Fakultas Ilmu Kesehatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

FAKULTAS ILMU KESEHATAN – S1 KEPERAWATAN PARALEL

NHA634 - Keperawatan Agregat Komunitas Tugas Sesi 5

Dosen : Ns. Abdurrasyid, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Nama : Yolanda Melyana


NIM: 20230303184
LAPORAN PENDAHULUAN (PRE-PLANNING)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA


DENGAN KASUS HIPERTENSI

A. Gambaran Kasus secara Global dan Nasional

Sebanyak 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita
hipertensi. Sebagian besar yaitu dua pertiga kasus hipertensi berasala dari negara-
negara dengan ekonomi menengah ke bawah. Sedangkan di Asia Tenggara, angka
kejadian hipertensi pada tahun 2020 adalah 39,9%. Perkembangan penduduk lansia di
dunia menurut WHO sampai tahun 2050 akan meningkat kurang lebih 600 juta
menjadi 2 milyar lansia, dan wilayah Asia merupakan wilayah yangterbanyak mengalami
peningkatan, dan sekitar 25 tahun kedepan populasi lansia akan bertambah sekitar 82% (M &
Erwanti, 2018). Jumlah orang yang lanjut usia berdasarkan data Badan Pusat Statistik
tahun 2020 sebanyak 16,07 juta jiwa atau 5,95 persen. Data tersebut menjelaskan di tahun
2020 Negara Indonesia menuju era ageing population yakni jumlah penduduk yang berusia
60 tahun ke atas berada di angka lebih dari 10 persen (Badan Pusat Statistik, 2020).
Lansia pada tahun 2020 sebanyak 26,82 juta jiwa dengan persentase 9,92%, dan
diperkirakan peningkatan lansia pada tahun 2050 sebanyak tiga kali lipat (Badan Pusat
Statistik, 2020).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 menunjukkan satu
milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 penderita hipertensi berada di ank e
berkembang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat dan diprediksi tahun 2025 sebanyak
29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi Kementerian Kesehatan (2019)
Indonesia mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi peningkatan umur
harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Di Indonesia mengalami
peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010,
menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan dapat diperkirakan akan terus
meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%).
Di Asia Tenggara hampir 1,5 juta jiwa meninggal disebabkan oleh menderita hipertensi
tiap tahun, kondisi ini menjadikan darah tinggi menjadi faktor tertinggi penyebab kematian.
Peningkatan jumlah orang dewasa di Indonesia dengan hipertensi mencapai 8% pada tahun
1995 dan meningkat mencapai 32% tahun 2008 (WHO, 2013). Riset Kesehatan Dasar 2013
menyebutkan kejadian hipertensi di Indonesia melalui pada renatng usia ≥18 tahun terbanyak
terdapat pada Bangka Belitung (30,9%), kemudian Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan
Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Sebagian besar lansia di Desa Karanganyar berada
pada Klasifikasi Hipertensi Derajat I (tekanan darah 140-159 mmHg) dengan rata-rata usia
56-60 tahun (Suprayitno, 2019). Kemenkes RI (2014) menyatakan bahwa mencegah dan
mengatasi masalah hipertensi di Indonesia harus dimulai dengan menambah tingkat
kesadaran masyarakat dalam membuat perubahan kebiasaan hidup yang lebih sehat. Demi
mewujudkan hal tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat dalam
bentuk Skrinning dan Penyuluhan tentang Hipertensi (Warjiman et al., 2020)
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan peningkatan
prevelensi hipertensi di Indonesia denagan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah
34,1% dibandingkan 27,8% pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dengan presentase
tertinggi berada di Provinsi KalimantanSelatan dengan presentase sebesar 44,13% dan
terendah berada di Papua dengan presentase sebesar 22,22% (Riskesdas, 2018).
Prevalensi kasus hipertensi pada tahun 2010 yaitu 562.117 kasus (64,2%),
tahun 2011 adalah 634.860 kasus (72,1%), tahun 2012 sebanyak 544.771 kasus
(67,57%), dan di tahun 2013 sebanyak 497.966 kasus (58,6%) (Dinkes Jateng, 2013).

B. Definisi Kasus

a) Definisi Lansia
Lanjut usia (lansia) adalah orang yang mencapai usia 60 tahun ke atas yang
mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara
( UU RI N0 13 tahun 1998). Menurut WHO (Word Health Organization) membagi masa
lanjut usia sebagai berikut : a) usia 45-60 tahun, disebut middle age ( setengah baya atau
A-teda madya); b) usia 60-75 tahun, disebut alderly ( usia lanjut atau wreda utama ); c)
usia 75-90 tahun, disebut old (tua atau prawasana); d) usia diatas 90 tahun, disebut old
(tua sekali atau wreda wasana) (Andarmayo, 2018). Usia 60 tahun ke atas merupakan
tahap akhir dari proses penuaan yang memiliki dampak terhadap tiga aspek, yaitu
biologis,ekonomi,dan sosial. Secara biologis, lansia akan mengalami proses penuaan
secara terus menurus yang ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan
terhadap serangan penyakit. Jumlah lansia Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara
dengan 8,03% dari seluruh penduduk indonesia pada tahun 2014 (BPS,2015).
Lanjut usia merupakan seseorang yang sudah menginjak usia 60 keatas. lanjut usia
mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, mental maupun sosial (Putri, D. E.
2021).Lansia termasuk dalam golongan atau populasi yang memiliki resiko
(population at risk) yang jumlahnya mengalami peningkatan setiap tahunnya (WHO,
2020).
b) Definisi hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara
abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin
tingginya tekanan darah.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah kondisi medis serius yang secara signifikan meningkatkan risiko penyakit
jantung, otak, ginjal, dan penyakit lainnya. Angka kejadian hipertensi di dunia pada tahun
2021 diperkirakan sebanyak 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh
dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara berpenghasilan
rendah dan menengah
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama terjadinya
penyakit kardiovaskular aterosklerotik, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi
menimbulkan risiko mortalitas dini, yang meningkat saat tekanan sistolik dan diastolik
meningkat. Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan merusak pembuh darah di
organ jantung, ginjal, otak dan mata. Berdasarkan beberapa penelitian, orang yang
menderita hipertensi memiliki peluang 12 kali lebih besar untuk terkena stroke dan 6 kali
lebih besar untuk terkena serangan jantung.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala: Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak diukur.
2) Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi : nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis Beberapa pasien yang menderita hipertensi
mengalami : sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,
mual, muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
D. Patofisiologi
Hipertensi adalah kondisi peningkatan tekanan darah sistemik yang persisten. Tekanan
darah sendiri adalah hasil dari curah jantung/ cardiac output dan resistensi pembuluh darah
perifer total (12). Hipertensi melibatkan interaksi berbagai sistem organ dan berbagai
mekanisme. Sekitar 90 % hipertensi merupakan hipertensi essensial yang tidak diketahui
penyebabnya, namun faktor yang berperan penting dalam hipertensi essensial ini antara
lain genetik, aktivasi sistem neurohormonal seperti sistem saraf simpatis dan sistem renin-
angiotensin-aldosteron, dan peningkatan asupan garam. Hipertensi sekunder yang
penyebabnya dapat ditentukan (10%), antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme)
(12,13). Ginjal memiliki beberapa peran utama dalam hipertensi. Salah satunya adalah
produksi renin yang berperan dalam aktivasi sistem renin-angiotensin Aldosteron (RAAS),
dimana renin merupakan suatu protease aspartat yang memecah angiotensinogen menjadi
angiotensin I, yang pada gilirannya diaktifkan oleh ACE untuk menghasilkan
Angiostensin II sehingga memicu dihasilkannya aldosterone. Angiostensin II akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer total sedangkan aldosteron akan
meningkatkan cardiac output, dimana hal ini dapat menyebabkan hipertensi . Hipertensi
hormonal biasanya mengacu pada gangguan kelenjar adrenal termasuk kelebihan
glukokortikoid (kortisol), peningkatan aldosterone, dan peningkatan katekolamin.
E. Pathways
F. Pengkajian Fokus
a. Identitas Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum tinggal
di panti, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhir,
tanggal masuk panti, kamar dan penanggung jawab.
b. Riwayat Masuk Panti : Menjelaskan mengapa memilih tinggal di panti dan bagaimana
proses nya sehingga dapat bertempat tinggal di panti.
c. Riwayat Keluarga Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung,
pasangan, dan anak-anak)
d. Riwayat Pekerjaan Menjelaskan status pekerjaan saat ini, pekerjaan sebelumnya, dan
sumbersumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
e. Riwayat Lingkup Hidup Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang
yang tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
f. Riwayat Rekreasi Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
g. Sumber/ Sistem Pendukung Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan
kesehatan seperti dokter, perawat atau klinik
h. Deksripsi Harian Khusus kebiasaan ritual tidur menjelaskan kegiatan yang dilakukan
sebelum tidur. Pada pasien lansia dengan hipertensi mengalami susah tidur sehingga
dilakukan ritual ataupun aktivitas sebelum tidur.
i. Status Kesehatan Saat Ini Meliputi : status kesehatan umum selama stahun yang lalu,
status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan utama,
serta pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
j. Obat-Obatan Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana mengonsumsinya,
atas nama dokter siapa yang menginstruksikan dan tanggal resep
k. Status Imunisasi Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu
l. Nutrisi Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola konsumsi
makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya pasien dengan hipertensi perlu
memenuhi kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, mineral, air, lemak, dan serat.
Tetapi diet rendah garam juga berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pada klien.
m. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda
klinis dari suatu penyakit dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan
perkusi.
i. Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran
rambut, warna rambut, struktur wajah, warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan
mata, kelopak mata, kornea mata, konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman
penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan
septum nasi, menilai ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga,
ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum dan
orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis serta denyut nadi
karotis.
ii. Pada pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan berupa
(warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla mammae menonjol atau tidak,
hiperpigmentasi aerola mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada putting susu),
palpasi (menilai apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar getah bening, kemudian
disertai dengan pengkajian nyeri tekan).
iii. Pada pemeriksaan thoraks meliputi
 inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot
bantu pernafasan, pola nafas),
 palpasi (penilaian vocal premitus),
 perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat kelainan),
 dan auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya suara nafas tambahan).
iv. Pada pemeriksaan jantung meliputi
 inspeksi dan palpasi (mengamati ada tidaknya pulsasi serta ictus kordis),
 perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran jantung),
 auskultasi (mendengar bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau tidak
bising/murmur)
v. Pada pemeriksaan abdomen meliputi
 inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk abdomen,
benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna kulit abdomen, lesi pada
abdomen),
 auskultasi(bising usus atau peristalik usus dengan nilai normal 5-35
kali/menit),
 palpasi (terdapat nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran
hepar dan lien)
 dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).
vi. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra, anus serta
perineum terdapat kelainan atau tidak.
vii. Pada pemeriksaan muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan kelemahan
eksremitas, kesimetrisan cara berjalan.
viii. Pada pemeriksaan integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit,
tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi atau tidak.
ix. Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran (GCS),
pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta pemeriksaan
reflex

G. Hasil Penelitian untuk penyelesaian kasus dimasyarakat (5 hasil Penelitian)


1. Jurnal UNAIR
https://unair.ac.id/profil-hipertensi-pada-lansia-di-puskesmas-mojo-surabaya-jawa-
timur-periode-november-2022/
Dengan hasil penelitian : Profil hipertensi pada lansia di Puskesmas Mojo mengingat
bertambahnya usia juga diikuti dengan peningkatan tekanan darah. Studi ini
menggunakan sampel lansia yang menderita hipertensi sesuai kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi di Puskesmas Mojo bulan November 2022. Sampel yang digunakan
sebanyak 155 responden. Dari total lansia yang menderita hipertensi terdapat 155
lansia, 115 lansia perempuan dan 40 lansia laki-laki, didapatkan hasil 110 lansia
dengan tingkat pendidikan rendah sedangkan 45 lansia dengan tingkat pendidikan
tinggi, 4 lansia merokok sedangkan 151 lansia tidak. merokok, 84 lansia teratur
minum obat sedangkan 71 lansia tidak rutin minum obat, 40 lansia obesitas sedangkan
115 lansia tidak obesitas, 15 lansia memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2
sedangkan 140 lansia tidak memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2 , 1 lansia
memiliki riwayat penyakit ginjal sedangkan 154 lansia tidak memiliki riwayat
penyakit ginjal.

2. Jurnal PUBMED
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3503373/ https://www-ncbi-nlm-nih-
gov.translate.goog/pmc/articles/PMC3503373/?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Hasil Penelitian : Prevalensi hipertensi di antara peserta penelitian adalah 40,5%.
Prevalensi hipertensi pada subjek laki-laki lanjut usia sebesar 39,2% dan pada subjek
perempuan sebesar 40,8%. Sekitar 62% (53 dari 85 penderita hipertensi) sudah
mengetahui status hipertensinya. Sekitar 54,7% (29) didiagnosis di fasilitas kesehatan
pemerintah baik di Puskesmas atau rumah sakit pemerintah. Beban hipertensi pada
lansia cukup tinggi di daerah pedesaan. Strategi untuk mendeteksi dan mengobati
hipertensi pada lansia harus diterapkan sejak dini.

3. Jurnal UNNES
https://journal.unnes.ac.id/sju/higeia/article/view/57037
Hasil penelitian : Puskesmas Banyudono I termasuk dalam deretan puskesmas di
Kabupaten Boyolali dengan catatan kasus hipertensi yang tinggi. Data rekam medik
Puskesmas Banyudono I periode Januari-Juni 2021 menunjukkan bahwa setidaknya
terdapat 365 kasus hipertensi, dimana 284 kasus diantaranya terjadi pada lansia.

4. Jurnal UMJ
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/MuJG/article/view/11987
Hasil penelitian : Ditemukan hasil 82 sampel lansia dengan hipertensi yang
melakukan pengobatan di Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura Tahun 2020 mayoritas
pada kelompok umur lansia muda yaitu 60-69 tahun sebanyak 37 orang (45.8%),
berjenis kelamin perempuan sebanyak 45 orang (54.9%), jenis hipertensi terbanyak
adalah hipertensi tingkat 2 sebanyak 57 orang (68.7%), riwayat penyakit komorbid
diabetes melitus sebanyak 66 orang (80.5%), komorbid stroke sebanyak 16 orang
(19.5%) dan 47 orang (57.4%) memiliki nilai kolesterol yang tinggi

5. Jurnal POLTEKKES PANGKAL PINANG


https://jurnal.poltekkespangkalpinang.ac.id/index.php/jkp/article/view/579
Hasil penelitian: Hasil penelitian didapatkan bahwa lansia yang obesitas hipertensi
sebanyak 59 orang, lansia aktivitas fisiknya kurang baik yang hipertensi sebanyak 41
orang, kebiasaan merokok lansia yang hipertensi sebanyak 57 orang, lansia yang
konsumsi garam berlebihan yang hipertensi sebanyak 37 orang. Dari hasil pengujian
uji chi-square didapatkan hasil p-value = 0,019 < 0,05 pada variabel kegemukan
(obesitas), aktivitas fisik, didapatkan hasil p-value = 0,012 < 0,05 pada variabel
Kebiasaan Merokok didapatkan hasil p-value = 0,018 < 0,05 dan pada variabel
konsumsi garam didapatkan hasil p-value = 0,016 < 0,05.
H. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul
1. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis : peningkatan tekanan
vaskuler serebral
2. (D.0055) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
3. (D.0056) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. (D.0011) Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload

I. Intervensi
No Diagnosa Luaran Intervensi
.
1. (D.0077) Nyeri akut Tujuan : setelah dilakukan Manajemen nyeri I.08238)
berhubungan dengan agen tindakan selama 2x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
pencidera fisiologis : keperawatan diharapkan karakteristik nyeri,
peningkatan tekanan vaskuler tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi,
serebral
Kriteria hasil : Tingkat nyeri intensitas nyeri
( L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri
o Pasien mengatakan 3. Identifikasi faktor yang
nyeri berkurang dari memperberat dan
skala 7 menjadi 2 memperingan nyeri
o Pasien menunjukan 4. Berikan terapi non
ekspresi wajah tenang farmakologis untuk
o Pasien dapat mengurangi rasa nyeri
beristirahat dengan (mis: akupuntur,terapi
nyaman musik hopnosis,
biofeedback, teknik
imajinasi
terbimbing,kompres
hangat/ dingin)
5. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
6. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
7. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
8. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. (D.0055) Gangguan pola Tujuan : setelah dilakukan Manajemen energi I.050178)


tidur berhubungan dengan tindakan keperawatan selama
1. Monitor kelelahan fisik
kurangnya kontrol tidur 2x24 jam diharapkan toleransi dan emosional
aktivitas meningkat
2. Monitor pola dan jam
Kriteria hasil : toleransi tidur
aktivitas (L.05047)
3. Sediakan lingkungan
o Pasien mampu yang nyaman dan
melakukan aktivitas rendah stimulus (mis:
sehari-hari cahaya, suara,
o Pasien mampu kunjungan)
berpindah tanpa 4. Berikan aktifitas
bantuan distraksi yang
o pasien mengatakan menenangkan
keluhan lemah 5. Anjurkan tirah baring
berkurang 6. Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
7. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA

Arif Irpan Tanjung. (n.d.). Pendidikan Kesehatan Senam Bugar Dalam Perubahan Tekanan Darah
Pada Lansia Hipertensi di RSUD Kayuagung Tahun 2023.
Arista, N. K. A. (n.d.). HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DENGAN TEKANAN DARAH
PADA ORANG DEWASA DENGAN HIPERTENSI DI UPT KESMAS SUKAWATI II TAHUN
2019.
Fredy Akbar. (n.d.). Pelatihan dan Pendampingan Kader Posyandu Lansia di Kecamatan
Wonomulyo .
Ratna Wardani. (n.d.). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Hipertensi terhadap Pengetahuan Lansia
di Posyandu Lansia Kelurahan Manisrenggo.
Yohanes Reynaldi Lumowa. (n.d.). Pengaruh Usia Lanjut terhadap Kesehatan Lansia.

Anda mungkin juga menyukai