Perwali SMG 21 - 2023

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 118

WALI KOTA SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN WALI KOTA SEMARANG


NOMOR 21 TAHUN 2023

TENTANG

SISTEM DAN PROSEDUR PENATAUSAHAAN


DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG,

Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Menteri


Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu menetapkan
Peraturan Walikota tentang Penatausahaan Keuangan
Daerah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan untuk tertib administrasi pengelolaan
keuangan daerah, perlu menetapkan Peraturan Walikota
tentang Sistem Dan Prosedur Penatausahaan Keuangan
Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 20l5 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
1781);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR


PENATAUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kota Semarang.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Wali Kota sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
4. Wali Kota adalah Wali Kota Semarang.
5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban
Daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah yang dapat dinilai dengan uang serta segala
bentuk kekayaan yang dapat dijadikan milik Daerah
berhubung dengan hak dan kewajiban Daerah tersebut.
6. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungiawaban, dan pengawasan keuangan daerah.
7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan
tahunan Daerah yang ditetapkan dengan peraturan
daerah.
8. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas
Daerah.
9. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas
Daerah.
10. Pendapatan Daerah adalah semua hak Daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam
periode tahun anggaran berkenaan.
11. Belanja Daerah adalah semua kewajiban Pemerintah
Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih dalam periode tahun anggaran berkenaan.
12. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran berkenaan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
13. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi
1 (satu) atau lebih Kegiatan/Sub Kegiatan yang
dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah atau
masyarakat yang dikoordinasikan oleh Pemerintah
Daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan
pembangunan Daerah.
14. Kegiatan/Sub Kegiatan adalah bagian dari Program yang
dilaksanakan oleh 1 (satu) atau beberapa satuan kerja
perangkat daerah sebagai bagian dari pencapaian sasaran
terukur pada suatu Program dan terdiri dari sekumpulan
tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa
personil atau sumber daya manusia, barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi
dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut,
sebagai masukan untuk menghasilkan keluaran dalam
bentuk barang/jasa.
15. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang
Daerah yang ditentukan oleh Walikota untuk menampung
seluruh Penerimaan Daerah dan membayar seluruh
Pengeluaran Daerah.
16. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat
penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh Walikota
untuk menampung seluruh Penerimaan Daerah dan
membayar seluruh Pengeluaran Daerah pada bank yang
ditetapkan.
17. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang selanjutnya disingkat DPA SKPD adalah
dokumen yang memuat pendapatan dan belanja SKPD
atau dokumen yang memuat pendapatan, belanja, dan
Pembiayaan SKPD yang melaksanakan fungsi bendahara
umum daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
anggaran oleh pengguna anggaran.
18. Perubahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Perubahan
DPA SKPD adalah dokumen yang memuat perubahan
pendapatan dan belanja SKPD atau dokumen yang
memuat perubahan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan SKPD yang melaksanakan fungsi bendahara
umum daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
perubahan anggaran oleh pengguna anggaran.
19. Surat Penyediaan Dana yang selanjutnya disingkat SPD
adalah dokumen yang menyatakan tersedianya dana
sebagai dasar penerbitan surat permintaan pembayaran
atas pelaksanaan APBD.
20. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat
SPP adalah dokumen yang digunakan untuk mengajukan
permintaan pembayaran.
21. Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat UP adalah
uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan
kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai
Kegiatan/Sub Kegiatan operasional pada satuan kerja
perangkat daerah/unit satuan kerja perangkat daerah
dan/atau untuk membiayai pengeluaran yang menurut
sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui
mekanisme pembayaran langsung.
22. Pembayaran Langsung yang selanjutnya disingkat LS
adalah Pembayaran Langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian
kerja, surat tugas, dan/atau surat perintah kerja lainnya
melalui penerbitan surat perintah membayar langsung.
23. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut TU
adalah tambahan uang muka yang diberikan kepada
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu untuk membiayai pengeluaran atas
pelaksanaan APBD yang tidak cukup didanai dari UP
dengan batas waktu dalam 1 (satu) bulan.
24. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM
adalah dokumen yang digunakan untuk penerbitan surat
perintah pencairan dana atas Beban pengeluaran DPA
SKPD.
25. Surat Perintah Membayar UP yang selanjutnya disingkat
SPM UP adalah dokumen yang digunakan untuk
penerbitan surat perintah pencairan dana atas Beban
pengeluaran DPA SKPD yang dipergunakan sebagai UP
untuk mendanai Kegiatan/Sub Kegiatan.
26. Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan yang
selanjutnya disingkat SPM GU adalah dokumen yang
digunakan untuk penerbitan surat perintah pencairan
dana atas Beban pengeluaran DPA SKPD yang dananya
dipergunakan untuk mengganti UP yang telah
dibelanjakan.
27. Surat Perintah Membayar TU yang selanjutnya disingkat
SPM TU adalah dokumen yang digunakan untuk
penerbitan surat perintah pencairan dana atas beban
pengeluaran DPA SKPD, karena kebutuhan dananya tidak
dapat menggunakan LS dan UP.
28. Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya
disebut SPM LS adalah dokumen yang digunakan untuk
penerbitan surat perintah pencairan dana atas Beban
pengeluaran DPA SKPD kepada pihak ketiga.
29. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya
disingkat SP2D adalah dokumen yang digunakan sebagai
dasar pencairan dana atas Beban APBD.
30. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPD adalah unsur perangkat daerah pada
Pemerintah Daerah yang melaksanakan Urusan
Pemerintahan Daerah.
31. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang
selanjutnya disingkat SKPKD adalah unsur penunjang
Urusan Pemerintahan pada Pemerintah Daerah yang
melaksanakan Pengelolaan Keuangan Daerah.
32. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya
disingkat PPKD adalah kepala SKPKD yang mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak
sebagai Bendahara Umum Daerah.
33. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah
pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
untuk melaksanakan tugas dan fungsi SKPD yang
dipimpinnya.
34. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat
KPA adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan sebagian kewenangan PA dalam
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.
35. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PPK-SKPD
adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha
keuangan pada SKPD.
36. Pejabat Penatausahaan Keuangan Unit Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat PPK-Unit
SKPD adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata
usaha keuangan pada Unit SKPD.
37. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya
disingkat PPTK adalah pejabat pada Unit SKPD yang
melaksanakan 1 (satu) atau beberapa Kegiatan/Sub
Kegiatan dari suatu Program sesuai dengan bidang
tugasnya.
38. Bendahara Penerimaan adalah pejabat yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
Pendapatan Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD
pada SKPD.
39. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat yang ditunjuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan,
dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan
Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada
SKPD.
40. Bendahara Penerimaan Pembantu adalah pejabat yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
Pendapatan Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD
pada Unit SKPD
41. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah pejabat yang
ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan Belanja Daerah dalam rangka
pelaksanaan APBD pada Unit SKPD
42. Pembantu Bendahara Pengeluaran selaku Pencatat
Pembukuan adalah pejabat yang ditunjuk untuk
membantu Bendahara Pengeluaran dalam melaksanakan
pencatatan dalam Buku Kas Umum dan Buku Pembantu
Bendahara.
43. Pembantu Bendahara Pengeluaran selaku Pembuat
Dokumen adalah pejabat yang ditunjuk untuk membantu
Bendahara Pengeluaran dalam melaksanakan pembuat
dokumen LPJ dan dokumen lainnya.
44. Pembantu PPTK selaku Pelaksana Administrasi adalah
pejabat yang ditunjuk untuk membantu PPTK dalam
melaksanakan tugas-tugas PPTK.
45. Pembantu PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD selaku Pelaksana
Verifikasi adalah pejabat yang ditunjuk untuk membantu
PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD dalam hal melaksanakan
verifikasi atas LPJ yang disampaikan oleh Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu/
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu/ Bendahara BOS/Bendahara BLUD.
46. Pembantu PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD selaku Analis
Keuangan adalah pejabat yang ditunjuk untuk membantu
PPK-SKPD dalam menyiapkan SPM dan menyusun
laporan keuangan SKPD.
47. Hari adalah hari kerja.

BAB II
PELAKSANAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama
Azas Umum Pelaksanaan

Pasal 2
(1) Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah
dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui
Rekening Kas Umum Daerah yang dikelola oleh BUD.
(2) Dalam hal Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tidak dilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah,
BUD melakukan pencatatan dan pengesahan Penerimaan
Daerah dan Pengeluaran Daerah tersebut.
(3) PA/KPA, Bendahara Penerimaan/Bendahara
Pengeluaran, dan orang atau badan yang menerima atau
menguasai uang/kekayaan daerah wajib
menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan
dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi
dasar penerimaan atau pengeluaran atas pelaksanaan
APBD bertanggung jawab terhadap kebenaran material
dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti
dimaksud.
(5) Surat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
berupa dokumen elektronik.
(6) Wali Kota dan perangkat daerah dilarang melakukan
pungutan selain dari yang diatur dalam Peraturan
Daerah, kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(7) Penerimaan perangkat daerah yang merupakan
Penerimaan Daerah tidak dapat dipergunakan langsung
untuk pengeluaran, kecuali ditentukan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang
berakibat pengeluaran atas Beban APBD apabila
anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut tidak
tersedia atau tidak cukup tersedia. Setiap pengeluaran
atas Beban APBD didasarkan atas DPA dan SPD atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.
(9) Wali Kota dan perangkat daerah dilarang melakukan
pengeluaran atas Beban APBD untuk tujuan lain dari
yang telah ditetapkan dalam APBD.
(10) Dalam hal Penerimaan Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan tidak dilakukan melalui
Rekening Kas Umum Daerah, pencatatan Penerimaan
Daerah dilaksanakan setelah adanya pengesahan BUD
atas laporan penerimaan dari PA.
(11) Dalam hal Pengeluaran Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan tidak dilakukan melalui
Rekening Kas Umum Daerah, pencatatan Pengeluaran
Daerah dilaksanakan setelah adanya pengesahan BUD
atas laporan pengeluaran dari PA.
(12) Pengesahan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti
yang menjadi dasar penerimaan atau pengeluaran atas
pelaksanaan APBD, dilakukan melalui penelitian
kelengkapan dokumen laporan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(13) Dokumen atau surat bukti sebagaimana dimaksud pada
ayat (11) dapat berupa dokumen elektronik atau surat
bukti elektronik.

Bagian Kedua
Pejabat Pengelola Keuangan Daearah

Pasal 3
(1) Untuk pelaksanaan APBD, Wali Kota menetapkan:
a. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPD;
b. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani SPM;
c. Pejabat yang diberi wewenang mengesahkan surat
pertanggungiawaban;
d. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani SP2D;
e. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran;
f. Bendahara Penerimaan Pembantu dan Bendahara
Pengeluaran Pembantu;
g. Bendahara Khusus; dan
h. Pejabat lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD.
(2) Keputusan Wali Kota tentang penetapan pejabat untuk
pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran
berkenaan.
Bagian Ketiga
Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Pasal 4
(1) Setelah penetapan Peraturan Wali Kota tentang
Penjabaran APBD, PPKD menyampaikan surat
pemberitahuan kepada Kepala SKPD untuk menyusun
dan menyampaikan rancangan DPA-SKPD.
(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan kepada Kepala SKPD paling lambat 3
(tiga) hari setelah Peraturan Wali Kota tentang penjabaran
APBD ditetapkan.
(3) Kepala SKPD menyusun rancangan DPA-SKPD
berdasarkan surat pemberitahuan Wali Kota dan
menyerahkan rancangan DPA-SKPD yang telah disusun
kepada PPKD paling lambat 6 (enam) hari setelah surat
pemberitahuan diterima.
(4) Rancangan DPA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) mencakup:
a. Rancangan Ringkasan DPA-SKPD yang digunakan
untuk menyusun ringkasan DPA-SKPD yang datanya
bersumber dari akumulasi jumlah pendapatan
menurut akun, kelompok dan jenis yang diisi dalam
DPA-Pendapatan SKPD, akumulasi jumlah belanja
menurut akun, kelompok, dan jenis belanja yang diisi
dalam DPA-Belanja SKPD dan akumulasi jumlah
penerimaan dan pengeluaran Pembiayaan yang diisi
dalam DPA Pembiayaan.
b. Rancangan DPA-Pendapatan SKPD yang digunakan
untuk menyusun DPA-Pendapatan SKPD dalam tahun
anggaran yang direncanakan yang dirinci menurut
kelompok, jenis, objek, rincian objek dan sub rincian
objek pendapatan.
c. Rancangan DPA-Belanja SKPD yang digunakan untuk
menyusun DPA-Belanja SKPD dalam tahun anggaran
yang direncanakan, yang memuat jumlah Belanja
menurut kelompok dan jenis belanja dari setiap
program, kegiatan dan sub kegiatan SKPD yang
dikutip dari setiap DPA-Rincian Belanja SKPD.
d. Rancangan DPA-Rincian Belanja SKPD yang
digunakan untuk menyusun DPA-Rincian Belanja
SKPD dalam tahun anggaran yang direncanakan, yang
memuat jumlah Belanja menurut kelompok, jenis,
objek, rincian objek dan sub rincian objek dari setiap
program, kegiatan dan sub kegiatan SKPD.
e. Rancangan DPA-Pembiayaan SKPD yang digunakan
untuk menyusun DPA penerimaan Pembiayaan dan
pengeluaran Pembiayaan SKPD dalam tahun
anggaran yang direncanakan, yang memuat jumlah
penerimaan Pembiayaan dan pengeluaran
Pembiayaan menurut kelompok, jenis, objek, rincian
objek dan sub rincian objek penerimaan Pembiayaan
dan pengeluaran Pembiayaan.
(5) Setelah menerima rancangan DPA-SKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), PPKD menyampaikan rancangan
DPA-SKPD kepada TAPD untuk dilakukan verifikasi.
(6) TAPD melakukan verifikasi atas rancangan DPA-SKPD
paling lambat 6 (enam) hari sejak diterimanya Rancangan
DPA-SKPD.
(7) Verifikasi rancangan DPA-SKPD oleh TAPD sebagaimana
dimaksud ayat (6) dengan menggunakan instrumen
verifikasi antara lain:
a. standar harga satuan yang ditetapkan Wali Kota
dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan;
b. analisis standar belanja;
c. Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD);
d. standar teknis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan/atau
e. Petunjuk teknis untuk dana transfer pusat dan/atau
dana otonomi khusus.
(8) Berdasarkan hasil verifikasi TAPD atas rancangan DPA-
SKPD, SKPD melakukan penyempurnaan dan
menyampaikan hasil penyempurnaan kepada TAPD.
(9) PPKD melakukan pengesahan DPA-SKPD atas rancangan
DPA-SKPD yang telah mendapatkan persetujuan
Sekretaris Daerah.
(10) Dokumen Terkait Daftar Pelaksanaan Anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Wali Kota ini.

Bagian Keempat
Anggaran Kas

Pasal 5
(1) Kepala SKPD menyusun anggaran kas SKPD berdasarkan
DPA-SKPD dan jadwal pelaksanaan kegiatannya untuk
disampaikan kepada Kuasa BUD.
(2) Penyampaikan anggaran kas SKPD kepada Kuasa BUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 3 (tiga)
hari sejak DPA-SKPD disahkan.
(3) Kuasa BUD melakukan verifikasi atas anggaran kas SKPD
paling lama 2 (dua) hari sejak diterimanya Anggaran Kas
dari SKPD.
(4) Verifikasi atas Anggaran Kas SKPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dengan menggunakan instrumen
verifikasi antara lain:
a. sinkronisasi perkiraan Penerimaan dalam DPA-SKPD;
b. sinkronisasi jadwal pelaksanaan dan alokasi rencana
penarikan dana dalam DPA-SKPD.
(5) Berdasarkan Anggaran Kas SKPD yang telah diverifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kuasa BUD
menyusun rancangan anggaran kas pemerintah daerah.
(6) Kuasa BUD menyampaikan rancangan anggaran kas
pemerintah daerah yang telah disusun sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) kepada PPKD selaku BUD.
(7) Anggaran kas pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) berisi perkiraan realisasi penerimaan daerah
dan rencana pengeluaran daerah setiap bulannya yang
datanya bersumber dari kompilasi dan sinkronisasi
anggaran kas SKPD.
(8) Penyusunan perkiraan realisasi penerimaaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dihitung
berdasarkan rencana penerimaan sub rincian objek
pendapatan dan rencana penerimaan pembiayaan untuk
setiap bulannya berdasarkan waktu estimasi realisasi
penerimaan kas dalam DPA-SKPD dan anggaran kas
SKPD.
(9) Hasil perhitungan rencana penerimaan per sub rincian
objek pendapatan dan penerimaan pembiayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dicatat ke dalam
dokumen anggaran kas masuk yang memuat jumlah
anggaran pendapatan dan penerimaan pembiayaan
selama satu tahun dan rencana penerimaan setiap bulan.
(10) Penyusunan perkiraan realisasi pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (7), dihitung
berdasarkan rencana belanja per sub rincian objek setiap
bulannya berdasarkan waktu pelaksanaan sub kegiatan
dalam DPA-SKPD dan anggaran kas SKPD serta
mekanisme pembayaran atas belanja sub kegiatan serta
rencana pengeluaran pembiayaan untuk setiap bulannya
berdasarkan anggaran pengeluaran yang telah
ditetapkan.
(11) Hasil perhitungan rencana belanja per sub rincian objek
belanja dan pengeluaran pembiayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) dicatat ke dalam dokumen
anggaran kas keluar yang memuat jumlah anggaran
belanja dan pengeluaran pembiayaan selama satu tahun
dan rencana pengeluaran setiap bulan.
(12) PPKD selaku BUD mengesahkan rancangan anggaran kas
pemerintah daerah yang disampaikan Kuasa BUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling lambat 1
(satu) hari sejak dokumen rancangan anggaran kas
pemerintah daerah diterima.
(13) Anggaran kas yang telah disahkan oleh PPKD
sebagaimana dimaksud pada ayat (13) digunakan sebagai
dasar penyusunan SPD.
(14) Dokumen Terkait Anggaran Kas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota
ini

Bagian Kelima
Surat Penyediaan Dana

Pasal 6
(1) Dalam rangka manajemen kas, PPKD menerbitkan SPD
dengan mempertimbangkan:
a. Anggaran Kas Pemerintah Daerah;
b. Ketersediaan dana di Kas Umum Daerah; dan
c. Penjadwalan pembayaran pelaksanaan anggaran yang
tercantum dalam DPA SKPD.
(2) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disiapkan oleh
Kuasa BUD dan disampaikan kepada PPKD selaku BUD
untuk ditandatangani
(3) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
sebagai dasar permintaan pembayaran sesuai
ketersediaan dana di Kas Umum Daerah dan kebutuhan
SKPD atau Unit SKPD setiap periodik.
(4) Untuk pembayaran pengeluaran kebutuhan tanggap
darurat bencana, konflik sosial, dan/atau kejadian luar
biasa, PPKD selaku BUD dapat menerbitkan SPD atau
dokumen yang dipersamakan yang bersumber dari
anggaran yang ditetapkan pada DPA-SKPD yang
menyelenggarakan fungsi SKPKD.
(5) PPKD selaku BUD dapat melakukan perubahan SPD
apabila terdapat kondisi sebagai berikut:
a. Ketersediaan dana pada Rekening Kas Umum Daerah
yang tidak sesuai perkiraan penerimaan dalam
anggaran kas; atau
b. Perubahan jadwal pelaksanaan sub kegiatan akibat
keadaan darurat termasuk keperluan mendesak; dan
c. Perubahan SPD menjadi dasar permintaan
pembayaran berikutnya.
(6) Penyusunan dan penerbitan SPD memuat informasi,
aliran data, serta penggunaan dan penyajian dokumen
yang dilakukan secara elektronik.
(7) Ketentuan pelaksanaan penerbitan SPD, sebagai berikut:
a. Kuasa BUD menyiapkan rancangan SPD berdasarkan
ketersediaan dana di Rekening Kas Umum Daerah dan
anggaran kas pemerintah daerah.
b. Kuasa BUD menyampaikan rancangan SPD kepada
PPKD selaku BUD untuk disahkan.
c. Kuasa BUD menyampaikan SPD yang telah disahkan
kepada Kepala SKPD.
(8) Dokumen Terkait Surat Penyediaan Dana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini.

BAB III
PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
Bagian Kesatu
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

Pasal 7
(1) Wali Kota selaku pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
(2) Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai
kewenangan:
a. menyusun rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD, rancangan Peraturan Daerah tentang
perubahan APBD, dan rancangan Peraturan Daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
b. mengajukan rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD, rancangan Peraturan Daerah tentang
perubahan APBD, dan rancangan Peraturan Daerah
tentang pertanggungiawaban pelaksanaan APBD
kepada DPRD untuk dibahas bersama;
c. menetapkan rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD, rancangan Peraturan Daerah tentang
perubahan APBD, dan rancangan Peraturan Daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang
telah mendapat persetujuan bersama DPRD;
d. menetapkan kebijakan terkait pengelolaan keuangan
daerah;
e. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan
mendesak terkait pengelolaan keuangan daerah yang
sangat dibutuhkan oleh daerah dan/atau masyarakat;
f. menetapkan kebijakan pengelolaan APBD;
g. menetapkan KPA;
h. menetapkan Bendahara Penerimaan dan Bendahara
Pengeluaran;
i. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah;
j. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pengelolaan utang dan piutang daerah;
k. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan
pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
l. menetapkan pejabat lainnya dalam rangka
pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
m. melaksanakan kewenangan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam melaksanakan kekuasaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Wali Kota melimpahkan sebagian atau
seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
dan pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan
daerah kepada pejabat perangkat daerah.
(4) Pejabat perangkat daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) terdiri atas:
a. sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan
keuangan daerah;
b. kepala SKPKD selaku PPKD; dan
c. kepala SKPD selaku PA.
(5) Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan pada
prinsip pemisahan kewenangan antara yang
memerintahkan, menguji, dan menerima atau
mengeluarkan uang.
(6) Pelimpahan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Wali Kota.
Pasal 8
(1) Wali Kota selaku wakil pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan Daerah yang dipisahkan
berkedudukan sebagai pemilik modal pada perusahaan
umum daerah atau pemegang saham pada perseroan
daerah.
(2) Ketentuan mengenai Walikota selaku wakil pemerintah
daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Kedua
Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 9
(1) Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan
keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 7
ayat (4) huruf a mempunyai tugas:
a. koordinasi dalam pengelolaan keuangan daerah;
b. koordinasi di bidang penyusunan rancangan APBD,
rancangan perubahan APBD, dan rancangan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;
c. koordinasi penyiapan pedoman pelaksanaan APBD;
d. memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD;
e. koordinasi pelaksanaan tugas lainnya di bidang
pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
f. memimpin TAPD.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), koordinator pengelolaan keuangan daerah
bertanggung jawab kepada Wali Kota.

Bagian Ketiga
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Pasal 10
(1) Kepala SKPKD selaku PPKD adalah Kepala SKPD yang
melaksanakan unsur penunjang urusan pemerintahan
pada pemerintah daerah yang melaksanakan pengelolaan
keuangan daerah. Kepala SKPKD selaku PPKD
mempunyai tugas:
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
keuangan daerah;
b. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang
telah diatur dalam Perda;
c. melaksanakan fungsi BUD; dan
d. melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD
berwenang:
a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan
APBD;
b. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
c. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem
penerimaan dan pengeluaran kas daerah;
d. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
e. menetapkan anggaran kas dan SPD;
f. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian
jaminan atas nama pemerintah daerah;
g. melakukan pencatatan dan pengesahan dalam hal
penerimaan dan pengeluaran daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, tidak
dilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah.
h. mengelola investasi;
i. menetapkan anggaran kas;
j. melakukan pembayaran melalui penerbitan SP2D;
k. membuka rekening kas umum daerah;
l. membuka rekening penerimaan;
m. membuka rekening pengeluaran; dan
n. menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
(3) Dalam hal kewenangan pemungutan pajak daerah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d dipisahkan
dari kewenangan SKPKD, SKPD sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dapat melaksanakan
pemungutan pajak daerah.
(4) Pengelolaan investasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) huruf h memperhatikan perolehan manfaat ekonomi,
sosial dan/atau manfaat lainnya sebagai akibat langsung
dari investasi tersebut.
(5) Dalam hal kewenangan mengelola investasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) huruf h dipisahkan dari
kewenangan SKPKD, maka SKPD sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan dapat melaksanakan
pengelolaan investasi.
(6) PPKD selaku BUD mengusulkan pejabat di lingkungan
SKPKD kepada Wali Kota untuk ditetapkan sebagai Kuasa
BUD.

Pasal 11
(1) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(6) ditetapkan dengan keputusan Wali Kota.
(2) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas:
a. menyiapkan anggaran kas;
b. menyiapkan SPD;
c. menerbitkan SP2D;
d. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya
yang telah ditunjuk;
e. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan
dalam pelaksanaan APBD;
f. menyimpan uang daerah;
g. melaksanakan penempatan uang daerah dan
mengelola/ menatausahakan investasi;
h. melakukan pembayaran berdasarkan perintah
PA/KPA atas Beban APBD;
i. melaksanakan pemberian pinjaman daerah atas nama
pemerintah daerah;
j. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
k. melakukan penagihan piutang daerah; dan
l. menyiapkan dokumen pengesahan dan pencatatan
penerimaan dan pengeluaran yang tidak melalui
Rekening Kas Umum Daerah.
(3) Dalam menyiapkan anggaran kas sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dilakukan dengan menghimpun dan
menguji anggaran kas yang disusun Kepala SKPD untuk
ditetapkan oleh BUD.
(4) Dalam pengelolaan piutang daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf j Kuasa BUD melakukan
penyisihan piutang tidak tertagih dalam mengelola
piutang menatausahakan penyisihan piutang yang tidak
tertagih atas investasi.
(5) Kuasa BUD bertanggung jawab kepada PPKD selaku BUD
(6) Wali Kota atas usul BUD dapat menetapkan lebih dari 1
(satu) Kuasa BUD di lingkungan SKPKD dengan
pertimbangan besaran jumlah uang yang dikelola, beban
kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali.
(7) Pertimbangan atas besaran jumlah uang yang dikelola,
beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali yang
kriterianya ditetapkan Wali Kota.
(8) Dalam hal Kuasa BUD berhalangan tetap atau sementara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, BUD
bertugas untuk mengambil alih pelimpahkan sebagian
tugasnya yang telah diserahkan kepada Kuasa BUD.

Bagian Keempat
Pengguna Anggaran

Pasal 12
Kepala SKPD selaku PA mempunyai tugas:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
atas beban anggaran belanja dan/atau pengeluaran
pembiayaan;
b. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
d. melaksanakan pemungutan retribusi daerah;
e. mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak
lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;
f. menandatangani SPM;
g. mengelola utang dan piutang daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
h. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang
dipimpinnya;
i. menetapkan PPTK dan PPK-SKPD;
j. menetapkan pejabat lainnya dalam SKPD yang
dipimpinnya dalam rangka pengelolaan keuangan daerah;
dan
k. melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
l. melaksanakan pemungutan lain-lain pendapatan asli
daerah;
m. menyusun dokumen Naskah Perjanjian Hibah Daerah
(NPHD);
n. menyusun dokumen Pemberian Bantuan Sosial;
o. menyusun dokumen permintaan pengesahan pendapatan
dan belanja atas penerimaan dan pengeluaran daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tidak dilakukan melalui Rekening Kas Umum Daerah,
BUD melakukan pencatatan dan pengesahan Penerimaan
dan Pengeluaran Daerah tersebut; dan
p. melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 13
(1) Kepala SKPD selaku PA mempunyai wewenang, meliputi:
a. menandatangani dokumen permintaan pengesahan
pendapatan dan belanja atas penerimaan dan
pengeluaran daerah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. menandatangani dokumen Naskah Perjanjian Hibah
Daerah (NPHD);
c. menandatangani dokumen Pemberian Bantuan Sosial;
d. menetapkan pejabat lainnya dalam SKPD yang
dipimpinnya dalam rangka pengelolaan keuangan
daerah; dan
e. menetapkan Pembantu Bendahara Penerimaan,
Pembantu Bendahara Pengeluaran dan Pembantu
Bendahara Pengeluaran Pembantu sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal dibentuk SKPD tersendiri yang melaksanakan
wewenang melaksanakan pemungutan pajak daerah, PA
melaksanakan pemungutan pajak daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Mengelola utang dan piutang daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya merupakan
akibat yang ditimbulkan dari pelaksanaan DPA-SKPD.
(4) Mengelola utang yang menjadi kewajiban kepada pihak
lain sebagai akibat:
a. pekerjaan yang telah selesai pada tahun anggaran
sebelumnya;
b. hasil pekerjaan akibat pemberian kesempatan kepada
penyedia barang/jasa menyelesaikan pekerjaan
sehingga melampaui tahun anggaran sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. akibat putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap; dan
d. kewajiban lainnya yang menjadi beban SKPD yang
harus dianggarkan pada APBD setiap tahun sampai
dengan selesainya kewajiban tersebut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Mengelola piutang daerah yang menjadi hak daerah
sebagai akibat:
a. perjanjian atau perikatan;
b. berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
c. akibat putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; dan
d. piutang lainnya yang menjadi hak SKPD sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Dalam hal mengadakan ikatan untuk pengadaan barang
dan jasa, PA bertindak sebagai pejabat pembuat
komitmen sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(7) PA yang bertindak sebagai pejabat pembuat komitmen
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat dibantu oleh
pegawai yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang
tugas pejabat pembuat komitmen atau agen pengadaan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) PA bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan
wewenangnya kepada Wali Kota melalui sekretaris
daerah.
(9) Berdasarkan pertimbangan beban kerja, Sekretaris
Daerah dapat melimpahkan pada Kepala Bagian pada
Sekretariat Daerah selaku KPA untuk melakukan
pengelolaan keuangan.
(10) PA tidak dapat melimpahkan kewenangannya kepada KPA
untuk sub kegiatan penyediaan gaji dan tunjangan.

Bagian Kelima
Kuasa Pengguna Anggaran

Pasal 14
(1) PA dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada
kepala Unit SKPD selaku KPA.
(2) Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berdasarkan pertimbangan besaran anggaran
kegiatan/sub kegiatan, lokasi, dan/atau rentang kendali.
(3) Pertimbangan besaran anggaran kegiatan/sub kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
SKPD yang mengelola besaran anggaran Kegiatan/sub
kegiatan yang kriterianya ditetapkan oleh Wali Kota.
(4) Pertimbangan lokasi dan/atau rentang kendali
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan terhadap
SKPD yang membentuk cabang dinas, Unit Pelaksana
Teknis Daerah, dan/atau kelurahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Wali Kota atas
usul kepala SKPD.
(6) Pelimpahan sebagian kewenangan meliputi:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran atas beban anggaran belanja;
b. melaksanakan anggaran Unit SKPD yang
dipimpinnya;
c. melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran;
d. mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan
pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan;
e. melaksanakan pemungutan retribusi daerah;
f. mengawasi pelaksanaan anggaran yang menjadi
tanggung jawabnya;
g. melaksanakan tugas KPA lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Dalam melaksanakan tugas KPA bertanggung jawab
kepada PA.
(8) Dalam hal kewenangan pemungutan pajak daerah
dipisahkan dari kewenangan SKPKD, PA dapat
melimpahkan kewenangannya memungut pajak daerah
kepada KPA.
(9) Dalam hal PA melimpahkan sebagian kewenangannya
kepada Unit SKPD selaku KPA, KPA menandatangani
SPM-TU dan SPM-LS.
(10) Dalam hal mengadakan ikatan untuk pengadaan barang
dan jasa, KPA bertindak sebagai pejabat pembuat
komitmen sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(11) KPA yang merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen
dapat dibantu oleh pegawai yang memiliki kompetensi
sesuai dengan bidang tugas pejabat pembuat komitmen
atau agen pengadaan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(12) Penetapan KPA berdasarkan pertimbangan besaran
anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan
kriteria sub kegiatan dengan besaran anggaran dibawah
Rp.100.000.000.000,- (seratus milyar rupiah).
(13) Penetapan KPA pada SKPD dapat diikuti dengan
pembentukan PPK-Unit SKPD.
(14) Penetapan KPA pada SKPD Sekretariat Daerah diikuti
dengan pembentukan PPK-Unit SKPD pada masing-
masing Bagian.
(15) Penetapan KPA berdasarkan pertimbangan lokasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah penetapan
KPA untuk Lurah dan Kepala UPTD.
(16) Penetapan KPA pada Kelurahan dan UPTD diikuti dengan
pembentukan PPK-Unit SKPD.
(17) Penetapan KPA berdasarkan rentang kendali sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah untuk SKPD yang memiliki
10 (sepuluh) atau lebih bidang/bagian dibawah PA.
(18) Dalam hal terdapat unit organisasi bersifat khusus, KPA
mempunyai tugas:
a. menyusun RKA-SKPD;
b. menyusun DPA-SKPD;
c. melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran atas beban anggaran belanja dan/atau
pengeluaran pembiayaan;
d. melaksanakan anggaran pada unit organisasi bersifat
khusus yang dipimpinnya;
e. melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran;
f. melaksanakan pemungutan retribusi daerah;
g. mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan
pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan;
h. menandatangani SPM;
i. mengelola utang dan piutang daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan unit
organisasi bersifat khusus yang dipimpinnya;
k. mengawasi pelaksanaan anggaran pada unit
organisasi bersifat khusus yang dipimpinnya;
l. menetapkan PPTK dan PPK-Unit SKPD;
m. menetapkan pejabat lainnya dalam unit organisasi
bersifat khusus yang dipimpinnya dalam rangka
pengelolaan keuangan daerah; dan
n. melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(19) Dalam hal KPA berhalangan tetap atau sementara sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, PA bertugas
untuk mengambil alih pelimpahkan sebagian tugasnya
yang telah diserahkan kepada kepala Unit SKPD selaku
KPA.

Bagian Keenam
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

Pasal 15
(1) PA/KPA dalam melaksanakan kegiatan/sub kegiatan
menetapkan pejabat pada SKPD/Unit SKPD selaku PPTK.
(2) PA/KPA dapat menetapkan lebih dari 1 (satu) PPTK di
lingkungan SKPD/Unit SKPD.
(3) Penetapan PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, besaran
anggaran kegiatan/sub kegiatan, beban kerja, lokasi,
rentang kendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya
yang kriterianya ditetapkan Wali Kota
(4) PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas
membantu tugas dan wewenang PA/KPA.
(5) Tugas PPTK dalam membantu tugas dan wewenang PA/
KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. mengendalikan dan melaporkan perkembangan
pelaksanaan teknis kegiatan/sub kegiatan SKPD/Unit
SKPD;
b. menyiapkan dokumen dalam rangka pelaksanaan
anggaran atas Beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan/sub kegiatan; dan
c. menyiapkan dokumen pengadaan barang/jasa pada
kegiatan/sub kegiatan SKPD/Unit SKPD sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai pengadaan barang/jasa.
(6) Tugas mengendalikan dan melaporkan pelaksanaan
teknis kegiatan/sub kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) huruf a meliputi:
a. menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan/sub
kegiatan;
b. memonitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan/sub
kegiatan; dan
c. melaporkan perkembangan pelaksanaan
kegiatan/sub kegiatan kepada PA/KPA.
(7) Tugas menyiapkan dokumen dalam rangka pelaksanaan
anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan/sub kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) huruf b meliputi:
a. menyiapkan laporan kinerja pelaksanaan
kegiatan/sub kegiatan;
b. menyiapkan dokumen administrasi pembayaran
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam
ketentuan perundang-undangan; dan
c. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pelaksanaan kegiatan
(8) PPTK pada SKPD bertanggung jawab kepada PA.
(9) PPTK pada Unit SKPD bertanggung jawab kepada KPA.
(10) Dalam hal PPTK berhalangan sementara sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, PA/KPA mengambil alih
mandat yang dilaksanakan oleh PPTK.
(11) PPTK merupakan Pegawai ASN yang menduduki jabatan
struktural sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(12) Pegawai ASN yang menduduki jabatan struktural
merupakan pejabat satu tingkat di bawah kepala SKPD
selaku PA dan/atau memiliki kemampuan manajerial dan
berintegritas.
(13) Dalam hal PA melimpahan kepada KPA, PPTK merupakan
Pegawai ASN yang menduduki jabatan struktural satu
tingkat di bawah KPA dan/atau memiliki kemampuan
manajerial dan berintegritas.
(14) Dalam hal tidak terdapat Pegawai ASN yang menduduki
jabatan struktural atau pejabat struktural menjabat
sebagai PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD, PA/KPA dapat
menetapkan staf/JFU/pelaksana selaku PPTK dengan
kriteria sebagai berikut:
a. masa kerja minimal 5 tahun;
b. golongan minimal IIIa; dan
c. pendidikan minimal DIII.
(15) Dalam hal seorang pejabat struktural telah ditetapkan
sebagai PPTK atas 5 (lima) sub kegiatan maka atas sub
kegiatan keenam dan seterusnya dapat ditunjuk
Staf/JFU/Pelaksana pada unit SKPD berkenaan selaku
PPTK dan yang kriteria penetapan JFU/Staf/Pelaksana
selaku PPTK ditetapkan oleh Wali Kota.
(16) Kepala SKPD/Kepala Unit SKPD atas usul PPTK dapat
menetapkan pegawai yang bertugas membantu PPTK
untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan
kegiatan/sub kegaiatan.
(17) Pegawai yang membantu PPTK sebagaimana dimaksud
pada ayat (16) selaku Pelaksana Administrasi.
(18) Pembantu PPTK selaku Pelaksana Administrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (17) mempunyai tugas
antara lain:
a. membantu PPTK dalam mengendalikan dan
melaporkan perkembangan pelaksanaan teknis
kegiatan/sub kegiatan SKPD/Unit SKPD.
b. membantu PPTK dalam menyiapkan dokumen dalam
rangka pelaksanaan anggaran atas beban
pengeluaran pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan,
yang terdiri atas:
1) membantu menyiapkan laporan kinerja
pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan;
2) membantu menyiapkan dokumen administrasi
pembayaran sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam ketentuan perundang-
undangan; dan
3) membantu menyimpan dan menjaga keutuhan
seluruh dokumen pelaksanaan kegiatan.
c. membantu PPTK menyiapkan dokumen pengadaan
barang/jasa pada kegiatan/sub kegiatan SKPD/Unit
SKPD sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai pengadaan
barang/jasa.
d. membantu PPTK dalam menyusun jadwal
pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan.
d. membantu PPTK dalam memonitoring dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan; dan
e. membantu PPTK dalam melaporkan perkembangan
pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan kepada PA/KPA.

Bagian Ketujuh
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

Pasal 16
(1) Kepala SKPD selaku PA menetapkan PPK SKPD
melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.
(2) Pada SKPKD, PPK SKPD melaksanakan fungsi tata usaha
keuangan sesuai ruang lingkup tugas dan wewenang di
SKPKD
(3) Pada pola pengelolaan keuangan BLUD, PPK SKPD
melaksanakan fungsi tata usaha keuangan sesuai ruang
lingkup tugas dan wewenang BLUD
(4) PPK SKPD tidak merangkap sebagai pejabat dan pegawai
yang bertugas melakukan pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah, Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu, Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu/
Bendahara Khusus, dan/atau PPTK.
(5) PPK SKPD mempunyai tugas dan wewenang:
a. melakukan verifikasi SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan
SPP-LS beserta bukti kelengkapannya yang diajukan
oleh Bendahara Pengeluaran;
b. menyiapkan SPM;
c. melakukan verifikasi laporan pertanggungjawaban
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran;
d. melaksanakan fungsi akuntansi pada SKPD; dan
e. menyusun laporan keuangan SKPD.
(6) Verifikasi oleh PPK SKPD dilakukan dengan tujuan untuk
meneliti kelengkapan dan keabsahan.
(7) Selain melaksanakan tugas dan wewenang pada angka 5,
PPK SKPD melaksanakan tugas dan wewenang lainnya
yaitu:
a. melakukan verifikasi SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan
SPP-LS beserta bukti kelengkapannya yang diajukan
oleh Bendahara Lainnya;
b. melakukan verifikasi surat permintaan pembayaran
atas pengembalian kelebihan pendapatan daerah dari
Bendahara Penerimaan;
c. menerbitkan surat pernyataan verifikasi kelengkapan
dan keabsahan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS
beserta bukti kelengkapannya sebagai dasar
penyiapan SPM; dan
(8) Kepala SKPD dapat menetapkan pegawai yang bertugas
membantu PPK-SKPD untuk meningkatkan efektivitas
penatausahaan keuangan SKPD.

Bagian Kedelapan
Pejabat Penatausahaan Keuangan Unit SKPD

Pasal 17
(1) Dalam hal PA melimpahkan sebagian tugasnya kepada
KPA, PA menetapkan PPK Unit SKPD untuk
melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada Unit
SKPD.
(2) Penetapan PPK Unit SKPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didasarkan atas pertimbangan:
a. Besaran anggaran yang berlaku untuk bagian di
lingkungan Sekretariat Daerah;
b. rentang kendali dan/atau lokasi;
c. dibentuknya unit organisasi bersifat khusus yang
memberikan layanan secara profesional melalui
pemberian otonomi dalam pengelolaan keuangan dan
barang milik daerah serta bidang kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(3) PPK Unit SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas dan wewenang:
a. melakukan verifikasi SPP-TU dan SPP-LS beserta
bukti kelengkapannya yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran Pembantu;
b. menyiapkan SPM-TU dan SPM-LS, berdasarkan SPP-
TU dan SPP-LS yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran Pembantu; dan
c. melakukan verifikasi laporan pertanggungiawaban
Bendahara Penerimaan Pembantu dan Bendahara
Pengeluaran Pembantu.
d. melakukan verifikasi surat permintaan pembayaran
atas pengembalian kelebihan pendapatan daerah dari
Bendahara Penerimaan Pembantu/Bendahara
Lainnya; dan
e. menerbitkan surat pernyataan verifikasi kelengkapan
dan keabsahan SPP-TU dan SPP-LS beserta bukti
kelengkapannya sebagai dasar penyiapan SPM.
(4) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
dilakukan untuk meneliti kelengkapan dan keabsahan
SPP-TU dan SPP-LS yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran Pembantu.
(5) Verifikasi dilakukan untuk meneliti kelengkapan dan
keabsahan laporan pertanggungjawaban Bendahara
Penerimaan Pembantu dan Bendahara Pengeluaran
Pembantu.
(6) PPK unit SKPD pada unit organisasi bersifat khusus
mempunyai tugas meliputi:
a. melakukan verifikasi SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan
SPP-LS beserta bukti kelengkapannya yang diajukan
oleh Bendahara Pengeluaran, Bendahara Pengeluaran
Pembantu dan Bendahara Lainnya;
b. menerbitkan surat pernyataan verifikasi kelengkapan
dan keabsahan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS
beserta bukti kelengkapannya sebagai dasar
penyiapan SPM;
c. menyiapkan SPM;
d. melakukan verifikasi laporan pertanggungjawaban
Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran dan
Bendahara Lainnya;
e. melaksanakan fungsi akuntansi pada unit SKPD
khusus; dan
f. menyusun laporan keuangan unit SKPD khusus.
(7) PPK-Unit SKPD merupakan Pegawai ASN yang menduduki
jabatan struktural untuk menjalankan fungsi
penatausahaan keuangan unit SKPD.
(8) Dalam hal tidak terdapat Pegawai ASN yang menduduki
jabatan struktural atau pejabat struktural telah menjabat
sebagai PPTK, PA/KPA dapat menetapkan
staf/JFU/pelaksana selaku PPK-Unit SKPD dengan
kriteria sebagai berikut:
a. masa kerja minimal 5 tahun;
b. golongan minimal IIIa; dan
c. pendidikan minimal DIII
(9) Kepala Unit SKPD dapat menetapkan pegawai yang
bertugas membantu PPK-Unit SKPD untuk meningkatkan
efektivitas penatausahaan keuangan Unit SKPD.
(10) Pegawai yang membantu PPK-Unit SKPD selaku
Pelaksana Verifikasi dan selaku Analis Keuangan.
(11) Pembantu PPK-Unit SKPD selaku Pelaksana Verifikasi
mempunyai tugas antara lain :
a. membantu dalam melakukan verifikasi SPP-TU dan
SPP-LS beserta bukti kelengkapannya yang diajukan
oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu;
b. membantu dalam menerbitkan surat pernyataan
verifikasi kelengkapan dan keabsahan SPP-TU dan
SPP-LS beserta bukti kelengkapannya sebagai dasar
penyiapan SPM;
c. membantu melakukan verifikasi laporan
pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran
Pembantu;

Bagian Kesembilan
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Penerimaan Pembantu

Pasal 18
(1) Wali Kota menetapkan Bendahara Penerimaan untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD dan
SKPKD atas usul PPKD selaku BUD
(2) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memiliki tugas dan wewenang:
a. menerima, menyimpan, menyetorkan ke rekening kas
umum daerah, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan pendapatan daerah yang
diterimanya.
b. meminta bukti transaksi atas pendapatan yang
diterima langsung melalui Rekening Kas Umum
Daerah;
c. melakukan verifikasi dan rekonsiliasi dengan Bank
yang ditetapkan oleh Wali Kota;
d. meneliti kesesuaian antara jumlah uang yang diterima
dengan jumlah yang telah ditetapkan;
e. menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
pendapatan daerah yang diterimanya; dan
f. menyiapkan dokumen pembayaran atas pengembalian
kelebihan pendapatan daerah.
(3) Dalam hal PA melimpahkan sebagian kewenangannya
kepada KPA, Wali Kota dapat menetapkan Bendahara
Penerimaan Pembantu pada Unit SKPD yang
bersangkutan.
(4) Bendahara Penerimaan Pembantu pada unit SKPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diusulkan oleh
kepala SKPD kepada Wali Kota melalui PPKD.
(5) Bendahara Penerimaan Pembantu memiliki tugas dan
wewenang sesuai dengan lingkup penugasan yang
ditetapkan Walikota.
(6) Tugas dan wewenang sesuai dengan lingkup penugasan
paling sedikit meliputi:
a. menerima, menyimpan dan menyetorkan sejumlah
uang dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan daerah pada SKPD, kecuali untuk
transaksi secara elektronik;
b. meminta bukti transaksi atas pendapatan yang
diterima langsung melalui Rekening Kas Umum
Daerah;
c. melakukan verifikasi dan rekonsiliasi dengan Bank
yang ditetapkan oleh Wali Kota;
d. meneliti kesesuaian antara jumlah uang yang diterima
dengan jumlah yang telah ditetapkan;
e. menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
pendapatan daerah yang diterimanya; dan
f. menyiapkan dokumen pembayaran atas pengembalian
kelebihan pendapatan daerah.
(7) Bendahara Penerimaan dan Bendahara Penerimaan
Pembantu bertanggung jawab secara administratif dan
fungsional.
(8) Bendahara Penerimaan bertanggung jawab secara
administratif dengan membuat laporan
pertanggungjawaban secara administratif atas
penerimaan pada SKPD dan disampaikan kepada PA.
(9) Bendahara Penerimaan Pembantu bertanggung jawab
secara administratif dengan membuat laporan
pertanggungjawaban secara administratif atas
penerimaan pada unit SKPD dan disampaikan kepada
KPA.
(10) Bendahara Penerimaan bertanggung jawab secara
fungsional dengan membuat laporan pertanggungjawaban
secara fungsional atas penerimaan pada SKPD dan
disampaikan kepada PPKD selaku BUD.
(11) Bendahara Penerimaan Pembantu bertanggung jawab
secara fungsional dengan membuat laporan
pertanggungjawaban secara fungsional atas penerimaan
pada unit SKPD dan disampaikan kepada Bendahara
Penerimaan.

Bagian Kesepuluh
Bendahara Pengeluaran, Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Bendahara
Unit Organisasi Bersifat Khusus

Pasal 19
(1) PPKD selaku BUD mengusulkan Bendahara Pengeluaran
kepada Wali Kota.
(2) Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Wali Kota untuk melaksanakan
tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran belanja dan/atau pengeluaran pembiayaan
pada SKPD dan SKPKD
(3) Bendahara Pengeluaran memiliki tugas dan wewenang:
a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakan
SPP UP, SPP GU, SPP TU, dan SPP LS;
b. menerima dan menyimpan UP, GU, dan TU;
c. melaksanakan pembayaran dari UP, GU, dan TU yang
dikelolanya;
d. menolak perintah bayar dari PA yang tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;
f. membuat laporan pertanggungjawaban secara
administratif kepada PA dan laporan
pertanggungjawaban secara fungsional kepada BUD
secara periodik; dan
g. memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. melakukan rekonsiliasi dengan pihak bank;
i. memeriksa kas secara periodik;
j. menerima dokumen bukti transaksi secara elektronik
atau dokumen fisik dari bank;
k. menerima dan menyetorkan atas pengembalian
belanja atas koreksi atau hasil pemeriksaan internal
dan eksternal;
l. menyiapkan dokumen surat tanda setoran atas
pengembalian belanja akibat koreksi atau hasil
pemeriksaan internal dan eksternal; dan
m. pelaksanaan anggaran pengeluaran pembiayaan pada
SKPD yang melaksanakan fungsi BUD.
(4) Dalam hal PA melimpahkan kewenangannya kepada KPA,
Wali Kota atas usul PPKD menetapkan Bendahara
Pengeluaran Pembantu.
(5) Penetapan Bendahara Pengeluaran Pembantu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) didasarkan atas
pertimbangan:
a. besaran anggaran; dan
b. rentang kendali dan/atau lokasi;
(6) Bendahara Pengeluaran Pembantu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) memiliki tugas dan wewenang
meliputi:
a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakan
SPP TU dan SPP LS;
b. menerima dan menyimpan pelimpahan UP dari
Bendahara Pengeluaran;
c. menerima dan menyimpan TU dari BUD;
d. melaksanakan pembayaran atas pelimpahan UP dan
TU yang dikelolanya;
e. menolak perintah bayar dari KPA yang tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;
g. memungut dan menyetorkan pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
h. membuat laporan pertanggungjawaban secara
administratif kepada KPA dan laporan
pertanggungjawaban secara fungsional kepada
Bendahara Pengeluaran secara periodik.
i. melakukan rekonsiliasi dengan pihak bank yang
ditetapkan oleh Wali Kota;
j. memeriksa kas secara periodik;
k. menerima dokumen bukti transaksi secara elektronik
atau dokumen fisik dari bank;
l. menerima dan menyetorkan atas pengembalian
belanja atas koreksi atau hasil pemeriksaan internal
dan eksternal pada tahun berjalan; dan
m. menyiapkan dokumen surat tanda setoran atas
pengembalian belanja akibat koreksi atau hasil
pemeriksaan internal dan eksternal pada tahun
berjalan.
(7) Dalam hal terdapat pembentukan unit organisasi bersifat
khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, Wali Kota menetapkan Bendahara Unit
Organisasi Bersifat Khusus.
(8) Bendahara Unit Organisasi Bersifat Khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) memiliki tugas dan wewenang
setara dengan Bendahara Pengeluaran.
(9) Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran
Pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(4) bertanggung jawab secara administratif dan
fungsional.
(10) Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertanggung jawab secara administratif dengan
membuat laporan pertanggungjawaban secara
administratif atas pengeluaran pada SKPD dan
disampaikan kepada PA.
(11) Bendahara Pengeluaran Pembantu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) bertanggung jawab secara
administratif dengan membuat laporan
pertanggungjawaban secara administratif atas
pengeluaran pada unit SKPD dan disampaikan kepada
KPA.
(12) Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertanggung jawab secara fungsional dengan
membuat laporan pertanggungjawaban secara fungsional
atas pengeluaran pada SKPD dan disampaikan kepada
PPKD selaku BUD.
(13) Bendahara Pengeluaran Pembantu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) bertanggung jawab secara
fungsional dengan membuat laporan pertanggungjawaban
secara fungsional atas pengeluaran pada unit SKPD dan
disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran.
(14) Kepala SKPD atas usul Bendahara Pengeluaran dapat
menetapkan pegawai yang bertugas membantu
Bendahara Pengeluaran untuk meningkatkan efektivitas
pengelolaan belanja dan/atau pengeluaran pembiayaan.
(15) Pegawai yang bertugas membantu Bendahara
Pengeluaran melaksanakan tugas dan wewenang sesuai
dengan lingkup penugasan yang ditetapkan kepala SKPD.
(16) Pegawai yang membantu Bendahara Pengeluaran
bertanggung jawab kepada Bendahara Pengeluaran.
(17) Pembantu Bendahara Pengeluaran selaku Pencatat
Pembukuan mempunyai tugas antara lain:
a. mencatat transaksi kedalam Buku Kas Umum;
b. mencatat transaksi kedalam Buku Pembantu
Bendahara Pengeluaran; dan
c. mencatat kedalam register.
(18) Pembantu Bendahara Pengeluaran selaku Pembuat
Dokumen mempunyai tugas antara lain:
a. membantu menyiapkan dokumen SPP;
b. membantu menyiapkan bukti-bukti transaksi
(kuintansi dan lainnya); dan
c. membantu menyiapkan Laporan Pertanggungjawaban
Bendahara Pengeluaran.
(19) Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4)
dilarang:
a. melakukan aktivitas perdagangan, pekerjaan
pemborongan, dan penjualan jasa;
b. bertindak sebagai penjamin atas kegiatan pekerjaan
dan/atau penjualan jasa;
c. menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga
keuangan lainnya atas nama pribadi baik secara
langsung maupun tidak langsung; dan
d. Larangan berlaku juga terhadap Bendahara
Penerimaan Pembantu, Bendahara Pengeluaran
Pembantu dan Bendahara Khusus.
(20) Larangan bagi Bendahara Penerimaan, Bendahara
Penerimaan Pembantu, Bendahara Pengeluaran dan
Bendahara Pengeluaran Pembantu dilakukan terhadap
kegiatan, sub kegiatan, tindakan, dan/atau aktivitas
lainnya yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan
APBD.

BAB IV
PEMBUKAAN REKENING

Bagian Pertama
Rekening Kas Umum Daerah

Pasal 20
(1) PPKD selaku BUD wajib menyelenggarakan
penatausahaan setiap uang/kekayaan daerah yang
diterima dan/atau dalam penguasaannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam rangka pengelolaan uang daerah, PPKD selaku
BUD membuka Rekening Kas Umum Daerah pada bank
umum yang sehat.
(3) Bank umum yang sehat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) bank umum di Indonesia yang aman/sehat sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam menunjuk bank umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) yang akan digunakan untuk menyimpan Kas
Umum Daerah, Walikota mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Bank umum yang dipilih harus memiliki rekam jejak
yang baik, misalnya bank umum dimaksud tidak
pernah terlibat kasus penipuan nasabah atau kasus-
kasus lain yang merugikan nasabah (Reputasi Bank);
b. Bank umum yang dipilih juga harus memiliki
pelayanan yang baik dan memadai. Terlebih lagi di
masa sekarang dibutuhkan kecepatan dan ketepatan
dalam melakukan transaksi. Khusus untuk
Pemerintah Daerah, bank umum juga harus dapat
melakukan pelayanan-pelayanan khusus seperti
pemotongan dan penyetoran pajak, dan lain-lain
(Pelayanan Bank); dan
c. Memberikan manfaat ekonomi, sosial, peningkatan
pendapatan daerah dan/atau peningkatan
kesejahteraan dan/atau pelayanan masyarakat
(Manfaat).
(5) Penunjukkan bank umum sebagai penampung Rekening
Kas Umum Daerah ditindaklanjuti dengan Perjanjian
Kerja Sama (PKS) antara PPKD selaku BUD dengan
pejabat bank umum yang bersangkutan.
(6) PKS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling sedikit
memuat:
a. jenis pelayanan yang diterima;
b. mekanisme pengeluaran dan penyaluran dana;
c. pelimpahan penerimaan dan saldo rekening;
d. penerimaan bunga/jasa giro/bagi hasil;
e. pembayaran imbalan atas jasa pelayanan;
f. sanksi atas pelayanan yang tidak sesuai dengan
perjanjian;
g. kewajiban menyampaikan laporan; dan
h. tata cara penyelesaian perselisihan.
(7) Pemerintah Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau
jasa giro dan/atau imbalan bagi hasil lainnya yang sejenis
atas dana yang disimpan pada bank berdasarkan tingkat
suku bunga dan/atau jasa giro dan/atau imbalan bagi
hasil yang berlaku.
(8) Bunga dan/atau jasa giro dan/atau imbalan bagi hasil
lainnya yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
merupakan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
(9) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh
bank didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada bank
yang bersangkutan dibebankan pada belanja daerah

Paragraf 1
Rekening Operasional Penerimaan dan Pengeluaran

Pasal 21
(1) BUD dapat membuka rekening operasional penerimaan
dan rekening operasional pengeluaran untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
daerah pada bank yang sama dengan bank penampung
Rekening Kas Umum Daerah yang ditunjuk oleh Wali
Kota.
(2) Rekening operasional penerimaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dioperasikan untuk menerima setoran
langsung penerimaan daerah yang tidak melalui
Bendahara Penerimaan dan/atau menerima setoran
pendapatan yang dilakukan oleh Bendahara Penerimaan.
(3) Rekening operasional penerimaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dioperasikan sebagai rekening bersaldo nihil
yang seluruh penerimaannya harus disetor ke Rekening
Kas Umum Daerah sekurang-kurangnya sekali sehari
pada akhir hari kerja sesuai dengan yang ditetapkan
dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BUD dengan
bank umum bersangkutan.
(4) Rekening operasional pengeluaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dioperasikan sebagai rekening
yang digunakan untuk membiayai kegiatan sesuai
rencana pengeluaran.
(5) Rekening operasional pengeluaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ini dioperasikan untuk
pelaksanaan belanja yang dibayarkan secara langsung
kepada pihak ketiga melalui mekanisme LS dan juga
untuk pemberian UP, GU kepada Bendahara Pengeluaran
serta pemberian TU kepada Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu.
(6) Dalam hal penyaluran penerimaan daerah mensyaratkan
ke rekening bank umum tertentu, BUD dapat membuka
rekening penerimaan daerah pada bank umum dimaksud
setelah mendapat persetujuan Wali Kota.
(7) Pemindahbukuan dana dari rekening penerimaan
dan/atau rekening pengeluaran pada bank umum ke
Rekening Kas Umum Daerah atau sebaliknya, dilakukan
atas perintah BUD.
(8) Perintah pemindahbukuan oleh BUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) dituangkan dalam Perjanjian
Kerja Sama (PKS) antara BUD dengan pejabat penanggung
jawab pada bank umum yang terkait.

Paragraf 2
Rekening Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu dan
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu

Pasal 22
(1) BUD dapat membuka rekening bank atas nama
Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu dan Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu SKPD pada bank yang sama
dengan Rekening Kas Umum Daerah sesuai dengan
kebutuhan untuk mempermudah mekanisme penerimaan
pendapatan daerah dan belanja daerah.
(2) Dalam hal penyaluran penerimaan daerah mensyaratkan
ke rekening bank umum tertentu, BUD dapat membuka
rekening Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu SKPD pada Bank dimaksud setelah mendapat
persetujuan Wali Kota.
(3) Rekening Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk menampung penerimaan daerah yang
menjadi kewenangan SKPD bersangkutan. Pada akhir
hari kerja, saldo yang ada di rekening penerimaan SKPD
tersebut wajib disetorkan seluruhnya ke REKENING KAS
UMUM DAERAH oleh bendahara penerimaan. Rekening
penerimaan SKPD dibuka atas nama bendahara
penerimaan SKPD.
(4) Rekening Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu SKPD digunakan untuk
pengelolaan uang yang akan digunakan sebagai belanja-
belanja SKPD, seperti UP, GU, TU, atau dana LS yang
dikelola oleh Bendahara Pengeluaran SKPD. Rekening
pengeluaran SKPD dibuka atas nama Bendahara
Pengeluaran SKPD atau Bendahara Pengeluaran
Pembantu SKPD.
Bagian Kedua
Penempatan Kas dalam Investasi Jangka Pendek

Pasal 23
(1) Dalam pengelolaan kas, uang daerah yang belum
digunakan dapat dioptimalkan dan dialokasikan untuk
investasi jangka pendek.
(2) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan investasi yang dapat segera
diperjualbelikan atau dicairkan, ditujukan dalam rangka
pengelolaan kas dengan risiko rendah serta dimiliki
selama kurang dari 12 (dua belas) bulan.
(3) Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas :
a. deposito berjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai
dengan 12 (dua belas) bulan yang dapat diperpanjang
secara otomatis;
b. pembelian Surat Utang Negara (SUN) jangka pendek;
dan
c. Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
(4) Pemerintah Daerah dapat melakukan penempatan kas
daerah pada Investasi jangka pendek dalam bentuk
deposito sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pada Bank
yang ditunjuk sebagai penempatan Rekening Kas Umum
Daerah yang menjadi Bank Persepsi.
(5) Penempatan Investasi jangka pendek dalam bentuk
deposito sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat
setara kas, berdasarkan Keputusan Wali Kota dengan
Nota Dinas Bendahara Umum Daerah setiap penempatan
dan Pencairan Deposito berkenaan.
(6) Dalam rangka menjamin likuiditas keuangan daerah,
Deposito Pemerintah Daerah harus dapat ditarik sebagian
atau seluruhnya ke Rekening Kas Umum Daerah oleh
BUD setiap saat diperlukan.
(7) Surat Utang Negara (SUN) sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) adalah surat berharga yang berupa surat
pengakuan utang yang dijamin pembayaran bunga dan
pokoknya oleh negara RI sesuai masa berlakunya.
(8) Tata cara investasi dalam bentuk SUN sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) mengikuti peraturan perundang-
undangan tentang SUN.
(9) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka
waktu pendek 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) bulan
dengan sistem diskonto/bunga. Tingkat suku bunga yang
berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh
mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang.

Pasal 24
Proses penempatan kas dalam investasi jangka pendek dalam
pasal 23 ayat (1) dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Pemerintah Daerah dapat melakukan investasi jangka
pendek sepanjang tidak mengganggu likuiditas Keuangan
Daerah, tugas daerah, dan kualitas pelayanan public;
b. Sebelum mengalokasikan kas umum daerah ke dalam
investasi jangka pendek, BUD harus meyakini dulu bahwa
dana yang digunakan adalah dana yang benar-benar
belum akan digunakan dalam waktu dekat (idle cash).
c. BUD menyiapkan rencana penempatan dana pada
investasi jangka pendek kepada Wali Kota. Rencana ini
mencakup jumlah dana yang akan diinvestasikan dan
pilihan investasi beserta alasan dan hasil analisa
pemilihan investasi.
d. Berdasarkan rencana penempatan dana yang diajukan
BUD atas rencana investasi jangka pendek, Wali Kota
menetapkan jenis investasi jangka pendek yang dipilih
dengan menerbitkan surat Keputusan Wali Kota.
e. Berdasarkan surat Keputusan Wali Kota tersebut, BUD
menerbitkan Surat Perintah Pemindahbukuan (SP2) yang
isinya memerintahkan pemindahan dana dari Rekening
Kas Umum Daerah kedalam investasi yang dipilih.
f. Investasi jangka pendek harus dicairkan atau disetorkan
ke Rekening Kas Umum Daerah paling lambat per 31
Desember tahun anggaran berkenaan.

BAB V
PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian Pertama
Penatausahaan oleh Bendahara Umum Daerah

Pasal 25
(1) PPKD selaku BUD melakukan penatausahaan atas semua
penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dari
Rekening Kas Umum Daerah.
(2) Proses penatausahaan oleh BUD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memuat informasi, aliran data, serta
penggunaan dan penyajian dokumen yang dilakukan
secara elektronik.
(3) Tata cara penatausahaan Penerimaan melalui Rekening
Kas Umum Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut:
a. Berdasarkan Nota Kredit atau Bukti Penerimaan Lain
yang Sah, BUD mencatat pada Buku Kas Umum pada
sisi penerimaan pada kolom tanggal dan kolom nomor
bukti.
b. BUD mengidentifikasi jenis dan kode rekening
pendapatan.
c. BUD mencatat nilai transaksi pada kolom jumlah pada
Buku Kas Umum.
(4) Tata cara penatausahaan Pengeluaran Rekening Kas
Umum Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagai berikut:
a. Kuasa BUD menerbitkan dokumen SP2D atas setiap
pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah.
Penerbitan SP2D didasarkan pada dokumen surat
perintah membayar yang diterbitkan oleh PA atau
KPA.
b. Setiap pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah,
BUD mencatat pada Buku Kas Umum pada sisi kolom
pengeluaran, kolom tanggal dan kolom nomor bukti.
(5) BUD membuat laporan yang memuat informasi, aliran
data, serta penggunaan dan penyajian dokumen yang
dilakukan secara elektronik.
(6) Laporan BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) atas
kas umum daerah yang berada dalam pengelolaannya.
(7) Laporan BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
disampaikan kepada Wali Kota melalui Sekretaris Daerah
(8) Dokumen yang dihasilkan oleh penatausahaan dan bukti
transaksi pada kas umum daerah akan dijadikan dasar
dalam membuat laporan BUD.
(9) Bukti transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
dapat berupa bukti elektronik.
(10) Laporan BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) terdiri
dari:
a. Rekonsiliasi Bank atas posisi kas harian.
b. Laporan Posisi Kas Harian (LPKH); dan
(11) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dibuat
setiap hari dan diserahkan setiap hari kerja pertama
setiap minggunya kepada Wali Kota atau dapat
diserahkan sesuai kebutuhan.
(12) Di samping laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
BUD membuat Register SP2D yang telah diterbitkan
secara otomatis diperoleh dari sistem aplikasi pengelolaan
keuangan daerah yang terintegrasi dan bukan dijadikan
laporan kepada Wali Kota.
(13) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (10) tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini.

Bagian Kedua
Penatausahaan Kas Transitoris

Pasal 26
(1) Pengelolaan kas transitoris adalah pengelolaan atas kas
non anggaran yang diterima (bersifat transit) untuk
disetorkan pada rekening pihak ketiga yang telah
ditentukan.
(2) Jenis-jenis kas transitoris sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. Pajak Pusat yang dipungut oleh Bendahara
Pengeluaran, Bendahara Pengeluaran Pembantu
dan/atau bendahara khusus lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dari setiap transaksi
pemerintah daerah dengan pihak ketiga seperti PPh
Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23 dan/atau PPN;
b. Potongan pegawai seperti iuran wajib Pegawai
Penerima Upah antara lain WaliK ota, DPRD, ASN,
Kepala Desa/Perangkat Desa dan Pegawai Lainnya,
simpanan peserta Tapera, PPh Pasal 21, Taspen, iuran
jaminan kesehatan, iuran jaminan kecelakaan kerja
dan jaminan kematian;
c. Uang jaminan dan/atau Titipan Uang Muka yang
diberikan oleh pihak ketiga kepada pemerintah daerah
dalam melakukan suatu pekerjaan yang memiliki
risiko kegagalan dalam pelaksanaannya atau jaminan
lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d. Jenis kas transitoris lainnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Pengelolaan kas transitoris sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sebagai bagian dari transaksi belanja
daerah dan/atau pendapatan daerah sehingga dasar
pencatatannya menggunakan dokumen yang tidak
terpisahkan dari dokumen kelengkapan transaksi.
(4) Penerimaan kas transitoris diperlakukan sebagai hutang
pada akun perhitungan fihak ketiga (PFK).
(5) Pengeluaran kas transitoris dilakukan sebagai
pembayaran hutang pada akun perhitungan fihak ketiga
(PFK).
(6) Penerimaan kas transitoris, meskipun menambah Kas
Daerah, tidak boleh digunakan untuk operasional belanja
karena dalam jangka waktu tertentu harus dibayarkan ke
pihak ketiga.
(7) Terkait kas transitoris berupa jaminan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c, terdapat beberapa
ketentuan sebagai berikut:
a. Dalam hal pihak ketiga tidak melaksanakan
kewajibannya sesuai kontrak, Pemerintah Daerah
dapat mengeksekusi dan mengakui uang jaminan
sebagai Pendapatan Daerah berupa Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
b. Pendapatan daerah yang bersumber dari uang
jaminan pihak ketiga yang tidak melaksanakan
kewajibannya sesuai kontrak, digunakan untuk
mendanai pekerjaan yang menjadi kewajiban pihak
ketiga tersebut dalam mencapai target kinerja sub
kegiatan SKPD yang ditetapkan.
(8) Pelaksanaan pengelolaan penerimaan kas transitoris dan
pengeluaran kas transitoris dilaksanakan oleh BUD,
Bendahara Pengeluaran dan/atau Bendahara
Pengeluaran Pembantu.
(9) Proses penatausahaan kas transitoris memuat informasi,
aliran data, serta penggunaan dan penyajian dokumen
yang dilakukan secara elektronik.

Pasal 27
Pengelolaan Kas Transitoris pada Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu sebagai
berikut:
a. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu/ Bendahara Khusus Lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan sebagai wajib pungut pajak sesuai
peraturan perundang-undangan, wajib memungut pajak
atas pembayaran belanja melalui UP/GU/TU/LS.
b. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu/Bendahara Khusus Lainnya sebagai wajib
pungut pajak sesuai peraturan perundang-undangan
wajib menyetorkan seluruh penerimaan pajak yang
dipungutnya ke rekening Kas Negara.
c. Atas pemungutan dan penyetoran pajak tersebut,
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu/Bendahara Khusus Lainnya sebagai wajib
pungut pajak sesuai peraturan perundang-undangan
melakukan pencatatan pada buku terkait.

Pasal 28
(1) Pengelolaan Kas Transitoris pada Kuasa BUD sebagai
berikut:
a. Penyetoran kas transitoris atas potongan pajak dan
potongan-potongan lainnya dari belanja yang
menggunakan mekanisme LS dilakukan langsung oleh
bank;
b. Pada saat pemindahbukuan belanja kepada rekening
pihak ketiga atau rekening penerima lainnya, bank
juga melakukan pemindahbukuan kas transitoris dari
Rekening Kas Umum Daerah ke rekening tujuan yang
telah ditentukan.
(2) Pengembalian Uang Jaminan sebagai berikut:
a. Uang Jaminan disetorkan oleh pihak ketiga yaitu
penyedia barang/jasa ke rekening Rekening Kas
Umum Daerah.
b. Uang jaminan wajib dikembalikan kepada penyedia
barang/jasa setelah menyelesaikan seluruh
kewajibannya kepada pemerintah daerah.
c. Pencairan uang jaminan dilakukan dengan Surat
Perintah BUD yang berisi:
1) Perintah Pencairan Uang;
2) besaran Uang Jaminan yang akan dicairkan;
3) pihak penerima dan nomor rekening yang dituju;
4) dilampiri oleh Surat Keterangan yang menyatakan
bahwa penyedia barang/jasa sudah
menyelesaikan kewajibannya
(3) Uang Jaminan yang Tidak Dikembalikan sebagai berikut:
a. Dalam hal pihak ketiga tidak melaksanakan
kewajibannya sesuai kontrak, uang jaminan tidak
dikembalikan kepada pihak ketiga;
b. Pemerintah Daerah mendanai kewajiban pihak ketiga
dengan menggunakan uang jaminan yang
diformulasikan dalam program, kegiatan, dan sub
kegiatan SKPD yang bersangkutan; dan
c. PPKD melakukan reklasifikasi menjadi Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah atas uang jaminan
tersebut yang sebelumnya tercatat sebagai hutang
pihak ketiga.
Bagian Ketiga
Penatausahaan Pendapatan

Paragraf 1
Asas Umum Penatausahaan Pendapatan daerah

Pasal 29
(1) Semua Penerimaan Daerah dianggarkan dalam APBD dan
penyetorannya melalui Rekening Kas Umum Daerah.
(2) Dalam hal Penerimaan Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan tidak dilakukan melalui
Rekening Kas Umum Daerah, BUD melakukan
pengesahan dan pencatatan Penerimaan Daerah tersebut.
(3) Bendahara Penerimaan wajib menyetor seluruh
penerimaannya ke Rekening Kas Umum Daerah paling
lambat dalam waktu 1 (satu) hari. Dalam hal kondisi
geografis Daerah sulit dijangkau dengan komunikasi,
transportasi, dan keterbatasan pelayanan jasa keuangan,
serta kondisi objektif lainnya, penyetoran penerimaan
dapat melebihi 1 (satu) hari yang diatur dalam Peraturan
Wali Kota.
(4) Setiap penerimaan harus didukung oleh bukti yang
lengkap dan sah atas setoran. Bukti penerimaan dapat
meliputi dokumen elektronik.
(5) Penyetoran penerimaan pendapatan dilakukan secara
tunai dan/atau non-tunai. Penyetoran penerimaan
pendapatan menggunakan surat tanda setoran (STS).
Penyetoran dianggap sah setelah Kuasa BUD menerima
nota kredit atau dokumen lain yang dipersamakan.
(6) Bendahara Penerimaan dilarang menyimpan uang, cek,
atau surat berharga yang dalam penguasaannya:
a. lebih dari 1 (satu) hari, kecuali dalam hal kondisi
geografis daerah sulit dijangkau dengan komunikasi,
transportasi, dan keterbatasan pelayanan jasa
keuangan, serta kondisi objektif lainnya, penyetoran
penerimaan dapat melebihi 1 (satu) hari yang diatur
dalam Peraturan Walikota, dan/atau
b. atas nama pribadi.
(7) Dokumen penerimaan Bendahara
Penerimaan/Bendahara penerimaan pembantu
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Wali Kota ini

Paragraf 2
Pelaksanaan Penatausahaan Pendapatan

Pasal 30
(1) Pendapatan Daerah dalam APBD diklasifikasikan
menurut :
a. akun;
b. kelompok;
c. jenis;
d. obyek;
e. rincian obyek dan sub rincian obyek;
f. Pendapatan daerah berdasarkan kelompok meliputi
Pendapatan Asli Daerah (PAD);
g. Pendapatan Transfer dan Lain-lain; dan
h. Pendapatan Daerah yang Sah.
(2) Berdasarkan sifat dan prosedur
pemungutan/pembayaran pendapatan daerah, dapat
dibedakan:
a. Pendapatan yang dipungut berdasarkan penetapan
Wali Kota; dan/atau
b. Pendapatan yang dibayar sendiri oleh wajib pajak
(tanpa ada penetapan).
(3) Berdasarkan sifat dan prosedur
pemungutan/pembayaran pendapatan daerah,
penatausahaan pendapatan daerah dilaksanakan sebagai
berikut:
a. Penatausahaan pendapatan yang dipungut setelah
penetapan oleh Wali Kota, didasarkan pada dokumen
Surat Ketetapan sesuai dengan jenis pendapatan yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
b. Penatausahaan pendapatan yang dibayar sendiri oleh
wajib pajak (tanpa ada penetapan) didasarkan pada
dokumen/bukti penerimaan sesuai dengan jenis
pendapatan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Dokumen/bukti penerimaan dapat berupa
bukti elektronik atau bukti lain sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Penatausahaan pendapatan daerah, didasarkan pada
dokumen/bukti meliputi:
1) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-D);
2) Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKR-D);
3) Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD);
4) Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD);
5) Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD);
6) Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB;
7) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(SKPD-KB);
8) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan (SKPD-KBT);
9) Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPD-
LB);
10) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN);
11) Surat Tanda Bukti Pembayaran (STBP);
12) Surat Tanda Setoran (STS);
13) Nota Kredit dari Bank;
14) Surat Perjanjian;
15) Dokumen penetapan lainnya yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan;
16) Hasil putusan pengadilan yang bersifat tetap;
dan/atau
17) Bukti lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
(4) Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu dalam melakukan penyetoran penerimaan
pendapatan dapat dilakukan secara non tunai dibuktikan
dengan bukti notifikasi/nota kredit/media elektronik
lainnya.
(5) Penyetoran penerimaan pendapatan daerah dari
Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu, dianggap sah setelah Kuasa BUD menerima
notifikasi/nota kredit/media elektronik lainnya.
(6) Dokumen penyetoran Bendahara Penerimaan/Bendahara
penerimaan pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota ini

Paragraf 3
Penetapan dan Penagihan Pendapatan

Pasal 31
(1) Dalam rangka pemungutan pendapatan daerah, Walikota
atau pejabat yang diberi kewenangan menerbitkan
dokumen penetapan pendapatan daerah.
(2) Penetapan pendapatan dapat berupa:
a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKP-D);
b. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKR-D);
c. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPPD);
d. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD);
e. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB;
f. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(SKPDKB);
g. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN);
h. Dokumen penetapan lainnya yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan-undangan.
(3) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif,
dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
(4) Surat Ketetapan Pendapatan disampaikan kepada wajib
pajak/wajib retribusi sebagai dasar pembayaran dan
kepada bendahara penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu sebagai dasar penagihan.
(5) Penagihan pendapatan daerah dapat dilakukan oleh
petugas pemungut yang ditunjuk oleh PA/KPA.
(6) Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu melakukan validasi dan verifikasi atas
penerimaan pendapatan berdasarkan dokumen
penetapan.

Pasal 32
(1) Penagihan atas pendapatan daerah dilakukan dengan
cara:
a. manual,
b. surat elektronik,
c. notifikasi sistem secara digital dan/atau media
elektronik lainnya.
(2) Penagihan atas pendapatan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. Petugas pemungut berdasarkan dokumen penetapan
pendapatan dan surat tagihan melakukan penagihan
ke pihak ketiga.
b. Penagihan kepada pihak ketiga dilakukan sesuai
dengan jadwal yang tercantum dalam dokumen
penetapan pendapatan.
c. Pihak ketiga adalah wajib pajak, wajib retribusi, dan
pihak-pihak yang melakukan pembayaran
pendapatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan kepada Pemerintah Daerah.
(3) Proses penagihan secara manual sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara:
a. Petugas pemungut menyampaikan dokumen
penetapan pendapatan dan surat tagih kepada pihak
ketiga;
b. Dokumen penetapan pendapatan yang disampaikan
kepada pihak ketiga dibuktikan dengan tanda terima
yang ditandatangani oleh pihak ketiga atau bukti
elektronik;
c. Petugas pemungut menyampaikan tanda terima
dokumen kepada Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu dan PPK-SKPD.
(4) Proses penagihan melalui surat elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara:
a. Petugas pemungut mengirim surat elektronik
penagihan pendapatan kepada pihak ketiga;
b. Petugas pemungut memberitahukan kepada PPK-
SKPD dan Bendahara Penerimaan atas pengiriman
surat elektronik penagihan pendapatan.
(5) Proses penagihan melalui sistem digital sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan secara otomatis
sesuai dengan jadwal dengan mengirimkan notifikasi atau
media lain secara elektronik kepada pihak ketiga yang
memiliki kewajiban untuk membayar pendapatan.

Paragraf 4
Penatausahaan Bendahara penerimaan/Bendahara Penerimaaan Pembantu

Pasal 33
(1) Penerimaan pendapatan melalui Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu secara
tunai, dilakukan sebagai berikut:
a. Berdasarkan dokumen penetapan pendapatan
dan/atau surat tagih, pihak ketiga menyetorkan
kewajibannya kepada Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu.
b. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu melakukan validasi dengan meneliti
kesesuaian antara jumlah uang yang diterima dengan
jumlah yang telah ditetapkan pada dokumen
penetapan.
c. Atas penerimaan pendapatan tersebut, Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu
menerbitkan Tanda Bukti Penerimaan dan
menyerahkan kepada pihak ketiga.
(2) Penerimaan pendapatan melalui rekening Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu secara
non tunai, dilakukan sebagai berikut:
a. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu menerima nota kredit/notifikasi perbankan
atas penerimaan pendapatan.
b. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu melakukan validasi bukti penerimaan
sebagai berikut:
1) Meneliti nota kredit/notifikasi perbankan;
2) Melakukan verifikasi untuk mengetahui
kesesuaian antara jumlah uang yang diterima
dengan jumlah yang telah ditetapkan pada
dokumen penetapan.
(3) Penerimaan daerah melalui rekening Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu
secara non tunai sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dianggap sah setelah Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu
melakukan validasi.
(4) Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu memberikan tanda bukti penerimaan
kepada pihak ketiga yang telah melakukan
pembayaran.
(5) Penerimaan pendapatan ke Rekening Kas Umum
Daerah secara non tunai, dilakukan dengan cara:
a. Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu menerima nota
kredit/notifikasi perbankan dari Rekening Kas
Umum Daerah atas penerimaan pendapatan
SKPD.
b. Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu melakukan validasi
sebagai berikut:
(6) Mencermati nota kredit atau notifikasi perbankan
atas penerimaan pendapatan yang diterima
langsung Rekening Kas Umum Daerah.
(7) Dalam hal penerimaan pemberitahuan/notifikasi
tidak diinformasikan secara otomatis, maka
Bendahara Penerimaan wajib meminta bukti
transaksi atas penerimaan pendapatan yang
diterima langsung Rekening Kas Umum Daerah;
(8) Melakukan verifikasi untuk menguji kesesuaian
antara jumlah uang yang diterima dengan jumlah
yang telah ditetapkan.
(9) Penerimaan pendapatan daerah ke Rekening Kas
Umum Daerah secara non tunai dianggap sah
setelah Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu melakukan validasi.
a. Penerimaan pendapatan secara non tunai
dapat dilakukan melalui transfer dari rekening
pihak ketiga dan/atau melalui kanal
pembayaran secara online yang disediakan
oleh penyedia jasa pembayaran (PJP) dari
lembaga keuangan bank dan non bank.
b. Pembayaran secara online berupa mekanisme
Electronic Transaction Process (ETP) antara
lain: agen banking, mobile/phone banking, car
banking, Anjungan Tunai Mandiri (ATM),
internet banking, Qris/Barcode, tapping,
Electronic Data Capture (EDC), Cash
Management System (CMS) dan transaksi
berbasis elektronik lainnya.
c. Dalam rangka akuntabilitas penerimaan
pendapatan, Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu melakukan rekonsiliasi secara
periodik dengan Bank.

Pasal 34
(1) Dalam hal pendapatan diterima secara tunai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 Ayat (1), Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu wajib
menyetorkan penerimaan tunai tersebut ke Rekening Kas
Umum Daerah paling lambat dalam waktu 1 hari, kecuali
kondisi geografis daerah sulit dijangkau dengan
komunikasi, transportasi, dan keterbatasan pelayanan
jasa keuangan, serta kondisi objektif lainnya yang diatur
dalam Peraturan Walikota.
(2) Dalam hal penerimaan pendapatan masuk melalui
rekening Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu, Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu wajib memindahbukukan
penerimaan pendapatan dimaksud ke Rekening Kas
Umum Daerah paling lambat dalam waktu 1 (satu) hari.

Paragraf 5
Pembukuan Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu

Pasal 35
(1) Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu pada SKPD wajib menyelenggarakan
pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan
penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung
jawabnya.
(2) Pembukuan oleh Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas:
a. Laporan Penerimaan dan Penyetoran
b. Register STS
c. Buku Kas Umum
d. Buku Pembantu, antara lain buku kas tunai dan buku
bank
(3) Dalam melakukan pembukuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu menggunakan dokumen-dokumen
tertentu sebagai dasar pencatatan, antara lain:
a. Tanda Bukti Penerimaan
b. Surat Tanda Setoran
c. Nota Kredit Bank
d. Bukti transaksi yang sah yang dipersamakan dengan
dokumen di atas
(4) Prosedur pembukuan Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu terdiri atas:
a. Pembukuan atas pendapatan yang diterima secara
tunai
b. Pembukuan atas pendapatan yang diterima melalui
rekening Bendahara Penerimaan
c. Pembukuan atas pendapatan yang diterima melalui
Kas Umum Daerah
(5) Pembukuan yang dilakukan oleh Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu memuat
informasi, aliran data, serta penggunaan dan penyajian
dokumen yang dilakukan secara elektronik.
(6) Dokumen pembukuan Bendahara
Penerimaan/Bendahara penerimaan pembantu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Wali Kota ini

Pasal 36
Pembukuan oleh Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu atas Penerimaan Tunai oleh Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 35 ayat (4) huruf a sebagai berikut:
a. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu mencatat penerimaan pendapatan secara tunai
berdasarkan Tanda Bukti Penerimaan pada Buku Kas
Umum (BKU) di sisi penerimaan sesuai dengan kode
rekening pendapatan.
b. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu mencatat penyetoran pendapatan secara tunai
ke Rekening Kas Umum Daerah pada Buku Kas Umum
(BKU) di sisi pengeluaran.
c. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu mencatat baik secara elektronik maupun
manual pada buku register STS dan disahkan oleh
PA/KPA setiap bulan.

Pasal 37
Pembukuan oleh Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu atas Penerimaan di Rekening
Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat (4) huruf b sebagai
berikut:
a. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu mencatat penerimaan di rekening Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu secara
non tunai berdasarkan bukti penerimaan (nota kredit atau
notifikasi perbankan lainnya) yang sudah divalidasi pada
Buku Kas Umum (BKU) di sisi penerimaan sesuai dengan
kode rekening pendapatan.
b. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu mencatat penyetoran pendapatan secara non
tunai (pemindahbukuan) ke Rekening Kas Umum Daerah
pada Buku Kas Umum (BKU) di sisi pengeluaran
c. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu mencatat baik secara elektronik maupun
manual pada buku register STS dan disahkan oleh
PA/KPA setiap bulan.

Pasal 38
Pembukuan oleh Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu atas Penerimaan di Rekening Kas
Umum Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat (4)
huruf c sebagai berikut:
a. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu mencatat penerimaan di Rekening Kas Umum
Daerah berdasarkan bukti penerimaan (nota kredit atau
notifikasi perbankan lainnya atau bukti elektronik
lainnya) yang sudah divalidasi pada Buku Kas Umum
(BKU) di sisi penerimaan dan di sisi pengeluaran sesuai
dengan kode rekening pendapatan.
b. Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu mencatat baik secara elektronik maupun
manual pada buku register STS dan disahkan oleh
PA/KPA setiap bulan.

Paragraf 6
Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan/Bendahara
Penerimaan Pembantu

Pasal 39
(1) Setiap akhir bulan, Bendahara Penerimaan Pembantu
melakukan penutupan BKU.
(2) Bendahara Penerimaan Pembantu menyusun Laporan
Penerimaan dan Penyetoran.
(3) Bendahara Penerimaan Pembantu menyiapkan register
STS dan bukti-bukti penerimaan yang sah dan lengkap.
Bukti-bukti penerimaan dapat berupa bukti elektronik.
(4) Bendahara Penerimaan Pembantu menyampaikan BKU,
Laporan Penerimaan dan Penyetoran, dilampiri dengan
Register STS dan bukti penerimaan yang sah dan lengkap
kepada Bendahara Penerimaan SKPD, paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya

Pasal 40
(1) Setiap akhir bulan, Bendahara Penerimaan melakukan
penutupan BKU.
(2) Bendahara Penerimaan menyusun Laporan Penerimaan
dan Penyetoran.
(3) Bendahara Penerimaan menyiapkan register STS dan
bukti-bukti penerimaan dan penyetoran yang lengkap dan
sah. Bukti-bukti penerimaan dapat berupa bukti
elektronik.
(4) Bendahara Penerimaan menerima pertanggungjawaban
yang dibuat oleh Bendahara Penerimaan Pembantu paling
lambat tanggal 5 bulan berikutnya.
(5) Bendahara Penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi
dan analisis kebenaran pertanggungjawaban yang
disampaikan oleh Bendahara Penerimaan Pembantu.
(6) Bendahara Penerimaan menggunakan data
pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu
yang telah diverifikasi dalam proses pembuatan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan yang
merupakan gabungan dengan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu.
(7) Bendahara Penerimaan wajib mempertanggungjawabkan
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya
secara administratif kepada Pengguna Anggaran melalui
PPK SKPD paling lambat pada tanggal 10 bulan
berikutnya.

Pasal 41
(1) Laporan pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara
Penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan penggabungan dengan LPJ Bendahara
Penerimaan Pembantu dan memuat informasi tentang
rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang
ada di Bendahara. LPJ tersebut dilampiri dengan:
a. BKU
b. Laporan Penerimaan dan Penyetoran
c. Register STS
d. Bukti penerimaan dan penyetoran yang lengkap dan
sah
e. Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan
Pembantu
(2) Bendahara Penerimaan SKPD wajib menyampaikan
Laporan Pertanggungjawaban Fungsional yang
merupakan hasil konsolidasi dengan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu
kepada PPKD selaku BUD setelah mendapat persetujuan
dari PA paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(3) Verifikasi LPJ Bendahara Penerimaan dilakukan oleh
PPK-SKPD sebagai bagian dari pengendalian atas
penerimaan dan penyetoran pendapatan daerah meliputi:
a. Meneliti transaksi penerimaan beserta tanda bukti
penerimaannya yang terdokumentasikan dalam buku
atau laporan terkait
b. Meneliti transakesi penyetoran beserta tanda bukti
penyetorannya yang terdokumentasikan dalam buku
atau laporan terkait
c. Melakukan analisis kesesuaian dan kepatuhan
terhadap proses penerimaan pendapatan dan
penyetorannya.
(4) Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), PPK-SKPD menyampaikan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan kepada
Pengguna Anggaran.
(5) Jika PPK-SKPD menemukan ketidaksesuaian dan/atau
ketidaklengkapan, maka PPK-SKPD meminta perbaikan
kepada Bendahara Penerimaan.
(6) Setelah LPJ Bendahara Penerimaan dinyatakan sesuai
dan lengkap dalam proses verifikasi, maka PPK-SKPD
akan menyatakan tanggung jawab verifikasi dan
menyampaikan LPJ Bendahara Penerimaan kepada
Pengguna Anggaran.
(7) Pengguna Anggaran melakukan proses otorisasi terhadap
LPJ Bendahara Penerimaan yang telah diverifikasi.
(8) Bendahara Penerimaan setelah menerima notifikasi
persetujuan (approval), menyampaikan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan kepada
PPKD selaku BUD
(9) PPKD selaku BUD melakukan proses verifikasi dan
rekonsilisasi penerimaan.
(10) Dokumen pembukuan Bendahara
Penerimaan/Bendahara penerimaan pembantu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Wali Kota ini.

Pasal 42
(1) PPKD selaku BUD melakukan verifikasi dan rekonsilisasi
penerimaan sebagaimana dimaksud pada pasal 41 ayat (9)
atas laporan pertanggungjawaban fungsional meliputi:
a. kesesuaian perhitungan atas laporan
pertanggungjawaban penerimaan
b. evaluasi kesesuaian realisasi dengan target
penerimaan
c. analisis capaian realisasi penerimaan
(2) Dalam rangka verifikasi dan analisis laporan
pertanggungjawaban, PPKD selaku BUD melakukan
rekonsiliasi penerimaan secara periodik yang dituangkan
dalam berita acara hasil rekonsiliasi.
(3) Verifikasi dan rekonsiliasi yang dilakukan oleh PPKD
selaku BUD memuat informasi, aliran data, serta
penggunaan dan penyajian dokumen yang dilakukan
secara elektronik.
(4) Langkah-langkah dalam melakukan verifikasi dan
rekonsilisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
berikut:
a. Meneliti LPJ, melihat kesesuaian perhitungan atas
LPJ dengan mutasi Rekening Kas Umum Daerah
b. Jika PPKD selaku BUD menemukan ketidaksesuaian
dan/atau ketidaklengkapan, maka PPKD selaku BUD
meminta perbaikan kepada Bendahara Penerimaan
SKPD.
c. Setelah melakukan verifikasi, PPKD selaku BUD
melakukan rekonsiliasi penerimaan dengan
mengidentifikasi transaksi-transaksi pendapatan yang
diterima oleh BUD tetapi tidak tercatat oleh buku
Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu
d. PPKD selaku BUD menyiapkan laporan realisasi
pendapatan dengan menampilkan data setiap bulan.
e. PPKD selaku BUD membuat analisis deskriptif terkait
capaian realisasi penerimaan.

Paragraf 7
Penatausahaan Pembayaran atas Kelebihan Pembayaran

Pasal 43
(1) Dalam hal terdapat kelebihan penerimaan pajak daerah
dan atau restitusi daerah, Pemerintah Daerah
menetapkan Surat Ketetapan Lebih Bayar (SKLB) sebagai
dasar pengembalian kelebihan penerimaan pendapatan
daerah.
(2) Pengembalian kelebihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. Pengembalian atas kelebihan Penerimaan Daerah
yang sifatnya berulang dan terjadi pada tahun yang
sama maupun tahun sebelumnya dilakukan dengan
membebankan pada rekening penerimaan yang
bersangkutan.
b. Pengembalian atas kelebihan Penerimaan Daerah
yang sifatnya tidak berulang yang terjadi dalam tahun
yang sama dilakukan dengan membebankan pada
rekening penerimaan yang bersangkutan.
c. Pengembalian atas kelebihan Penerimaan Daerah
yang sifatnya tidak berulang yang terjadi pada tahun
sebelumnya dilakukan dengan membebankan pada
rekening belanja tidak terduga.
(3) Pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah yang
sifatnya berulang dan terjadi pada tahun yang sama
maupun tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, dengan kriteria sebagai berikut:
a. penerimaan daerah berkenaan dianggarkan rutin
setiap tahun; dan
b. objek penerimaan daerah yang sama.
(4) Informasi kelebihan atas penerimaan daerah dapat
berupa:
a. Surat permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran;
b. rekomendasi APIP;
c. rekomendasi BPK-RI;
d. putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap dan
sudah tidak ada upaya hukum lainnya; dan/atau
e. Informasi lainnya yang dipersamakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(5) Berdasarkan Informasi kelebihan atas penerimaan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), PA sesuai dengan
kewenangannya melakukan proses verifikasi dan validasi
untuk memastikan:
a. keabsahan bukti yang dijadikan dasar pengajuan.
b. unsur penyebab pengajuan pengembalian.
(6) Unsur Penyebab pengajuan pengembalian sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf b dapat dikarenakan:
a. kesalahan yang dikarenakan kesalahan penulisan;
atau
b. adanya keberatan yang oleh pihak ketiga atas surat
penetapan yang sudah disampaikan
(7) Berdasarkan informasi kelebihan atas penerimaan daerah
serta hasil verifikasi yang dilakukan SKPD terkait,
diterbitkan SKLB sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(8) Setiap pengembalian kelebihan penerimaan pendapatan
harus didasarkan pada Surat Ketetapan Pajak Daerah
Lebih Bayar (SKPDLB), Surat Ketetapan Retribusi Daerah
Lebih Bayar (SKRDLB) atau dokumen lainnya yang
dipersamakan untuk pendapatan selain pajak daerah dan
retribusi daerah.
(9) Pengguna Anggaran berdasarkan dokumen SKPDLB,
SKRDLB atau dokumen lainnya yang dipersamakan
untuk pendapatan selain pajak daerah dan retribusi
daerah menerbitkan surat perintah membayar untuk
disampaikan kepada BUD.
(10) BUD berdasarkan surat perintah membayar dari PA,
menerbitkan SP2D-LS pengembalian penerimaan
pendapatan.

Pasal 44
Tahapan penerbitan SKLB sebagaimana dimakasud dalam
Pasal 42 ayat (7) sebagai berikut:
a. Bendahara Penerimaan menerima informasi kelebihan
atas penerimaan pendapatan daerah.
b. Bendahara Penerimaan melakukan verifikasi terhadap
informasi atau permohonan pengembalian kelebihan
penerimaan pendapatan daerah.
c. Setelah terverifikasi, Bendahara Penerimaan menyiapkan
SKLB.
d. PPKD mengesahkan dan menerbitkan SKLB

Pasal 45
(1) Berdasarkan pengajuan SKLB untuk pengembalian atas
kelebihan Penerimaan Daerah: yang sifatnya berulang dan
terjadi pada tahun yang sama maupun tahun sebelumnya
dan yang sifatnya tidak berulang yang terjadi dalam tahun
yang sama Bendahara Penerimaan SKPD/SKPKD
melakukan koreksi pada rekening penerimaan yang
bersangkutan.
(2) Berdasarkan pengajuan SKLB yang sifatnya tidak
berulang yang terjadi pada tahun sebelumnya, Bendahara
Pengeluaran SKPD/SKPKD memproses pengajuan LS
pengembalian atas kelebihan pendapatan daerah dan
membebankannya pada rekening belanja tidak terduga.
Pasal 46
(1) Berdasarkan SP2D-LS pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah yang sifatnya berulang dan terjadi
pada tahun yang sama, Bendahara Penerimaan SKPD
melakukan penyesuaian pencatatan terhadap
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah
dimaksud melalui koreksi kesalahan pencatatan
penerimaan daerah.
(2) Berdasarkan SP2D-LS pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah yang sifatnya tidak berulang dan
terjadi pada sebelumnya, Bendahara Pengeluaran SKPKD
melakukan penyesuaian pencatatan terhadap
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah
dimaksud yang dibebankan pada rekening BTT

Bagian Keempat
Penatausahaan Belanja

Paragraf 1
Asas Umum Penatausahaan Belanja

Pasal 47
(1) Setiap pengeluaran belanja harus didukung bukti yang
lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak
yang menagih.
(2) Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak
dapat dilakukan sebelum rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD ditetapkan dan diundangkan dalam
lembaran daerah.
(3) Pengeluaran kas tersebut di atas tidak termasuk
pengeluaran keadaan darurat dan/atau keperluan
mendesak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu melaksanakan pembayaran setelah:
a. meneliti kelengkapan dokumen pembayaran yang
diterbitkan oleh PA/KPA beserta bukti transaksinya;
b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang
tercantum dalam dokumen pembayaran; dan
c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan
(5) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu wajib menolak melakukan pembayaran dari
PA/KPA apabila persyaratan tidak dipenuhi.
(6) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu bertanggung jawab secara pribadi atas
pembayaran yang dilaksanakannya.
(7) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh)
dan pajak lainnya wajib menyetorkan seluruh penerimaan
potongan dan pajak yang dipungutnya ke Rekening Kas
Umum Negara.
Paragraf 2
Surat Permintaan Pembayaran

Pasal 48
(1) Bendahara Pengeluaran/Pengeluaran Pembantu
mengajukan SPP kepada PA/KPA melalui PPK SKPD
berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan SPD.
(2) SPP yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. SPP-UP;
b. SPP-GU;
c. SPP-TU; dan
d. SPP-LS.
(3) SPP yang dapat diajukan oleh Bendahara Pengeluaran
Pembantu terdiri atas:
a. SPP-TU; dan
b. SPP-LS.
(4) Pengajuan SPP kepada KPA berdasarkan pertimbangan
besaran SKPD dan lokasi, disampaikan Bendahara
Pengeluaran Pembantu melalui PPK Unit SKPD
berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan SPD.
(5) Pengajuan SPP kepada KPA berdasarkan pertimbangan
besaran anggaran Kegiatan SKPD, disampaikan
Bendahara Pengeluaran Pembantu melalui PPK SKPD
berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan
dengan SPD.

Pasal 49
(1) Dalam rangka kelancaran pelaksanaan sub kegiatan,
SKPD diberikan UP yang dikelola oleh Bendahara
Pengeluaran SKPD.
(2) Besaran UP untuk masing-masing SKPD ditetapkan
dengan Keputusan Walikota tentang besaran UP, yang
ditetapkan satu kali dalam satu tahun pada awal tahun
anggaran, berdasarkan pertimbangan:
a. ketersediaan kas di Rekening Kas Umum Daerah;
b. rencana pembayaran belanja dengan menggunakan
mekanisme LS; dan
c. besaran anggaran SKPD.
(3) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP sebagaimana
dimaksud dalam pasal 48 ayat (2) huruf a dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran dalam rangka pengisian UP.
(4) Pengajuan Dokumen SPP-UP sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-UP;
b. ringkasan SPP-UP;
c. rincian SPP-UP;
d. salinan SPD;
e. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang
menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain uang
persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;
dan
f. lampiran lain yang diperlukan.
(5) Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP-UP beserta
dokumen tersebut kepada PA melalui PPK-SKPD.

Pasal 50
(1) UP pada bendahara pengeluaran dapat dilimpahkan
kepada bendahara pengeluaran pembantu.
(2) Proses Pelimpahan UP didasarkan pada perencanaan
internal SKPD dan harus mendapatkan persetujuan dari
PA.
(3) Atas persetujuan PA, Bendahara Pengeluaran SKPD dapat
melimpahkan sebagian UP/GU yang dikelolanya kepada
Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk pelaksanaan
sub kegiatan pada unit SKPD, yang dilakukan secara non
tunai melalui pemindahbukuan dari rekening Bendahara
Pengeluaran ke rekening Bendahara Pengeluaran
Pembantu.
(4) Persetujuan PA dan besaran Pelimpahan UP dituangkan
dalam surat keputusan/persetujuan/disposisi PA tentang
besaran Pelimpahan UP kepada Bendahara Pengeluaran
Pembantu dengan mempertimbangkan usul Bendahara
Pengeluaran.
(5) Besarnya jumlah uang yang dilimpahkan tersebut
memperhitungkan besarnya kegiatan yang dikelola oleh
KPA) serta waktu pelaksanaan kegiatan.
(6) Atas dasar pelimpahan UP tersebut, maka Bendahara
Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu
melakukan pencatatan pada buku-buku terkait.
(7) Bendahara Pengeluaran Pembantu bertanggung jawab
atas penggunaan UP yang dilimpahkan oleh Bendahara
Pengeluaran.
(8) Pelimpahan UP kepada Bendahara Pengeluaran
Pembantu berakhir ketika sub kegiatan unit SKPD yang
bersangkutan telah selesai dilaksanakan dan apabila
terdapat sisa uang persediaan, disetorkan secara non
tunai melalui pemindahbukuan dari rekening Bendahara
Pengeluaran Pembantu ke rekening Bendahara
Pengeluaran.

Pasal 51
(1) Mekanisme belanja atas dana UP dapat dilaksanakan
dengan menggunakan Tanpa Uang Panjar
(2) PPTK melakukan belanja sebagai pelaksanaan sub
kegiatan yang dikelolanya dan untuk itu melakukan
transaksi dengan pihak penyedia barang/jasa.
(3) Atas belanja yang dilakukan, PPTK diwajibkan untuk
mendapatkan bukti belanja yang sah sebagai syarat
keabsahan belanja secara materiil.
(4) Berdasarkan bukti-bukti belanja yang sah, PPTK
menyiapkan dokumen untuk mendapatkan persetujuan.
(5) PA/KPA memberikan persetujuan terhadap dokumen
yang diajukan oleh PPTK dan selanjutnya menyampaikan
kepada Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu.
(6) Pada saat bersamaan, PPTK menyerahkan bukti-bukti
pengeluaran belanja yang sah kepada Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk
diverifikasi.
(7) Berdasarkan bukti-bukti pengeluaran belanja yang sah,
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu melakukan proses pembayaran langsung
secara tunai/non tunai
(8) Pembayaran secara non tunai dilakukan melalui
pemindahbukuan dari rekening Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu ke
rekening pihak penyedia barang/jasa.

Pasal 52
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU
sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 ayat (2) huruf b
dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran dalam rangka
mengganti UP.
(2) Pengajuan SPP-GU dilampiri dengan dokumen asli
pertanggungjawaban penggunaan UP.
(3) Besaran SPP-GU dihitung berdasarkan belanja-belanja
yang telah diverifikasi oleh Bendahara Pengeluaran dan
tidak melebihi besaran UP.
(4) SPP-GU diajukan apabila UP telah dipergunakan paling
sedikit 60% (enam puluh persen).
(5) Dokumen Pengajuan SPP-GU terdiri atas:
a. ringkasan SPP-GU;
b. rincian penggunaan SP2D-UP/GU yang lalu;
c. bukti transaksi yang sah dan lengkap;
d. salinan SPD;
e. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang
menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang
persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;
dan
f. lampiran lain yang diperlukan.
(6) Bukti-bukti transaksi belanja penggunaan UP/GU
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b dapat
berupa bukti-bukti elektronik.
(7) Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP-GU beserta
dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada PA
melalui PPK-SKPD;
(8) Pengajuan SPP-GU terakhir dilakukan paling lambat
tanggal 10 Desember.
Pasal 53
(1) Bendahara Pengeluaran atau Bendahara Pengeluaran
Pembantu mengajukan SPP-TU sebagaimana dimaksud
dalam pasal 48 ayat (2) hurud c dan ayat (3) huruf a untuk
melaksanakan kegiatan yang bersifat mendesak dan tidak
dapat menggunakan SPP-LS dan/atau SPP-UP/GU.
(2) Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat
persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian
kebutuhan dan waktu penggunaannya ditetapkan dengan
Peraturan Walikota.
(3) Dalam hal sisa TU tidak habis digunakan dalam 1 (satu)
bulan, sisa TU disetor ke Rekening Kas Umum Daerah.
Pengajuan SPP-TU dilampiri dengan daftar rincian
rencana penggunaan dana.
(4) Ketentuan batas waktu penyetoran sisa TU dikecualikan
untuk:
a. Kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu)
bulan; dan/atau
b. Kegiatan yang mengalami perubahan jadwal dari yang
telah ditetapkan sebelumnya akibat peristiwa di luar
kendali PA/KPA.
(5) PPTK menyiapkan dokumen pengajuan SPP-TU,
berdasarkan rencana sub kegiatan dan DPA-SKPD, untuk
memastikan bahwa kebutuhan dana tersebut memenuhi
persyaratan pengajuan permintaan belanja TU, yaitu:
a. Sub kegiatan yang bersifat mendesak; atau
b. Tidak dapat menggunakan SPP-LS dan/atau SPP-
UP/GU.
(6) Dokumen SPP-TU sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
terdiri dari:
a. surat pengantar SPP-TU;
b. ringkasan SPP-TU;
c. rincian rencana penggunaan TU;
d. salinan SPD;
e. draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran yang
menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain tambahan uang
persediaan saat pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;
f. surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan
pengisian tambahan uang persediaan; dan
g. lampiran lainnya.
(7) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu menerima dokumen SPP-TU dari PPTK sebagai
dasar pengajuan permintaan pembayaran TU.
(8) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu meneliti rencana belanja TU dengan langkah
sebagai berikut:
a. Meneliti dokumen DPA-SKPD untuk
memastikan bahwa belanja terkait tidak melebihi sisa
pagu anggaran;
b. Meneliti dokumen SPD untuk memastikan
dana untuk belanja terkait telah disediakan;
c. Meneliti perhitungan pengajuan TU dan/atau
dokumen yang mendasarinya;
(9) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu mengajukan SPP-TU tersebut kepada PA/KPA
melalui PPK-SKPD;
(10) Pengajuan SPP-TU terakhir dilakukan paling lambat
tanggal 10 Desember.

Pasal 54
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS sebagaimana
dimaksud dalam pasal 48 ayat (2) huruf d dilakukan oleh
Bendahara Pengeluaran untuk pembayaran:
a. gaji dan tunjangan;
b. kepada pihak ketiga atas pengadaan barang dan jasa;
dan
c. kepada pihak ketiga lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pengajuan dokumen SPP-LS untuk pembayaran
pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, dapat juga dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran Pembantu dalam hal PA melimpahkan
sebagian kewenangannya kepada KPA.
(3) Pengajuan dokumen SPP-LS untuk pembayaran
pengadaan barang dan jasa oleh Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu,
dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari sejak diterimanya
tagihan dari pihak ketiga melalui PPTK.
(4) SPP-LS kepada pihak ketiga lainnya sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf c digunakan untuk pembayaran
meliputi :
a. hibah berupa uang;
b. bantuan sosial berupa uang;
c. bantuan keuangan;
d. subsidi;
e. bagi hasil;
f. belanja tidak terduga untuk pengembalian kelebihan
penerimaan yang terjadi pada tahun anggaran
sebelumnya;
g. pembayaran kewajiban pemda atas putusan
pengadilan, dan rekomendasi APIP dan/atau
rekomendasi BPK;

Pasal 55
(1) Pengajuan SPP-LS gaji dan tunjangan dilampiri dengan
kelengkapan dokumen yang terdiri dari:
a. Ringkasan SPP-LS;
b. Rincian belanja yang diajukan pembayarannya sampai
dengan sub rincian objek
c. Rekapitulasi daftar gaji dan tunjangan dilengkapi:
1) Daftar perubahan data pegawai yang
ditandatangani oleh pejabat sesuai kewenangan;
2) Salinan dokumen pendukung perubahan data
pegawai yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang meliputi:
(a) gaji induk;
(b) gaji susulan;
(c) kekurangan gaji;
(d) gaji terusan;
(e) SK CPNS;
(f) SK PNS;
(g) SK kenaikan pangkat;
(h) SK jabatan;
(i) kenaikan gaji berkala;
(j) surat pernyataan pelantikan;
(k) surat pernyataan melaksanakan tugas;
(l) daftar keluarga (KP4);
(m) fotokopi surat nikah;
(n) fotokopi akte kelahiran;
(o) surat keterangan pemberhentian pembayaran
(SKPP) gaji;
(p) surat keterangan masih sekolah/kuliah;
(q) surat pindah; dan
(r) surat kematian;
(2) Kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c angka 2) disesuaikan dengan peruntukannya.
(3) Berdasarkan rekapitulasi daftar gaji dan tunjangan dan
dokumen pendukung, Bendahara Pengeluaran
memverifikasi rencana belanja gaji dan tunjangan dengan
langkah meliputi :
a. Meneliti dokumen DPA untuk memastikan bahwa
belanja gaji dan tunjangan yang akan diajukan tidak
melebihi sisa anggaran;
b. Meneliti dokumen SPD terkait untuk memastikan
dana untuk belanja gaji dan tunjangan yang akan
diajukan telah disediakan; dan
c. Meneliti validitas perhitungan dokumen daftar gaji.
(4) Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP-LS Gaji dan
Tunjangan tersebut kepada PA melalui PPK-SKPD.

Pasal 56
(1) Pengajuan SPP-LS pengadaan barang dan jasa dengan
kelengkapan dokumen yang terdiri dari:
a. Ringkasan SPP-LS;
b. Rincian belanja yang diajukan pembayarannya sampai
dengan sub rincian objek
c. Lampiran SPP-LS mencakup:
1) dokumen kontrak;
2) berita acara pemeriksaan;
3) berita acara kemajuan pekerjaan;
4) berita acara penyelesaian pekerjaan;
5) berita acara serah terima barang dan jasa;
6) berita acara pembayaran;
7) surat jaminan bank;
8) surat referensi/keterangan bank;
9) jaminan pembayaran dari bank yang sama dengan
bank Rekening Kas Umum Daerah;
10) surat pernyataan kesanggupan dari pihak
lain/rekanan untuk menyelesaikan pekerjaan
seratus persen sampai dengan berakhir masa
kontrak;
11) dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-
kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari penerusan pinjaman/hibah luar
negeri.
(2) Kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan
jenis atau sifat pengadaan barang dan jasa yang
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu memverifikasi rencana belanja pengadaan
barang dan jasa dengan Langkah meliputi :
a. Meneliti dokumen SPD terkait untuk memastikan
dana untuk belanja pengadaan barang dan jasa yang
akan diajukan telah disediakan;
b. Meneliti dokumen DPA untuk memastikan bahwa
belanja pengadaan barang dan jasa yang akan
diajukan tidak melebihi sisa anggaran; dan
c. Meneliti kelengkapan dan validitas perhitungan atas
tagihan pihak ketiga, Berita Acara Serah Terima
(BAST), serta dokumen pengadaan barang dan jasa.
(4) Berdasarkan hasil verifikasi, Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
menyiapkan pengajuan SPP-LS Pengadaan Barang dan
Jasa.
(5) Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP-LS Pengadaan
Barang dan Jasa tersebut kepada PA melalui PPK-SKPD.

Pasal 57
(1) Pengajuan SPP-LS kepada pihak ketiga lainnya dengan
kelengkapan dokumen yang terdiri dari:
a. Ringkasan SPP-LS;
b. Rincian belanja yang diajukan pembayarannya sampai
dengan sub rincian objek
c. Lampiran SPP-LS.
(2) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu menyiapkan LS Kepada Pihak Ketiga Lainnya
dengan mengacu kepada Keputusan Walikota dan
dokumen pendukung lainnya.
(3) Besaran Pengajuan LS kepada pihak ketiga lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
dihitung berdasarkan keputusan Walikota dan/atau
dokumen pendukung lainnya yang telah diverifikasi oleh
Bendahara Pengeluaran.
(4) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu memverifikasi rencana pembayaran kepada
pihak ketiga lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dengan langkah antara lain:
a. Meneliti dokumen DPA untuk memastikan bahwa
pembayaran kepada Pihak Ketiga lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang akan diajukan tidak melebihi sisa anggaran;
b. Meneliti dokumen SPD terkait untuk memastikan
dana untuk pembayaran kepada Pihak Ketiga lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang akan diajukan telah disediakan;
c. Meneliti kelengkapan dan validitas perhitungan
berdasarkan keputusan Walikota dan/atau dokumen
pendukung lainnya.
(5) Berdasarkan hasil verifikasi, Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
menyiapkan pengajuan SPP-LS pihak ketiga lainnya.
(6) Bendahara Pengeluaran mengajukan SPP-LS pihak ketiga
lainnya tersebut kepada PA melalui PPK-SKPD.
(7) Pengajuan SPP-LS terakhir dilakukan paling lambat
tanggal 15 Desember.
(8) Dokumen penerbitan SPP sebagaimana dimaksud dalam
pasal 48 tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota
ini

Paragraf 3
Surat Perintah Membayar

Pasal 58
(1) Jenis SPM terdiri atas:
a. SPM-UP;
b. SPM-GU;
c. SPM-TU;
d. SPM-LS Gaji dan Tunjangan;
e. SPM-LS Pengadaan Barang dan Jasa; dan
f. SPM-LS Pihak ketiga lainnya.
(2) PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD melakukan verifikasi
kelengkapan dan keabsahan pengajuan permintaan
pembayaran dari Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu.
(3) Perintah pembayaran diajukan oleh Pengguna Anggaran
kepada Kuasa BUD dan didokumentasikan dalam SPM
yang disiapkan oleh PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD setelah
sebelumnya melakukan verifikasi kelengkapan dan
keabsahan pengajuan pembayaran
(4) PPK-Unit SKPD berwenang melakukan verifikasi
kelengkapan dan keabsahan hanya untuk pengajuan
permintaan pembayaran LS dan/atau TU dari Bendahara
Pengeluaran Pembantu.
(5) PA/KPA dilarang menerbitkan SPM yang membebani
tahun anggaran berkenaan setelah tahun anggaran
berakhir.
(6) Dalam hal PA/KPA berhalangan sementara, yang
bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi
wewenang untuk menandatangani SPM berdasarkan
Surat Tugas PA/KPA.
(7) Dalam hal PA/KPA berhalangan tetap, penunjukkan
pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani
SPM ditetapkan dengan Keputusan Walikota.
(8) PPK-SKPD/PPK Unit SKPD dalam penerbitan setiap SPM,
melakukan pencatatan pada register SPM.

Pasal 59
(1) Berdasarkan SPP-UP yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 ayat
(5) PPK-SKPD melakukan verifikasi dengan cara meneliti
kesesuaian besaran UP dengan SK Walikota.
(2) Dalam hal hasil verifikasi dinyatakan sesuai, PPK-SKPD
menyiapkan rancangan Perintah Membayar UP yang
didokumentasikan dalam draft SPM-UP untuk
ditandatangani oleh PA.
(3) PA menandatangani dan menerbitkan SPM-UP paling
lama 2 (dua) hari sejak proses verifikasi dinyatakan
lengkap dan sah, untuk kemudian disampaikan kepada
Kuasa BUD, dengan dilengkapi:
a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak PA; dan
b. Surat Pernyataan Verifikasi PPK-SKPD.

Pasal 60
(1) Berdasarkan SPP-GU yang diajukan oleh Bendahara
Pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 ayat
(5) PPK-SKPD melakukan verifikasi atas LPJ Penggunaan
UP beserta bukti-bukti transaksinya yang diterima
dengan langkah berikut:
a. Meneliti dokumen DPA untuk memastikan bahwa
belanja terkait tidak melebihi sisa anggaran;
b. Meneliti dokumen SPD untuk memastikan dana untuk
belanja terkait telah disediakan;
c. Meneliti kelengkapan dan keabsahan bukti-bukti
transaksi dan dokumen perpajakan terkait; dan
d. Meneliti kesesuaian jumlah perhitungan pengajuan
GU, LPJ Penggunaan UP, dan bukti-bukti
transaksinya.
(2) Apabila didapatkan ketidaklengkapan dan/atau
ketidakabsahan dan/atau ketidaksesuaian, PPK-SKPD
meminta perbaikan dan/atau penyempurnaan kepada
Bendahara Pengeluaran paling lambat 1 (satu) hari sejak
diterimanya SPP-GU.
(3) Dalam hal hasil verifikasi dinyatakan lengkap dan sah,
PPK SKPD menyiapkan pengajuan Perintah Membayar GU
yang didokumentasikan dalam draft SPM-GU untuk
ditandatangani oleh PA.
(4) PA menandatangani dan menerbitkan SPM-GU paling
lama 2 (dua) hari sejak proses verifikasi dinyatakan
lengkap dan sah untuk kemudian disampaikan kepada
Kuasa BUD, dengan dilengkapi:
a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak PA; dan
b. Surat Pernyataan Verifikasi PPK-SKPD yang dilampiri
checklist kelengkapan dokumen.
(5) Pengajuan SPM-GU terakhir dilakukan paling lambat
tanggal 10 Desember.
Pasal 61
(1) Berdasarkan pengajuan SPP-TU yang diajukan oleh
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu sebagaimana dimaksud dalam pasal 53 ayat
(6), PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD melakukan verifikasi
yang disertai dengan Daftar Rincian Rencana Belanja TU,
dengan langkah sebagai berikut:
a. Meneliti dokumen DPA untuk memastikan bahwa
belanja terkait tidak melebihi sisa anggaran;
b. Meneliti dokumen SPD untuk memastikan dana untuk
belanja terkait telah disediakan; dan
c. Meneliti kelengkapan dan keabsahan persyaratan
pengajuan permintaan Perintah Membayar TU.
(2) Apabila didapatkan ketidaklengkapan dan/atau
ketidakabsahan dan/atau ketidaksesuaian, PPK-
SKPD/PPK-Unit SKPD meminta perbaikan dan/atau
penyempurnaan kepada Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu paling
lambat 1 (satu) hari sejak diterimanya SPP-TU.
(3) Dalam hal hasil verifikasi dinyatakan lengkap dan sah,
PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD menyiapkan pengajuan
Perintah Membayar TU yang didokumentasikan dalam
draft SPM-TU untuk ditandatangani oleh PA.
(4) PA/KPA menandatangani dan menerbitkan SPM-TU
paling lama 2 (dua) hari sejak proses verifikasi
dinyatakan lengkap dan sah untuk kemudian
disampaikan kepada Kuasa BUD, dengan dilengkapi:
a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak PA/KPA;
dan
b. Surat Pernyataan Verifikasi PPK-SKPD/PPK-Unit
SKPD yang dilampiri checklist
(5) Pengajuan SPM-TU terakhir dilakukan paling lambat
tanggal 10 Desember.

Pasal 62
(1) Berdasarkan pengajuan SPP-LS oleh Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 ayat (1), pasal 56,
pasal 57 yang dilengkapi dengan dokumen-dokumen
pendukungnya, PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD melakukan
verifikasi dengan langkah berupa:
a. Meneliti dokumen DPA untuk memastikan bahwa
belanja terkait tidak melebihi sisa anggaran;
b. Meneliti dokumen SPD untuk memastikan dana untuk
belanja terkait telah disediakan;
c. Meneliti kelengkapan dokumen sesuai dengan jenis
pengajuannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagaimana yang tersimpan
dalam dokumentasi di sistem.
d. Meneliti keabsahan dokumen-dokumen pendukung;
dan
e. Meneliti kesesuaian jumlah perhitungan pengajuan LS
dengan dokumen pendukungnya.
(2) Apabila didapatkan ketidaklengkapan dan/atau
ketidakabsahan dan/atau ketidaksesuaian, PPK-
SKPD/PPK-Unit SKPD meminta perbaikan dan/atau
penyempurnaan kepada Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu paling
lambat 1 (satu) hari sejak diterimanya SPP-LS.
(3) Dalam hal hasil verifikasi dinyatakan lengkap dan sah,
PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD menyiapkan pengajuan
Perintah Membayar LS yang didokumentasikan dalam
draft SPM-LS untuk ditandatangani oleh PA/KPA
(4) PA/KPA menandatangani dan menerbitkan SPM-LS paling
lama 2 (dua) hari sejak proses verifikasi dinyatakan
lengkap dan sah untuk kemudian disampaikan kepada
Kuasa BUD, dengan dilengkapi:
a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak PA/KPA;
dan
b. Surat Pernyataan Verifikasi PPK-SKPD/PPK-Unit
SKPD yang dilampiri checklist kelengkapan dokumen.
(5) Penerbitan SPM-LS dapat dilakukan dengan menerapkan
ETP yang dicetak dan dikirim secara online dalam bentuk
file kepada Kuasa BUD.
(6) Pengajuan SPM-LS terakhir dilakukan paling lambat
tanggal 15 Desember.
(7) Dokumen penerbitan SPM sebagaimana dimaksud pada
ayat (10) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota
ini

Paragraf 4
Surat Perintah Pencairan Dana

Pasal 63
(1) Berdasarkan pengajuan SPM oleh PA/KPA yang disertai
Surat Pernyataan Verifikasi PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD
dan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak PA/KPA
sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 ayat (3), pasal 60
ayat (4), pasal 61 ayat (4), pasal 62 ayat (4) Kuasa BUD
melakukan verifikasi dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Meneliti dokumen DPA untuk memastikan bahwa
belanja terkait tidak melebihi sisa anggaran;
b. Meneliti dokumen SPD untuk memastikan dana untuk
belanja terkait telah disediakan;
c. Meneliti dan memastikan kelengkapan dokumen yang
menjadi persyaratan pengajuan SPM terdiri dari:
1) Surat Perintah Membayar (SPM);
2) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
PA/KPA;
3) Surat Pernyataan Verifikasi PPK-SKPD/PPK-Unit
SKPD; dan
4) Daftar atau checklist kelengkapan dokumen
5) Bukti Setoran Pajak/ID Billing/SPPE.
6) Dalam hal pencairan dana yang bersumber dari
Dana Transfer harus dilengkapi dengan formulir
ketersediaan dana.
d. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas Beban
APBD yang tercantum dalam perintah pembayaran.
(2) Dalam hal terjadi ketidaksesuaian dan/atau
ketidaklengkapan dalam proses verifikasi tersebut, Kuasa
BUD mengembalikan dokumen SPM paling lambat 1
(satu) hari terhitung sejak diterimanya SPM.
(3) Dalam hal proses verifikasi dinyatakan lengkap, Kuasa
BUD menerbitkan Perintah Pencairan Dana yang
didokumentasikan dalam SP2D.
(4) Perintah Pencairan Dana sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) disampaikan kepada Bank dengan memuat
informasi tentang:
a. Baki Rekening yang akan dicairkan
b. Jumlah total dana Rekening Kas Umum Daerah yang
dicairkan
c. Tujuan pembayaran terinci pihak penerima non-pihak
ketiga atau pihak ketiga penyedia barang/jasa
(5) Dalam hal telah dilakukan integrasi sistem antara Kuasa
BUD dengan Bank, harus dipastikan informasi yang
dipersyaratkan dalam Perintah Pencairan Dana
tersampaikan antara kedua belah pihak dengan tetap
memperhatikan keamanan digital pada sistem masing-
masing.
(6) Dokumen penerbitan SP2D sebagaimana dimaksud pada
ayat (10) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Wali Kota
ini.

Paragraf 5
Pembukuan Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu

Pasal 64
(1) Dalam rangka pengendalian atas pelaksanaan belanja
daerah Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu melaksanakan Pembukuan yang memuat
informasi, aliran data, serta penggunaan dan penyajian
dokumen yang dilakukan secara elektronik.
(2) Pembukuan yang digunakan oleh Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Buku Kas Umum
b. Buku Pembantu Bank
c. Buku Pembantu Kas Tunai
d. Buku Pembantu Pajak
e. Buku Pembantu Panjar
f. Buku Pembantu per Sub Rincian Objek Belanja
(3) Pencatatan buku-buku sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) bersumber pada data, meliputi:
a. Bukti transaksi yang sah dan lengkap
b. SPP UP/GU/TU/LS
c. SPM UP/GU/TU/LS
d. SP2D
e. Dokumen pendukung lainnya sesuai peraturan
perundang-undangan
(4) Pembukuan atas berbagai transaksi dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu membukukan penerimaan UP/GU/TU
berdasarkan SP2DUP/SP2D-GU/SP2D-TU, dengan
melakukan pencatatan pada Buku Kas Umum di sisi
penerimaan dan pada Buku Kas Pembantu Bank di
sisi penerimaan sesuai dengan jumlah yang tertera
pada SP2D-UP/SP2D-GU/SP2D-TU.
b. Pelimpahan sebagian UP kepada Bendahara
Pengeluaran Pembantu dicatat pada BKU di sisi
pengeluaran, serta pada Buku Pembantu Bank di sisi
pengeluaran sesuai dengan jumlah UP yang
dilimpahkan.
c. Dalam hal Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu melakukan pergeseran
UP/GU/TU yang terdapat di bank ke kas tunai,
dilakukan pencatatan pada BKU sisi pengeluaran dan
penerimaan, pada Buku Pembantu Bank di sisi
pengeluaran, dan pada Buku Pembantu Kas Tunai di
sisi penerimaan sesuai dengan jumlah UP/GU/TU
yang digeser
d. Atas pembayaran yang dilakukan Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
berdasarkan bukti-bukti belanja yang disampaikan
PPTK secara tunai/non tunai, dilakukan pembukuan
dengan mencatat pada BKU di sisi pengeluaran, pada
Buku Pembantu Kas Tunai/Buku Pembantu Bank di
sisi pengeluaran, dan pada Pembantu Sub Rincian
Objek Belanja pada kolom UP/GU/TU sejumlah nilai
belanja bruto.
e. Berdasarkan Nota Pencairan Dana PA/KPA, serta
bukti pengeluaran uang/bukti lainnya yang sah,
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu mencatat pemberian uang panjar sebesar
uang yang diberikan kepada PPTK di BKU pada sisi
pengeluaran, pada Buku Pembantu Bank pada sisi
pengeluaran dan Buku Pembantu Panjar di sisi
pengeluaran.
f. Berdasarkan pertanggungjawaban yang diberikan
PPTK atas penggunaan uang panjar, Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
mencatat di BKU pada sisi pengeluaran dan di buku
pembantu Sub Rincian Objek Belanja pada sisi
pengeluaran.
1) Dalam hal terdapat pengembalian kelebihan uang
panjar dari PPTK, Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
mencatat di Buku Pembantu Bank atau Buku
Pembantu Kas Tunai pada sisi penerimaan sebesar
yang dikembalikan.
2) Dalam hal terdapat kekurangan uang panjar,
Bendahara Pengeluaran/ Bendahara Pengeluaran
Pembantu membayar kekurangannya kepada
PPTK, dan selanjutnya mencatat di Buku
Pembantu Bank atau Buku Pembantu Kas Tunai
pada sisi pengeluaran sebesar yang dibayarkan.
g. Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu melaksanakan pembukuan pembayaran
belanja melalui LS dengan melakukan pencatatan
pada BKU di sisi penerimaan dan sisi pengeluaran
pada tanggal yang sama, dan mencatat pada Buku
Pembantu Sub Rincian Objek Belanja pada kolom
belanja LS sebesar jumlah belanja bruto
h. Pemungutan dan Penyetoran Pajak
1) Pada saat pemugutan/pemotongan pajak,
Bendahara Pengeluaran/ Bendahara Pengeluaran
Pembantu mencatat pada BKU di sisi penerimaan,
dan pada Buku Pembantu Pajak di sisi
penerimaan.
2) Pada saat penyetoran ke Rekening Kas Negara,
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu mencatat pada BKU di sisi pengeluaran,
dan Buku Pembantu Pajak di sisi pengeluaran.
(5) Dokumen pembukuan Bendahara Pengeluaran dan
Bendahara Pengeluaran Pembantu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini

Paragraf 6
Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu

Pasal 65
(1) Bendahara Pengeluaran secara administratif wajib
mempertanggungjawabkan penggunaan UP/GU/TU/LS
kepada PA melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.
(2) Pertanggungjawaban administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa LPJ yang menggambarkan
jumlah anggaran, realisasi dan sisa pagu anggaran secara
kumulatif dan/atau per kegiatan yang dilampiri:
a. BKU;
b. Laporan penutupan kas (BKU); dan
c. LPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu
(3) PPK-SKPD melakukan verifikasi terhadap LPJ
administratif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Meneliti transaksi belanja beserta tanda bukti belanja
yang terdokumentasikan dalam buku atau laporan
terkait;
b. Meneliti penerimaan SP2D yang terdokumentasikan
dalam buku atau laporan terkait; dan
c. Melakukan analisis kesesuaian dan kepatuhan
terhadap proses belanja dan pengeluaran kas.
(4) Apabila dalam proses verifikasi, PPK-SKPD menemukan
ketidaksesuaian dan/atau ketidaklengkapan, maka PPK
SKPD meminta perbaikan dan/atau penyempurnaan
kepada Bendahara Pengeluaran.
(5) Dalam hal proses verifikasi dinyatakan sah dan lengkap,
maka PPK SKPD akan pengajuan penandatanganan dan
persetujuan LPJ Bendahara secara administratif kepada
Pengguna Anggaran.
(6) Pengguna Anggaran menandatangani LPJ Bendahara
yang sudah diverifikasi sebagai bentuk persetujuan.
(7) Pada bulan terakhir tahun anggaran, LPJ administratif
disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember tahun
anggaran berkenaan dan wajib melampirkan bukti
setoran sisa UP/GU.

Pasal 66
(1) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan
secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi
tanggung jawabnya dengan menyampaikan LPJ
pengeluaran kepada PPKD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
(2) Pertanggungjawaban fungsional berupa LPJ yang
merupakan konsolidasi dengan LPJ Bendahara
Pengeluaran Pembantu, dilampiri:
a. Laporan penutupan kas; dan
b. LPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu.
(3) Setelah LPJ Bendahara Pengeluaran ditandatangani oleh
PA, Bendahara Pengeluaran menyampaikan
pertanggungjawaban fungsional kepada PPKD selaku
BUD untuk ditandatangani, paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.
(4) Pertanggungjawaban fungsional disampaikan oleh
Bendahara Pengeluaran kepada PPKD selaku BUD setelah
mendapat persetujuan PA.
(5) Pada bulan terakhir tahun anggaran,
pertanggungjawaban fungsional disampaikan paling
lambat tanggal 31 Desember dan wajib melampirkan bukti
setoran sisa UP.
(6) PPKD selaku BUD melakukan proses verifikasi dan
menandatangani LPJ Bendahara Pengeluaran sebagai
bentuk persetujuan.
(7) LPJ Bendahara Pengeluaran dalam rangka rekonsiliasi
pengeluaran.

Pasal 67
(1) Bendahara Pengeluaran Pembantu menyampaikan LPJ
kepada Bendahara Pengeluaran paling lambat tanggal 5
bulan berikutnya, dilampiri:
a. BKU; dan
b. Laporan penutupan kas.
c. PPK-SKPD/PPK-Unit SKPD melakukan verifikasi
terhadap LPJ sebelum ditandatangani KPA untuk
mendapatkan
(2) Dokumen pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran
dan Bendahara Pengeluaran Pembantu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Wali Kota ini

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 68
Pada saat Peraturan Wali Kota ini mulai berlaku, Peraturan
Wali Kota Semarang Nomor 4 Tahun 2017 tentang Sistem dan
Prosedur Penatausahaan Keuangan Daerah Kota Semarang
(Berita Daerah Kota Semarang Nomor 4 Tahun 2017)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Wali Kota Nomor 58 Tahun 2020 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Wali Kota Nomor 4 Tahun 2017
tentang Sistem dan Prosedur Penatausahaan Keuangan
Daerah Kota Semarang (Berita Daerah Kota Semarang Nomor
58 Tahun 2020), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 69
Peraturan Wali Kota ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Wali Kota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Semarang.

Ditetapkan di Semarang
pada tanggal 27 Maret 2023
WALI KOTA SEMARANG,

ttd
HEVEARITA GUNARYANTI RAHAYU
Diundangkan di Semarang
pada tanggal 27 Maret 2023
SEKRETARIS DAERAH
KOTA SEMARANG,
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUKUM
ttd SEKRETARIAT DAERAH KOTA SEMARANG
ISWAR AMINUDDIN

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2023 NOMOR 21


Drs.Satrio Imam Poetranto, M.Si
Pembina Tingkat I
NIP.196503111986021004
LAMPIRAN
PERATURAN WALI KOTA SEMARANG
NOMOR 21 TAHUN 2023
TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR
PENATAUSAHAAN DALAM
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

A. FORMAT PERSETUJUAN REKAPITULASI DPA-SKPD

KOTA SEMARANG

PERSETUJUAN REKAPITULASI
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
(DPA-SKPD)
TAHUN ANGGARAN …………..

Berdasarkan hasil verifikasi Tim Anggaran Pemerintah Daerah atas


seluruh dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah:
a. Nama : ……………..
b. NIP : ……………..
c. Jabatan : ……………..
menyetujui untuk dilakukan pengesahan atas dokumen pelaksanaan
anggaran satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kota Semarang sebagai
dasar pelaksanaan anggaran daerah Tahun Anggaran ……………..

Kode Nama Formulir


DPA-SKPD Rincian DPA SKPD
DPA-PENDAPATAN SKPD Rincian Anggaran Pendapatan SKPD
DPA-BELANJA SKPD Rincian Anggaran Belanja SKPD
DPA-PEMBIAYAAN SKPD Rincian Anggaran Pembiayaan Daerah
SKPD
Demikian disampaikan dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
………., Tanggal …..
Disetujui oleh, Disahkan oleh,
Sekretaris Daerah PPKD

Nama Nama
NIP: …..….. NIP: …..…..
B. FORMAT DPA-SKPD

KOTA SEMARANG

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN


SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
(DPA-SKPD)
TAHUN ANGGARAN …………..
URUSAN PEMERINTAHAN :x ………………….
BIDANG URUSAN : x.xx ………………….
ORGANISASI : x.xx.xx ………………….

Pengguna Anggaran :
a. Nama : ……………..
b. NIP : ……………..
c. Jabatan : ……………..

Kode Nama Formulir


DPA-PENDAPATAN SKPD Rincian Anggaran Pendapatan SKPD
DPA-BELANJA SKPD Rincian Anggaran Belanja SKPD
DPA-PEMBIAYAAN SKPD Rincian Anggaran Pembiayaan Daerah
SKPD

Disahkan oleh, ………., Tanggal …..


PPKD Pengguna Anggaran

Nama Nama
NIP: …..….. NIP: …..…..
C. RINGKASAN DPA-SKPD
Halaman
…………..
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
Formulir
Kota Semarang
DPA/SKPD
Tahun Anggaran …….
Organisasi : x.xx.xx …………………..

Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pendapatan, Belanja dan


Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kode Jumlah
Uraian
Rekening (Rp)
1 2 3
Pendapatan

Belanja

Surplus/(Defisit)
Penerimaan Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan

Pembiayaan Neto
Rencana Realisasi Rencana Penarikan ………., tanggal …..
Penerimaan per Bulan Dana per Bulan *) Pengguna
*) Anggaran
Januari Rp………… Januari Rp…………
Februari Rp………… Februari Rp…………
Maret Rp………… Maret Rp…………
April Rp………… April Rp…………
Mei Rp………… Mei Rp………… Nama
Juni Rp………… Juni Rp………… NIP: …….
Juli Rp………… Juli Rp…………
Agustus Rp………… Agustus Rp………… Mengesahkan,
September Rp………… September Rp………… PPKD
Oktober Rp………… Oktober Rp…………
November Rp………… November Rp…………
Desember Rp………… Desember Rp…………
Jumlah Rp………… Jumlah Rp…………
Nama
NIP: …….

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


No. Nama NIP Jabatan Tanda Tangan
1
2
dst
*) Sesuai dengan periodisasi SPD
D. FORMAT DPA-PENDAPATAN SKPD
Halaman
…………..
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
Formulir
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
DPA-PENDAPATAN
Kota Semarang
SKPD
Tahun Anggaran …….
Organisasi : x.xx.xx …………………..
Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kode Rincian Perhitungan Jumlah
Uraian
Rekening Volume Satuan Tarif/Harga (Rp)

Jumlah
Rencana Realisasi Pendapatan per Bulan ………., tanggal …..
*) Pengguna Anggaran
Januari Rp…………………….
Februari Rp…………………….
Maret Rp…………………….
April Rp…………………….
Mei Rp……………………. Nama
NIP: …….
Juni Rp…………………….
Juli Rp……………………. Mengesahkan,
Agustus Rp……………………. PPKD
September Rp…………………….
Oktober Rp…………………….
November Rp…………………….
Desember Rp…………………….
Nama
Jumlah Rp…………………….
NIP: …….

Tim Anggaran Pemerintah Daerah:


No. Nama NIP Jabatan Tanda Tangan
1
2
dst
*) Sesuai dengan periodisasi SPD
E. FORMAT DPA-BELANJA SKPD

Halaman
…………..
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
Formulir
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
DPA-BELANJA
Kota Semarang
SKPD
Tahun Anggaran …….
Organisasi : x.xx.xx …………………..
Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Belanja Berdasarkan Program, Kegiatan dan Sub Kegiatan
Kode Jumlah
Tahun n
Bidang Urusan

Sub Kegiatan
Kegiatan
Program
Urusan

Uraian Lokasi Belanja


Tahun-1 Belanja Belanja Belanja Tahun+1
Tidak Jumlah
Operasi Modal Transfer
Terduga

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Urusan …
Bidang Urusan …
Program …
Kegiatan …
Sub Kegiatan …
Dst …
Kegiatan …
Sub Kegiatan …
Dst …

Belanja Penunjang Urusan


dst …

Urusan …
Bidang Urusan …
Program …
Kegiatan …
Sub Kegiatan …
dst …
Kegiatan …
dst …

Belanja Penunjang Urusan


dst …

Urusan …
Bidang Urusan …
Program …
Kegiatan …
Sub Kegiatan …
dst …
Kegiatan …
dst …

Belanja Penunjang Urusan


dst …
dst …
dst …
Jumlah
Rencana Penarikan Dana per Bulan*)
Januari Rp………………………………
Februari Rp……………………………… ………., tanggal …..
Maret Rp………………………………
April Rp……………………………… Disetujui oleh, Disiapkan oleh,
Mei Rp……………………………… Pengguna Anggaran PPKD
Juni Rp………………………………
Juli Rp………………………………
Agustus Rp………………………………
September Rp………………………………
Oktober Rp………………………………
November Rp……………………………… Nama Nama
Desember Rp……………………………… NIP: ……. NIP: …….
Jumlah Rp………………………………
*) Sesuai dengan periodisasi SPD
F. FORMAT DPA-RINCIAN BELANJA SKPD
Halaman
…………..
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
Formulir
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
DPA-RINCIAN BELANJA
Kota Semarang
SKPD
Tahun Anggaran …….
Nomor DPA :…………………..
Urusan Pemerintahan :x …………………..
Bidang Urusan : x.xx …………………..
Program : x.xx …………………..
Kegiatan : x.xx …………………..
Organisasi : x.xx …………………..
Unit : x.xx …………………..
Alokasi Tahun – 1 : Rp. .(terbilang)
Alokasi Tahun : Rp. .(terbilang)
Alokasi Tahun + 1 : Rp. .(terbilang)

Indikator dan Tolak Ukur Kinerja Kegiatan


Indikator Tolak Ukur Kerja Target Kinerja
Masukan
Keluaran
Hasil
Kelompok Sasaran Kegiatan:
Sub Kegiatan : x.xx.xx
Sumber Pendanaan : ...……..
Lokasi : (Provinsi sampai Kecamatan, Kabupaten/Kota sampai
Desa/Kelurahan
Keluaran Sub Kegiatan : (Kuantitas, dengan satuan disamakan dengan/sub kegiatan)
Waktu Pelaksanaan : Mulai………. Sampai……….
Keterangan :
Kode Rincian Perhitungan Jumlah
Uraian
Rekening Koefisien/ Volume Satuan Harga PPN (Rp)

Jumlah Anggaran Sub Kegiatan


Sub Kegiatan : x.xx.xx
Sumber Pendanaan : ...……..
Lokasi : (Provinsi sampai Kecamatan, Kabupaten/Kota sampai Desa/Kelurahan
Keluaran Sub Kegiatan : (Kuantitas, dengan satuan disamakan dengan/sub kegiatan)
Waktu Pelaksanaan : Mulai………. Sampai……….
Keterangan :
Kode Rincian Perhitungan Jumlah
Uraian
Rekening Koefisien/ Volume Satuan Harga PPN (Rp)

Jumlah Anggaran Sub Kegiatan


Rencana Realisasi Pendapatan per Bulan *) ………., tanggal …..
Januari Rp…………………….. Pengguna Anggaran
Februari Rp……………………..
Maret Rp……………………..
April Rp……………………..
Mei Rp…………………….. Nama
Juni Rp…………………….. NIP: …….
Juli Rp…………………….. Mengesahkan,
Agustus Rp…………………….. PPKD
September Rp……………………..
Oktober Rp……………………..
November Rp……………………..
Desember Rp…………………….. Nama
NIP: …….
Jumlah Rp……………………..
Tim Anggaran Pemerintah Daerah:
No. Nama NIP Jabatan Tanda Tangan
1
2
dst
*) Sesuai dengan periodisasi SPD
G. FORMAT DPA-PEMBIAYAAN SKPD
Halaman
…………..
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH Formulir
Kota Semarang DPA-PEMBIAYAAN SKPD
Tahun Anggaran …….
Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Penerimaan Pengeluaran
Pembiayaan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Organisasi : x.xx.xx …………………..
Kode Jumlah
Uraian
Rekening (Rp)

Jumlah Penerimaan Pembiayaan

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan


Jumlah
Rencana Realisasi Pendapatan per Bulan ………., tanggal …..
*) Pengguna Anggaran
Januari Rp……………………..
Februari Rp……………………..
Maret Rp……………………..
April Rp……………………..
Mei Rp…………………….. Nama
NIP: …….
Juni Rp……………………..
Juli Rp…………………….. Mengesahkan,
Agustus Rp…………………….. PPKD
September Rp……………………..
Oktober Rp……………………..
November Rp……………………..
Desember Rp……………………..
Nama
Jumlah Rp……………………..
NIP: …….
Tim Anggaran Pemerintah Daerah:
No. Nama NIP Jabatan Tanda Tangan
1
2
dst
*) Sesuai dengan periodisasi SPD
H. FORMAT ANGGARAN KAS PEMERINTAH DAERAH

KOTA SEMARANG
ANGGARAN KAS
TAHUN ANGGARAN
Halaman
…………..
Anggaran Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Kode Tahun
Uraian (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Rekening Ini
(Rp) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
Saldo Awal Kas
Pendapatan Asli Daerah
- Pajak Daerah
- Retribusi Daerah
- Dst………….

Pendapatan Transfer
- Transfer Pemerintah Pusat
- Dst………….

Dst

Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan SiLPA
Dst………….

Jumlah Pendapatan dan Penerimaan Pembiayaan

Jumlah Alokasi Kas yang Tersedia untuk Pengeluaran

Alokasi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan


Belanja Operasi
- Belanja Pegawai
- Biaya Barang dan Jasa
- Dst………….

Belanja Modal
- Belanja Modal Tanah
- Dst………….

Belanja Tidak Terduga

Belanja Transfer

Pengeluaran Pembiayaan
- Pembayaran Cicilan Pokok Uang
- Dst………….

Jumlah Alokasi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan per Bulan


Jumlah Alokasi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan per Triwulan

Sisa Kas (jumlah alokasi kas yang tersedia untuk pengeluaran


setelah dikurangi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan per
Triwulan)

………., tanggal …..


Disiapkan oleh,
BUD/KUASA BUD

Nama
NIP: ……….
I. FORMAT ANGGARAN KAS SKPD

KOTA SEMARANG
SKPD ……….
ANGGARAN KAS SKPD
TAHUN ANGGARAN ……….

Kode Jumlah Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV UP/


Uraian LS TU
Rekening Anggaran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des GU
Rekapan Rencana
Pendapatan dan/atau
Penerimaan Pembiayaan

Jumlah Rencana Pendapatan


dan/atau Penerimaan
Pembiayaan Per Bulan
Jumlah Rencana Pendapatan
dan/atau Penerimaan
Pembiayaan Per Triwulan

Rekapan Rencana Belanja


dan/atau Pengeluaran
Pembiayaan Per DPA-SKPD
No. DPA- Sub
SKPD Kegiatan

Jumlah Rencana Belanja


dan/atau Pengeluaran
Pembiayaan Per Bulan
Jumlah Rencana Belanja
dan/atau Pengeluaran
Pembiayaan Per Triwulan

………., tanggal …..


Disiapkan oleh,
Kepala SKPD

Nama
NIP: ……….
J. FORMAT SPD

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH SELAKU BENDAHARA UMUM DAERAH
NOMOR……………………………..
TENTANG
SURAT PENYEDIAAN DANA ANGGARAN BELANJA DAERAH
TAHUN ANGGARAN
PPKD SELAKU BUD
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan anggaran belanja sub kegiatan tahun
anggaran …….. berdasarkan DPA SKPD/Perubahan DPA-SKPD dan
anggaran kas yang telah ditetapkan, perlu disiapkan pendanaan dengan
menerbitkan Surat Penyediaan Dana (SPD).
Mengingat : 1. Peraturan Daerah Kota Semarang tentang Penetapan APBD/PAPBD Kota
Semarang Tahun Anggaran ……………;
2. Peraturan Wali Kota Semarang Nomor ………. Tahun ………. Tentang
Penjabaran APBD Kota Semarang ………. Tahun Anggaran ……….;
3. DPA-SKPD/Perubahan DPA-SKPD*) Kota Semarang Tahun ……….;
4. ……………………

MEMUTUSKAN:
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang ………., Tanggal ………. Bulan ……….
Tahun ………. tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun
Anggaran ………. menetapkan/menyediakan kredit anggaran sebagai berikut:
1. Dasar Penyediaan Dana:
DPA-SKPD/Perubahan DPA-SKPD :
………………………………………….
2. Ditunjukan kepada SKPD :
………………………………………….
3. Kepala SKPD :
………………………………………….
4. Jumlah Penyediaan Dana :
Rp..…………………………………….
(Terbilang………………………...
……)
5. Untuk Kebutuhan : Bulan ……………. s.d
.……………..
6. Ikhtisar Penyediaan Dana:
a. Jumlah Dana DPA-SKPD/ Perubahan DPA-SKPD :
Rp..…………………………………….
(Terbilang………………………...
……)
b. Akumulasi SPD Sebelumnya :
Rp..…………………………………….
(Terbilang………………………...
……)
c. Sisa Dana yang belum di SPD-kan :
Rp..…………………………………….
(Terbilang………………………...
……)
d. Jumlah Dana yang di SPD-kan saat ini :
Rp..…………………………………….
(Terbilang………………………...
……)
e. Sisa Jumlah Dana DPA-SKPD/Perubahan :
Rp..…………………………………….
DPA-SKPD yang belum di SPD-kan
(Terbilang………………………...
……)
Ketentuan-ketentuan lain :

Ditetapkan di :
……..
Pada Tanggal :
……..

PPKD SELAKU BUD

Nama
NIP: ….……
Tembusan disampaikan kepada:
1. Inspektur
K. FORMAT LAMPIRAN SPD

Lampiran : Surat Penyediaan Dana (SPD)

Nomor SPD : ………………………….


Tanggal : ………………………….
SKPD : ………………………….
Periode : ………………………….
Tahun Anggaran : ………………………….
Nomor dan Tanggal DPA-SKPD : ………………………….
/Perubahan DPA-SKPD

Program, Kegiatan dan Sub Jumlah


Akumulasi Sisa
No Kegiatan Anggaran SPD Periode
SPD Anggaran
Kode Nama ini

Jumlah

Jumlah Penyediaan dana Rp………..


(terbilang……………………………………..)

Ditetapkan di : ……..
Pada Tanggal : ……..

PPKD SELAKU BUD

Nama
NIP: ….……
L. FORMAT BKU BUD

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


BENDAHARA UMUM DAERAH
TAHUN ANGGARAN ………………

BUKU KAS UMUM


Periode: ……………

No.
No. Tanggal Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo
Bukti

Disiapkan
oleh,
BUD/Kuasa
BUD

Nama
NIP: ……….
M. FORMAT LAPORAN POSISI KAS HARIAN

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


LAPORAN POSISI KAS HARIAN
TAHUN ANGGARAN ………………

Hari : …………….
Tanggal : …………….
Periode : …………….

No. Bukti Transaksi


No. Uraian Penerimaan Pengeluaran
SP2D STS Lain-lain

Jumlah
Perubahan Posisi Kas hari ini
Posisi Kas (H-1)
Posisi Kas (H)

Rekapitulasi Posisi Kas di BUD:


Saldo Bank 1 : Rp Disiapkan
Saldo Bank 2 : Rp oleh,
dst. : Rp BUD/Kuasa
BUD
Total Saldo Kas* : Rp

Nama
NIP: ……….

*Total Saldo Kas harus sama dengan Posisi Kas (H)


N. FORMAT REKONSILIASI BANK

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


REKONSILIASI BANK
TAHUN ANGGARAN ………………

Periode: …………………

1. Saldo Kas Umum Daerah menurut Buku Rp……………………


2. Saldo Kas Umum Daerah menurut Bank Rp……………………
Selisih Rp……………………

Keterangan Selisih
A. Penerimaan yang telah dicatat oleh
Buku, belum dicatat oleh Bank
a. STS No…….. Rp……………………
b. Bukti Lain yang sah Rp……………………
c. Dst…… Rp…………………… Rp……………………
Rp……………………
B. Pengeluaran yang telah dicatat oleh
Buku, belum dicatat oleh Bank
a. SP2D No…….. Rp……………………
b. Bukti Lain yang sah Rp……………………
c. Dst…… Rp…………………… Rp……………………
Rp……………………
C. Penerimaan yang telah dicatat oleh
Bank, belum dicatat oleh Buku
a. Nota Kredit No…….. Rp……………………
b. Pendapatan Bunga Rp……………………
c. Pendapatan Jasa Giro Rp……………………
d. Bukti Lain yang sah Rp……………………
e. Dst…… Rp…………………… Rp……………………
Rp……………………
D. Pengeluaran yang telah dicatat oleh
Bank, belum dicatat oleh Buku
a. Nota Debit No…….. Rp……………………
b. Biaya Administrasi Bank Rp……………………
c. Bukti Lain yang sah Rp……………………
d. Dst…… Rp…………………… Rp……………………
Rp……………………

Bendahara Umum
Daerah

Nama
NIP: ……….
O. FORMAT STS

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
SURAT TANDA SETORAN (STS)

No. STS : …………….


Tanggal : …………….
Bank : …………….
No. Rekening : …………….
Penerimaan tanggal : …………….

Harap diterima uang sebesar Rp……………. (terbilang…………….…………….)

No. Kode Rekening Uraian Jumlah

JUMLAH

Mengetahui, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Bendahara Penerimaan/
Bendahara
Anggaran Penerimaan Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
P. FORMAT REGISTER STS

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

REGISTER STS
Periode: …………….

Kode
No. No. STS Tanggal Uraian Jumlah Saldo Ket
Rekening

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/Kuasa Bendahara Penerimaan/
Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
Q. FORMAT BUKU KAS UMUM

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

BUKU KAS UMUM


Periode: ……………

No. Kode
No Tangga Uraia Penerimaa Pengeluara Sald
Bukt Rekenin
. l n n n o
i g

Saldo Kas di Bendahara Penerimaan/ Bendahara Penerimaan Pembantu


Rp………………………
(terbilang……………………………………)
terdiri dari:
a. Tunai : Rp……………..
b. Bank : Rp……………..

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/Kuasa Bendahara Penerimaan/
Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
R. FORMAT BUKU PEMBANTU KAS TUNAI

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

BUKU PEMBANTU KAS TUNAI


Periode: ……………

No. Tanggal No. Bukti Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/Kuasa Bendahara Penerimaan/
Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
S. FORMAT BUKU PEMBANTU BANK

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

BUKU PEMBANTU BANK


Periode: ……………

No. Tanggal No. Bukti Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/Kuasa Bendahara Penerimaan/
Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
T. FORMAT LPJ BENDAHARA PENERIMAAN

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
BENDAHARA PENERIMAAN/BENDAHARA PENERIMAAN PEMBANTU

SKPD : …………………
Periode : …………………

A. Penerimaan Rp. …………


1. Tunai melalui bendahara penerimaan. Rp. …………
2. Tunai melalui bendahara penerimaan pembantu. Rp. …………
3. Melalui ke rekening bendahara penerimaan. Rp. …………
4. Melalui ke rekening kas umum daerah. Rp. …………

B. Jumlah penerimaan yang harus disetorkan Rp. …………


(A1+A2+A3)

C. Jumlah penyetoran Rp. …………

D. Saldo Kas di Bendahara Rp. …………


1. Bendahara Penerimaan Rp. …………
2. Bendahara Penerimaan Pembantu…….. Rp. …………
3. Bendahara Penerimaan Pembantu…….. Rp. …………
4. dst…….. Rp. …………

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/Kuasa Bendahara Penerimaan/
Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
U. FORMAT LAPORAN PENERIMAAN DAN PENYETORAN

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

LAPORAN PENERIMAAN DAN PENYETORAN


Periode: ……………

PENDAPATAN PENERIMAAN PENYETORAN


No. Kode Nama No.
Tanggal Jumlah Tanggal No. Bukti Jumlah
Rekening Rekening Bukti
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Jumlah Penerimaan:
Tunai : Rp
Non Tunai rek SKPD : Rp
RKUD : Rp
TOTAL : Rp

Jumlah Penyetoran:
Tunai : Rp
Transfer : Rp
TOTAL : Rp

Jumlah Penyetoran:
Tunai : Rp
Bank : Rp

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/Kuasa Bendahara Penerimaan/
Pengguna Anggaran Bendahara Penerimaan
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
V. FORMAT SPP-UP

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)
Nomor : ………………………………….

Uang Persediaan
SPP-UP

1. Nama SKPD : ………………………..


2. Nama Pengguna Anggaran : ………………………..
3. Nama Bendahara Pengeluaran : ………………………..
4. NPWP Bendahara Pengeluaran : ………………………..
5. Nama Bank : ………………………..
6. Nomor Rekening Bank : ………………………..
7. Untuk Keperluan : ………………………..
8. Dasar Pengeluaran : SPD……Nomor:…….tanggal….…….
Sebesar: Rp
………………………..
(Terbilang…………………………..)

No Uraian

I SPD
Tanggal : ………….. Nomor: Rp.
………………
Tanggal : ………….. Nomor: Rp.
………………
Dst : …………….. Dst : Rp.
………………….

II SP2D Sebelumnya
Tanggal : ………….. Nomor: Rp.
………………
Tanggal : ………….. Nomor: Rp.
………………
Dst : …………….. Dst : Rp.
………………….

Pada SPP ini ditetapkan lampiran-lampiran yang diperlukan sebagaimana


tertera pada daftar kelengkapan dokumen SPP ini.

………..tanggal………….
Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.
Lembar Asli: Untuk Pengguna Anggaran/PPK-SKPD
Salinan 1: Untuk Kuasa BUD
Salinan 2: Untuk Bendahara Pengeluaran
Salinan 3: Untuk Arsip Bendagara Pengeluaran

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)
Nomor : ………………………………….
Tahun Anggaran : ………………

RINCIAN RENCANA PENGGUNAAN

No Kode Rekening Uraian Nilai Rupiah


Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 1
1. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
2. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
3. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 2
4. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
5. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
6. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
7. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
8. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 3
9. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
10. dst
TOTAL……………
….
Terbilang : ## …………….. rupiah ##

Mengetahui/Menyetujui: (Tempat, Tanggal)


Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)


NIP: ………. NIP: ……….
W. FORMAT SPP-GU

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)
Nomor : ………………………………….

Ganti Uang Persediaan


SPP-GU

1. Nama SKPD : ………………………..


2. Nama Pengguna Anggaran : ………………………..
3. Nama Bendahara Pengeluaran : ………………………..
4. NPWP Bendahara Pengeluaran : ………………………..
5. Nama Bank : ………………………..
6. Nomor Rekening Bank : ………………………..
7. Untuk Keperluan : ………………………..
8. Dasar Pengeluaran : SPD……Nomor:…….tanggal….…….
Sebesar: Rp
………………………..
(Terbilang…………………………..)

No Uraian

I SPD
Tanggal : ………….. Nomor: Rp.
………………
Tanggal : ………….. Nomor: Rp.
………………
Dst : …………….. Dst : Rp.
………………….

II SP2D Sebelumnya
Tanggal : ………….. Nomor: Rp.
………………
Tanggal : ………….. Nomor: Rp.
………………
Dst : …………….. Dst : Rp.
………………….

Pada SPP ini ditetapkan lampiran-lampiran yang diperlukan sebagaimana


tertera pada daftar kelengkapan dokumen SPP ini.

………..tanggal………….
Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.
Lembar Asli: Untuk Pengguna Anggaran/PPK-SKPD
Salinan 1: Untuk Kuasa BUD
Salinan 2: Untuk Bendahara Pengeluaran
Salinan 3: Untuk Arsip Bendagara Pengeluaran

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN GANTI UANG PERSEDIAAN (SPP-
GU)
Nomor : ………………………………….
Tahun Anggaran : ………………

RINCIAN RENCANA PENGGUNAAN

No Kode Rekening Uraian Nilai Rupiah


Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 1
1. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
2. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
3. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 2
4. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
5. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
6. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
7. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
8. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 3
9. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
10. dst
TOTAL……………
….
Terbilang : ## …………….. rupiah ##

Mengetahui/Menyetujui: (Tempat, Tanggal)


Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)


NIP: ………. NIP: ……….
X. FORMAT SPP-TU

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)
Nomor : ………………………………….

Tambahan Uang Persediaan


SPP-TU

1. Nama SKPD/Unit Kerja : ………………………..


2. Kode dan Nama Sub Kegiatan : ………………………..
3. Nama Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna ………………………..
:
Anggaran
4. Nama PPTK : ………………………..
5. Nama Bendahara Pengeluaran/ Bendahara ………………………..
:
Pengeluaran Pembantu
6. NPWP Bendahara Pengeluaran/ Bendahara ………………………..
:
Pengeluaran Pembantu
7. Nama Bank : ………………………..
8. Nomor Rekening Bank : ………………………..
9. Untuk Keperluan : ………………………..
10. Dasar Pengeluaran : SPD……Nomor:…….tanggal….…….
Sebesar: Rp
………………………..
(Terbilang…………………………..)

No Uraian

I SPD
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Dst : …………….. Dst : …………………. Rp.

II SP2D Sebelumnya
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Dst : …………….. Dst : …………………. Rp.

Pada SPP ini ditetapkan lampiran-lampiran yang diperlukan sebagaimana tertera pada
daftar kelengkapan dokumen SPP ini.

………..tanggal………….
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Bendahara
Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu

(tanda tangan) (tanda tangan)

(nama lengkap) (nama lengkap)


NIP. NIP.

Lembar Asli: Untuk Pengguna Anggaran/PPK-SKPD


Salinan 1: Untuk Kuasa BUD
Salinan 2: Untuk Bendahara Pengeluaran
Salinan 3: Untuk Arsip Bendagara Pengeluaran
PEMERINTAH KOTA SEMARANG
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN (SPP-
TU)
Nomor : ………………………………….
Tahun Anggaran : ………………

RINCIAN RENCANA PENGGUNAAN

No Kode Rekening Uraian Nilai Rupiah


Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 1
1. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
2. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
3. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 2
4. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
5. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
6. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
7. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
8. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 3
9. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
10. dst
TOTAL……………
….
Terbilang : ## …………….. rupiah ##

Mengetahui/Menyetujui: (Tempat, Tanggal)


Pengguna Anggaran / Bendahara Pengeluaran/
Bendahara
Kuasa Pengguna Anggaran Pengeluaran Pembantu

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)


NIP: ………. NIP: ……….
Y. FORMAT SPP-LS GAJI DAN TUNJANGAN
PEMERINTAH KOTA SEMARANG
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)
Nomor : ………………………………….

Langsung Gaji dan Tunjangan


SPP-LS

1. Nama SKPD/Unit Kerja : ………………………..


2. Kode dan Nama Sub Kegiatan : ………………………..
3. Nama Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna ………………………..
:
Anggaran
4. Nama PPTK : ………………………..
5. Nama Bendahara Pengeluaran : ………………………..
6. NPWP Bendahara Pengeluaran : ………………………..
7. Nama Bank : ………………………..
8. Nomor Rekening Bank : ………………………..
9. Untuk Keperluan : ………………………..
10. Dasar Pengeluaran : SPD……Nomor:…….tanggal….…….
Sebesar: Rp
………………………..
(Terbilang…………………………..)

No Uraian

I SPD
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Dst : …………….. Dst : …………………. Rp.

II SP2D Sebelumnya
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Dst : …………….. Dst : …………………. Rp.

Pada SPP ini ditetapkan lampiran-lampiran yang diperlukan sebagaimana tertera pada
daftar kelengkapan dokumen SPP ini.

………..tanggal………….
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan) (tanda tangan)

(nama lengkap) (nama lengkap)


NIP. NIP.

Lembar Asli: Untuk Pengguna Anggaran/PPK-SKPD


Salinan 1: Untuk Kuasa BUD
Salinan 2: Untuk Bendahara Pengeluaran
Salinan 3: Untuk Arsip Bendagara Pengeluaran
PEMERINTAH KOTA SEMARANG
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN LANGSUNG (SPP-LS) GAJI DAN
TUNJANGAN
Nomor : ………………………………….
Tahun Anggaran : ………………

RINCIAN RENCANA PENGGUNAAN

No Kode Rekening Uraian Nilai Rupiah


Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 1
1. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
2. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
3. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 2
4. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
5. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
6. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
7. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
8. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 3
9. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
10. dst
TOTAL……………
….
Terbilang : ## …………….. rupiah ##

Mengetahui/Menyetujui: (Tempat, Tanggal)


Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)


NIP: ………. NIP: ……….
Z. FORMAT SPP-LS BARANG DAN JASA

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)
Nomor : ………………………………….

Langsung Barang dan Jasa


SPP-LS

1. Nama SKPD/Unit Kerja : ………………………..


2. Kode dan Nama Sub Kegiatan : ………………………..
3. Nama Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna ………………………..
:
Anggaran
4. Nama PPTK : ………………………..
5. Nama Bendahara Pengeluaran/ Bendahara ………………………..
:
Pengeluaran Pembantu
6. NPWP Bendahara Pengeluaran/ Bendahara ………………………..
:
Pengeluaran Pembantu
7. Nama Bank : ………………………..
8. Nomor Rekening Bank : ………………………..
9. Untuk Keperluan : ………………………..
10. Dasar Pengeluaran : SPD……Nomor:…….tanggal….…….
Sebesar: Rp
………………………..
(Terbilang…………………………..)

No Uraian

I SPD
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Dst : …………….. Dst : …………………. Rp.

II SP2D Sebelumnya
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Dst : …………….. Dst : …………………. Rp.

Pada SPP ini ditetapkan lampiran-lampiran yang diperlukan sebagaimana tertera pada
daftar kelengkapan dokumen SPP ini.

………..tanggal………….
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Bendahara
Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu

(tanda tangan) (tanda tangan)

(nama lengkap) (nama lengkap)


NIP. NIP.

Lembar Asli: Untuk Pengguna Anggaran/PPK-SKPD


Salinan 1: Untuk Kuasa BUD
Salinan 2: Untuk Bendahara Pengeluaran
Salinan 3: Untuk Arsip Bendagara Pengeluaran
PEMERINTAH KOTA SEMARANG
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN LANGSUNG (SPP-LS) BARANG DAN JASA
Nomor : ………………………………….
Tahun Anggaran : ………………

RINCIAN RENCANA PENGGUNAAN

No Kode Rekening Uraian Nilai Rupiah


Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 1
1. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
2. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
3. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 2
4. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
5. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
6. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
7. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
8. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 3
9. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
10. dst
TOTAL……………
….
Terbilang : ## …………….. rupiah ##

Mengetahui/Menyetujui: (Tempat, Tanggal)


Pengguna Anggaran / Bendahara Pengeluaran/
Bendahara
Kuasa Pengguna Anggaran Pengeluaran Pembantu

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)


NIP: ………. NIP: ……….
AA. FORMAT SPP-LS PIHAK KETIGA LAINNYA

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)
Nomor : ………………………………….

Langsung Pihak Ketiga Lainnya


SPP-LS

1. Nama SKPD/Unit Kerja : ………………………..


2. Kode dan Nama Sub Kegiatan : ………………………..
3. Nama Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna ………………………..
:
Anggaran
4. Nama PPTK : ………………………..
5. Nama Bendahara Pengeluaran : ………………………..
6. NPWP Bendahara Pengeluaran : ………………………..
7. Nama Bank : ………………………..
8. Nomor Rekening Bank : ………………………..
9. Untuk Keperluan : ………………………..
10. Dasar Pengeluaran : SPD……Nomor:…….tanggal….…….
Sebesar: Rp
………………………..
(Terbilang…………………………..)

No Uraian

I SPD
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Dst : …………….. Dst : …………………. Rp.

II SP2D Sebelumnya
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Tanggal : ………….. Nomor: ……………… Rp.
Dst : …………….. Dst : …………………. Rp.

Pada SPP ini ditetapkan lampiran-lampiran yang diperlukan sebagaimana tertera pada
daftar kelengkapan dokumen SPP ini.

………..tanggal………….
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Bendahara Pengeluaran

(tanda tangan) (tanda tangan)

(nama lengkap) (nama lengkap)


NIP. NIP.

Lembar Asli: Untuk Pengguna Anggaran/PPK-SKPD


Salinan 1: Untuk Kuasa BUD
Salinan 2: Untuk Bendahara Pengeluaran
Salinan 3: Untuk Arsip Bendagara Pengeluaran
PEMERINTAH KOTA SEMARANG
SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN LANGSUNG (SPP-LS) Pihak Ketiga
Lainnya
Nomor : ………………………………….
Tahun Anggaran : ………………

RINCIAN RENCANA PENGGUNAAN

No Kode Rekening Uraian Nilai Rupiah


Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 1
1. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
2. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
3. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 2
4. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
5. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
6. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
7. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
8. dst
Nama Kegiatan/Sub Kegiatan 3
9. x.xx.xx.xx.xx.xxx ……………………
10. dst
TOTAL……………
….
Terbilang : ## …………….. rupiah ##

Mengetahui/Menyetujui: (Tempat, Tanggal)


Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

(Nama Lengkap) (Nama Lengkap)


NIP: ………. NIP: ……….
BB. FORMAT SPM-U

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Uang Persediaan (UP)

Tahun Anggaran: No. SPM:


KUASA BENDAHARA UMUM DAERAH Potongan-potongan:
PEMERINTAH KOTA SEMARANG Uraian
No. Jumlah Keterangan
(No.Rekening)
Supaya menerbitkan SP2D Kepada:
Jumlah Rp. …,-

SKPD : Informasi: (Tidak mengurangi jumlah


………………… pembayaran (SPM)
Bendahara/pihak lain : Uraian
………………… No. Jumlah Keterangan
(No.Rekening)
No. Rekening Bank :
………………… Jumlah Rp. …,-
Nama Bank :
…………………
NPWP :
…………………
Dasar Pembayaran :
…………………
Untuk Keperluan :
Pembebanan Pada Kegiatan SPM Yang Dibayarkan
KODE URAIAN NILAI Jumlah Yang Diminta Rp. ……….,-
KEGIATAN
Jumlah Potongan Rp. ……….,-
Jumlah Rp. Jumlah Yang Dibayarkan Rp. ……….,-
……..,-

Uang Sejumlah: (……………………..)


Jumlah SPP Yang Diminta: Rp.
………,- ……..,tanggal ………
Pengguna Anggaran

(terbilang)
(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.
Nomor dan Tanggal SPP
SPM ini sah apabila telah ditandatangani dan distempel oleh Kepala SKPD
CC. FORMAT SPM-GU

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Ganti Uang (GU)

Tahun Anggaran: No. SPM:


KUASA BENDAHARA UMUM DAERAH Potongan-potongan:
PEMERINTAH KOTA SEMARANG Uraian
No. Jumlah Keterangan
(No.Rekening)
Supaya menerbitkan SP2D Kepada:
Jumlah Rp. …,-

SKPD : Informasi: (Tidak mengurangi jumlah


………………… pembayaran (SPM)
Bendahara/pihak lain : Uraian
………………… No. Jumlah Keterangan
(No.Rekening)
No. Rekening Bank :
………………… Jumlah Rp. …,-
Nama Bank :
…………………
NPWP :
…………………
Dasar Pembayaran :
…………………
Untuk Keperluan :
Pembebanan Pada Kegiatan SPM Yang Dibayarkan
KODE URAIAN NILAI Jumlah Yang Diminta Rp. ……….,-
KEGIATAN
Jumlah Potongan Rp. ……….,-
Jumlah Rp. Jumlah Yang Dibayarkan Rp. ……….,-
……..,-

Uang Sejumlah: (……………………..)


Jumlah SPP Yang Diminta: Rp.
………,- ……..,tanggal ………
Pengguna Anggaran

(terbilang)
(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.
Nomor dan Tanggal SPP
SPM ini sah apabila telah ditandatangani dan distempel oleh Kepala SKPD
DD. FORMAT SPM-TU

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Tambah Uang (TU)

Tahun Anggaran: No. SPM:


KUASA BENDAHARA UMUM DAERAH Potongan-potongan:
PEMERINTAH KOTA SEMARANG Uraian
No. Jumlah Keterangan
(No.Rekening)
Supaya menerbitkan SP2D Kepada:
Jumlah Rp. …,-

SKPD : Informasi: (Tidak mengurangi jumlah


………………… pembayaran (SPM)
Bendahara/pihak lain : Uraian
………………… No. Jumlah Keterangan
(No.Rekening)
No. Rekening Bank :
………………… Jumlah Rp. …,-
Nama Bank :
…………………
NPWP :
…………………
Dasar Pembayaran :
…………………
Untuk Keperluan :
Pembebanan Pada Kegiatan SPM Yang Dibayarkan
KODE URAIAN NILAI Jumlah Yang Diminta Rp. ……….,-
KEGIATAN
Jumlah Potongan Rp. ……….,-
Jumlah Rp. Jumlah Yang Dibayarkan Rp. ……….,-
……..,-

Uang Sejumlah: (……………………..)


Jumlah SPP Yang Diminta: Rp.
………,- ……..,tanggal ………
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran
(terbilang)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
Nomor dan Tanggal SPP NIP.
SPM ini sah apabila telah ditandatangani dan distempel oleh Kepala SKPD
EE. FORMAT SPM-LS

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SURAT PERINTAH MEMBAYAR
Langsung (LS)

Tahun Anggaran: No. SPM:


KUASA BENDAHARA UMUM DAERAH Potongan-potongan:
PEMERINTAH KOTA SEMARANG Uraian
No. Jumlah Keterangan
(No.Rekening)
Supaya menerbitkan SP2D Kepada:
Jumlah Rp. …,-

SKPD : Informasi: (Tidak mengurangi jumlah


………………… pembayaran (SPM)
Bendahara/pihak lain : Uraian
………………… No. Jumlah Keterangan
(No.Rekening)
No. Rekening Bank :
………………… Jumlah Rp. …,-
Nama Bank :
…………………
NPWP :
…………………
Dasar Pembayaran :
…………………
Untuk Keperluan :
Pembebanan Pada Kegiatan SPM Yang Dibayarkan
KODE URAIAN NILAI Jumlah Yang Diminta Rp. ……….,-
KEGIATAN
Jumlah Potongan Rp. ……….,-
Jumlah Rp. Jumlah Yang Dibayarkan Rp. ……….,-
……..,-

Uang Sejumlah: (……………………..)


Jumlah SPP Yang Diminta: Rp.
………,- ……..,tanggal ………
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran
(terbilang)

(tanda tangan)

(nama lengkap)
Nomor dan Tanggal SPP NIP.
SPM ini sah apabila telah ditandatangani dan distempel oleh Kepala SKPD
FF. FORMAT SP2D-UP

KOTA SEMARANG SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)


Nomor : ………………………………
Nomor SPM : Dari : BUD/Kuasa BUD
Tanggal : NPWP :
Nama SKPD : Tahun Anggaran :
Bank Pengirim : ………………………………………………………………………….
Hendaklah mencairkan / memindahbukukan dari baki Rekening Nomor … … … …
Uang sebesar Rp ………….. (terbilang: ………………….)
Kepada : …………………………………..
NPWP : …………………………………..
No. Rekening Bank : …………………………………..
Bank Penerima : …………………………………..
Keperluan Untuk : …………………………………..
Pagu Anggaran : Rp …………………………………..
JUMLAH
NO KODE KEGIATAN/SUB KEGIATAN URAIAN
(Rp)
1
2
3
Jumlah
Potongan-potongan
Jumlah
No. Uraian (No. Rekening) Keterangan
(Rp)
1.
2.
3.

Jumlah

Informasi: (tidak mengurangi jumlah pembayaran SP2D)


Jumlah
No. Uraian (No. Rekening) Keterangan
(Rp)
1.
2.
3.
4.
Jumlah

SP2D yang Dibayarkan


Jumlah yang Diminta Rp ………………………………,-
Jumlah Potongan Rp ………………………………,-
Jumlah yang Dibayarkan Rp ………………………………,-
Uang Sejumlah:
…………………………………………………………………………………………………………………..

Lembar 1 : Bank Yang Ditunjuk …. …. …., tanggal … … ….


Lembar 2 : Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran Kuasa Bendahara Umum Daerah
Lembar 3 : Arsip Kuasa BUD
Lembar 4 : Pihak Penerima

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.
GG. FORMAT SP2D-GU

KOTA SEMARANG SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)


Nomor : ………………………………
Nomor SPM : Dari : BUD/Kuasa BUD
Tanggal : NPWP :
Nama SKPD : Tahun Anggaran :
Bank Pengirim : ………………………………………………………………………….
Hendaklah mencairkan / memindahbukukan dari baki Rekening Nomor … … … …
Uang sebesar Rp ………….. (terbilang: ………………….)
Kepada : …………………………………..
NPWP : …………………………………..
No. Rekening Bank : …………………………………..
Bank Penerima : …………………………………..
Keperluan Untuk : …………………………………..
Pagu Anggaran : Rp …………………………………..
JUMLAH
NO KODE KEGIATAN/SUB KEGIATAN URAIAN
(Rp)
1
2
3
Jumlah
Potongan-potongan
Jumlah
No. Uraian (No. Rekening) Keterangan
(Rp)
1.
2.
3.

Jumlah

Informasi: (tidak mengurangi jumlah pembayaran SP2D)


Jumlah
No. Uraian (No. Rekening) Keterangan
(Rp)
1.
2.
3.
4.
Jumlah

SP2D yang Dibayarkan


Jumlah yang Diminta Rp ………………………………,-
Jumlah Potongan Rp ………………………………,-
Jumlah yang Dibayarkan Rp ………………………………,-
Uang Sejumlah:
…………………………………………………………………………………………………………………..

Lembar 1 : Bank Yang Ditunjuk …. …. …., tanggal … … ….


Lembar 2 : Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran Kuasa Bendahara Umum Daerah
Lembar 3 : Arsip Kuasa BUD
Lembar 4 : Pihak Penerima

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.
HH. FORMAT SP2D-TU

KOTA SEMARANG SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)


Nomor : ………………………………
Nomor SPM : Dari : BUD/Kuasa BUD
Tanggal : NPWP :
Nama SKPD : Tahun Anggaran :
Bank Pengirim : ………………………………………………………………………….
Hendaklah mencairkan / memindahbukukan dari baki Rekening Nomor … … … …
Uang sebesar Rp ………….. (terbilang: ………………….)
Kepada : …………………………………..
NPWP : …………………………………..
No. Rekening Bank : …………………………………..
Bank Penerima : …………………………………..
Keperluan Untuk : …………………………………..
Pagu Anggaran : Rp …………………………………..
JUMLAH
NO KODE KEGIATAN/SUB KEGIATAN URAIAN
(Rp)
1
2
3
Jumlah
Potongan-potongan
Jumlah
No. Uraian (No. Rekening) Keterangan
(Rp)
1.
2.
3.

Jumlah

Informasi: (tidak mengurangi jumlah pembayaran SP2D)


Jumlah
No. Uraian (No. Rekening) Keterangan
(Rp)
1.
2.
3.
4.
Jumlah

SP2D yang Dibayarkan


Jumlah yang Diminta Rp ………………………………,-
Jumlah Potongan Rp ………………………………,-
Jumlah yang Dibayarkan Rp ………………………………,-
Uang Sejumlah:
…………………………………………………………………………………………………………………..

Lembar 1 : Bank Yang Ditunjuk …. …. …., tanggal … … ….


Lembar 2 : Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran Kuasa Bendahara Umum Daerah
Lembar 3 : Arsip Kuasa BUD
Lembar 4 : Pihak Penerima

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.
II. FORMAT SP2D-LS

KOTA SEMARANG SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)


Nomor : ………………………………
Nomor SPM : Dari : BUD/Kuasa BUD
Tanggal : NPWP :
Nama SKPD : Tahun Anggaran :
Bank Pengirim : ………………………………………………………………………….
Hendaklah mencairkan / memindahbukukan dari baki Rekening Nomor … … … …
Uang sebesar Rp ………….. (terbilang: ………………….)
Kepada : …………………………………..
NPWP : …………………………………..
No. Rekening Bank : …………………………………..
Bank Penerima : …………………………………..
Keperluan Untuk : …………………………………..
Pagu Anggaran : Rp …………………………………..
JUMLAH
NO KODE KEGIATAN/SUB KEGIATAN URAIAN
(Rp)
1
2
3
Jumlah
Potongan-potongan
Jumlah
No. Uraian (No. Rekening) Keterangan
(Rp)
1.
2.
3.

Jumlah

Informasi: (tidak mengurangi jumlah pembayaran SP2D)


Jumlah
No. Uraian (No. Rekening) Keterangan
(Rp)
1.
2.
3.
4.
Jumlah

SP2D yang Dibayarkan


Jumlah yang Diminta Rp ………………………………,-
Jumlah Potongan Rp ………………………………,-
Jumlah yang Dibayarkan Rp ………………………………,-
Uang Sejumlah:
…………………………………………………………………………………………………………………..

Lembar 1 : Bank Yang Ditunjuk …. …. …., tanggal … … ….


Lembar 2 : Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran Kuasa Bendahara Umum Daerah
Lembar 3 : Arsip Kuasa BUD
Lembar 4 : Pihak Penerima

(tanda tangan)

(nama lengkap)
NIP.
JJ. FORMAT REGISTER SPP/SPM/SP2D

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

REGISTER SPP/SPM/SP2D
Periode: ……………

Jenis SPP SPM SP2D


No. Uraian Jumlah Ket
(UP/GU/TU/LS) Tgl Nomor Tgl Nomor Tgl Nomor

Bendahara Penerimaan/
Bendahara Penerimaan
Pembantu

Nama
NIP: ……….
KK. FORMAT BKU

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

BUKU KAS UMUM


Periode: ……………

No. Tanggal No. Bukti Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran/ Bendahara Pengeluaran Pembantu


Rp………………………
(terbilang……………………………………)
terdiri dari:
a. Tunai : Rp……………..
b. Bank : Rp……………..

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/Kuasa Bendahara Pengeluaran/
Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
LL. FORMAT BUKU PEMBANTU BANK

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

BUKU PEMBANTU BANK


Periode: ……………

No. Tanggal No. Bukti Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/ Bendahara Pengeluaran/
Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
MM. FORMAT BUKU PEMBANTU KAS

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

BUKU PEMBANTU KAS TUNAI


Periode: ……………

No. Tanggal No. Bukti Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/ Bendahara Pengeluaran/
Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
NN. FORMAT BUKU PEMBANTU PAJAK

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

BUKU PEMBANTU PAJAK


Periode: ……………

No. Tanggal No. Bukti Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/ Bendahara Pengeluaran/
Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
OO. FORMAT BUKU PEMBANTU PANJAR

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

BUKU PEMBANTU PANJAR


Periode: ……………

No. Tanggal No. Bukti Uraian Penerimaan Pengeluaran Saldo

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/ Bendahara Pengeluaran/
Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
PP. FORMAT BUKU PEMBANTU PER SUB RINCIAN OBJEK

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

Kode Rekening : ……………


Nama Rekening : ……………
Jumlah Anggaran (DPA) : Rp………..
Jumlah Anggaran (DPPA) : Rp………..

BUKU PEMBANTU SUB RINCIAN OBYEK BELANJA


Periode: ……………

No. Belanja Belanja


No. Tanggal Uraian Belanja LS Saldo
BKU TU UP/GU

Disetujui oleh, Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran/ Bendahara Pengeluaran/
Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran
Pembantu

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
QQ. FORMAT LPJ-UP

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN UANG PERSEDIAAN


Periode: ……………

Besaran UP berdasarkan SK KDH:


Uang Persediaan (UP) Awal Periode : ……………
Penggunaan Uang Persediaan (UP) : ……………
Uang Persediaan (UP) Akhir Periode : ……………

Urusan : ……………
Bidang Urusan : ……………
Program : ……………
Kegiatan : ……………
Sub Kegiatan : ……………
Kode Jumlah Belanja Akumulasi Sisa
Uraian
Rekening Anggaran Periode ini Belanja Anggaran

Urusan : ……………
Bidang Urusan : ……………
Program : ……………
Kegiatan : ……………
Sub Kegiatan : ……………
Kode Jumlah Belanja Akumulasi Sisa
Uraian
Rekening Anggaran Periode ini Belanja Anggaran

Bendahara
Pengeluaran

Nama
NIP: ……….
RR. FORMAT LPJ-TU

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN


Periode: ……………

Program : ……………
Sub Kegiatan : ……………
Tanggal SP2D TU : ……………

Kode Rekening Uraian Jumlah

TOTAL
Tambahan Uang Persediaan (TU)
Sisa Tambahan Uang Persediaan (TU)

Menyetujui: Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
SS. FORMAT LAPORAN PENUTUPAN KAS

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

LAPORAN PENUTUPAN KAS


Bulan: ……………

Kepada Yth,
…………………..
…………………..
Di Tempat

Dengan memperhatikan Peraturan Wali Kota Semarang No ……………. Tahun


……………. mengenai Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah,
bersama ini kami sampaikan Laporan Penutupan Kas Bulanan yang terdapat
di Bendahara Pengeluaran SKPD ……………. adalah sejumlah Rp …………….
dengan perincian sebagai berikut:

A. Kas di Bendahara Pengeluaran


A.1 Saldo awal bulan tanggal Rp.
A.2 Jumlah Penerimaan Rp.
A.3 Jumlah Pengeluaran Rp.
A.4 Saldo akhir bulan tanggal Rp.
Saldo Akhir bulan tanggal ……………. terdiri dari saldo di kas tunai
sebesar Rp ……………. dan saldo di bank sebesar Rp …………….

B. Kas di Bendahara Pengeluaran Pembantu


A.1 Saldo awal bulan tanggal Rp.
A.2 Jumlah Penerimaan Rp.
A.3 Jumlah Pengeluaran Rp.
A.4 Saldo akhir bulan tanggal Rp.
Saldo Akhir bulan tanggal ……………. terdiri dari saldo di kas tunai
sebesar Rp ……………. dan saldo di bank sebesar Rp …………….

C. Rekapitulasi Posisi Kas di Bendahara Pengeluaran


C.1 Saldo Kas Tunai Rp.
C.2 Saldo Bank Rp.
C.3 Saldo Total Rp.

Bendahara
Pengeluaran

Nama
NIP: ……….
TT. FORMAT SPJ ADMINISTRATIF

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN


(SPJ ADMINISTRATIF)
Bulan: ……………
SPJ LS Gaji SPJ LS Barang dan Jasa SPJ UP/GU/TU
Jumlah SPJ
Kode Jumlah s.d s.d s.d s.d s.d s.d Sisa Pagu
Uraian Bulan Bulan Bulan (LS+UP/GU/TU)
Rekening Anggaran Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Anggaran
ini ini ini s.d Bulan ini
Lalu ini Lalu ini Lalu ini

JUMLAH
Penerimaan
- SP2D
- Potongan Pajak
a. PPN
b. PPh 21
c. PPh 22
d. PPh 23
- Lain-lain
Jumlah Penerimaan
Pengeluaran
- SPJ (LS+UP/GU/TU)
- Penyetoran Pajak
a. PPN
b. PPh 21
c. PPh 22
d. PPh 23
- Lain-lain
Jumlah Pengeluaran
Saldo

Menyetujui: Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….
UU. FORMAT SPJ FUNGSIONAL

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


SKPD……………
TAHUN ANGGARAN ………………

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN


(SPJ FUNGSIONAL)
Bulan: ……………

SPJ LS Gaji SPJ LS Barang dan Jasa SPJ UP/GU/TU


Jumlah SPJ
Kode Jumlah s.d s.d s.d s.d s.d s.d Sisa Pagu
Uraian Bulan Bulan Bulan (LS+UP/GU/TU)
Rekening Anggaran Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Anggaran
ini ini ini s.d Bulan ini
Lalu ini Lalu ini Lalu ini

JUMLAH
Penerimaan
- SP2D
- Potongan Pajak
a. PPN
b. PPh 21
c. PPh 22
d. PPh 23
- Lain-lain
Jumlah Penerimaan
Pengeluaran
- SPJ (LS+UP/GU/TU)
- Penyetoran Pajak
a. PPN
b. PPh 21
c. PPh 22
d. PPh 23
- Lain-lain
Jumlah Pengeluaran
Saldo

Menyetujui: Disiapkan oleh,


Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran

Nama Nama
NIP: ………. NIP: ……….

WALI KOTA SEMARANG

ttd

Salinan sesuai dengan aslinya HEVEARITA GUNARYANTI RAHAYU


KEPALA BAGIAN HUKUM
SEKRETARIAT DAERAH KOTA SEMARANG

Drs.Satrio Imam Poetranto, M.Si


Pembina Tingkat I
NIP.196503111986021004

Anda mungkin juga menyukai