibidang ekonomi.

Berdasarkan observasi awal, tampak beberapa masalah yang dapat

dirangkum yakni: (1) kriteria penerima BLT Dana Desa belum jelas, (2) proses

pendataan tidak transparan dan kurang jelas, (3) tidak adanya lembaga independen

untuk menerima dan menyalurkan aduan masyarakat, (4) rancunya administrasi

kependudukan jika bantuan dipandang dari administrasi KK, (5) anggaran dana

yang dimiliki tidak cukup meng-cover data penerima BLT. Berdasarkan

permasalahan yang dirangkum pada observasi awal, penting halnya dikaji kembali

efektivitas BLT-Desa di Desa Sambangan. Peranan akuntansi sosial dalam

memberi informasi akurat yang berhubungan dengan keuangan pada kasus ini

sangat diperlukan guna pengambilan keputusan yang tepat guna dan tepat sasaran.

Masalah ini selanjutnya akan dikaji dari sudut pandang akuntansi sosial dalam

sebuah penelitian dengan judul “Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana Desa
Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa Sambangan

Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

diidentifikasi masalah yang terjadi pada BLT Dana Desa di Desa Sambangan

sebagai berikut:

1. Banyaknya masyarakat yang belum paham akan alur pelaksanaan Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak

Covid-19 Di Desa Sambangan Kecamatan SukasadaKabupaten Buleleng

2. Banyak masyarakat meragukan Efektivitas dari Bantuan Langsung Tunai

Dana Desa Bagi Masyarakat MiskinTerkena Dampak Covid-19 Di Desa

Sambangan KecamatanSukasadakabupaten Buleleng.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada terkait BLT Dana Desa di Desa

Sambangan, maka peneliti membatasi permasalahan padaEfektivitas Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat Terkena Dampak Covid-19 Di Desa

Sambangan Kecamatan SukasadaKabupaten Buleleng.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas,maka peneliti


merumuskan suatu rumusan masalah yang akan menjadi panduan penelitian

selanjutnya, yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa BagiMasyarakat

MiskinTerkena Dampak Covid-19 Di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada

Kabupaten Buleleng?

2. Bagaimana Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat

MiskinTerkena Dampak Covid-19 Di Desa Sambangan Kecamatan

SukasadaKabupaten Buleleng ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun diatas, adapun tujuan

penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai Dana

Desa Bagi Masyarakat MiskinTerkena Dampak Covid-19 Di Desa Sambangan

Kecamatan SukasadaKabupaten Buleleng.

2. Untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana Desa

Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa Sambangan

Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi baik terhadap

penulis maupun pihak berkepentingan lainnya. adapun manfaat dari penelitian ini

yaitu:

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu akuntansi yang

berkaitan dengan bantuan langsung tunai dana desa dan dapat menjadi

bahan pertimbangan bagi penelitian lanjutan.

2. Secara praktis

a. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat

Terkena Dampak Covid-19 di Desa Sambangan.

b. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

kepadapemerintahmengenai Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana

Desa Bagi Masyarakat Terkena Dampak Covid-

19sehinggabisamengevaluasikendalamaupunkekurangan yang terjadi

di lapangan.

c. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambahwawasanpeneliti mengenai

Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat

Terkena Dampak Covid-19 dilihatdarisegiilmuakuntansisosial.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam mendukung penelitian ini terdapat beberapa penelitian terdahulu

yang memiliki keterkaitan dengan penelitian saat ini yaitu :

Tabel 1.1
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Nama
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti/Tahun
1 Khoiriyah dkk, Efektivitas Hasil penelitian ini
(2020) Pelaksanaan Bantuan menunjukkan bahwa
Sosial Dari Pemerintah pelaksanaan bantuan sosial di
Terhadap Masyarakat desa Gedongarum belum
Terdampak Covid-19 efektif. Hal tersebut dilihat dari
Di Desa Gendongarum pelaksaaan bantuan sosial yang
Kecamatan Kanor disalurkan kepada masyarakat
Kabupaten Bojonegoro terdampak Covid-19 yang
akibatnya dari tidak tepatnya
sasaran penerima bantuan.
2 Nurahmawati Implementasi Hasil penelitian menunjukkan
dan Hartini Kebijakan Program bahwa 80% warga Cibadak
(2020) Bantuan Langsung Raya Kecamatan Ciampea
Tunai (BLT) Terhadap Kabupaten Bogor sudah
Warga Terdampak menerima bantuan dari
Covid-19 Di Desa pemerintah bagi warga
Cibadak terdampak covid-19. Hal
tersebut dapat dilihat dari
dimana 80% warga sudah
merasa haknya terpenuhi
sebagau warga negara atas
bantuan terdampak covid- 19.
3 Maun (2020) Efektivitas Bantuan Hasil penelitian menunjukkan
Langsung Tunai Dana bahwa efektivitas program ini
Desa Bagi Masyarakat khususnya bagi masyarakat
Miskin Terkena miskin dirasakan sangat
Dampak Covid-19 Di bermanfaat bagi mereka, dan
Desa Talaitad sebagaian besar masyarakat
Kecamatan Suluun mendukung program yang
Tareran Kabupaten dilakukan oleh pemerintah pusat
Minahasa Selatan tersebut. Penyaluran BLT dana
desa sudah tepat waktu dan
mengikuti mekanisme yang ada.
4 Rosadi (2021) Efektivitas Program Hasil penelitian ini
Bantuan Sosal Tunai menunjukkan bahwa pemberian
(BST) Pada Masa bantuan sosial tunai perumahan
Pandemi Covid-19 Di taman Cikande, Jayanti-
Perumahan Taman Tangerang tepatnya di RT 02
Cikande, Jayanti- RW 03 sudah efektif yaitu
Tangerang sesuai dengan indikator
efektivitas yang digunakan,
yakni tercapainya tujuan (waktu
dan sasaran), terlaksananya
proses integrasi, serta adanya
adaptasi di masyarakat. Namun,
walaupun tidak dapat memenuhi
kebutuhn selama satu bulam
penuh pemberian bantuan sosial
tunai ini juga tidak membuat
masyarakat menjadi pasif.
5 Arumdani, dkk Efektivitas Bantuan Hasil penelitian menunjukkan
(2021) Langsung Tunai Dana bahwa dilihat efektivitasnya
Desa (BLTDD) Di melalui ketepatan waktu, dapat
Desa Mojoruntut disimpulkan bahwa Desa
Kecamatan Krembung Mojoruntut sudah tepat waktu
Kabupaten Sidoarjo dan sudah sesuai dengan
mekanisme. Dalam pemberian
bantuan langsung tunai dana
desa yang digunakan sesuai
dengan tujuan dimana
manfaatnya dapat dirasakan
secara langsung dampaknya.
6 Wongkar, dkk Bantuan Langsung Hasil penelitian yang dilakukan
(2021) Tunai Pemerintah di lokasi Kelurahan Kakasen
Kepada Masyarakat menunjukkan bahwa
Yang Terkena Dampak implementasi peraturan yang
Pandemi Covid-19 ada telah sesuai dengan yang
(Studi Di Kelurahan diterapkan di masa pandemi,
Kakaskasen) tetapi masih saja terdapat
masyarakat yang tidak tersentuh
akan penyaluran bantuan.
(Sumber: Data Diolah, 2021)
Penelitian ini berfokus untuk mengkaji kembali efektivitas BLT Dana

Desa bagi masyarakat miskin di Desa Sambangan. Perbedaan penelitian ini dari

penelitian relevan sebelumnya terletak di objek dan subjek penelitian. Subjek pada

penelitian ini adalah pelaksana dalam hal ini kepala desa dan bendahara serta

masyarakat penerima maupun yang tidak menerima Bantuan Langsung Tunai

Dana Desa di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.

Sedangkan objek pada penelitian ini adalah Efektivitas dari Bantuan Langsung

Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa

Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.

2.2 Konsep Efektivitas

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang efektivitas, berikut ini

akan dikemukakan beberapa konsep dari efektivitas. Dalam hal efektivitas F.

Drucker dalam Sugiyono (2010:23) menyatakan efektivitas merupakan landasan

untuk mencapai sukses. Selanjutnya Fremont E. Kas (dalam Sugiyono, 2010:23)

mengemukakan bahwa efektivitas berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan

baik secara eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh rencana dapat

dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan tercapai. Sedangkan menurut William N.

Dunn (2005:498) efektivitas (effectiveness) adalah suatu kriteria untuk menseleksi

berbagai alternatif untuk dijadikan rekomendasi didasarkan pertimbangan apakah

alternatif yang direkomendasikan tersebut memberikan hasil (akibat) yang

maksimal, lepas dari pertimbangan efisiensi.

Efektivitas adalah sesuatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai

terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan
perbuatan dengan maksud tertentu atau mempunyai maksud sebagaimana yang

dikehendaki, maka orang tersebut dikatakan efektif (Gie 2006:149). Efektif dalam

kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dapat membawa hasil, berhasil guna.

Handoko berpendapat (2008:7) efektifitas adalah kemampuan untuk memilih

tujuan yang tepat atau peralatan yang untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Menurut Harbani Pasolong (2012:51) efektivitas pada dasarnya berasal

dari kata “efek” dan digunakan dalam istilah ini sebagai hubungan sebab akibat.

Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas

berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau

dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan. James L. Gibson dkk

(2006:38) (dalam Harbani Pasolong, 2012:51) mengatakan bahwa efektivitas

adalah pencapaian sasaran dari upaya bersama. Derajat pencapaian sasaran

menunjukkan derajat efektivitas. Tjokroamidjojo (dalam Harbani Pasolong

2012:51) mengatakan bahwa efektivitas, agar pelaksanaan administrasi lebih

mencapai hasil seperti direncanakan, mencapai sasaran tujuan yang ingin dicapai

dan lebih berdaya hasil. Sedangkan Keban (dalam Harbani Pasolong 2012:51)

mengatakan bahwa suatu organisasi dapat dikatakan efektif bila tujuan organisasi

atau nilai-nilai sebagaimana ditetapkan dalam visi tercapai. Nilainilai yang telah

disepakati bersama antara para stakeholder dari organisasi yang bersangkutan.

Menurut Komaruddin (2005:294) “efektivitas adalah suatu keadaan yang

menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan terlebih dahulu”. Selanjutnya The Liang Gie (2006 : 24)

juga mengemukakan bahwa “efektivitas adalah keadaan atau kemampuan kerja


yang dilaksanakan oleh manusia untuk memberikan guna yang diharapkan”.

Sedangkan Gibson (2011: 28) mengemukakan bahwa “efektivitas dalam konteks

perilaku organisasi merupakan hubungan antar produksi, kualitas, efisiensi,

fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan dan pengembangan”. Selanjutnya Steers

(2008:87) mengemukakan bahwa “Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu

program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk

memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu

serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya”.

Sedangkan menurut Stephen P. Robbins (2008:85) keefektifan organisasi dapat

didefinisikan sebagai tingkatan pencapaian organisasi atas tujuan jangka pendek

(tujuan) dan jangka panjang (cara). Pemilihan itu mencerminkan konstituensi

strategis, minat pengevaluasi, dan tingkat kehidupan organisasi.Siagian

(2010:151) berpendapat bahwa efektivitas terkait penyelesaian pekerjaan tepat

pada waktu yang telah ditetapkan sebelumnya atau dapat dikatakan apakah

pelaksanaan sesuatu tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya”.

Dari bermacam-macam pendapat diatas terlihat bahwa efektivitas lebih

menekankan pada aspek tujuan dan suatu organisasi, jadi jika suatu organisasi

telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka dapat dikatakan telah

mencapai efektifitas. Dengan demikian efektifitas pada hakikatnya berorientasi

pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.Tingkat efektivitas

dapat diukur dengan membandingkan antara rencana atau target yang telah

ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan tersebut

itulah yang dikatakan efektif, namun jika usaha atau hasil pekerjaan yang

dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan, maka hal itu
dikatakan tidak efektif.

Makmur dalam bukunya efektifitas kebijakan kelembagaan pengawasan

(2010:7) berpendapat bahwa efektivitas dapat diukur dari beberapa hal yaitu :

1. Ketepatan penentuan waktu: waktu yang digunakan secara tepat akan

mempengaruhi tingkat keefektivitasan suatu program atau kegiatan dalam

mencapai tujuan.

2. Ketepatan perhitungan biaya: hal ini dilakukan agar dalam menjalankan suatu

program tidak mengalami kekurangan dalam hal dana atau anggaran sampai

program tersebut selesai dilaksanakan.

3. Ketepatan dalam pengukuran: hal ini berarti bahwa dalam menjalankan suatu

program harus menerapkan standarisasi. Ketepatan standar yang digunakan

dalam melaksanakan suatu program merupakan suatu ukuran dalam mencapai

keefektivitasan.

4. Ketapatan dalam menentukan pilihan: merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan untuk keberhasilan dalam mencapai tujuan karna dalam menetukan

pilihan dibutukan proses yang sangat penting untuk mencapai suatu

keefektifitasan.

5. Ketepatan berfikir dapat menentukan efektifitas dalam mencapai tujuan yang

telah ditentukan.

6. Ketepatan dalam melakukan perintah: merupakan aktivitas organisasi atau

individu yang mempunyai kemampuan memberikan perintah dengan jelas dan

mudah dipahami dan jika perintah yang diberikan tidak dapat dipahami maka

pelaksanaan perintah tersebut akan mengalami kegagalan dan pada akhirnya

tidak efektif.
7. Ketepatan dalam menetukan tujuan: tujuan yang ditetapkan secara tepat akan

menunjang efektivitas pelaksanaan kegiatan tersebut.

8. Ketepatan sasaran: dapat menetukan keberhasilan aktivitas individu atau

organisasi dalam mencapai tujuan.

Hari Lubis dan Martani Huseini (2009:55), menyatakan efektifitas sebagai

konsep yang sangat penting dalam organisasi karena menjadi ukuran keberhasilan

organisasi dalam mencapai tujuannya. Karenanya, pengukuran efektifitas

bukanlah hal yang sederhana mengingat perbedaan tujuan masing-masing

organisasi dan keragaman tujuan organisasi itu sendiri.

Lebih lanjut, Hari Lubis dan Martani Huseini (2009:55), menyebutkan 3

(tiga) pendekatan utama dalam pengukuran efektifitas organisasi, yaitu:

1. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari input.

Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh

sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan

organisasi. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem

suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan

yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-

sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan

juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber yang

terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.

2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana

efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau

mekanisme organisasi. Pendekatan proses menganggap efektifitas sebagai

efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang
efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian

yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan

lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang

dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki oleh lembaga, yang

menggambarkan tingkat efesiensi serta kesehatan lembaga.

3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output,

mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai

dengan rencana.

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil

merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Sasaran yang penting diperhatikan

dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran yang realistis

untuk memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi Official Goal.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa efektivitas

merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan

gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya

atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari

aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah

ditetapkan sebelumnya.

2.3 Program Bantuan Langsung Tunai

Menurut Wynandin Imawan (2008:8) Program Bantuan Langsung Tunai

merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan

Pemerintah Indonesia dari sekian banyak program penanggulangan kemiskinan

yang terbagi menjadi tiga klaster. Program Bantuan Langsung Tunai masuk dalam
klaster I, yaitu Program Bantuan dan Perlindungan Sosial. Termasuk dalam klaster

CI adalah Program Beras Miskin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH),

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan Program Bea Siswa.

Menurut Wynandin Imawan (2008:9) selain melaksanakan klaster I, Pemerintah

Indonesia juga melaksanakan program pengentasan kemiskinan lainnya yang

termasuk dalam klaster II yaitu Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

Termasuk dalam klaster II ini adalah PNPM Pedesaan (PPK), PNPM Perkotaan

(P2KP), PNPM Infrastruktur Pedesaan (PPIP), PNPM Kelautan (PEMP), dan

PNPM Agribisnis (PUAP). Pelaksanaan klaster III yaitu Program Pemberdayaan

Usaha Menengah Kecil (UMK), termasuk di dalamnya Program Kredit UMKM,

dan Program Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Program bantuan langsung tunai (BLT) merupakan sebuah kebijakan yang

dikeluarkan oleh pemerintah yang memiliki tujuan dan alasan tertentu. Program

tersebut muncul sebagai manifestasi adanya tindakan dari pemerintah yang

berisikan nilai-nilai tertentu, yang ditujukan untuk memecahkan persoalan publik

dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia . Persoalan publik yang

dimaksud adalah persoalan kemiskinan.

Secara umum kemiskinan adalah bilamana masyarakat berada pada suatu

kondisi yang serba terbatas, baik dalam aksesibilitas pada faktor produksi,

peluang/kesempatan berusaha, pendidikan, fasilitas hidup lainnya. Program

Bantuan Langsung Tunai (BLT) dilatar belakangi upaya mempertahankan tingkat

konsumsi Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai akibat adanya pandemic yang

berdampak akan perekonomian masyarakat terutama masyarakat miskin yng

terkena dampak. Tujuan BLT adalah:


1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan

dasarnya.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat

kesulitan ekonomi.

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

Tentunya peran pemerintah sangat diperlukan dalam suatu perekonomian .

Peran yang diharapkan adalah sebuah peran positif yang berupa kewajiban moral

untuk membantu mewujudkan kesejahteraan semua orang dengan menjamin

keseimbangan antara kepentingan privat dan sosial; memelihara roda

perekonomian pada jalur yang benar.

Dana desa sebesar yang dialihkan menjadi BLT itu sekitar 31% dari total

Rp72 Triliun, yaitu sebesar Rp22,4 triliun. Program BLT bagi 12,3 juta kepala

keluarga (KK) yang terdampak Covid-19 yang diserahkan oleh Kepala Desa dan

Perangkat Desa.Masing-masing akan mendapatkan Rp600 ribu selama tiga bulan,

yaitu April, Mei dan Juni hingga total menjadi Rp1,8 juta. alokasi pemberian BLT

itu dibagi dalam tiga tingkatan dengan merujuk pada besaran Dana Desa.

1. Desa yang miliki Dana Desa kurang Rp800 juta, BLT dialokasikan 25%;

2. Desa yang miliki Dana Desa Rp800 juta – Rp1,2 Miliar, BLT dialokasikan

30%

3. Desa yang miliki Dana Desa diatas Rp1,2 Miliar, BLT dialokasikan 35%.

2.4 Konsep Kemiskinan

Secara umum, konsep kemiskinan dapat dibedakan ke dalam dua jenis

yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah


kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum

seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan. Kebutuhan

pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai

kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis

kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan

digolongkan sebagai penduduk miskin.

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak

mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembang

kehidupan yang bermartabat (Bappenas, 2014). Hak-hak dasar antara lain (a)

terpenuhinya kebutuhan pangan, (b) kesehatan, pendidikan, pekerjaan,

perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, (c)

rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, (d) hak untuk

berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik. (Badan Pusat Statistik).

Membahas konsep mengenai kemiskinan tidak terlepas dari perdebatan

panjang soal definisi, indikator dan segala hal yang terkait dengan masalah

kemiskinan. Kemiskinan bisa dikatakan, adalah konsep yang cair, tidak pasti, dan

meultidimensional (Mukhtar, 2013). Oleh karena itu, banyak terminologi

mengenai kemiskinan yang dikemukakan oleh pakar secara individu maupun

secara kelembagaan.

Kemiskinan merupakan isu global yang dihadapi oleh banyak negara di

dunia, termasuk Indonesia. Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)

atau Sustainable Development Goals (SDGs), penurunan kemiskinan menjadi isu

yang mendapatkan perhatian serius. Hal ini terbukti dengan masuknya penurunan

kemiskinan dan kelaparan sebagai tujuan pertama dan kedua, serta dibangunnya
komitmen global untuk mengakhiri kemiskinan dalam bentuk apapun. Todaro, et

al (2015) menyebutkan bahwa kemiskinan yang semakin meluas serta angka yang

tinggi merupakan inti dari semua masalah pembangunan. Kemiskinan merupakan

masalah multidimensi yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan dan

penghidupan manusia, baik aspek ekonomi, politik, sosial budaya, psikologi,

teknologi, dan lainnya, yang saling terkait secara erat satu dengan lainnya (Yunus,

2007). Oleh karenanya, upaya pengentasan kemiskinan membutuhkan waktu,

strategi, dan sumber daya yang perlu disinergikan untuk menyelesaikannya.

Menurut Edi Suharto (2007:142) tipologi kemiskinan dapat dikategorikan

pada empat dimensi utama, yakni kemiskinan absolut, kemiskinan relative,

kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural.

Pertama, kemiskinan absolut adalah keadaan miskin yang diakibatkan

oleh ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang dalam memenuhi

kebutuhan pokoknya, seperti untuk makan, pakaian, pendidikan, kesehatan,

transportasi, dll. Penentuan kemiski'nan absolut ini biasanya diukur melalui “batas

kemiskinan” atau “garis kemiskinan” (poverty line), baik yang berupa indikator

tunggal maupun komposit, seperti nutrisi, kalori, beras, pendapatan, pengeluaran,

kebutuhan dasar, atau kombinasi beberapa indikator. Untuk mempermudah

pengukuran, indikator tersebut biasanya dikonversikan dalam bentuk uang

(pendapatan atau pengeluaran). Dengan demikian, seseorang atau sekelompok

orang yang kemampuan ekonominya berada dibawah garis kemiskinan

dikategorikan sebagai miskin secara absolut.

Kedua, kemiskinan relatif adalah keadaan miskin yang dialami individu

atau kelompok dibandingkan dengan “kondisi umum” suatu masyarakat. Jika


batas kemiskinan misalnya Rp. 30.000 per kapita per bulan, seseorang yang

memiliki pendapatan Rp. 75.000 per bulan secara absolut tidak miskin, tetapi jika

pendapatan rata-rata masyarakat setempat adalah Rp. 100.000, maka relatif orang

tersebut dikatakan miskin.

Ketiga, kemiskinan kultural mengacu pada sikap, gaya hidup, nilai,

orientasi sosial budaya seseorang atau masyarakat yang tidak sejalan dengan etos

kemajuan (modernisasi). Sikap malas, tidak memiiki kebutuhan berprestasi (needs

for achievement), fatalis, berorientasi ke masa lalu, tidak memiliki jiwa wirausaha

adalah bebrapa karakteristik yang menandai kemiskinan kultural.

Keempat, kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh

ketidakberesan atau ketidakadilan struktur, baik struktur politik, sosial, maupun

ekonomi yang tidak memungkinkan seseorang atau sekelompok orang

menjangkau sumber-sumber penghidupan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.

Proses dan praktik monopoli, oligopoli dalam bidang ekonomi misalnya,

melahirkan mata rantai “pemiskinan” yang sulit dipatahkan. Sekuat apapun

motivasi dan kerja keras seseorang, dalam kondisi struktural demikian, tidak akan

mampu melepaskan diri dari belenggu kemiskinannya, karena aset yang ada serta

akses terhadap sumber-sumber telah sedemikian rupa dikuasai oleh segolongan

orang tertentu. Para petani tidak memiliki tanah sendiri atau hanya memiliki hanya

sedikit tanah,para nelayan yang tidak mempunyai perahu, para pekerja yang tidak

terampil (unskilled labour), termasuk ke dalam mereka yang berada dalam

kemiskinan struktural.

Oscar Lewis (2006) menyebutkan dalam kumpulan makalahnya bahwa

kebudayaan kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks sejarah. Namun,


lebih cenderung untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat-masyarakat

yang mempunyai seperangkat kondisi seperti berikut: (1) sistem ekonomi uang,

buruh upahan dan sistem produksi untuk keuntungan; (2) tetap tingginya tingkat

pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga tak terampil; (3) rendahnya

upah buruh; (4) tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah, meningkatkan

organisasi sosial, ekonomi dan politik secara sukarela maupun atas prakarsa

pemerintah; (5) sistem keluarga bilateral lebih menonjol daripada sistem

unilateral; dan akhirnya (6) kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang

berkuasa yang menekankan penumpukan harta kekayaan dan adanya

kemungkinan mobilitas vertikal, dan sikap hemat, serta adanya anggapan bahwa

rendahnya status ekonomi sebagai hasil ketidaksanggupan pribadi atau memang

pada dasarnya sudah rendah kedudukannya.

2.5 Dasar Hukum Bantuan Langsung Tunai Dana Desa tahun 2020

Dasar Hukum Pengelolaan Bantuan Langsung Tunai-Dana Desa :

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang

Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk

Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) dan/ atau Dalam

Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional

dan/ atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi UndangUndang.

b. Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan

Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas

Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Pengaturan terkait dengan BLT-Dana

Desa dapat dilihat pada pasal 8, pasal 8A, serta pada Lampiran–1 dan
Lampiran–2 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 ini.

c. Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 tentang

Prioritas Penggunaan Dana Desa.

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan

Dana Desa. Pengaturan yang terkait dengan BLT-Dana Desa dapat dilihat

pada pasal 24 ayat 2, pasal 24A, pasal 24B, pasal 25A, pasal 25B, pasal 32,

pasal 32A, pasal 34, pasal 35, pasal 47A, dan pasal 50.

e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/ PMK.07/2020 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/ PMK.07/2019 tentang

Pengelolaan Dana Desa. Pengaturan yang terkait dengan BLT-Dana Desa

dapat dilihat pada pasal 32A.

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan

KeuanganDesa.

g. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2020 tentang

Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Di Desa melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

h. Instruksi Menteri Desa PDTT Nomor 1 Tahun 2020 Tanggal 15 Mei 2020

tentang Percepatan Penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa.

i. Instruksi Menteri Desa PDTT Nomor 2 Tahun 2020 tentang Percepatan

Penyaluran Tahap Kesatu Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Desa

Yang Menyelenggarakan Musyawarah Desa Khusus.


j. Surat Menteri Desa PDTT Nomor 1261/ PRI.00/IV/2020 Tanggal 14 April

2020 perihal Pemberitahuan Perubahan Permendes PDTT Nomor 11 Tahun

2019 tentang Prioritas Pembangunan DD Tahun 2020 menjadi Permendes

PDTT Nomor 06 Tahun 2020.

k. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kementerian Desa PDTT Nomor 9/PRI.00/IV/2020 Tanggal 16 April 2020

perihal Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Calon Penerima BLT Dana Desa.

l. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kementerian Desa PDTT Nomor 12/PRI.00/IV/2020 Tanggal 27 April 2020

perihal Penegasan BLT Dana Desa.

m. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Kementerian Desa PDTT Nomor 10/PRI.00/IV/2020 Tanggal 21 April 2020

perihal Penegasan Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Calon Penerima BLT

Dana Desa.

n. Surat Edaran Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 11/2020 Tanggal 21

April 2020 perihal Penggunaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)

Dan Non-DTKS Dalam Pemberian Bantuan Sosial Kepada Masyarakat.

2.6 Pengaturan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa Ditinjau Dari

Perspektif Hukum Administrasi Negara

Administrasi dalam konteks kebijakan publik sangat memerlukan hukum

administrasi negara, karena mengatur hubungan hukum antara pejabat aparatur

pemerintah dengan masyarakat dalam wilayah hukum publik. Hukum administrasi

negara ini berupa peraturan-peraturan yang mengatur dan mengikat para


penyelenggara tugas-tugas umum pemerintahan yang baik serta didasarkan pada

setiap tindakannya. Dalam hukum administrasi ini bisa berupa hukum tertulis

maupun tidak tertulis (Marzuki, 2008:29).

Program BLT ini beranjak dari Perpu Nomor 1 Tahun 2020 Tentang

KebijakanKeuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan

Pandemi Covid-19 Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang

Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan,

yang mengatur tentang pengutamaan penggunaan dana desa untuk kegiatan

tertentu. Makna "pengutamaan penggunaan Dana Desa" disini digunakan salah

satunya untuk. program bantuan langsung tunai kepada keluarga miskin di desa

sebagai kegiatan penanganan dampak pandemic Covid-19 sebagaimana tercantum

dalam penjelasan pasal 2 huruf (i).

Dilanjutkan dengan dilakukannya penyesuaian terhadap Permendes PDTT

Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020.

Kemudian dikeluarkanlah Permendes PDTT Nomor 6 Tahun 2020 Tentang

PerubahanAtas Permendes PDTT Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas

Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Permendes tersebut mengatur penanganan

dampak pandemi CoronaVirus Disease (COVID-19) dengan BLT-Dana Desa ini.

Yang didalamnya berisikan:

a. Penerima BLT : keluarga miskin yang tidak menerima Bantuan Pangan

Non Tunai (BPNT) dan tidak menerima Program Keluarga Harapan (PKH)

atau yang memiliki syarat yaitu kehilangan pekerjaan, terdapat

anggotaakeluarga yang rentan sakittmenahun kronis dan belum terdata


b. Teknis Pendataannya dilakukan oleh Relawan Desa lawan COVID19, lalu

hasil pendataan calon penerima bantuan dilakukan musyawarah Desa.

Kemudian Kepala Desa menandatangani dokumen tersebut dan diverifikasi

desa, oleh Kepala Desa kemudian dilaporkan kepada Bupati Walikota

melalui Camat

c. Jangka waktu dannbesaran pemberian BLT Dana Desa yaitu Rp 600 ribu

per KK untuk satu bulan, dan masa pendistribusian BLT Dana Desa selama

3 bulan terhitung dari bulan April.

Setelah itu dilakukanlah penyesuaian terhadap permenkeu, dengan

dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40 /PMK.07/ 2020llTentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri KeuanganllNomor 205/ PMK.07/ 2019

Tentang Pengelolaan Dana Desa. Pada tahun 2005 BLT pertama kali diterapkan,

kemudian dilanjutkan pada tahun2008 dan di 2013 namun dengan penyebutan

yang berbeda, yaitu dari BLT menjadi BLSM yaitu Bantuan Langsung Sementara

Masyarakat. BLT ini merupakan Bantuan dalam bentuk tunai dari pemerintah

untuk mengkompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sangat

mempengaruhi kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat menengah

kebawah (Sophan, 2018:12). Kemudian BLT dilakukan kembali pada tahun 2020

sebagai upaya pemerintah untuk menekan dampak ekonomi pandemi COVID-19.

2.7 Bantuan Langsung Tunai Rumah Tangga Miskin Tahun 2005

Pada tahun 2004, pemerintah memberi kebijakan untuk memotong subsidi

BBM. Hal ini disebabkan karena penggunaan BBM bersubsidi ini tidak tepat

sasaran, BBM bersubsidi lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang


merupakan bukan sasaran dari subsidi BBM itu sendiri, yaitu pihak industri dan

pihak-pihak yang mampu (Akhir, 2012:9. Pemotongan subsidi BBM terus terjadi

sampai tahun 2008 karena harga minyak kembali naik. Akibatnya dari kenaikan

harga BBM, tentu berimbah kepada harga bahan-bahan pokok. Maka dari itu,

dibuatkanlah kebijakan BLT ini sebagai upaya untuk menanggulangi dampak

kenaikan harga BBM bagi masyarakat miskin.

BerdasarkanInstruksillPresidenllNomorl12Tahunlll2005TentangPelaksana

anBantuanlLangsungTunailKepada Rumah TanggallMiskin, digalakkanlah BLT

tidak bersyarat pada bulan Oktober 2005 hingga bulan Desember 2006. Masa

pelaksanaan BLT ini yakni satu tahun. BLT didistribusikan kepada masyarakat

sebesar 100.000 rupiah per bulan, yang diterima oleh per keluarga setiap tiga

bulan sekali sebesar Rp300 ribu dengan target 19,1 juta keluarga miskin (Iqbal,

2008:20).

Instruksi presiden tersebut dikeluarkan pada tanggal 10 september 2005.

Apabila dilihat dari waktu dikeluarkan instruksi presiden tersebut hingga waktu

pelaksanaannya hanya berselang 21 hari, sehingga kebijakan BLT ini terasa

terburuburu (Siswanti, 2008:100). Keterburu-buruan tersebut tentu sangat

berdampak saat implementasinya, karena instruksi presiden tersebutlah yang

menjadi pedoman yang akan diikuti oleh pejabat dan instansi-instansi yang

terkait.

Banyak kasus yang terjadi pada program BLT ini yaitu warga masyarakat

tidak menerima uang Rp 100 ribu per bulan sepenuhnya, karena adanya potongan.

Selain itu dalam implementasinya juga banyak terjadi salah sasaran, masyarakat

kurang mampu yang berhak untuk mendapatkan BLT, malah tidak


mendapatkannya dan berlaku juga sebaliknya, masyarakat yang mampu malah

mendapatkan bantuan. Ditemukan juga kasus dana BLT yang diterima malah

digunakan untuk keperluan yang tidak penting, yang seharusnya BLT tersebut

digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer mereka (Listyaningsih, 2009:17).

2.8 Bantuan Langsung Tunai Rumah Tangga Sasaran Tahun 2008

Pada tahun 2008, terjadi kenaikan harga minyak mentah dunia yang

semakin pesat, sehingga tidak ada pilihan lagi untuk pemerintah tidak menaikkan

kembali harga BBM. Pemerintahpun terpaksa kembali melaksanakan program

BLT melalui InstruksiPresidenNomor 3 Tahun 2008Tentang

PelaksanaanProgramBantuan LangsungTunai UntukRumah TanggaSasaran

tanggal14 Mei2008. Program BLT yang dialokasikan pemerintah sebesar Rp. 14,1

triliun dengan sasaran 91.1 juta rumah tangga (Tunggun, 2018: 39). Program

BLT-RTS ini memberikan uang tunai sejumlah Rp 100.000,- per bulan untuk satu

rumah tangga miskin. Pendistribusian BLT dilaksanakan pada bulan Juni sampai

bulan Desember 2008, BLT ini diberlakukan selama tujuh bulan (Iqbal, 2008:18).

Akan tetapi, kebijakan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai

kompensasi pengurangan subsidi BBM telah menimbulkan kontroversi dan

masalah baru. Program ini menimbulkan banyak polemik seperti halnya belum

adanya kesamaan persepsi antara berbagai pemegang kekuasaan di pemerintahan,

media, maupun masyarakat. Polemik ini dilihat dari penggunaan istilah BLT RTS

yang berbeda-beda. Beberapa pihak menyebutnya sebagai PKPS atau

ProgramnKompensasi Pengurangan Subsidi, DKM atau Dana Kompensasi dan

BTL atau Bantuan Tunai Langsung. Hal tersebut merupakan tanda bahwa
kurangnya sosialisasi kepada masyarakat waktu itu terhadap program ini

(Selviana, 2016: 131).Menurut Sari (2018:2) pelaksanaan penyaluran bantuan

menimbulkan berbagai permasalahan seperti:

1) Sering terjadi kericuhan ketika membagikan dana

2) Kurangnya sarana dan prasarana seperti kurangnya loket, tenda yang

sedikit, dan kurangnya jumlah kursi antrian

3) Lokasinya yang terletak di ibukota kecamatan, tentu sulit bagi

masyarakat penerima bantuan yang bertempat tinggal jauh dari ibukota

4) Kurang ada transparansi dari mekanisme penyaluran dananya, sehingga

sering terjadi kesalahan administrasi persyaratan penerima bantuan

2.9 Bantuan Langsung Sementara Masyarakat Pada Tahun 2013

Pemerintah kembali menaikkan harga BBM jenis premium dan solar dari

4.500 rupiah menjadi masing-masing 6.500 dan 5.500 per liter di tahun 2013.

Untuk mengantisipasi penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat dan inflasi

besar-besaran, khususnya bagi keluarga kurang mampu dan rentan (Hastuti,

2013:6), pemerintah kembali menyelenggarakan program BLT tetapi dengan

sebutan yang berbeda, yaitu Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

Mekanisme BLSM secara garis besar hampir sama seperti BLT. Pemerintah

mengeluarkan anggaran Rp. 3,8 triliun untuk program ini, dengan sasaran 18,5

juta keluarga miskin. Bantuan ini dibagikan selama empat bulan yang perbulannya

sebesar Rp 150.000, per keluarga. Bantuan ini didistribusikan oleh PT. Pos

Indonesia. Menurut Lamangida (2015:196) tujuan pemerintah melaksanakan

program BLSM ini dalam rangkat penanggulangan pengurangan subsidi BBM


adalah :

1) Agar masyarakat yang miskin dan rentan tetap terpenuhi kebutuhan

pokoknya.

2) Mengantisipasi penurunan kesejahteraan masyarakat miskin akibat dari

kenaikan harga BBM

3) Meningkatkan rasa tanggung jawab sosial Bersama

2.10 Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Tahun 2020

Pandemi COVID-19 ini memberikan dampak yang besar tidak hanya di

bidang kesehatan, namun telah berdampak juga bagi kehidupan sosial, ekonomi,

dan kesejahteraan masyarakat. Dengan diberlakukannya Permendes PDTT Nomor

6 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permendes PDTT Nomor 11 Tahun 2019

tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020, maka menjadi dasar juridis

dan implementatif Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada penduduk miskin di

desa.

BLT-Dana Desa dilakukan selama 3 bulan, terhitung dari bulan April 2020

dan besaran bantuan per bulan sebesar 600.000 rupiah per keluarga.

Pendistribusian bantuannya menggunakan sistem cashless atau non tunai sebagai

bentuk pencegahan penyebaran COVID-19.


2.11Model Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana Efektivitas dari

Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak

Covid-19 Di Desa Sambangan Kecamatan Sukasadakabupaten Buleleng. Secara

sederhana model penelitian ini dapat digambarkan pada gambar berikut:


Efektivitas dari Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat
Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada
Kabupaten Buleleng

Adanya Virus Covid-19

Diberikan Bantuan Langsung Tunai Dana


Desa Bagi Masyarakat Miskin Terkena
Dampak Covid-19Masalah Ekonomi
Masyarakat Desa Sambangan

Efektivitas dari Bantuan Langsung Tunai


Dana Desa Bagi Masyarakat Miskin
Terkena Dampak Covid-19 Di Desa
Sambangan

Gambar 1 Model Penelitian


(Sumber: Pemikiran Penulis, 2021)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif.

Metode deskriptif kualitatif merupakan metode analisis yang digambarkan dengan


kata-kata atau kalimat yang terpisah-pisah dan menurut kategori untuk

memperoleh kesimpulan (Husein, 1998). Metode kualitatif dapat digunakan untuk

mengungkapkan dan memahami fenomena yang belum diketahui (Sugiyono,

2017). Dengan kata lain bahwa penelitian kualitatif dapat menggambarkan secara

rinci apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana, mengapa, dan sejenisnya tentang

subjek dan objek yang diteliti. Pada penelitian ini dilakukan di Desa Sambangan

Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Penelitian ini berfokus pada

Efektivitas dari Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat Miskin

Terkena Dampak Covid-19 Di Desa Sambangan. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menjawab rumusan masalah dan untuk menentukan tujuan penelitian yang

ingin dicapai. Sehingga rancangan penelitian sangat diperlukan dalam tahap awal

sampai dengan tahap akhir penelitian. Adapun rancangan penelitian pada

penelitian ini sebagai berikut:


Efektivitas dari Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi
Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa
Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng

LatarBelakangPenelitian

RumusanMasalahPenelitian

TujuandanManfaatPenelitian

Kajian Pustaka

MetodePenelitian

Sumber Data: Teknik Pengumpulan Data:


1. Data Primer 1. Wawancara
2. Data Sekunder 2. Observasi
3. StudiDokumentasi

Hasil Penelitian

Penarikan Kesimpulan dan Saran

Gambar 2
Rancangan Penelitian
(Sumber: Pemikiran Peneliti, 2021)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat peneliti dalam melakukan

penelitian. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada

Kabupaten Buleleng. Alasan memilih tempat tersebut dikarenakan terjadi banyak

masalah dan pertanyaan terkait penyaluran dan efektiftas Bantuan Langsung

Tunai Dana Desa yang telah diterima masyarakat Desa Sambangan. Hal ini
dikarenakan masyarakat ada yang belum paham terkait system atau alur dari

pemberian Bantuan Langsung tunai dana Desatersebut, dan masih ada yang

beranggapan bahwa terdapat individu penerima Bantuan Langsung Tunai dana

Desa tersebut tidak sesuai karena merupakan individu tergolong mampu dari segi

ekonomi.

3.4 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian merupakan suatu informan yang nantinya diminta untuk

memberikan informasi dan keterangan mengenai suatu pendapat yang terjadi

dilapangan. Subjek pada penelitian ini adalah pelaksana dalam hal ini kepala desa

dan bendahara serta masyarakat penerima maupun yang tidak menerima Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten

Buleleng. Sedangkanobjek pada penelitian ini adalah Efektivitas dari Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19

Di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.

3.5 Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data kualitatif

berdasarkan hasil wawancara bersama pihak responden. Dimana sumber data

yang digunakan pada penelitian ini, yaitu:

1) Data Primer merupakansumber data penelitian yang dapat diperoleh

langsung dari lembaga yang diteliti yaitu dengan melakukan penelitian

langsung kelapangan untuk memperoleh informasi dari data tersebut.

Sedangkan data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil

wawancara yang diperoleh dari pihak panitia penyalur bantuan Langsung

Tunai Dana Desa dan masyarakat umum Desa Sambangan Kecamatan


Sukasada Kabupaten Buleleng.

2) Data sekundermerupakan data yang dapatdiperolehdarisumber yang

bukandarisumberaslinya. Dimana data sekunder pada penelitianini, yaitu

aturan-aturan terkait penyaluran Bantuan Langsung Tunai di Desa

Sambangan. Selainitu data penelitianini juga diperoleh dari sumber

pembanding berupa sumber internet yang berupareferensijurnal dan buku.

3)

3.6 Penentuan Informan dalam Penelitian Ini

Informan pada penelitian ini merupakan para pemberi informasi yang

sekiranya mampu menjawab segala pertanyaan peneliti. Dimana informan pada

penelitian ini ditunjuk secara purposive sampling yang artinya peneliti memilih

orang-orang yang dinilai memiliki pengetahuan dan mampu menjawab

permasalahan peneliti. Beberapa narasumber pada penelitian ini, yaitu Kepala

Desa Sambangan dan Bendahara Desayang mengetahui bagaimana alur

penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa. Ketua Panitia penyalur Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa di Desa Sambangan, serta masyarakat Umum baik

penerima maupun bukan penerima Bantuan Langsung Tunai Dana Desa di Desa

Sambangan.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2017:225) menyatakan bahwa pengumpulan data yang

diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan

triangulasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini,

yaitu:
3.7.1 Metode Wawancara

Informan yang telah ditunjuk secara purposive, sebagaimana dipaparkan di

atas diwawancarai dengan menggunakan teknik wawancara secara

mendalam. Agar proses wawancara mendalam bisa berlangsung secara

terarah, makadisusun pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok pikiran

yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. Untuk menghindari distorsi

data, dimana pencatatan hasil wawancara dilakukan secara manual dan

disertai dengan perekaman melalui alat perekam seperti handphone.

Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan terhadap informan

penelitian.

3.7.2 Metode Observasi

Observasi merupakan melakukan pencatatan secara sistematik atas kejadian-

kejadian, perilaku, objek-objek yang tentunya dilihat dan hal-hal yang

diperlukan dalam mendukung penelitian yang dilakukan peneliti. Observasi

pada penelitian ini contohnya observasi pada kondisi ekonomi penerima

Bantuan Langsung tunai Dana Desadi Desa Sambangan.

3.7.3 Metode Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang ketiga, yaitu studi dokumentasi. Dimana

teknik studi dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui dokumen-

dokumen yang dapat digunakan sebagai pemecahan masalah penelitian.

Dokumen yang digunakan pada penelitian ini, yaitu aturan-aturan terkait

Bantuan Langsung Tunai dan hasil penelitian lain yang terkait.


3.8 Metode dan Teknik Analisis Data

3.8.1 Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

mempertajam analisis pada penelitian yang telah dilakukan (Miles dan

Hamberman dalamAtmadja, 2013). Dimana proses wawancara terhadap

informasi terkadang keluar dari konteks lampiran wawancara yang telah

disusun peneliti. Sehingga reduksi data pada hasil wawancara dilakukan

dengan menghilangkan jawaban-jawaban dari informan yang keluar dari

konteks kumpulan pertanyan yang digunakan sebagai pedoman. Dalam hal

ini juga diperlukan adanya triangulasi data. Hal ini dilakukan untuk

menambah validitas data yang lebih terjamin keabsahannya. Jadi data yang

didapat dari hasil wawancara dan observasi dapat ditriangulasi kandengan

data dokumen.

3.8.2 Penyajian Data

Pada proses penyajian data terhadap data sebelumnya diperoleh dari

wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Dalam penyajian

data diperlukan tahapan yang jelas, dimulai dari penulisan hasil penelitian

yang tentative. Kemudian disempurnakan dengan beberapa pendukung,

melalui pengumpulan data-data dan dilakukan reduksi data, selanjutnya

dengan melakukan penyempurnaan pada narasi tentative. Proses ini

dilakukan secara berulang hingga penelitian ini dirasa lengkap dengan

kondisi data yang absah.


3.8.3 Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan

Analisis data dilakukan dengan merujuk pada proporsi yang dibuat

sebelumnya. Proporsi tersebut diuji untuk mengetahui sejauh mana dapat

dipertahankan bukti-bukti yang telah dikumpulkan dalam menjawab setiap

pertanyaan penelitian. Kemudian hasil analisis tersebut dimanfaatkan

dalam penarikan suatu kesimpulan penelitian yang diuraikan dengan

makna subjektif. Selanjutnya kegiatan pengumpulan data, reduksi data,

dan penarikan kesimpulan merupakan bagian rangkaian yang terkait dan

bisa berlangsung, sampai mendapatkan hasil penelitian akhir yang bersifat

holistikter dapat sarat makna dalam setiap konteks pemberian jawab anter

hadap masalah yang dikaji (Darmada, 2016).

3.9 Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data adalah suatu proses dengan melihat derajat kebenaran atau

kepercayaan terhadap hasil penelitian dengan menggunakan standar tertentu.

Dimana menurut Patton dan Moeloeng (2005), bahwa dalam rangka menjaga

keabsahan data terdapa tempat kriteria, yaitu:

3.9.1 Kepercayaan (Credibility)

Terdapat beberapa kriteria yang telah ditetapkan dalam menguji

kepercayaan, yaitu:

a. perpanjangan keikut sertaan peneliti di lapangan,

b. ketekunan pengamatan peneliti dalam melakukan pengecekan atas data

yang telah diperoleh,

c. triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu.
d. Pengecekan sejawat dengan mendiskusikan hasil sementara dengan

rekan-rekan.

3.9.2 Keteralihan (Transferability)

Pada proses ini peneliti berupaya untuk menyajikan laporan hasil

penelitian untuk memperkaya wacana ilmiah melalui deskripsi dengan

terperinci. Sehingga peneliti bertanggungjawab menyediakan data

deskripsi secukupnya. Dimana keteralihan hasil penelitian ini biasanya

akan berkaitan dengan sejauh mana hasil penelitian dapat diterapkan dan

digunakan pada situasi-situasi yang lain.

3.9.3 Kebergantungan (Dependbility)

Pada proses ini peneliti meneliti dan menguji kembal ihasil penelitian

dengan melakukan pemeriksaan yang cermat dan teliti terhadap seluruh

komponen dalam laporan keuangan hasil penelitian dengan tujuan

memperbaiki kesalahan sehingga hasil penelitian ini dapat mencapai

kesempurnaan.

3.9.4 Kepastian (Confirmability)

Dalam mewujudkan kepastian penelitian mendiskusikan dan

menginformasikan dengan dosen pembimbing. Lebih lanjut lagi setiap saat

dalam penulisan ini maupun konsep yang dihasilkan dari lapangan

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing sehingga diperoleh masukan

untuk menambah kepastian.


BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan


4.1.1 Gambaran Umum Desa Sambangan
Sambangan adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Sukasada,
Kabupaten Buleleng. Masyarakat Desa Sambangan sebagian besar mata
pencaharian pokoknya sebagai buruh tani yang mengurus hamparan sawah
indah di Desa Sambangan
A. Keadaan Geografis
1. Luas wilayah
a) Luas wilayah desa Sambagan : 7.67km2
b) Batas-batas desa:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bhaktiseraga
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Wanagiri
Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sukasada
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Panji
2. Keadaan Tanah dan Iklim. Keadaan tanah desa Sambangan seperti
pada keadaan tanah yang berada di pegunungan, sehingga cocok
untuk bercocok tanam, seperti padi, dan tanaman perkebunan
seperti cengkih.
B. Keadaan penduduk
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan data pada tahun 2020, maka
jumlah penduduk yang mendiami desa Sambangan adalah
berjumlah 5.366 jiwa yang terdiri dari jumlah jiwa laki-laki 2.867
dan jumlah jiwa perempuan 2.499.
2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Gambaran
mengenai keadaan penduduk menurut jenis mata pencaharian di
desa Sambangan, penduduknya memiliki profesi yang berbeda-
beda. Ada yang bekerja sebagai petani, perkebunan, pengusaha,
pedagang, peternak, tukang dan pegawai negeri sipil.

4.2 Program Bantuan Langsung Tunai


Menurut Wynandin Imawan (2008:8) Program Bantuan Langsung
Tunai merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang
dilaksanakan Pemerintah Indonesia dari sekian banyak program
penanggulangan kemiskinan yang terbagi menjadi tiga klaster. Program
Bantuan Langsung Tunai masuk dalam klaster I, yaitu Program Bantuan dan
Perlindungan Sosial. Termasuk dalam klaster CI adalah Program Beras
Miskin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH), Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan Program Bea Siswa. Menurut
Wynandin Imawan (2008:9) selain melaksanakan klaster I, Pemerintah
Indonesia juga melaksanakan program pengentasan kemiskinan lainnya yang
termasuk dalam klaster II yaitu Program Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
Termasuk dalam klaster II ini adalah PNPM Pedesaan (PPK), PNPM
Perkotaan (P2KP), PNPM Infrastruktur Pedesaan (PPIP), PNPM Kelautan
(PEMP), dan PNPM Agribisnis (PUAP). Pelaksanaan klaster III yaitu
Program Pemberdayaan Usaha Menengah Kecil (UMK), termasuk di
dalamnya Program Kredit UMKM, dan Program Kredit Usaha Rakyat
(KUR).
Program bantuan langsung tunai (BLT) merupakan sebuah kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memiliki tujuan dan alasan tertentu.
Program tersebut muncul sebagai manifestasi adanya tindakan dari
pemerintah yang berisikan nilai-nilai tertentu, yang ditujukan untuk
memecahkan persoalan publik dengan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia . Persoalan publik yang dimaksud adalah persoalan
kemiskinan.Secara umum kemiskinan adalah bilamana masyarakat berada
pada suatu kondisi yang serba terbatas, baik dalam aksesibilitas pada faktor
produksi, peluang/kesempatan berusaha, pendidikan, fasilitas hidup lainnya.
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dilatar belakangi upaya
mempertahankan tingkat konsumsi Rumah Tangga Sasaran (RTS) sebagai
akibat adanya pandemic yang berdampak akan perekonomian masyarakat
terutama masyarakat miskin yng terkena dampak. Tujuan BLT adalah:
4. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya.
5. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat
kesulitan ekonomi.
6. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.
Tentunya peran pemerintah sangat diperlukan dalam suatu
perekonomian . Peran yang diharapkan adalah sebuah peran positif yang
berupa kewajiban moral untuk membantu mewujudkan kesejahteraan semua
orang dengan menjamin keseimbangan antara kepentingan privat dan sosial;
memelihara roda perekonomian pada jalur yang benar.
Dana desa sebesar yang dialihkan menjadi BLT itu sekitar 31% dari
total Rp72 Triliun, yaitu sebesar Rp22,4 triliun. Program BLT bagi 12,3 juta
kepala keluarga (KK) yang terdampak Covid-19 yang diserahkan oleh Kepala
Desa dan Perangkat Desa.Masing-masing akan mendapatkan Rp600 ribu
selama tiga bulan, yaitu April, Mei dan Juni hingga total menjadi Rp1,8 juta.
alokasi pemberian BLT itu dibagi dalam tiga tingkatan dengan merujuk pada
besaran Dana Desa.
4. Desa yang miliki Dana Desa kurang Rp800 juta, BLT dialokasikan 25%;
5. Desa yang miliki Dana Desa Rp800 juta – Rp1,2 Miliar, BLT dialokasikan
30%
6. Desa yang miliki Dana Desa diatas Rp1,2 Miliar, BLT dialokasikan 35%.

4.3 Dasar Hukum Bantuan Langsung Tunai Dana Desa tahun 2020
Dasar Hukum Pengelolaan Bantuan Langsung Tunai-Dana Desa :
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) dan/ atau Dalam
Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/ atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi UndangUndang.
b. Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan
Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Pengaturan terkait dengan BLT-
Dana Desa dapat dilihat pada pasal 8, pasal 8A, serta pada Lampiran–1
dan Lampiran–2 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 ini.
c. Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa.
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 40 Tahun 2020 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tentang
Pengelolaan Dana Desa. Pengaturan yang terkait dengan BLT-Dana Desa
dapat dilihat pada pasal 24 ayat 2, pasal 24A, pasal 24B, pasal 25A, pasal
25B, pasal 32, pasal 32A, pasal 34, pasal 35, pasal 47A, dan pasal 50.
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/ PMK.07/2020 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/ PMK.07/2019
tentang Pengelolaan Dana Desa. Pengaturan yang terkait dengan BLT-
Dana Desa dapat dilihat pada pasal 32A.
f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan KeuanganDesa.
g. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Di Desa melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
h. Instruksi Menteri Desa PDTT Nomor 1 Tahun 2020 Tanggal 15 Mei 2020
tentang Percepatan Penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana
Desa.
i. Instruksi Menteri Desa PDTT Nomor 2 Tahun 2020 tentang Percepatan
Penyaluran Tahap Kesatu Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Desa
Yang Menyelenggarakan Musyawarah Desa Khusus.
j. Surat Menteri Desa PDTT Nomor 1261/ PRI.00/IV/2020 Tanggal 14 April
2020 perihal Pemberitahuan Perubahan Permendes PDTT Nomor 11
Tahun 2019 tentang Prioritas Pembangunan DD Tahun 2020 menjadi
Permendes PDTT Nomor 06 Tahun 2020.
k. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa Kementerian Desa PDTT Nomor 9/PRI.00/IV/2020 Tanggal 16
April 2020 perihal Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Calon Penerima
BLT Dana Desa.
l. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa Kementerian Desa PDTT Nomor 12/PRI.00/IV/2020 Tanggal 27
April 2020 perihal Penegasan BLT Dana Desa.
m. Surat Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa Kementerian Desa PDTT Nomor 10/PRI.00/IV/2020 Tanggal 21
April 2020 perihal Penegasan Petunjuk Teknis Pendataan Keluarga Calon
Penerima BLT Dana Desa.
n. Surat Edaran Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 11/2020 Tanggal 21
April 2020 perihal Penggunaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) Dan Non-DTKS Dalam Pemberian Bantuan Sosial Kepada
Masyarakat.

4.4 Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Tahun 2020


Pandemi COVID-19 ini memberikan dampak yang besar tidak hanya
di bidang kesehatan, namun telah berdampak juga bagi kehidupan sosial,
ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Dengan diberlakukannya Permendes
PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permendes PDTT
Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020,
maka menjadi dasar juridis dan implementatif Bantuan Langsung Tunai
(BLT) kepada penduduk miskin di desa.
BLT-Dana Desa dilakukan selama 3 bulan, terhitung dari bulan April
2020 dan besaran bantuan per bulan sebesar 600.000 rupiah per keluarga.
Pendistribusian bantuannya menggunakan sistem cashless atau non tunai
sebagai bentuk pencegahan penyebaran COVID-19.
4.5 Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat
Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa Sambangan Kecamatan
Sukasada Kabupaten Buleleng
Dari hasil temuan data di desa sambangan yang ada di Kecamatan
Sukasada Kabupaten Buleleng menjelaskan bahwa sebelum pemberian
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa, Aparatur Desa terlebih dahulu
melakukan pendataan dengan cara mengunjungi satu rumah kerumah lainnya
dengan tujuan mengetahui layak atau tidaknya si penerima untuk mendapat
bantuan berdasarkan kriteria penerima Bantuan Langsung Tunai Dana Desa.
Pernyataan sebelumnya dipertegas dengan dua informan yang menerima
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa di Desa Sambangan yaitu Bapak Putu
Lemek dan Bapak Gede Mertayasa yang menyatakan bahwa :
“Sebelum pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa
aparatur Desa terlebih dahulu melakukan pendataan dengan cara
datang mengunjungi rumah kerumah lainnya untuk mengetahui
layak atau tidaknya masyarakat menerima bantuan tersebut. Setelah
mendapat hasil penerima yang layak untuk mendapat bantuan calon
penerima menunggu waktu kurang lebih satu bulan untuk pencairan
dana tersebut”

Dari uraian di atas dijelaskan bahwa pelaksanaan pemberian Bantuan


Langsung Tunai (BLT) Dana Desa di Desa sambangan dapat dijelaskan
sebagai beikut :
Gambar 4.1
Flowchart Penelitian
Mendata Masyarakat

Obeservasi ke Rumah Masyarakat

Input Data

Verifikasi Data

Sumber : Pemikiran Peneliti, 2021


Aparatur Desa setempat terlebih dahulu mengunjungi satu rumah ke
rumah yang lainnya untuk mendata calon penerima Bantuan Langsung Tunai
(BLT) Dana Desa, kemudian setelah dipastikan calon penerima masuk ke
dalam kriteria selanjutnya data diproses dan di verifikasi selama kurang lebih
satu bulan. Jika data penerima sudah terverifikasi dan memenuhi syarat maka
calon penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) selanjutnya akan diberi kabar
bahwa orang tersebut akan segera menerima bantuan langsung tunai sebesar
enam ratus ribu rupiah di tiga bulan pertama dan di bulan selanutnya sebesar
tiga ratus ribu rupiah. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Bantuan
Langsung Tunai (BLT Dana Desa) di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada
Kabupaten Bueleng telah sesuai berdasarkan alur pendataan calon penerima
Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa.

4.6 Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi Masyarakat


MiskinTerkena Dampak Covid-19 Di Desa Sambangan Kecamatan
SukasadaKabupaten Buleleng

Gambar 4.2
Foto Tempat Penelitian
Dalam hal efektivitas F. Drucker dalam Sugiyono (2010:23)
menyatakan efektivitas merupakan landasan untuk mencapai sukses.
Selanjutnya Fremont E. Kas (dalam Sugiyono, 2010:23) mengemukakan
bahwa efektivitas berkenaan dengan derajat pencapaian tujuan baik secara
eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan dan
seberapa jauh tujuan tercapai. Sedangkan menurut William N. Dunn
(2005:498) efektivitas (effectiveness) adalah suatu kriteria untuk menseleksi
berbagai alternatif untuk dijadikan rekomendasi didasarkan pertimbangan
apakah alternatif yang direkomendasikan tersebut memberikan hasil (akibat)
yang maksimal, lepas dari pertimbangan efisiensi.
Dari bermacam-macam pendapat diatas terlihat bahwa efektivitas
lebih menekankan pada aspek tujuan dan suatu organisasi, jadi jika suatu
organisasi telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka dapat
dikatakan telah mencapai efektifitas. Dengan demikian efektifitas pada
hakikatnya berorientasi pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka
usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika
usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa
yang direncanakan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.
Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Bagi masyarakat
Terkena Dampak Covid 19 di Desa Sambangan dalam penelitian ini adalah
efektivitas Bantuan Langsung Tunai dana desa untuk masyarakat miskin di
desa Sambangan kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng. Secara umum,
konsep kemiskinan dapat dibedakan ke dalam dua jenis yaitu kemiskinan
absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah kondisi
ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum
seperti pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan. Kebutuhan
pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang.
Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembang kehidupan yang bermartabat (Bappenas, 2014). Untuk menilai
efektifitas, digunakan teori dari Makmur (2010) mengenai efktivitas sebagai
teori utama untuk membedah permasalahan yang ada. Selanjutnya dijabarkan
melalui hasil penelitian di lapangan sebagai berikut:
4.6.1 Ketepatan Penentuan Waktu
Salah satu indikator untuk menilai keefektivitasan adalah ketepatan
waktu. Untuk melaksanakan suatu kegiatan atau program maka
perencanaan dalam menentukan waktu mutlak diperlukan. Waktu yang
digunakan secara tepat akan mempengaruhi tingkat keefektivitasan suatu
program dalam mencapai tujuan. Untuk mengetahui ketepatan waktu
penyaluran bantuan langsung tunai dana desa, terlebih dahulu dipaparkan
mengenai mekanisme pendataan calon penerima BLT dana Desa.
Mekanisme dan Alur Pendataan Calon Penerima BLT-Dana Desa,
dapat ditentukan sendiri oleh desa dengan mengikuti kriteria yang
ditetapkan, melaksanakan pendataan secara transparan dan adil serta dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Desa dapat menggunakan data
desa sebagai acuan, serta menggunakan DTKS sebagai referensi penerima
PKH, BPNT, serta data Dinas Ketenagakerjaan untuk identifikasi
penerima bantuan Kartu Prakerja. Jika data penerima JPS tersebut tidak
tersedia, maka desa bisa menggunakan data rekapitulasi penerima bantuan
dari pendamping program jaring pengaman sosial. Berikut adalah
mekanisme pendataan keluarga miskin dan rentan calon penerima BLT-
Dana Desa serta penetapan hasil pendataannya:
A. Proses Pendataan
1. Perangkat Desa menyiapkan data desa yang mencakup profil
penduduk desa berdasarkan usia, kesejahteraan, pendidikan,
kesehatan, dan disabilitas.
2. Kepala Desa membentuk dan memberikan surat tugas kepada
Relawan Desa dan/atau Gugus Tugas COVID-19 untuk
melakukan pendataan keluarga miskin calon penerima BLT-Dana
Desa.
3. Jumlah pendata minimal 3 orang dan jika lebih harus berjumlah
ganjil.
4. Melakukan pendataan di tingkat Rukun Tetangga (RT) atau Rukun
Warga (RW) dengan menggunakan formulir pendataan. Seluruh
kegiatan pendataan harus memperhatikan protokol kesehatan.
B. Proses Konsolidasi dan Verifikasi
1. Relawan Desa dan/atau Gugus tugas COVID-19 menghimpun
hasil pendataan dari RT, RW atau dusun dan melakukan verifikasi
serta tabulasi data. Dalam proses verifikasi syarat penerima
BLTDana Desa, hal yang dilakukan adalah:
a) Keluarga miskin penerima PKH atau penerima BPNT
dikeluarkan dari daftar calon penerima BLT-Dana Desa. Data
penerima bantuan PKH dan BPNT ada dalam DTKS yang bisa
didapat dari Dinas Sosial kabupaten/kota atau dari
Pendamping PKH.
b) Keluarga miskin penerima Kartu Prakerja dikeluarkan dari
daftar calon penerima BLTDana Desa. Data penerima kartu
tersebut bisa didapatkan dari Dinas Ketenagakerjaan
kabupaten/kota.
c) Mengidentifikasi keluarga miskin dan rentan untuk
diprioritaskan menjadi penerima BLT Dana Desa.
d) Melakukan verifikasi status kependudukan calon penerima
BLT-Dana Desa berdasarkan data administrasi kependudukan
(adminduk) yang dimiliki oleh desa atau dari Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dinas Dukcapil)
kabupaten/kota.
2. Relawan Desa dan/atau Gugus Tugas COVID-19 memastikan
keluarga miskin dan rentan seperti perempuan kepala keluarga,
warga lanjut usia, penyandang disabilitas menjadi prioritas/ tidak
boleh terlewat.
3. Setiap melakukan verifikasi keluarga miskin dan mengidentifikasi
keluarga miskin dan rentan, Relawan Desa dan/atau Gugus Tugas
COVID-19 perlu mengambil foto dan mencantumkan lokasi
tempat tinggalnya secara manual dan digital (share location) jika
memungkinkan.
4. Bila ditemukan keluarga miskin calon penerima BLT-Dana Desa
yang tidak memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK), petugas
pendata mencatat dan memberikannya kepada kasi pemerintahan
atau petugas khusus di desa, untuk selanjutnya dibuatkan Surat
Keterangan Domisili. Calon penerima BLT-Dana Desa yang
hanya memiliki surat keterangan tersebut kemudian dicatat dan
diinformasikan ke petugas adminduk di desa jika ada, atau ke
kecamatan atau langsung ke Dinas Dukcapil untuk mendapatkan
layanan adminduk.
5. Hasil verifikasi dan pendataan baru disampaikan oleh Relawan
Desa dan/atau Gugus Tugas COVID-19 kepada Kepala Desa.

Daftar calon penerima BLT-Dana Desa dilaporkan dan disahkan oleh


Bupati/Wali Kota, atau dapat diwakilkan ke Camat. Untuk penyaluran bulan
ke dua, desa harus memastikan bahwa data penerima BLT-Dana Desa harus
sudah disahkan.
Efektivitas merupakan suatu hal yang berkaitan erat dengan
produktivitas dan efisiensi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Atmosoeprapto, (2001) produktivitas merupakan suatu ukuran mengenai apa
yang diperoleh dengan apa yang diberikan. Penggunaan waktu dalam
program pembangunan yaitu penyaluran BLT dana desa didesa talaitad
tersebut selesai tepat waktu sebagaimana yang telah ditentukan dalam
perencanaan.
Untuk mengetahui ketepatan waktu penyaluran bantuan langsung
tunai dana desa di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten
buleleng, peneliti mewawancarai informan kepala desa Sambangan mengenai
penyaluran BLT- Dana Desa, beliau mengatakan :
“Berkaitan dengan penanganan dampak covid 19, desa
mendapatkan bantuan bagi masyarakat yang terkena dampak covid
melalui anggaran yang diambil dari dana desa yang kemudian
disebut BLT dana desa dalam penyalurannya telah diatur
mekanisme dari pendataan sampai pada penyalurannya. BLT Dana
Desa sendiri disalurkan melalui 4 tahap, yakni pertama diberikan
pada Bulan April (tahap I), Mei (Tahap II), Juni (Tahap III), dan
Juli (IV) masing-masing Rp. 600.000 ribu per KPM per bulan.
Kami sebagai pemerintah desa, hanya mengikuti saja apa yang
menjadi keputusan dari pemerintah pusat. Efeknya adalah dana
yang seharusnya untuk pembangunan dialihkan ke penanganan
dampak covid 19. Sejauh ini ketepatan waktu dalam penyaluran
sudah tepat, karena kami mengikuti mekanisme yang berlaku
terutama mengenai pendataan masyarakat yang layak atau tidak
layak”.
Peneliti juga mewawancarai informan masyarakat bapak Wayan Mika
mengenai ketepatan waktu penyaluran beliau mengatakan:
“Penyaluran BLT – Dana Desa yang saya tahu melalui mekanisme
pendataan terlebih dahulu, ada tim yang bertugas untuk itu, kami
hanya diminta mengisi formulir dan meminta data-data yang perlu
saja selanjutnya diumumkan nama-nama yang berhak mendapatkan
dana tersebut dengan menempelkan stiker di rumah apabila
mendapatkan bantuan tersebut. Saya termasuk penerima BLT dana
desa Rp. 600.000,- dan bagi saya ini sudah berjalan dengan baik,
kami harus mengambilnya di kantor pos yang ditunjuk dengan
mengikuti jadwal dan protokol yang berlaku. Jadi bagi saya
pemerintah desa telah bekerja maksimal sehingga boleh berjalan
dengan baik.”

Informasi yang didapat tersebut diperkuat dengan observasi langsung


dilapangan dan diikuti dengan diskusi kecil dengan beberapa masyarakat desa
yang juga menerima bantuan langsung tunai dana desa tersebut. Dan
mayoritas masyarakat yang ditemui menguatkan pernyataan bapak Wayan
Mika tersebut. Dimana alur dan mekanisme pendataan sudah dijalankan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dari hasil wawancara tersebut, dapat
di simpulkan bahwa dari indicator ketepatan waktu penyaluran BLT dana
desa tahap I hingga Tahap IV sudah berjalan dengan baik.

4.6.2 Ketepatan Dalam Menentukan Pilihan


Menentukan pilihan bukanlah suatu persoalan yang gampang dan juga
bukan hanya tebakan tetapi melalui suatu proses, sehingga dapat menemukan
yang terbaik diantara yang baik atau yang terjujur diantara yang jujur atau
kedua-duanya yang terbaik dan terjujur diantara yang baik dan jujur. Bantuan
Langsung Tunai Dana Desa (BLT-Dana Desa) adalah bantuan uang kepada
keluarga miskin di desa yang bersumber dari Dana Desa untuk mengurangi
dampak pandemi COVID-19. Adapun nilai BLTDana Desa adalah Rp600.000
setiap bulan untuk setiap keluarga miskin yang memenuhi kriteria dan
diberikan selama 4 (empat) bulan. BLT-Dana Desa ini bebas pajak. Jika
kebutuhan desa melebihi ketentuan maksimal yang dapat dialokasikan oleh
desa, maka Kepala Desa dapat mengajukan usulan penambahan alokasi Dana
Desa untuk Bantuan Langsung Tunai kepada Bupati/ Wali Kota. Usulan
tersebut harus disertai alasan penambahan alokasi sesuai keputusan
Musyawarah Desa Khusus (Musdesus). Dalam rangka menentukan pilihan
bagi penerima yang layak dan tidak layak penerima BLT dana desa
pemerintah desa harus mengikuti Proses Validasi dan Penetapan Hasil
Pendataan terlebih dahulu. Adapun prosesnya sebagai berikut:
1. Kepala Desa memfasilitasi BPD untuk melaksanakan musyawarah desa
khusus dengan mengundang perwakilan masyarakat dan pihak lain yang
terkait untuk membantu verifikasi dan validasi data terkait penentuan
calon penerima BLT-Dana Desa.
2. Berdasarkan hasil musyawarah tersebut, Kepala Desa dan BPD
menandatangani daftar keluarga miskin calon penerima BLT-Dana Desa.
Merujuk kepada daftar tersebut, desa menyalurkan BLT-Dana Desa bulan
pertama.
3. Kepala Desa menyebarluaskan daftar calon penerima BLT-Dana Desa
yang sudah disahkan kepada masyarakat baik melalui papan informasi di
setiap dusun dan/atau di tempat - tempat yang strategis dan mudah
dijangkau. Desa juga dapat memanfaatkan website desa atau Sistem
Informasi Desa sebagai media informasi publik.
4. Jika ada keluhan dari masyarakat terhadap daftar calon penerima BLT-
Dana Desa, maka desa bersama BPD memfasilitasi musyawarah desa
untuk membahas keluhan tersebut dan menyepakati solusinya.

Untuk mengetahui apakah pemerintah desa telah tepat dalam


menentukan pilihannya terhadap penerima Bantuan Langsung Tunai Dana
Desa di Desa Sambangan, maka peneliti melakukan wawancara dengan
informan yang dianggap mampu untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Peneliti mewawancarai Perangkat desa yang juga merupakan gugus tugas
penanganan covid 19 di Desa Sambangan yakni Bapak Putu Murtiyasa. beliau
mengatakan:
“Dalam rangka menentukan calon penerima BLT dana desa yang
tepat, kami harus mengikuti prosedur yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah pusat. Salah satu syarat penerima BLT dana desa
adalah calon penerima bukanlah peserta program keluarga harapan
(PKH). Permasalahannya adalah terkadang pemerintah desa tidak
mendeteksi masyarakat yang sudah menerima PKH dan tidak
mengakuinya, hal tersebut kembali ke masyarakat, karena
sebelumnya kami juga telah mensosialisasikan syarat penerima
program BLT dana desa. Jadi kembali lagi ke masyarakat masing-
masing, apalagi ditengah pandemic ini kita harus saling membantu
satu sama lain.”

Berdasarkan infromasi yang didapat dari kementerian desa disebutkan


bahwa Calon penerima BLT-Dana Desa adalah keluarga miskin baik yang
terdata dalam Data Terpadu 13 Kesejahteraan Sosial (DTKS) maupun yang
tidak terdata (exclusion error) yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tidak mendapat bantuan PKH/BPNT/ pemilik Kartu Prakerja;
b. Mengalami kehilangan mata pencaharian (tidak memiliki cadangan
ekonomi yang cukup untuk bertahan hidup selama tiga bulan ke depan);
c. Mempunyai anggota keluarga yang rentan sakit menahun/kronis.
Tim pendata harus memastikan kelompok rentan seperti keluarga
miskin yang dikepalai oleh perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas
terdata sebagai calon Keluarga Penerima Manfaat (KPM) BLT Dana Desa.
Berdasarkan hasil penelitian melalui data sekunder dan wawancara dengan
informan yang berkompeten didapati jumlah penerima bantuan langsung
tunai dana desa tahap I di desa Sambangan berjumlah 48 kepala keluarga Rp.
600.000. Selanjutnya peneliti mewawancarai informan masyarakat penerima
BLT dana desa untuk mengetahui apakah penentuan pilihan penerima BLT
dana desa di desa Sambangan sudah tepat, informan Tokoh Masyarakat
Bapak Made Suarjaya. memberikan pernyataannya sebagai berikut:
“Bantuan langsung tunai menurut saya sudah sangat membantu
bagi masyarakat terutama yang terkena dampak covid 19. Namun
dalam penentuan penerimannya saya selaku tokoh masyarakat
disini masih menerima pengaduan bahwa ada beberapa masyarakat
yang sebenarnya tidak layak menerima tapi tetap menerima, selaku
tokoh masyarakat saya menanyakan hal tersebut kepada hokum tua
dan beliau mengatakan bahwa tidak ada unsur kesengajaan apabila
hal tersebut jadi, kalaupun ada karena tidak disengaja atau ada
masyarakat yang tidak jujur. Terutama yang sudah penerima PKH
dan tidak mengakuinya”

Peneliti selanjutnya mewawancarai salah satu perangkt desa yang


menangani BLT untuk mengatahui hal tersebut, beliau mengatakan :
“Dalam system seperti ini tentunya juga bisa salah apalagi
manusia, dalam hal adanya aduan bahwa ada masyarakat yang
sebenarnya tidak layak menerima dam mereka menerima itu hanya
unsusr human error saja atau ada mis komunikasi dengan
masyarakat, saya bisa memastikan bahwa tidak ada unsur
nepotisme didalamnya”

Dari hasil penelitian mengenai ketepatan menentukan pilihan


pemerintah desa sudah bekerja sesuai dengan prosedur, mengenai adanya
dugaan nepotisme dalam penentuan penerima BLT Dana Desa telah di bantah
oleh salah satu perangkat desa dengan tegas dan juga berdasarkan hasil data
sekunder dilapangan menyatakan demikian.

4.6.3 Ketepatan Sasaran


Dalam rangka memastikan ketepatan sasaran yakni dalam penyaluran
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa, pemerintah pusat telah mengeluarkan
mekanisme serta tugas dari masing - masing tingkatan pemerintah dari
pemerintah pusat sampai yang ada di daerah. Untuk menjalankan proses
penyaluran BLT-Dana Desa ini perlu dilakukan koordinasi lintas sektor
maupun lintas tingkatan pemerintahan yang baik. Berikut ini adalah
koordinasi dan pembagian tugas serta kewenangan dalam pembinaan dan
pengawasan pendataan calon penerima BLTDana Desa.
A. Pemerintah Pusat
1. Melaksanakan koordinasi dan memberikan arahan kebijakan
pelaksanaan pendataan calon penerima BLT-Dana Desa.
2. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pendataan
calon penerima BLTDana Desa.
B. Pemerintah Daerah Provinsi
1. Melakukan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan
kegiatan terkait pendataan BLT-Dana Desa melalui: - Peningkatan
kapasitas dan bimbingan teknis kepada Dinas PMD kabupaten/ kota,
kecamatan (Camat, Pembina Teknis Pemerintahan Desa atau PTPD
dan Pendamping Desa) serta pemerintah desa/ BPD; dan -
Pemantauan, pembinaan dan pengawasan langsung terhadap
pelaksanaan BLT-Dana Desa.
2. Memetakan ketersediaan bantuan sosial dan jaring pengaman baik
yang berasal dari pemerintah pusat dan daerah serta mengatur jumlah
target sasaran serta waktu penyalurannya. Dengan membaca hasil
pendataan desa yang diverifikasi oleh pemerintah daerah kabupaten/
kota, pemerintah daerah provinsi dapat menentukan jumlah sasaran
bantuan sosial provinsi yang belum dapat dipenuhi oleh BLT-Dana
Desa, bantuan sosial kabupaten/kota dan pemerintah pusat.
C. Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota
1. Bupati/Wali Kota mengarahkan koordinasi antar dinas terkait,
khususnya Dinas Sosial, Dinas PMD, Camat, dan Kepala Desa dalam
pemanfaatan DTKS sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 5
Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.
2. Bupati/Wali Kota mengarahkan koordinasi antar dinas terkait,
khususnya Dinas Sosial dan Dinas Dukcapil dalam proses
pemutakhiran NIK pada DTKS sesuai dengan arahan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Surat Edaran Kementerian Sosial.
3. Bupati/Wali Kota bersama dengan Bappeda, Dinas Sosial dan instansi
terkait berkoordinasi dengan provinsi terkait jumlah target sasaran dan
waktu penyaluran berbagai bantuan sosial yang ada di daerahnya
(memastikan tidak adanya tumpang tindih data dan penerima BLT-
Dana Desa dan bantuan sosial lainnya).
4. Bupati/Wali Kota menyebarluaskan informasi pendataan penerima
BLT-Dana Desa dan melakukan pengawasan pendataan calon
penerima BLT-Dana Desa.
5. Bupati/Wali Kota melibatkan organisasi masyarakat sipil untuk aktif
memfasilitasi dan/ atau mengawasi pelaksanaan BLT-Dana Desa.
6. Dinas PMD dan dinas terkait lainnya melakukan peningkatan
kapasitas dan/atau memberikan bantuan teknis kepada kecamatan
(Camat, PTPD dan Pendamping Desa) dan pemerintah desa/BPD
terkait pendataan calon penerima BLT-Dana Desa.
7. Jika memungkinkan, Dinas Sosial bekerja sama dengan desa
melakukan verifikasi dan validasi secara cepat dengan melibatkan
Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) serta potensi dan sumber
kesejahteraan sosial di kecamatan. Proses pendataan DTKS di
kabupaten/kota mengikuti Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun
2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.
8. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil menyediakan data
penduduk berdasarkan NIK kepada Bappeda dan desa untuk
dibandingkan dengan DTKS.
9. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) secara berjenjang
memastikan agar pelaksanaan penanggulangan COVID-19 melalui
APB Desa (secara keseluruhan), dan secara khusus pendataan calon
penerima BLT-Dana Desa dilakukan secara efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel.
D. Kecamatan
1. Membantu Bupati/Wali Kota melakukan verifikasi daftar usulan
kepala keluarga miskin dan rentan calon penerima BLT-Dana Desa
yang diusulkan Kepala Desa.
2. Camat memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pendataan calon
penerima BLT-Dana Desa.
3. Tim kecamatan (Camat, PTPD dan Pendamping Desa) memfasilitasi,
mendampingi dan membimbing pemerintah desa dan atau Relawan
Desa dan/atau Gugus Tugas COVID-19 melakukan percepatan
pendataan dan penyaluran BLT-Dana Desa.
Untuk mengetahui ketepatan sasaran yang telah dijalankan oleh
pemerintah desa dalam penyaluran Bantuan langsung tunai dana desa di Desa
Sambangan, peneliti mewawancarai Informan tokoh masyarakat masyarakat
yakni Bapak Gede Sudana, beliau mengatakan:
”Saya menilai sejauh ini pada penyaluran bantuan langsung
tunai dana desa di desa Sambangan sudah tepat sasaran, dengan
adanya bantuan tersebut masyarakat merasa sangat terbantu
mengingat kondisi pandemic ini menyebabkan banyak
masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan berkurang
penghasilannya. Pemerintah desa telah bekerja maksimal dan
mematuhi prosedur yang ada.”

Pernyataan tokoh masyarakat tersebut juga diperkuat dengan beberapa


pernyataan yang dikatakan oleh beberapa masyarakat yang kebetulan
bercerita dan mengungkapkan hal tersebut yang pada intinya penyaluran dana
desa sudah sesuai dengan peruntukkannya, hampir keseluruhan masyarakat
desa Sambangan terdampak covid 19, namun dengan keterbatasan anggaran
dari pemerintah, maka tidak semua masyarakat mendapatkan bantuan BLT
Dana desa tersebut. Selanjutnya dalam rangka pengaduan mengenai Bantuan
Langsung Tunai dana desa, pemerintah pusat mengeluarkan mekanisme
dimana Pemerintah Desa bekerja sama dengan BPD bersama Relawan Desa
dan/atau Gugus Tugas COVID-19, menyiapkan saluran pengaduan dan
aspirasi yang dapat dimanfaatkan oleh warga untuk menyampaikan keluhan
terkait dengan pelaksanaan BLT-Dana Desa. Selanjutnya saluran aspirasi
tersebut berupa informasi nomor telepon, Whatsapp, kotak saran dan/atau
SID yang terintegrasi dengan pelaporan supra desa. Masyarakat juga dapat
menyampaikan keluhan/ aduan/saran melalui saluran yang dikelola oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau instansi terkait lainnya.
4.7 Implikasi
Penyebaran kasus COVID 19 telah mencapai Indonesia. Dampak yang
disebabkannya sangat serius, mulai dari dampak langsung berupa masalah
pada kualitas kesehatan hingga efek domino yang ditimbulkan seperti
masalah ekonomi, masalah sosio-culture, serta terganggunya mobilitas
kegiatan masyarakat. Dampak ekonomi dapat dilihat dari keadaan ekonomi
Indonesia pada triwulan I tahun 2020 mengalami keterlambatan dibanding
triwulan I tahun 2019 yakni dari 5,07 % menjadi 2,97 % (BPS, 2021). Selain
itu, menurut Kemenaker (2021) terjadi 29,4 juta kasus pemutusan hubungan
kerja (PHK) dan perumahan karyawan tanpa digaji karena perusahaan tidak
mampu menanggung beban operasional di masa pandemi, banyak usaha yang
bangkrut, penurunan penghasilan bagi para pedagang, ojek online, supir
angkutan umum dan sebagainya. Kerugian akibat pandemi dirasakan hampir
di seluruh lapisan masyarakat. Program suntikan dana praktis berupa bantuan
langsung tunai (BLT) dan sembako menjadi kebijakan populer di kala
pandemi melanda Indonesia. Tujuan utama dari adanya bantuan-bantuan
tersebut adalah untuk menjamin ketersediaan kebutuhan dasar serta
perlindungan sosial terutama bagi kelompok rentan yang terdampak dari
adanya pandemi Covid-19. Untuk menilai efektifitas, digunakan teori dari
Makmur (2010) mengenai efktivitas sebagai teori utama untuk membedah
permasalahan yang ada. Selanjutnya dijabarkan melalui hasil penelitian di
lapangan sebagai berikut: ketepatan waktu penyaluran ditentukan terlebih
dahulu ketepatan waktu dalam pendataan yang merupakan tugas dari gugus
tugas pemerintah desa. Dan petugas sudah menjalankannya tepat waktu
sehingga penyaluran BLT dana desa tahan I hinggan Tahap IV sudah berjalan
dengan baik. Dari segi ketepatan menentukan pilihan pada penelitian ini
disumpulkan bahwa pemerintah desa sudah bekerja sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, terkait dengan adanya dugaan nepotisme dalam penentuan
penerima BLT Dana Desa dari hasil penelitian hai tersebut telah di bantah
oleh pemerintah desa dengan tegas dan juga berdasarkan hasil data sekunder
dilapangan menyatakan demikian, selain itu berbagai persepsi masyarakat
miskin penerima bantuan juga berbeda-beda. Pada aspek ketepatatan sasaran,
dapat disimpulkan bahwa pemberian bantuan langsung tunai dana desa di
Desa Sambangan Kecamatan Sukasada sudah tepat sasaran. Hal tersebut
didasari oleh pernyataan masyarakat yang merasakan langsung dampak BLT
dan merupakan pelaku langsung di lapangan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Rangkuman

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah menjadi masalah


kesehatan dunia. Pada tanggal 31 Desember 2019 World Health Organization
(WHO) menyatakan adanya kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang
tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kasus ini terus
berkembang hingga adanya laporan kematian dan terjadi importasi di luar
China. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai
Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Penyebaran
virus ini begitu cepat dan terbilang mudah menular, sehingga pada tanggal 11
Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi.
Dalam rangka penanganan dampak covid 19 khususnya dampak ekonomi,
pemerintah pusat memberikan Bantuan Langsung Tunai yang diambil dari dana desa
yang kemudian disalurkan kepada masyarakat melalui mekanisme dan waktu yang
ditetapkan. Jika dilihat efektifitasnya dari program tersebut terkait dengan ketepatan
waktu penyaluran BLT Dana Desa di Desa Sambangan, sudah tepat waktu dan
mengikuti mekanisme yang ada. Sedangkan dari sisi ketepatan menentukan pilihan
pemerintah desa sudah bekerja sesuai dengan prosedur, mengenai adanya dugaan
nepotisme dalam penentuan penerima BLT Dana Desa telah di bantah dan
berdasarkan hasil data sekunder dilapangan menyatakan demikian. Dan untuk aspek
ketepatatan sasaran, pemberian bantuan langsung tunai dana desa di Desa Sambgan
Kecamatan Buleleng sudah tepat sasaran. Hal tersebut didasari oleh pernyataan
masyarakat yang merasakan langsung dampak BLT dan merupakan pelaku langsung
di lapangan.
5.2 Kesimpulan
1. Dari aspek ketepatan waktu, dapat disimpulkan bahwa ketepatan waktu
penyaluran ditentukan terlebih dahulu ketepatan waktu dalam pendataan
yang merupakan tugas dari gugus tugas pemerintah desa. Dan petugas
sudah menjalankannya tepat waktu sehingga penyaluran BLT dana desa
tahan I hinggan Tahap IV sudah berjalan dengan baik.
2. Dari segi ketepatan menentukan pilihan pada penelitian ini disumpulkan
bahwa pemerintah desa sudah bekerja sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, terkait dengan adanya dugaan nepotisme dalam penentuan
penerima BLT Dana Desa dari hasil penelitian hai tersebut telah di
bantah oleh pemerintah desa dengan tegas dan juga berdasarkan hasil
data sekunder dilapangan menyatakan demikian, selain itu berbagai
persepsi masyarakat miskin penerima bantuan juga berbeda-beda.
3. Pada aspek ketepatatan sasaran, dapat disimpulkan bahwa pemberian
bantuan langsung tunai dana desa di Desa Sambangan Kecamatan
Sukasada sudah tepat sasaran. Hal tersebut didasari oleh pernyataan
masyarakat yang merasakan langsung dampak BLT dan merupakan
pelaku langsung di lapangan.
5.3 Saran
1. Dalam rangka menjamin ketepatan waktu dalam pendataan dan validasi
masyarakat yang layak menerima bantuan langsung tunai, disarankan
kepada pemerintah desa agar, mempelajari dan patuh terhadap tahapan
yang dikeluarkan. Kemampuan sumberdaya manusia juga penting
sehingga disarankan agar Kepala Desa Sambangan memberikan pelatihan
mengenai penggunaan teknologi informasi dalam rangka mempercepat
kerja mereka.
2. Dalam menentukan pilihan yang tepat terutama pada penentuan layak
atau tidak layak bagi masyarakat penerima bantuan nantinya, disarankan
agar perangkat desa mengadakan sensus internal desa yang melihat
kehidupan masing-masing keluarga sehingga tidak terjadi kesalahan data
penerima. Selain itu perlu adanya pendekatan dari pemerintah melalui
sosialisasi pada beberapa kesempatan dan menjelaskan kriteria dan dasar
penentuan BLT Dana Desa agar tidak terjadi mispersepsi diantara
masyarakat.
3. Untuk memastikan ketepatan sasaran bagi penerima Bantuan Langsung
Tunai Dana Desa, maka disarankan agar adanya pengawasan langsung
oleh pemerintah kecamatan dan kabupaten di Desa-desa dan melakukan
wawancara langsung dengan masyarakat desa, serta perlu adanya layanan
pengaduan terpadu di tingkat kecamatan, agar dapat meminimalisir
tindakan nepotisme di desa nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yasa’, Wawancara, Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten


Buleleng, 23 Juni 2020

Anggito, Albi dan Johan Setiawan. (2018). Metode Penelitian Kualitatif,


Sukabumi: CV. Jejak.

Anjela, Ririn. (2019) “Efektivitas Bantuan Dana Tunai Program PKH Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Desa Kualu Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar” Skripsi— UIN Sultan Syarif Kasim, Riau.

Arumdani, dkk. 2021. Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLTDD)
Di Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo. Jurnal
Indonesia Sosial Teknologi. Universitas Veteran Jawa Timur. Volume. 2,
No.5

Arika Bagus P et al. (2020, April). Policy Analysis Melindungi Pekerja Rentan di
Masa (dan Pasca) pandemic Covid-19”, IGPA MAP FISIPOL UGM dan
Forbil Institute

“Covid-19 Coronavirus Pandemic” (2021, 29


Mei)dalamhttps://www.worldometers.info/coronavirus/

“Data Pemantauan Covid-19 Kabupaten Buleleng” (2021, 29


Mei) dalam http://lawancorona.Bulelengkab.go.id/data/
Daton, Darius Beda. (2021, 2 Juni). “Kusut Data BLT Dana Desa”, dalam
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--kusut-data-blt-dana-desa

Dunn, William N. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

“Ekonomi Indonesia Triwulan I 2020 Tumbuh 2,97 Persen” (2021, 3 Juni) dalam
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/05/05/1736/ekonomi-indonesia-
triwulan-i-2020tumbuh-2-97-persen.html.

Gie,The Liang .2006. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.


Gibson, James, L., 2011, Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses, Edisi ke-5.
Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hendi, Renaldo. (2020, 19 Juli) “Bantuan Pemerintah di Masa Covid-19”, dalam


https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel-bantuan-pemerintah-di-masa-covid-19.

Ibrahim, Abdul Malik. (2021, 3 Juni). “Dampak Covid-19 Terhadap


Perekonomian dan Kebijakan Pemerintah Indonesia” dalam
https://sukabumiupdate.com/detail/balewarga/opini/68505-DampakCovid-
19-Terhadap-Perekonomian-dan-KebijakanPemerintah-Indonesia,

Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 54/HUK/2020 Tentang


Pelaksanaan Bantuan Sosial Sembako dan Bantuan Sosial Tunai dalam
Penanganan Dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Khoiriyah, dkk. 2020. Efektivitas Bantuan Sosial Dari Pemerintah Terhadap


Masyarakat Terdampak Covid-19 Di Desa Gendongarum Kecamatan Kanor
Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Spirit Publik . Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel. Vol. 15, No. 2

Komarudin, 2005, Ensiklopedia Manajemen, Bandung, Alfabeta.

Lestary J. Barany et al. (2020, 15 April). “Bantuan Sosial Ekonomi di Tengah


Pandemi Covid-19: Sudahkah Menjaring Sesuai Sasaran?”, CSIS
Commentaries.

Lubis, H & Husain, M, 2009. Efektivitas Pelayanan Publik, Cetaka Kesebelas


Pustaka Binaman Presindo. Jakarta

Makmur. 2010. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung:


Refika Aditama.

Maun, Carly Erfly Fernando. 2020. Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana
Desa Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa Talaitad
Kecamatan Suluun Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Mahasiswa
Program Studi Ilmu Pemerintah FISIP UNSRAT.
Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda
karya.

Nurahmawati, Fika dan Sri Hartini. 2020. Implementasi Kebijakan Program


Bantuan Langsung Tunai (BLT) Terhadap Warga Terdampak Covid-19 Di
Desa Cibadak. Jurnal Program Mahasiswa Kreatif. Universitas Ibn Khaldun
Bogor. Vol, 4. No,2

Maun, Carly Erfly Fernando. 2020. Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana
Desa Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa Talaitad
Kecamatan Suluun Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Mahasiswa
Program Studi Ilmu Pemerintah FISIP UNSRAT.

Pasolong, Harbani. 2012. Teori Administrasi Publik.. Yogyakarta: Alfabeta.


“Pemerintah Berikan 6 Program Bantuan Tambahan Hadapi Pandemi Covid-19”
(2020, 30 Juni) dalam https://setkab.go.id/pemerintah-berikan-6-program-
bantuan-tambahan-hadapipandemi-covid-19/.

Peraturan Menteri Desa Nomor 6 Tahun 2020 yang diterbitkan 14 April 2020
tentang perubahan atas peraturan menteri desa, pembangunan daerah
tertinggal, dan transmigrasi nomor 11 tahun 2019 tentang prioritas
penggunaan dana desa tahun 2020

Peraturan Menteri Desa Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan


Dana Desa Tahun Anggaran 2020

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang


Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau
Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan

Pramanik, Nunik Dewi. (2020) “Dampak Bantuan Paket Sembako dan Bantuan
Langsung Tunai Terhadap Kelangsungan Hidup Masyarakat Padalarang
pada Masa Pandemi Covid – 19”. Dalam Intelekva: Jurnal Ekonomi, Sosial
& Humaniora. Vol. 1 No. 2

Priadi Asmanto et al. (2020, April). “Ringkasan Kebijakan Penggunaan Dana


Desa:Bantuan Langsung Tunai Desa”, Unit Riset, TNP2K

Purwanto, Wawancara, Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten


Buleleng, 25 Juni 2020

Robbins Stephen P, 2008, Perilaku Organisasi, Jilid 1 & 2, Alih Bahasa : Hadyana
Pujaatmaka, Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Sarmini, Wawancara, Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten


Buleleng, 24 Juni 2020

Setiawan, Koesworo. (2020, 7 Juli). “Mekanisme Penyaluran Bansos Penuhi


Prinsip-prinsip Akuntabilitas” Dalam https://kemsos.go.id/mekanisme-
penyaluran-bansos-penuhiprinsip-prinsip-akuntabilitas

Siti Suwarni, Wawancara, Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten


Buleleng, 23 Juni 2020

Suharto. Edi. 2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung:


Alfabeta
Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan
Penegasan Padat Karya Tunai Desa

Steers, Richard, 2008, Efektivitas Organisasi, diterjemahkan Magdalena Jamin,


Erlangga, Jakarta

Sugiyono. 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D; Penerbit CV


Alfabeta, Bandung.

Oscar Lewis 2006, Pembangunan Pertanian dan permasalahannya, PT Pradnya


Paramita Jakarta

Wynandin, 2008, Pendataan Program Perlindungan Sosial PPLS 2008, Bappenas,


Jakarta.

Ahmad Yasa’, Wawancara, Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten


Buleleng, 23 Juni 2020

Anggito, Albi dan Johan Setiawan. (2018). Metode Penelitian Kualitatif,


Sukabumi: CV. Jejak.

Anjela, Ririn. (2019) “Efektivitas Bantuan Dana Tunai Program PKH Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Desa Kualu Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar” Skripsi— UIN Sultan Syarif Kasim, Riau.

Arumdani, dkk. 2021. Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLTDD)
Di Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo. Jurnal
Indonesia Sosial Teknologi. Universitas Veteran Jawa Timur. Volume. 2,
No.5

Arika Bagus P et al. (2020, April). Policy Analysis Melindungi Pekerja Rentan di
Masa (dan Pasca) pandemic Covid-19”, IGPA MAP FISIPOL UGM dan
Forbil Institute

“Covid-19 Coronavirus Pandemic” (2021, 29 Mei)dalam


https://www.worldometers.info/coronavirus/
“Data Pemantauan Covid-19 Kabupaten Buleleng” (2021, 29
Mei) dalam http://lawancorona.Bulelengkab.go.id/data/

Daton, Darius Beda. (2021, 2 Juni). “Kusut Data BLT Dana Desa”, dalam
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--kusut-data-blt-dana-desa

Dunn, William N. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

“Ekonomi Indonesia Triwulan I 2020 Tumbuh 2,97 Persen” (2021, 3 Juni) dalam
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/05/05/1736/ekonomi-indonesia-
triwulan-i-2020tumbuh-2-97-persen.html.

Gie,The Liang .2006. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

Gibson, James, L., 2011, Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses, Edisi ke-5.
Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hendi, Renaldo. (2020, 19 Juli) “Bantuan Pemerintah di Masa Covid-19”, dalam


https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel-bantuan-pemerintah-di-masa-
covid-19.

Ibrahim, Abdul Malik. (2021, 3 Juni). “Dampak Covid-19 Terhadap


Perekonomian dan Kebijakan Pemerintah Indonesia” dalam
https://sukabumiupdate.com/detail/balewarga/opini/68505-DampakCovid-
19-Terhadap-Perekonomian-dan-KebijakanPemerintah-Indonesia,

Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 54/HUK/2020 Tentang


Pelaksanaan Bantuan Sosial Sembako dan Bantuan Sosial Tunai dalam
Penanganan Dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Khoiriyah, dkk. 2020. Efektivitas Bantuan Sosial Dari Pemerintah Terhadap


Masyarakat Terdampak Covid-19 Di Desa Gendongarum Kecamatan Kanor
Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Spirit Publik . Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel. Vol. 15, No. 2

Komarudin, 2005, Ensiklopedia Manajemen, Bandung, Alfabeta.

Lestary J. Barany et al. (2020, 15 April). “Bantuan Sosial Ekonomi di Tengah


Pandemi Covid-19: Sudahkah Menjaring Sesuai Sasaran?”, CSIS
Commentaries.

Lubis, H & Husain, M, 2009. Efektivitas Pelayanan Publik, Cetaka Kesebelas


Pustaka Binaman Presindo. Jakarta

Makmur. 2010. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung:


Refika Aditama.
Maun, Carly Erfly Fernando. 2020. Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana
Desa Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa Talaitad
Kecamatan Suluun Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Mahasiswa
Program Studi Ilmu Pemerintah FISIP UNSRAT.

Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda


karya.

Nurahmawati, Fika dan Sri Hartini. 2020. Implementasi Kebijakan Program


Bantuan Langsung Tunai (BLT) Terhadap Warga Terdampak Covid-19 Di
Desa Cibadak. Jurnal Program Mahasiswa Kreatif. Universitas Ibn Khaldun
Bogor. Vol, 4. No,2

Maun, Carly Erfly Fernando. 2020. Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana
Desa Bagi Masyarakat Miskin Terkena Dampak Covid-19 Di Desa Talaitad
Kecamatan Suluun Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Mahasiswa
Program Studi Ilmu Pemerintah FISIP UNSRAT.

Pasolong, Harbani. 2012. Teori Administrasi Publik.. Yogyakarta: Alfabeta.

“Pemerintah Berikan 6 Program Bantuan Tambahan Hadapi Pandemi Covid-19”


(2020, 30 Juni) dalam https://setkab.go.id/pemerintah-berikan-6-program-
bantuan-tambahan-hadapipandemi-covid-19/.
Peraturan Menteri Desa Nomor 6 Tahun 2020 yang diterbitkan 14 April 2020
tentang perubahan atas peraturan menteri desa, pembangunan daerah
tertinggal, dan transmigrasi nomor 11 tahun 2019 tentang prioritas
penggunaan dana desa tahun 2020

Peraturan Menteri Desa Nomor 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan


Dana Desa Tahun Anggaran 2020

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang


Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau
Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan

Pramanik, Nunik Dewi. (2020) “Dampak Bantuan Paket Sembako dan Bantuan
Langsung Tunai Terhadap Kelangsungan Hidup Masyarakat Padalarang
pada Masa Pandemi Covid – 19”. Dalam Intelekva: Jurnal Ekonomi, Sosial
& Humaniora. Vol. 1 No. 2

Priadi Asmanto et al. (2020, April). “Ringkasan Kebijakan Penggunaan Dana


Desa:Bantuan Langsung Tunai Desa”, Unit Riset, TNP2K.

Purwanto, Wawancara, Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten


Buleleng, 25 Juni 2020
Robbins Stephen P, 2008, Perilaku Organisasi, Jilid 1 & 2, Alih Bahasa : Hadyana
Pujaatmaka, Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Sarmini, Wawancara, Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten


Buleleng, 24 Juni 2020

Setiawan, Koesworo. (2020, 7 Juli). “Mekanisme Penyaluran Bansos Penuhi


Prinsip-prinsip Akuntabilitas” Dalam https://kemsos.go.id/mekanisme-
penyaluran-bansos-penuhiprinsip-prinsip-akuntabilitas

Siti Suwarni, Wawancara, Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten


Buleleng, 23 Juni 2020

Suharto. Edi. 2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung:


Alfabeta

Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan
Penegasan Padat Karya Tunai Desa

Steers, Richard, 2008, Efektivitas Organisasi, diterjemahkan Magdalena Jamin,


Erlangga, Jakarta.

Sugiyono. 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D; Penerbit CV


Alfabeta, Bandung.
Oscar Lewis 2006, Pembangunan Pertanian dan permasalahannya, PT Pradnya
Paramita Jakarta

Wynandin, 2008, Pendataan Program Perlindungan Sosial PPLS 2008, Bappenas,


Jakarta
Lampiran 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara dengan
Masyarakat

Kisi-kisi Pedoman Wawancara dengan Masyarakat

Butir
Variabel Indikator Jumlah
Pertanyaan
Sosialisasi 1 1
Pelaksanaan
Pendataan 2 1
Program BLT
Distribusi 3 1
Ketepatan penentuan waktu 4 1
Ketepatan perhitungan biaya 5 1
Ketepatan dalam pengukuran 6 1

Ketepatan dalam menentukan pilihan 7 1


Efektivitas
Program BLT
Ketepatan berpikir dapat menentukan
efektivitas dalam mencapai tujuan 8 1
yang telah ditentukan.
Ketepatan dalam melakukan perintah 9 1
Ketepatan dalam menentukan tujuan 10 1
Ketepatan sasaran 11 1
Jumlah 11
Lampiran 2. Pedoman Wawancara dengan Masyarakat

Pedoman Wawancara dengan Masyarakat

1. Apakah Bapak/Ibu sudah mendapatkan informasi adanya BLT untuk menanggulangi


dampak ekonomi oleh Covid-19?
2. Apakah Bapak/Ibu sudah menerima verifikasi data penerima BLT untuk
menanggulangi dampak ekonomi oleh Covid-19?
3. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan BLT untuk menanggulangi dampak ekonomi oleh
Covid-19?
4. Apakah Bapak/Ibu menerima BLT sesuai dengan waktu masa krusial paling
terdampak Covid-19?
5. Apakah besaran BLT yang Bapak/Ibu terima dapat membantu mengurangi beban
ekonomi Bapak/Ibu akibat Covid-19?
6. Apalah Bapak/Ibu menerima BLT dengan menerapkan protokol kesehatan yang
berlaku?
7. Apakah masyarakat yang paling terdampak Covid-19 menjadi prioritas BLT?
8. Apakah cara atau metode penyaluran BLT sudah tepat sesuai keadaan di lapangan?
9. Apakah pelaksanaan program BLT di Desa Sukasada sudah sesuai dengan SE/SK
yang berlaku?
10. Apakah pelaksanaan program BLT di lapangan sudah sesuai dengan tujuan program?
11. Apakah Bapak/Ibu merupakan sasaran yang tepat menerima BLT untuk
menanggulangi dampak ekonomi oleh Covid-19?
Lampiran 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara dengan Kepala Desa

Kisi-kisi Pedoman Wawancara dengan Kepala Desa

Butir
Variabel Indikator Jumlah
Pertanyaan
Sosialisasi 1 1
Pelaksanaan
Pendataan 2 1
Program BLT
Distribusi 3 1
Ketepatan penentuan waktu 4 1
Ketepatan perhitungan biaya 5 1
Ketepatan dalam pengukuran 6 1

Ketepatan dalam menentukan pilihan 7 1


Efektivitas
Program BLT
Ketepatan berpikir dapat menentukan
efektivitas dalam mencapai tujuan 8 1
yang telah ditentukan.
Ketepatan dalam melakukan perintah 9 1
Ketepatan dalam menentukan tujuan 10 1
Ketepatan sasaran 11 1
Jumlah 11
Lampiran 4. Pedoman Wawancara dengan Kepala Desa

Pedoman Wawancara dengan Kepala Desa

1. Apakah sudah ada penyebaran informasi adanya BLT untuk menanggulangi


dampak ekonomi oleh Covid-19?
2. Apakah panitia sudah melakukan pendataan calon penerima BLT sesuai
indikator/tujuan program?
3. Apakah dana program BLT sudah terdistribusi ke calon penerima BLT?
4. Apakah BLT didistribusikan tepat dengan waktu krusial paling terdampak Covid-
19?
5. Apakah besaran BLT yang disalurkan sudah diperhitungkan sesuai dengan
dampak ekonomi akibat Covid-19?
6. Apakah penyaluran BLT sudah sesuai standar Protokol Kesehatan yang berlaku?
7. Apakah penerapan skala prioritas ditujukan pada calon penerima paling
terdampak Covid-19?
8. Apakah cara atau metode penyaluran BLT sudah tepat sesuai keadaan di
lapangan?
9. Apakah pelaksanaan program BLT di Desa Sukasada sudah sesuai dengan SE/SK
yang berlaku?
10. Apakah pelaksanaan program BLT di lapangan sudah sesuai dengan tujuan
program?
11. Apakah calon penerima BLT yang terdata sudah sesuai kriteria penerima BLT
untuk menanggulangi dampak ekonomi oleh Covid-19?
Lampiran 5. Kisi-kisi Pedoman Wawancara dengan Bendahara Desa

Kisi-kisi Pedoman Wawancara dengan Bendahara Desa

Butir
Variabel Indikator Jumlah
Pertanyaan
Sosialisasi - 0
Pelaksanaan
Pendataan - 0
Program BLT
Distribusi 1 1
Ketepatan penentuan waktu 2 1
Ketepatan perhitungan biaya 3 1
Ketepatan dalam pengukuran

Ketepatan dalam menentukan pilihan - 0


Efektivitas
Program BLT
Ketepatan berpikir dapat menentukan
efektivitas dalam mencapai tujuan - 0
yang telah ditentukan.
Ketepatan dalam melakukan perintah - 0
Ketepatan dalam menentukan tujuan - 0
Ketepatan sasaran 4 1
Jumlah 4
Lampiran 6. Pedoman Wawancara dengan Bendahara Desa

Pedoman Wawancara dengan Bendahara Desa

1. Apakah dana program BLT sudah terdistribusi ke calon penerima BLT?


2. Apakah BLT didistribusikan tepat dengan waktu krusial paling terdampak Covid-
19?
3. Apakah besaran BLT yang disalurkan sudah diperhitungkan sesuai dengan
dampak ekonomi akibat Covid-19?
4. Apakah calon penerima BLT yang terdata sudah sesuai kriteria penerima BLT
untuk menanggulangi dampak ekonomi oleh Covid-19?

Anda mungkin juga menyukai