Tesis Iriani Daeli 31-07-2024
Tesis Iriani Daeli 31-07-2024
Tesis Iriani Daeli 31-07-2024
OLEH:
IRIANI DAELI
NIM 220101057
i
LEMBAR PERSETUJUAN
TESIS
OLEH:
IRIANI DAELI
NIM 220101057
----------------------------------------------
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui,
Direktorat Pasca Sarjana
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Direktur
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan kesehatan kepada Penulis dan atas berkah rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Faktor
Risiko Kejadian Malaria di wilayah Kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan
Sirombu Kabupaten Nias Barat Tahun 2024”
Penyelesaian tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Magister Kesehatan Masyarakat, Direktorat Pasca Sarjana,
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Indonesia.
2. Dr. Ivan Elisabet Purba, M. Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiata
Indonesia.
3. Dr. Kesaktian Manurung, M.Biomed, selaku Direktur Pasca Sarjana
Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Dr. Donal Nababan, SKM., M. Kes, selaku ketua program studi magisiter
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Dr. Indra Utama, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan Penulis dalam menyusun
proposal tesis ini.
6. Ns. Rosetty Sipayung, S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing II yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan Penulis
dalam menyusun proposal tesis ini.
iii
7. Azwadin Laia, SKM., M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Nias Barat.
8. Rido Uglisar Maruhawa, SKM selaku Kepala Puskesmas Pulau Hinako
Kabupaten Nias Barat.
9. Kedua orang tua, suami dan anak-anak tercinta Penulis yang telah
memberikan dukungan material dan moral.
10. Teman-teman dan seluruh pihak yang telah ikut serta membantu Penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan baik
dari segi bahasa, penulisan maupun pembahasannya. Oleh sebab itu penulis
senantiasa mengharapkan kritikan, saran dan pandangan dari semua pihak agar
nantinya dapat penulis pergunakan dalam penelitian selanjutnya.
Akhir kata, Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu kesehatan.
IRIANI DAELI
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
v
3.4. Variabel Penelitian ......................................................................... 37
3.5. Defenisi Operasional ...................................................................... 38
3.6. Pengumpulan Data ......................................................................... 40
3.7. Analisis Data .................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Distribusi Frekwensi Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian .......... 37
Tabel 3.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 39
Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat ................ 43
Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi Faktor Resiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat. 44
Tabel 4.3 Hubungan Usia Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat ................ 45
Tabel 4.4 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat 46
Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kejadian Malaria di Wilayah
Kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias
Barat ................................................................................................... 46
Tabel 4.6 Hubungan Status Pekerjaan Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat 47
Tabel 4.7 Hubungan Tempat Tinggal Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat 48
Tabel 4.8 Hubungan Penggunaan Kelambu Dengan Kejadian Malaria di Wilayah
Kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias
Barat ................................................................................................... 48
Tabel 4.9 Hubungan Penggunaan Obat Nyamuk Dengan Kejadian Malaria di
Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat ......................................................................... 50
Tabel 4.10 Hubungan Penggunaan Kasa Nyamuk Dengan Kejadian Malaria di
Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat ......................................................................... 51
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda Hubungan antara Variabel
Bebas Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau
Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat .......................... 52
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 7. Dokumentasi
ix
ABSTRAK
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian yang menyerang semua
kelompok usia baik laki-laki maupun perempuan. Tujuan penelitian untuk
mengidentifikasi faktor risiko kejadian malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat Tahun 2024. Penelitian
yang digunakan adalah penelitian analitik kuantitatif dengan desain studi potong
lintang (cross sectional). Populasi penelitian seluruh keluarga yang ada di
Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias
Barat dengan teknik sampling proporsional random sampling atau sampling
berimbang, yaitu dalam menentukan jumlah sampel di masing-masing desa
dilakukan secara proporsional sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
91 KK. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner dengan uji statistik chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan jenis kelamin (p-value=0,001;
OR=1,454), status pekerjaan (p-value=0,001; OR=1,288), tempat tinggal (p-
value=0,000; OR=1,137), penggunaan kelambu (p-value=0,002; OR=1,100),
penggunaan obat nyamuk bakar/semprot/elektrik (p-value=0,000; OR=1,175), dan
penggunaan kasa nyamuk pada ventilasi rumah (p-value=0,000; OR=1,676)
dengan kejadian malaria di Wilayah kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan
Sirombu Kabupaten Nias Barat. Di lain pihak tidak ada hubungan usia (p-
value=0,095; OR=0,036) dan tingkat pendidikan (p-value=0,158; OR=0,032)
dengan kejadian malaria di Wilayah kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan
Sirombu Kabupaten Nias Barat. Penelitian ini juga menemukan bahwa variabel
yang paling dominan faktor risiko kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas
Pulau Hinako Kecamatan Sirombu adalah faktor tempat tinggal, dimana di
pedesaan memiliki resiko 1,43 kali menderita malaria dibandingkan dengan
masyarakat perkotaan. Disarankan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Pulau
Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat untuk memberikan
penyuluhan atau edukasi tentang pencegahan malaria.
x
ABSTRACT
Malaria is an infectious disease that is still a public health problem that can cause
death and attack all age groups, both men and women. The research aimed to
identify risk factors for the incidence of malaria in the Working Area of the
Hinako Island Community Health Center, Sirombu District, West Nias Regency
in 2024. The research used was quantitative analytical research with a cross-
sectional study design. The research population was all families in the Hinako
Island Community Health Center Working Area, Sirombu District, West Nias
Regency using a proportional sampling technique, random sampling or balanced
sampling, that is, determining the number of samples in each village was carried
out proportionally so that the number of samples in this study was 91 families.
The measuring instrument used is a questionnaire with the chi-square statistical
test. The results showed that there was a relationship between gender (p-
value=0.001; OR=1.454), employment status (p-value=0.001; OR=1.288), place
of residence (p-value=0.000; OR=1.137), use of mosquito nets (p-value=0.002;
OR=1.100), use of mosquito coils/sprays/electricity (p-value=0.000; OR=1.175),
and use of mosquito nets for home ventilation (p-value=0.000; OR=1.676) with
the incidence of malaria in the working area of the Hinako Island Health Center,
Sirombu District, West Nias Regency. On the other hand, there is no relationship
between age (p-value=0.095; OR=0.036) and education level (p-value=0.158;
OR=0.032) with the incidence of malaria in the Hinako Island Health Center
working area, Sirombu District, West Nias Regency. This research also found that
the most dominant risk factor for the incidence of malaria in the work area of the
Hinako Island Community Health Center, Sirombu District, is the factor of
residence, where rural residents have a 1.43 times risk of suffering from malaria
compared to urban communities. It is recommended that health workers at the
Hinako Island Community Health Center, Sirombu District, West Nias Regency
provide counseling or education about malaria prevention.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Goals (SDGs) sampai tahun 2030. Karena itu malaria termasuk salah satu
penyakit menular yang menyerang semua golongan umur baik balita, anak-anak,
ibu hamil, wanita menyusui, dan juga orang dewasa.Penyakit malaria sudah
diketahui sejak zaman Yunani, namun penyebabnya baru diketahui pada tahun
1880 oleh Laveran.Ia melihat ada sesuatu yang berbentuk pisang dalam darah
penderita malaria.
Diperkirakan sebanyak 660 ribu orang meninggal dunia setiap tahun yang
disebabkan oleh malaria dan 320 ribu diantaranya berada di Asia Tenggara seperti
sebanyak 247 dari target 245. Pada tahun 2017, dari 514 jumlah kabupaten/kota
285 kabupaten/kota berhasil memberantas penyakit malaria, dan pada tahun 2019
maka pemerintah Indonesia menargetkan tidak ada lagi daerah endemis malaria
2021 sebesar 811.636. Kementerian Kesehatan juga mencatat bahwa jumlah kasus
malaria terbaru pada 2023 per Mei 2023 sebanyak 55.525 kasus.Tren penemuan
kasus malaria secara fluktuatif tertinggi pada Tahun 2022 sebesar 3,1 juta,
kabupaten/kota Bebas Malaria tahun 2024. Sampai April 2023, ada 5 provinsi dan
yang 5 tersebut yakni DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Banten, dan Jawa Barat.
kabupaten/kota sudah 381 yang sudah eliminasi atau sekitar 72%. Diharapkan
Provinsi Sumatera Utara mencatat sepanjang tahun 2022, ada 5.133 kasus
malaria yang ditemukan termasuk 200 kasus di Kabupaten Nias Barat. Namun,
semua kasus tersebut dapat ditangani dengan baik sehingga tidak ada yang
berujung pada kematian. Oleh sebab itu, pada tahun 2023 Kabupaten Nias Barat
sertifikat Eliminasi Malaria yakni Nias, Nias Selatan, Nias Barat, Nias Utara,
“Time to deliver zero malaria: Invest, Innovate, Implement”, dan Tema Nasional
kita adalah “Dengan Investasi, Inovasi dan Implementasi Kita Capai Indonesia
Bebas Malaria”. Tema ini sejalan dengan semangat Indonesia dalam berjuang
inovasi yang memacu kreatifitas lokal dan menerapkan implementasi secara tepat
dan optimal.
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang ada (Pratama, 2015). Faktor individu
pada sifat alami dan karakteristik agent dan host, dimana karakteristik agent dan
langsung pada keadaan alami dari lingkungan seperti lingkungan fisik, sosial,
kontak antara vektor malaria dengan individu (Mayasari, dkk, 2016). Keberadaan
faktor lingkungan dapat menjadi pemicu terjadinya penyakit malaria yaitu iklim,
temperatur dan curah hujan, curah hujan, suhu air, kedalaman air, arus air,
kelembapan udara, angin, ketinggian lokasi, sinar matahari, pH, salinitas air,
bahwa usia>20 tahun berisiko 2 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan
usia <20 tahun. Hal tersebut dikarenakan usia>20 tahun lebih banyak melakukan
aktivitas pekerjaan dan mobilitas yang tinggi di luar rumah. Penelitian Wardani
(2016) menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki berisiko 1,10 kali lebih besar
semakin besar berisiko untuk menderita malaria. Hasil penelitian Wibowo (2017)
petani, berkebun, dan penambang) mempunyai risiko 3 kali lebih besar terkena
perdesaan mempunyai risiko 3,242 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan
tidur tidak menggunkan kelambu tanpa insektisida memiliki risiko 7,8 kali untuk
Hasil penelitian Trapsilowati (2016) menunjukkan bahwa bahwa orang yang tidak
menggunakan obat nyamuk oles (repellent) memiliki risiko 2,3 kali lebih besar
nyamuk berisiko 3,36 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan orang
bahwa orang yang tidak memasang kasa pada ventilasi rumah mempunyai risiko
3,6 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan orang yang rumahnya
Kasus malaria di Kabupaten Nias Barat pada tahun 2021 ada sebanyak 4
kasus yaitu, yaitu 3 kasus di wilayah kerja Puskesmas Mandrehe Barat dan 1
kasus di wilayah kerja Puskesmas Sirombu. Pada tahun 2022 kasus malaria di
5
Kabupaten Nias Barat mengalami peningkatan yakni ada sebanyak 65 kasus yang
kasus di Rumah Sakit Pratama Lahomi. Pada tahun 2023 ada sebanyak 10 kasus
Mandrehe, dan 1 kasus di Puskesmas Ulu Moro’o. Data ini menunjukkan bahwa
Kabupaten Nias Barat menunjukkan bahwadari segi usia sebagian besar penderita
malaria adalah yang sudah berusia di atas 24 tahun, sebagian besar berjenis
7
5) Mengetahui hubungan wilayah tempat tinggal dengan kejadian malaria di
Barat.
Barat.
Nias Barat.
tindakan intervensi yang tepat sesuai dengan manajemen faktor risiko kejadian
malaria tersebut.
dengan kejadian malaria sehingga masyarakat agar mau dan mampu dalam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Malaria
makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok parasit protozoa,
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini
menyerang seluruh kelompok usia baik laki-laki maupun perempuan. Orang yang
kepala, mual atau muntah. Penderita yang menunjukan gejala klinis harus
perasit malaria yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Penyakit ini dapat menyerang segala ras, usia, dan jenis kelamin. Parasit malaria
dihinggapi lebih dari satu jenis Plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi
Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal (buruk) dan
area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa-rawa
yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain, seperti
demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges,
demam kura dan paludisme. Parasit ini ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles
betina pada manusia. Malaria yang disebabkan oleh protozoa terdiri dari empat
Plasmodium yaitu:
timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling sering menjadi
malaria berat yang menyebabkan kematian. Masa inkubasi malaria tropika ini
sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu
dengan interval bebas demam 2 hari pada siang atau sore. Memiliki distribusi
11
geografis terluas, mulai dari wilayah beriklim dingin, subtropik hingga daerah
tropik. Masa inkubasi plasmodium vivax antara 12 sampai 17 hari dan salah
bersifat ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks. Masa inkubasi
berulang dengan interval bebas demam 3 hari. Malaria jenis ini umumnya
terdapat pada daerah gunung, dataran rendah pada daerah tropik, biasanya
berlangsung tanpa gejala, dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria
plasmodium falciparum dengan satu atau lebih komplikasi yang terdiri dari
malaria serebral (coma), acidemia/ asidosis, anemia berat, gagal ginjal akut, dan
Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan
demam dengan interval tertentu. Pada malaria demam merupakan gejala utama.
Pada permulaan sakit, dapat dijumpai demam yang tidak teratur. Sifat demam
12
akut (paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam
malaria. Selain gejala klasik diatas, dapat ditemukan gejala lain seperti nyeri
kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot. Pada orang-orang yang
tinggal di daerah endemis (imun) gejala klasik tidak selalu ditemukan (Kemenkes
RI, 2017).
sebagaimana diuraikan berikut. Gejala klinis malaria meliputi keluhan dan tanda
klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosis malaria. Gejala klinis
tersebut dipengaruhi oleh strein Plasmodium, imunitas tubuh, dan jumlah parasit
yang menginfeksi.
dijumpai di Irian dan Nusa Tenggara, memberikan infeksi paling ringan dan
berurutan
1) Periode dingin
Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri
dengan selimut atau sarung dan saat menggigil seluruh tubuh sering bergetar
dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang yang kedinginan.
temperatur.
2) Periode panas
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh tetap tinggi,
syok (tekanan darah turun), data dilirum sampai terjadi kejang (anak). Periode
ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat.
14
3) Periode berkeringat
basah, temperatur turun, penderita merasa kelelahan dan sering tertidur. Jika
penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti
biasa.
termasuk genus plasmodia, family plasmodiidae, dan orde Coccidiidae dan sub-
eritrositik parasit. Parasitemia meningkat setiap kali terjadi lisis eritrosit dan
ruptur skizon eritrosit yang melepaskan ribuan parasit dalam bentuk merozoit dan
zat sisa metabolik ke sirkulasi darah (Prato, 2015). Tubuh yang mengenali antigen
menstimulasi demam. Demam bertahan selama 6–10 jam, lalu suhu tubuh kembali
normal, dan meningkat kembali setiap 48–72 jam saat siklus eritrositik lengkap.
(IL-10) dan interferon γ (IFN- γ). Pada fase infeksi lanjutan, tubuh memproduksi
15
antibodi yang membantu proses pembersihan parasit melalui jalur makrofag-sel
spesies lain. Hal ini disebabkan karena Plasmodium falciparum dapat menginvasi
yaitu parasit plasmodium, manusia sebagai host dan nyamuk anopheles sebagai
Penularan akan menjadi lebih intensif terjadi di daerah dimana nyamuk dapat
malaria juga dapat dibedakan berdasarkan cara penularannya, yaitu alamiah dan
1) Penularan alamiah
manusia.
Penularan non alamiah adalah penyakit malaria yang ditularkan dari satu
16
orang ke orang lainnya melalui:
Malaria kongenital adalah malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena
penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Penularan terjadi melalui tali
darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang
manusia.
pada tubuh manusia dan didalam tubuh nyamuk Anopheles betina (Irwan, 2017).
kedalam aliran darah selama lebih kurang 30 menit. Setelah itu sporozoit
plasmodium ovale siklus ada yang cepat dan ada yang lambat. Sebagian
tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, akan tetapi ada
yang menjadi bentuk dorman yang disebut bentuk hipnozoit. Bentuk hipnozoit
kekambuhan.
sporozoit infektif segera menginvasi sel-sel dan keluar dari kelenjar ludah.
diuraikan berikut. Plasmodium mempunyai dua fase perkembangan yaitu satu fase
pada tubuh nyamuk (fase seksual) dan fase pada tubuh manusia (fase aseksual).
18
Fase pada tubuh nyamuk disebut fase ekstrinsik karena terjadi di luar tubuh
manusia atau fase seksual karena terjadi proses perkawinan antara mikro gamet
(jantan) dan makro gamet (betina), fase akhir siklus ini berupa sporozoit, sehingga
disebut siklus sporogoni, sedangkan pada tubuh manusia desebut fase intrinsik
atau aseksual dimana pada fase akhir siklus ini berupa gamet sehingga disebut
Fase ini terjadi pada tubuh nyamuk, fase ini dimulai sejak nyamuk menghisap
bentuk gametosit masuk seiring dengan darah yang dihisap dari tubuh
pecah maka lepaslah sporozoit, dengan lepasnya sporozoit ini nyamuk siap
manusia. Fase ini hasil akhirnya berupa sporozoit sehingga disebut juga fase
sporogoni. Fase ini dipengaruhi oleh Plasmodium dan di pengaruhi oleh suhu
hari pada suhu 280C, supaya bisa infektif ketubuh manusia, sedangkan
2) Fase aseksual
Fase ini dimulai sejak nyamuk menghisap darah manusia, maka serta merta
tubuh manusia, sekitar 30 menit sporozoit masuk ke sel hati dan menjadi
ovale sebagian tropozoit ada yang berbentuk dorman, masuk kedalam hati
sampai bertahun–tahun dan akan menjadi aktif kembali ketika imunitas tubuh
host menurun, sehingga kedua Janis Plasmodium ini bisa kambuh kembali
(relaps). Merozoit masuk ke sel darah merah, maka mulailah siklus eritrositer.
sampai matang, kemudian pecah dan merozoit keluar, merozoit yang keluar
kembali menginfeksi sel darah merah, demikian seterusnya siklus ini disebut
membentuk gemetosit betina dan jantan untuk kemudian siap melakukan fase
seksual pada tubuh nyamuk, melalui proses gigitan nyamuk. Fase ini
yang positif secara mikroskopis atau Uji Diagnosis Cepat (Rapid Diagnostic Test=
demam, menggigil, dan berkeringat yang dapat disertai sakit kepala, mual
muntah, diare, nyeri otot, pegal-pegal, dan riwayat pernah tinggal di daerah
endemis malaria, serta riwayat pernah sakit malaria atau minum obat anti
malaria satu bulan terakhir, maupun riwayat pernah mendapat tranfusi darah.
mengalami demam dengan suhu tubuh dari 37,50 °C sampai 400°C, serta
menjadi preparat darah (SDr, sediaan darah), tebal dan preparat darah tipis,
untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria dalam darah. Tes diagnostik
dipstick. Test ini digunakan pada waktu terjadi kejadian luar biasa (KLB) atau
untuk memeriksa malaria pada daerah terpencil yang tidak ada tersedia sarana
yaitu hasil pengujian cepat diperoleh, akan tetapi Rapid Diagnostic Test
21
(RDT) sebaiknya menggunakan tingkat sentitivity dan specificity lebih dari
95%.
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia, termasuk
2) Penanganan komplikasi.
3) Pengobatan simptomatik.
22
Pemberian Obat Antimalaria terdiri atas Lini Pertama pada kasus malaria
berat dan Lini Kedua. Pemberian obat antimaria yaitu (Kemenkes RI, 2017):
1) Lini Pertama
Pada kasus malaria berat, OAM yang diberikan ialah artesunat intravena
dengan dosis 2,4 mg/kgBB, pada jam ke-0, jam ke-12, dan jam ke-24 lalu
sudah mampu minum obat, obat suntikan dihentikan (tetapi setelah menerima
minimal tiga kali suntikan), dan dilanjutkan dengan obat ACT oral dosis
lengkap tiga hari. Pada ibu hamil dengan malaria berat, pengobatan sama
Dosisnya 3,2 mg/kgBB pada hari ke-1, dan setelah 24 jam menjadi 1,6
mg/kgBB. Dosis artesunat pada anak dengan berat badan lebih kurang
injeksi sebagai dosis awal sebelum merujuk ke rumah sakit rujukan. Obat kina
HCl per infus dipakai bila tidak ada obat artesunat ataupun artemeter.
2) Lini Kedua
Kina per infus merupakan obat lini ke dua untuk malaria berat. Obat ini
terhadap gigitan nyamuk. Selain itu, pencegahan malaria dapat dicegah dengan
23
mengonsumsi obat anti malaria. Pencegahan malaria dapat dicegah dengan berupa
pinggiran kota yang banyak sawah, rawa-rawa atau tambak ikan (tambak
baju lengan panjang dan celana panjang saat keluar rumah, terutama pada
malam hari karena nyamuk penular malaria aktif menggigit pada waktu
menggunakan kelambu saat akan tidur. Setelah itu masyarakat juga bias
memakai anti nyamuk (mosquito repellent) saat hendak tidur terutama malam
2) Membunuh jentik dan nyamuk malaria dewasa Untuk membunuh jentik dan
sebaiknya dilakukan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam
bulan.
(b) Larvaciding
malaria.
empang, sawah, tambak ikan, bahkan ada yang hidup di air bersih pada
malaria.
2.2.1. Host
tempat berkembang biaknya agent. Host Defenitive Host defenitive malaria yaitu
1) Usia
Usia adalah usia yang dihitung mulai dilahirkan sampai saat ulang tahun
terakhir atau usia ataupun lamanya waktu hidup sejak dilahirkan. Orang yang
paling berisiko terinfeksi malaria adalah anak balita, anak sekolah, wanita
karena daya tahan tubuh mereka lemah serta belum memiliki kekebalan
terhadap parasit malaria, malaria lebih potensial terjadi pada usia 0-19 tahun
dimana usia merupakan faktor risiko kejadian malaria, usia remaja berisko 2
kali lebih besar terkena malaria dibandingkan usia dewasa (Wibowo, 2017a).
26
Anak-anak lebih rentan dibanding orang dewasa terhadap infeksi parasit
malaria karena daya tahan tubuhnya lebih lemah dari pada orang dewasa. Usia
mobilitas yang tinggi dari penderita usia tersebut yang merupakan usia
sekolah yang aktifitasnya lebih banyak diluar rumah, sehingga sangat rentan
mereka yang banyak aktifitas di luar rumah dan usia produktif juga
produktif yang aktitas diluar rumah juga tinggi (Alim, dkk, 2020).
2) Jenis Kelamin
pada malam hari seperti memancing, ronda, main kartu menginap di ladang
3) Pendidikan
pendidikan rendah berisiko 6,11 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan
4) Pekerjaan
Ada hubungan bermakna antara jenis pekerjaan seperti berkebun, nelayan, dan
buruh yang bekerja pada malam hari dengan kejadian malaria. Pekerjaan
5) Tempat tinggal
tinggal daerah perdesaan mempunyai risiko 3,242 kali lebih besar untuk
semak belukar, kebun, kolam/danau, irigasi, sawah dan pepohonan besar yang
kelembaban udara yang tinggi serta suhu yang sesuai (Khariri, 2019).
2.2.2. Agent
intraselular dari genus plasmodium. Terdapat lima jenis plasmodium yang dapat
1) Plasmodium malariae
2) Plasmodium vivax
3) Plasmodium falcifarum
4) Plasmodium ovale
5) Plasmodium knowlesi
2.2.3. Environtment
Nyamuk akan berkembang biak bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang
1) Lingkungan Fisik
(lingkungan fisik dalam rumah), yaitu pemasangan kawat kasa pada ventilasi.
keberadaan kawat kasa pada ventilasi. Rumah dengan kondisi ventilasi tidak
nyamuk yang berada di luar rumah dengan penghuni rumah, dimana nyamuk
tidak dapat masuk ke dalam rumah. Dengan pemasangan kawat kasa pada
Pemasangan kawat kasa pada lubang pertukaran udara merupakan salah satu
memasang plastik bening pada ventilasi juga mampu mencegah nyamuk dan
hubungan dengan kejadian malaria, rumah yang tidak dipasang kasa nyamuk
pada ventilasi rumah berisiko 3,6 kali lebih besar terkena malaria dibanding
rumah yang dipasang kasa nyamuk pada ventilasi rumah (Saputro, 2015).
yaitu:
1) Penggunaan kelambu
sehat disaat tidur malam, karena kebiasaan nyamuk Anopheles untuk mencari
darah adalah pada malam hari, dengan demikian selalu tidur menggunakan
kelambu pada malam hari dapat mencegah atau melindungi dari gigitan
(Yurike, 2016).
2) Penggunaan Repelen
menggunakan repelen pada malam hari berisiko 1,14 kali untuk terinfeksi
nyamuk pada saat beraktivitas di luar rumah pada malam hari dapat mencegah
diantaranya yaitu dengan menggunakan obat anti nyamuk, obat anti nyamuk
yang banyak beredar dimasyarakat yaitu obat nyamuk bakar (fumigan), obat
nyamuk semprot (aerosol) obat nyamuk listrik (Elektrik) (Resi dkk, 2017).
31
Tidak menggunakan obat nyamuk berisiko 6,8 kali lebih besar terkena malaria
disarankan untuk menggunakan obat anti nyamuk dengan merek apapun, hal
dan lingkungan (lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan biologis). Hal tersebut
Host/Pejamu
1) Usia
2) Jenis Kelamin
3) Pendidikan
4) Pekerjaan
5) Tempat Tinggal
Agent/Penyebab
Plasmodium Malariae
Plasmodium Vivax Malaria
Plasmodium Falcifarum
Plasmodium Ovale
Plasmodium Knowlesi
1)
Environment/Lingkungan
1) Lingkungan Fisik
2) Lingkungan Sosial
Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Kejadian
Tempat Tinggal
Malaria
Penggunaan Kelambu
33
2) Ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian malaria di Wilayah Kerja
34
BAB III
METODE PENELITIAN
potong lintang (cross sectional) dikarenakan penelitian ini dilakukan dalam satu
waktu pengukuran yang sama untuk variabel dependen dan variabel independen.
35
Keterangan:
n = Besar sampel
N =Besarpopulasi
d = Tingkat Penyimpangan yang bisa ditolerir (0,1)
971
n =
1 + 971 (0,1)2
n = 90,6
n ≈ 91 KK
dalam arti semakin banyak jumlah populasi di suatu desa maka semakin banyak
juga jumlah sampel yang diambil dalam satuan Kepala Keluarga (KK).
desa tersebut dibagi dengan jumlah populasi secara keseluruhan dikalikan dengan
tersebut maka jumlah populasi dan jumlah sampel di setiap desa dapat dilihat pada
36
Tabel 3.1.
Distribusi Frekwensi Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Sampel
No Nama Desa
(KK) (KK)
1 Bawosalo’o 143 143/971x91 = 13
2 Imana 58 58/971x91 =5
3 Tuwa-tuwa 93 93/971x91 =9
4 Kafo-kafo 36 36/971x91 =3
5 Bawasawa 108 108/971x91 =10
6 Pulau Bogi 23 23/971x91 =2
7 Halamona 51 51/971x91 =5
8 Hanofa 124 124/971x91 =12
9 Lahawa 34 34/971x91 =3
10 Hinako 153 153/971x91 =14
11 Sinene’eto 62 62/971x91 =6
12 Balowondato 86 86/971x91 =8
Jumlah 971 91
1). Anggota keluarga yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pulau Hinako
2). Telah menetap di wilayah kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu
penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal,
37
penggunaan kelambu, penggunaan obat nyamuk bakar/semprot/elektrik dan
38
Tabel 3.1
Defenisi Opersaional Variabel Penelitian
No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Terikat
1 Kejadian Seseorang yang memiliki gejala klinis dan Kuesioner Wawancara 1. Ya Ordinal
malaria pada saat periksaan darah (RDT) 2. Tidak
menunjukkan (+) plasmodium
Variabel Bebas
2 Usia Lamanya keberadaan responden yang Kuesioner Wawancara 1. <24 tahun Ordinal
diukur pada satuan waktu. 2. >24 tahun
3 Jenis kelamin Karakteristik biologis pada seseorang Kuesioner Wawancara 1. Laki-laki Nominal
responden yang dibedakan menjadi laki- 2. Perempuan
laki dan perempuan yang bisa dilihat
bentuk fisik.
4 Pendidikan Lamanya tingkat pendidikan atau jenjang Kuesioner Wawancara 1. Rendah (jika tingkat pendidikan Ordinal
sekolah seorang respondenberdasarkan responden pada kategori tidak/
ijazah terakhir belum pernah sekolah, tidak tamat
SD/MI, dan tamat SLTP/MTS)
2. Tinggi (jika pendidikan responden
berada pada kategori (Tamat
SLTA/MA, tamat D1/D2/D3, dan
tamat PT)
5 Pekerjaan Proses kegiatan utama pada seorang Kuesioner Wawancara 1. Bekerja (Jika pekerjaan responden Ordinal
responden untuk mendapatkan suatu pada kategori
penghasilan PNS/TNI/Polri/BUMN/BUM,
pegawai swasta, wiraswasta,
petani, nelayan,
buruh/sopir/pambantu ruta, dan
lainnya)
2. Tidak bekerja (jika responden
39
berada pada kategori tidak bekerja
dan sekolah)
6 Tempat Tempat keberadaan lokasi seorang Kuesioner Wawancara 1. Perdesaan Ordinal
tinggal responden terkait daerah tempat tinggal 2. Perkotaan
berdasarkan perkotaan dan perdesaan.
7 Penggunaan Perilaku seorang responden dalam Kuesioner Wawancara 1. Tidak Ordinal
kelambu menggunakan kelambu pada saat tidur 2. Ya
sebagai pencegahan gigitan
8 Penggunaan Perilaku seorang respon dalam Kuesioner Wawancara 1. Tidak Ordinal
obat nyamuk penggunaan obat nyamuk 2. Ya
((bakar/semprot/elektrik) sebagai
pencegahan gigitan nyamuk.
9 Ventilasi Suatu pemasangan alat yang dipasang Kuesioner Wawancara 1. Tidak Ordinal
rumah pada ventilasi rumah sebagai perilaku 2. Ya
dipasang pencegahan gigitan nyamuk.
kasa nyamuk
40
3.6. Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data hasil pengukuran variabel guna mengetahui
sekunder adalah gambaran umum lokasi penelitian dan data yang diperoleh dari
digunakan untuk mengetahui faktor risiko adalah usia, jenis kelamin, pendidikan,
untuk data kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan meliputi analisis
tergantung dari jenis datanya (numerik atau kategorik). Pada penelitian ini data
40
yang akan dianalisis merupakan jenis data kategorik, sehingga pendeskripsian
proporsi.
yang signifikan antara dua variabel, yaitu variabel independen terhadap variabel
dependen. Analisis yang akan digunakan pada tahapan ini juga tergantung pada
jenis datanya. Pada penelitian ini semua data yang akan dianalisis merupakan
jenis data kategorik, maka uji yang akan digunakan adalah chi-square dengan
ratio (OR) untuk mengetahui faktor risiko yang dominan terhadap kejadian
41
BAB IV
Sumatera Utara yang berada dalam satu pulau dengan Kabupaten Nias,
Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Selatan dan Kota Gunungsitoli yang
disebut Pulau Nias, mempunyai letak diatas permukaan laut 200 s/d 400 m.
Utara dan antara 97038’30” Bujur Timur dan luas wilayah adalah 28,58 km2.
pada umumnya terdiri dari daerah dataran dan lautan yang terdiri dari 12
desa yaitu desa Balowondate dengan jumlah penduduk 309 jiwa, desa
jumlah penduduk 515 jiwa, desa Halamona dengan jumlah penduduk 165
jiwa, desa Hanofa dengan jumlah penduduk 458 jiwa, desa Hinako dengan
jumlah penduduk 555 jiwa, desa Imana dengan jumlah penduduk 208 jiwa,
desa Kafo kafo dengan jumlah penduduk 149 jiwa, desa Lahawa dengan
42
jumlah penduduk 110 jiwa, desa Pulau Bogi dengan jumlah penduduk 107
jiwa, desa Sinene’eto dengan jumlah penduduk 260 jiwa, desa Tuwatuwa
No Kejadian Malaria n %
1 Ya 28 30,3
2 Tidak 63 69,7
Total 91 100,0
43
Tabel 4.2. Distribusi Frekwensi Faktor Resiko Kejadian Malaria di wilayah
kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten
Nias Barat
No Kejadian Malaria n %
1 Usia
< 24 tahun 41 44,6
≥ 24 tahun 50 55,4
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 44 48,1
Perempuan 47 51,9
3 Tingkat Pendidikan
Rendah 68 74,7
Tinggi 23 25,3
4 Status Pekerjaan
Bekerja 53 58,4
Tidak Bekerja 38 41,6
5 Tempat Tinggal
Pedesaan 63 69,6
Perkotaan 28 30,4
6 Penggunaan Kelambu
Tidak 71 77,5
Ya 20 22,5
7 Penggunaan Obat Nyamuk
Tidak 48 52,7
Ya 43 47,3
8 Penggunaan Kasa pada Ventilasi rumah
Tidak 76 83,9
Ya 15 16,1
Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat pada Tabel-
Kejadian Malaria
Odds
Usia Ya Tidak Total Nilai p
Ratio
n % n % n %
< 24 tahun 12 13,7 28 30,9 41 44,6
≥ 24 tahun 15 16,6 35 38,8 50 55,4 0,095 0,04
Total 28 30,3 63 69,7 91 100,0
Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat sebanyak 16.6%. Proporsi ini lebih
tinggi dibandingkan proporsi usia < 24 tahun dengan kejadian malaria sebanyak
13.7%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value 0,095 (> 0,05), artinya tidak
ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian malaria di wilayah
45
Tabel 4.4. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Malaria di wilayah
kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten
Nias Barat
Kejadian Malaria
Odds
Jenis Kelamin Ya Tidak Total Nilai p
Ratio
n % n % n %
Laki-laki 15 16,6 29 31,6 44 48,2
Perempuan 12 13,7 35 38,1 47 51,8 0,001 1,45
Total 28 30,3 63 69,7 91 100,0
Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat sebanyak 16.6%. Proporsi ini lebih
sebanyak 13.7%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value 0,001 (< 0,05),
artinya ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian
(OR) adalah sebesar 1,45 yang artinya bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki
risiko untuk menderita malaria sebanyak 1,45 kali dibandingkan dengan jenis
kelamin perempuan.
Kejadian Malaria
Odds
Tingkat Pendidikan Ya Tidak Total Nilai p
Ratio
n % n % n %
Rendah 21 22,8 47 52,0 68 74,8
Tinggi 7 7,5 16 17,7 23 25,2 0,158 0,030
Total 28 30,3 63 69,7 91 100,0
46
Berdasarkan tabel 4.5 hasil penelitian menujukkan bahwa proporsi tingkat
Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat sebanyak 22,8%. Proporsi ini
pendidikan tinggi dengan kejadian malaria sebanyak 7,5%. Hasil uji chi square
didapatkan nilai p-value 0,158 (> 0,05), artinya tidak ada hubungan yang
Kejadian Malaria
Odds
Status Pekerjaan Ya Tidak Total Nilai p
Ratio
n % n % n %
Bekerja 18 19,0 36 39,4 53 58,4
Tidak Bekerja 10 11,3 27 30,3 38 41,6 0,001 1,29
Total 28 30,3 63 69,7 91 100,0
Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat sebanyak 19,0%. Proporsi ini lebih
kejadian malaria sebanyak 11,3%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value
0,001 (< 0,05), artinya ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan
47
Selanjutnya pada pengujian tersebut diketahui bahwa nilai Odds Ratio
(OR) adalah sebesar 1,29 yang artinya bahwa orang yang bekerja memiliki risiko
untuk menderita malaria sebanyak 1,29 kali dibandingkan dengan orang yang
tidak bekerja.
Kejadian Malaria
Odds
Tempat Tinggal Ya Tidak Total Nilai p
Ratio
n % n % n %
Pedesaan 20 21,7 43 48,0 63 69,7
Perkotaan 8 8,6 20 21,7 28 30,3 0,000 1,14
Total 28 30,3 63 69,7 91 100,0
Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat sebanyak 21,7%. Proporsi ini
dengan kejadian malaria sebanyak 8,6%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-
value 0,000 (< 0,05), artinya ada hubungan yang signifikan antara tempat tinggal
(OR) adalah sebesar 1,14 yang artinya bahwa orang yang bertempat tinggal di
48
Tabel 4.8. Hubungan Penggunaan Kelambu dengan Kejadian Malaria di
wilayah kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat
Kejadian Malaria
Penggunaan Odds
Ya Tidak Total Nilai p
Kelambu Ratio
n % n % n %
Tidak 22 23,8 49 53,7 71 77,5
Ya 6 6,5 14 16,0 20 22,5 0,002 1,10
Total 28 30,3 63 69,7 91 100,0
49asyarakat yang tidak menggunakan kelambu pada saat tidur dengan kejadian
kejadian malaria sebanyak 6,5%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value
0,002 (< 0,05), artinya ada hubungan yang signifikan antara penggunaan kelambu
(OR) adalah sebesar 1,10 yang artinya bahwa orang yang tidak menggunakan
49
Tabel 4.9. Hubungan Penggunaan Obat Nyamuk dengan Kejadian Malaria
di wilayah kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat
Kejadian Malaria
Penggunaan Obat Odds
Ya Tidak Total Nilai p
Nyamuk Ratio
n % n % n %
Tidak 15 16,8 33 35,9 48 52,7
Ya 13 13,5 30 33,8 43 47,3 0,000 1,18
Total 28 30,3 63 69,7 91 100,0
Barat sebanyak 16,8%. Proporsi ini lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
13,5%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value 0,000 (< 0,05), artinya ada
(OR) adalah sebesar 1,18 yang artinya bahwa orang yang tidak menggunakan obat
50
Tabel 4.10 Hubungan Penggunaan Kasa Nyamuk dengan Kejadian Malaria
di wilayah kerja Puskesmas Pulau Hinako Kecamatan Sirombu
Kabupaten Nias Barat
Kejadian Malaria
Penggunaan Kasa Odds
Ya Tidak Total Nilai p
Nyamuk Ratio
n % n % n %
Tidak 22 24,3 54 59,7 76 84,0
Ya 6 6,0 9 10,0 15 16,0 0,000 1,68
Total 28 30,3 63 69,7 91 100,0
Barat sebanyak 24,3%. Proporsi ini lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
6,0%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value 0,000 (< 0,05), artinya ada
(OR) adalah sebesar 1,68 yang artinya bahwa orang yang tidak menggunakan kasa
sebanyak 1,68 kali dibandingkan dengan orang yang menggunakan kasa nyamuk
51
4.4 Hasil Analisis Multivariat
terjadi hubungan yang signifikan jika nilai p<0,05. Variabel yang mempunyai
penggunaan kasa pada ventilasi rumah. Variabel yang akan dimasukkan ke dalam
analisis regresi logistik berganda adalah variabel yang pada analisis bivariat
tersebut dapat diartikan bahwa 34,1% kejadian malaria dipengaruhi oleh jenis
52
Hosmer and Lameshow tes dalam Tabel 4.11 digunakan untuk menguji
kesesuaian (goodness of fit) atau dengan kata lain untuk menguji apakah model
yang digunakan sudah sesuai dengan data empiris atau tidak. Hipotesis nol pada
pengujian ini adalah “model telah cukup menjelaskan data (fit)” dengan kriteria
uji tolak hipotesis nol jika nilai probabiltas lebih kecil atau sama dengan taraf
nilai Chi Square sebesar 3,766 dengan nilai probabilitas sebesar 0,712 dengan
Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko 1,35 kali untuk menderita malaria
bekerja memiliki resiko 1,33 kali untuk menderita malaria dibandingkan dengan
mereka yang tidak bekerja. Masyarakat di pedesaan memiliki resiko 1,43 kali
obat nyamuk. Orang yang tidak menggunakan kasa pada ventilasi rumah memiliki
53
4.5 Pembahasan
dihitung mulai dilahirkan sampai saat ulang tahun terakhir atau usia ataupun
Kabupaten Nias Barat sebanyak 16.6%. Proporsi ini lebih tinggi dibandingkan
proporsi usia < 24 tahun dengan kejadian malaria di Wilayah kerja Puskesmas
Pulau Hinako Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat sebanyak 13.7%. Hasil
uji chi square didapatkan nilai p-value 0,185 (> 0,05), artinya tidak ada hubungan
yang signifikan antara usia dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Wibowo (2017)
yang mengatakan bahwa orang yang paling berisiko terinfeksi malaria adalah
anak balita, anak sekolah, wanita hamil, serta penduduk non-imun yang
mengunjungi daerah endemis malaria karena daya tahan tubuh mereka lemah
serta belum memiliki kekebalan terhadap parasit malaria, malaria lebih potensial
terjadi pada usia 0-19 tahun. Usia seseorang berhubungan dengan kejadian
malaria, dimana usia merupakan faktor risiko kejadian malaria, usia remaja
berisko 2 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan usia dewasa (Wibowo,
2017a).
54
Demikian juga hasil penelitian Alim, dkk (2020) menunjukkan bahwa
anak-anak lebih rentan dibanding orang dewasa terhadap infeksi parasit malaria
karena daya tahan tubuhnya lebih lemah dari pada orang dewasa. Usia merupakan
faktor risiko kejadian malaria, hal ini berhubungan dengan mobilitas yang tinggi
dari penderita usia tersebut yang merupakan usia sekolah yang aktifitasnya lebih
banyak diluar rumah, sehingga sangat rentan menderita penyakit malaria sebab
malaria lebih banyak menyerang kepada mereka yang banyak aktifitas di luar
rumah dan usia produktif juga merupakan penderita malaria karena jumlah
penderita kelompok usia produktif yang aktitas diluar rumah juga tinggi.
Menurut Ruliansyah dan Pradani (2020) jenis kelamin menjadi salah satu
dengan kebiasaan keluar rumah dan bekerja. Laki-laki lebih banyak terkena
malaria disebabkan karena sering keluar pada malam hari dan juga bekerja
dihutan. Keadaan demikian dapat terjadi karena secara teori kejadian malaria
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko (Ruliansyah dan Pradani, 2020). Faktor
risiko individual yang berperan terjadinya infeksi malaria yaitu usia, jenis
kelamin, genetik, kehamilan, status gizi, aktivitas keluar rumah pada malam hari
Sirombu Kabupaten Nias Barat sebanyak 16.6%, presentase ini lebih tinggi
55
dibandingkan proporsi jenis kelamin perempuan dengan kejadian malaria di
Barat sebanyak 13.7%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value 0,001 (<α
0,05%), artinya ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
kelamin laki-laki berisiko 1,298 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan Njim dkk, (2018) yang menyatakan
bahwa ada hubungan signifikan jenis kelamin dengan kejadian malaria, laki-laki
Jenkins dkk, (2015) menyatakan bahwa laki-laki berisiko 1.5 kali lebih besar
rumah dan bekerja pada malam hari, sehingga lebih mudah kontak dengan
nyamuk dan lebih mudah terkena malaria. Laki-laki cenderung lebih banyak
memiliki aktivitas pada malam hari seperti memancing, ronda, main kartu
menginap di ladang atau di barak nelayan sehingga laki-laki lebih berisiko terkena
pada laki-laki, hal tersebut dikarenakan terjadi penurunan respon imun hurmoral
56
dan selular terhadap infeksi (Kharisma dkk, 2019). Berdasarkan teori Gunawan
(2020) bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan
laki-laki.
sehingga menderita penyakit malaria, hal ini disebabkan laki-laki lebih banyak
sehingga lebih mudah kontak dengan malaria dan mobilitas laki-laki diluar rumah
menggunakan baju yang tertutup (celana panjang, baju lengan panjang) dan
menggunakan repelen ketika keluar rumah dan bekerja, sebaiknya untuk laki-laki
yang tidak bekerja pada malam hari lebih baik berdiam diri dirumah saja dan
tidur.
Sirombu Kabupaten Nias Barat sebanyak 22,8%. Proporsi ini lebih tinggi
57
dengan kejadian malaria sebanyak 7,5%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-
value 0,308 (> 0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Talombo, dkk
dengan kejadian malaria, pendidikan rendah berisiko 6,11 kali lebih besar terkena
pendidikan seseorang maka akan semakin rendah pula pola pemikirannya dalam
Perpindahan penduduk suatu dari daerah tidak endemis malaria dan kedaerah
endemis malaria hingga kini masih menimbulkan masalah hal ini terjadi karena
pekerja yang datang dari daerah yang lain belum mempunyai kekebalan sehingga
58
Sirombu Kabupaten Nias Barat sebanyak 19.0%, presentase ini lebih tinggi
11.3%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value <0,001 (<0,05), artinya ada
hubungan yang signifikan antara orang yang bekerja dengan kejadian malaria.
Berdasarkan uji statistik tersebut diperoleh responden yang bekerja berisiko 1,195
kali lebih besar terkena malaria dibandingkan responden yang tidak bekerja (95%
CI =1,150-1,241).
bahwa ada hubungan pekerjaan dengan kejadian malaria, responden yang bekerja
dilakukan diluar rumah (nelayan, petani) berisiko 3 kali lebih besar terkena
swaswa, wiraswasta, petani, nelayan dan buruh lebih banyak menderita malaria
Pekerjaan yang tidak menetap atau mobilitas yang tinggi berisiko lebih
dalam jangka waktu yang lama sampai bertahun-tahun, misalnya petugas medis,
buruh perkebunan yang datang dari daerah yang non-endemis ke daerah yang
tersebut sehingga berisiko besar untuk menderita malaria. Begitu pula pekerja-
59
pekerja yang didatangkan dari daerah lain akan berisiko menderita malaria (Dimi
dkk, 2020).
pada malam hari, pekerjaan petani dan berkebun merupakan pekerjaan keluar
rumah yang dilakukan pada malam hari sehingga memudahkan kontak dengan
celana dan baju lengan panjang dapat menutupi seluruh anggota badan agar
terhindar dari gigitan nyamuk (Darmiah dkk, 2019). Berdasarakan teori bahwa
terkena malaria, hal tersebut dikarenakan pekerjaan ini bila berada diwilayah
endemis malaria mempunyai peluang yang besar dengan kontak gigitan nyamuk
yang berisiko terkena malaria yang dilakukan hingga malam hari maupun pada
saat keluar rumah memakai pakaian pelindung badan (baju lengan panjang celana
60
4.5.5 Hubungan Tempat Tinggal dengan Kejadian Malaria
besar berada di tengah lautan dengan tingkat ketinggian, angin, kelembaban udara
menjadi faktor risiko kejadian malaria (Nurlaily, 2019). Banyaknya daerah yang
memiliki air tergenang terutama di tepi pantai yang mendukung adanya tempat
dan penyebaran vektor malaria melalui nyamuk Anopheles (Irawan dkk, 2014).
Sirombu Kabupaten Nias Barat sebanyak 21.7%, presentase ini lebih tinggi
Barat sebanyak 8,6%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value <0,001
(<0,05), artinya ada hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dengan
tinggal diwilayah perdesaan berisiko 1,095 kali lebih besar terkena malaria
1,140).
bahwa ada hubungan wilayah tempat tinggal dengan kejadian malaria, wilayah
61
Masyarakat yang tinggal di daerah rural (perdesaan) mempunyai risiko 1,43 kali
lingkungan biologi dan fisik yang buruk dimana memungkinkan nyamuk untuk
yang masih banyak semak belukar, kebun, kolam/danau, irigasi, sawah dan
pepohonan besar yang rimbun menjadi habitat utama nyamuk Anopheles sebagai
digenangan air dan tempat dengan kelembaban udara yang tinggi serta suhu yang
lambat atau sungai di hutan yang sejuk seperti embung, bekas tapak sapi/kerbau,
tambak udang yang tidak terpakai lagi, laguna, kubangan kerbau, sawah, selokan,
parit sawah dan saluran irigasi hal tersebut bahwa perairan merupakan habitat
perkembangbiakan nyamuk Anopheles termasuk jenis air tawar dan air payau
(Mading, 2019).
62
Tingginya kepadatan larva pada suatu daerah dapat menyebabkan
kepadatan nyamuk yang tinggi pula, kepadatan nyamuk yang tinggi meningkatkan
tinggi tingkat kepadatan nyamuk maka risiko penularan akan semakin tinggi
wilayah perdesaan terdiri dari rawa, genangan air payau dan tambak-tambak ikan,
persawahan, hutan dan perkebunan yang tidak terurus, sehingga wilayah tempat
perkotaan yang wilayahnya tidak terdapat rawa, genangan air payau dan tambak-
panjang, baju lengan panjang) dan menggunakan repelen ketika keluar rumah dan
pada malam hari, menggunakan obat nyamuk bakar, memasang kawat kassa pada
63
4.5.6 Hubungan Penggunaan Kelambu dengan Kejadian Malaria
oleh karena itu perluasan cakupan pemakaian kelambu secara sempurna perlu
hari ini yaitu untuk mengurangi kontak antara manusia dengan nyamuk (Munif
Penggunaan kelambu pada saat tidur malam hari dapat mengurangi risiko
kontak antara manusia dengan vektor nyamuk. Penggunaan kelambu pada saat
tidur merupakan upaya yang efektif untuk mencegah dan menghindari kontak
antara nyamuk anopheles dengan orang sehat disaat tidur malam hari (Nur
dkk, 2020). Kelambu yang tidak rusak atau tidak berlubang dapat menahan atau
anti nyamuk, maka perlu adanya pencegahan kejadian malaria terutama didaerah
Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat sebanyak 23.8%, presentase ini lebih
64
Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value 0,001(<0,05), artinya ada hubungan
1,118).
Sejalan dengan penelitian Lubis dkk, (2021) yang menyatakan bahwa ada
berisiko 2,8 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan dengan orang yang
besar dibandingkan dengan menggunakan kelambu (Arief dkk, 2020). Orang yang
tidur tidak menggunakan kelambu berisiko 16,6 kali lebih besar terkena malaria
kontak manusia dengan nyamuk agar dapat mecegah terjadinya malaria (Harpenas
dkk, 2016). Penggunaan kelambu pada saat tidur untuk mengantisipasi masuknya
2016). Kebiasaan nyamuk Anopheles untuk mencari darah adalah pada malam
hari, dengan demikian jika saat tidur malam hari menggunakan kelambu dapat
Anopheles spp., sedangkan pada pukul 03.00 sampai pukul 06.00 pagi merupakan
65
puncak aktifitas nyamuk Anopheles spp. untuk menghisap darah (Kabbale dkk,
2018).
mempunyai kebiasaan tidur tidak menggunakan kelambu pada malam hari akan
sebagai tindakan pencegahan malaria. Sebaiknya jika berada didalam rumah dan
Salah satu faktor perilaku meliputi kebiasaan keluar rumah pada malam
nyamuk dan kebiasaan membuka pintu dan jendela pada malam hari, hal
nyamuk malaria salah satunya adalah dengan menggunakan obat anti nyamuk
karena obat anti nyamuk ini mengandung zat kimia sintetik (allterin,
Obat nyamuk bakar (Fumigan) salah satu jenis obat anti nyamuk yang
paling banyak digunakan dimasyarakat yaitu obat nyamuk bakar. Fumigan dari
66
obat nyamuk bakar ini dapat bersifat membunuh nyamuk yang sedang terbang
atau hinggap didinding dalam rumah atau mengusirnya pergi untuk tidak
nyamuk bakar, oles, dan semprot juga merupakan upaya untuk mengurangi
13.5%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value 0,001 (<0,05), artinya ada
hubungan kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk pada saat tidur terhadap
kejadian malaria, orang yang tidur tidak menggunakan obat anti nyamuk
berisiko 6,245 kali lebih besar terkena malaria dibanding orang yang
menggunakan obat anti nyamuk. Tidak menggunakan obat nyamuk bakar, oles
67
dan lainnya memiliki peluang 2,3 kali terkena malaria (Trapsilowati dkk,
2016). Tidak menggunakan obat nyamuk berisiko 3,36 kali lebih besar terkena
(Aerosol), obat nyamuk listrik (Electrik) dan zat penolak nyamuk (Repellent)
malaria. Sebaiknya jika berada didalam rumah dan pada saat tidur
nyamuk.
Kejadian Malaria
68
Rumah dengan kondisi ventilasi tidak terpasang kasa nyamuk, akan memudahkan
nyamuk untuk masuk ke dalam rumah untuk menggigit manusia dan beristirahat.
kontak nyamuk yang berada diluar rumah dengan penghuni rumah, dimana
6.0%. Hasil uji chi square didapatkan nilai p-value 0,001 (< 0,05), artinya ada
hubungan yang signifikan antara penggunaan kasa nyamuk pada ventilasi rumah
hubungan kawat kassa pada ventilasi rumah dengan kejadian malaria. Terdapat
hubungan kawat kassa pada ventilasi rumah dengan kejadian malaria (Lubis dkk,
2021).
69
Lingkungan dalam rumah yang memegang peranan penting dalam
pakaian tergantung (Irawati dkk, 2017). Tidak adanya kasa nyamuk pada ventilasi
rumah, akan memudahkan nyamuk Anopheles spp masuk ke dalam rumah pada
malam hari. Hal ini tentunya akan memudahkan terjadinya kontak antara
risiko terjadinya penularan malaria yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah
Penggunaan kawat kasa dapat mencegah nyamuk masuk pada saat malam
hari dimana nyamuk Anopheles aktif menggigit (Lubis dkk, 2021). Pemakaian
kawat kasa yang tidak menyeluruh mengakibatkan nyamuk dapat masuk kedalam
rumah dan meningkatkan kontak antara nyamuk dan manusia (Mustafa dkk, 2018;
terjadinya malaria, hal tersebut disebabkan karena rumah yang tidak terpasang
kawat kasa pada ventilasi rumah akan memudahkan nyamuk untuk masuk
kedalam rumah dan kontak dengan nyamuk Anopheles yang akan mengingit kulit
rumah.
70
BAB V
5.1. Kesimpulan
71
Kecamatan Sirombu Kabupaten Nias Barat.
9. Variabel yang paling dominan faktor risiko kejadian malaria di wilayah kerja
5.2 Saran
kejadian malaria.
celana panjang) dan menggunakan repelen/lotion anti nyamuk pada saat pergi
72
elektrik/dan penggunaan kasa nyamuk pada ventilasi rumah pada masyarakat
saat bekerja.
ketika didalam rumah dan pada saat tidur untuk mengurangi risiko gigitan
73
rumah tangga, serta membersihkan vegetasi/semak-semak disekitar rumah
malaria yang belum diteliti seperti faktor risiko lingkungan (lingkungan dalam
rumah maupun lingkungan luar rumah) dan juga faktor risiko perilaku
masyarakat.
terbaru.
74
DAFTAR PUSTAKA
Alim, A., Adam, A., & Dimi, B. (2020). Prevalensi Malaria Berdasarkan
Karakteristik Sosio Demografi. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 19(01), 4–9.
https://doi.org/10.33221/jikes.v19i01.399
Arief Muh, N., Arif, M. I., & Erlani. (2020a). Faktor Yang Berhubungan
DenganKejadian Malaria (Studi Literatur) Factors Related To The Event
Of Malaria Disease (Study Of Literature). Jurnal Sulolipu : Media
Komunikasi SivitasAkademika Dan Masyarakat, 20(2), 206–
211.https://doi.org/https://doi.org/10.32382/sulolipu.v2i20.1859
Astin, N., Alim, A., & Zainuddin, Z. (2020). Studi Kualitatif Perilaku Masyarakat
dalam Pencegahan Malaria di Manokwari Barat, Papua Barat, Indonesia.
Jurnal PROMKES, 8(2), 132. https://doi.org/10.20473/jpk.v8.i2.2020.132-
145
Darmiah,D.,Baserani,B.,Khair,A.,Isnawati,I.,&Suryatinah,Y.(2019). Hubungan
tingkat pengetahuan dan pola perilaku dengan kejadian malaria di
Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah. Journal of Health
Epidemiology and Communicable Diseases, 3(2),36–
41.https://doi.org/10.22435/jhecds.v3i2.1793
Dimi, B., Adam, A., & Alim, A. (2020). Prevalensi Malaria Berdasarkan Sosio
Demografi. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 19(1),4–
9.https://doi.org/10.33221/jikes.v19i01.399
Engka, W., Rezal, F., & Afa, J. (2017). Studi Tentang Peran Serta Masyarakat
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Malaria Di Puskesmas Rumbia
Tengah Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
40
Unsyiah,2(5),1–8.http://dx.doi.org/10.37887/jimkesmas.v2i5.1932
Habyarimana, F., & Ramroop, S. (2020). Prevalence and risk factors associated
with malaria among children aged six months to 14 years old in rwanda:
Evidence from 2017 rwanda malaria indicator survey. International
Journal of Environmental Research and Public Health,17(21),1–
13.https://doi.org/10.3390/ijerph17217975
Haqi, N. Z., & Astuti, F. D. (2016). Hubungan antara Faktor Lingkungan dan
Perilaku dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sanggeng
Kabupaten Manokwari Papua Barat. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan,12(2),202–212. https://doi.org/10.24853/jkk.12.2.202-213
Harijanto, P.N., 2019, Malaria dari Molekuler ke Klinis, (Edisi 2), 85-88,
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Ilyas, H., & Serly. (2021). Gambaran Kejadian Malaria Pada Ibu Hamil di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Boven Di goel Papua. An Idea Health
Journal, 1(01), 6–15.
Irawan, A. S., Pujiyanti, A., & Trapsilowati, W. (2014). Pengetahuan dan Perilaku
41
Komunitas Mengenai Malaria di Daerah Kejadian Luar Biasa Malaria
Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen: Perspektif Ethnosains
(Community Knowledge and Attitude on Malaria in Outbreak Area
Rowokele Subdistrict, Kebumen Regency: an. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 17(4), 363–
370.https://doi.org/10.22435/bpsk.v17i4%20Okt.4104
Irawati, Ishak, H., & Arsin Arsunan. (2017). Karakteristik Lingkungan Penderita
Malaria di Kabupaten Bulukumba Environmental Characteristics of
Malaria Patientsin Bulukumba. Afiasi: Jurnal Kesehatan Masyarakat,
2(3),73–77.
Jenkins,R.,Omollo,R.,Ongecha,M.,Sifuna,P.,Othieno,C.,Ongeri,L.,Kingora, J.,
&Ogutu, B. (2015).Prevalenceof malariaparasites in adultsand its
determinants in malaria endemic area of Kisumu County, Kenya. Malaria
Journal,14(1),1–6.https://doi.org/10.1186/s12936-015-0781-5
42
Khariri, F. M. (2019). Proporsi spesies parasit yang menjadi penyebab infeksi
malaria di Indonesia berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
The proportion of parasite species that are the cause of malaria infection in
Indonesia base on. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON, 5(1), 38–41.
https://doi.org/10.13057/psnmbi/m050108
Kharisma, P. L., Muhyi, A., & Rachmi, E. (2019). Hubungan Status Gizi,
Umur,Jenis Kelamin dengan Derajat Infeksi Dengue pada Anak di RSUD
AbdulWahab Sjahranie Samarinda. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 2(2),
122–128.https://doi.org/10.25026/jsk.v3i3.288
Lario, J., Bidjuni, H., & Onibala, F. (2016). Hubungan Karakteristik Dan Perilaku
Masyarakat Dengan Kejadian Malaria Di Rumah Sakit Sinar Kasih
Tentena Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Keperawatan
(e-KP),4(1).
Lubis, R., Sinaga, B. J., & Mutiara, E. (2021). Pengaruh Pemakaian Kelambu,
Kawat Kasa dan Kondisi Geodemografis Terhadap Kejadian Malaria di
Kabupaten Batu Bara. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 20(1),
53–58.https://doi.org/10.14710/jkli.20.1.53-58
Lumolo, F., Pinontoan, O. R., & Rattu, J. M. (2015). Analisis Hubungan Antara
Faktor Perilaku Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mayumba Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal E-Biomedik, 3(3), 856–871.
https://doi.org/10.35790/ebm.3.3.2015.10322
Mayasari, R., Andriayani, D., & Sitorus, H. (2016). Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Indonesia (Analisis Lanjut
Riskesdas 2013). Buletin Penelitian Kesehatan, 44(1), 13–24.
https://doi.org/10.22435/bpk.v44i1.4945.13-24
Melisah, & Nuryani, D. D. (2016). Hubungan Kebiasaan Keluar Pada Malam Hari
dan Memakai Obat Nyamuk Dengan Kejadian Malaria di Desa Lempasing
Kecamatan Teluk pandan kabupaten pesawaran 2015. Jurnal Dunia
Kesmas, 5(2), 91–94. https://doi.org/doi.org/10.33024/jdk.v5i2.462
43
Milner, D. A. (2018). Malaria pathogenesis. Cold Spring Harbor Perspectives in
Medicine, 8(1), 1–11. https://doi.org/10.1101/cshperspect.a025569
Najera, & Zaim. (2023). Malaria Vector Control. Decisison making criteria and
procedures for judicioususe ofinsecticides. WHOPES.
Njim, T., Dondorp, A., Mukaka, M., & Ohuma, E. O. (2018). Identifying
riskfactors for the development of sepsis during adult severe malaria.
Malaria Journal,17(1), 1–10.https://doi.org/10.1186/s12936-018-2430-2
44
Resi, E. M., Widyaningrum, B., Poltekkes, S., & Kupang, K. (2017). Karakteristik
Individu dan Perilaku Penderita Malaria Di Kelurahan Oesapa Kecamatan
Kelapa Lima Kota Kupang Individual Characteristics and Behavior of
Malaria Patients in Oesapa Village, Kelapa Lima Subdistrict, Kupang
City. Semnaskesling.Poltekeskupang.237–242.
Ruliansyah, A., Ridwan, W., & Kusnandar, A. J. (2019). Pemetaan Habitat Jentik
Nyamuk Di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.
Jurnal Vektor Penyakit,13(2),115–124.
Santy, S., Fitriangga, A., & Natalia, D. (2019). Hubungan Faktor Individu dan
Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Sungai Ayak 3 Kecamatan
Belitang Hilir, Kabupaten Sekadau. EJournal Kedokteran Indonesia,
2(1),21–28.https://doi.org/10.23886/ejki.2.3186.
Siddiqui, A. J., Adnan, M., Jahan, S., Redman, W., Saeed, M., & Patel, M.
(2020). Neurological disorder and psychosocial aspects of cerebral
malaria: what is new on its pathogenesis and complications? A
minireview. Folia Parasitologica, 67(015).
https://doi.org/10.14411/fp.2020.015
Suyono,R.,Salmun,J.A.R.,&Ndoen,H.I.(2021).MediaKesehatanMasyarakat
MALARIA Malaria di Kecamatan Waigete Kabupaten SikkaMedia
Kesehatan Masyarakat. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 3(1),1–
11.https://doi.org/10.35508/mkm.v3i1.3146
Talombo, U. B. M. G., Ardi, M. M., & Lintin, G. (2018). Analisis Faktor Risiko
Utama Terhadap Kejadian Malaria Di Wilayah Puskesmas Kampung Baru
Luwuk Tahun 2013-2015. Jurnal Ilmiah Kedokteran, 5(2), 1–13.
Trapsilowati, W., Pujiyanti, A., & Negari, K. S. (2016). Faktor Risiko Perilaku
dan Lingkungan dalam Penularan Malaria di Pulau Sebatik, Kabupaten
Nunukan, Kalimantan Timur. Balaba: Jurnal Litbang Pengendalian
Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 12(2), 99–110.
https://doi.org/10.22435/blb.v12i2.4789.99-110
Wardani, D. W. S. R., & Arifah, N. (2016). Hubungan antara faktor individu dan
faktor lingkungan dengan kejadian malaria. Jurnal Majority, 5(1), 86–91.
WHO. (2015). World Malaria Report 2015. Ganeva: World Health Organization.
WHO. (2017). World malaria report 2017. Ganeva: World Health Organization.
WHO. (2018). WHO | The World malaria report 2018. Ganeva: World Health
Organization.
WHO. (2019). World malaria report 2019. Ganeva: World Health Organization.
46
KUISIONER INDIVIDU RISKESDAS 2018
VIII. PENGENALAN TEMPAT
Prov
Kab/Kota
Kec
Desa/kel
Klasifikasi Desa/Kelurahan 1. Perkotaan 2. Perdesaan
A. PENYAKIT MENULAR
MALARIA [ART SEMUA USIA]
A17 Apakah [NAMA] dinyatakan positif menderita malaria setelah pemeriksaan tersebut oleh tenaga kesehatan 1. Ya
(dokter/perawat/bidan)? 2. Tidak
G. PERILAKU
PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT GIGITAN NYAMUK [ART SEMUA USIA]
G01 Apa yang [NAMA] lakukan untuk menghindari gigitan nyamuk? (ISIKAN KODE JAWABAN: 1. YA ATAU 2. TIDAK)
a. Tidur menggunakan kelambu
b. Menggunakan repelen/bahan-bahan pencegah gigitan nyamuk
47
VII. KESEHATAN LINGKUNGAN
4 Apa yang biasa [RUMAH TANGGA] lakukan selama ini untuk mencegah penularan penyakit akibat gigitan nyamuk?
(ISIKAN KODE JAWABAN:1. YA ATAU 2. TIDAK)
a. Memakai obat nyamuk (semprot/bakar/elektrik)
b. Ventilasi rumah dipasang kasa nyamuk
IV.KETERANGAN ANGGOTA KELUARGA
MASTER DATA
1. Analisis Univariat
Usia
Cumulative
Frequency Percent ValidPercent Percent
Valid <24 tahun 41 44,6 44,6 44,6
>24 tahun 50 55,4 55,4 100,0
Total 91 100,0 100,0
JenisKelamin
Cumulative
Frequency Percent ValidPercent Percent
Valid Laki-laki 44 48,1 48,1 48,1
Perempuan 47 51,9 51,9 100,0
Total 91 100,0 100,0
Pendidikan tertinggi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 68 74,7 74,7 74,7
Tinggi 23 25,3 25,3 100,0
Total 91 100,0 100,0
Status Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent ValidPercent Percent
Valid Bekerja 53 58,4 58,4 58,4
Tidak bekerja 38 41,6 41,6 100,0
Total 91 100,0 100,0
WilayahTempatTinggal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perdesaan 63 69,6 69,6 69,6
Perkotaan 28 30,4 30,4 100,0
Total 91 100,0 100,0
Penggunaan Kelambu
2. Analisis Bivariat
Usia
Usia * Apakah [NAMA] dinyatakan positif menderita malaria setelah
pemeriksaan tersebut oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan)?
Crosstabulation
Apakah [NAMA] dinyatakan positif
menderita malaria setelah
pemeriksaan tersebut oleh tenaga
kesehatan (dokter/perawat/
bidan)?
Ya Tidak Total
Usia <24 tahun Count 12 28 41
%of Total 13,7% 30,9% 44,6%
>24 tahun Count 15 35 50
%of Total 16,6% 38,8% 55,4%
Total Count 29 63 91
%of Total 30,3% 69,7% 100,0%
Chi-SquareTests
Asymp.Sig. ExactSig. ExactSig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
PearsonChi-Square 1,756a 1 ,185
ContinuityCorrectionb 1,720 1 ,190
LikelihoodRatio 1,755 1 ,185
Fisher'sExactTest ,189 ,095
Linear-by-LinearAssociation 1,755 1 ,185
NofValidCases 26657
a. 0cells (0,0%) haveexpectedcountlessthan5.Theminimumexpectedcountis3601,59.
b. Computedonlyfora2x2table
RiskEstimate
95%ConfidenceInterval
Value Lower Upper
Odds Ratiofo rUsia (<24
tahun />24tahun) ,036 ,983 1,092
For cohort Apakah [NAMA]
dinyatakan positif menderita
malaria setelah
,025 ,988 1,063
pemeriksaan tersebut oleh
tenaga Kesehatan (dokter/
perawat/bidan)? = Ya
For cohort Apakah [NAMA]
dinyatakan positif menderita
malaria setelah
,989 ,974 1,005
pemeriksaan tersebut oleh
tenaga Kesehatan (dokter/
perawat/bidan)? = Tidak
NofValidCases 26657
Jenis Kelamin
Risk Estimate
95%Confidence Interval
Value Lower Upper
OddsRatioforJenis Kelamin (Laki-laki
/Perempuan) 1,454 1,379 1,532
For cohort Apakah [NAMA] dinyatakan
positif menderita malaria setelah
pemeriksaan tersebut oleh tenaga 1,298 1,251 1,346
kesehatan (dokter/perawat/bidan)? =
Ya
For cohort Apakah [NAMA] dinyatakan
positif menderita malaria setelah
pemeriksaan tersebut oleh tenaga ,893 ,878 ,907
kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
=Tidak
NofValidCases 26657
Pendidikan
Pendidikan tertinggi * Apakah [NAMA] dinyatakan positif menderita malaria
setelah pemeriksaan tersebut oleh tenaga Kesehatan (dokter/perawat/bidan)?
Crosstabulation
Apakah [NAMA] dinyatakan positif
menderita malaria setelah
pemeriksaan tersebut oleh tenaga
kesehatan (dokter/
perawat/bidan)?
Ya Tidak Total
Pendidikan tertinggi Rendah Count 21 47 68
%of Total 22,8% 52,0% 74,7%
Tinggi Count 7 16 23
%of Total 7,5% 17,7% 25,3%
Total Count 28 63 91
%of Total 30,3% 69,7% 100,0%
Chi-SquareTests
Risk Estimate
95%Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pendidikan tertinggi
,032 ,971 1,096
(Rendah/ Tinggi)
For cohort Apakah [NAMA] dinyatakan
positif menderita malaria setelah
pemeriksaan tersebut oleh tenaga ,022 ,980 1,066
kesehatan (dokter/ perawat/ bidan)?
=Ya
NofValidCases 26657
Pekerjaan
Status Pekerjaan * Apakah [NAMA] dinyatakan positif menderita malaria
setelah pemeriksaan tersebut oleh tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan)? Crosstabulation
Apakah [NAMA] dinyatakan
positif menderita malaria setelah
pemeriksaan tersebut oleh
tenaga kesehatan
(dokter/perawat/bidan)?
Ya Tidak Total
Status Pekerjaan Bekerja Count 18 36 53
%of Total 19,0% 39,4% 58,4%
Tidak bekerja Count 10 27 38
%of Total 11,3% 30,3% 41,6%
Total Count 28 63 91
%of Total 30,3% 69,7% 100,0%
Chi-SquareTests
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Chi-SquareTests
Risk Estimate
95%ConfidenceInterval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Wilayah Tempat Tinggal
(Perdesaan /Perkotaan) 1,137 1,074 1,205
Chi-SquareTests
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Penggunaan Kelambu
(Tidak/Ya) 1,100 1,033 1,172
For cohort Apakah [NAMA] dinyatakan
positif menderita malaria setelah
pemeriksaan tersebut oleh tenaga 1,069 1,022 1,118
kesehatan (dokter/perawat/bidan)? =
Ya
For cohort Apakah [NAMA] dinyatakan
positif menderita malaria setelah
pemeriksaan tersebut oleh tenaga ,972 ,954 ,990
kesehatan (dokter/perawat/bidan)? =
Tidak
NofValidCases 26657
Obat Nyamuk
Penggunaan Obat Nyamuk Bakar/semprot/elektrik * Apakah [NAMA]
dinyatakan positif menderita malaria setelah pemeriksaan tersebut oleh
tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan)? Crosstabulation
Apakah [NAMA] dinyatakan positif
menderita malaria setelah
pemeriksaan tersebut oleh tenaga
kesehatan (dokter/
perawat/bidan)?
Ya Tidak Total
Penggunaan Obat Nyamuk Tidak Count 15 33 48
Bakar/semprot/elektrik %ofTotal 16,8% 35,9% 52,7%
Ya Count 13 30 43
%of Total 13,5% 33,8% 47,3%
Total Count 28 63 91
%of Total 30,3% 69,7% 100,0%
Chi-SquareTests
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Penggunaan
ObatNyamuk Bakar/semprot/elektrik
1,175 1,115 1,238
(Tidak /Ya)
NofValidCases 26657
Chi-SquareTests
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Penggunaan Kasa
Nyamuk Pada Ventilasi Rumah (Tidak/ 1,676 ,632 ,724
Ya)
For cohort Apakah [NAMA] dinyatakan
positif menderita malaria setelah
pemeriksaan tersebut oleh tenaga
1,770 ,737 ,804
kesehatan (dokter/perawat/bidan)? = Ya
NofValidCases 26657
2. Analisis Multivariat
HosmerandLemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 2,037 7 ,958
2 6,580 7 ,474
3 3,669 6 ,721
ContingencyTableforHosmerandLemeshowTest
Kejadian malaria2=tidak malaria Kejadian malaria2=malaria
Observed Expected Observed Expected Total
Step1 1 10 9,697 1 1,303 11
2 9 8,136 2 2,864 11
3 9 9,087 5 4,913 14
4 9 9,504 6 5,496 15
5 5 6,169 6 4,831 11
6 8 8,858 15 14,142 23
7 4 4,266 8 7,734 12
8 2 1,467 3 3,533 5
9 4 2,817 14 15,183 18
Step2 1 12 10,987 1 2,013 13
2 4 3,627 1 1,373 5
3 10 10,669 6 5,331 16
4 10 9,496 5 5,504 15
5 3 5,211 6 3,789 9
6 9 9,693 15 14,307 24
7 6 4,381 5 6,619 11
8 1 2,554 7 5,446 8
9 5 3,380 14 15,620 19
Step3 1 12 11,024 1 1,976 13
2 4 3,377 1 1,623 5
3 10 11,086 7 5,914 17
4 12 11,553 7 7,447 19
5 3 4,816 6 4,184 9
6 9 9,523 15 14,477 24
7 5 5,183 9 8,817 14
8 5 3,439 14 15,561 19
Classification Tablea
Predicted
Kejadian malaria Percentage Correct
Observed Tidak terjadi terjadi
Step1 Tidak kejadian 41 19 68,3
malaria
kejadian malaria 18 42 70,0
Overall Percentage 69,2
Step2 Status kejadian Tidak kejadian 39 21 65,0
malaria2 malaria
kejadian malaria 17 43 71,7
Overall Percentage 68,3
Step3 Status kejadian Tidak kejadian 41 19 68,3
malaria2 malaria
kejadian malaria 19 41 68,3
Overall Percentage 68,3
a. Thecutvalueis,50
Variablesin theEquation
95%C.I.forEXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step1a Jenis kelamin (1)
-1,016 ,429 5,599 1 ,018 ,362 ,156 ,840
Status 1,171 ,438 7,143 1 ,008 3,224 1,366 7,607
pekerjaan (1)
Tempat tinggal 1,083 ,445 5,924 1 ,015 2,953 1,235 7,061
(1)
Pemakaian
kelambu -1,601 1,015 2,486 1 ,115 ,202 ,028 1,476
(1)
Pemakaian obat 1,276 ,755 2,856 1 ,091 3,584 ,816 15,749
nyamuk (1)
Pemakaian kasa
ventilasi rumah -1,665 ,716 5,405 1 ,020 ,189 ,046 ,770
(1)
Constant -,615 ,420 2,140 1 ,144 ,541
Step2a Jenis kelamin
(1) -1,083 ,424 6,520 1 ,011 ,339 ,147 ,777
Status 1,104 ,428 6,652 1 ,010 3,017 1,304 6,982
pekerjaan (1)
Pemakaian ,926 ,429 4,656 1 ,031 2,526 1,089 5,859
kelambu (1)
Pemakaian kasa ,955 ,717 1,777 1 ,183 2,600 ,638 10,593
ventilasi rumah
(1)
Constant -,537 ,412 1,696 1 ,193 ,584
Step3a Status pekerjaan
-1,047 ,420 6,209 1 ,013 ,351 ,154 ,800
(1)
Pemakaian 1,091 ,423 6,652 1 ,010 2,977 1,299 6,819
kelambu (1)
Pemakaian kasa ,851 ,421 4,080 1 ,043 2,341 1,026 5,345
ventilasi rumah
(1)
Constant -,432 ,399 1,169 1 ,280 ,649
Modelif Term Removed
ModelLog Changein-2Log Sig.ofthe
Variable Likelihood Likelihood df Change
Step1 Jenis kelamin -73,312 5,826 1 ,016
Status pekerjaan -74,227 7,657 1 ,006
Tempat tinggal -73,499 6,201 1 ,013
Pemakaian kelambu -71,745 2,692 1 ,101
Pemakaian obat -71,891 2,985 1 ,084
nyamuk
Pemakaian kasa -73,549 6,302 1 ,012
ventilasi rumah
Step2 Jenis kelamin -75,172 6,854 1 ,009
Status pekerjaan -75,271 7,052 1 ,008
Pemakaian kelambu -74,154 4,818 1 ,028
Pemakaian obat -72,664 1,838 1 ,175
nyamuk
Pemakaian kasa -74,306 5,123 1 ,024
ventilasi rumah
Step3 Status pekerjaan -75,918 6,508 1 ,011
Pemakaian kelambu -76,179 7,030 1 ,008
Pemakaian kasa -74,545 3,762 1 ,052
ventilasi rumah